Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI LION AIR

MENANTANG GARUDA PADA SEGMENTASI FULL


SERVICE
DAN MENGHADAPI TANTANGAN AIR ASIA
PADA SEGMENTASI LOW COST CARIER (LCC)

DISUSUN OLEH
:
NAMA
: M.YAMIN

DAFTAR ISI
STRATEGI LION AIR
MENANTANG GARUDA PADA SEGMENTASI FULL
SERVICE
DAN MENGHADAPI TANTANGAN AIR ASIA
PADA SEGMENTASI LOW COST CARIER (LCC)

DAFTAR ISI
BAGIAN I
PENDAHULUAN...........................................................................

BAGIAN 2
PEMBAHASAN ..................................................................................

A. PANGSA PASAR GARUDA DAN LION ............................................


B. STRATEGI GARUDA DAN LION AIR DALAM PERSAINGAN PASAR
C. STRATEGI LION MEMPERTAHANKAN PASAR PADA LEVEL LOW COST

3
4

CARIER .......................................................................................
DARI PESAING YANG SELEVEL.....................................................

BAGIAN I

PENDAHULUAN
Industri penerbangan di Indonesia saat ini terus berkembang yang
didorong oleh meningkatnya kebutuhan dan potensi masyarakat kelas
menengah. Salah satu maskapai penerbangan yaitu Lion Air mencoba
bersaing dengan Garuda Indonesia dengan meluncurkan penerbangan
Batik Air beberapa waktu lalu.
Menanggapi ini, maskapai penerbangan pelat merah Garuda
Indonesia mengaku tidak takut bersaing dengan maskapai lain termasuk
Batik Air walaupun sama sama melayani penerbangan full service.
Penerbangan Full Service adalah penerbangan yang mengutamakan
pelayananan penuh kepada penumpang baik dari kenyamanan hingga
pada keamanan, pelayanan konsumsi yang berkualitas, entertainment,
kelebihan bagasi, serta pelayanan-pelayanan lainnya yang tidak terdapat
pada penerbangan Low Cost Carier (LCC). Atau dengan kata lain Full
service terdapat banyak additional service yang merupakan add value
dari main service yang ditawarkan.
Untuk penerbangan LCC, harus diakui, bahwa Lion menjadi
pemimpin pasar di tanah air, sementara Garuda merupakan pemimpin
pasar pada segmentasi pasar yang memilih Full Service sebagai jenis
pelayanan dalam penerbangannya. Munculnya maskapai-maskapai
penerbangan baru yang mulai memasuki pasar penerbangan pada Full
Service akan menjadi tantangan bagi Garuda Indonesia untuk semakin
kreatif dan kompetitif. Persaingan ini menyebabkan group Lion dan
Garuda masing-masing memasang strategi khusus untuk setiap pasar
yang ada.
Garuda yang selama ini dikenal sebagai penerbangan Full Service
juga membuka penerbangan yang bersegmentasi pada LCC melalui
citylink, demikian juga Lion yang selama ini fokus pada LCC juga telah
membuka pelayanan untuk penerbangan Full Service. Kedua perusahaan
penerbangan ini saling berebut pangsa pasar pada dua segmentasi
tersebut mengingat pasar keduanya sangat potensial dan terus
meningkat dari waktu ke waktu.
Sebagaimana diketahui, bahwa Lion telah meluncurkan
penerbangan dengna rute khusus menggunakanan Batik Air yang
menyediakan pelayanan Full Service untuk menantang pasar FS yang
selama ini digarap oleh Garuda. Karena pasarnya tergerus oleh kehadiran
Batik Air dari group Lion, oleh karena itu, Garuda juga melakukan hal yang

sama dengan mengeruk semampunya pasar pada segmentasi Low Cost


Carier dengan menerbangkan Citylink-nya.
Menghadapi persaingan tersebut, Garuda Indonesia telah
menyiapkan beberapa strategi, antara lain adalah meluncurkan produk
layanan First Class Service, dan mengembangkan jalur penerbangan ke
London untuk mengimprove produk service Garuda, dan memberikan
pelayanan lebih bagus ke penumpang-penumpang.
Selain itu, Garuda Indonesia juga akan mendatangkan sebanyak 39
pesawat tahun ini untuk mendukung ekspansi bisnis perseroan, terdiri dari
24 pesawat baru untuk Garuda (full service), dan Citilink akan
mendatangkan 15 pesawat (Low Cost Carier), total pesawat yang
didatangkan berjumlah 39 pesawat.

BAGIAN 2
PEMBAHASAN

A. PANGSA PASAR GARUDA DAN LION


Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan, perebutan pangsa pasar antara Goup
Garuda dan Lion untuk penerbangan domestik sepanjang kuartal I
2015 adalah; grup Lion menerbangkan 7,15 juta penumpang dan grup
Garuda melayani 6,65 juta penumpang.
Namun jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun
lalu, grup Garuda yang terdiri dari PT Garuda Indonesia Tbk dan PT
Citilink Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan penumpang
sebesar 12,71 persen karena sepanjang kuartal I 2014 hanya
menerbangkan 5,9 juta penumpang.
Sementara grup Lion yang mengoperasikan tiga maskapai yaitu
PT Lion Mentari Airlines, PT Batik Air, dan PT Wings Abadi Air justru
mengalami penyusutan jumlah penumpang sebesar 14,88 persen.
Karena sepanjang Januari-Maret 2014 lalu berhasil menerbangkan 8,4
juta penumpang.
Jika dirunut satu per satu, penyebab turunnya kinerja grup Lion
disebabkan oleh anjloknya jumlah penumpang yang diterbangkan Lion
Air. Pada kuartal I 2015 ini, maskapai kepala singa itu hanya melayani
penumpang sebanyak 5,8 juta orang. Sementara pada kuartal I 2014,
jumlah penumpang yang diterbangkannya mencapai 7,25 juta
penumpang atau turun 20 persen.
Kemudian Wings Air mengalami penurunan jumlah penumpang
sebesar 10,15 persen dari 813,9 ribu penumpang pada kuartal I 2014
menjadi 731,22 ribu penumpang pada kuartal I 2015.
Penurunan jumlah penumpang Lion Air dan Wings Air membuat
naiknya jumlah penumpang Batik Air secara tahunan tidak bisa
mendongkrak jumlah penumpang grup secara keseluruhan. Padahal
Batik Air berhasil menggandakan jumlah penumpangnya dari 336,13
ribu pada kuartal I 2014 menjadi 618,78 ribu di kuartal I 2015.
4

Data-data tersebut menjelaskan bahwa, pasar penerbangan pada


segmentasi LCC yang menjadi andalan Lion Group digerus oleh Group
Garuda melalui maskapai Citylink, dan sebaliknya, pasar pada
segmentasi Full Service dimana Garuda adalah sebagai pemimpin
pasar, digerus juga oleh Group Lion melalui anak perusahaannya Batik
Air. Walau demikian, secara total, perusahaan Garuda dan anak
perusahaannya telah mengalahkan Lion Group pada kuartal pertama di
tahun 2015 dikarenakan perubahan perilkau konsumen atas kedua
penerbangan tersebut, dimana Garuda diuntungkan oleh sikap Lion
yang sering delay, sehingga penumpan Lion diperkirakan pindah ke
penerbangan Garuda yang masih memiliki nama baik dari segi
penundaan jadwal.

B. STRATEGI GARUDA DAN LION AIR DALAM PERSAINGAN PASAR


Apa yang dilakukan Garuda dan Lion Air dalam menghadapi
persaingan ini? Untuk menghadapi persaingan tersebut, kedua
maskapai berlomba-lomba melakukan improvisasi terhadap bentuk
pelayanan dari berbagai sisi. Berikut beberapa strategi yang dilakukan
oleh kedua maskapai:
GARUDA
1. Menambah 39 unit maskapai

LION IAR
1. Menambah maskapai
dengna membeli 234
maskapai Airbus

2. Garuda Indonesia menambah


tujuan baik di dalam negeri
maupun internasional dari 41
menjadi 62, dengan rute
ekspansi mencakup Amsterdam,
dengan transit di Dubai, pada
tahun 2010. Penerbangan nonstop menggunakan pesawat
Boeing 777-300ER dimulai pada
tahun 2011. Rute lain ke
berbagai belahan dunia seperti
London, Frankfurt, Paris, Roma,
Madrid, Los Angeles, serta kota
lainnya akan dibuka kembali.

2. Pembelian pesawat yang


agrsif. Pertumbuhan bisnis
yang fenomenal ini juga
segera disertai dengan
strategi pembelian armada
pesawat baru yang sangat
agresif. Lion Air membeli
178 pesawat Boeing seri
terbaru, yakni 737 900 ER
(extended range, body
lebih panjang). Harga satu
pesawat baru seri 737
900 itu adalah sekitar Rp
600 milyar. dengan
demikian jumlah armada

3. Logo yang bersimbol burung


ikonik diganti dengan Logo baru
Garuda yang berupa sebuah ide
baru seputar sayap alam yang
bermakna menangkap semangat
keramahan Indonesia dan
profesionalisme

4. Garuda mulai berusaha


mensejajarkan diri dengan
maskapai-maskapai internasional
dengan memperkenalkan sistem
hiburan AVOD terbaru ( Audio
Video on Demand ) dengan
televisi di setiap kursi, terutama
dalam armada jarak jauh.
Garuda juga memperkenalkan
kursi kelas bisnis yang dapat
diubah menjadi tempat tidur
pada penerbangan jarak jauh.
5. Pesawat A330 (seri -200 dan
-300) memiliki produk kelas
eksekutif baru dengan Flat-Bed
seats yang memiliki ruang kaki
74 dan dapat disandarkan
hingga 180 derajat. Kursi ini
memiliki sandaran tangan 11
inci,layar sentuh LCD dengan
AVOD di setiap kursi, colokan
laptop pribadi, dan lampu baca
pribadi.
6. Kelas Ekonomi tersedia di semua
pesawat. Ruang kaki terdiri dari
30 hingga 35 tergantung jenis
pesawat, dengan panjang kursi
17. Pesawat Airbus A330-200,
Airbus A330-300 aircraft dan
6

pesawat yang dimiliki lion


air lebih banyak
dibandingkan garuda.
3. Lion Air memasuki pasar
persaingan dengan strategi
bisnis yang tergolong baru
pada era ini yaitu low cost
airline. Melalui strategis
bisnis low cost ini, Lion Air
terus bereksistensi dalam
dunia penerbangan.
Slogannya we make people
fly membuat setiap orang
baik pedagang, mahasiswa
dan lainnya, memiliki
kesempatan untuk bisa
merasakan terbang
menembus langit
nusantara. Lion memiliki 36
rute penerbangan dengan
600 jumlah penerbangan
setiap hari.
4. Pada jenis pesawat Boeing
777 ER, group Lion telah
menggunakan fasilitas
hiburan dengan teknologi
fibre to the screen sistem
Lumexis IFE pada pesawat
Batik Air.

5. Lion juga membeli


maskapai Airbus A320
untuk menantang pasar
Garuda di level Full Service

6. Nyaris semua penerbangan


Lion adalah kelas ekonomi,
strategi penetapan harga

Boeing 737-800 yang lebih baru


memiliki kursi kelas ekonomi
yang lebih baru yang
menawarkan layar sentuh LCD 9inci dengan AVOD.
7. Pada tanggal 11 Februari 2011.
Garuda memulai IPO (Initial
Public Offering) sebagai langkah
awal menuju bursa saham.
Pemerintah menyatakan bahwa
harga saham Garuda adalah
Rp.750 per saham dan
mengurangi penawaran saham
dari 9.362 lembar ke 6.3 lembar
saham. Garuda Indonesia
memutuskan mencatatkan diri di
Bursa Efek Indonesia. Untuk
menarik minat private equity,
manajemen GIAA akan
melakukan sejumlah aksi
korporasi. Dua diantaranya
adalah kuasi reorganisasi dan
buyback saham
8. Garuda juga telah memperoleh
terminal khusus atau dedicated
terminal di Terminal 2E dan 2F
Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
Dalam waktu dekat, maskapai ini
juga memperoleh dedicated
terminal di Bandara Juanda
Surabaya dan Ngurah Rai
Denpasar sebagai syarat masuk
ke aliansi global SkyTeam

9. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)


bekerjasama dengan PT
Jababeka Tbk (KIJA) dalam hal
layanan dan fasilitas bidang
penjualan korporasi (corporate
sales). Dengan jumlah penyewa
lebih dari 1.500 perusahaan baik
dalam negeri maupun
internasional, menggunakan
penerbangan Garuda untuk rute
domestik maupun internasional
7

telah diperhitungkan
sehingga terjadi surplus
konsumen yang
menyebabkan konsumen
akan memilih Lion sebagai
partner terbangnya.
Strategi ini dilakukan untuk
mempertahankan pasar
pada segmen Low Cost
Carier.
7. Lion belum melakukan IPO,
direncanakan dalam tahun
2015 Lion akan melepas
saham perdananya sambil
memperbaiki dan
memperkuat kesolidan
perusahaan Group Lion.
Selain itu, Lion sedang
fokus pada SDM

8. Walau tidak memiliki


terminal khusus, Lion
dipastikan dapat
menggunakan fasilitas
terminal di semua bandara
karena mampu
menanggunlangi biaya
administrasi pada setiap
terminal. Dan faktanya
bahwa, Lion menguasai
hampir semua terminal di
bandara karena jumlah
armada yang cukup banyak
9. Lion menyediakan pesawat
sewa pribadi dengan
menggunakan pesawat
BizJet dengan tarif sewa
65juta/jam

dengan harga dan layanan


khusus berupa tarif khusus
perusahaan, prioritas
pemesanan, city check-in dan
kemudahan pembukuan group.
Layanan tersebut tidak hanya
mencangkup untuk perjalanan
dinas, namun juga untuk
perjalanan pribadi bagi karyawan
Jababeka beserta keluarganya.
Untuk terus menjadi maskapai
terbaik, garuda juga terus
berupaya memberikan
kemudahan akses bagi para
mitra korporasinya melalui
fasilitas Garuda Online Booking
Corporate dan juga melakukan
pengembangan pasar korporasi
di kantor cabang luar negeri.
10.Strategi yang diusung untuk
penerbangan tujuan
internasional, seperti Jepang,
Taiwan, dan Cina, garuda
merekrut pramugari asal negara
mereka, agar paramugari dapat
memahami bahasa mereka
11.Garuda mengusung konsep yang
fokus pada pelayanan

10.Dengan mengusung konsep


low cost, Lion telah
membuka rute
internasional untuk tujuan
Arab Saudi, Vietnam,
Singapura, dan Timor Leste
11.Lion mengusung konsep
low cost untuk menjangkau
semua lapisan masyarakat
untuk dapat terbang
dengan harga yang murah.
12.Keunggulan kompetitif
fokus pada harga

12.Keunggulan kompetitif fokus


pada pelayanan

Garuda merupakan pemimnpin pasar pada segmentasi Full


Service di dalam negeri, karena segmentasi ini memiliki pangsa pasar
yang besar, maka Lion Group telah melakukan penetrasi pasar pada
segmentasi yang sama dengan melakukan banyak hal untuk dapat
menggerus segmentasi full service milik Garuda. Salah satunya adalah
dengan membuka maskapai baru melalui anak perusahaan Lion, yaitu,
Batik Air. Keberadaan Batik Air ternyata dirasakan Garuda saat awal-awal
8

munculnya Batik Air. Kondisi tersebut menjadikan Garuda semakin


meningkatkan pelayanannya yang selama ini sudah dikenal sangat baik.
Lion sendiri menggerus pasar pada segmentasi Full service tidak
langsung face to face pada rute yang sama, tetapi Lion membuka rute
yang berbeda untuk melihat reaksi Garuda. Gejala bahwa Garuda merasa
terganggu dengan keberadaan Batik Air ini dapat dilihat dari reaksi
Garuda yang terus melakukan penambahan maskapai untuk memenuhi
kebutuhan di rute-rute yang masih mungkin dimasuki dan yang sedang
direbut oleh pihak Lion.
Posisi Garuda pada kondisi ini adalah mempertahankan agar
segmentasi full service tetap dipegang oleh Garuda. Walau demikian,
upaya Lion tidak sia-sia, buktinya, Lion memang mampu menggerus
segmentasi pada pasar full service ini sehingga pendapatan Garuda pada
segmentasi ini berkurang.
Untuk mengantisipasi pengurangan pendapatan ini, maka Garuda
melakukan difersifikasi produk dengan menahan laju segmentasi pasar
Low Cost Carier milik Lion melalui anak perushaannya Citylink. Dan
terbukti juga, bahwa pasar Low Cost Carier milik Lion tergerus sehingga
secara keseluruhan baik Low cost maupun full Service, garuda
membukukan pendapatan yang lebih besar dari pada Lion group pada
kuartal pertama tahun 2015. Keberhasilan garuda ini membuktikan bahwa
manajemen Garuda mampu dengan cepat memberikan counter attack
terhadap serangan Lion yang secara agresif terus melakukan penetrasi
pasar di semua segmentasi dengan mengusung konsep Low Cost Cariernya.
Walau demikian, kedua belah pihak, Garuda dan Lion Group samasama mengklaim sebagai pemimpin pasar karena memang Garuda dan
Lion menjadi pemimpin pasar pada segmentasi yang berbeda, yaitu,
Garuda memimpin pasar pada segmentasi full service, sedangkan Lion
memimpin pasar pada segmentasi Low Cost Carier. Dan, kedua pihak
akan terus melakukan penetrasi pada kedua pasar yang sama melalui
strategi-strategi yuang telah mereka susun.
Konsep Full Service garuda dan Konsep Low Cost Carier Lion samasama memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan kedua
9

konsep ini terus berkembang dan memiliki pasar yang khusus di Indonesia
karena kedua konsep tersebut memiliki dasar karakter yang sesuai
dengan masyarakat Indonesia, dimana, satu sisi ada yang menginginkan
pelayanan yang prima dengan tidak memandang harga dan tarif, di sisi
lain ada masyarakat Indonesia yang menginginkan terbang dengan
pesawat yang bertarif rendah dan terjangkau tanpa memperdulikan
pelayanan yang diberikan oleh maskapai, tetapi tetap memiliki dan
menerapkan prinsip-prinsip dasar keselamatan pada penumpangnya.

10

C. STRATEGI LION MEMPERTAHANKAN PASAR PADA LEVEL LOW


COST DARI PESAING YANG SELEVEL

Selain harus bersaing dengan pemimpin pasar, perusahaanperusahaan besar juga harus bersaing dengan perusahaan yang
selevel atau setingkat di bawahnya karena perusahaan lain juga ingin
bermain di pasar yang sama karena potensinya yang menjanjikan.
Konsep Low Cost Carier merupakan konsep yang sangat tepat
untuk wilayah Indonesia dan regional Asia mengingat kondisi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakatnya yang masih didominasi oleh
lapisan menengah ke bawah, sehingga biaya murah merupakan
alternatif yang paling masuk akal untuk dijadikan fokus bisnis.
Konsep low cost bukan hanya diterapkan oleh Lion, tetapi juga
maskapai lain, seperti; Kartika Air Lines, Merpati, Sriwijaya Air, Air Asia
dan lain-lain. Karena banyaknya produsen yang terlibat dan merebut
pasar ini, persaingan semakin ketat dan terbuka. Dan secara
ekonomis, budaya masayarakat pada negara-negara di wilayah Asia
adalah pasar yang menginigkan low cost.
Untuk pasar Low Cost Carier, Lion Air berhadapan langsung
dengan maskapai Air Asia yang sudah memiliki brand penerbangan
paling murah dan berani di Asia dalam hal Low Cost Carier. Tak dapat
dipungkiri bahwa, masyarakat Indonesia yang melakukan perjalanan
ke luar negeri, khususnya kawasan Asia, lebih banyak menggunakan
maskapai Air Aisa dibanding yang lainnya. Bahkan Air Asia milik
perusahaan Malaysia ini lebih dahulu masuk ke Indonesia dibanding
Lion Air. Akan tetapi dalam waktu yang singkat, Lion Air mampu
menjadi pesaing yang hebat bagi Air Asia, sehingga pangsa pasar Lion
di tanah air melonjak mencapai 45% pada segmentasi Low Cost Carier
(LCC). Hal ini membuat Air Asia melakukan upaya-upaya dan strategi
baru untuk menghadapi gempuran Lion Air yang semakin kuat.
Persaingan antara dua maskapai penerbangan murah ini
semakin memanas. Mengantisipasi tergerusnya pasar Lione di tanah
Air, Lion Air memutuskan untuk membentuk Malindo Airways yang

11

beroperasi di Malaysia, markas AirAsia. Bahkan Lion bertekad menjual


tiket sama seperti yang dijual AirAsia. Bahkan, bila perlu menjualnya
lebih murah, demikian yang pernah dikatakan Chief Executive Officer
(CEO) Lion Air, Rusdi Kirana di Kuala Lumpur, Malaysia, seperti dikutip
laman Reuters, Selasa, 11 September 2012.
Untuk menghadapi persaingan bisnis dengan pengusaha pasar
low cost carrier (LCC) di Malaysia, Lion Air bakal membekali Malindo
Airways dengan berbagai fasilitas yang tak lumrah untuk maskapai
penerbangan LCC lainnya.
Bahkan, rencananya, Malindo Airways bakal menyediakan
pesawat dengan berbagai fasilitas hiburan di dalam pesawat, ruang
kabin yang lebih luas, serta makanan ringan gratis. Semua fasilitas itu
diberikan dengan tetap mempertahankan harga tiket murah.
Untuk fasilitas parkir, Malindo Airways bakal menggunakan KLIA
2, salah satu terminal baru yang akan dibangun Malaysia. Saat ini,
terminal KLIA 2 sedang dalam tahap konstruksi.
Pada proyek besar Malindo Airways ini, Lion Air menggandeng
salah satu BUMN Malaysia, National Aerospace and Defense Industries
Sdn Bhd (NADI). Porsi saham Malindo Airways masing-masing 49
persen milik Lion Air dan 51 persen NADI.
Disinggung mengenai makin sesaknya bisnis penerbangan
murah di Asia, Rusdi menyatakan, hingga 2013, wilayah Asia Tenggara
masih membutuhkan setidaknya 2-3 maskapai dengan model bisnis
yang lebih spesifik.
Air Asia saat ini memiliki armada terbanyak dengan jumlah 520
pesawat termasuk pesanan, namun Lion Air menyusul dengan
mendatangkan 721 pesawat termasuk pesanan untuk
mempertahankan pasar low cost-nya. Dengan penambahan jumlah
armada ini, tidak ada alasan bagi Lion untuk tidak melayani rute-rute
yang masih mungkin dibuka bahkan rute-rute yang telah dilalui oleh
maskapai lainnya. Ambisi Lion group dalam rangka menantang
pemimpin pasar dan mempertahankan pasarnya dari serangan
pesaing yang selevel menjadikan situasi persaingan transportasi udara

12

ini semakin hari semakin ketat. Di satu sisi Lion menyerang pemimpin
pasar, dan disisi lain diserang oleh penantangnya di level LCC.
Strategi Lion menggandeng salah satu Badan Usaha Milik
Daerah di Malaysia adalah strategi yang tepat, melakukan serangan ke
pasar yang asing dengan menggunakan perusahaan setempat sebagai
ujung tombaknya. Kerjasama dengan perusahaan Malaysia ini tentu
saja membuat AirAsia semakin gentar dan terus berupaya mencari
strategi-strategi baru untuk menangkis serangan-serangan dari Lion
Group.
Inilah yang dilakukan oleh Lion menghadapi AirAsia
1. Ekspansi ke sejumlah destinasi baru dan bersaing head to head
dengan Air Asia.
2. Malindo yang digandeng oleh Lion saat ini memiliki 12 pesawat dan
berencana untuk menambah armada hingga lebih dari 100 pesawat
pada satu dekade ke depan
3. Bersanding dengan rute-rute yang dimiliki Air Asia saat ini, Malindo
juga menambah dua lokasi strategis, yakni dari Kuala Lumpur ke
Ahmedabad (India) dan Chittagong (Bangladesh)
4. Dengan populasi di Bangladesh yang mencapai 150 juta dan
ketiadaan layanan maskapai bertarif rendah, bisa dibayangkan
betapa rute-rute ini akan menjadi populer di masa yang akan
datang.
5. Lion Air menargetkan pertumbuhan tajam di pasar domestik
Malaysia yang notabene sebagai basis Air Asia. Dalam penataan
loyalitas industri, Lion Air yang berbasis di Indonesia ini dinilai
sedikit melonggarkan hubungan dengan Boeing pekan ini demi
mendapatkan 234 pesawat Airbus, yang mana Airbus juga sebagai
pemasok utama Air Asia.
6. Menargetkan untuk dapat mengoperasikan 100 pesawat Boeing
dalam waktu 10 tahun ke depan.
7. Lion Air mengumumkan pembelian Airbus nya di Paris, pada hari
Senin 18 Maret 2013. Saat itu, Air Asia telah memiliki 100 Airbus
320 yang juga dipesan di Prancis tersebut.

13

8. Malindo Airways merupakan perusahaan patungan antara National


Aerospace & Defence Industries (NADI) Malaysia bersama Lion Air.
Dengan kepemilikan saham 49% untuk Lion Air dan 51 untuk NADI.
9. Malindo menjadi bagian anak usaha Lion Air, selain Wings Air dan
Batik Air. Lion Air sendiri menguasai 45% seluruh pangsa pasar
penerbangan di Indonesia.
10.Sementara NADI Group, perusahaan asal Malaysia telah memiliki
perusahaan antara lain Airod, Airod Techno Power, Aerospace
Technology System Corp dan SME Aerospace yang merupakan
perusahaan jasa pemeliharaan pesawat, perbaikan dan produksi
mesin, dan spare part pesawat

14

Anda mungkin juga menyukai