Anda di halaman 1dari 7

Artikel : RENO SURYA PERMANA/ 26 / 9H

Dampak Wabah COVID-19 bagi Globalisasi dan


Ekonomi Dunia

Dampak Wabah COVID-19 bagi Globalisasi dan Ekonomi Dunia

(Taiwan, ROC) --- Wabah epidemi COVID-19 yang sebelumnya dikenal dengan
sebutan pneumonia Wuhan ini, membawa dampak negatif di berbagai sektor global. Jika menilik
kembali wabah SARS yang pernah mengguncang dunia pada tahun 2003 silam, datangnya
epidemi COVID-19 saat ini seakan-akan memberikan peringatan kepada komunitas
internasional. Belum lagi dengan maraknya paham proteksionisme saat ini, membuat para
penggiat globalisasi mulai kelimpungan. Guna menekan tingkat penyebaran COVID-19,
beberapa penggiat ekonomi mulai mencanangkan “langkah darurat”, guna menyelamatkan aset-
aset mereka. Tindakan-tindakan penanggulangan pun mulai diterapkan untuk meminimalkan
dampak dari epidemi terhadap sektor-sektor bisnis, meliputi industri perjalanan wisata,
manufaktur dan ritel global. Dan bukan tidak mungkin, jika wabah COVID-19 dapat merevisi
pengertian dari globalisasi itu sendiri.
 
Situasi RRT Saat Ini Jauh Berbeda dari Masa SARS Silam
Jika menilik ke belakang dan melihat perkembangan Republik Rakyat Tiongkok
selama 20 tahun terakhir, maka pertumbuhan nilai ekonomi dari Negeri Panda tersebut akan
terasa cukup signifikan. Peningkatan ekonomi yang pesat menjadikan RRT sebagai sentral
ekonomi dunia dan pusat bergantungnya jaringan industri global. Tidak heran jika dalam
beberapa dekade terakhir, sektor pariwisata di berbagai belahan dunia sangat bergantung dengan
wisatawan RRT. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), PDB
RRT menyumbang 4% dari total pendapatan global di tahun 2003. Hingga tahun 2019, PDB
RRT telah melampaui 16% dari seluruh total ekonomi dunia.
Di sektor transportasi penerbangan, total penumpang asal RRT di masa SARS
berada di kisaran 1,7 miliar orang, atau sekitar 5% dari jumlah pengguna transportasi udara
dunia. Hingga tahun 2018, angka penumpang asal RRT berhasil melampaui 4,3 miliar orang,
atau sekitar 14% dari jumlah penumpang dunia.
Di tengah dampak dari epidemi COVID-19 kali ini, permintaan di sektor
penerbangan menunjukkan tendensi yang menurun. Banyak maskapai penerbangan dunia
menutup sementara jadwal keberangkatan mereka ke kawasan RRT. Penangguhan ini setidaknya
akan berlangsung hingga bulan Maret atau April mendatang. Maskapai penerbangan American
Airlines Group Inc, United Airlines dan Delta Airlines, telah membatalkan jadwal keberangkatan
mereka menuju RRT hingga akhir bulan April mendatang. Pembatalan jadwal penerbangan
menuju ke Negeri Panda tersebut, dilaporkan telah memukul berat industri bisnis di sektor
perjalanan wisata.
 
Dampak Epidemi Bagi Rantai Pasokan Global
Selain itu, wabah pneumonia COVID-19 juga berdampak negatif bagi sektor industri
di kawasan Benua Eropa. Salah satunya adalah perusahaan produsen mobil asal Italia, Fiat
Chrysler FCA, yang harus menghentikan kegiatan produksi di salah satu pabrik mereka yang
berada di kawasan Serbia, dikarenakan kesulitan memperoleh suku cadang. Ini menjadi pabrik
pembuatan mobil pertama di Benua Eropa, yang harus menutup pabrik mereka karena terdampak
wabah COVID-19.
Industri elektronik Taiwan memperkirakan, gangguan terhadap sektor ketersediaan
rantai pasokan akan terlihat pada awal bulan Maret mendatang. Joerg Wuttke selaku Ketua
Kamar Dagang Uni Eropa untuk RRT menyampaikan, jika epidemi ini terus menghantui rantai
pasokan global, maka ditakutkan persediaan komoditas antibiotik dunia juga dapat terganggu.
Perputaran ekonomi RRT yang melambat, dikabarkan telah mengakibatkan penurunan harga
bahan baku di sektor industri global. Menurut laporan dari media Financial Times, harga logam
untuk sektor industri menurun drastis, sedangkan harga emas meningkat tajam. Peningkatan
harga emas menjadi salah satu simbol dari takutnya investor global terhadap ketidakpastian
ekonomi dunia saat ini. Selain itu, semenjak pertengahan bulan Januari 2020 silam, harga
tembaga murni telah merosot 11%. Tendensi menurun juga terlihat pada komoditas minyak
dunia, yang membuat para eksportir kelimpungan dan akhirnya mempertimbangkan keputusan
untuk mengurangi kuantitas produksi.
 
Konsumsi dan Penjualan Ritel Raksasa Dunia Merosot
Ketakutan terhadap COVID-19 juga berimbas pada berkurangnya minat masyarakat
untuk mendatangi kawasan perbelanjaan, meliputi restoran, bioskop dan lain-lain. Ritel-ritel
besar dunia tentu merasakan dampak kerugian yang hebat. Pada tanggal 17 Februari 2020,
perusahaan teknologi dunia asal Amerika Serikat, Apple, merilis laporan permintaan produk
iPhone di RRT yang menunjukkan penurunan drastis. Apple juga memperkirakan, pendapatan
global di kuartal 2 tahun 2020, akan berada di bawah target dari yang semula ditetapkan.

Tantangan dan Kontemplasi Global Terhadap Penyebaran Epidemi


Media Financial Times percaya, dampak dari COVID-19 akan membawa
perubahan dalam globalisasi dunia.
Hingga saat ini, akses keluar masuk ke Kota Wuhan dan beberapa kawasan lainnya di RRT
masih ditangguhkan. Duta Besar Negeri Tirai Bambu untuk Organisasi Perdagangan Dunia
(WHO) meminta negara-negara lain untuk tidak menggunakan isu epidemi COVID-19 sebagai
alasan untuk mengurangi kerja sama mereka dengan RRT. Media Britania Raya, The
Guardian menganalisis, kecemasan ini menjadi bukti ketakutan RRT terhadap keinginan negara-
negara di dunia memakai faktor COVID-19, sebagai alasan untuk merealisasikan paham
proteksionisme mereka.
Wabah COVID-19 membuat perusahaan multinasional dunia juga telah merasakan
konsekuensi akibat terlalu bergantungnya terhadap salah satu penyedia rantai pasokan. Menurut
survei yang baru-baru ini digelar oleh Kamar Dagang Amerika Serikat di Shanghai (AmCham)
terhadap sepertiga perusahaan multinasional Negeri Paman Sam di RRT menguak, jika pabrik-
pabrik di Negeri Tirai Bambu tetap tidak dapat memulai kegiatan operasionalnya, bukan tidak
mungkin bagi Amerika Serikat untuk memutuskan memindahkan bisnis mereka keluar dari RRT.
Selain itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga tengah mencanangkan untuk memotong
anggaran bagi Pusat Pengendalian Epidemi dan Penyakit Menular setempat (CDC), sebesar 16%.
Jika anggaran ini berhasil diloloskan, maka kontribusi Negeri Paman Sam bagi dana Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) akan menurun sebanyak 40%. Sebelumnya, anggaran tahunan WHO
berkisar US$ 4,8 miliar, dan dana dari Amerika Serikat tersebut berhasil menyumbang proporsi
pendapatan WHO sebesar 2,5%. Pengurangan dana WHO tersebut tentu akan berdampak pada
mekanisme kesehatan masyarakat dunia di masa mendatang.
 https://id.rti.org.tw/radio/programMessageView/id/60623

Berilah komentarmu tentang artikel diatas !

VIRUS CORONA ADALAH VIRUS YANG SANGAT BERBAHAYA MAKA DARI ITU
KITA HARUS MENGHINDARI DAN MENCEGAH VIRUS INI, VIRUS CORONA
SANGAT BERPENGARUH DALAM KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL, PENDIDIKAN.

VIRUS SUDAH MENYEBABKAN PADA SEKTOR INDUSTRI DAN EKONOMI


BANYAK NEGARA YANG BINGUNG UNTUK MENGURUSI SATU VIRUS INI.
Artikel :

Dampak Globalisasi terhadap Pandemi Covid-19


11 Mei 2020   20:50 Diperbarui: 11 Mei 2020   20:54  1080  1 0

Globalisasi meningkatkan risiko pandemi global virus corona. Menurut


WHO, COVID-19 menular dari orang ke orang. Caranya dari orang yang terinfeksi
virus corona ke orang yang sehat. Penyakit menyebar melalui tetesan kecil yang
keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang terinfeksi virus bersin atau
batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau permukaan yang disentuh dan
orang sehat. Lalu orang sehat ini menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. 
Manusia moderen saat ini tidak mungkin tidak terlepas dari namanya teknologi,
saat ini banyak teknologi -- teknologi yang memudahkan pekerjaan kita seperti
adanya teknologi dalam bidang transportasi umum seperti adanya pesawat terbang,
kreta api, kreta liastrik dan lain sebagainya. 
Karna itulah penyebaran virus bisa sangat cepat menginfeksi banyak orang
melalui tranportasi -- transportasi seperti itu. Kendaraan -- kendaraan umum sangat
berisiko tertularnya virus corona karna yang menggunakannya tidak hanya satu
orang saja tetapi banyak orang dan tidak dari satu daerah tetapi banyak daerah
yang tidak tau asalnya darimana dan bisa saja orang tersebut sedang terjangkit
virus corona dan ahirnya kita tertular.
Bukti globalisasi bisa meningkatkan resiko pandemi virus corona :
1. Kereta
Dr Lara Gosce di Institute of Global Health mengatakan, penelitiannya yang
diterbitkan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa orang yang menggunakan
Undergrown atau kereta bawah tanah secara teratur lebih mungkin menderita
gejala seperti flu. "Terutama untuk penumpang yang harus berpindah jalur
satu atau lebih ketika bepergian di bawah tanah," kata dia. "Ini memiliki
tingkat penyakit mirip influenza yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
wilayah yang dilayani dengan baik di mana penumpang mencapai tujuan
mereka dengan satu perjalanan langsung,".
2. Pesawat
Profesor Quingyan Chen di Universitas Purdue, yang mempelajari kualitas
udara di kendaraan penumpang yang berbeda, memperkirakan bahwa udara di
pesawat berganti sepenuhnya setiap 2-3 menit, dibandingkan dengan setiap
10-12 menit di gedung ber-AC. Hal ini dikarenakan, saat berada di pesawat,
udara yang dihirup sedang dibersihkan oleh filter udara partikulat efisiensi
tinggi. Sistem ini dapat menangkap partikel yang lebih kecil daripada sistem
pendingin udara biasa, termasuk virus. Filter menghisap udara segar dari luar
dan mencampurnya dengan udara yang sudah ada di dalam kabin.

 Tidak hanya itu globalisasi sendiri mempengaruhi masyarakat


 3. berpergian ke luar negeri karena pengaruh informasi dan ilmu pengetahuan.
Hal itu bisa berdampak terkenanya virus corona pada warga Indonesia,
banyak nya aktifitas langsung atau kontak fisik .
4. adanya warga Indonesia yang berpergian ke luar negeri salah satunya china ,
negeri yang di nyatakan menyebarkan virus covid . dampaknya akan kembali
ke warga Indonesia sendiri setelah mereka pulang dari china . tidak hanya itu
wisatawan asing yang datang ke Indonesia juga bisa menyebarkan virus
corona. Dengan globalisasi membuat kepentingan kepada Negara lain
sangatlah erat, berbagai bentuk kerja sama akan di lakukan dengan asing. Hal
itu berakibat menimbulkan akses keluar masuk Negara sangatlah rutin setiap
hari pasti ada saja orang-orang yang keluar negeri atau yang masuk ke
Indonesia.
5. pekerjaan rumah tangga migran atau TKW ini terjdi karena adanya dampak
globalisasi yang mengakibatkan cepatnya menyebarkan virus covid karena
kebanyakan warga Indonesia yang bekerja di china,Malaysia,Thailand dll.
https://www.kompasiana.com/ilhamfambudi/5eb95832d541df35d7613a62/dampak-
globalisasi-terhadap-pandemi-covid-19

Berilah komentarmu tentang artikel diatas !

VIRUS CORONA ADALAH VIRUS YANG SANGAT


MEMBAHAYAKAN KARENA ITU KITA HARUS MENJAGA
KESEHATAN AGAR TERHINDAR DARI VIRUS CORONA BANYAK
DAMPAK GLOBALISASI YANG BERUBAH ANTARA LAIN KITA
HARUS BERJAGA JARAK SAAT KELUAR , MEMAKAI MASKER
SAAT KELUAR , SELALU MENCUCI TANGAN. VIRUS INI
MENYEBAR SANGAT CEPAT DALAM WAKTU 24 JAM. VIRUS INI
MENYEBAR DIMANA MANA DARI TRANPORTASI UMUM YAITU
KERETA API , PESAWAT, DAN KAPAL MAKA DARI ITU KITA
HARUS MENJAGA KESEHA TAN AGAR TIDAK TERPAPAR COVID
19

Anda mungkin juga menyukai