(Taiwan, ROC) --- Wabah epidemi COVID-19 yang sebelumnya dikenal dengan
sebutan pneumonia Wuhan ini, membawa dampak negatif di berbagai sektor global. Jika menilik
kembali wabah SARS yang pernah mengguncang dunia pada tahun 2003 silam, datangnya
epidemi COVID-19 saat ini seakan-akan memberikan peringatan kepada komunitas
internasional. Belum lagi dengan maraknya paham proteksionisme saat ini, membuat para
penggiat globalisasi mulai kelimpungan. Guna menekan tingkat penyebaran COVID-19,
beberapa penggiat ekonomi mulai mencanangkan “langkah darurat”, guna menyelamatkan aset-
aset mereka. Tindakan-tindakan penanggulangan pun mulai diterapkan untuk meminimalkan
dampak dari epidemi terhadap sektor-sektor bisnis, meliputi industri perjalanan wisata,
manufaktur dan ritel global. Dan bukan tidak mungkin, jika wabah COVID-19 dapat merevisi
pengertian dari globalisasi itu sendiri.
Situasi RRT Saat Ini Jauh Berbeda dari Masa SARS Silam
Jika menilik ke belakang dan melihat perkembangan Republik Rakyat Tiongkok
selama 20 tahun terakhir, maka pertumbuhan nilai ekonomi dari Negeri Panda tersebut akan
terasa cukup signifikan. Peningkatan ekonomi yang pesat menjadikan RRT sebagai sentral
ekonomi dunia dan pusat bergantungnya jaringan industri global. Tidak heran jika dalam
beberapa dekade terakhir, sektor pariwisata di berbagai belahan dunia sangat bergantung dengan
wisatawan RRT. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), PDB
RRT menyumbang 4% dari total pendapatan global di tahun 2003. Hingga tahun 2019, PDB
RRT telah melampaui 16% dari seluruh total ekonomi dunia.
Di sektor transportasi penerbangan, total penumpang asal RRT di masa SARS
berada di kisaran 1,7 miliar orang, atau sekitar 5% dari jumlah pengguna transportasi udara
dunia. Hingga tahun 2018, angka penumpang asal RRT berhasil melampaui 4,3 miliar orang,
atau sekitar 14% dari jumlah penumpang dunia.
Di tengah dampak dari epidemi COVID-19 kali ini, permintaan di sektor
penerbangan menunjukkan tendensi yang menurun. Banyak maskapai penerbangan dunia
menutup sementara jadwal keberangkatan mereka ke kawasan RRT. Penangguhan ini setidaknya
akan berlangsung hingga bulan Maret atau April mendatang. Maskapai penerbangan American
Airlines Group Inc, United Airlines dan Delta Airlines, telah membatalkan jadwal keberangkatan
mereka menuju RRT hingga akhir bulan April mendatang. Pembatalan jadwal penerbangan
menuju ke Negeri Panda tersebut, dilaporkan telah memukul berat industri bisnis di sektor
perjalanan wisata.
Dampak Epidemi Bagi Rantai Pasokan Global
Selain itu, wabah pneumonia COVID-19 juga berdampak negatif bagi sektor industri
di kawasan Benua Eropa. Salah satunya adalah perusahaan produsen mobil asal Italia, Fiat
Chrysler FCA, yang harus menghentikan kegiatan produksi di salah satu pabrik mereka yang
berada di kawasan Serbia, dikarenakan kesulitan memperoleh suku cadang. Ini menjadi pabrik
pembuatan mobil pertama di Benua Eropa, yang harus menutup pabrik mereka karena terdampak
wabah COVID-19.
Industri elektronik Taiwan memperkirakan, gangguan terhadap sektor ketersediaan
rantai pasokan akan terlihat pada awal bulan Maret mendatang. Joerg Wuttke selaku Ketua
Kamar Dagang Uni Eropa untuk RRT menyampaikan, jika epidemi ini terus menghantui rantai
pasokan global, maka ditakutkan persediaan komoditas antibiotik dunia juga dapat terganggu.
Perputaran ekonomi RRT yang melambat, dikabarkan telah mengakibatkan penurunan harga
bahan baku di sektor industri global. Menurut laporan dari media Financial Times, harga logam
untuk sektor industri menurun drastis, sedangkan harga emas meningkat tajam. Peningkatan
harga emas menjadi salah satu simbol dari takutnya investor global terhadap ketidakpastian
ekonomi dunia saat ini. Selain itu, semenjak pertengahan bulan Januari 2020 silam, harga
tembaga murni telah merosot 11%. Tendensi menurun juga terlihat pada komoditas minyak
dunia, yang membuat para eksportir kelimpungan dan akhirnya mempertimbangkan keputusan
untuk mengurangi kuantitas produksi.
Konsumsi dan Penjualan Ritel Raksasa Dunia Merosot
Ketakutan terhadap COVID-19 juga berimbas pada berkurangnya minat masyarakat
untuk mendatangi kawasan perbelanjaan, meliputi restoran, bioskop dan lain-lain. Ritel-ritel
besar dunia tentu merasakan dampak kerugian yang hebat. Pada tanggal 17 Februari 2020,
perusahaan teknologi dunia asal Amerika Serikat, Apple, merilis laporan permintaan produk
iPhone di RRT yang menunjukkan penurunan drastis. Apple juga memperkirakan, pendapatan
global di kuartal 2 tahun 2020, akan berada di bawah target dari yang semula ditetapkan.
VIRUS CORONA ADALAH VIRUS YANG SANGAT BERBAHAYA MAKA DARI ITU
KITA HARUS MENGHINDARI DAN MENCEGAH VIRUS INI, VIRUS CORONA
SANGAT BERPENGARUH DALAM KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL, PENDIDIKAN.