Anda di halaman 1dari 6

EKONOMI INTERNASIONAL

OLEH:

NADHIRA ARMI (1801101010048)

DOSEN PEMBIMBING: NANDA RAHMI S.E., M.Si

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH 2020


ANALISIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TERKAIT
ADANYA KEBIJAKAN PEMERINTAH AGAR MASYARAKAT MELAKUKAN
PHYSICAL DISTANCING

Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan seluruh negara, tanpa terkecuali
negara Indonesia. Hal itu disebabkan munculkan wabah virus Corona, yang bermula dari Kota
Wuhan China, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Pandemik Covid-19 atau virus corona,
seperti yang telah ditetapkan oleh PBB pada bulan Maret ini, menyebar secara cepat ke seluruh
dunia sehingga bukan hanya sektor transportasi serta sektor pariwisata saja yang terpengaruh
melainkan merambat ke beberapa sektor lainnya seperti perdagangan, kesehatan dan lainnya.
Awalnya pemerintah tidak mengikuti cara yang digunakan oleh beberapa negara lainnya terkait
informasi yang diberikan mengenai virus corona covid-19, yaitu dengan melakukan reaksi cepat
sosialisasi pencegahan. Penyebabnya, agar masyarakat Indonesia  tidak khawatir dengan isu
yang mengkhawatirkan, selain untuk meminimalisir adanya berita Hoax dari segelintir orang
yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya wabah covid-19 ini juga menjadi hal yang
mengkhawatirkan bagi masyarakat, karena banyak warga Indonesia yang terkena dampak
penularan virus ini. Oleh karenanya, pemerintah berinisiatif untuk mengambil kebijakan
lockdown selama 14 hari guna mengantisipasi penularan wabah corona ini.

Kebijakan lockdown ini bertujuan untuk menghentikan penyabaran laju virus corona
yang semakin hari semakin memakan korban. Namun Kebijakan lockdown ternyata tidak
mempengaruhi masyarakat, masyarakat masih saja melakukan aktivitas diluar rumah seperti
hari-hari biasanya. Hal ini tentu membuat pemerintah geram melihat tingkah laku masyarakat
yang tidak patuh akan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai kebijakan
pun dilakukan oleh setiap negara yang mengonfirmasi Covid-19 di negaranya, mulai dari
penutupan bandara hingga pemberlakuan pembatasan terhadap pergerakan warganya.
Penyebaran virus corona baru ini tergolong cepat dan telah menjangkit ratusan negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mulai menggunakan istilah physical distancing
atau jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus corona lebih luas. menjaga
jarak fisik sangatlah penting dilakukan di tengah pandemi global yang masih terjadi. Physical
Distancing karena Corona, Langkah ini tidak berarti bahwa secara sosial, seseorang harus
memutuskan hubungan dan komunikasi dengan orang yang dicintai atau dari keluarganya.
WHO mengubah istilah dengan jarak fisik atau physical distancing secara sengaja karena ingin
agar orang-orang tetap terhubung. Virus corona diketahui penyebaran utamanya melalui
tetesan pernapasan, terutama saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena itu,
menjaga jarak fisik yang aman dianjurkan untuk mengurangi penularan.

Perdagangan luar negeri merupakan salah satu variabel penting pertumbuhan ekonomi di
suatu perekonomian; tidak mengherankan bahwa seluruh negara berupaya keras untuk
mendorong kerjasama perdagangan dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi. Mudahnya
tujuan tersebut dapat dicapai dengan mendorong ekspor dalam negeri dan mengurangi volume
impor sebagaimana dipahami oleh para ekonom beraliran merkantilis. Secara ekonomi
perdagangan internasional juga akan berpengaruh terhadap aspek-aspek konsumsi, produksi, dan
distribusi pendapatan. Secara teori, liberalisasi perdagangan diharapkandapat membentuk pola
perdagangan yang efisien berdasarkan prinsip keunggulan komparatif. Adopsi dari prinsip
keunggulan komparatif akan menjamin bahwa sebuah negara akan meraih kesejahteraan
ekonomi yang lebih besar melalui partisipasi dalam perdagangan luar negeri daripada melalui
proteksi perdagangan.

Namun apa jadinya jika perdagangan internasional menjadi dampak atas penyebaran
virus corona? Tentu saja akan berimbas pada sektor impor dan ekspor beberapa komoditas di
Indonesia dan negara akan mengalami kerugian yang sangat besar. Permasalahan ekspor dan
impor mengalami penurunan akibat adanya larangan atau batasan keluar masuk barang antar
negara guna mengurangi penyebaran virus corona. Virus Corona (COVID-19) tiga bulan terakhir
ini menjadi topik permasalahan di dunia internasional sehingga sangat berpengaruh terhadap
perekonomian dunia termasuk Indonesia. Permasalahan tersebut terjadi pada sektor pariwisata
yang mengalami penurunan sangat drastis akibat pelarangan penerbangan sementara oleh
Pemerintah Indonesia dari dan ke Tiongkok serta perdagangan ekspor dan impor Indonesia-
China terutama pada komoditas buah-buahan dan hewan.

Sejak ada kabar tentang Virus Corona, para pembeli di China langsung menghentikan
pembelian. Para eksportir buah yang paling ‘menangis’ adalah mereka yang melakukan
penjualan atau pengiriman barang dengan skema CNF (Cost and Freight/CFR) atau pembayaran
yang dilakukan setelah barang tiba di pelabuhan tujuan ekspor. Bahkan ada yang sudah
mengirim barang di kapal, namun di tengah perjalanan terjadi pembatalan. Tak hanya impor,
beberapa produk ekspor Indonesia ke China juga berpotensi melemah. Secara otomatis, Negeri
Tirai Bambu tersebut akan mengurangi jumlah permintaannya. Terlebih lagi secara global
banyak pabrik di China yang mengurangi produksi karena penduduk tidak bisa bekerja akibat
Virus COVID-19 ini.

Pada kenyataannya, tidak semua produk impor mengalami penghentian. Impor


elektronik sampai saat ini masih berjalan kecuali hewan hidup dan buah-buahan.Larangan
impor ini diambil untuk mengantisipasi penyebaran Virus Corona dari hewan. Pasalnya,
penyebaran virus yang menewaskan ribuan orang di China itu diduga tak hanya melalui
manusia saja melainkan juga hewan.Pemerintah harus benar-benar memperhatikan dampak
dari Virus Corona ini karena China merupakan mitra dagang Indonesia.Virus Corona yang
semakin menyebar memberikan dampak perlahan tapi pasti, terutama pada perekonomian
Indonesia. Sadar bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi sebagian besar oleh sektor
konsumsi, pemerintah akan terus melakukan percepatan belanja kementerian dan lembaga di
kuartal I 2020.Hal ini juga sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo untuk membelanjakan
anggaran dalam mengantisipasi Virus Corona yang mungkin akan menggerus konsumsi awal
tahun ini.

Terkait dengan dampak perdagangan yang disebabkan oleh penyebaran Virus Corona,
neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860 juta per Januari 2020. Defisit
tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41 miliar, lebih rendah dari neraca
impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai impor, tercatat total nilai impor non
migas dari tiga belas negara selama Januari 2020 adalah sebesar US$9,67 miliar. Angka tersebut
turun 3,14% dibanding Desember 2019. Kondisi ini disebabkan oleh turunnya nilai impor pada
beberapa negara utama, salah satunya adalah China sebesar 3,08% menjadi US$ 125,2 juta.
Sementara untuk negara lainnya, Thailand dari 14,14% menjadi US$ 104,5 juta dan Australia
dari 26,36% menjadi US$ 86,9 juta.

Sebelumnya, Virus Corona menjadi isu utama yang menyorot perhatian global beberapa
pekan terakhir karena telah menjatuhkan banyak korban, serta penyebaran virus yang
mengglobal. Walaupun Indonesia masih berstatus bebas dari virus tersebut, dampak virus
tersebut sudah dirasakan dari sisi perekonomian negeri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Diakses pada 7 April 2020 melalui


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15083

2. Diakses pada 7 April 2020 melalui


https://www.researchgate.net/publication/
312642052_Dampak_Perdagangan_Internasional_Indonesia_terhadap_Kesejahteraan_Masyara
kat_Aplikasi_Structural_Path_Analysis

3. Diakses pada 7 April 2020 melalui


https://supplychainindonesia.com/pengaruh-virus-corona-terhadap-perdagangan-ekspor-
impor/

Anda mungkin juga menyukai