abstrack
A. Pendahuluan
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Corona viruses (Cov)
adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut
COVID19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang
lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom
Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Sampai saat ini terdapat 188 negara yang
mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah meluas
ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian Indonsia, baik
dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Penyakit Corona virus 2019
(COVID-19) telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia (Fahrika & Roy,
2020).
Dampak terhadap ekonomi diperkirakan akan besar dan dapat menyebabkan
perekonomian suatu negara terpuruk. Jutaan orang akan jatuh ke dalam jurang
kemiskinan karena semakin banyaknya pengangguran akibat dari terhentinya
beberapa kegiatan produksi karena kurangnya permintaan yang bisa menstimulasi
kegiatan produksi. Virus Corona atau Corona virus disease 2019 (Covid-19) telah
membuat perekonomian Indonesia terkontraksi (Pertama & Hanani, n.d.).
Dampak Virus Corona atau Covid-19 nampaknya berimbas pada semua sektor
terutama pariwisata dan sektor-sektor lainnya. Bank Dunia memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan tertekan di level 2,1 persen.
Penyebab dari menurunnya pertumbuhan ekonomi ini karena meluasnya
persebaran Covid-19 baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pertumbuhah
ekonomi RI telah diperkirakan di bawah Bank Indonesia (BI) diperkirakan sekitar
2,5 persen saja yang biasanya mampu tumbuh mencapai 5,02 persen(Kennedy,
2018).
Dampak pandemic Covid 19 terhadap kondisi makro Indonesia bisa dilihat dari
beberapa kejadian yaitu : Pertama, Pada bulan April 2020, sekitar 1,5 juta
karyawan dirumahkan atau di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Di mana 1,2
juta pekerja itu berasal dari sektor formal, 265.000 dari sektor informal. Kedua,
Sektor pelayannan udara kehilangan pendapatan sekitar Rp 207 miliar kehilangan
pendapatan, dimana sekitar Rp. 48 milyar pendapatan yang hilang berasal dari
penerbangan China. Ketiga, jumlah wisatawan menurun sebanyak 6.800 per hari,
khususnya wisatawan dari China. Keempat, Menurut Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI) bahwa terjadi penurunan tingkat okupansi hotel di
Indonesia sebanyak 50%. Sehingga terjadi penurunan jumlah devisa pariwisata
lebih dari setengah dibandingakan tahun lalu. Keenam, Hotel, restoran maupun
pengusaha retail yang juga merupakan penunjang sektor wisata pun juga akan
terpengaruh dengan adanya virus Corona(Sariguna et al., 2020). Okupansi hotel
mengalami penurunan akan mempengaruhi kelangsungan bisnis hotel dalam
jangka panjang. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau rumah
makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan. Sektor
pariwisata yang melemah juga berdampak pada industri retail. Ketujuh,
Penyebaran Covid 19 juga berdampak pada sektor investasi, perdagangan,usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena ketika para wisatawan berkunjung ke
tempat wisata, para wisatawan tersebut akan melakukan permintaan atau
pembelian oleh-oleh. Kedelapan, terjadi inflasi pada bulan Maret 2020 sebesar
2,96% year on year (yoy), dengan naiknya harga emas perhiasan serta beberapa
harga pangan yang mengalami kenaikan yang cukup drastis(Rondhi, 2016).
Namun di sisi lain terjadi deflasi pada komoditas cabe dan tarif angkutan udara
Kesembilan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, terjadi penurunan pada
penerimaan sektor pajak sektor perdagangan, padahal sektor pajak mememberikan
kontribusi kedua terbesar pada penerimaan pajak, ditambah lagi ekspor migas dan
non migas juga mengalami penurunan karena China merupakan importir minyak
mentah terbesar dan terjadi penurunan output hasil produksi di China padahal
China merupakan pusat produksi terbesar di dunia, sehingga Indonesia dan
negara- negara lain bergantung sekali pada produksi-produksi China. Kesepuluh,
Virus Corona juga berdampak pada investasi, karena adanya ketakutan para
investor untuk melakukan kegiatan investasi, di sisi lain para investor menunda
investasi karena kurangnya demand.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Pandemi Covid 19 terhadap
Perkembangan Makro Ekonomi di Indonesia dan Respon Kebijakan yang
Ditempuh. Dalam penulisan ini peneliti menggunakan penelitian kepustakaan
yaitu dalam proses pengambilan datanya tidak perlu terjun ke lapangan secara
langsung tetapi mengambil berbagai sumber refernsi yang mendukung suatu
penelitian ini. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan
data yaitu menyimak serta mencatat informasi penting dalam melakukan analisis
data dengan cara reduksi data, display data dan gambaran kesimpulan sehingga
mendapatkan suatu gambaran kesimpulan mengenai studi literatur untuk
dikembangkan dalam penelitian ini.
3. Inflasi
April bulan ini mengalami perlambatan dari bulan sebelumnya. Perlambatan
inflasi dari bulan sebelumnya jelas merupakan imbas dari wabah COVID di
Indonesia. karena, jika dilihat dari grafik inflasi dari tahun ke tahun, apalagi
selama masa bulan puasa dan lebaran, grafik inflasi selalu naik. Inflasi ini
tidak biasa jika dibandingkan pola sebelumnya. Ketika masuk bulan ramadan
inflasinya meningkat, tapi tahun ini melambat dari Maret 0,9 persen dan April
0,08 persen, dibandingkan tahun lalu juga melambat
4. Investasi
Pada TW-1 2020, realisasi investasi mencapai Rp. 210,7 triliun atau
meningkat 8,0% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp. 195,1 triliun.
Realisasi investasi ini sudah mencapai 23,8% dari target investasi tahun 2020
sebesar Rp 886,1 triliun. Terdiri dari PMDN sebesar Rp. 112,7 triliun dan
PMA sebesar Rp. 98,0 triliun. Investasi tersebut menyerap tenaga kerja
Indonesia sebesar 303.085 orang. Industri pengolahan Meskipun mengalami
perlambatan karena pandemi covid-19, sektor industri pengolahan masih
tumbuh positif.
D. Kesimpulan
Pada kuartal pertama tahun 2020 pertumbuhan ekonomi yang dicapai di
Indonesia tercatat sebesar 2,97 persen (Year over Year (yoy), Penyebab dari
menurunnya pertumbuhan ekonomi ini adalah tidak lepas dari dampak
penanganan penyebaran virus Corona yang mulai mempengaruhi semua aspek
kehidupan dan kegiatan perekonomian. Cadangan devisa pada April meningkat
menjadi $127,9 Miliar. Penurunan angka inflasi, peningkatan industri
pengolahan, peningkatan nilai investasi, penurunan jumlah impor barang di
kuartal I 2020 juga sedikit menyumbang positif angka pertumbuhan, yaitu sebesar
0,15. Pada Kuartal I 2020, konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama
pertumbuhan yang menyumbang sebesar 1.56 dari angka pertumbuhan yang
sebesar 2.97 (%YoY). Selain konsumsi RT, pertumbuhan ekonomi di kuartal I
2020 secara tahunan juga didorong oleh ekspor barang (0.45), PMTDB (0.55) dan
Konsumsi pemerintah (0.22). Selama tiga bulan pertama (kuartal pertama) yaitu
bulan Januari hingga bulan Maret tahun 2020, Virus Covid 19 sangat cepat
penyebarannya di Indonesia dan memberikan dampak yang cukup besar bagi
kegiatan kegiatan perekonomian di Indonesia. Penurunan konsumsi swasta,
kontraksi pada sektor riil, perubahan Inventori merupakan penyumbang negatif
pertumbuhan terbesar (-0.33), diikuti oleh Ekspor jasa (- 0.32) dan Konsumsi
LNPRT (Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga) (-0.05). Kebijakan
pemerintah yang harus ditempuh dalam upaya mengatasi masalah-masalah
ekonomi makro selama pandemi Covid yaitu terbagi dalam 2 jaring pengaman
yaitu, Jaring Pengaman Sosial dengan cara penambahan dan dukungan dari
pembiayaan APBN dan Jaring Pengaman Ekonomi dengan cara pemberian
insentif fiskal dan non fiskal. Stimulasi-stimulasi lain yang juga dilakukan untuk
meningkatkan perekonomian adalah Pertama, dikeluarkan, Perppu 1 Tahun 2020.
Kedua, dikeluarkan kebijakan perpajakan Ketiga, dikeluarkan Kebijakan di
Sektor Keuangan.
E. Referensi
Fahrika, A. I., & Roy, J. (2020). Dampak pandemi covid 19 terhadap perkembangan makro
ekonomi di indonesia dan respon kebijakan yang ditempuh. Inovasi, 16(2), 206–213.
Kennedy, P. S. J. (2018). Modul ekonomi makro. Universitas Kristen Indonesia, 1–28.
Pertama, E., & Hanani, N. (n.d.). TEORI EKONOMI MAKRO Pendekatan Grafis dan
Matematis Nuhfil Hanani. 1–14.
Rondhi. (2016). Ekonomi Makro. Unesa University Press, https://dosenekonomi.com.
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-ekonomi-makro
Sariguna, P., Kennedy, J., & Ekonomi, F. (2020). Modul ekonomi pembangunan. Modul
Ekonomi Pembangunan, 1–27.