UMKM DI INDONESIA
Makalah
Sumber: LPEM FEB UI & UNDP, Report: Impact of COVID-19 Pandemic on MSMEs In Indonesia (2020)
Sumber: LPEM FEB UI & UNDP, Report: Impact of COVID-19 Pandemic on MSMEs In Indonesia (2020)
Tidak hanya akses dalam memperoleh bahan baku yang terdampak, UMKM pun
mengalami penurunan dalam segi permintaan akibat adanya pandemi COVID-19.
Berdasarkan grafik di atas (Grafik 2), hampir 90% UMKM mengalami penurunan
permintaan. Selain itu, semakin besar jenis usaha, semakin besar persentase usaha yang
mengalami penurunan permintaan. Penurunan permintaan disebabkan oleh dua faktor,
yaitu PSBB dan kehati-hatian masyarakat. PSBB menyebabkan penurunan aktivitas
ekonomu. Di sisi lain, orang-orang cenderung untuk mengurangi konsumsi karena
ketidakpastian ekonomi. Mereka memilih untuk menang dan menyimpan uang untuk
biaya darurat dalam rangka bertahan selama masa pandemi (LPEM FEB UI & UNDP,
2020). Menurut Pakpahan (2020) Sebagian besar masyarakat sangat berhati-hati dalam
mengatur pengeluaran keuangannya karena ketidakpastian kapan pandemi ini akan
berakhir.
Sumber: LPEM FEB UI & UNDP, Report: Impact of COVID-19 Pandemic on MSMEs In Indonesia (2020)
Kebijakan PSBB yang diterapkan selama pandemi pun berimplikasi pada sulitnya
mendistribusikan barang. Purwanto (2021) mengatakan bahwa penerapan Pembatasan
Sosial Berskala Besar telah berdampak luas dalam proses produksi, distribusi, dan
kegiatan operasional lainnya yang akhirnya mengganggu kinerja perekonomian. Hasil
survei yang dilakukan oleh LPEM FEB UI dan UNDP di atas (Grafik 3) menunjukan
sekitar 81% UMKM mengalami kesulitan dalam mendistribusikan produk mereka
selama pandemi COVID-19. Hal ini terjadi karena kebijakan PSBB yang diterapkan
pemerintah meregulasi mobilisasi masyrakat.
Sumber: LPEM FEB UI & UNDP, Report: Impact of COVID-19 Pandemic on MSMEs In Indonesia (2020)
Sumber: LPEM FEB UI & UNDP, Report: Impact of COVID-19 Pandemic on MSMEs In Indonesia (2020)
Menurut Gunadi, dkk. (2021) sektor bisnis yang paling terdampak dari sisi
penurunan pendapatan adalah sektor transportasi dan pergudangan. Sebanyak 23% dari
sektor-sektor tersebut melaporkan penurunan pendapatan lebih dari 80%. Selain itu,
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan 87,94% pelaku konstruksi juga mengalami
penurunan pendapatan dan 85,98% pelaku industri pengolahan juga mengalami hal
serupa (Machmudi, 2020).