Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK COVID-19 TERHADAP PEREKONOMIAN


INDONESIA DARI SISI PENDAPATAN NASIONAL

Dosen Pengampu : Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si.


Munzir Phona, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

JULI NURHAYATI PARDOSI 7223250015

RUTHANIA EVANI 7222550006

MERIANI GUNAWAN 7222550004

TIOPAN RIMHOT RUMAPEA 7223250009

SWADA SEVANAL SINUHAJI 7223250010

PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat dengan dengan tujuan untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ekonomi Makro mengenai Dampak Covid-19 terhadap perekonomian
Indonesia dari sisi pendapatan nasional.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan Makalah ini kedepannya. Akhir kata semoga Makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 17 Maret 2023

Kelompok 4

MAKALAH EKONOMI MAKRO


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Kajian Teori.....................................................................................................3
B. Pembahasan.....................................................................................................3
C. Solusi...............................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan .....................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

MAKALAH EKONOMI MAKRO


BAB I
PENDAHULUAN

Jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia terus menunjukkan peningkatan yang cepat.
Hingga 17Oktober 2020, jumlah kasus telah mencapai 39,3 juta dan meninggal 1,1 juta di
seluruh dunia, 357.762 orang terpapar dan 12.431 orang meninggal dunia di Indonesia
(BNPB, 17 Oktober 2020). Negara yang kasusnya telah melambat segera digantikan oleh
negara dengan peningkatan kasus yang sangat tinggi.Tiongkok yang menjadi episentrum
pada awal penyebaran segera digantikan oleh Amerika Serikat yang kini sudah 62 kali lebih
banyak dari jumlah kasus Tiongkok.Berbagai negara di Eropa seperti Italia, Jerman, Perancis
pernah berada dalam 10 negara dengan kasus tertinggi.
Pembatasan aktivitas yang diterapkan secara otomatis mengurangi permintaan
berbagai sektor seperti transportasi, akomodasi, maupun perdagangan.Turunnya permintaan
kemudian direspon oleh penyedia barang/jasa dengan mengurangi produksi atau bahkan
menutup usahanya sementara untuk menekan biaya yang dikeluarkan. Pilihan yang umum
diambil adalah dengan mengurangi jumlah pekerja, baik dengan dirumahkan sementara atau
pemutusan hubungan kerja (PHK).Pengangguran di berbagai negara diprediksi meningkat
tajam selama pandemi ini.
Pembatasan aktivitas yang diterapkan secara otomatis mengurangi permintaan
berbagai sektor seperti transportasi, akomodasi, maupun perdagangan.Turunnya permintaan
kemudian direspon oleh penyedia barang/jasa dengan mengurangi produksi atau bahkan
menutup usahanya sementara untuk menekan biaya yang dikeluarkan. Pilihan yang umum
diambil adalah dengan mengurangi jumlah pekerja, baik dengan dirumahkan sementara atau
pemutusan hubungan kerja (PHK).Pengangguran di berbagai negara diprediksi meningkat
tajam selama pandemi ini.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di berbagai daerah di
Indonesia pada bulan April dan Mei, menekan aktivitas perekonomian di segala sektor.
Sebagian sektor usaha terpaksa merumahkan karyawannya. Sementara masyarakat menahan
konsumsi hingga kondisi lebih stabil. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan II tahun 2020 terkontraksi hingga 5,3 persen (YoY). Kontraksi ini merupakan yang
terdalam setelah krisis tahun 1998. Dari 17 sektor, tujuh sektor masih tumbuh positif
meskipun sebagian besar melambat. Sektor informasi dan komunikasi tumbuh positif dan
lebih cepat dibandingkan triwulan II tahun 2019. Produk Domestik Bruto (PDB), 65 persen

MAKALAH EKONOMI MAKRO 1


dipengaruhi oleh sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Dari
kelima sektor tersebut, hanya sektor pertanian yang masih tumbuh.
Sektor pertanian tumbuh 2,2 persen (YoY), didorong oleh meningkatnya produksi
tanaman pangan karena adanya pergeseran puncak panen raya ke triwulan II tahun 2020.
Industri pengolahan terkontraksi 6,2 persen (YoY). Penurunan ini terutama disebabkan oleh
kontraksi industri alat angkutan (34,3 persen, YoY) karena penurunan produksi kendaraan
yang cukup tajam. Industri tekstil dan pakaian jadi juga terkontraksi hingga 14,2 persen
(YoY) karena turunnya permintaan domestik maupun luar negeri. Industri tembakau juga
terkontraksi 10,5 persen (YoY) disebabkan oleh turunnya produksi rokok. Industri kimia,
farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya (5,6 persen). Industri logam dasar juga masih tumbuh 2,8
persen (YoY). Selama masa PSBB, beberapa gerai penjualan ditutup sementara yang
berdampak pada omzet perdagangan ritel yang turun. Selain itu, penjualan semen dan produk
domestik lainnya juga turun yang mengindikasikan berkurangnya pembangunan fisik di
berbagai sector. Pada triwulan II tahun 2020, kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat
memberi dampak perlambatan ekonomi termasuk sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda yang memiliki peran sebesar 12,8 persen dalam perekonomian.
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami penurunan
sebesar 6,7 persen (QtQ) dan 7,5 persen (YoY).
Sumber kontraksi tertinggi berasal dari sektor transportasi dan pergudangan yang
diikuti oleh penyediaan akomodasi dan makanan minuman. Pengetatan mobilitas berdampak
besar pada pariwisata yang erat dengan kedua sektor tersebut. Sektor transportasi dan
pergudangan terkontraksi hingga 30,8 persen (YoY). Sementara sektor akomodasi dan makan
minum terkontraksi 22,0 persen (YoY).

MAKALAH EKONOMI MAKRO 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

Perkembangan Pandemi Covid-19

Sejak di umukan kasus pertama kali covid-19 di indonesia oleh presiden, tercatat ada
2 kasus terpapar, kemudian sampai tanggal 17 Oktober 2020 sudah mencapai 357.762 orang
terpapar, 63.730 orang dalam perawatan/isolasi mandiri, 281.592 orang di nyatakan sembuh
dan 12.431 orang telah meninggal dunia (covid19.go.id).
Sedangkan kasus harian pada tahun 2020 masih menunjukkan tren yang masih
meningkat, pada tanggal 2 Maret 2020 awal kasus baru 2 orang terpapar, kemudian
meningkat sebulan kemudian (2 April 2020) sebanyak 113 orang terpapar, ada lonjakan
tambahan kasus sebesar 111 orang, melonjak lagi pada 2 Mei 2020 sebanyak 292 kasus, lebih
2 (dua) kali dari bulan sebelumnya. Naik lagi pada 2 Juni 2020 sebanyak 609 ada lonjakan 2
(dua) kali lipat dari bulan sebelumnya. Pada 2 Juli 2020 ada kenaikan yang sangat tinggi
sebanyak 1.624 kasus harian atau naik hamper 3 (tiga) kali lipat di banding bulan sebelumnya
(Juni).
Pada 2 Agustus kasus menurun sebanyak 1.519 kasus harian, meskipun menurun
(turun 105 kasus), tetapi sejarah jumlah masih di atas 1.500 kasus. Penurunan ini di harapkan
menjadi titik puncak kasus di Indonesia yang sudah berlangsung 5 bulan sejak di umumkan
pemerintah. Tanggal 2 September kasus terpapar covid-19 malah meningkat menjadi 3.075
kasus harian atau meningkat lebih dari 2 (dua) kali bulan sebelumnya, dan meningkat lagi
pada 2 Oktober 2020 dan 17 Oktober 2020 masing masing sebanyak 4.174 kasus dan 4.301
kasus.

B. Pembahasan

Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia

Perkembangan perekonomian Indoesia di lihat dari laju pendapatan nasional dalam


kurun sampai pertengan tahun 2020 (sampai bulan Juni 2020), menunjukkan penurunan. Laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2020 sebesar 2,97% (y-on-y), dan
turun drastis pada triwulan II tahun 2020 menjadi sebesar -5,32% (y-on-y). Laju pertumbuhan

MAKALAH EKONOMI MAKRO 3


triwulan II-2020 dibandingkan triwulan II-2019 (y-on-y) mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 5,32 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2020 (q-to-q) pertumbuhan
ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 4,19 persen. Sementara itu, perekonomian Indonesia
semester I-2020 jika dibandingkan dengan semester I-2019 mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 1,26 persen.

Laju Pertumbuhan PDB, Triwulan I-2019 s.d Triwulan II-2020(persen)

PDB di lihat berdasar harga belaku, dari tahun 2017 sampai triwulan II tahun 2020 (y-
on-y), mengalami kenaikan dari Rp. 13.589,8 trilyun tahun 2017 menjadi Rp. 14.838,3
trilyun tahun 2018 dan sebesar Rp. 15.833,9 trilyun tahun 2019, kemudian mengalami
penurunan menjadi Rp. 15.690,80 pada TW I tahun 2020 (y-on-y) dan sebesar Rp. 14.750,80
trilyun pada TW II tahun 2020. PDB di lihat berdasar harga konstan (2010), dari tahun 2017
sampai triwulan II tahun 2020 (y-on-y), mengalami kenaikan dari Rp. 9.912,9 trilyun tahun
2017 menjadi Rp. 10.425,40 trilyun tahun 2018 dan sebesar Rp. 10.949,2 trilyun tahun 2019,
kemudian mengalami penurunan menjadi Rp. 10.812,00 pada TW I tahun 2020 (y-on-y) dan
sebesar Rp. 10.358,40 trilyun pada TW II tahun 2020 (tabel D.3)
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 dibandingkan dengan
triwulan II-2019 (y-on-y) mengalami kontraksi pada semua komponen. Kontraksi terdalam
terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 11,66 persen, diikuti oleh Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terkontraksi sebesar 8,61persen. Pertumbuhan

MAKALAH EKONOMI MAKRO 4


Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT mengalami kontraksi sebesar 7,76 persen, dan
pertumbuhan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah terkontraksi sebesar 6,90 persen.
Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebagai komponen dengan
kontribusi terbesar juga mengalami kontraksi sebesar 5,51persen, terutama disebabkan oleh
terjadinya kontraksi pada pengeluaran untuk kelompok restoran dan hotel. Selanjutnya,
Komponen Impor Barang dan Jasa, sebagai komponen pengurang, tumbuh minus sebesar
16,96 persen.Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), pertumbuhan ekonomi
dari sisi pengeluaran mengalami kontraksi pada semua komponen kecuali Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh sebesar 22,32 persen. Hal ini disebabkan
adanya kenaikan belanja bantuan sosial terutama untuk penanggulangan pandemi Covid-19.
Komponen yang mengalami kontraksi terdalam terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa
yaitu sebesar 12,81 persen. Sementara itu, Impor Barang dan Jasa sebagai komponen
pengurang, terkontraksi sebesar 14,16 persen Struktur perekonomian Indonesia secara spasial
pada triwulan II-2020 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang
memberikan kontribusi terhadap ProdukDomestik Bruto sebesar 58,55 persen, kemudian
diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar21,49 persen, Pulau Kalimantan 8,04 persen, serta Pulau
Sulawesi 6,55 persen, dan sisanya 5,37 persen disumbangkan pulau-pulau lainnya.

Permasalahan-permasalahan lain yang terjadi akibat dari dampak Covid-19 terhadap


perekonomian Indonesia dari sisi pendapatan adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya kontraksi/penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% (YoY),


disebabkan oleh pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan diberbagai
daerah di Indonesia pada bulan april dan mei 2020 yang menekan aktivitas
perekonomian di segala sektor.
2. Sebagian sektor usaha terpaksa merumahkan karyawannya dan berkurangnya aktivitas
bisnis akibat dari pembatasan sosial.
3. Penurunan konsumsi masyarakat. Penurunan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh
adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan oleh
pemerintah, sehingga ada bebarapa sektor yang tidak bisa beraktivitas sama sekali
(transportasi, pariwisata, perhotelan dan lainnya), beberapa sektor beraktivitas
terbatas menyebabkan pendapatan mengalami penurunan, pengeluaran konsumsi
untuk kebutuhan yang pokok saja (menunda konsumsi untuk kebutuhan yang lain

MAKALAH EKONOMI MAKRO 5


yang tidak mendesak), dunia usaha tampak sedang wait and see, sehingga belum
banyak melakukan ekspansi atau kegiatan usaha.
4. Pengeluaran pemerintah. Biaya Penanganan Covid-19 sebesar 677,2 triliun,
pengeluaran pemerintah menjadi cukup tajam ditahun 2020. Hal ini tentunya
menyebabkan ketidakseimbangan Perekonomian Negara.
5. Terjadi penurunan pertumbuhan di berbagai sektor ekonomi seperti pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan,
penyediaan akomodasi dan makan minum, dan jasa perusahaan.
6. Ketidakseimbangan kontribusi sektor terhadap produk domestik bruto (PDB), dimana
sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan memberikan
kontribusi sebesar 65%, sedangkan sektor lain hanya memberikan kontribusi rata-rata
dibawah 5%.
7. Sebagian besar sektor yang tumbuh positif melambat, kecuali sektor informasi dan
komunikasi yang tumbuh positif dan lebih cepat dari triwulan II tahun 2019.
8. Hanya sektor pertanian saja yang masih tumbuh dari kelima sektor yang paling
banyak berkontribusi terhadap PDB yaitu sektor industri, pertanian, perdagangan,
konstruksi, dan pertambangan.

C. Solusi

Adapun solusi yang dapat kami berikan dari permasalahan tersebut diatas, antara lain :

1. Untuk kontraksi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan


dukungan keuangan dari pemerintah kepada sektor-sektor terdampak dan juga
mengoptimalkan kebijakan PSBB dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan
kesehatan secara seimbang.
2. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal dan non-fiskal kepada perusahaan yang
tetap mempertahankan karyawan dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta
memberikan pelatihan keterampilan bagi karyawan yang terkena dampak.
3. Penurunan konsumsi dapat diatasi dengan memberikan insentif dan dukungan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, seperti bantuan sosial atau
keringanan pajak, sehingga mereka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar dan
berbelanja.
MAKALAH EKONOMI MAKRO 6
4. Untuk sektor-sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan, pemerintah dapat
memberikan insentif dan bantuan untuk memulihkan bisnis mereka, seperti bantuan
modal usaha atau pelatihan untuk mengembangkan bisnis secara online.
5. Pemerintah dapat mengembangkan sektor-sektor yang masih memiliki potensi untuk
tumbuh dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap PDB, seperti sektor
pariwisata atau teknologi informasi, dengan memberikan insentif dan memfasilitasi
pengembangan bisnis di sektor tersebut.
6. Dengan meningkatkan investasi, produksi dan produktivitas, dukungan dan insentif,
kualitas dan produktivitas, serta inovasi di masing-masing sektor, seperti industri,
konstruksi, perdagangan, pariwisata, jasa, dan kreatif. Hal ini akan mengurangi
ketergantungan pada sektor pertanian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
7. Lebih fokus terhadap pengembangan sektor perekonomian yang tidak terkena dampak
covid 19. terdapat beberapa lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif
yaitu Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 16,24 persen;
Informasi dan Komunikasi sebesar 3,44 persen; serta Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 1,28 persen. Struktur ekonomi Indonesia
triwulan II-2020 masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan; diikuti
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; serta Perdagangan
BesarEceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor dengan peran masing-masing sebesar
19,87 persen; 15,46 persen; dan 12,84 persen.
8. Dikarenakan terjadi pembatasan aktivitas yaitu PSBB, jadi masyarakat harus lebih
melek terhadap teknologi digital karena dilihat juga dari pertumbuhan penggunaan
alat komunikasi dan teknologi terjadi peningkatan sehingga dari hal tersebut dapat
kita manfaatkan untuk melakukan kegiatan perekonomian tanpa melanggar peraturan
PSBB.
9. Bagi pelaku usaha untuk mengatasi PSBB yaitu mereka harus mengembangkan
usahanya menjadi usaha digital agar kegiatan usaha tidak lagi perlu kumpul fisik dan
angka pemecatan karyawan pun akan menurun.
Adapun bisa kami ambil kesimpulan terkait kebijakan Fisikal dan Moneter dalam
menghadapi Covid-19 yaitu :
Di bidang fisikal, pemerintah melakukan kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi
anggran. Untuk itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres No.4/2020, yang

MAKALAH EKONOMI MAKRO 7


menginstruksikan seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur?Bupati/Walikota memercepat
refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan covid-19.
Selanjutnya, Kementerian Keuangan akan merealokasikan dana APBN sebesar
Rp62,3 triliun. Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non
operasional, honor-honor, untuk penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial
(social safety net) dan insentif dunia usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan
realokasi untuk 3 hal tersebut.
Penguatan penanganan Covid-19, dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan
alat kesehatan, obat-obatan, insentif tim medis yang menangani pasien Covid-19 dan
kebutuhan lainnya. Social safety net diberikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat
melalui program keluarga harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako
dan beras sejahtera. Kementerian/Lembaga/Pemda diharapkan memperbanyak program
padat karya termasuk Dana Desa. Sedangkan insentif dunia usaha dilakukan untuk
membantu pelaku usaha khususnya UMKM dan sektor informal.
Kemenkeu juga menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk
karyawan dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah,
pembebasan pajak penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Disamping
itu, pemberian insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak Covid-19.
Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga memprioritaskan
pembelian produk UMKM, mendorong BUMN memberdayakan UMKM dan produk
UMKM masuk e-catalog.
Di bidang moneter, kebijakan moneter yang diambil harus selaras dengan kebijakan
fiskal dalam meminimalisir dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab
itu otoritas moneter harus dapat menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan
memberikan stimulus moneter untuk dunia usaha. Diharapkan ada relaksasi pemberian
kredit perbankan dan mengintensifkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

MAKALAH EKONOMI MAKRO 8


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di berbagai daerah di


Indonesia pada bulan April dan Mei, menekan aktivitas perekonomian di segala sektor.
Sebagian sektor usaha terpaksa merumahkan karyawannya. Sementara masyarakat menahan
konsumsi hingga kondisi lebih stabil. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan II tahun 2020 terkontraksi hingga 5,3 persen (YoY). Kontribusinya koreksi berasal
dari pertambangan dan penggalian (-2,72%), industry pengolahan (-6,19%), pengadaan listrik
dan gas (-5,46), konstruksi (-5,39%), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor (-7,57%), Transportasi dan Pergudangan (-30,84%), Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum (-22,02), jasa perusahaan (-12,09%), dan jasa lainnya (-12,60%).
Kemudian sector lainnya tumbuh positif di kisaran 1,03%-10,88%, dengan kontribusi
pertumbuhan positif terbesar pada sector informasi dan komunikasi sebesar 10,88%.
Kontraksi terdalam terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 11,66
persen, diikuti oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terkontraksi sebesar
8,61 persen. Pertumbuhan Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT mengalami kontraksi
sebesar 7,76 persen, dan pertumbuhan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
terkontraksi sebesar 6,90 persen.

B. Saran

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah sejauh ini sudah cukup baik dalam
menekan dan menyelamatkan Ekonomi RI dari Corona. Adapun solusi yang telah kami
paparkan sebelumnya diharap dapat bisa meningkatkan perekonomian Indonesia. Untuk
memulihkan perekonian adalah tugas pemerintah, untuk kita sebagai pelajar/mahasiswa hal
yang bisa kita lakukan yaitu membuat gerakan aksi mematuhi aturan yang telah ditetapkan
pemerintah melalui media sosial. Hal yang bisa kita lakukan yaitu percaya pada pemerintah
disaat-saat seperti pandemi kemarin.

MAKALAH EKONOMI MAKRO 9


DAFTAR PUSTAKA

Nainggolan , Edward UP. 2020. Kebijakan Fiskal dan Moneter Menghadapi Dampak Covid
19. URL : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-
Moneter-Mengadapi-Dampak-Covid-19.html . Diakses tanggal 20 Maret 2023.

Jurnal 1

Jurnal Pembanding/Jurnal 2

MAKALAH EKONOMI MAKRO 10

Anda mungkin juga menyukai