Anda di halaman 1dari 16

Analisis Pengaruh Investasi, Wisatawan Mancanegara, dan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto


Di Provinsi Sumatera Utara

Sabrina’Siti’Jeremia
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Medan, Indonesia
Jalan Willem Iskandar, Pasar V Medan Estate, Percut Sei Tuan, Deli Serdang (dekat perbatasan Kota
Medan)
Email : sabrinasitanggang24@gmail.com Sitimaimunah280899@gmail.com jeremiasitorus10@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Analisis Pengaruh Investasi, Wisatawan
Mancanegara, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto Di Provinsi Sumatera Utara Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2007. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square
(OLS).Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, Investasi memiliki
hubungan positif dengan Produk Domestik Regional Bruto. Semakin besar atau meningkat
investasi, maka Produk Domestik Regional Bruto akan semakin meningkat. Diduga terdapat
pengaruh positif dan signifikan investasi terhadap produk domestik regional bruto di Provinsi
Sumatera Utara.Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah wisman (wisatawan
mancanegara) terhadap produk domestik regional bruto di Provinsi Sumatera Utara. Diduga
terdapat pengaruh negatif dan signifikan TPAK terhadap produk domestik regional bruto di
Provinsi Sumatera Utara. Diduga terdapat pengaruh signifikan investasi dan jumlah wisman
(wisatawan mancanegara) terhadap produk domestik regional bruto di Provinsi Sumatera
Utara.
Kata kunci: investasi, wisatawan mancanegra, tingkat partisipasi angkatan kerja

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the Analysis of the Influence of Investment,
International Tourists, and Labor Force Participation Levels on Gross Regional Domestic
Product in North Sumatra Province. This research uses time series data from 2002 to 2007.
The method used is Ordinary Least Square (OLS). The estimation results show that
government spending, investment has a positive relationship with Gross Regional Domestic
Product. The greater or the increase in investment, the Gross Regional Domestic Product will
increase. It is suspected that there is a positive and significant effect of investment on gross
regional domestic product in North Sumatra Province. It is suspected that there is a positive
and significant influence on the number of foreign tourists (foreign tourists) on the gross
regional domestic product in North Sumatra Province. It is suspected that there is a negative
and significant effect of TPAK on regional domestic product. gross in North Sumatra
Province It is suspected that there is a significant effect of investment and the number of
foreign tourists (foreign tourists) on the gross regional domestic product in North Sumatra
Province.
Keywords: investment, foreign tourists, labor force participation rate
PENDAHULUAN
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
dilaksanakan melalui prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional, yang
memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah yang berdaya guna
dan berhasil guna dalam dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani
yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada
hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus
menerus untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan
berkesinambungan. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk mencapai tingkat kemakmuran
yang lebih tinggi. Pembangunan adalah proses perubahan sistem yang direncanakan ke arah
perbaikan yang orientasinya pada modernisasi pembangunan bangsa dan kemajuan sosial
ekonomis (Basri, 2005:15). Menurut Todaro (2003: 93), pembangunan harus dipandang
sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan.
Salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi aktivitas
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi.
Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan dimasa yang
akan datang. Pertumbuhan menjadi ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil
pertumbuhan akan dapat dinikmati masyarakat paling bawah baik dengan sendirinya maupun
campur tangan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makro ekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan
dalam jumlah dan kualitasnya (Sukirno, 2008:9). Dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil
yang dicapai suatu negara/daerah. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara rill
dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas harga konsumen secara berkala,
yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya
apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan
proses sumber daya dan dana negara. Pertumbuhan PDRB, sebagai tolak ukur pertumbuhan
suatu ekonomi regional

KAJIAN TEORI
Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
A. Teori Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas
tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari
bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik
terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan
yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti
pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila
penduduk yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan
yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud.
Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu
banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas
setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali.
Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini
dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State).
Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup
hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak
akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Berdasarkan
kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik di atas, dikemukakan suatu teori yang
menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut
dinamakan teori penduduk optimum. Dari uraian mengenai teori pertumbuhan ekonomi
klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah
lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan
pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil
lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal
akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan
perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan
menyebabkan pada suatu jumlah penduduk ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang
maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum

B. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha
merupakan golongna yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam
kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru,
mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar suatu
barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan
mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan
memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter
memulai analisanya dengan memisahkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak
berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut
berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk
mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan memperoleh
keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, merekan akan meminjam modal dan
akan melakukan peminjaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat
kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat
konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-
perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal
baru. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas
kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi
bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat “keadaan tidak
berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam
pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai
pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan

C. Teori Harrod-Domar
Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar
bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat
mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Teori Harrod-
Domar didasarkan pada asumsi:
a. perekonomian bersifat tertutup
b. hasrat menabung (Marginal Provensity to Save) adalah konstan
c. proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale)
d. tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Atas dasar asumsi tersebut Harrod Domar membuat analisis yang menyimpulkan bahwa
pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh
pasar) hanya biasa tercapai apabila terpenuhi syarat keseimbangan g = k = n.
Dimana:
g = growth (tingkat pertumbuhan output)
k = capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi daerah yang masih terbelakang
karena pada daerah yang masih terbelakang biasanya barang modal sangat terbatas sehingga
sulit untuk melakukan konversi antar barang modal dengan tenaga kerja. Untuk wilayah
seperti ini, sektor yang hasil produksinya kurang menguntungkan untuk diekspor (karena
biaya angkut tinggi atau tidak tahan lama) maka peningkatan turun sehingga merugikan
produsen. Oleh karena itu sebaiknya pertumbuhan berbagai sektor diatur secara seimbang,
sehingga peningkatan produksi di suatu sektor dapat diserap oleh sektor lainnya.

D. Teori Neo-Klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari Amerika
Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur
pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang
saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang
memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian,
syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif
disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya
fleksibilitas dalam rasio modal output dalam rasio modal tenaga kerja. Teori Solow-Swan
melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan
sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar.
Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijaksanaan fiscal dan kebijaksanaan moneter.
Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan
pemikiran mereka dinamakan teori neo-klasik. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga
sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan
teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga
produktivitas perkapita meningkat. Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik
menunjukkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan
pasar sempurna, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam
perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus
barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran luas informasi pasar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur
kinerja perekonomian.
Metode Perhitungan PDRB
1. Metode Langsung
A. Pendekatan produksi
Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa
yang di produksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah. Barang dan
jasa yang di produksi ini dimulai dari harga produsen yaitu harga yang belum termasuk biaya
transport dan pemasaran karena biaya transport akan dihitung sebagai pendapatan sektor
transport, sedang biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.
Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto (NPB), sebab
masih termasuk didalamnya biaya-biaya barang dan jasa-jasa yang dipakai dan dibeli dari
sektor lain. Untuk menghindari perhitungan dua kali (double account), maka biaya-biaya
barang dan jasa-jasa harus dikeluarkan sehingga diperoleh nilai produksi netto.
B. Pendekatan Pendapatan
PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi
(berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu
wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, berdasarkan pengertian
diatas, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, anak
keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

C. Pendekatan Pengeluaran
PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor
dikurangi impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan
metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa
yang diproduksi.

2. Metode Tidak Langsung


Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai
tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai
alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas
kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung
pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling
menunjang daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam
pembanding bagi data daerah.
PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan
Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat
pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
- Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli penduduk (kenaikan
riel).
- Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang
disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan semacam
ini merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riel). Oleh karena itu berdasarkan
kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riel) maka faktor
inflasi harus dieliminir. Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum
dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga yang berlaku. Sedangkan
pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan
pendapatan regional atas harga konstan.

Investasi
Luntungan (2006) mengatakan bahwa pembentukan modal baru/investasi dapat
memperbesar kapasitas produksi yang kemudian meningkatkan PDRB, menciptakan
lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan nasional. Datrini (2009) juga menyebutkan
bahwa peningkatan tabungan dan investasi akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh investasi dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja masih akan berpengaruh
terhadap hal lain. Setelah meningkatnya penyerapan tenaga kerja maka diharapkan terjadi
peningkatan produksi yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan PDRB (Hugan,.
2012.). Peningkatan investasi dapat dipastikan akan memperbesar jumlah lapangan pekerjaan
sehingga peningkatan investasi diharapkan dapat diikuti dengan meningkatnya penyerapan
jumlah tenaga kerja (Herman, 2011).

Jenis-Jenis Investasi
Menurut Nasution (1998:105) secara umum di dalam pembangunan ekonomi terdapat
4 (empat) jenis investasi, yaitu:
a. Investasi yang terdorong (induced investment) dan Investasi otonom (autonomous
investment)
Investasi yang terdorong (induced investment) yaitu investasi yang sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, baik itu pendapatan daerah maupun pendapatan pusat
atau nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, pertambahan
permintaan yang mana adalah akibat pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan
bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi,
sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan, dan apabila
ada tambahan permintaan maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas
pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut. Investasi otonom yakni
investasi yang dilakukan oleh pemerintah karena disamping biayanya cukup besar juga
investasi ini tidak memberikan keuntungan, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
pendapatan, baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional tetapi dapat
berubah karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan seperti tingkat teknologi,
kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi ini dilakukan
secara bebas, artinya investasi ini diadakan bukan karena pertambahan permintaan efektif.
Besarnya investasi otonom tidak tergantung pada besar yang tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional. Dengan perkataan lain tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak
menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Contohnya
investasi bendungan untuk saluran irigasi tidak akan memberikan keuntungan langsung
kepada pemerintah, tetapi dengan irigasi akan meningkatkan produksi hasil pertanian.

b. Public Investment dan Private Investment


Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh
pemerintah. Yang dimaksud dengan pemerintah disini adalah pemerintah pusat/daerah yang
bersifat resmi. Sedangkan private investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta,
dimana keuntungan yang menjadi prioritas utama berbeda dengan public investment  yang
diarahkan untuk melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

c. Domestic Investment dan Foreign Investment


Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan foreign
investment adalah penanaman modal asing. Suatu negara yang memiliki banyak sekali
faktor-faktor produksi alam namun tidak memiliki faktor produksi modal yang cukup untuk
mengolah sumber-sumber yang dimilikinya itu, akan mengundang modal asing ini agar
sumber-sumber yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

d. Gross Investment dan Net Investment


Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan
negara atau daerah pada atau selama suatu periode waktu tertentu dinamakan gross
investment. Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila
misalnya investasi bruto tahun ini 30 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun
lalu 10 juta, maka investasi nettonya adalah sebesar 20 juta.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah sebagai berikut:
1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada
pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang prospektif dan dilaksanakan di masa depan, dan
besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal
yang diperlukan.
2. Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberkan keuntungan
kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila
tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanam, yaitu berupa persentase keuntungan
netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar), modal yang diperoleh lebih
besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunysi dua pilihan di dalam menggunakan
modal yang dimilikinya yaitu: pertama, dengan meminjamkan atau membungakan uang
tersebut (deposito); kedua, dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal pilihan
terbaik adalah mendepositokan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi
apabila tingkat keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan
dibayar.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan
Dengan adanya ramalan tentang kondisi dimasa depan akan dapat menentukan
tingkat investasi yang akan tercipta dalam perekonomian. Apabila ramalan di masa depan
adalah baik maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi dimasa
akan datang adalah buruk, maka investasi akan rendah.
4. Kemajuan teknologi
Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak
kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat
investasi yang dicapai.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat
akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total agregat demand meningkat yang
pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (included investment).
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para
pengusaha untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang
7. Situasi politik
Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para
investor terutama para investor asing untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa
investasi memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali
modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang
akan sangat diharapkan oleh investor.

Wisatawan Mancanegara
Sipayung (2013), menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan
akan berpengaruh kepada penerimaan pariwisata dan akhirnya berpengaruh kepada
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Fayissa (2008), Gokovali dan Bahar (2006), Huseyni dkk
(2017) dan Lean dkk (2014) yang menyatakan bahwa pariwisata atau jumlah wisatawan
yang berkunjung dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau PDRB. Menurut Tendean
(2013), hasil penelitian menunjukan jumlah wisatawan secara langsung berpengaruh positif
terhadap pendapatan asli daerah, jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap pajak hotel
dan pendapatan asli daerah. Anuar et al (2012) menyatakan bahwa setiap dollar yang
dibelanjakan wisatawan mancanegara pada suatu daerah tujuan wisata akan mendorong
kegiatan ekonomi di daerah tujuan wisata yang dikunjungi
Angkatan Kerja
Angkatan Kerja adalah jumlah penduduk usia kerja yang mencari pekerjaan dan
sedang bekerja, termasuk dalam kelompok ini adalah usia produktif yang mencari kerja.
Angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistika adalah “bagian dari tenaga kerja yang benar-
benar terlibat atau bekerja atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan tersebut”. Angkatan
kerja secara tradisional dianggap merupakan faktor positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi, semakin besar angkatan kerja maka semakin banyak pula tenaga kerja yang
produktif. Angkatan kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu penduduk yang
bekerja dan penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaaan. Dengan demikian,
angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja,
atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk ke
pasar kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang merupakan rasio antara angkatan dan
tenaga kerja. Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK-nya maka semakin besar pula
ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK adalah: umur, status perkawinan, tingkat
pendidikan, daerah tempat tinggal (kota/desa), pendapatan, dan agama. Pertambahan
penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan sebaliknya justru merupakan unsur
penting yang memacu pembangunan ekonomi. Populasi yang besar adalah dasar pasar
potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang
kemudian akan menggerakkan bebagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan
skala ekonomis produk yang menguntungkan semua pihak. Penduduk berfungsi ganda dalam
perekonomian, dalam konteks pembangunan pandangan terhadap penduduk menjadi
terpecah dua, ada yang mengatakan penduduk yang besar akan menghambat pembangunan
serta beban dari pembangunan dan sebagian ahli mengatakan bahwa penduduk dianggap
sebagai pemicu pembanguanan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil pendapatan
perkapita dan akan menimbulkan masalah ketenaga kerjaan dan dalam kaca mata modern
penduduk justru dipandang sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak dalam
masalah penduduk dan angkatan kerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif wajib diberi
perhatian yang utama dalam ekonomi pembangunan karena kenaikan jumlah penduduk
secara otomatis akan menaikkan jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap salah satu faktor yang positif yang
memacu pertumbuhan ekonomi.
Penelitian Anna Amelia (2010) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja
memberikan pengaruh yang signifikan tetapi memiliki hubungan negatif terhadap PBRD.
Tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja tidak akan memambah keuntungan suatu daerah
tanpa diimbangi dengan tercukupinya lapangan kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK)
secara tradisional merupakan salah satu faktor positif yang mampu memacu pertumbuhan
ekonomi. Besarnya tenaga kerja akan berbanding lurus dengan tingkat produksi, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang besar akan berdampak kepada peningkatan permintaan pasar
domestik yang lebih besar. Namun, pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan
penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian negara tersebut dalam
menyerap dan memanfaatkan pertambahan tenaga kerja dengan baik. Kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor
penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Todaro, 2003:326, Angkatan kerja
yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Kenaikan jumlah penduduk
yang cepat, cenderung menurunkan tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita di sebagian
besar negara-negara berkembang, terutama yang kondisi dasarnya masih miskin, tergantung
pada sektor pertanian, serta diliputi keterbatasan lahan serta sumber-sumber daya alam
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis mengenai pengaruh pengeluaran
pemerintah, investasi swasta dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu hasil olahan
yang diperoleh dari dinas atau instansi yang resmi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Data diperoleh dalam bentuk urut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data
dalam bentuk angka dari tahun 2002 -20017. Sumber data diperoleh melalui laporan Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, data lainnya yang mendukung
penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, artikel, dan buku bacaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yang
diperoleh dari lembaga-lembaga terkait dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang
relevan diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di
dalam penulisan penelitian yang dapat diperoleh dari buku – buku, majalah, surat kabar,
internet, dan lain-lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data urut waktu (time
series).
Pengolahan Data
Dalam mengelola data, penulis menggunakan program Eviews versi 5.0. sebagai
software utama untuk mengolah data dalam penelitian ini. Selain itu juga digunakan
software Microsoft Excel sebagai software pembantu dalam mengkonversi data dalam
bentuk baku yang disediakan oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representatif untuk
digunakan pada software utama diatas dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam
pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.

Model Analisis Data


Dalam menganalisis seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
varibel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang
ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).
Fungsi matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f (X1,X2,X3)…................................................................................(1)

Kemudian fungsi diatas ditransformasikan ke dalam model ekonometrika dengan


persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ...........................................................(2)

Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)


Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien Determinasi (R-square) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap
variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1 (0 ≤ R 2 ≤
1), dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai
pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.

Uji F-statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan
hipotesa sebagai berikut :
Ho : b1 = b2 = b3 = 0......................................(tidak ada pengaruh)

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0......................................(ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.
Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel independen secara keseluruhan
mempengaruhi variabel dependen dan jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya
variabel dependen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : R2/ k - 1 (1
— R2)/(n — k)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Investasi, Wisman, TPAK, dan PDRB di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2017
Tahun INVESTASI WISMAN TPAK PDRB

2002 845.9 121819 69.45 88117.5


2003 1115.53 98336 66.41 101323.76
2004 1955.47 112319 68.95 118100.51
2005 1531.61 121052 71.94 139618.31
2006 1089.3 121846 66.9 160376.8
2007 4691.75 134130 67.49 181819.74
2008 2884.83 152499 68.33 213931.7
2009 12382.83 163159 69.14 236353.62
2010 4624.7 191466 69.51 275056.51
2011 7780.95 223126 72.09 314372.44
2012 9018.96 241833 69.41 417120.44
2013 14442.74 259299 70.67 469464.02
2014 11811.36 270837 67.07 521954.95
2015 20953.12 229288 67.28 571722.01
2016 19057.65 233643 65.99 628394.16
2017 31981.1 270792 68.88 684069.49

1. Uji Hipotesis
Dependent Variable: PDRB
Method: Least Squares
Date: 04/08/20 Time: 13:14
Sample: 2002 2017
Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 1104731. 380729.2 2.901618 0.0133


INVESTASI 9.595421 1.880222 5.103343 0.0003
WISMAN 1.915642 0.267273 7.167370 0.0000
TPAK -17825.08 5636.805 -3.162266 0.0082

R-squared 0.971325    Mean dependent var 320112.2


Adjusted R-squared 0.964157    S.D. dependent var 200555.4
S.E. of regression 37969.79    Akaike info criterion 24.13929
Sum squared resid 1.73E+10    Schwarz criterion 24.33243
Log likelihood -189.1143    Hannan-Quinn criter. 24.14918
F-statistic 135.4962    Durbin-Watson stat 1.871883
Prob(F-statistic) 0.000000

2. Uji Normalitas
10
Series: Residuals
Sample 2002 2017
8 Observations 16

Mean -1.46e-11
6 Median -4624.253
Maximum 70635.10
Minimum -67323.78
4
Std. Dev. 33961.21
Skewness 0.634665
Kurtosis 3.743085
2

Jarque-Bera 1.442251
0 Probability 0.486205
-50000 0 50000

3. Uji Multikolinearitas
Nilai centered VIF pada data Investasi sebesar 2.927988, Wisman sebesar 2.887316, dan TPAK sebesar
1.101466 atau nilai variabel VIF < 10 pada data ini sehingga tidak ada permasalahan multikolinearitas pada data
atau data ini layak untuk dipublish.
Variance Inflation Factors
Date: 04/08/20 Time: 13:20
Sample: 2002 2017
Included observations: 16

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C  1.45E+11  1608.704  NA


INVESTASI  3.535236  6.202341  2.927988
WISMAN  0.071435  29.75402  2.887316
TPAK  31773572  1666.308  1.101466

4. Uji Autokorelasi
Pada output Nilai probability pada Chi-Square sebesar 0.6133 lebih besar daripada
tingkat kesalahan yang ditentukan yakni 5% sehingga tidak ada permasalahan Uji
Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.325396    Prob. F(2,10) 0.7296


Obs*R-squared 0.977644    Prob. Chi-Square(2) 0.6133

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 04/08/20 Time: 13:22
Sample: 2002 2017
Included observations: 16
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Coefficien
Variable t Std. Error t-Statistic Prob.  

C 144118.0 444383.5 0.324310 0.7524


INVESTASI -0.071921 2.279246 -0.031555 0.9754
WISMAN -0.012137 0.304953 -0.039799 0.9690
TPAK -2071.701 6533.089 -0.317109 0.7577
RESID(-1) 0.077045 0.359446 0.214345 0.8346
RESID(-2) -0.329409 0.416846 -0.790242 0.4477

R-squared 0.061103    Mean dependent var -1.46E-11


Adjusted R-
squared -0.408346    S.D. dependent var 33961.21
S.E. of regression 40303.04    Akaike info criterion 24.32624
Sum squared resid 1.62E+10    Schwarz criterion 24.61596
Log likelihood -188.6099    Hannan-Quinn criter. 24.34107
F-statistic 0.130159    Durbin-Watson stat 2.068350
Prob(F-statistic) 0.981867

5. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 3.154705    Prob. F(9,6) 0.0877


Obs*R-squared 13.20868    Prob. Chi-Square(9) 0.1534
Scaled explained SS 10.19040    Prob. Chi-Square(9) 0.3353

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/08/20 Time: 13:23
Sample: 2002 2017
Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 1.26E+12 6.16E+11 2.045020 0.0868


INVESTASI^2 -12.60361 19.77295 -0.637417 0.5474
INVESTASI*WISMAN 0.655583 5.780462 0.113414 0.9134
INVESTASI*TPAK 108155.7 92455.75 1.169810 0.2864
INVESTASI -6982493. 6684530. -1.044575 0.3365
WISMAN^2 -0.208993 0.443998 -0.470708 0.6545
WISMAN*TPAK -17885.15 8533.906 -2.095775 0.0809
WISMAN 1267173. 670978.0 1.888546 0.1079
TPAK^2 3.03E+08 1.36E+08 2.226990 0.0675
TPAK -3.92E+10 1.83E+10 -2.135146 0.0767

R-squared 0.825543    Mean dependent var 1.08E+09


Adjusted R-squared 0.563856    S.D. dependent var 1.85E+09
S.E. of regression 1.22E+09    Akaike info criterion 44.95371
Sum squared resid 8.95E+18    Schwarz criterion 45.43657
Log likelihood -349.6296    Hannan-Quinn criter. 44.97843
F-statistic 3.154705    Durbin-Watson stat 2.403691
Prob(F-statistic) 0.087732

Nilai output pertama probability constant sebesar 0.0133 lebih kecil dari tingkat kesalahan
yang ditetapkan sebesar 5% sehingga variable tersebut signifikan.
Nilai probability dari variabel Investasi sebesar 0.0003 lebih lebih kecil dari tingkat
kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% sehingga variable tersebut signifikan.
Nilai probability dari variabel Wisman sebesar 0.0000 lebih lebih kecil dari tingkat
kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% sehingga variable tersebut signifikan.
Nilai probability dari variabel TPAK sebesar 0.0082 lebih lebih kecil dari tingkat kesalahan
yang ditetapkan sebesar 5% sehingga variable tersebut signifikan.
Uji F atau uji kecocokan model didapat Prob (F-Statistic) sebesar 0.000000 lebih lebih kecil
dari tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% sehingga variable tersebut signifikan.
Nilai koefisien korelasi dari data R-Square sebesar 0.971325 yang artinya variabel Investasi
dan Wisman mempengaruhi PDRB sebesar 97.13% dan sisanya sebesar 2.87% dipengaruhi
oleh faktor lainnya.

KESIMPULAN
1. Secara simultan investasi, jumlah wisman dan TPAK berpengaruh terhadap produk
domestik regional bruto di Provinsi Sumatera Utara.
2. Secara parsial disimpulkan bahwa :
a. Variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk
domestik regional bruto di Provinsi Sumatera Utara.
b. Variabel jumlah wisman berpengaruh positif terhadap produk domestik
regional bruto di Provinsi Sumatera Utara.
c. Variabel PTAK berpengaruh negatif terhadap produk domestik regional bruto
di Provinsi Sumatera Utara.
3. Variabel investasi, jumlah wisman, dan TPAK terhadap produk domestik regional
bruto sebesar sebesar 97.13% dan sisanya sebesar 2.87% dipengaruhi oleh faktor
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Sumatera Utara Dalam Angka. Berbagai Terbitan

Bakti, T. Diana, Rahmat Sumanjaya, dan Syahrir Hakim Nasution. 2010. Pengantar
Ekonomi Makro. Medan: USU Press

Basri, Yuzwar Zainul. 2005. Keuangan Negara Dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Gujarati, Damondar.


2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga

Hera, M. Ikhsan, Widyanti. 1995. Indikator-Indikator Makro Ekonomi Edisi Kedua. Jakarta:
LPFE UI

Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai