Anda di halaman 1dari 12

PENGANGGURAN DI INDONESIA

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Sosial

Dosen Pengampu : Dra. Nina Widowati M.Si.

DISUSUN OLEH

Kelompok 6

1. Alrizal Anwar Sulthani (14020119130123)


2. Mochamad Raihan Wicaksono (14020119140160)
3. Shinta Noor Aini Putri (14020119130091)
4. Yashinta Noorma Nindya Kirana (14020119130084)
5.Aisyah Annis Rahmawati (14020119130055)
6. Rizka Utami Indra (14020119120031)
7. Arneta Rahma Aqila (14020119140168)
8. Muhammad Yanwar (14020119130067)
9. Ulil Albab Alvarelly (14020119140172

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pada dasarnya salah satu indikator yang mengukur keberhasilan pembangunan


suatu negara adalah tingkat pengangguran. Sebagai negara berkembang, masih
banyak ditemukan sejumlah penduduk yang menjadi pengangguran. Menurut data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka yang ada di Indonesia
mencapai 05,01 persen per Februari tahun 2020.

Tingkat pengangguran yang tinggi menjadi salah satu permasalahan yang


mendasar dalam bidang ketenagakerjaan di Indonesia. Hal yang memicu
permasalahan tersebut adalah bertambahnya tenaga kerja baru yang ada di Indonesia
namun tidak diiringi dengan pertambahan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Hal ini diperparah oleh adanya sebuah wabah yang melanda seluruh dunia termasuk
di Indonesia, yaitu wabah Coronavirus Disease. Wabah tersebut telah ditetapkan
sebagai pandemi berskala global oleh WHO.

Atas adanya wabah berskala global tersebut, pemerintah telah menerapkan


berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai kebijakan
tersebut mulai dari penerapan social distancing, physical distancing, dan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibat dari Covid-19 tersebut para tenaga kerja yang
tidak memiliki pekerjaan tetap dan para buruh harian harus berhenti untuk bekerja.
Selain itu banyak pekerja yang harus dirumahkan hingga di PHK akibat adanya
kebijakan dari pemerintah tersebut. Kondisi tersebut dapat memicu bertambahnya
angka pengangguran. Pengangguran tidak hanya orang yang tidak melakukan
kegiatan untuk menghasilkan uang, terdapat istilah pengangguran tidak terbatas
dimana mereka mereka yang mencari pekerjaan dan orang yang bekerja namun
pekerjaannya tidak produktif juga termasuk sebagai pengangguran.

Berdasarkan proyeksi Core Indonesia, penambahan jumlah angka


pengangguran terbuka di Indonesia tersebut disebabkan oleh perubahan perilaku yang
terjadi dimasyarakat akibat adanya pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung
diikuti dengan kebijakan pembatasan sosial baik yang berskala kecil maupun besar.
Tingkat pengangguran yang ada di Provinsi Jawa Tengah per tahun 2019 tercatat
sebanyak 820 ribu penduduk menganggur. Data tersebut kian meningkat di tahun
2020. Umumnya, mata pencaharian atau pekerjaan yang banyak dilakukan oleh
penduduk Jawa Tengah bergerak di bidang pertanian, peternakan, dan sektor industri
seperti pabrik (Gatra, 2020). Meningkatnya angka pengangguran di Jawa Tengah akan
memberikan dampak negatif pada sektor perekonomian.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai


berikut :

1. Bagaimana pengaruh wabah Covid-19 terhadap tingkat pengangguran yang


ada di Jawa Tengah?
2. Apakah dampak dari adanya wabah Covid-19 dan pengangguran tersebut
terhadap perekonomian di Jawa Tengah?
3. Bagaimana solusi atas permasalahan pengangguran   tersebut?
III. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah informasi mengenai dampak yang disebabkan oleh Covid-


19 terhadap bidang ketenagakerjaan yang ada di Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui dampak Covid-19 dan pengangguran yang berlangsung
terhadap sektor perekonomian yang ada di Jawa Tengah.
3. Untuk memberikan masukan atau alternatif mengenai permasalahan
pengangguran akibat adanya pandemi Covid-19 tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengaruh wabah Covid-19 terhadap tingkat pengangguran yang ada di Jawa


Tengah.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia tengah mengalami permasalahan


yang begitu penting dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 telah
mempengaruhi pola kehidupan sepenuhnya dimana kita dituntut untuk mampu
beradaptasi dengan perubahan yang telah terjadi. Adanya perubahan tersebut
mengakibatkan kerugian di berbagai sektor salah satunya pada sektor ekonomi. Sektor
ekonomi menjadi sektor yang mengalami kerugian terbesar dimana jumlah kerugian
ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 mencapai kurang lebih Rp1.356 triliun.
Kerugian ekonomi ini merupakan selisih realisasi pertumbuhan ekonomi 2020 yang
minus 2,07 persen dengan target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2020 sebesar
5,3 persen (Metrotvnews, 2021). Kerugian tersebut disebabkan adanya Pemberlakuan
physical distancing dan PSBB di beberapa wilayah akibat pandemi berimbas pada
operasional perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020


tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dijelaskan bahwa selama PSBB
dilaksanakan, sekolah dan tempat kerja diliburkan kecuali bagi kantor atau instansi
strategis yang memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban
umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan,
perekonomian, keuangan, komunikasi, industri, ekspor dan impor, distribusi, logistik,
dan kebutuhan dasar lainnya. PSBB merupakan tindakan pembatasan kegiatan
tertentu masyarakat dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi atau terkontaminasi
penyakit untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Jika
dilihat lebih jauh, PSBB secara umum memiliki prinsip yang hampir sama dengan
physical distancing, yaitu adanya pembatasan kegiatan masyarakat (Saraswati, 2020).

Adanya kebijakan tersebut akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan


berupa terhambatnya berbagai sektor bisnis yang mengandalkan keramaian (seperti
pariwisata, pameran, mall) atau bisnis pendukung hingga bisnis yang tidak dapat
menerapkan social distancing (seperti salon, pangkas rambut, ojek, dll) tidak dapat

4
berjalan dengan baik. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan berbagai
pelaku usaha mengalami gulung tikar akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Banyak perusahaan yang akhirnya terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) berskala besar dan pengurangan jam kerja terhadap para staf pekerja
dikarenakan keterbatasan bantuan modal, dan keterbatasan cash-flow terutama untuk
membiayai gaji tenaga kerja yang merupakan komponen tertinggi dari biaya
perusahaan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut akhirnya menyebabkan
permasalahan baru dimana angkat pengangguran semakin meningkat.

Jawa Tengah menjadi salah satu daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi
di masa pandemi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
pengangguran di Jawa Tengah mencapai 1.214.342 orang (Agustus 2019 - Agustus
2021), atau sekitar 6,48% dari jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada 2020 yang
mencapai 18.751.277 orang. Jumlah ini naik sekitar 2,04% dibanding tahun 2019 atau
sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, di mana tingkat pengangguran di Jawa
Tengah sekitar 4,44% dari total angkatan kerjanya. Dari catatan BPS Provinsi Jawa
Tengah, jumlah pengangguran terbanyak berada di Kota Semarang yakni 98.001
orang atau sekitar 9,5% dari total angkatan kerjanya yang mencapai 1.02 juta orang.
Sementara urutan kedua ditempati Kabupaten Brebes dengan jumlah pengangguran
mencapai 89.494 orang atau sekitar 9,8%. Pada urutan ketiga ada Kabupaten Cilacap
dengan jumlah pengangguran mencapai 80.811 (jateng.bps.co.id).

Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja (Disnakertrans) Provinsi Jawa
Tengah, meningkatnya pengangguran di jawa Tengah merupakan dampak langsung
dari sektor industri saat pandemi seperti bahan baku dari luar negeri yang terkendala
pengiriman, tenaga ahli asing yang belum bisa ke Indonesia, serta kontrak produksi
yang di-reschedule ulang oleh bayar. Hal ini pun membuat pabrik mengurang
produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja (Solopos.com). Selain itu,
tingginya jumlah usia produktif di Jawa Tengah tidak diikuti dengan penurunan
jumlah pengangguran. Sebaliknya, diikuti dengan peningkatan jumlah pengangguran.
Adanya peningkatan pengangguran tersebut tentunya dapat mendorong berbagai
permasalahan baru untuk turut muncul ke permukaan. Tidak hanya soal kemiskinan,
tetapi juga kriminalitas yang turut meningkat akibat peningkatan pengangguran
tersebut.

5
II. Dampak dari adanya wabah Covid-19 dan pengangguran tersebut terhadap
perekonomian di Jawa Tengah.

Peningkatan angka pengangguran di Jawa Tengah merupakan dampak atau


akibat langsung dari adanya pandemi Covid-19. Peningkatan jumlah angka
pengangguran di Jawa Tengah tentu saja memberikan dampak pada tingkat
perekonomian di Jawa Tengah. 

Pada awal tahun 2020, awal saat ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia dan
utamanya di Jawa Tengah mengakibatkan seluruh aktivitas di masyarakat berhenti
dan berakibat pada PHP besar-besaran dan berdampak pada meningkatnya angka
pengangguran di Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Pada grafik diatas dapat
dilihat bahwa terdapat peningkatan pengangguran yang sangat drastis pada tahun
2020.

Pada tahun 2019 angka pengangguran di Jawa Tengah sebesar 4,42 persen dan
pada tahun 2020 meningkat menjadi 6,48 persen.  Meningkatnya pengangguran
tersebut dibarengi dengan adanya lesunya tingkat perekonomian di Jawa Tengah.
Pada tahun 2019 tingkat pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah meningkat 5,34
persen tetapi pada tahun 2020 yang dibarengi dengan adanya Covid-19 yang

6
mengakibatkan adanya peningkatan pengangguran memberikan dampak langsung
pada pertumbuhan ekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi dan meningkat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada kuartal I di tahun 2020
menurun menjadi 2,61 persen. Pada kuartal II turun drastis bahkan minus menjadi
5,42 persen dan kuartal III menjadi minus 3,92 persen.

Perlu diketahui, tingkat pengangguran terbuka pada bulan Februari 2021 di


daerah perkotaan lebih besar dibandingkan tingkat pengangguran terbuka di daerah
perdesaan. Nilai tingkat pengangguran terbuka di perkotaan sebesar 6,93%,
sedangkan di daerah perdesaan sebesar 4,98% (radarsemarang.jawapos.com).
Penurunan nilai tingkat pengangguran terbuka di daerah pedesaan pada Februari 2021
jika dibandingkan dengan Agustus 2020 ini lebih besar dibandingkan penurunan
tingkat pengangguran terbuka di daerah perkotaan. Hal ini menunjukkan jumlah
pengangguran di perdesaan lebih banyak berkurang daripada di perkotaan. Adanya
puncak panen raya pada Maret 2021 memungkinkan semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang bekerja di Februari 2021.

Pada tahun 2021 juga terjadi penurunan angka pengangguran yang dapat
memberikan dampak positif pada tingkat laju pertumbuhan perekonomian di Jawa
Tengah. Jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 berkurang sehingga
menyebabkan angka pengangguran Jawa Tengah turun pada 2021. Berkurangnya
dampak pandemi Covid-19 tersebut membuat tingkat pengangguran terbuka di Jawa
Tengah turun 0,2 persen poin menjadi 5,95%. Hal ini tentunya memberikan akibat
langsung pada tingkat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. 

Pada tahun 2021 pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah kembali hidup


dan berjalan karena angkatan kerja berangsur-angsur kembali pulih seperti sedia kala
dan membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Kemudian pada akhir bulan Mei
2021 jumlah kasus positif Covid-19 kembali bertambah secara perlahan. Puncaknya
terjadi pada Juli dan Agustus. Kenaikan ini menyebabkan pemerintah harus
membatasi secara lebih ketat protokol kesehatan dan physical distancing. Pemerintah
menerapkan PPKM level 3 dan level 4 di Jawa Tengah dari tanggal 26 Juli sampai 2
Agustus 2021. Pada PPKM level ini, kapasitas di tempat kerja yaitu 10% untuk
pelayanan administrasi perkantoran 25% untuk kegiatan pelayanan administrasi
kepada masyarakat, dan 50% untuk kegiatan lainnya. Kondisi ini sedikit menaikkan

7
jumlah pengangguran di Jawa Tengah pada Agustus 2021. Jumlah pengangguran
bertambah 10 ribu orang dari Februari 2021, tetapi nilai tingkat pengangguran terbuka
Agustus 2021 menurun 0,01% (radarsemarang.jawapos.com). Melonjaknya jumlah
kasus positif menyebabkan pemerintah harus memperketat peraturan dan membatasi
kegiatan-kegiatan. Dari pembatasan ini berpengaruh pada pelaksanaan operasional
usaha. Secara tidak langsung jumlah pengangguran juga dipengaruhi oleh kondisi
pandemi. Karenanya, diperlukan kebijakan yang lebih serta perhatian yang lebih
untuk mengurangi pengangguran pada saat pandemi Covid-19. Hal ini merupakan
bukti bahwa tingkat pengangguran di Jawa Tengah akibat adanya pandemi Covid-19
sangat memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap tingkatan pertumbuhan
ekonomi di Jawa Tengah.

Berdasarkan data penurunan pengangguran dan perbaikan ekonomi tersebut,


Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada 2022
akan berada pada rentang 5% hingga 6%, melanjutkan perbaikan yang telah dimulai
pada tahun ini (semarang.bisnis.com). Pemulihan ekonomi Jawa Tengah dapat
diakselerasi dengan mengedepankan sinergi dan inovasi. Jawa Tengah juga memiliki
modal besar untuk mendorong pemulihan ekonomi, karena didukung oleh
ketersediaan pasokan bahan baku yang melimpah, kualitas produk berstandar
internasional, serta ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja serta Jawa Tengah juga
dinilai memiliki iklim investasi yang baik.

Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran yang meningkat akibat


Covid-19 di Jawa Tengah dapat memberikan dampak secara langsung pada
pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan jumlah
angkatan kerja yang berkurang di Jawa Tengah pada saat pandemi Covid-19
berkurang sehingga seluruh kegiatan perekonomian di Jawa Tengah dapat dikatakan
terhambat dan memberikan dampak pada pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah
lesu. Tingkat pengangguran akibat Covid-19 memberikan dampak negatif pada
pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah.

III. Solusi Atas Permasalahan Pengangguran Akibat Adanya Wabah Covid-19

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan


dalam memangkas angka pengangguran di Jawa Tengah. Pembangunan yang

8
berkelanjutan tidak akan terwujud tanpa ada peran serta dan komitmen pemerintah
dengan masyarakat. Oleh sebab itu, yang dibutuhkan adalah kesepahaman dan
kesepakatan dari pemerintah dan masyarakat demi terwujudnya pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang hendak dilakukan memiliki dampak
pada pemerataan secara ekonomi. Kaitan dua hal tersebut adalah antara pembangunan
berkelanjutan dan pemerataan secara ekonomi. Jika menginginkan pemerataan
ekonomi, pemerintah hendaknya membutuhkan pembangunan berkelanjutan.

Kemudian untuk memangkas pengangguran bisa juga dilakukan dengan


mengundang investor ke Jawa Tengah. Keberadaan investor di Jawa Tengah dapat
menciptakan lapangan kerja baru. Semakin banyak investor masuk, maka semakin
besar kehadiran lapangan kerja baru. Dengan demikian, semakin banyak lapangan
kerja baru maka dapat memungkinkan berkurangnya angka pengangguran.

Selain itu dapat juga dengan cara mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Dorongan ini dilakukan guna mengupayakan kemandirian di sektor
UMKM. Guna menciptakan UMKM yang mandiri, diperlukan juga kepastian dalam
pendampingan. Pendampingan ini dapat direncanakan dengan cara bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi demi keberhasilan pendampingan pada pelaku UMKM.
Pendampingan atas pelaku UMKM adalah usaha untuk peningkatan pengetahuan dan
keterampilan. Maka di dalam pendampingan itu, pelatihan pemberdayaan
pengetahuan dan keterampilan mereka merupakan sesuatu yang penting. Selanjutnya
perlu diperhatikan pentingnya penyediaan akses permodalan untuk keberhasilan
sektor UMKM yang dapat disediakan untuk membantu mereka dengan suku bunga
terendah dari Bank Jawa Tengah. Dengan pendampingan seperti ini, suatu usaha
mikro kecil minimal akan menumbuhkan dua tenaga kerja.

9
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Indonesia masih merupakan negara dengan status negara berkembang yang
memiliki tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi, di mana hal ini diperparah
dengan adanya pandemi akibat Covid-19 yang melumpuhkan dan berdampak ke
semua bidang kehidupan. Dengan adanya pandemi ini mempertinggi jumlah
pengangguran di Indonesia khususnya di Jawa Tengah yang diakibatkan dari sektor
industri saat pandemi yang terhambat dan menurun. Akibatnya jumlah angkatan kerja
berkurang di Jawa Tengah dan berdampak pada penurunan kegiatan perekonomian,
serta pada terhambarnya pertumbuhan ekonomi. Adanya peristiwa yang dirasakan ini
merupakan salah satu contoh dampak negatif dari adanya pandemi Covid-19 yang
melanda Indonesia khususnya Jawa Tengah. Dan untuk menanggulangi tingginya
tingkat pengangguran ini yaitu dengan ditetapkan dan diimplementasikanya
pembangunan berkelanjutan untuk pemerataan ekonomi, terlebih akibat dari adanya
pandemi yang membuat banyaknya kesenjangan dalam perekonomian.
II. Saran
Untuk mengatasi permasalahan pengangguran yang meneingkat akibat
pandemi Covid-19 ini, harus adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat
dalam menjalankanya agar tercapainya tujuan yang ditetapkan. Pemerintah sebagai
pihak yang memberikan penyuluhan, sosiasilisasi, serta kebijakan terkait untuk
mengembangkan potensi kinerja masyarakat dengan tujuan pemerataan ekonomi.
Sementara dari pihak masyarakat sendiri dengan menerapkan kebijakan yang ada dan
juga mengimplementasikan ilmu yang didapatkan untuk tercapainya peningkatan
kinerja agar tercapainya kesetaraan ekonomi dan menghilangkan kesenjangan sosial
yanga terjadi di masyarakat. Kerjasama dalam menjalankan kebijakan serta aturan
yang ada secara konsisten antara pemerintah dan masyarakat ini akan menghasilkan
tercapainya tujuan yang tealh ditetapkan secara maksimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, D. dkk. (2021). KONDISI TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA PADA


MASA PANDEMI COVID-19 : STUDI KASUS DENGAN JIMEA | Jurnal Ilmiah
MEA ( Manajemen , Ekonomi , dan Akuntansi ). Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(2), 1665–1678.

Basrowi, Yuliana, S., Prayogo, A. D., Liana, J. E., Andriansyah, M., & Astridinata, I. K.
(2018). Pengangguran (Perspektif Teoretis). Osf.Io, 1–14.

Indayani, S., & Hartono, B. (2020). Analisis Pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
sebagai akibat pandemi Covid-19. Jurnal Perspektif, 18(2), 201-208.

Jalil, Abdul, M, Fahri, & Kasnelly, Sri. (2020). Meningkatnya Angka Pengangguran Di
Tengah Pandemi (Covid-19). 2 (Pengangguran Akibat Covid 19), 45–60.

Mardiyah, R. A., & Nurwati, R. N. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Peningkatan Angka Pengangguran di Indonesia. Harian Spektrum, 2, 1–11.
https://spektrumonline.com/2020/11/11/dampak-pandemi-covid-19-multidimensi/

PH, L., Suwoso, R. H., Febrianto, T., Kushindarto, D., & Aziz, F. (2020). Indonesian Journal
of Nursing and Health Sciences. Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences,
1(1), 37–48.

Saraswati. “Kebijakan Hukum Terhadap Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia”,


dalam Kertha Wicaksana. (hlm. 147–152), 2020.
https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1923.147-152

Surindra, B., Artantri, M. W., Forijati, R., & Anas, M. (2021). Analisis Pengangguran Dan
Kesempatan Kerja Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi
Dan Kewirausahaan (JPEAKU), 1(2), 68–74.
https://doi.org/10.29407/jpeaku.v1i2.16965

Sumber Berita:

11
Mutia, Annisa. (2021). Dampak Covid-19 Mereda, Pengangguran Jawa Tengah Turun
Menjadi 5,95%. DataBoks.katakata.co.id.  Diakses pada Minggu, 6 Maret 2022 melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/10/dampak-covid-19-mereda-
pengangguran-jawa-tengah-turun-menjadi-595 

Kompas (2020). ”Catatan 2020, Pertumbuhan Ekonomi Jateng Turun, Angka Kemiskinan
dan Pengangguran Meningkat”. Kompas.com. Diakses pada Minggu, 6 Maret 2022 melalui
https://regional.kompas.com/read/2020/12/30/23341051/catatan-2020-pertumbuhan-
ekonomi-jateng-turun-angka-kemiskinan-dan 

Metro Tv. (2021). “Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Capai Rp. 1356 triliun”.
Metrotv.news.cm. Diakses pada Sabtu, 5 Maret 2022 melalui
“https://www.metrotvnews.com/play/koGCGQAL-kerugian-ekonomi-nasional-akibat-
pandemi-capai-rp1-356-triliun

Saputra, Imam Yudha. (2021). “121 Juta Warga Jateng Pengangguran Paling Banyak di
Daerah Ini”. solopos.com. Diakses pada Sabtu, 5 Maret 2022 melalui
https://www.solopos.com/121-juta-warga-jateng-pengangguran-paling-banyak-di-daerah-ini-
1112319

Hermawati, Eko. (2021). “Pandemi dan Pengangguran di Jawa Tengah”.


radarsemarang.jawapos.com. Diakses pada Minggu, 6 Maret 2022 melalui
https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/opini/2021/12/06/pandemi-dan-pengangguran-di-
jawa-tengah/

Muqoddam, Farodlilah. (2021). “BI Proyeksikan Ekonomi Jateng Tumbuh 5 Persen Pada
2022”. Diakses pada Minggu, 6 Maret 2022 melalui
https://semarang.bisnis.com/read/20211124/536/1470017/bi-proyeksikan-ekonomi-jateng-
tumbuh-5-persen-pada-2022

12

Anda mungkin juga menyukai