Anda di halaman 1dari 11

IPEM4111-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : IPEM4111/Pengantar Ilmu Pemerintahan
Tugas 1

No. Soal
1. Krisis Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 adalah krisis kesehatan publik serta humanitarian terbesar, dimana
tidak saja menimbulkan kedaruratan kesehatan melainkan juga memberikan kerugian secara ekonomi yang cukup
besar.
Pada krisis ekonomi tahun 1998, UMKM bertindak sebagai penyelamat perekonomian Indonesia tapi pada krisis
kesehatan publik sekarang ini justru UMKM yang menderita paling berat. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
oleh CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) mengatakan bahwa masyarakat golongan rentan dan
hampir miskin yang mempunyai potensi kehilangan pekerjaan yang paling besar karena umumnya mereka bekerja
pada sektor informal, serta banyak usaha yang harus ditutup sementara karena adanya kebijakan PSBB.

Ketika permintaan agregat masyarakat mengalami penurunan maka gelombang PHK pun mulai melanda
Indonesia. Berdasarkan data (Mei 2020) dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, terdapat 6 juta tenaga
kerja yang terkena dampak dan 90 % dalam status dirumahkan sedangkan sisanya di PHK. Angka tersebut baru
bisa dilacak dari sektor formal saja, sedangkan di sektor informal terdapat 314.883 orang (CNN Indonesia). Jika
jumlah pengangguran bertambah, maka bisa dipastikan bahwa daya beli masyarakat mengalami penurunan dan
berakibat terhadap tingkat inflasi. Berdasarkan catatan dari BPS menyatakan bahwa inflasi Indonesia pada bulan
April 2020 mencapai titik terendah yaitu sebesar 0,08 %.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan dalam upaya
mengatasi krisis kesehatan publik, memberikan bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat yang terkena
dampak covid, dan berupaya meningkatkan daya beli dan ekonomi masyarakat dengan pemberian bantuan bagi
para pelaku UMKM agar usahanya bertahan d masa pandemi covid-19 ini.

Berdasarkan uraian di atas:


a. Kemukakan dan identifikasi fungsi-fungsi pemerintahan yang dijalankan untuk mengatasi krisis covid- 19!
b. Kemukakan pendapat Saudara tentang implementasi fungsi-fungsi pemerintahan tersebut berdasarkan yang
saudara amati dan/atau alami di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota tempat tinggal saudara!

1 dari 2
IPEM4111

2. Sepanjang Semester II-2020, Pemerintah Indonesia terus berupaya menangani wabah Covid-19, termasuk
mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain menerbitkan berbagai aturan dan protokol
/panduan kesehatan kampanye massal memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M)
secara masif, menetapkan pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB) di berbagai wilayah, melarang mudik lebaran,
menyiapkan laboratorium untuk tes Covid-19, menjalankan berbagai tes Covid- 19 diberbagai tempat, hingga
penetapan tatanan normal baru. Pada akhir tahun 2020, pemerintah mulai menetapkan program vaksinasi nasional.

Dalam upaya penanganan Wabah Covid-19 tersebut, perlu adanya teknik-teknik pemerintahan agar upaya
tersebut dapat berjalan secara optimal.
a. Analisislah teknik-teknik pemerintah yang relevan dilaksanakan untuk menangani wabah Covid-19!
b. Analisislah pelaksanaan teknik-teknik pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah pusat dan daerah
dalam menangani wabah Covid-19 tersebut!

3. Adanya krisis covid-19 tidak saja menjadi permasalahan kesehatan dan ekonomi yang dikaji oleh ilmu kesehatan
dan ilmu ekonomi. Gejala atau fenomena tersebut juga menjadi perhatian Ilmu Pemerintahan. Ada beberapa
pendekatan yang digunakan Ilmu Pemerintahan dalam mengkaji fenomena dalam krisis Covid-19, antara dengan
menggunakan Pendekatan Lintas Disiplin.

Berdasarkan hal tersebut:


a. Analisislah yang dimaksud dengan pendekatan lintas disiplin sebagai salah satu pendekatan yang melihat
perkembangan Ilmu Pemerintahan ?
b. Mengapa perlu adanya pendekatan lintas displin dalam ilmu pemerintahan, terutama dalam mengkaji dan
menyelesaikan permasalahan krisis Covid-19? Silakan dianalisis!

2 dari 2
BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : BADARUDIN TABIAR

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048051015

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4111/Pengantar Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : 10/SORONG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN NO 1A :
1. melakukan karantina pasien di wilayah yang sedang dilanda wabah,

2. melarang aktivitas di luar rumah bagi seluruh warga kecuali jika sangat perlu dilakukan,

3. menjaga ketersediaan kebutuhan pokok,

4.menyiapkan cara-cara mendistribusikan bahan kebutuhan pokok,

5.memastikan anggaran untuk jaring pengaman sosial yaitu bantuan bagi masyarakat yang
rentan akibat wabah ini.

Pakar Ekonomi, Nurul Istiqomah, SE, M.Si, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sebelas Maret (FEB UNS) berpendapat bawah krisis yang terjadi pada tahun 2020 ini adalah krisis
kesehatan publik serta humanitarian terbesar, dimana tidak saja menimbulkan kedaruratan
kesehatan melainkan juga memberikan kerugian secara ekonomi yang cukup besar. Hampir semua
sektor terkena imbasnya, dan sektor yang paling berat terkena pandemi Covid-19 adalah sektor
pariwisata karena terhentinya usaha disebabkan social distancing. Sektor tersebut diprediksikan
baru pulih pada tahun 2022. Sedangkan di sektor keuangan, terdapat ancaman ketidakmampuan
dunia usaha untuk melakukan pembayaran pinjaman. Oleh karena itu, OJK melakukan monitoring
terhadap sektor produktif yang paling terkena dampak dari Covid-19. Walaupun komposisi
pembiayaan terhadap sektor produktif hanya berkisar 28-30 %, sedangkan pembiayaan konsumtif
berkisar 70-72% tetapi sektor tersebut yang memberikan efek multiplier yang lebih banyak ke
perekonomian dibandingkan pembiayaan konsumtif.

Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh OJK yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 11 tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian adalah dengan Relaksasi
Kredit untuk menekan resiko kredit macet perbankan, sehingga perbankan tidak perlu menambah
Non Performing Loan (NPL) guna menambah cadangan kerugian akibat kredit macet.

Hal ini dilakukan untuk menambah daya tahan dari dunia usaha dalam menghadapi Covid-19.
Permintaan agregat yang menurun dari masyarakat, karena adanya ketidakpastian mengenai kondisi
yang akan datang menyebabkan masyarakat melakukan langkah aman dengan mengurangi
permintaan akan barang di lini sekunder dan tersier. Konsumsi yang tetap dilakukan oleh
masyarakat adalah pada basic need, seperti pada produk bahan makanan, sedangkan permintaan
pada produk sekunder dan tersier mengalami kelesuan.
Rentetan akibat penurunan permintaan agregat dari masyarakat selain berdampak kepada kedua
sektor tersebut, ternyata juga berdampak ke sektor lainnya seperti sektor transportasi dan otomotif
karena penurunan mobilitas manusia, sektor pertambangan karena adanya kelebihan produksi,
sektor konstruksi disebabkan adanya potensi kenaikan pembangunan serta sektor UMKM.

Pada krisis ekonomi tahun 1998, UMKM bertindak sebagai penyelamat perekonomian Indonesia tapi
pada krisis kesehatan publik sekarang ini justru UMKM yang menderita paling berat. Berdasarkan
hasil kajian yang dilakukan oleh CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) mengatakan
bahwa masyarakat golongan rentan dan hampir miskin yang mempunyai potensi kehilangan
pekerjaan yang paling besar karena umumnya mereka bekerja pada sektor informal, serta banyak
usaha yang harus ditutup sementara karena adanya kebijakan PSBB.

Ketika permintaan agregat masyarakat mengalami penurunan maka gelombang PHK pun mulai
melanda Indonesia. Berdasarkan data (Mei 2020) dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia,
terdapat 6 juta tenaga kerja yang terkena dampak dan 90 % dalam status dirumahkan sedangkan
sisanya di PHK. Angka tersebut baru bisa dilacak dari sektor formal saja, sedangkan di sektor
informal terdapat 314.883 orang (CNN Indonesia). Jika jumlah pengangguran bertambah, maka bisa
dipastikan bahwa daya beli masyarakat mengalami penurunan dan berakibat terhadap tingkat
inflasi. Berdasarkan catatan dari BPS menyatakan bahwa inflasi Indonesia pada bulan April 2020
mencapai titik terendah yaitu sebesar 0,08 %. Ini merupakan penggambaran anomali yang terjadi di
Indonesia ketika menjelang lebaran, dimana inflasi biasanya mengalami peningkatan karena adanya
peningkatan permintaan barang dan jasa.

Disisi lain, ketika daya beli masyarakat menurun karena adanya PHK serta penerapan PSBB,
konsumsi aoutonomus yang dikeluarkan masyarakat tetap ada, bahkan kewajiban pembayaran yang
bersifat wajib tetap harus dilakukan masyarakat. Ini menimbulkan gejolak dalam masyarakat,
diantaranya adalah peningkatan tingkat kriminalitas, karena ketika perut butuh sesuatu untuk
dimakan sedangkan uang yang ada dalam genggaman mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak ada pemasukan, maka hal tersebut merupakan salah satu pemicu munculnya angka
kriminalitas yang tinggi.

“Negara Harus Hadir” dilakukan dengan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dilakukan
pemerintah karena merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada masyarakat.

Beberapa program yang dilakukan tersebut adalah bantuan sosial, percepatan pelaksanaan Kartu
Prakerja serta pemotongan tagihan listrik. Berdasarkan pernyataan Imaduddin Abdullah (pengamat
ekonomi Indef) menyatakan bahwa negara-negara yang berhasil mengatasi dampak Covid-19
melakukan stimulus fiskal disektor kesehatan, pengurangan dampak negatif dari Covid-19 serta
bantuan bisnis yang diberikan pasca pandemik.

Stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah untuk mengatasi Pandemi Covid-19 adalah sebesar
Rp. 405,1 triliun yang akan diberikan kepada sektor kesehatan sebesar Rp. 75 triliun untuk
pembelian alat kesehatan, perlindungan tenaga kesehatan, peningkatan kapasitas rumah sakit
rujukan.

Sedangkan untuk perlindungan sosial sebesar Rp. 110 triliun yang digunakan bagi 10 juta penduduk
penerima PKH, 20 juta penerima kartu sembako, 5,6 juta penerima kartu pra kerja, serta insentif
cicilan KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) serta diskon tarif listrik bersubsidi.
Stimulus pemerintah dalam intensif pajak dan stimulus kredit usaha rakyat sebesar Rp. 75,1 triliun
serta untuk pemulihan ekonomi sebesar 150 triliun yang bertujuan untuk restrukturisasi kredit serta
penjaminan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya UMKM. (Humas FEB).

Penanganan Covid-19 di hulu dan hilir yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Forkopimda dan seluruh lapisan masyarakat Provinsi Papua Barat telah menjadikan Provinsi ini
masuk dalam Zonasi Risiko Rendah (Zona Hijau) dalam kategori Zonasi Risiko (Satgas). Pada tingkat
Kabupaten/Kota, terdapat 10 Kab/Kota dengan Risiko Rendah (Zona Hijau), 2 Kab/Kota dengan
Risiko Sedang (Zona Oranye) dan 1 Kab/Kota tidak ada kasus.

“Kasus Covid-19 belum selesai, meski telah menurun, Bapak Presiden memberi arahan agar kita
selalu ingat dan waspada. Khusus untuk Provinsi Papua Barat, perkembangan kasus Covid-19 terus
menurun dan menjadi Provinsi paling rendah jumlah kasus aktifnya, namun ekonominya harus terus
didorong agar mulai tumbuh positif,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto dalam Rapat Koordinasi dengan Kepala Daerah dan Forkopimda Provinsi Papua Barat,
Jumat (3/9).

Perkembangan Kasus Covid-19 di Papua Barat

Per tanggal 2 September 2021, Kasus Aktif di Provinsi Papua Barat sebanyak 257 kasus dan
merupakan yang terendah secara nasional di antara 34 Provinsi. Sepanjang bulan Agustus 2021,
pada masa penerapan PPKM, kasus aktif berhasil diturunkan sampai dengan -89,56%, yaitu dari
sebanyak 2.462 kasus pada 9 Agustus yang lalu, menjadi 257 kasus pada 2 September 2021.
Sedangkan Kasus Konfirmasi Harian di Papua Barat, pernah mencapai puncaknya pada tanggal 16
Juli 2021 yaitu 605 kasus per hari. Namun, dalam beberapa pekan terakhir terus menurun, dan
sekarang menjadi tinggal 50 kasus per hari.

Selain kasus aktif yang terendah, tingkat kesembuhan di Papua Barat sebesar 97,3% jauh lebih tinggi
dari nasional (92,4%), dan tingkat kematian sebesar 1,5% jauh lebih rendah dari nasional yang
sebesar 3,3%. Penurunan terus terjadi setelah pemberlakuan PPKM Darurat dan PPKM Level 4
selama beberapa minggu lalu.

Provinsi Papua Barat saat ini berada pada Level Asesmen 3. Tingkat konfirmasi kasus relatif cukup
rendah pada level TK-2, Angka Kematian juga rendah di level TK-1 dan Rawat Inap (BOR) ada di level
TK-2. Jumlah Testing dan Tracing masih dalam level Terbatas, namun Treatment sudah pada level
Memadai. Secara umum, level asesmen Provinsi Papua Barat di level 3, dan dengan indikator yang
cukup baik semuanya.

Menko Airlangga mengadakan peninjauan ke lapangan dan melakukan dialog secara langsung
dengan semua pihak terkait, salah satunya dengan mengadakan Rapat Koordinasi bersama seluruh
Kepala Daerah (Gubernur/ Bupati/ Walikota) beserta Forkompimda se Provinsi Papua Barat, guna
mendengarkan langsung dari para Kepala Daerah beserta seluruh jajarannya tentang berbagai
permasalahan di lapangan.

Jajaran Kepala Daerah dan Forkopimda Provinsi Papua Barat sangat antusias menyampaikan
berbagai permasalahan dan tantangan di lapangan kepada Menko Airlangga. Gubernur Papua Barat
Dominggus Mandacan, atas nama masyarakat Papua Barat menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan dukungan Pemerintah Pusat, terutama dengan dilakukannya peninjauan secara
langsung fasilitas Isolasi Terpusat dengan Kapal PELNI, peninjauan sentra vaksinasi dan juga
pemberian bantuan kepada Nakes dan masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga mendengarkan aspirasi Walikota Sorong yang
menginginkan vaksin langsung diberikan kepada Pemerintah Kota atau Kabupaten supaya lebih
cepat dalam pendistribusiannya. Menanggapi hal tersebut, Menko Airlangga mengatakan bahwa
Presiden RI Joko Widodo telah memberikan arahan bahwa distribusi vaksin akan dibagi menjadi dua,
yaitu ada yang diberikan lewat Provinsi dan ada juga yang diberikan langsung ke Pemerintah
Kabupaten dan Kota, sejalan dengan upaya untuk mendorong percepatan vaksinasi.
Melibatkan seluruh Kepala Daerah dan Forkompimda, Menko Airlangga mendiskusikan berbagai
tantangan di lapangan dan juga langkah-langkah percepatan penanganan pandemi, serta
memastikan segala upaya yang tengah dijalankan dalam penerapan PPKM Level 3 di Papua Barat
dapat berjalan optimal. Selain itu juga memikirkan upaya pemulihan ekonomi di Papua Barat,
sebagaimana laporan yang disampaikan oleh Bupati Teluk Bintuni yang share ekonominya lebih dari
37% untuk perekonomian Papua Barat.

Sementara itu, dari sisi mobilitas penduduk, terdapat 8 Kab/Kota termasuk Golongan 1 (Warna
Hitam / Abu- abu) dengan penurunan mobilitas rendah, 5 Kab/Kota termasuk Golongan 2 (Merah)
dengan penurunan Sedang, dan 9 Kab/Kota termasuk Golongan 3 (Kuning / Hijau) penurunan tinggi.
Pengendalian dan Penurunan Mobilitas Provinsi Papua Barat mencapai -16,79%, lebih baik dari
Provinsi Papua (-8,57%).

Sedangkan untuk capaian testing, di Kabupaten Fak Fak, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondama sudah
melebihi 80%, namun di Kab/Kota lainnya masih perlu ditingkatkan, terutama di Manokwari Selatan,
Raja Ampat, Sorong Selatan, Tambrauw, Maybrat, Pegunungan Arfak.

Capaian vaksinasi di Papua Barat sebesar 17,64% dan masih jauh berada di bawah rata-rata nasional
yang sebesar 30,49%. Terkait dengan capaian vaksinasi dosis pertama, Kabupaten Manokwari
menjadi yang tertinggi capaiannya (46,07%) dan sudah di atas nasional. Terdapat Kab/Kota yang
capaian vaksinasinya di antara 20% - 40% dan ada 4 Kab/Kota yang capaiannya kurang dari 20%
sehingga perlu segera dilakukan upaya percepatan vaksinasi.

Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat Q2-2021

Ekonomi Provinsi Papua Barat pada Q2-2021 terkontraksi -2,39% (YoY), jauh lebih rendah dari
Nasional 7,07%. Dari sisi Lapangan Usaha: Sektor Industri Pengolahan dengan share terbesar
(23,89%) mengalami kontraksi -9,79%. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi ada di sektor
Transportasi dan Pergudangan dengan share 2,61% tumbuh 13,18%.

“Ini yang perlu didorong, makanya Menteri Perindustrian ikut hadir agar industri pengolahan bisa
tumbuh positif karena dari segi fasilitas sudah siap, seperti yang disampaikan Bupati Teluk Bintuni
tadi. Apalagi di Sorong juga sudah ada Kawasan Ekonomi Khusus, investasinya tinggal didorong,”
pungkas Menko Airlangga.
Dari sisi Pengeluaran: pertumbuhan tertinggi pada Konsumsi RT (5,07%) dan Konsumsi Pemerintah
(2,13%). Ekspor Luar Negeri merupakan komponen dengan share terbesar (36,66%), terkontraksi
cukup dalam (-12,90%). Secara spasial, pertumbuhan ekonomi spasial Wilayah Maluku-Papua Q2-
2021 tumbuh sebesar 8,75%, Share Nasional 2,41%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Papua Barat dengan share terhadap Wilayah Maluku-Papua sebesar 20,24%, pada Q2-
2021 mengalami kontraksi sebesar -2,39%.
JAWABAN NO 2 :
Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah untuk mengurangi
tingkat penyebaran Covid-19 dengan tetap mempertahankan pelayanan kepada masyarakat, baik
itu urusan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan layanan-layanan publik lainnya,

langkah : untuk cuci tangan yang bersih, tetap belajar, tetap bekerja, dan tetap beribadah.

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia.


Lonjakan kasus yang terjadi telah direspon secara cepat oleh Pemerintah dengan menerapkan
langkah-langkah strategis untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi sekaligus penanganan
pandemi. Memasuki era new normal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian meluncurkan
buku vaksinasi Covid-19 bersamaan dengan dilaksanakannya diskusi panel terkait tantangan,
capaian, dan evaluasi vaksinasi Covid-19. “Saya berharap bahwa buku ini dapat meng-
capture kebijakan-kebijakan publik yang dibuat. Karena dalam G20 pun kita memasukkan salah
satu outcome dari G20 yaitu terkait arsitektur kesehatan global,” ungkap Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Peluncuran Buku Laporan Vaksinasi Covid-19
dan Diskusi Panel Evaluasi, Tantangan, dan Capaian Vaksinasi Covid-19 di Kantor Kemenko
Perekonomian. Buku vaksinasi Covid-19 tersebut merangkum seluruh perjalanan Indonesia sejak
awal pandemi, kebijakan-kebijakan yang diambil dalam menangani dan mengendalikan pandemi,
beserta seluruh dinamika yang terjadi di lapangan. Dalam penanganan pandemi, Pemerintah
melakukan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dengan pembatasan mobilitas, kampanye
3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan vaksinasi. Program vaksinasi sendiri
bertujuan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 dengan membentuk kekebalan komunal
(herd immunity) yang kemudian bertransformasi menjadi perlindungan kelompok (herd protection).
Program vaksinasi juga dapat meningkatkan rasa percaya diri masyarakat untuk beraktivitas kembali
dan sekaligus menggerakkan roda perekonomian. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mewujudkan herd protection ini dimulai dari perjuangan mendapatkan vaksin dengan diplomasi ke
negara produsen untuk mengamankan pasokan dalam situasi kelangkaan, hingga mendorong riset
dan inovasi farmasi dengan pengembangan Vaksin Merah Putih untuk kemandirian negara.
Pemerintah juga mengembangkan digitalisasi sistem kesehatan melalui teknologi informasi dan
mengakselerasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dengan melibatkan berbagai pihak. “Salah satu yang
juga terobosan Indonesia adalah digitalisasi health care. Tidak semua negara membolehkan resep
dikirim tanpa bertemu dokter. Tapi Indonesia dengan platform konsultasi kesehatan digital, ketika
ditemukan kasus positif Covid-19 langsung dikirim obat-obatan oleh dokter. Itu mempercepat
penanganan Covid-19 bagi yang isoman dan obat-obatan seluruhnya diberikan oleh Pemerintah
secara gratis,” tutur Menko Airlangga. “Keberhasilan vaksinasi Indonesia adalah bukti bahwa
Indonesia melakukan pendekatan vaksinasi bukan dalam bentuk program, tapi pendekatannya
dalam bentuk gerakan,” tutur Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan tersebut

JAWABAN NO 3 :
Pendekatan lintas disiplin dalam ilmu pemerintahan sangat penting dalam mengkaji dan
menyelesaikan permasalahan krisis covid-19. Hal ini dikarenakan krisis ini tidak hanya melibatkan
aspek kesehatan, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Oleh karena itu,
pendekatan lintas disiplin dapat membantu para ahli dan pengambil keputusan untuk memahami
permasalahan secara holistik, melibatkan berbagai perspektif, dan mencari solusi yang lebih
komprehensif dan efektif. Melalui pendekatan lintas disiplin, para ahli dan pengambil keputusan
dapat memadukan berbagai pengetahuan dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu
kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu politik, ilmu komunikasi, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, para ahli dan pengambil keputusan dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam
tentang permasalahan krisis covid-19 dan dampaknya pada masyarakat.

Selain itu, pendekatan lintas disiplin juga dapat membantu dalam merancang dan
menjalankan kebijakan yang lebih terintegrasi dan terkoordinasi. Dalam menghadapi krisis covid-19,
pemerintah perlu mengambil keputusan yang tidak hanya mengatasi permasalahan kesehatan,
tetapi juga mempertimbangkan dampaknya pada perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial
masyarakat secara keseluruhan. Dengan pendekatan lintas disiplin, para ahli dan pengambil
keputusan dapat berkolaborasi dan merancang kebijakan yang lebih terpadu dan saling mendukung.

Dengan demikian, pendekatan lintas disiplin dalam ilmu pemerintahan sangat penting
dalam mengkaji dan menyelesaikan permasalahan krisis covid-19. Hal ini dapat membantu para ahli
dan pengambil keputusan dalam memahami permasalahan secara holistik, memperoleh wawasan
yang lebih mendalam, dan merancang kebijakan yang lebih terintegrasi dan terkoordinasi.

Anda mungkin juga menyukai