Anda di halaman 1dari 32

EDISI

16DES
2020

PARIWISATA SEBAGAI PENDORONG PEREKONOMIAN, BAGAIMANA MENGUKURNYA?


Sri Soelistyowati

STRATEGI PENGGUNAAN BIG DATA PADA BANK SENTRAL


Muhammad Edhie Purnawan

COVID-19, KEMISKINAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL


Teguh Dartanto dan Asep Suryahadi

ESTIMASI PRODUKSI TANAMAN PADI DENGAN PENDEKATAN POPULASI LATIH PADA KERANGKA
SAMPEL AREA
Udjianna Sekteria Pasaribu, Utriweni Mukhaiyar, dan Dito Aristhyawan
KATA PENGANTAR
Oleh Prof. Bustanul Arifin

Buletin Ringkas Statistical & Policy Brief kali ini sistem keuangan. Oleh karena itu, pemanfaatan
menyajikan empat artikel. Artikel pertama tentang Big Data Analytics di Bank Indonesia dapat sangat
Pariwsata Sebagai Pendorong Perekonomian ditulis bermanfaat untuk mendukung perumusan bauran
oleh Sri Soelistyowati. Adapun artikel kedua dengan kebijakan Bank Indonesia (kebijakan moneter,
topik Strategi Penggunaan Big Data pada Bank kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem
Sentral diulas oleh Muhammad Edhie Purnawan. pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah).
Artikel ketiga tentang Covid 19, Kemiskinan, dan
Dalam artikel ketiga, Teguh Dartanto dan
Perlindungan Sosial oleh Teguh Dartanto dan Asep
Asep Suryahadi menyampaikan bahwa COVID-19
Suryahadi. Artikel keempat tentang Estimasi Produksi
menjadi fokus perhatian dunia sejak World Health
Tanaman Padi dengan Pendekatan Populasi Latih pada
Organizations (WHO) menetapkan Covid-19
Kerangka Sampel Area ditulis oleh Udjianna Sekteria
sebagai pandemi sejak Maret 2020. Pandemi
Pasaribu, Utriweni Mukhaiyar, dan Dito Aristhyawan.
Covid-19 merupakan salah satu bencana (atau
Pada artikel pertama, Sri Soelistyowati guncangan) di sektor kesehatan yang berdampak
menyampaikan bahwa System of National Accounts besar di sektor ekonomi karena pandemic
(SNA) 2008 merekomendasikan penilaian Nilai Covid-19 mengakibatkan penurunan aktifitas
Tambah Bruto (NTB) menggunakan harga dasar. produksi dan permintaan dalam perekonomian.
Sedangkan output dari masing-masing industri Perubahan rantai pasok, penurunan aktifitas
dinilai atas harga dasar, kecuali pajak atas produk ekonomi serta kebijakan pembatasan sosial di
netto. Adapun input antara dinilai atas dasar harga berbagai daerah memiliki dampak besar terhadap
pembeli, termasuk margin transportasi dan distribusi, kondisi kemiskinan, pengangguran, akses
dan semua pajak produk netto. Selain itu, SNA 2008 kesehatan dan juga aspek pembelajaran. Besarnya
juga merekomendasikan penilaian atas pengeluaran dampak Covid-19 terhadap perekonomian sangat
konsumsi menggunakan harga pembeli. Total PDB tergantung dari beberapa hal: jumlah korban sakit
dari perekonomian merupakan hasil penjumlahan & meninggal, luas wilayah terdampak, jangka
dari NTB dari seluruh industri (pada harga dasar) waktu pandemi, kebijakan surpresi PSBB atau
ditambah dengan pajak atas produk netto dan impor. karantina wilayah, sistem perlindungan sosial,
Hal ini memungkinkan untuk mengukur bagian stimulus fiskal dan insentif ekonomi.
dari PDB yang terkait langsung dengan konsumsi
Sementara itu, pada artikel keempat
pariwisata internal yang disebut dengan Pariwisata
mengulas tentang Estimasi Produksi Tanaman
langsung produk domestik bruto (TDGDP).
Padi dengan Pendekatan Populasi Latih pada
Topik selanjutnya mengulas tentang Kerangka Sampel Area. BPS menerapkan metode
Pemanfaatan Big Data oleh banyak bank sentral Kerangka Sampel Area (KSA) untuk mengestimasi
yang semakin mengalami perkembangan pesat. luas tiap fase pertumbuhan padi. Estimasi KSA
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, system tidak lain merupakan nilai agregat dari suatu
pembayaran, dan makroprudensial serta otoritas proporsi hasil survei. Pendekatan simulasi
pengelola uang Rupiah di Indonesia telah memberikan dilakukan untuk membangun populasi latih. Luas
perhatian besar terhadap perkembangan Big Data fase pertumbuhan padi hasil KSA BPS di Provinsi
secara intensif sejak tahun 2015. Hal ini bertujuan Kepulauan Bangka Belitung menjadi dasar
untuk merespon perkembangan ekonomi dan pembuatan populasi latih. Simulasi menunjukkan
keuangan digital, serta bertujuan untuk membantu bahwa luas lahan dengan pendekatan populasi
merumuskan kebijakan Bank Indonesia baik di sektor latih cukup mendekati hasil KSA.
moneter maupun di sektor keuangan, serta untuk
memitigasi risiko sistemik dalam menjaga stabilitas

2 Edisi 16 - Desember 2020


PARIWISATA SEBAGAI PENDORONG
PEREKONOMIAN,
BAGAIMANA MENGUKURNYA?
Oleh Sri Soelistyowati1

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang sangat cepat saat ini telah mendorong perubahan
gaya hidup masyarakat, salah satunya adalah meningkatnya konsumsi dalam bentuk
“leisure”. Pariwisata sebagai salah satu aktifitas ekonomi yang erat kaitannya dengan
leisure tak luput dari imbas tersebut. Dalam situasi normal, sebelum terjadinya
“Struktur Neraca
pandemi covid 19 yang melanda hampir seluruh dunia, aktivitas pariwisata terus
Satelit Pariwisata
mengalami peningkatan yang signifikan. Namun saat ini, kegiatan pariwisata pula yang
didasarkan pada
mengalami dampak negatif luar biasa akibat pandemic tersebut, sehingga berujung
hubungan umum
pada kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi. Hal ini menunjukkan betapa
yang ada dalam
pentingnya peranan pariwisata didalam aktivitas ekonomi baik didalam tatanan
ekonomi, yaitu
ekonomi nasional maupun global. Pariwisata sendiri didefinisikan sebagai kegiatan
permintaan
orang yang bepergian dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan kebiasaannya
barang dan jasa
selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut. Kegiatan yang dilakukan tersebut
yang dihasilkan
dengan tujuan untuk rekreasi, bisnis dan tujuan lain selain melaksanakan kegiatan
oleh sektor
yang dibayar dari tempat yang dikunjungi.
pariwisata di
satu sisi, dan
Mengingat peran pariwisata yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian,
penyediannya di
diperlukan seperangkat tools untuk mengukur bagaimana peran serta kinerjannya
sisi lain. Dengan
dalam mendorong perekonomian, sehingga dapat di susun kebijakan yang tepat
demikian, Neraca
sasaran. Salah satu unit kerja yang mengurusi masalah pariwisata di PBB, yakni United
Satelit Pariwisata
Nations World Tourism Organization (UNWTO) telah menyusun dan mengembangkan
menyediakan
tools yang menjadi panduan diberbagai negara, yakni Tourism Satellite Accounts
kerangka kerja
(TSA) atau Neraca Satelit Pariwisata. Ketersediaan Neraca Satelit Pariwisata ini sangat
untuk analisis
diperlukan dalam rangka membantu pemerintah, pelaku usaha serta akademisi /
kebijakan
masyarakat dalam menyusun kebijakan yang efektif dan operasi bisnis yang efisien.
yang terkait
dengan ekonomi
Struktur Neraca Satelit Pariwisata didasarkan pada hubungan umum yang
pariwisata dan
ada dalam ekonomi, yaitu permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor
memberikan
pariwisata di satu sisi, dan penyediannya di sisi lain. Dengan demikian, Neraca Satelit
ukuran penting
Pariwisata menyediakan kerangka kerja untuk analisis kebijakan yang terkait dengan
pariwisata
ekonomi pariwisata dan memberikan ukuran penting pariwisata yaitu kontribusi
yaitu kontribusi
Pariwisata dalam perekonomian
Pariwisata dalam
perekonomian” Penyusunan Neraca Satelit Pariwisata bermanfaat untuk:

• Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pariwisata dan kaitannya dengan


aktivitas ekonomi secara keseluruhan di suatu negara;
• Menyediakan rangkaian neraca pariwisata yang koheren dan kredibel yang juga
dapat dibandingkan secara internasional;
• Mengembangkan perkiraan kuantitatif dari nilai tambah pariwisata dan kontribusi
pariwisata dalam perekonomian;
• Menyediakan instrumen untuk merancang kebijakan yang lebih baik.

1 Sri Soelistyowati adalah anggota Forum Masyarakat Statistik (FMS) 2019-2020

Edisi 16 - Desember 2020 3


Indonesia, seperti juga beberapa negara melakukan penghitungan kontribusi pariwisata
lain, telah menyusun Neraca Satelit Pariwisata sejak terhadap perekonomian Indonesia, namun dengan
beberapa tahun yang lalu, dengan publikasi terakhir menerapakan manual yang terkini ( TSA:RMF dan
dilakukan pada tahun 2017 (tahun data 2016) Dalam IRTS ) dari UNWTO untuk memperoleh ukuran
penyusunan penghitungan kontribusi pariwisata kontribusi pariwisata terhadap perekonomian
pada publikasi neraca satelit pariwisata nasional secara langsung. Manual ini merupakan salah
(Nesparnas) masih menggunakan metode analisis satu turunan dari System of National Accounts
tabel Input-Output (konsumsi pariwisata sebagai (SNA) 2008. SNA 2008 adalah panduan /manual
shock) untuk mendapatkan analisis pengganda, yang diterbitkan oleh UN dalam penyusunan
dampak langsung dan tidak langsung terhadap Sistim Neraca Nasional. Gambaran perbandingan
output, nilai tambah, dan tenaga kerja. metodologi dan framework yang digunakan pada
penghitungan kontribusi pariwisata terhadap PDB
Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) kembali di atas terdapat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 1. Jenis Pendekatan Ukuran Kontribusi Pariwisata


DESKRIPSI PENDEKATAN TABEL I-O PENDEKATAN SUT
Metodologi Pendekatan shock permintaan (konsum- Internal Tourism Consumption
si wisatawan) pada Tabel Input-Output  kontribusi pariwisata terhadap pere-
 Direct dan Indirect Impact konomian secara langsung berdasarkan
indikator TDGVA dan TDGDP

Framework TABEL INPUT-OUTPUT (I-O) SUPPLY AND USE TABLES [SUT]

HUBUNGAN ANTARA NERACA SATELIT adalah mereka yang memenuhi persyaratan


PARIWISATA DAN SISTEM NERACA NASIONAL: sebagai pelaku perjalanan wisata dan melakukan
perjalanan di negara tempat tinggalnya. Wisatawan
Neraca Satelit Pariwisata menampilkan internasional dicirikan dari maksud perjalanannya,
dimensi aspek pariwisata secara eksplisit dalam sedangkan pelaku perjalanan internasional lainnya
kerangka System of National Accounts (SNA2008.para dicirikan oleh alasan mengapa mereka tidak
29.89-29.101). Penyusunan Nesparnas mengacu termasuk wisatawan.
pada pedoman International Recommendations of
Tourism Statistics (IRTS) 2008 yang memberikan Lebih lanjut, ketiga macam pariwisata seperti
konsep dasar dan definisi mengenai berbagai disebutkan sebelumnya dapat dikombinasikan
aspek pariwisata dan berbagai klasifikasi yang dengan berbagai cara untuk mendapatkan bentuk
dapat digunakan dalam analisis pariwisata. Selain pariwisata lainnya, definisi yang dipakai oleh
IRTS, pedoman lain yang digunakan adalah Tourism UNWTO adalah sebagai berikut:
Satellite Account: Recommended Methodological
Framework (TSA:RMF) 2008. Manual tersebut • Internal tourism which comprises domestic and
memberikan kerangka kerja konseptual umum inbound tourism, that is the activities of residents
untuk membangun Nesparnas yang mengadopsi and non-residents visitors within the country of
sistem dasar dari konsep, klasifikasi, definisi, tabel reference as part of the domestic or international
dan agregat dari SNA 2008. trips; dalam hal ini yang dilihat adalah tempat
kegiatan berlangsung;
KONSEP • National tourism which comprises domestic
tourism and outbound tourism, that is the
UNWTO membedakan pariwisata ke dalam activities of resident visitors within the country of
tiga bentuk umum: domestic tourism, inbound reference either as part of domestic or outbound
tourism dan outbound tourism. Pada dasarnya trips; jadi dalam hal ini lebih ditekankan kepada
wisatawan terdiri atas wisatawan domestik dan siapa yang melakukan perjalanan;
wisatawan internasional. Wisatawan domestik • International tourism, which comprises
inbound and outbound, that is the activities of

4 Edisi 16 - Desember 2020


resident visitors outside the country of reference homogenitas di semua negara. Pada tabel ini,
(outbound) either as part of domestic or outbound pengunjung dibagi menjadi dua kategori yaitu
trips and the activities of non-resident visitors wisatawan dan pelancong, sedangkan produk
within the country of reference (inbound); dalam dan industri ditampilkan dalam kategori agregat.
hal ini ada kombinasi antara kedua hal baik Negara secara mandiri mengkompilasi tabel
orang yang melakukan kegiatan maupun tempat tersebut mulai dari rincian yang paling detail,
kegiatannya. sebagai contoh pengunjung dikategorikan
berdasarkan negara asal, tujuan perjalanan, moda
KLASIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS PRODUKTIF transportasi, jenis akomodasi dan lain-lain. Kategori
UNTUK PARIWISATA tersebut memungkinkan untuk menganalisis dan
membedakan pola dan tingkat konsumsi.
TSA adalah kerangka kerja konseptual untuk
menyajikan data pariwisata secara menyeluruh TSA-RMF 2008 menjelaskan satu set Tabel
terkait dengan penawaran dan permintaan. Dengan yang terdiri dari 10 (sepuluh) tabel yang digunakan
demikian, pengukuran dan analisis pariwisata sebagai bagian analisis yang direkomendasikan oleh
memerlukan klasifikasi produk dan aktivitas UNWTO. Tabel-tabel standar ini disusun sedemikian
produktif tertentu. Klasifikasi mengacu pada rupa agar kinerja sektor pariwisata dan posisinya
(a) produk, yang termasuk dalam pengeluaran dalam ekonomi makro daerah dapat dijelaskan
wisatawan, dan (b) aktivitas produktif yang secara terukur dan memadai.
merupakan dasar untuk
mendefinisikan industri
pariwisata. Gambar 1. 10 (sepuluh) tabel Neraca Satelit Pariwisata

Sebuah industri
pariwisata mewakili
pengelompokan dari
perusahaan-perusahaan yang
aktivitas utamanya adalah
aktivitas pariwisata yang
sama. Dari sisi penawaran,
perusahaan diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas utama
mereka, yang ditentukan oleh
aktivitas yang menghasilkan
nilai tambah paling besar.
Sebuah perusahaan
mungkin memiliki aktivitas
sekunder, sehingga tidak
semua produksi dari produk
berkarakter pariwisata terjadi
dalam industri pariwisata. Di
sisi lain, industri pariwisata
juga memiliki output yang
bukan produk berkarakter
pariwisata. Keterangan:
:Outbound tourism – Resident expenditure outside the economic
JENIS-JENIS TABEL TSA territory of reference;
:Table 1 – 6 Neraca Satelit Pariwisata yang disempurnakan;
Pada TSA terdapat 10
tabel yang direkomendasikan. :Tabel 7 – 10 Pengembangan Selanjutnya;
Tabel-tabel ini merupakan
tabel agregat yang
ditujukan untuk mendorong
Edisi 16 - Desember 2020
5
METODOLOGI
serta penciptaan pendapatan dari aktivitas produksi
Sektor pariwisata tidak diukur sebagai tersebut yang terdiri dari dua tabel utama yaitu
industri tersendiri dalam neraca nasional-(seperti: tabel supply dan tabel use.
pertanian, pertambangan, industri pengolahan,
dll), karena pariwisata bukanlah industri yang Tabel Supply menggambarkan penyediaan
didefinisikan dengan jelas dalam Klasifikasi Industri barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam
standar Internasional (ISIC atau KBLI), melainkan negeri (domestik) dan luar negeri (impor). Tabel
penggabungan industri seperti transportasi, Use menggambarkan penggunaan barang dan jasa
akomodasi, jasa makanan dan minuman, rekreasi yang dihasilkan dari kegiatan produksi termasuk
dan hiburan, biro perjalanan, dll. Hal ini karena didalamnya penciptaan nilai tambah dari kegiatan
industri diklasifikasikan menurut barang dan jasa produksi tersebut. Dua persamaan yang harus
yang dihasilkan, sedangkan pariwisata adalah dipenuhi dalam kerangka kerja SUT yaitu:
konsep berbasis konsumsi yang bergantung pada
status konsumen. • SUPPLY = USE
Nilai barang dan jasa yang disediakan dari
Alasan utama sulitnya mengukur ukuran produksi dalam negeri dan impor harus SAMA
pariwisata adalah kenyataan bahwa di klasifikasi dengan nilai barang dan jasa yang digunakan.
KBLI, industri dibuat berdasarkan aktivitas
atau output produsen, bukan berdasarkan • OUTPUT = INPUT
data pelanggan mereka, sedangkan pariwisata Nilai barang dan jasa yang diproduksi di
ditentukan oleh karakteristik pengunjung. dalam negeri harus SAMA dengan nilai barang dan
jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi di
Lebih lanjut, konsumsi pariwisata mencakup dalam negeri.
barang dan jasa ‘karakteristik pariwisata’ (yaitu
akomodasi, jasa perjalanan, spa, dll.) Dan barang AGREGAT SNA
dan jasa yang ‘tidak terkait dengan pariwisata’
(yaitu perdagangan eceran), yang sebagian Dalam penyusunan TSA, SUT berperan untuk
besar dikonsumsi oleh non-wisatawan. Faktor menggambarkan keterkaitan antara lapangan
kunci dalam mengukur pariwisata adalah usaha atau industri pariwisata, pelaku ekonomi
menghubungkan pembelian barang dan jasa oleh terkait pariwisata, dan produk berkarakteristik
wisatawan dengan total penyediaan produksi pariwisata maupun produk lainnya secara koheren.
barang dan jasa tersebut dalam suatu negara. Tabel 6 yang merupakan jantung TSA, menghasilkan
indikator GVATI, TDGVA, dan TDGDP yang disusun
Penggunaan Kerangka Kerja Supply and Use dari SUT.
Table (SUT) yang menggambarkan keseimbangan
aliran produksi dan konsumsi (barang dan jasa)

6 Edisi 16 - Desember 2020


Tabel 2. Hubungan antara agregat ekonomi yang menggambarkan pariwisa-
ta
NTB dari Industri NTB langsung PDB langsung
Rincian Pariwisata (GVATI) pariwisata (TDGVA) pariwisata (TDGDP)

NTB (atas dasar harga dasar)


berdasarkan supply pengunjung √ √ √
pada industri pariwisata
NTB (atas dasar harga dasar)
berdasarkan supply non pengunjung √ X X
pada industri pariwisata
NTB (atas dasar harga dasar)
berdasarkan supply pengunjung X √ √
pada industri lain
NTB (atas dasar harga dasar)
berdasarkan supply non X X X
pengunjung pada industri lain
Pajak produk netto dan impor
termasuk nilai konsumsi internal X X √
(atas dasar harga pembeli)

NILAI TAMBAH BRUTO DARI INDUSTRI fakta bahwa TSA hanya mengukur bagian tersebut
PARIWISATA/GROSS VALUE ADDED TOURISM dari nilai tambah industri pariwisata dan industri-
INDUSTRY (GVATI) industri lain yang disebabkan karena adanya
konsumsi pengunjung dengan tidak memperhatikan
GVATI merupakan nilai tambah yang efek tidak langsung (indirect effect) dan efek
dihasilkan oleh semua lapangan usaha yang terinduksi (induced effect) yang mungkin dihasilkan
terkategori sebagai lapangan usaha (industri) dari konsumsi tersebut.
pariwisata. GVATI menunjukkan kontribusi nilai
tambah industri pariwisata terhadap seluruh NTB TDGVA mencakup bagian dari NTB yang
yang dihasilkan dalam suatu perekonomian, tanpa dihasilkan dari semua industri dalam proses
memperhatikan apakah nilai tambah industri penyediaan barang dan jasa untuk pengunjung,
pariwisata tersebut dikonsumsi atau digunakan calon pengunjung, maupun pihak ketiga yang
langsung oleh wisatawan. Sebagai ilustrasi, GVATI ditujukan untuk keuntungan pengunjung. Sebagai
akan mencakup semua NTB yang dihasilkan oleh ilustrasi, TDGVA mencakup bagian dari NTB
industri restoran karena lapangan usaha ini menjadi yang dihasilkan oleh makanan yang disajikan di
bagian dari industri pariwisata, termasuk NTB yang restoran yang ditujukan hanya untuk pengunjung
dihasilkan dari aktivitas penyediaan makanan yang (wisatawan).
dikonsumsi oleh penduduk setempat meskipun
mereka bukanlah wisatawan. TDGVA tidak mencakup bagian dari NTB
untuk makanan yang disajikan oleh restoran
NILAI TAMBAH BRUTO LANGSUNG INDUSTRI tersebut kepada penduduk setempat serta
PARIWISATA/TOURISM DIRECT GROSS VALUE mengecualikan bagian dari NTB yang dihasilkan
ADDED (TDGVA) oleh aktivitas sekunder yang dilakukan oleh
restoran tersebut, seperti melayani bisnis lokal dan
TDGVA merupakan agregat yang penyewaan ruang untuk pihak ketiga. Selain itu,
menjumlahkan NTB dari industri pariwisata serta TDGVA juga tidak mencakup NTB yang dihasilkan
industri-industri lain dari perekonomian yang secara dari output lainnya selama tidak didistribusikan
langsung melayani pengunjung sebagai dampak kepada pengunjung (wisatawan).
dari konsumsi internal pariwisata. Penggunaan
istilah “langsung” dalam agregat ini merujuk pada
Edisi 16 - Desember 2020
7
Gambar 2. Alur Penghitungan Kontribusi Pariwisata netto. Selain itu, SNA 2008 juga
merekomendasikan penilaian
atas pengeluaran konsumsi
menggunakan harga pembeli.

Total PDB dari


perekonomian merupakan hasil
penjumlahan dari NTB dari
seluruh industri (pada harga
Internal Tourism Consumption
dasar) ditambah dengan pajak
SUT
atas produk netto dan impor.
Hal ini memungkinkan untuk
mengukur bagian dari PDB
yang terkait langsung dengan
konsumsi pariwisata internal
Supply-Demand Tabel 6. TSA
yang disebut dengan TDGDP.
pariwisata Tourism Direct Gross Domestic Product
Tabel berikut ini menunjukkan
(TDGDP)
hubungan antara agregat
ekonomi yang menggambarkan
ukuran pariwisata.

Terdapat beberapa hal


yang perlu menjadi perhatian:
Kontribusi Pariwisata

• Dari perspektif TSA,


PRODUK DOMESTIK BRUTO LANGSUNG INDUSTRI indikator yang secara tegas menggambarkan
PARIWISATA/TOURISM DIRECT GROSS DOMESTIC supply pariwisata adalah TDGVA dan TDGDP.
PRODUCT (TDGDP) Sedangkan GVATI bukan merupakan ukuran
yang menggambarkan pariwisata dari sisi supply
SNA 2008 merekomendasikan penilaian NTB karena kurangnya kemampuan GVATI untuk
menggunakan harga dasar. Sedangkan output dari menghubungkan langsung dengan konsumsi
masing-masing industri dinilai atas harga dasar, pariwisata;
kecuali pajak atas produk netto. Adapun input antara • TDGVA dan TDGDP dapat menyediakan ukuran
dinilai atas dasar harga pembeli, termasuk margin secara langsung dari kontribusi pariwisata
transportasi dan distribusi, dan semua pajak produk terhadap perekonomian, dalam arti tidak
mempertimbangkan komponen lain dari indirect
effect maupun induced effect;

8 Edisi 16 - Desember 2020


Tabel 3. Ilustrasi*) ukuran kontribusi pariwisata (Triliun Rp)
Toursim Industries
P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6
Domestic Supply
Angkutan Internal Tourism Tourism
Description Penyediaan Angkutan Air Angkutan Aktivitas at Purchaser's
Penyediaan Darat dan Rel Jumlah Consumption ** Ratio (%)
Makan dan untuk Udara untuk Pariwisata price
Akomodasi untuk
Minum Penumpang Penumpang Lainnya
Penumpang

Tourism characteristic products

1 Penyediaan Akomodasi 7.894 - - - - - 7.894 9.366 7.894 84,28

2 Penyediaan Makan dan Minum - 3.153 - - - - 3.153 6.873 3.153 45,87


Jasa Angkutan Darat dan Rel untuk
3 Penumpang - - 594 - - - 594 1.219 594 48,73
Jasa Angkutan Air untuk
4 Penumpang - - - 933 - - 933 2.444 933 38,18
Jasa Angkutan Udara untuk
5 Penumpang - - - - 6.850 - 6.850 7.170 6.850 95,54

6 Jasa Pariwisata Lainnya - - - - - 238 238 851 238 27,96

OUTPUT (at basic prices) 7.894 3.153 594 933 6.850 238 19.662 27.923 19.662 0,70

GROSS VALUE ADDED (at basic prices) 6.710 2.207 416 746 4.110 190 14.380

Indikator Makro TSA


TDGVA 14.380
Net Taxes 2.274
TDGDP 16.654
Total GVA 388.483
Total GDP 647.471
Kontribusi Pariwisata (%)
TDGVA 3,70

TDGDP 2,57

*) Ilustrasi menggunakan data dummy

Ilustrasi pada tabel 3 menggambarkan berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja
bagaimana ukuran kontribusi pariwisata dihasilkan dan pendapatan masyarakat.
dari Tabel 6. TSA. Dari pengeluaran wisatawan
(kolom internal tourism) kemudian dihubungkan Gambaran pariwisata regional juga penting
dengan penyediaan produksi barang dan jasa untuk diukur kontribusi langsung pariwisatanya
dari industri pariwisata. Sehingga dihasilkan nilai terhadap perekonomian masing-masing wilayah
kontribusi pariwisata langsung TDGVA sebesar dan terhadap nasional. Hal tersebut dilakukan
3,70% dan TDGDP sebesar 2,57%. untuk menggambarkan karakteristik pariwisata
regional yang berbeda dengan rata-rata Nasional.
Apa Yang Perlu Dilakukan Selanjutnya Sebagai ilustrasi, wisatawan yang berkunjung ke
Bali didominasi oleh wisatawan mancanegara
Kajian ini akan lebih berdaya guna apabila (inbound) sedangkan D.I Yogyakarta didominasi
10 tabel TSA bisa dipenuhi agar beberapa kebijakan oleh wisatawan domestik. Struktur pengeluaran
dapat dilakukan secara lebih komprehensif. kedua wisatawan tersebut tentunya berbeda,
Informasi dari tabel TSA tersebut memungkinkan sehingga kebijakan untuk pengembangan aktivitas
pembuat kebijakan baik pemerintah maupun usaha untuk menyediakan barang dan jasa bagi
bisnis untuk memperluas pasarnya dengan wisatawan perlu dibedakan agar sesuai karakteristik
melihat karakteristik pengeluaran wisatawan pengeluaran wisatawan di Bali dan Yogyakarta
dan membandingkan ukuran pariwisata suatu tersebut.
industri dengan industri lainnya. Sebagai ilustrasi,
Peningkatan pengeluaran wisatawan dapat Agar kebijakan yang diambil dapat lebih
mendorong peningkatan penyediaan akomodasi, tepat sasaran untuk mendukung pemulihan
jasa angkutan, dan penyediaan fasilitas tempat ekonomi ditengah dampak pandemi COVID-19,
makan (restoran), dll. Apabila hal tersebut maka penyediaan data indikator indikator
berlangsung secara berkelanjutan, maka akan pariwisata terkini perlu terus dilakukan melalui
berdampak pada perluasan usaha-usaha lainnya berbagai inovasi dan peningkatan kerjasama
yang mendukung. Sehingga pada gilirannya dapat seluruh stakeholder terkait.

Edisi 16 - Desember 2020


9
“ “
YOU CAN HAVE
DATA WITHOUT
INFORMATION,
BUT YOU CANNOT
HAVE INFORMATION
WITHOUT DATA
DANIEL KEYS MORAN

Foto oleh Atik Sulianami dari situs Unsplash


STRATEGI PENGGUNAAN BIG DATA PADA
BANK SENTRAL
Oleh Muhammad Edhie Purnawan2

KONSEP BIG DATA

Konsep Big Data dimulai dari sebuah data dengan ukuran, keragaman, dan
kompleksitas yang membutuhkan teknik dan algoritma analitik untuk mengolah
dan mengambil pengetahuan serta manfaat yang tersembunyi di dalamnya. Big
Data memiliki karakteristik 5V’s yakni volume, velocity, variety, veracity, dan value.
Sedangka FSB (2017), mendifinisikan Big Data sebagai “the massive volume of data
“Penggunaan Big that is generated by the increasing use of digital tools and information systems”.
Data memainkan
peranan sangat Selain itu, Big Data sebagai salah satu sumber data untuk penyusunan statistik
penting untuk dan merupakan bagian dari proses bisnis statistik. Adapun dua metodologi yang
meningkatkan digunakan dalam pemanfaatan Big Data dikenal dengan sebutan: (a) data mining
kualitas penelitian
dan (b) text mining. Konsep data mining adalah ekstraksi pengetahuan dengan
ekonomi dan
menemukan pola implisit yang belum diketahui sebelumnya dari dalam kumpulan
pengambilan
kebijakan. IMF data besar. Sedangkan text mining merupakan ekstraksi informasi dari kumpulan
melakukan riset teks hingga dengan pengolahan menggunakan Artificial Intelligence (AI) bisa diambil
Big Data sebagai manfaat dari dalam kumpulan teks tersebut. Lebih jauh, kerangka kerja dalam proses
cara baru untuk Big Data meliputi: (a) persiapan, (b) ekstraksi, (c) validasi, dan (d) analisis yang bisa
mengukur indikator digambarkan melalui bagan berikut ini,
ekonomi seperti
harga, kondisi
pasar tenaga kerja, Gambar 1. Kerangkat Kerja Big Data
pasar perumahan,
dan sentimen
bisnis (Hammer et
al., 2017)”

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Penggunaan Big Data bisa emperkuat analisis untuk pengambilan keputusan


dan penyediaan informasi bisa menjadi lebih lengkap, lebih langsung, dan lebih terinci

2 adalah anggota Forum Masyarakat Statistik (FMS) 2019-2020

Edisi 16 - Desember 2020 11


mengkonfirmasi data atau indikator makroekonomi suku bunga. Caranya? Beberapa paper tentang
terkini. potensi perkembangan tingkat kebijakan sebelum
pengumuman kebijakan diumumkan dikumpulkan,
BIG DATA DAN PRAKTIK BANK SENTRAL sehingga indeks tingkat ekspektasi dapat
ditentukan. Hal ini bisa dilakukan dengan platform
Penggunaan Big Data memainkan peranan Big Data.
sangat penting untuk meningkatkan kualitas
penelitian ekonomi dan pengambilan kebijakan. • Penilaian Risiko Keuangan
IMF melakukan riset Big Data sebagai cara baru Sumber dan teknik pada Big Data juga dapat
untuk mengukur indikator ekonomi seperti harga, memberikan fasilitas penilaian risiko keuangan.
kondisi pasar tenaga kerja, pasar perumahan, dan Di samping itu, dengan Big Data, pengawasan
sentimen bisnis (Hammer et al., 2017). yang dilakukan oleh bank sentral seperti misalnya
pengawasan makroprudensial (dan pengawasan
Banyak bank sentral saat ini bekerja dengan mikroprudensial oleh OJK) yang berdampak kepada
memanfaatkan karakteristik kumpulan Big Data stabilitas keuangan, dapat dilakukan dengan lebih
untuk menjalankan mandat (Coeure, 2017). baik.
Pengalaman melakukan analisis statistik pada
Big Data menjadi hal menarik bagi bank sentral Meskipun telah banyak manfaat yang
terutama dalam hal: (1) informasi statistik, (2) dihasilkan dengan pemanfaatannya, namun
prakiraan makroekonomi, (3) prediksi terhadap demikian masih terdapat banyak tantangan bagi
pasar keuangan, dan (4) penilaian risiko keuangan. bank sentral dalam pemanfaatan Big Data, antara
lain adalah:
• Informasi Statistik
Big Data dapat menjadi sarana untuk Pertama, berdasarkan prinsip tata kelola
meningkatkan pada statistik yang sudah dipublikasi. yang baik (meliputi proses manajemen kualitas
Selain itu, dapat menjadi sumber dukungan untuk data, pengaturan dokumentasi yang memadai,
pembuatan statistik resmi. Dengan adanya Big dan alokasi tanggung jawab yang jelas), serta
Data, maka ketersediaan data menjadi lebih berdasarkan pengintegrasian Big Data yang
cepat dan relatif mudah dalam pengumpulan dan dikumpulkan ke dalam model informasi yang
pemrosesan dengan Teknik olah data yang modern. koheren dan komprehensif, maka pemanfaatan Bid
Data ini menjadi sangat relevan. Namun demikian,
• Prakiraan Makroekonomi biasanya masih ada anggapan biasededness
Berbagai bank sentral sudah menggunakan pada pengukuran Bid Data yang disebabkan oleh
Big Data untuk prakiraan makroekonomi dengan banyaknya variasi format Big Data yang beredar
memanfaatkan AI. Big Data memungkinkan secara publik. Karena itu, perlu dicari solusi
lebih banyak indikator yang dapat digunakan manajemen Big Data sedemikian rupa agar variasi
untuk memprakirakan indikator ekonomi makro format bisa disinergikan, sehingga bisa memberikan
utama seperti misalnya perhitungan PDB, inflasi, manfaat yang optimal.
pengangguran, dll. Berdasarkan Big Data ini,
mekanisme riset menjadi terkonfimasi berdasarkan Kedua, usaha optimalisasi Big Data oleh
kejadian terkini. otoritas pembuat kebijakan perlu didukung dengan
akses terhadap sumber data, hambatan aksesbilitas
• Prediksi terhadap Pasar Keuangan pada data masih sering terjadi, khususnya yang
Penggunaan Big Data oleh bank sentral terkait dengan benturan sisi hukum dan yang terkait
terbukti berguna untuk memantau dan dengan sisi kerahasiaan data. Dengan demikian,
memprediksi perkembangan indicator-indikator bank sentral dan kementerian/lembaga pemerintah
di pasar keuangan. Pemanfaatan Big Data pada secara bersama-sama perlu membangun koordinasi
pasar keuangan seperti misalnya berusaha dalam mekanisme akses data sehingga dengan Big
menjawab pertanyaan: Bagaimana algoritma Data, sinergi antara pemilik data dan otoritas bisa
pada penambahan teks dapat digunakan untuk menghasilkan kebijakan yang lebih berkualitas,
mengukur ekspektasi publik terhadap arah lebih produktif, dan lebih akurat.

12 Edisi 16 - Desember 2020


BIG DATA DAN PRAKTIK BANK SENTRAL: BANK • Tahap empowering (2019-2021)
INDONESIA Pada tahap empowering, prosesnya meliputi
pembangunan kapabilitas baru dalam mengolah
Pemanfaatan Big Data oleh banyak bank dan menganalisis Big Data, sehingga Big Data
sentral semakin mengalami perkembangan yang Analytics dapat mulai digunakan sebagai bagian
pesat. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, dari assesmen supervisory framework sistem
system pembayaran, dan makroprudensial serta pembayaran secara rutin dan berkelanjutan.
otoritas pengelola uang Rupiah di Indonesia
telah memberikan perhatian besar terhadap • Tahap executing the innovatiion (2020 – kedepan)
perkembangan Big Data secara intensif sejak Pada fase akhir (eksekusi inovasi), Big Data
tahun 2015. Hal ini bertujuan untuk merespon di Bank Indonesia dapat digunakan secara berkala
perkembangan ekonomi dan keuangan digital, serta (real-time), sehingga dapat mendukung terciptanya
bertujuan untuk membantu merumuskan kebijakan inovasi penyediaan data atau indikator baru melalui
Bank Indonesia baik di sektor moneter maupun memanfaatkan sumber data yang bervariasi banyak,
di sektor keuangan, serta untuk memitigasi risiko sehingga dapat mendukung proses pengambilan
sistemik dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. keputusan dengan kualitas yang jauh lebih baik.

Oleh karena itu, pemanfaatan Big Data Bagian selanjutnya adalah Bank Indonesia
Analytics di Bank Indonesia dapat sangat bermanfaat berhasil melaksanakan sejumlah pilot projects
untuk mendukung perumusan bauran kebijakan dengan menghasilkan beberapa indikator baru
Bank Indonesia (kebijakan moneter, kebijakan dalam mendukung proses perumusan bauran
makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran kebijakan Bank Indonesia, antara lain:
dan pengelolaan uang Rupiah).
• Indikator Job Vacancy
Kemajuan metode Big Data pada institusi Indikator ini menggunakan sumber data
yang menggunakannya, memberika fasilitas yang tidak terstruktur (unstructured data) yang
penggunanya untuk memanfaatkan data yang terdiri atas teks iklan lowongan pekerjaan di
tersedia dari Big Data tersebut secara real-time dan portal lowongan pekerjaan online dan media
online, sehingga memberikan manfaat instan yang cetak. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
sangat besar kepada masyarakat. meningkatnya penawaran pada lowongan
pekerjaan yang ditawarkan oleh perusahaan
Akses dan pemanfaatan terhadap Big Data maka indikator ekonomi akan tumbuh. Indikator
ini dapat menutup gap data dan gap timely policy, Job Vacancy dijadikan sebagai leading indicator
karena sebagai sarana untuk untuk menganalisis terhadap ekonomi dan indikator tersebut tersedia
data publikasi media privat dan media social, maka dalam skala semesteran atau setiap 6 bulan.
Big Data mampu menghasilkan analisis yang lebih
cepat dan lebih akurat. • Indikator Pasar Properti
Indikator ini menjadi pelengkap pada survei
Dalam perkembangannya, pemanfaatan harga properti yang di publikasikan oleh Bank
Big Data oleh Bank Indonesia akan menciptakan Indonesia setiap triwulan. Indikator tersebut telah
persepsi publik terhadap kebijakan yang dirumuskan meliputi sekitar 55 kota besar baik yang tersedia di
oleh Bank Indonesia secara lebih baik dan mendetail portal online maupun text mining dari koran-koran.
sebagai bagian bentuk strategi komunikasi kepada
publik dengan mengembangkan Big Data melalui • Indikator Identifikasi Struktur Keterkaitan Pelaku
tiga tahap yaitu: dalam Sistem Pembayaran
Indikator ini digunakan untuk mengawasi
• Tahap establishing foundation (2015-2018) dalam rangka memitigasi risiko sistemik pada
Pada tahap ini, proses pembangunan sistem keuangan dengan menggunakan sumber
pondasi kokok dalam pemanfaatan Big Data data terstruktur dari data transaksi Bank Indonesia-
dilakukan melalui sejumlah pilot project berupa Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
penciptaan sejumlah indikator baru yang berasal
dari berbagai jenis online portal.

Edisi 16 - Desember 2020


13
• Indikator Identifikasi Masyarakat terhadap Gambar 2. Jumlah Aset Fintech, September 2020
Perekonomian Indonesia dan Bank (Rp M)
Indonesia
Proyek pekerjaan ini menghasilkan 4000.00

indikator ketidakpastian (uncertainty) pada 3500.00 3346.13


kebijakan ekonomi yang disebut indeks EPU
(Economic Policy Uncertainty) yang dibentuk 3000.00
2760.08

melalui text mining terhadap pemberitaan di 2500.00


media massa.

Rp M
2000.00

BANK SENTRAL 4.0: STRATEGI INOVASI 1500.00


DIGITAL FINANCE
1000.00

Bank Sentral 4.0 merupakan salah


500.00
satu strategi untuk mendorong inovasi dalam
ekonomi dan keuangan digital terutama0.00
10/2019 11/2019 12/2019 01/2020 02/2020 03/2020 04/2020 05/2020 06/2020 07/2020 08/2020 09/2020
memperkuat daya saing dan mempersempit Sumber: CEIC (2020), diolah. Aset
kesenjangan financial access inequality di
masyarakat. Munculnya konsep Bank Sentral
4.0 adalah sebagai respon untuk menyikapi Gambar 3. Jumlah Perusahaan Fintech, September
menurunnya globalisasi dan pada saat yang 2020 (unit)
sama meningkatnya digitalisasi.

Dalam kebijakannya, Bank Indonesia


mendukung integrasi ekonomi dan keuangan
digital nasional. Bank Indonesia juga telah
menyusun arah kebijakan Sistem Pembayaran
Indonesia ke depan, melalui peluncuran
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia
2025: Menavigasi Sistem Pembayaran
Nasional Era Digital.

Langkah ini sesungguhnya merupakan


bentuk perkembangan dari Big Data yang
semakin berkembang pada sektor keuangan
sehingga menciptakan sebuah integrasi Sumber: CEIC (2020), diolah.
ekonomi dan keuangan yang harus direspons
dengan kebijakan yang tepat. Selain itu, digitalisasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia
ekonomi dan keuangan telah berkembang ke 2025 untuk menghadapi digital ekonomi ini
berbagai segmen pada perekonomian dengan disusun untuk mengantisipasi tren digitalisasi
adanya berbagai bentuk layanan keuangan financial yang mempengaruhi sendi-sendi perekonomian
technologies (fintch) maupun layanan keuangan dan mendisrupsi fungsi-fungsi konvensional di
digital unbundling baik di luar bank maupun di sector keuangan. Hal ini semakin lengkap dengan
lembaga keuangan lainnya yang dapat berpotensi hadirnya Big Data pada sektor keuangan, karena
shadow banking. Terlihat bahwa jumlah fintech arus digitalisasi yang banyak melibatkan AI (deep
dengan aset dari fintech mengalami tren yang learning dan machine learning) akan masuk dan
meningkat dari tahun ke tahun dari Oktober 2019 banyak sekali dipakai di Indonesia, terutama di
hingga September 2020. sector keuangan, dan akan semakian menguat ke
depan, sehingga ketika digitalisasi ini dirancang
dengan benar maka akan membantu memberikan
support besar pada kemajuan perekonomian
Indonesia.

14 Edisi 16 - Desember 2020


Apabila hambatan-hambatan dalam Diakses pada 1 Desember 2020. https://www.
pemanfaatan teknologi digital dapat diatasi, bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/
maka perkembangan digitalisasi ekonomi mampu Pemanfaatan-Big-Data-secara-Terintegrasi-
memberikan nilai tambah pada GDP Indonesia untuk-Optimalisasi-Perumusan-Kebijakan.aspx
pada 2025 sebesar sekitar USD150 miliar atau BearingPoint. 2016. “Big Data in Central Banks”.
memberikan kontribusi sebesar sekitar 10 persen Central Banking Focus Report
terhadap GDP Indonesia yang diiringi dengan
He, Dong. 2018. “Monetary Policy: In the Digital
peningkatan penyerapan pada tenaga kerja yang
Age”. Finance and Development.
mencapai hampir 4 juta orang (McKinsey Indonesia
2016: Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity). Mustami, A. A. 2018. “Berbekal Big Data, BI akan
Rilis Empat Indikator Baru”. Kontan, 27 Juli.
Arus digitalisasi tersebut harus dikendalikan Diakses pada 1 Desember 2020. https://
atau dalam kontrol pemerintah dan bank sentral nasional.kontan.co.id/news/berbekal-big-
karena arus digitalisasi bisa menjadi tidak terkendali data-bi-akan-rilis-empat-indikator-baru
jika tidak diantisipasi dan akan membatasi manfaat Pratama. A.M. 2018. “BI: Big Data Penting
terhadap stabilitas makroekonomi dan inklusi Untuk Rumuskan Kebijakan”. Kompas.
keuangan dalam jangka panjang serta akan com, 27 Juli. Diakses pada 1 Desember
mempengaruhi kredibilitas dan integritas bank 2020. https://ekonomi.kompas.com/
sentral. read/2018/07/27/064500326/bi--big-data-
penting-untuk-rumuskan-kebijakan
Secara demikian, perkerjaan Big Data ini Sidik, F. 2017. “Agus Marto Bicara Pemanfaatan
harus diadopsi dan ditingkatkan secara massif Big Data dan Transformasi Kebijakan Moneter
dengan segera oleh tidak hanya bank sentral, tetapi BI”. Bisnis.com, 9 Agustus. Diakses pada 1
juga setiap kementerian (baik pusat dan daerah) Desember 2020. https://finansial.bisnis.com/
serta sector swasta. read/20170809/11/679454/agus-marto-
bicara-pemanfaatan-big-data-transformasi-
REFERENSI kebijakan-moneter-bi
Bank Indonesia. 2020. “Bank Sentral 4.0, Strategi Wibisono, Okiriza, et al. 2019. “The Use of Big
Hadapi Inovasi Keuangan Digital”. Bank Data Analytics and Artificial Intelligence in
Indonesia, 11 Februari. Diakses pada 1 Central Banking–An Overview.”  IFC Bulletins
Desember 2020. https://www.bi.go.id/id/ chapters 50.
ruang-media/info-terbaru/Pages/Bank- Wicaksono, A. 2018. “Big Data Bisa Memitigasi
Sentral-4.0-Strategi-Hadapi-Inovasi-Keuangan- Risiko Keuangan Lebih Cepat”. Medcom.id, 26
Digital.aspx Juli. Diakses pada 1 Desember 2020. https://m.
Bank Indonesia. 2018. “Pemanfaatan Big Data medcom.id/ekonomi/mikro/JKRn8vyK-big-
Secara Terintegrasi untuk Optimalisasi data-bisa-memitigasi-risiko-keuangan-lebih-
Perumusan Kebijakan”. Bank Indonesia, 26 Juli. cepat

Edisi 16 - Desember 2020


15
“ THE WORLD IS
ONE BIG DATA
PROBLEM
ANDREW MCAFEE

Foto oleh Agefish dari situs Unsplash


COVID-19, KEMISKINAN DAN
PERLINDUNGAN SOSIAL
Oleh Teguh Dartanto3 dan Asep Suryahadi4

Pendahuluan

COVID-19 menjadi fokus perhatian dunia sejak World Health Organizations


(WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi sejak Maret 2020. Pandemi Covid-19
merupakan salah satu bencana (atau guncangan) di sektor kesehatan yang berdampak
besar di sektor ekonomi karena pandemik Covid-19 mengakibatkan penurunan
aktivitas produksi dan permintaan dalam perekonomian. Perubahan rantai pasok,
penurunan aktivitas ekonomi serta kebijakan pembatasan sosial di berbagai daerah
memiliki dampak besar terhadap kondisi kemiskinan, pengangguran, akses kesehatan
dan juga aspek pembelajaran. Besarnya dampak Covid-19 terhadap perekonomian
sangat tergantung dari beberapa hal: jumlah korban sakit & meninggal, luas wilayah
“Dampak negatif
pandemi Covid-19
terdampak, jangka waktu pandemi, kebijakan surpresi PSBB atau karantina wilayah,
dirasakan oleh sistem perlindungan sosial, stimulus fiskal dan insentif ekonomi. Artikel kali ini
seluruh lapisan akan membahas mengenai keterkaitan antara isu Covid-19, Kemiskinan dan Sistem
masyarakat. Akan Perlindungan Sosial di Indonesia.
tetapi secara
proporsional Kondisi Covid-19 di Indonesia
dampak yang lebih
besar dirasakan Sejak kasus positif Covid-19 terkonfirmasi pertama kali di Indonesia pada
oleh masyarakat awal Maret 2020, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat dan telah mencapai
kelompok
sekitar 570 ribu kasus sedangkan angka kematian mencapai sekitar 17.600 pada
bawah karena
mereka memiliki
minggu pertama Desember 2020. Indonesia saat ini masih berada di tengah gelombang
kemampuan pertama, dan terus berusaha untuk menahan jumlah kasus yang terus meningkat sejak
yang lebih kecil wabah pertama. Angka kematian kasus di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 3,7% dari
untuk melakukan seluruh kasus yang terdeteksi, dan dengan 40,5 kematian yang dilaporkan per satu
penyesuaian juta orang. Meskipun begitu, angka kematian tersebut diperdebatkan dan dianggap
dalam kegiatan terlalu rendah. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI
ekonomi mereka” Jakarta menunjukkan terdapat sekitar 6.388 kematian dengan pemakaman prosedur
Covid-19 selama enam bulan sejak Maret 2020, sedangkan kasus kematian yang
terkonfirmasi kasus Covid-19 hanyalah sebesar 1,692. Jumlah kasus Covid-19 di
Indonesia kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan dengan angka yang dilaporkan
karena banyak sekali kasus Orang Tanpa Gejala (OTG).

Tes yang sedikit dan pengobatan yang terlambat adalah alasan utama
tingginya angka kematian kasus di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga
(Ariawan dan Jusril 2020). Informasi hasil pengujian penting bagi individu dan petugas
kesehatan masyarakat untuk mengambil tindakan yang tepat guna memperlambat
penyebaran virus. Akan tetapi, pengujian di Indonesia masih sangat rendah. WHO
merekomendasikan bahwa pengujian luas merupakan strategi mendesak bagi negara
untuk segera diterapkan. Masalah utama Indonesia dalam meningkatkan pengujian
yang meluas adalah kapasitas pengujian yang terbatas dan lemahnya strategi atau
survilen dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Masalah lainnya adalah pelacakan
kontak sebagai bagian penting untuk mengendalikan virus juga sangat terbatas. Hal ini
terutama disebabkan oleh surveilans penyakit dan sistem informasi kesehatan yang

3 Dradjad Irianto adalah anggota Forum Masyarakat Statistik (FMS) 2019-2020


4 Asep Suryahadi adalah anggota Forum Masyarakat Statistik (FMS) 2019-2020
Edisi 16 - Desember 2020 17
tidak memadai (Ariawan dan Jusril 2020). Saat ini, dapat ditemukan dan didistribusikan pada awal
pemerintah mengandalkan social distancing dan 20215. Perkembangan Covid-19 yang masih
langkah-langkah kesehatan masyarakat sebagai belum terkontrol dengan baik akan menghambat
alat utama untuk membendung virus tersebut, pemulihan ekonomi di Indonesia.
sembari mengharapkan vaksin untuk Covid-19

Gambar 1. Perkembangan Kasus Covid-19 di Indonesia

Sumber: Our World in Data (ourworldindata.org)

Kondisi Perekonomian di Masa Pandemi beberapa negara mitra dagang Indonesia sejak
Desember 2019, sehingga dampak terhadap
Sebagai upaya pencegahan penyebaran perekonomian Indonesia telah terjadi bahkan
Covid-19, pemerintah Indonesia telah menerapkan sebelum kasus positif Covid-19 ditemukan di
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Indonesia.
(PSBB), yang mulai diterapkan di DKI Jakarta pada
10 April 2020. Pandemi Covid-19 dan PSBB telah Dampak negatif yang lebih besar dirasakan
menyebabkan penurunan kegiatan perekonomian, pada kuartal II 2020, yang mencakup periode
baik pada sisi penawaran maupun permintaan, April – Juni 2020, dimana pertumbuhan ekonomi
sehingga menyebabkan penurunan Produk menjadi -5,32%. Pertumbuhan ekonomi yang
Domestik Bruto (PDB) yang merupakan indikator negatif menunjukkan bahwa pandemi Covid-19
output perekonomian. telah menyebabkan kontraksi dalam output
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi pada
Pada kuartal I 2020, yang mencakup periode kuartal III 2020 juga masih negatif pada tingkat
Januari – Maret 2020, pertumbuhan ekonomi -3,49%. Hal ini berarti telah terjadi pertumbuhan
tercatat 2,97%, cukup jauh di bawah perkiraan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut,
sebelum pandemi yang mencapai sekitar 5%. Hal ini yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia
menunjukkan bahwa walaupun baru sebulan kasus tengah mengalami resesi. Selain itu, data Sakernas
konfirmasi positif Covid-19 terjadi dan sebelum Agustus 2020 menunjukkan Covid-19 berdampak
PSBB diterapkan, dampak negatif Covid-19 telah terhadap 29,12 juta orang pekerja dimana 2,56 juta
dirasakan oleh perekonomian Indonesia. Hal ini orang menganggur, 1,77 juta orang sementara tidak
terjadi karena pandemi Covid-19 telah menimpa bekerja, 24,03 juta orang mengurangi jam kerjanya
5 Ulasan mendalam mengenai isu Covid-19 dan Perekonomian Indonesia bisa dibaca dalam tulisan Sparrow, Dartanto & Hartwig (2020). Indonesia
Under the New Normal: Challenges and the Way Ahead. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 56 (3): 269-299

18 Edisi 16 - Desember 2020


dan sisanya 0,76 juta orang keluar dari Angkatan Dengan kondisi seperti ini maka dapat diperkirakan
kerja. bahwa pandemi Covid-19 akan menyebabkan
meningkatnya tingkat ketimpangan.
Dampak Covid-19 Terhadap Kemiskinan dan
Ketimpangan Data menunjukkan bahwa angka Rasio
Gini sedikit meningkat dari 0,380 pada September
Perekonomian yang tengah mengalami resesi 2019 menjadi 0,381 pada Maret 2020. Kenaikan
memiliki implikasi buruk terhadap kesejahteraan tingkat ketimpangan ini terjadi baik di daerah
masyarakat. Resesi berarti penghentian perkotaan maupun perdesaan. Di daerah
beroperasinya sebagian pabrik, berkurangnya perkotaan angka Rasio Gini meningkat dari 0,391
kegiatan distribusi barang, penutupan sebagian pada September 2019 menjadi 0,393 pada Maret
toko, dan berbagai dampak negatif lainnya yang 2020. Sementara itu, didaerah perdesaan angka
pada akhirnya menyebabkan sebagian pekerja Rasio Gini meningkat dari 0,315 menjadi 0,317
harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam kurun waktu yang sama. Salah satu yang
dan/atau pengurangan pendapatan. Para pekerja mungkin menyebabkan naiknya angka Rasio Gini
yang rentan dan tidak memiliki cukup tabungan adalah adanya kesenjangan digital dan sistem kerja
akan jatuh ke bawah garis kemiskinan. Secara dari rumah. Kelompok menengah atas dengan
makro hal ini tergambar dengan meningkatnya teknologi mereka masih bisa bekerja dari rumah
tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. (Work from Home) sehingga penghasilan mereka
masih terjaga, sedangkan kelompok pendapatan
Seperti halnya dengan data PDB, data bawah tidak bisa bekerja dari rumah karena jenis
tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2020 sudah pekerjaannya tidak memungkinkan dilakukan jarak
menunjukkan adanya dampak negatif Covid-19 jauh, sehingga kelompok bawah akan kehilangan
terhadap kesejahteraan masyarakat. Tingkat pekerjaan. Sehingga, kesenjangan pendapatan atau
kemiskinan meningkat dari 9,22% pada September pengeluaran akan semakin melebar.
2019 menjadi 9,78% pada Maret 2020. Dilihat
dari jumlah penduduk miskin hal ini berarti telah Momentum Penyesuaian Perhitungan Garis
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak Kemiskinan
1,63 juta orang, yaitu dari 24,79 juta orang pada
September 2019 menjadi 26,42 juta orang pada Pandemi Covid-19 merupakan momentum
Maret 2020. Kenaikan tingkat kemiskinan ini yang tepat untuk melakukan penyesuaian dalam
sebagian besar terjadi di daerah perkotaan, yaitu metode perhitungan garis kemiskinan. Metode
dari 6,56% pada September 2019 menjadi 7,38% perhitungan garis kemiskinan yang saat ini
pada Maret 2020, sementara di daerah perdesaan digunakan disusun pada tahun 1998. Selama lebih
meningkat dari 12,60% menjadi 12,82% dalam dari 20 tahun terakhir telah terjadi perubahan
kurun waktu yang sama. pola konsumsi masyarakat yang cukup besar. Di
dalam keranjang kemiskinan makanan, terdapat
Dampak negatif pandemi Covid-19 sejumlah komoditas makanan yang sudah tidak lagi
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Akan dikonsumsi oleh penduduk miskin, dan sebaliknya
tetapi secara proporsional dampak yang lebih terdapat sejumlah komoditas makanan baru yang
besar dirasakan oleh masyarakat kelompok bawah banyak dikonsumsi oleh penduduk miskin.
karena mereka memiliki kemampuan yang lebih
kecil untuk melakukan penyesuaian dalam kegiatan Adanya pandemi Covid-19 memperbesar
ekonomi mereka. Disamping itu hanya sebagian perubahan pola konsumsi masyarakat. Misalnya
kecil masyarakat kelompok bawah yang memiliki penggunaan internet pada masa pandemi ini telah
tabungan. Sementara itu, masyarakat kelompok menjadi hal yang esensial, baik untuk keperluan
menengah dan atas lebih memiliki ruang untuk melakukan pekerjaan, sekolah anak, maupun untuk
melakukan melakukan penyesuaian dalam kegiatan komunikasi dan interaksi sosial. Dengan demikian
ekonomi mereka, misalnya dengan bekerja dari akses terhadap internet telah menjadi kebutuhan
rumah dan menggunakan teknologi informasi dan pokok, sehingga selayaknya dimasukkan dalam
komunikasi dalam berinteraksi. Disamping itu, perhitungan garis kemiskinan. Pandemi ini juga
pada umumnya mereka memiliki tabungan untuk menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan dan
menghadapi keadaan yang kurang menguntungkan.

Edisi 16 - Desember 2020


19
daya tahan tubuh, sehingga dapat diperkirakan perluasan cakupan penerima bantuan iuran BPJS
bahwa pengeluaran masyarakat untuk makanan Kesehatan, subsidi upah, bantuan produktif untuk
sehat, vitamin, obat-obatan, dan keperluan UMKM dan diskon tagihan listrik (Tabel 1).
olah raga akan meningkat. Hal ini juga perlu
tergambarkan dalam perhitungan garis kemiskinan. Komposisi perlindungan sosial/bantuan
sosial sebagian besar didistribusikan untuk Bantuan
Perubahan metodologi perhitungan garis Pangan (Sembako) (20% atau setara dengan Rp. 43.6
kemiskinan pada umumnya akan meningkatkan triliun), Program Keluarga Harapan (PKH) (17% atau
hasil perhitungan tingkat kemiskinan. Dalam kondisi setara dengan Rp. 37.4 triliun), Bantuan Langsung
normal hal ini dapat menimbulkan penentangan Tunai Dana Desa (15% atau setara dengan Rp. 32
dari berbagai pemangku kepentingan. Tetapi dalam triliun) dan Bansos Tunai (15% atau setara dengan
kondisi krisis hal tersebut pada umumnya lebih Rp. 32 triliun). Diharapkan berbagai bantuan sosial
dapat diterima. Misalnya perubahan metodologi yang diberikan selama pandemi Covid-19 dapat
perhitungan kemiskinan pada tahun 1988 membantu meringankan beban kelompok miskin
menyebabkan perubahan tingkat kemiskinan pada dan rentan sehingga mereka tidak jatuh dalam
tahun 1996, yaitu meningkat dari 11,3% dengan jebakan kemiskinan. Program perlindungan sosial
metode lama menjadi 17,47% dengan metode melalui berbagai Bansos merupakan satu-satunya
baru tanpa menimbulkan banyak penentangan. program dalam Pemulihan Ekonomi Nasional yang
Oleh karena itu, adanya pandemi Covid-19 menjadi penyerapan atau distribusinya mencapai 78%
momentum yang tepat untuk melakukan perubahan pada awal Oktober 2020. Hal ini disebabkan daftar
metodologi perhitungan garis kemiskinan karena penerima berdasarkan nama dan alamat tercatat
pemangku kepentingan kemiskinan dan masyarakat dengan baik, sehingga pemerintah lebih mudah
luas dapat menerima bahwa tingkat kemiskinan menyalurkan berbagai program-program yang
memang telah meningkat. ada tanpa adanya ketakutan terhadap masalah
akuntabilitas penggunaan anggaran.
Perlindungan Sosial di Masa Pandemi
Meskipun cakupan program perlindungan
Studi Bank Dunia selama Pandemi sudah cukup komprehensif, namun sebagian besar
Covid-19 menemukan bahwa banyak rumah program-program yang ada saat ini dirancang untuk
tangga berpenghasilan menengah ke bawah rentan pengentasan kemiskinan di masa sebelum Covid-19
terhadap guncangan pendapatan dimana 24% dan bukan untuk menanggulangi pandemi.
pencari nafkah di rumah tangga berhenti bekerja Distribusi program bantuan sosial berdasarkan
terutama di Jawa dan perkotaan. Sebagian besar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang
yang masih memiliki pekerjaan juga mengalami telah dikembangkan selama beberapa dekade
penurunan pendapatan. Sebanyak 55% responden terakhir. Basis data ini telah menjadi instrumen
menyatakan bahwa bantuan pemerintah yang efektif untuk meningkatkan penargetan
merupakan bagian penting dalam menjaga program perlindungan sosial, namun data ini tidak
konsumsi mereka. Menyikapi hal ini, pemerintah mampu menangkap dampak dari guncangan besar
melaksanakan rencana Pemulihan Ekonomi selama Covid-19 karena DTKS hanya mencakup
Nasional (PEN) dengan anggaran sebesar Rp 695,2 40% pendapatan terbawah kelompok masyarakat.
triliun. Komponen terbesar dari rencana tersebut Sedangkan, dampak Covid-19 menyasar tidak hanya
adalah perlindungan sosial sebesar Rp 204 triliun kelompok 40% terbawah tetapi juga sampai dengan
untuk menggenjot konsumsi penduduk miskin dan kelompok kelas menengah bawah atau sekitar
mengurangi dampak kontraksi ekonomi. Pemerintah 60% kelompok pendapatan terbawah. Selain itu,
menggunakan instrumen perlindungan sosial yang data DTKS kurang up to date untuk menangkap
sudah ada serta melakukan perluasan cakupan dinamika perubahan kesejahteraan rumah tangga
penerima bantuan perlindungan sosial. Program- di Indonesia. Kedua hal tersebut mengakibatkan
program perlindungan yang sudah ada antara distribusi dari bantuan sosial menghadapi
lain: Program Keluarga Harapan, program bantuan kendala berbagai isu mengenai inclusion error
pangan (Kartu Sembako dan Bansos-Sembako), (memberikan kepada bukan penerima) dan
program bantuan langsung tunai, bantuan langsung exclusion error (keluarga yang berhak menerima
tunai Dana Desa, Kartu Prakerja baru, tambahan tidak mendapatkan bantuan sosial).

20 Edisi 16 - Desember 2020


Tabel 1 Bantuan Sosial Selama Pandemi Covid-19

Sumber: Sudarno Sumarto6

Covid-19 dapat menjadi pemantik atau meningkatkan pengangguran dan kemiskinan di


momen untuk melakukan reformasi sistem Indonesia. Pemulihan ekonomi nasional sangat
perlindungan sosial di Indonesia sehingga lebih tergantung dari pengendalian kasus Covid-19, jika
adaptif dan lebih tepat sasaran menghadapi kasus Covid-19 dapat terkendali maka aktivitas
berbagai gejolak di masa mendatang. Reformasi perekonomian akan menggeliat kembali yang
sistem perlindungan sosial antara lain: pertama, akan berimplikasi penyerapan tenaga kerja dan
perluasan cakupan Data Terpadu Kesejahteraan penurunan kemiskinan di Indonesia. Meskipun
Sosial (DTKS) dari 40% masyarakat terbawah menjadi tidak sempurna, Indonesia memiliki DTKS sebagai
60% masyarakat terbawah dengan meluncurkan basis untuk distribusi dan perluasan sistem sistem
social registry number. Kedua, memperkenalkan perlindungan sosial di masa pandemik.
On Demand Application System untuk Bantuan
Sosial dimana masyarakat yang terdampak Covid-19 menjadi sebuah momentum
dari gejolak Covid-19 dapat mendaftarkan diri penting dalam isu-isu kesejahteraan sosial di
untuk memperoleh bantuan sosial. Setelah itu, Indonesia, antara lain: 1. Peninjauan kembali
selama 3 bulan berikutnya pemerintah akan garis kemiskinan di Indonesia yang dirasa sudah
mengevaluasi penerima manfaat tersebut. Ketiga, terlalu ketinggalan dan tidak mampu menangkap
community based targeting seperti penyaluran fenomena kesejahteraan masyarakat; 2. Perbaikan
dana BLT Dana Desa selama masa pandemi bisa sistem perlindungan sosial di Indonesia sehingga
menjadi salah satu alternatif distribusi bantuan lebih adaptif dalam menghadapi berbagai
sosial di Indonesia di masa mendatang. guncangan ke depannya. Desain program dan
database merupakan isu penting dalam mendukung
Catatan Akhir efektivitas program bantuan sosial dalam
melindungi masyarakat miskin dan rentan di masa
Pandemi Covid-19 merupakan guncangan pandemi. Isu tata kelola dan korupsi merupakan
di sektor Kesehatan yang mendisrupsi seluruh salah satu isu krusial yang harus diperhatikan dalam
aspek kehidupan masyarakat baik secara ekonomi, distribusi bantuan sosial di masa pandemi, jangan
pendidikan maupun sosial. Pandemi telah ada tangan-tangan yang berbuat nista di tengah
mengakibatkan penurunan aktivitas ekonomi, saudara-saudara sebangsa yang begitu menderita7.

6 Diambil dari bahan presentasi Sudarno Sumarto pada diskusi IBER 15 September 2020
7 Artikel ini diselesaikan ketika isu korupsi dana bantuan sosial yang melibatkan Menteri Sosial sedang hangat menjadi berita di media

Edisi 16 - Desember 2020


21
“WITHOUT DATA
YOU’RE JUST
ANOTHER PERSON
WITH AN OPINION
JOE KAESER

Foto oleh Anshu dari situs Unsplash


ESTIMASI PRODUKSI TANAMAN PADI
DENGAN PENDEKATAN POPULASI LATIH
PADA KERANGKA SAMPEL AREA
Oleh Udjianna Sekteria Pasaribu8, Utriweni Mukhaiyar, dan Dito
Aristhyawan

A
bstrak. Sejak 2015, BPS menerapkan metode Kerangka Sampel Area (KSA)
untuk mengestimasi luas tiap fase pertumbuhan padi. KSA ini efektif dalam
menurunkan banyak sampel yang diambil, namun estimasinya cenderung
overestimate. Estimasi KSA tidak lain merupakan nilai agregat dari suatu proporsi hasil
survei. Tulisan ini memaparkan teori dasar KSA dan memberikan alternatif pendekatan
estimasi produksi dengan memanfaatkan histori data yang ada. Pendekatan simulasi
dilakukan untuk membangun populasi latih. Luas fase pertumbuhan padi hasil KSA
BPS di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi dasar pembuatan populasi latih.
Simulasi menunjukkan bahwa luas lahan dengan pendekatan populasi latih cukup
“Salah satu isu mendekati hasil KSA.
dari KSA adalah
estimasinya Kata kunci: Kerangka Sampel Area, estimasi luas panen, overestimasi, populasi latih.
yang cenderung
overestimate. Pada Pendahuluan
survei KSA, lahan
seluas satu hektar Seiring berkembangnya teknologi, beberapa metode dalam statistika
hanya diambil satu pertanian yang sebelumnya dihindari untuk diaplikasikan, misal KSA, mulai menjadi
sampel foto di satu perhatian. Metode KSA meminimumkan kesalahan dari metode konvensional,
titik saja. Hal ini
yang mengumpulkan data luas panen padi melalui daftar isian Statistik Pertanian
akan akurat ketika
(SP) sehingga data luas panen bersifat subjektif, yaitu masih didasarkan pada hasil
lahan satu hektar
tersebut homogen pandangan mata petugas pengumpul data (metode eye estimate). Mubekti (2015)
atau ditumbuhi menyatakan bahwa metode KSA merupakan hasil kombinasi dari analisis spasial dan
oleh jenis fase padi pengindraan jauh.
yang serupa”
Metode KSA merupakan kumpulan segmen dengan ukuran tertentu dalam
suatu wilayah yang mewakili populasi. Populasinya adalah area (wilayah) di suatu
daerah. Untuk menaksir/memprediksi luas suatu tanaman padi dari suatu wilayah,
digunakan data proporsi peta sawah terhadap wilayah daerah yang bersangkutan.
Melalui cara ini, diharapkan dapat mengurangi bias yang dilakukan oleh pengukur.
Selanjutnya metode ini mengestimasi luas wilayah dari tanaman padi. Hasil tersebut
dapat dimanfaatkan untuk penentuan kebijakan strategis, misal dalam penentuan
pupuk yang diperlukan seluruh tanaman padi maupun estimasi produksi tanaman
padi. Oleh karena itu, keakuratan dalam proses estimasi menjadi hal yang sangat
penting.

Pada 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi (BPPT) mengembangkan metode kerangka sampel
area (KSA) untuk estimasi luas panen tanaman padi. Metode ini dipilih karena
sifatnya yang lebih objektif sehingga diharapkan dapat mengoreksi kesubjektifitasan
metode konvensional (eye estimate). Salah satu isu dari KSA adalah estimasinya yang
cenderung overestimate. Pada survei KSA, lahan seluas satu hektar hanya diambil

8 Bustanul Arifin adalah Ketua Forum Masyarakat Statistik (FMS) 2019-2020

Edisi 16 - Desember 2020 23


satu sampel foto di satu titik saja. Hal ini akan jika satu hektar tersebut heterogen atau ditanami
akurat ketika lahan satu hektar tersebut homogen padi dengan jenis fase yang berbeda, maka hasilnya
atau ditumbuhi oleh jenis fase padi yang serupa, akan kurang akurat.
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Namun,

Gambar 1. Jenis sawah (a) homogen (b) Tidak homogen. Perhatikan bahwa jika sawah
titik pengamatan pada sawah tidak ideal tidak merepresentasikan keseluruhan daerahnya
sehingga membuat penaksiran luas yang keliru.

(a) (b)

Dengan beberapa pertimbangan tersebut, dasar terhadap penentuan luasnya. Dalam


metode KSA cukup efektif digunakan untuk pelaksanaannya, metode ini membutuhkan data
mengganti metode yang konvensional, namun pendukung, yaitu: data administrasi wilayah
perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk yang memuat informasi batas-batas wilayah di
memperoleh hasil yang konsisten antar wilayah tiap daerah, peta rupa bumi, peta baku sawah,
dan dari waktu ke waktu. Selain itu, akan dilakukan peta tutupan lahan, mendefinisikan fase-fase
simulasi komputasi dengan menggunakan data luas pertumbuhan dari tanaman padi, dan pendefinisian
lahan hasil KSA bulan Januari 2018 - September 2018 strata. Terdapat 8 pendefinisan fase pertumbuhan
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi padi yang digunakan, yaitu Vegetatif Awal (V1),
Kepulauan Bangka Belitung dipilih karena provinsi Vegetatif Akhir (V2), Generatif (G), Panen (P),
tersebut memiliki sampel segmen di setiap strata. Persiapan Lahan (PL), Puso (PS), Lahan yang
Kemudian banyaknya sampel segmen yang tidak ditanami bukan padi (LL), dan Bera (B). Idealnya,
terlalu besar karena masalah komputasi. Kajian tumbuhan padi akan tumbuh mengikuti urutan fase
juga diperlukan untuk mengevaluasi metode KSA PL, V1, V2, G, dan P.
dan meningkatkan performansinya agar diperoleh
hasil yang akurat. Oleh karena itu, tulisan ini akan Adapun pendefinisian strata (stratifikasi)
melakukan pengkajian terhadap metode KSA dan bertujuan untuk membagi populasi berukuran
memberikan alternatif pengembangan yang dapat N ke dalam sub-populasi H yang tidak tumpang
dilakukan untuk mendukung metode KSA dalam tindih, berukuran Nh, untuk memperoleh efisiensi,
meningkatkan performansinya. baik akurasi maupun biaya (Mubekti, 2015). Alat
stratifikasi yang umum digunakan adalah peta
Statistik Kerangka Sampel Area topografi atau peta tematik meliputi: penggunaan
tanah, geologi, dan peta tanah (BPS, 2018).
Metode KSA memberikan penekanan pada Terdapat 4 pendefinisian strata, yaitu daerah bukan
pembuatan kerangka dalam mengestimasi luas persawahan (Strata-0, S0), persawahan irigasi
wilayah tanaman padi. Metode ini menggunakan (Strata-1, S1), persawahan non irigasi (Strata-2, S2),
penampakan sebenarnya melalui peta sebagai dan yang kemungkinan suatu sawah (Strata-3, S3).
Selanjutnya, sampel yang diambil hanyalah S1, S2,
dan S3.

24 Edisi 16 - Desember 2020


Gambar 2. Ilustrasi titik pengamatan di tiap subsegmen sampel. Setiap segmen terdiri dari
9 subsegmen yang berukuran 100 km X 100 km. Pengamatan tiap subsegmen diwakili oleh
suatu titik tengah.

Dalam menentukan kerangka wilayah, Perhatikan bahwa Yhijl nilainya akan


terdapat 2 metode, yaitu kerangka sampel segmen dipengaruhi oleh fase pertumbuhan padi yang
dan kerangka sampel titik. Pembangunan metode ditinjau. Selanjutnya, untuk menghitung proporsi,
KSA dalam bidang pertanian (tanaman padi) oleh digunakan luas lahan tiap fasenya yang dibagi total
BPS dilakukan dengan pengamatan titik sampel luas seluruh lahan. Definisikan Lhij adalah luas lahan
dalam sampel segmen, yaitu kerangka sampel strata ke-h fase pertumbuhan padi ke-j. Sehingga
titik. Suatu wilayah akan dibagi dalam kumpulan
blok berukuran 6 km X 6 km. Kemudian blok-blok
𝐿𝐿ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 ∑9𝑙𝑙=1 𝑌𝑌ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
ini dibagi lagi menjadi segmen-segmen berukuran 𝑃𝑃ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 = = (2)
300 m X 300 m. Segmen ini dibagi lagi menjadi ∑8𝑗𝑗 =1 𝐿𝐿ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 9
subsegmen berukuran 100 m X 100 m. Sebuah
daerah di bagian tengah sub segmen beradius 10 ∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1

𝑃𝑃ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖
�ℎ𝑗𝑗
𝑃𝑃 = (3)
m ini selanjutnya disebut titik pengamatan. Sampel 𝑛𝑛ℎ
padi yang difoto dan diinput ke sistem adalah padi
yang berada di titik pengamatan. Hasil ini nantinya dengan
akan diagregatkan menjadi proporsi fase padi pada Yhijl :Fungsi indikator pada strata ke-h, fase
suatu wilayah. Kemudian dari nilai proporsi ini akan pertumbuhan ke-j, sampel segmen ke-i dan
didapatkan estimasi luas wilayah setiap fase padi di subsegmen ke-l.
suatu waktu tertentu.
Phij : Proporsi tanaman padi pada strata ke-
Pada metode KSA, data proporsi sawah h, sampel segmen ke-i dengan fase
digunakan dalam mengestimasi luas panen
padi. Data ini didapat dari hasil pengamatan pertumbuhan ke-j.
yang dilakukan di titik pengamatan pada sampel �ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖
segmen. Misalkan seluruh titik pengamatan di
𝑃𝑃 :Rata-rata proporsi tanaman padi
sampel segmen berada di dua kelas, yaitu C dan C’ pada strata ke-h, sampel segmen ke-i
dengan C adalah kelas yang isinya titik dengan fase dengan fase pertumbuhan ke j.
pengamatan tertentu. Definisikan Yhijl, , dan sebagai
�ℎ𝑗𝑗
𝑃𝑃 :Rata-rata proporsi tanaman padi
peubah acak sebagai berikut.
pada strata ke-h, dengan fase
1, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐶𝐶 pertumbuhan ke j.
𝑌𝑌ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = � (1)
0, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙

Edisi 16 - Desember 2020


25
Diketahui setiap sampel segmen berjumlah 9
C0 + 9C1 + 9C2 + 9C3 + 9C4 + 9C5+ 9C6 + 9C7 + 9C8+ 9C9 =
0≤ i ≤ nh dengan nh berbeda-beda dipengaruhi 512
oleh provinsi yang ditinjau. Setiap sampel segmen
memiliki 9 sub segmen yang diamati dan tiap indeks dan berlaku bahwa nCk = nC(n-k) dengan n=9 dan
pada persamaan memenuhi H: {S1, S2, S3}, dan k=1,2,...,9. Perolehan banyak kombinasi di setiap
1 ≤ j ≤ 8. Kemudian, dapat dicari rataan dari nilai sampel segmen di ilustrasi dalam Tabel 1.
Yhijl dengan yang selanjutnya akan disebut sebagai
proporsi tanaman padi di strata-h suatu fase Setiap titik pengamatan di sampel segmen
tertentu. dapat dipetakan dengan fungsi indikator Yhijl.
Kemudian hasilnya adalah matriks bernilai nol atau
Permasalahan suatu sampel segmen dapat satu yang bentuknya adalah salah satu elemen
dinyatakan menjadi delapan matriks dengan nilai dari 512 kombinasi yang mungkin. Perhatikan
tiap elemennya antara nol atau satu. Matriks ini bahwa dalam keadaan apapun, hasil pengamatan
berhingga dan dapat dihitung jumlah kombinasi di lapangan dapat dinyatakan dengan salah satu
matriks yang muncul. Tiap sampel segmen dapat elemen bentuk dari 512 kemungkinan yang ada.
menghasilkan kemungkinan delapan matriks Survei dilakukan tiap bulan sehingga akan dihasilkan
yang beragam. Semakin banyak sampel segmen matriks yang banyak. Pada satu kali survei, setiap
menyebabkan hasil pemetaan yang semakin banyak sampel segmen akan dipetakan ke matriks berisi
pula. Hal ini membuat permasalahan yang dihadapi nol atau satu berukuran 3×3 sebanyak delapan kali.
merupakan data yang besar (big data). Delapan menandakan banyaknya fase pertumbuhan
padi. Kemudian di bulan-bulan berikutnya, akan
Dalam setiap fase, banyak kemungkinan dilakukan pengamatan lagi sehingga matriksnya
penempatan nilai nol atau satu di sembilan elemen akan terus bertambah. Kejadian ini dapat
diperoleh dengan menjumlahkan setiap suku dari diilustrasikan pada Gambar 3.
persamaan :

Tabel 1. Ilustrasi banyaknya kombinasi di beberapa suku dan kasus. Setiap


hasil pengamatan survei di sampel segmen dapat dinyatakan menjadi salah
satu suku matriks yang isinya nol atau satu. Total keseluruhan kombinasi suku
adalah 512.
Suku Kombinasi Contoh observasi Banyak Kombinasi

C0
9

9
C1 9

, ,…,

9
C2 36
, , …,
… … …

9
C9 1

Total Kombinasi 512

26 Edisi 16 - Desember 2020


Gambar 3. Ilustrasi pemetaan hasil survey ke matriks fase dari satu sampel segmen di waktu
yang berbeda. Setiap warna menandakan satu jenis fase pertumbuhan padi. Dari satu sampel
segmen dalam t bulan, didapatkan matriks ukuran 3×3 sebanyak 8×t.

Data dan Simulasi


Data yang akan digunakan adalah luas setiap fase
Hasil dari survei BPS pada tahun 2018 pertumbuhan padi hasil KSA bulan Januari hingga
merupakan luas lahan tiap fase pertumbuhan September tahun 2018. Simulasi akan difokuskan
padi di setiap provinsi di Indonesia dari bulan untuk lima fase pertumbuhan padi karena tidak
Januari hingga September. Luas lahan tiap fase setiap padi akan mengalami fase puso, bera, atau
pertumbuhan didapatkan melalui mengamati nilai lain-lain. Berikut adalah sari numerik dan grafik
proporsi di tiap sampel segmen di setiap provinsinya dari luas lahan tiap fase pertumbuhan padi di
kemudian dikalikan dengan luas lahan baku sawah. Provinsi Kep. Bangka Belitung.

Tabel 2 Sari numerik luas lahan tiap fase padi di Provinsi Kep.Bangka Belitung
(BPS Luas Panen dan Hasil Produksi Beras di Indonesia, 2018, Tabel 10, 11, 12, 14,
dan 16.
Luas fase Rataan Median Minimum Maksimum Skew Kurtosis
Persiapan 1538,44 651 279 3823 0,56 -1,69
lahan
Vegetatif 710,78 669 91 2089 1,16 0,35
awal
Vegetatif 344,78 260 100 705 0,36 -1,56
akhir
Generatif 443,89 438 77 882 0,25 -1,47
Panen 620,44 482 115 1368 0,4 -1,61

Edisi 16 - Desember 2020


27
Gambar 4 Luas lahan fase pertumbuhan padi 1-5 pada bulan Januari sampai Septem-
ber tahun 2018. Petani di daerah ini cenderung baru menanam padi di bulan Juni.

Idealnya, jika lahan yang ditanami padi nol atau satu. Populasi latih ini selanjutnya dapat
dengan fase generatif di bulan ke- t seluas 25 hektar dianalisis lebih lanjut. Selain itu, akan dianalisis
maka luas fase panen padi idealnya juga 25 hektar kombinasi bentuk matriks yang muncul di setiap
di bulan ke-(t+1). Namun, yang terjadi adalah fasenya. Proporsi luas lahan tiap fase pertumbuhan
adanya perbedaan luas lahan ketika berpindah dari padi akan digunakan untuk membangkitkan amatan
satu fase ke fase lainnya yang berhubungan. Hal ini padi secara komputasi. Data mengenai proporsi
dapat diakibatkan oleh overestimate pengukuran luas lahan tiap fase tidak disediakan. Namun, nilai
KSA. proporsi ini bisa didapatkan melalui luas lahan tiap
fase dibagi dengan total luas lahan di tiap provinsi.
Simulasi ini bertujuan untuk membuat Kemudian fase yang dipertimbangkan hanya
populasi latih yang isinya merupakan bentuk matriks persiapan lahan, vegetatif awal, vegetatife akhir,
fase yang memiliki nilai tiap elemen matriksnya generatif dan panen.

Gambar 5 Diagram alir simulasi. Proporsi luas tiap fase pertumbuhan digunakan untuk mem-
bangkitkan data pengamatan BPS secara komputasi.

28 Edisi 16 - Desember 2020


Secara komputasi, padi dengan fase tertentu fase B di suatu wilayah, maka luas lahan padi fase
akan ditempatkan pada matriks berukuran 3×3 A lebih besar daripada luas lahan padi fase B di
dengan mengikuti aturan dan asumsi tertentu. wilayah tersebut.
Matriks 3×3 ini dianggap sampel segmen BPS yang • Pada tiap matriks 3×3 yang dibangkitkan, hanya
memiliki sembilan titik pengamatan. Hasil amatan dapat diisi oleh fase padi yang berdekatan.
padi di setiap titik pengamatan dibangkitkan Simulasi ini mengasumsikan padi dengan fase
melalui nilai proporsi luas lahan tiap fase di Provinsi yang jauh tidak akan ditempatkan pada sampel
Kep.Bangka Belitung. Setiap fase pertumbuhan segmen yang sama. Hal ini disebabkan dengan
padi memiliki nilai fase yang berbeda. Kemudian mempertimbangkan perilaku petani yang
perhatikan juga bahwa nilai proporsi berbeda di cenderung menanam padi bersamaan untuk
setiap bulan. Perbedaan nilai proporsi ini dapat wilayah yang saling berdekatan, sehingga setiap
disebabkan karena petani menanam padi di sub segmen dalam setiap sampel segmen tidak
bulan-bulan tertentu karena menyesuaikan iklim saling bebas.
di provinsi tersebut. Hal ini menyebabkan nilai
proporsi padi bersifat fluktuatif dan berubah-ubah.
Simulasi dilakukan dengan software
Beberapa aturan dan asumsi yang digunakan pemrograman Matlab dan Rstudio. Iterasi dilakukan
ketika membangkitkan data pengamatan dengan sebanyak 100 kali terhadap data proporsi luas fase
menggunakan nilai proporsi. Berikut adalah asumsi pertumbuhan padi Provinsi Kepulauan Bangka
dan aturan yang digunakan pada simulasi ini: Belitung, dari bulan Januari hingga September.
Dari simulasi dihasilkan bentuk matriks fase,
• Banyaknya padi tiap fase pertumbuhan yang frekuensi kemunculannya dalam 100 iterasi, bulan
dibangkitkan mengikuti proporsi luas lahan. pengamatan, dan fase pertumbuhan padi yang
Proporsi luas lahan menggambarkan penyebaran berkorespondensi dengan matriks fase. Selanjutnya,
banyaknya padi di setiap fase pada suatu daerah. hasil simulasi tersebut yang disebut populasi latih.
Jika proporsi luas padi fase A lebih besar daripada

Tabel 3 Cuplikan hasil simulasi 100 iterasi. Perhatikan bahwa semakin banyak
frekuensinya menandakan bentuk matriks tersebut semakin sering muncul
pada simulasi
No Bentuk matriks Frekuensi Bulan Fase
0 0 0
Persiapan
1 0 0 0 4806 Januari
lahan
0 0 0

1 1 1
Persiapan
2 1 1 1 307 Januari
lahan
1 1 1
… … … … …
1 0 1
13540 0 0 1 1 September Panen
0 0 0

Edisi 16 - Desember 2020


29
Tabel 4 Banyak bentuk kombinasi di setiap fase dan bulan. Setiap baris
menandakan banyak kombinasi matriks fase di bulan tertentu (periode Janu-
ari – September).
Persiapan Vegetatif Vegetatif
Bulan Generatif Panen
lahan awal akhir
Jan 500 505 378 426 431
Feb 334 468 287 156 490
Mar 362 262 328 421 480
Apr 331 254 184 477 424
Mei 304 398 105 238 353
Jun 178 83 370 373 206
Jul 169 317 70 357 323
Agt 136 150 345 67 253
Sep 356 412 175 310 94
Hasil simulasi memiliki 13450 baris yang
tiap observasinya menandakan bentuk matriks dari banyak bentuk yang muncul. Perhatikan fase
fase dengan banyak kemunculannya pada simulasi. panen bulan Februari dan September pada Tabel
Banyak baris dipengaruhi oleh banyak bentuk yang 4. Banyak bentuk yang muncul pada bulan Februari
muncul di setiap bulan maupun fase. Walaupun dan September berturut-turut 490 dan 94. Adapun
matriks fase memiliki 512 kombinasi, terdapat luas lahan hasil pengamatan BPS bulan Februari
beberapa kasus yang tidak memunculkan semua dan September adalah 1368 ha dan 115 ha.
bentuk matriks fasenya.
Populasi latih dibangun dari hasil taksiran
Banyak bentuk yang muncul hanya satu jika proporsi setiap fase pertumbuhan padi. Dengan
hasil luas fase tersebut adalah nol. Bentuk matriks demikian hasil luas fase pertumbuhan hasil KSA dan
fase yang muncul sangat sedikit dibandingkan simulasi populasi latih dapat berbeda. Luas lahan
dengan banyak iterasi yang dilakukan. Selanjutnya hasil KSA dan hasil simulasi dari lima fase yang
nilai ekstrem diperhatikan untuk melihat perilaku ditinjau dipresentasikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan hasil luas fase pertumbuhan padi bulan September


berdasarkan KSA BPS dan prediksi model populasi latih.
KSA BPS (ha) Populasi Latih (ha)
Persiapan lahan 3428 3420,08
Vegetatif awal 2180 2191,446
Vegetatif akhir 185 191,75
Generatif 669 665,63
Panen 115 112,656

Luas lahan hasil simulasi dari populasi latih sehingga populasi latih dapat digunakan untuk
memiliki galat ± 10 ha. Hasil selisih dapat dikatakan memperoleh data matriks fase pertumbuhan yang
cukup kecil untuk kasus ini. Dapat disimpulkan isinya nol atau satu. Matriks fase pertumbuhan ini
populasi latih menghasilkan nilai taksiran yang tidak selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut dengan
jauh berbeda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung metode lain.

30 Edisi 16 - Desember 2020


Referensi

Badan Pusat Statistik, 2018, Luas Panen dan Ruslan, K., 2019, Memperbaiki Data Pangan
Produksi Beras di Indonesia 2018, Indonesia : Indonesia Lewat Metode Kerangka
Badan Pusat Statistik Sampel Area, Center for Indonesian Policy
Cochran, W,G, 1977, Sampling Techniques(3rd ed,), Studies, Jakarta
New York: John Wiley & Sons Mubekti dan Sumargana, L, 2015, Pendekatan
Gallego, F, J, 1995, Sampling Frames of Square Kerangka Sampel Area untuk Estimasi dan
Segments, Report EUR 1631 EN, Joint Research Peramalan Produksi Padi, Jakarta: BPPT
Centre, European Commission, Luxembourg Pradhan, S, 2001, Crop Area Estimation Using
GIS, Remote Sensing and Area Frame
Sampling, Nepal: JAG, Vol,3, Issue 1

Edisi 16 - Desember 2020


31
Forum Masyarakat Statistik

Forum Masyarakat Statistik

• Menjaga dan meningkatkan kualitas dan ragam data


• Meningkatkan coverage melalui partisipasi responden (khususnya data
perusahaan/establishment).
• Mediator dalam mengkomunikasikan data
• Melakukan sosialisasi dalam forum-forum musyawarah perencanaan
pembangunan nasional dan daerah (Musrenbangnas dan Musrenbang-

Pengurus dan Anggota FMS Buletin Ringkas


Statistical & Policy Brief
Pengarah:
Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro
Pengurus: Diterbitkan oleh:
1. Prof. Dr. Bustanul Arifin (Ketua)
2. Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si,
M.Eng, Ph.D (Wakil Ketua I)
3. Prof. Mohamad Ikhsan, MA, Ph.D (Wakil Forum Masyarakat Statistik

Ketua II)
4. Dr. Suhartono (Wakil Ketua III)

Anggota :
1. Dr. Asep Suryahadi Sekretariat: Deputi Bidang Ekonomi
2. Dr. Ateng Hartono, SE, M.Si Bappenas
3. Dr. B. Raksaka Mahi Jln. Taman Suropati No. 2
4. Brigitta Ratih Esthi Aryanti, SE, MPA/ID Telp (+62 21) 31936207,
5. Dr. Ir. Chairil Abdini, M.Sc Fax 3145374
6. Chaikal Nuryakin, SE, M.SE, Ph.D Email : sekretariatfmsinesia@gmail.com
7. Prof. Dr. D. S. Priyarsono, MS Web: http://www.fms.or.id
8. Prof. Dradjad Irianto
9. Dr. Iskandar Simorangkir
10. Dr. Ir. Kasan, M.M
11. Muhammad Edhie Purnawan, PhD
12. Dr. Nirwan Ilyas
13. Drs. Pungky Sumadi, MCP, Ph.D.
14. Saiful Mahdi, S.Si, M.Sc, Ph.D
15. Dr. Slamet Sutomo
16. Prof. Suahasil Nazara, SE, M.Sc, Ph.D
17. Teguh Dartanto, SE, M.Ec, Ph.D
18. Dr. Turro S. Wongkaren
19. Dr. Udjianna Sekteria Pasaribu
20. Widyawan, ST, M.Sc, Ph.D
21. Dr. Yati Kurniati, SE, MA

Berjuang Bersama Bagi Pembangunan Bangsa Yang Berkualitas

Anda mungkin juga menyukai