Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS DETERMINAN INKLUSI KEUANGAN MELALUI PROGRAM

SIMPANAN MAHASISWA DAN PEMUDA (SiMuda)

Oleh :

M. AGUNG YOGA PRATAMA

01021381621176

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVESITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2021

0
BAB I

PENDAHULUAN

2. 1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional salah satunya di tandai dengan

terbentuknya sistem keuangan yang stabil dan memberi manfaat bagi semua

lapisan masyarakat. Seiring cepatnya perkembangan industry keuangan seringkali

tidak diimbangi dengan akses terhadap layanan keuangan yang memadai.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional

Keuangan Inklusif (SNKI). Perpres SNKI ini dikeluarkan dalam rangka

memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan dan menjadi pedoman

langkah-langkah strategis kementerian/lembaga untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan

antar individu dan antar daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia melalui inklusi keuangan (Aulia, 2020).

Bank Indonesia (2014) mendefinisikan inklusi keuangan (financial

inclusion) sebagai seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk

hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat

dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Akses layanan jasa keuangan

merupakan syarat penting keterlibatan masyarakat luas dalam sistem

perekonomian. Akses menuju layanan perbankan yang tidak memadai

mengakibatkan masyarakat tidak mengenal produk perbankan, masyarakat ini

dapat dikategorikan sebagai unbanked people. Akses tersebut dapat diartikan

1
sebagai kegiatan simpan-pinjam. Inilah yang kemudian mendorong suburnya

pertumbuhan lembaga keuangan non formal atau biasa disebut tengkulak atau

rentenir (Wulandari & Susanti, 2019).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hasil Survei Nasional

Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga pada tahun 2019, indeks inklusi keuangan di

Indonesia mencapai 76,19%. Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei

OJK tahun 2016 yang tercatat sebesar 67,8%. Maka dalam 3 tahun terakhir

terdapat peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi

keuangan) di Indonesia sebesar 8,39%. Meski telah mengalami peningkatan

ternyata inklusi keuangan di Indonesia masih dinilai rendah jika dibandingkan

negara-negara tetangga yakni Singapura telah mencapai 98%, Malaysia 85%,

Thailand 82% (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).

Kebijkan inklusi keuangan harus dibarengi dengan pemahaman masyarakat

terhadap produk jasa keuangan (literasi keuangan). Sejauh ini pemerintah sudah

melakukan beberapa hal seperti pemberian edukasi keuangan, menyediakan

fasilitas keuangan, melakukan pemetaan informasi keuangan,membuat kebijakan /

peraturan yang mendukung program inklusi keuangan. Sama halnya dengan

provinsi-provinsi lainnya di Indonesia Sumatera Selatan masih memerlukan

pemahaman tentang keuangan atau literasi keuangan, mengingat pertumbuhan

penduduk dan ekonomi semakin meningkat. Tingkat literasi atau pemahaman

masyarakat Sumatera Selatan terhadap produk jasa keuangan semakin membaik,

berdasarkan survey Otoritas Jasa Keuangan 2019 tingkat literasi masyarakat

2
Sumatera Selatan yakni 40,05 % dari semula yakni 31,64 % pada tahun 2016

(Atmojo, 2019).

Literasi keuangan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan seseorang

agar mereka dapat terhindar dari masalah-masalah keuangan. Munculnya masalah

keuangan bukan saja karena rendahnya tingkat pendapatan, namun juga bisa

berasal dari kurangnya pengetahuan seseorang dalam mengelola keuangannya.

Literasi Finansial menunjukkan kecakapan individu dalam memanfaatkan sumber

daya yang dimilikinya untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan

(Sekarwati & Susanti, 2020)

Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif (2016), program SNKI

bertujuan agar diharapkan seluruh masyarakat termasuk mahasiswa dapat dengan

mudah dalam mengakses layanan lembaga jasa keuangan sesuai dengan

kebutuhan. Salah satu bentuk program inklusi keuangan yang dikhususkan bagi

mahasiswa dan pemuda yang berusia 18-30 tahun, yakni simpanan mahasiswa dan

pemuda yang dikenal dengan SiMuda. Tahun 2018 SiMuda mulai diluncurkan dan

diikuti oleh 8 bank peserta yakni, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia,

Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Central Asia,Bank Jawa Barat dan

Banten, Bank Syariah Indonesia, dan Bank Commonwealth. Program SiMuda

sendiri terdiri dari 3 jenis yakni SiMuda InvestasiKu. SiMuda RumahKu dan

SiMuda EmasKu.(Ojk, 2017). Berikut jumlah tabungan SiMuda di Indonesia

sampai dengan triwulan 1 tahun 2021:

3
Tabel 1.1. Jumlah Rekening dan Nominal SiMuda hingga triwulan 1 tahun 2021

No Jenis Tabungan Jumlah Rekening Jumlah Nominal


(Rp)
1. SiMuda InvestasiKu 66 3.086.000.000
2. SiMuda RumahKu 18.739 54.72.000.000.000
3. SiMuda EmasKu 17 44.75.000.000
Sumber : Profil Industri Perbankan Triwulan 1 tahun 2021

Data yang tersaji di atas menunjukkan bahwa jumlah rekening SiMuda di

Indonesia baru mencapai 18.888 rekening, masih sangat sedikit jika dibanding

jumlah penduduk Indoensia yang berusia 18-30 tahun 897,07 jiwa, angka pemiliki

rekening SiMuda baru mancapai 21,05% total penduduk Indonesia yang berusia

18-30 tahun.

Untuk data Sumatera Selatan dan Kota Palembang data kepemilikan

rekening SiMuda belum tersaji dengan akurat, hal tersebut dikarenakan program

SiMuda masih asing di kalangan mahasiswa dan pemuda di Sumatera Selatan

khususnya kota Palembang. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian ini mengapa progam ini masih asing di kalangan mahasiswa di kota

Palembang.

Sukti, dkk (2017), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen

khususnya nasabah yakni, faktor pribadi, faktor eksternal dan faktor lembaga.

Sementara Irawan, (2020), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 50%

responden menyatakan berminat menabung di produk Simuda, dengan hadiah

berupa voucher, hadiah langsung, undian, dan manfaat kartu Simuda. (Desry,

2019), menyatakan bahwa mahasiswa sebaiknya lebih meningkatkan pemahaman

tentang tabungan dan investasi serta perlunya pemahaman atau edukasi keuangan

agar dapat mengelola keuangan pribadi dengan baik. Berdasarkan Uraian Di Atas,

4
Maka Penulis Tertarik Untuk Meneliti Tentang Analisis Determinan Inklusi

Keuangan Melalui Program Simpanan Mahasiswa Dan Pemuda (Simuda).

2. 2 Rumusan Masalah

Dari deskripsi permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

1. Apa faktor pribadi mempengaruhi inklusi keuangan melalui program

simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) ?.

2. Apa faktor eksternal mempengaruhi inklusi keuangan melalui

program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) ?.

3. Apa faktor lembaga mempengaruhi inklusi keuangan melalui

program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) ?.

2. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pribadi terhadap inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

5
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor lembaga terhadap inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

2. 4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menjadi penambah pengetahuan serta bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya khususnya yang akan meneliti tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Sebagai sumbangsih pengkayaan kajian akademis terhadap pemerintah

sebagai penentu kebijakan inklusi keuangan.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai masukan guna menyiapkan keadaan keuangan yang baik

dimasa depan.

c. Bagi Peneliti Lain

Pengembangan penelitian yang serupa dengan menambah variabel

serta menambah sampel penelitian.

6
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2. 1 Inklusi Keuangan

2.1.1. Pengertian Inklusi Keuangan

Inklusi keuangan saat ini selalu menjadi bahasan penting pada taraf global

maupun nasional. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

serta mengurangi angka kemiskinan, program keuangan inklusif dirasa perlu

dilakukan untuk mewujudkan sistem keuangan yang lebih mudah diakses oleh

masyarakat. Inklusi keuangan dapat dikatakan sebagai sebuah proses untuk

menjamin kemudahan akses, ketersedian dan penggunaan sistem keuangan formal

oleh seluruh pelaku ekonomi. Dalam inklusi keuangan tersedia berbagai jasa

keuangan seperti tabungan, perkreditan, asuransi, dan pembayaran pada tingkat

harga yang mampu dibayar oleh seluruh pelaku ekonomi terutama pelaku

ekonomi yang memiliki pendapatan rendah ((Atikah & Ma’ruf, 2016)).

Menurut Bank Indonesia istilah inklusi keuangan adalah upaya dalam

melakukan penghapusan segala bentuk hambatan yang ada terhadap akses layanan

keuangan masyarakat dengan memanfaatkan lembaga keuangan formal atau

perbankan. Tujuan inklusi keuangan yaitu untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem

keuangan ((Kusuma & Indrajaya, 2018)).

Sedangkan menurut Reserve Bank of India, inklusi keuangan adalah sebuah

proses untuk menjamin akses terhadap produk dan jasa keuangan yang dibutuhkan

oleh setiap bagian masyarakat baik masyarakat umum ataupun masyarakat yang

7
rentan seperti masyarakat berpendapatan rendah pada tingkat harga yang mampu

dibayar dengan cara yang adil dan transparan (Komite Nasional Keuangan

Syariah (KNKS), 2019)

Sedangkan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK

Nomor 76/POJK.07/2016, inklusi keuangan adalah suatu ketersedian akses untuk

berbagai produk, layanan jasa keuangan dan lembaga. Berbagai jasa keuangan di

dalamnya bisa dipilih sesuai kemampuan dan keperluan masyarakat sebagai upaya

meningkatkan kesejahteraannya (Rini, 2017).

Jadi berdasarkan pengertian - pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa

inklusi keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan setiap orang untuk

bisa mempunyai akses dalam memanfaatkan produk atau layanan jasa keuangan,

seperti melakukan pinjaman, mempunyai asuransi, tabungan, atau memanfaatkan

produk transaksi digital seperti m-banking atau uang elektronik dari perusahaan

tertentu.

2.1.2. Tujuan dan Manfaat Inklusi Keuangan

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016,

setidaknya terdapat empat tujuan inklusi keuangan. Pertama adalah untuk

meningkatkan akses masyarakat pada suatu produk, lembaga atau layanan jasa

keuangan. Kedua, untuk menyediakan berbagai produk atau layanan jasa

keuangan PUJK (Pelaku Usaha Jasa Keuangan). Ketiga, untuk meningkatkan

produk atau layanan jasa keuangan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan

keperluan masyarakat luas. Terakhir, untuk melakukan peningkatan kualitas

produk serta layanan jasa keuangan (Sekarwati & Susanti, 2020).

8
Sedangkan manfaat dari keuangan inklusi menurut Bank Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. Mampu meningkatkan efisiensi ekonomi.

2. Mendukung stabilitas sistem keuangan.

3. Mengurangi terjadinya shadow banking atau irresponsible finance.

4. Mendukung pendalaman pasar keuangan

5. Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan.

6. Mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia.

7. Berkontribusi positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi lokal dan

nasional yang berkelanjutan

8. Mengurangi tingkat kesenjangan dan rigiditas low income trap,

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada

akhirnya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan.

Dimensi inklusi keuangan yang sering digunakan masyarakat

diataranya : akses tabungan, akses kredit, akses asuransi, akses pengiriman

uang (Rini, 2017).

2.1.3. Usaha Pemerintah dalam Meningkatkan Inklusi Keuangan

Setidaknya tercatat ada tujuh usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam

meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, berikut ini adalah penjelasannya.

1. Edukasi Keuangan

Dalam hal ini, pemerintah memiliki strategi dalam memberikan

edukasi terkait pengelolaan keuangan. Edukasi ini dimulai dari

9
memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat

terkait produk atau jasa keuangan yang saat ini tersedia yang disertai

dengan ragam dan risiko yang ada didalamnya. Namun, hal tersebut

juga diikuti dengan pemberian edukasi terkait hak perlindungan

nasabah serta pengetahuan dalam mengelola finansial.

2. Fasilitas Keuangan Publik

Dalam hal ini, pihak pemerintah berperan dalam menyediakan

pembiayaan keuangan publik secara langsung atau dengan syarat,

tujuannya adalah agar bisa lebih mendorong pemberdayaan ekonomi

yang ada di masyarakat. Beberapa inisiatif pihak pemerintah dalam

melakukan strategi ini adalah seperti memberikan subsidi atau bantuan

sosial, pemberdayaan UMKM, serta pemberdayaan masyarakat.

3. Pemetaan Informasi Keuangan

Pemerintah juga turut serta melakukan pemetaan informasi keuangan

guna meningkatkan kapasitas dariunbankable menjadi bankable dalam

mendapatkan akses layanan keuangan oleh institusi keuangan yang

legal.

4. Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi

Strategi lain yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan

kesadaran berbagai lembaga keuangan tentang adanya segmen

berpotensial yang ada di lapisan masyarakat, sekaligus mencari cara

lain dalam meningkatkan distribusi produk dan juga jasa keuangan,

10
seperti meningkatkan kerjasama antar lembaga keuangan demi

meningkatkan skala bisnis.

5. Perlindungan Konsumen

Usaha ini dikerjakan pemerintah agar setiap masyarakat mempunyai

jaminan rasa aman dalam melakukan interaksi dengan produk

keuangan yang ditawarkan. Komponen tersebut terdiri dari,

penanganan keluhan nasabah, transparansi produk, sertifikasi,

mediasi, serta pengawasan pemilik jasa serta edukasi konsumen.

6. Pemanfaatan Teknologi Keuangan

Selama lima tahun terakhir, teknologi keuangan atau yang sering

disebut dengan fintech atau financial technology menjadi semakin

populer di tengah-tengah masyarakat. Berbagai produk di dalamnya

berupa peminjaman, payment gateway, atau modal aggregator.

Tujuannya adalah untuk bisa meningkatkan inklusi keuangan

masyarakat, karena akses kemudahan yang tersedia di dalamnya.

7. Berpartisipasi Mewujudkan Inklusi Keuangan

Jika ada banyak pihak yang terlibat atau berpartisipasi, maka tujuan

utama dari inklusi keuangan tentu akan menjadi lebih cepat terwujud

(Aulia, 2020)

2. 2 Menabung

Menabung dapat dianggap sebagai proses dengan tidak menghabiskan uang

pada periode saat ini dan akan digunakan untuk masa yang akan datang. Dengan

11
kata lain, perilaku menabung adalah kombinasi dari persepsi kebutuhan masa

depan, keputusan menabung dan tindakan menabung (Supriadi & Krisnawati,

2019). Perilaku menabung dapat diartikan sebagai tujuan menabung, cara pandang

seseorang untuk menabung, frekuensi menabung serta jumlah dana tabungan dan

rasio menabung dibandingkan dengan pendapatannya (Atmojo, 2019) .

Menabung adalah cara pandang seseorang dalam menyisihkan pendapatan

atas pengeluaran yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan (Rini, 2017)

bahwa perilaku seseorang dalam menabung dipengaruhi oleh masalah atau risiko

keuangan yang pernah dialami seseorang, dan tugas utama menabung adalah

proses perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan bertujuan untuk

memastikan bahwa individu mampu berusaha untuk mengimplementasikan dari

sebuah rencana keuangan secara tepat (Ningrum, 2018).

Kecepatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang bergantung pada

kemampuan untuk menabung, karena tingkat tabungan yang tinggi akan

meningkatkan investasi, mempengaruhi akumulasi modal dan merangsangnya

pertubuhan ekonomi perilaku menabung muncul sebagai dampak dari besarnnya

hasrat seseorang untuk memiliki perilaku investasi dan perilaku berbelanja

(Ningrum, 2018). Di lain kata, perilaku menabung adalah kombinasi dari persepsi

kebutuhan masa depan, keputusan tabungan dan tindakan penghematan. Indikator

yang digunakan untuk mengukur perilaku menabung adalah perilaku investasi dan

perilaku berbelanja.

12
Tabungan dapat diartikan dengan 2 (dua hal), yaitu:

a. Menunda konsumsi

b. Mengumpulkan kekayaan yang liquid dalam berbagai bentuk

Artinya, tabungan merupakan dana atau kekayaan yang disisihkan untuk

kebutuhan di masa yang akan datang Artinya, tabungan merupakan dana atau

kekayaan yang disisihkan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Menabung

merupakan upaya seseorang untuk menyisihkan uang untuk menghadapi masa

yang akan datang dan untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang relatif besar

(Warneryd, 2016). Menabung memiliki dimensi yaitu:

a. Meningkatkan stabilitas keluarga

b. Menciptakan orientasi kognitif dan emosional masa depan

c. Memberikan dasar dalam pengambilan risiko

d. Menambah kemapanan personal

e. Menambah pengaruh sosial

f. Meningkatkan kesejahteraan anak

Dengan kata lain, perilaku menabung adalah gambaran dari seseorang

apakah memilih untuk melakukan kegiatan menabung atau tidak melakukan

kegiatan menabung. Perilaku menabung berhubungan dengan tanggung jawab

seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangan dimana menyisihkan

sebahagian uang untuk di tabung demi tujuan dimasa yang akan datang. Perilaku

menabung adalah kombinasi dari persepsi kebutuhan masa depan, keputusan

menabungan dan tindakan penghematan. Disisi lain, tujuan orang menabung

13
untuk berinvestasi, menempatkan uang di rekening Bank, berspekulasi dan

melunasi hipotek.

2.3 Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda)

Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMUDA) adalah program tabungan

yang diinisiasi oleh OJK untuk kelompok usia 18-30 tahun dengan dilengkapi

fitur asuransi dan/atau produk investasi yang ditawarkan oleh perbankan di

Indonesia.

Adapun tujuan dari program SiMUDA adalah:

1. Pengenalan instrument asuransi dan investasi (reksa dana dan emas)

kepada mahasiswa dan pemuda.

2. Meningkatkan akses keuangan yang mudah dijangkau, biaya ringan, dan

fitur yang menarik bagi mahasiswa dan pemuda.

3. Meningkatkan kesadaran perlunya perencanaan keuangan yang

disesuaikan dengan tujuan keuangan (pensiun, pembelian rumah, biaya

pendidikan dan lainnya).

4. Meningkatkan budaya menabung bagi pemuda dan mahasiswa dalam

rangka pengelolaan keuangan.

Di kutip dari prasardana.id dijelaskan bahwa produk SiMUDA merupakan

tabungan perorangan siswa Warga Negara Indonesia (WNI) yang diperuntukkan

bagi mahasiswa dan pemuda dengan beberapa skema, sebagaimana berikut:

1. SiMUDA InvestasiKu (Tabungan dan Reksa Dana)

14
Tabungan rencana yang memiliki fitur berinvestasi di reksadana secara

berkala dan dilindungi dengan proteksi asuransi.

2. SiMUDA EmasKu

Pembiayaan kepemilikan emas dengan menggunakan akad murabahah

(jual beli) dan dilindungi dengan proteksi asuransi.

3. SiMUDA RumahKu

Tabungan rencana untuk mengangsur uang muka KPR (DP KPR) dan

dilindungi dengan proteksi asuransi. 

Tabungan ini rendah biaya administrasi dengan setoran awal minimal adalah

sebesar Rp50.000 s.d Rp100.000,- sesuai dengan skema yang dipilih nasabah.

Produk ini dapat diberikan bunga sesuai dengan ketentuan masing-masing bank.

2. 3 Faktor Determinan Tindakan Menabung

Sukti dkk. (2017) menegaskan bahwa ada dua faktor pribadi, eksternal dan

lembaga mempengaruhi konsumen, khususnya nasabah bank., meliputi :

1. Faktor pribadi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,

kepemilikan motor, dan literasi keuangan); kedua, psikologis

(motivasi, persepsi dan pembelajaran); dan ketiga, faktor konsumen

atau nasabah (kenyamanan, kesenangan, keamanan ketentraman,

keuntungan, dan kebutuhan).

2. Faktor eksternal, pertama, faktor budaya (agama, kelompok suku dan

bahasa); kedua, faktor sosial (keluarga, teman, tetangga, peran dan

status sosial); dan

15
3. Faktor lembaga meliputi : aspek informasi (bukti fisik, promosi, iklan

dan lokasi), aspek biaya ( biaya transaksi, dan biaya transportasi untuk

mengakses layanan, aspek kualitas (layanan pengguna, kemudahan

transaksi, kecepatan transaksi, keamanan layanan dan keberhasilan

layanan).

Kajian Safi’i (2016) menujukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

preferensi nasabah adalah trust, profit, service, religious, termasuk promosi

(Pebriani dkk., 2018). Fadilah dkk. (2017) berpendapat bahwa pilihan konsumen

didasarkan pada faktor-faktor preferensi yang berbeda-beda. Kajian Andespa

(2017) & Alfiah (2019) menunjukan bahwa faktor pribadi berpengaruh terhadap

minat menabung nasabah. Hasil ini berbeda dengan temuan Hartatie dkk. (2016).

Kajian lainnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak berpengaruh terhadap

keputusan menjadi produk, dan kenyamanan nasabah).

2. 4 Kerangka Pikir

Penelitian ini meneliti tentang determinasi inklusi keuangan melalui

simpanan mahasiswa dan pemuda. Menurut Sukti dkk. (2017), menegaskan

bahwa ada 3 Faktor pribadi meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,

kepemilikan motor, dan literasi keuangan, faktor eksternal meliputi : keluarga,

teman dan faktor lembaga meliputi : aspek informasi (bukti fisik, promosi, iklan

dan lokasi), aspek biaya ( biaya transaksi, dan biaya transportasi untuk mengakses

layanan), aspek kualitas (layanan pengguna, kemudahan transaksi, kecepatan

transaksi, keamanan layanan dan keberhasilan layanan). Di masa kuliah pengaruh

16
usia, dan pekerjaan sangat mempengaruhi pengelolaan keuangan dimasa muda

keinginan untuk membeli barang, jalan-jalan dan makan cenderung lebih besar.

Ditambah lagi jika belum memiliki pekerjaan, mahasiswa yang belum bekerja

masih berganung pada uang pemberian orang tua, jika mereka tidak pndai pandai

mengelola keuangan dan menabung, maka sulit untuk melewati masa saat kondisi

keuanan orang tua sedang terpuruk. Keluarga dan teman sebaya juga sangat kuat

memberi pengaruh, jka berada dalam keluarga dan memiliki tema yang gemar

menabug, maka perilaku tersebut akan berpeluang lebih besar untuk diadopsi oleh

mahasiswa yang bersangkutan. Selain itu faktor aspek informasi, aspek biaya dan

aspek kualitas akan memicu minat mahasiswa untuk menabung. Berikut disajikan

kerangka pikir penelitian ini:

Inklusi Keuangan

Produk Tabungan SiMuda

17
Faktor Eksternal : Faktor Pribadi : usia, Faktor Lembaga : informasi (bukti
Keluarga, teman jenis kelamin, fisik, promosi, iklan dan lokasi), biaya
pekerjaan, pendapatan, (biaya transaksi, dan biaya
dan literasi keuangan transportasi untuk mengakses
layanan) dan kualitas (layanan
pengguna, kemudahan transaksi,
kecepatan transaksi, keamanan
layanan dan keberhasilan layanan).

Gambar 2
Kerangka Pikir

2. 5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yakni:

1. Faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

2. Faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

3. Faktor lembaga berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian yakni mahasiswa

Universitas Sriwijaya Kampus Palembang, penelitian ini hanya pada aspek yang

berkaitan dengan pengaruh faktor pribadi, eksternal dan lembaga terhadap inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) di Kota

Palembang.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yakn deskriptif kuatitatif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan hubungan antara variabel dependen terhadap variabel

independen.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk

angka dan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka (Sugiyono, 2016).

Adapun data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian melalui pembagian kuesioner kepada mahasiswa di Kota

Palembang.

19
2. Data Sekunder, adapun data sekunder diperoleh melalui : Studi pustaka,

yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku-buku atau data terkait

dengan topik penelitian. Ditambah penelusuran data online, dengan

pencarian data melalui fasilitas internet. Dokumentasi, yaitu arsip-arsip,

laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan

penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2016)

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa di Kota Palembang.

2. Sampel

Sugiyono (2016), mendefinisikan sampel sebagai bagian dari sejumlah

populasi yang mempunyai karakteristik tertentu untuk diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa yang berada di Kota Palembang.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow

dikarenakan jumlah Populasi tidak diketahui secara passti :

n=

Keterangan :
n = Jumlah Sampel
z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96
p = maksiamal estimasi = 0,5
d = alpa (0,10), atau sampling eror = 10%

20
n=

n=

n = 96,04 = 100

Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang mahasiswa yang

ada di kota Palembang. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan metode

simple random sampling dimana metode penetapan responden secara acak

sederhana.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan daftar

pernyataan yang diajukan secara tertulis secara terstruktur atau yang disebut

kuesioner, yang diberikan kepada mahasiswa di Kota Palembang. Daftar

pertanyaan tertulis yang akan diisi oleh responden yang terdiri dari pertanyaan

tentang faktor pribadi, eksternal, kelembagaan dan kepemilikan tabungan SiMuda.

Metode pengukuran pada kuesioner ini menggunakan skala Likert. skala

Likert adalah skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban, dan Berikut ini

merupakan tabel penjelasan mengenai urutan nilai-nilai atau point skala likert di

dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Urutan Point Skala Likert

No Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

21
3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik

inferensial dalam penelitian menggunakan analisis regresi logistik (logistic

regression). Alasan menggunakan alat analisis regresi (logistic regression) adalah

karena variabel dependen bersifat dummy, regresi logistik hampir sama dengan

analisis deskriminan yaitu digunakan untuk menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel terikat dapat diprediksi oleh variabel bebasnya.

Pengujian hipotesis logistik (logistic regression). Digunakan apabila

variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal).

Regresi logistik adalah regresi yang di gunakan untuk menguji apakah

probabilitas terjadinya variable dependen dapat diprediksi oleh varibel

independen. Pada teknik analisi regresi logistik tidak memerlukan lagi uji

normalitas dan uji asumsi klasik pada varibel bebasnya (Sugiyono, 2016).

Analisis regresi logistik di gunakan untuk menguji apakah variabel-variabel

faktor pribadi, eksternal dan lembaga berpengaruh terhadap kepeemikikan

SiMuda model regresi yang di kembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

SM=α+β₁ (Pribadi) + β₂ (eksternal) +β₃ (lembaga) +ε

Keterangan:

SM = kepemilikan SiMuda (variabel dummy, 1jika memiliki, 0 jika

Tidak memiliki)

α = konstanta

Eksternal = keadaan eksternal (keluarga, teman)

Lembaga = keadaan eksternal (informasi, biaya, kualitas)

22
β₁-β₂ = koefisien regresi

ε = koefisien error

Langkah-langkah dalam pengujian regresi logistik adalah sebagai berikut :

1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit

atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai metode fit adalah: : model

yang dihipotesiskan fit dengan data H₁ :model yang dihipotesiskan tidak

fit dengan data Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka harus

diterima. Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L

dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan

menggambarkan data input. Adanya pengurangan nilai anatara nilai awal

-2LogL dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukan

mengambarkan data input. Adanya pengurangan nilai antar nilai awal

-2LogL dengan nilai - 2LogL. Pada langkah berikutnya menunjukan

bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Penemuan likelihood (-

2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain

model yang dihipotesiskan fit dengan data .

2. Koefisien Determinan (Naglkerke R Square)

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel independen maupu menjelaskan dan

mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi

antara 1 (satu) sampai dengan 0 (nol). Jika nilai semakin mendekati 1

23
maka model dianggap semakin goodness of fit, sementara jika semakin

mendekati 0 maka model dianggap tidak goodness of fit.

3. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and lemeshow’s Goodness of

Fit Test menjadi hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai

dengan model (tidak ada perbedaan antara dengan data sehingga model

data dikatakan fit). Adapun hasilnya:

1) Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang

berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model

tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

2) Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test

lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan

berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat

dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data

observasinya.

4. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.

5. Pengujian Hipotesis Penelitian

24
Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Tingkat kepercayaan yang

digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05). Kriteria

penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikan ρ-value.

a. Jika taraf signifikan > 0,05 ditolak

b. Jika taraf signifikan < 0,05 diterima.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kota Palembang

Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan.

Posisi geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh

dari Selat Bangka, sangat menguntungkan. Walaupun tidak berada di tepi laut,

Kota Palembang mampu dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri. Terutama

dengan adanya Dermaga Tangga Buntung dan Dermaga Sei Lais. Dan juga

ditambah lagi dengan adanya Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.

Secara geografis wilayah Kota Palembang berada antara 2º 52’ - 3º 5’ LS

dan 104º 37’ - 104º52” BT dengan luas wilayah 400,61 Km² dengan batas-batas

sebagai berikut : ‰

Batas Utara : Kabupaten Banyuasin ‰


Batas Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir ‰
Batas Timur : Kabupaten Banyuasin ‰
Batas Barat : Kabupaten Banyuasin

Kota Palembang memiliki 18 kecamatan dan 107 kelurahan (dari total 236

kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa di seluruh Sumatra Selatan). Pada tahun

2017, jumlah penduduknya sebesar 1.569.297 jiwa dengan luas wilayahnya

369,22 km² dan sebaran penduduk 4.250 jiwa/km².

26
4.1.2 Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini usia responden dikelompokkan menjadi dua yakni

18-21 tahun dan 22-25 tahun. Berikut distribusi responden berdasarkan

usia:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase


1. 18-21 tahun 43 43
2. 22-25 tahun 57 57
TOTAL 100 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2021

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa dari 100

responden didapati sebagian besar responden yakni 57 orang (57%)

berusia 22-25 tahun, dan 43 orang (43%) berusia 18-21 tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi

dua yakni laki-laki dan perempuan. Berikut distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


1. Laki-laki 60 60
2. Perempuan 40 40
TOTAL 100 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2021

27
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa dari 100

responden didapati sebagian besar responden yakni 60 orang (60%)

berjenis kelamin laki-laki, dan 40 orang (40%) berjenis kelamin

perempuan.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini pekerjaan responden dikelompokkan menjadi dua

yakni bekerja dan tidak bekerja. Berikut distribusi responden berdasarkan

pekerjaan:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase


1. Bekerja 62 62
2. Tidak Bekerja 38 38
TOTAL 100 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2021

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa dari 100

responden didapati sebagian besar responden yakni 62 orang (62%)

bekerja dan 38 orang (38%) tidak bekerja.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pada penelitian ini pendapatan responden dikelompokkan menjadi dua

yakni ≥ Rp.5 Juta/bulan dan < Rp. 5 juta/ bulan. Berikut distribusi

responden berdasarkan pendapatan:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

No. Pendapatan Frekuensi Persentase


1. ≥ Rp.5 Juta/bulan 62 62
2. < Rp. 5 juta/ bulan 38 38
TOTAL 100 100
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2021

28
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa dari 100 responden

didapati sebagian besar responden yakni 62 orang (62%) memiliki pendapatan ≥

Rp.5 Juta/bulan dan 38 orang (38%) memiliki pendapatan , Rp.5 juta/bulan.

4.1.3 Hasil Estimasi Regresi Cross Sevtional Data

Teknik analisis kuantitatif dilakukan menggunakan model regresi logistik

(logistic regression).

1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji overall Model Fit atau uji keseluruhan model ini adalah untuk

menguji variabel independen di dalam regresi logistik secara serentak atau

simultan mempengaruhi variabel dependen. Uji overall model fit ini dihitung

dari perbedaan nilai -2LL antara model dengan hanya terdiri dari konstanta

dan model yang diestimasi terdiri dari konstanta dan variabel independen Uji

-2LL mengikuti distribusi chi square dengan derajat kebebasan (degree of

freedom) akan ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Hasil Regresi Menggunakan Metode Overall Model Fit

Iteration -2 Log likelihood Coefficients


Constant
Step 0 1 79.915 -.971
2 79.807 -1.059
3 79.807 -1.061
a. 4 79.807 -1.061 Constant
is
included in the model.
a. Initial -2 Log Likelihood: 79.807
b. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001

29
Tabel 4.6
Nilai -2LL yang Terdiri dari Konstanta dan Variabel Bebas
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant Pribadi Eksternal Lembaga

Step 1 1 66.014 1.011 -.087 .590 -1.137

2 64.214 1.213 -.107 .819 -1.549

3 64.157 1.217 -.110 .874 -1.642

4 64.157 1.216 -.110 .876 -1.646

5 64.157 1.216 -.110 .876 -1.646

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 79.807
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less
than .001

Hasil output SPSS pada tabel 4.5 merupakan nilai -2 log likelihood yang

terdiri dari konstanta saja, sementara pada tampilan tabel 4.6 merupakan nilai -2

likelihood yang terdiri dari kontanta dan variabel bebas. Nilai -2 log likelihood

yang hanya memasukkan konstanta saja adalah sebesar 79,807. Sedangkan nilai –

2 log likelihood yang memasukkan konstanta dan variabel bebas adalah sebesar

64,157. Perbandingan kedua nilai -2 log likelihood tersebut sebesar 15,650.

Seperti yang telah ditunjukkan pada tabel Chi Square pada tabel 4.7

30
Tabel 4.7
Tabel perbandingan nilai -2LL

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.650 3 .004

Block 15.650 3 .004

Model 15.650 3 .004

Tabel 4.7 merupakan tampilan perbandingan nilai -2 Log likelihood yang

terdiri dari konstanta saja dan -2 log likelihood yang terdiri dari konstanta dan

variabel bebas. Perbandingan tersebut mengikuti sebaran chi square. Nilai chi

square sebesar 15,650 dengan df 3. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Sig.

Model sebesar 0,04 karena nilai ini lebih kecil dari 5% maka dapat disimpulkan

bahwa ukuran perusahaan klien, opini audit, ukuran KAP, dan pergantian

manajemen secara simultan berpengaruh terhadap auditor switching.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan secara parsial dan

simultan, uji secara parsial dengan mengunakan uji wald. Sedangkan untuk uji

secara simultan dengan menggunakan uji overall model fit.

2. Uji Wald

Pada Uji Wald, pengujian hipotesis akan dilakukan secara individual atau

secara parsial. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara memasukan satu persatu

variabel faktor pribadi, eksternal dan lembaga. Pengujian ini untuk mengetahui

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil

uji wald terdapat pada tabel 4.8 sebagai berikut

31
Tabel 4.8

Uji Wald

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Pribadi 2.110 .104 1.101 1 .004 .896

Eksternal; 1.646 .642 6.581 1 .010 .993

Lembaga 1.504 .641 5.497 1 .019 .709

Constant 1.216 2.169 .314 1 .575 3.375

a. Variable(s) entered on step 1: Pribadi, eksternal, Lembaga

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil pengujian secara individual atau parsial sebagai

berikut :

a. Faktor Pribadi

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa diperoleh nilai

wald sebesar 2,110 (sig. 0,004). Nilai signifikansi 0,004 < dari tingkat

signifikansi sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

diterima yaitu variabel faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap

inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

Variabel pribadi yang bertanda positif (+) menunjukkan bahwa

Semakin baik faktor pribadi semakin baik inklusi keuangan melalui

program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda). Nilai odd ratio

sebesar 0,896 menunjukkan bahwa peningkatan faktor pribadi yang

dimiliki responden akan meningkatkan kecenderungan inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) sebesar

32
0,896 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki faktor pribadi yang baik.

b. Faktor Eksternal

Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa diperoleh nilai wald sebesar

6,581 (sig. 0,010). Nilai signifikansi 0,010 lebih kecil dari tingkat

signifikansi sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

ditolak yaitu variabel faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap

inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

Variabel pribadi yang bertanda positif (+) menunjukkan bahwa

Semakin baik faktor eksternal semakin baik inklusi keuangan melalui

program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda). Nilai odd ratio

sebesar 0,993 menunjukkan bahwa peningkatan faktor eksternal yang

dimiliki responden akan meningkatkan kecenderungan inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) sebesar

0,993 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki faktor eksternal yang baik.

c. Faktor Lembaga

Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa diperoleh nilai wald sebesar 5,497

(sig. 0,019). Nilai signifikansi 0,019 < dari tingkat signifikansi sebesar

0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yaitu

variabel faktor lembaga berpengaruh signifikan terhadap inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

33
Variabel pribadi yang bertanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin

baik faktor lembaga semakin baik inklusi keuangan melalui program

simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda). Nilai odd ratio sebesar 0,709

menunjukkan bahwa peningkatan faktor lembaga yang dimiliki responden

akan meningkatkan kecenderungan inklusi keuangan melalui program

simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) sebesar 0,709 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki faktor pribadi yang

baik.

3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat

dilihat pada Negelkerke R Square. Nilai Negelkerke R Square dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.9
Koefisien Determinasi
Model Summary
Step Cox & Snell R Nagelkerke R
Square Square
-2 Log likelihood

1 64.157a .800 .895

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter


estimates changed by less than .001.

Besarnya nilai koefesien determinasi pada model regresi logistik

ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah

sebesar 0,895 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen adalah sebesar 89,5%, sedangkan sisanya sebesar

34
10,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

2. Menguji Kelayakan Model Regresi

Untuk melihat apakah data empiris sesuai dengan model sehingga model

dapat dikatakan fit, kecocokan atau kelayakan model regresi secara

keseluruhan dalam hal ini digunakan uji Hosmer and Lemeshow’s test dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Jika nilai Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05 artinya ada perbedaan

signifikan antara model dengan observasinya sehingga goodness fit

tidak baik, karena model tidak dapat memprediksikan nilai

observasinya.

b. Jika nilai Hosmer and Lemeshow > 0,05 artinya model mampu

memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of fit dapat ditunjukkan pada

tabel 4.7 berikut

Tabel 4.10
Menguji Kelayakan Model

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.

1 13.531 6 .095

Pada tabel 4.10 menunjukkan nilai Chi-square sebesar 13,531 dengan

signifikansi (p) sebesar 0,095. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai


35
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya.

4. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji Multikolinieritas karena uji

hipotesis menggunakan regresi logistik. Model regresi yang baik adalah regresi

dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya.

Pengujian ini menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat

besarnya korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolinieritas dapat

dilihat pada tabel 4.11:

Tabel 4.11

Uji Multikolinieritas
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 1.216 .369 -.706 .484
Pribadi -.110 .020 .111 .876 .385 .123 .122 .109 .958 1.044
Eksternal .876 .315 .128 1.007 .319 .082 .140 .125 .959 1.043
Lembaga 1.504 .118 .295 2.320 .024 .266 .309 .288 .958 1.044

a. Dependent Variable: Inklusi Keuangan

Nilai VIF pada tabel 4.11 menunjukkan angka disekitar 1 dan tidak melebihi

angka 10. Selain itu besarnya nilai tolerance mendekati angka 1. Jadi dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas

dari Multikolinieritas.

5. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

36
untuk memprediksi kemungkinan inklusi keuangan melalui program simpanan

mahasiswa dan pemuda (SiMuda). Matriks klasifikasi disajikan pada tabel 4.12

berikut:

Tabel 4.12
Matriks Klasifikasi
Observed Predicted
Inklusi Keuangan
Memiliki Tabungan Tidak Percentage
SiMuda Memiliki Correct
Tabungan
SiMuda

Step 1 Inklusi Memiliki 48 14 77.0


Keuangan Tabungan
SiMuda

Tidak 29 9 76.0
Memiliki
Tabungan
SiMuda

Overall Percentage 81.4

The cut value is .500

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan

inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda)

adalah sebesar 76%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model

regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 29 responden (76%) yang diprediksi

akan memiliki tabungan SiMuda dari total 38 perusahaan yang memiliki inkulis

keuangan baik. Kekuatan prediksi model responden yang tidak memiliki

kemungkinan inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan

pemuda (SiMuda) adalah sebesar 77%, yang berarti bahwa dengan model regresi

yang digunakan ada sebanyak 48 responden (77%) yang diprediksi tidak

melakukan memiliki tabungan SiMuda dari total 62 responden yang tidak

memiliki inklusi keuangan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan

37
prediksi atau ketepatan model dalam mengklasifikasikan observasinya adalah

sebesar 81,4%.

6. Hasil Uji Regresi Logistik

Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel 4.13 sebagai

berikut:

Tabel 4.13

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Pribadi 2.110 .104 1.101 1 .004 .896

Eksternal; 1.646 .642 6.581 1 .010 .993

Lembaga 1.504 .641 5.497 1 .019 .709

Constant 1.216 2.169 .314 1 .575 3.375

Variable(s) entered on step 1: pribadi, eksternal, lembaga.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik dari tabel di atas, maka persamaan

regresi yang didapat adalah sebai berikut :

Inkulusi Keuangan = 1,216 + 2,110 Pribadi + 1,646 Eksternal + 1,505 Lembaga


+e

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisa data yang telah diuraikan diatas diketahui bahwa faktor

pribadi, eksternal dan lembaga memiliki hubungan yang signifikan terhadap

38
inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan inklusi

keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda) adalah

sebesar 76%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi

yang digunakan, terdapat sebanyak 29 responden (76%) yang diprediksi akan

memiliki tabungan SiMuda dari total 38 perusahaan yang memiliki inkulis

keuangan baik. Kekuatan prediksi model responden yang tidak memiliki

kemungkinan inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan

pemuda (SiMuda) adalah sebesar 77%, yang berarti bahwa dengan model regresi

yang digunakan ada sebanyak 48 responden (77%) yang diprediksi tidak

melakukan memiliki tabungan SiMuda dari total 62 responden yang tidak

memiliki inklusi keuangan yang baik.

Penelitian ini sejalan dengan Andespa (2017), yang Berjudul Pengaruh

Faktor Pribadi Terhadap Minat Menabung Nasabah Di Bank Syariah, sampel

penelitian yang digunakan adalah sebanyak 250 nasabah bank Syariah. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap

minat menabung di bank Syariah. Selanjutnya Alfiah (2019) yang berjudul

pengaruh faktor pribadi dan faktor psikologis terhadap keputusan nasabah

memilih Bank Syariah di Kecamatan Ngaliyan, pengambilan sampel

menggunakan metode accidental sampling yang berjumlah 100 nasabah bank

syariah. hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pribadi berpengaruh terhadap

minat menabung nasabah.

39
Selanjutnya Irnawati Indi dengan judul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Minat Masyarakat Menabung Di Bank Syariah (Studi Kasus Pada Masyarakat Di

Kecamatan Rappocini Kota Makassar), Sampel dalam penelitian ini yaitu

masyarakat kecamatan Rappocini yang berjumlah 100 orang. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Hasil

penelitian menunjukkan uji t diperoleh t hitung untuk pengetahuan sebesar 3.280,

untuk pelayanan sebesar 0.777 dan untuk lokasi sebesar 1.721 > t tabel sebesar

1.664 dengan nilai signifikan untuk variabel pengetahuan sebesar 0,001,

pelayanan sebesar 0,009 dan lokasi sebesar 0,028 < taraf signifikan 0,1, berarti

variabel pengetahuan, variabel pelayanan dan lokasi berpengaruh secara

signifikan terhadap minat menabung

Menurut teori Sukti dkk. (2017) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

keputusan dan minat nasabah yakni pribadi, eksternal dan lembaga. Ningrum

(2018), menyatakan bahwa perilaku menabung adalah kombinasi dari persepsi

kebutuhan masa depan, keputusan tabungan dan tindakan penghematan. Indikator

yang digunakan untuk mengukur perilaku menabung adalah perilaku investasi dan

perilaku berbelanja.

Dari hasil penelitian maka penulis berasumsi bahwa kesadaran dalam diri,

yang didukung oleh lingkungan dan fasilitas penunjang serta manfaat yang

langsung bisa dirasakan akan memperkuat alasan serta keputusan seseorang untuk

menabung.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

40
5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

2. Faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

3. Faktor lembaga berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan

melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda (SiMuda).

4. Faktor pribadi, ekternal dan lembaga berpengaruh signifikan terhadap

inklusi keuangan melalui program simpanan mahasiswa dan pemuda

(SiMuda).

5.2 SARAN

1. Bagi Pihak Perbankan

Diharapkan dapat meningatkan edukasi mengenai cara membuka

tabungan, syarat dan manfaat yang dapat diterima dari tabungan

SiMuda dan jenisnya.

2. Bagi Mahasiswa

41
Diharapkan dapat berusaha untuk menambah pengetahuan mengenai

inklusi keuangan, mempersiapkan masa depan dengan melakukan

investasi dan menabung sedari dini.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menambah jumlah variabel dan sampel pada materi

penelitian yang serupa yakni inklusi keuangan agar kedepan didapat

pembahasan penelitian serupa yang lebih mendalam.

42
DAFTAR PUSTAKA

Atikah, A., & Ma’ruf, A. (2016). Analisis Keuangan Inklusif: Studi Kasus Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 17(1), 31–45.
https://doi.org/10.18196/jesp.17.1.3496
Atmojo, D. D. (2019). Analisis Literasi Keuangan Ibu Rumah Tangga (Studi
Kasus Pada Guru PNS SDN 3 Buyut Ilir Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah).
Aulia, M. R. (2020). Pengaruh Inklusi Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Risiko Kredit Atau Pembiayaan Perbankan. http://etheses.uin-
malang.ac.id/id/eprint/23579
Desry. (2019). Analisis Tingkat Literasi Dan Pengelolaan Keuangan Pribadi
Mahasiswa Di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univeristas Sam Ratulangi.
Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi,
7(2), 2131–2140. https://doi.org/10.35794/emba.v7i2.24018
Irawan, T. T. (2020). Preferensi, Analisis Penabung, Calon Pemuda, Simpanan Di,
Simuda Pakuan, Universitas, 6(1), 59–68.
Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). (2019). Strategi Pengembangan
Keuangan Mikro Syariah Di Indonesia.
Kusuma, A. A. N. J., & Indrajaya, I. G. B. (2018). Kemiskinan Dan Ketimpangan
Pendapatan Masyarakat Di Kabupaten / Kota Provinsi Bali Anak Agung
Ngurah Jaya Kusuma E-Jurnal EP Unud, 9(5), 993–1022.
Ningrum, D. K. (2018). Pertumbuhan Ekonomi , Kemiskinan Dan Ketimpangan
Di Jawa Timur Periode Tahun 2011-. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya, 6(1), 1–16.
Ojk. (2017). Laporan profil industri perbankan. In Ojk: Vol. tw IV (pp. 37–39).
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) dan Pengawasan
MiKroprudenSial. h.7.
Rini, M. E. (2017). Perencanaan Keuangan. Detik Finance, 1.
Sastiono. P, Nuryakin. C. (2019). Inklusi Keuangan Melalui Program Layanan
Keuangan Digital dan Laku Pandai Financial Inclusion: Case Study of LKD
and Laku Pandai Program. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.
19 No. 2 Juli 2019: 242–262 242 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280
Sekarwati, M. A., & Susanti. (2020). The influence of financial literacy, financial
inclusion and individual modernity on saving behavior of surabaya’s state
collage students. Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Manajemen, 16(2), 268–
275.
Sugiyono, P. D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif,dan R&D.
Alfabeta, Cv., 233.
Supriadi, S. A., & Krisnawati, A. (2019). Analisis Perbedaan Tingkat Literasi
Keuangan Dan Perilaku Keuangan Mahasiswa Di Universitas Telkom. Jurnal
Mitra Manajemen, 3(1), 109–120. https://doi.org/10.52160/ejmm.v3i1.191
Wulandari, D. A., & Susanti. (2019). Pengaruh Literasi Keuangan, Inklusi
Keuangan, Uang Saku, Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menabung
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

43
Surabaya. Jurnal Pendidikan Akuntansi, 07(02), 263–268.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jpak/article/viewFile/30196/27
673
Warneryd (2016). Artikel disetujui untuk dipublikasikan Desember 2012. Jurnal
Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 1(2), 111–135.

44
Frequency Table

Usia responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18-21 tahun 43 43.0 43.0 43.0
22-25 tahun 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 60 60.0 60.0 60.0
Perempuan 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Bekerja 62 62.0 62.0 62.0
Tidak bekerja 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pendapatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid =/> 5
62 62.0 62.0 62.0
juta/bulan
< 5 juta/bulan 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

45
Overall Model Fit

Iteration -2 Log likelihood Coefficients


Constant
Step 0 1 79.915 -.971

2 79.807 -1.059

3 79.807 -1.061

4 79.807 -1.061

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 79.807
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001

Model Summary
Step Cox & Snell R Nagelkerke R
Square Square
-2 Log likelihood

1 64.157a .800 .895

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter


estimates changed by less than .001.

Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant Pribadi Eksternal Lembaga

Step 1 1 66.014 1.011 -.087 .590 -1.137

2 64.214 1.213 -.107 .819 -1.549

3 64.157 1.217 -.110 .874 -1.642

4 64.157 1.216 -.110 .876 -1.646

5 64.157 1.216 -.110 .876 -1.646

d. Constant is included in the model.


e. Initial -2 Log Likelihood: 79.807
f. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less
than .001

46
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.650 3 .004

Block 15.650 3 .004

Model 15.650 3 .004

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Pribadi 2.110 .104 1.101 1 .004 .896

Eksternal; 1.646 .642 6.581 1 .010 .993

Lembaga 1.504 .641 5.497 1 .019 .709

Constant 1.216 2.169 .314 1 .575 3.375

a. Variable(s) entered on step 1: Pribadi, eksternal, Lembaga

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.

1 13.531 6 .095

Uji Multikolinieritas
Unstandardized Standardize
Coefficients d Correlations Collinearity Statistics
Model Coefficients t Sig.
B Std. Beta Zero- Partial Part Tolerance VIF
Error order
1 (Constant) 1.216 .369 -.706 .484
Pribadi -.110 .020 .111 .876 .385 .123 .122 .109 .958 1.044
Eksternal .876 .315 .128 1.007 .319 .082 .140 .125 .959 1.043
Lembaga 1.504 .118 .295 2.320 .024 .266 .309 .288 .958 1.044
a. Dependent Variable: Inklusi Keuangan

47
Observed Predicted
Inklusi Keuangan
Memiliki Tabungan Tidak Percentage
SiMuda Memiliki Correct
Tabungan
SiMuda

Step 1 Inklusi Memiliki 48 14 77.0


Keuangan Tabungan
SiMuda

Tidak 29 9 76.0
Memiliki
Tabungan
SiMuda

Overall Percentage 81.4

The cut value is .500

48

Anda mungkin juga menyukai