Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah istilah umum dalam dunia usaha yang
mengacu pada usaha ekonomi produktif yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. UMKM dapat merujuk pada perusahaan yang dimiliki oleh
perorangan, rumah tangga. atau mengakuisisi usaha kecil. Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 (UMKM) tujuan UMKM adalah mengembangkan dan mengembangkan usaha
sebagai bagian dari membangun perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
UKM Indonesia sendiri memiliki kontribusi atau peran yang signifikan dalam memperluas dan
menyerap tenaga kerja baru, produk domestik bruto (PDB) dan jaring pengaman usaha bagi
masyarakat miskin dalam kegiatan ekonomi yang aktif. UMKM diharapkan tidak mengandalkan
bahan baku impor dan lebih banyak menggunakan sumber daya lokal dalam hal sumber daya
manusia, modal, bahan baku dan peralatan. Baik menggunakan ekuitas maupun tidak didukung
oleh pinjaman bank. Beberapa keunggulan tersebut menjadikan UMKM di Indonesia mampu
bertahan pada saat krisis ekonomi tahun 1997 atau pada tahun selanjutnya yang ditandai dengan
penurunan nilai tukar rupiah (Free, 2017). Jumlah UMKM yang sangat besar memberikan dampak
positif bagi perekonomian Indonesia. UMKM sendiri merupakan pilar penting pertumbuhan
ekonomi negara dan memiliki dampak terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan
lapangan kerja. Namun, kurangnya pemahaman tentang konsep dan produk jasa keuangan
membuat sebagian besar UMKM tidak dapat menjalankan usahanya dengan baik. Sehingga tidak
jarang UMKM yang gagal dalam usahanya (Free, 2017). Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak warisan budaya, baik dari segi
peninggalan sejarah hingga sajian kuliner. Peninggalan sejarah yang sangat terkenal di
Yogyakarta yaitu candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta. Tidak hanya wujud bangunan,
peninggalan sejarah juga dapat berupa peninggalan resep minuman herbal. Salah satu
minuman tradisional khas Yogyakarta yaitu wedang uwuh. Wedang uwuh resmi terdaftar
dalam warisan budaya bukan benda pada tahun 2017. Wedang uwuh merupakan minuman asli
Yogyakarta yang berasal dari daerah Imogiri, Bantul. Minuman khas imogiri ini diminati
masyarakat karena rasanya yang unik dan berkhasiat karena berbahan dasar dari kayu secang, jahe,
cengkeh, daun cengkeh, dan gula batu. Keseluruhan bahan baku yang digunakan merupakan
komoditas lokal, sehingga relatif mudah didapatkan. Di sisi lain, usaha ini berpotensi mendorong
kesejahteraan petani lokal dan menghidupkan roda perekonomian daerah. Karakter produk yang
kering memiliki keuntungan tahan lama, mudah dikemas, dan aman selama pengiriman jarak jauh.
Cara memproduksi wedang uwuh sangatlah mudah, dengan cara pencucian bahan baku,
perajangan, pengeringan, dan pengemasan. Proses tersebut dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan teknologi sederhana. Bahan-bahan yang sudah dicuci dirajang secara manual oleh
pekerja menggunakan pisau perajang. Kemudian, bahan harus ditata di atas tampah lalu
dikeringkan di bawah sinar matahari langsung. Metode pengeringan dengan panas matahari
tersebut umumnya memerlukan waktu 1-2 hari. Namun, di musim penghujan, pengeringan dapat
berlangsung lebih dari 2 hari, sehingga menghambat proses produksi secara keseluruhan. Selain
itu, pengeringan di luar ruangan meningkatkan risiko kontaminasi oleh polusi kimia dan
mikrobiologi di udara. Pencemaran mikrobiologi udara luar dapat disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti kendaraan yang melintas, asap rokok, debu aspal kendaraan, droplet dari bersin
atau batuk, dan lain-lain.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) literasi merupakan rangkaian proses atau aktivitas
untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan (confidence), keterampilan (skill)
konsumen dan masyarakat luas, sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah melakukan berbagai upaya peningkatan literasi
keuangan, diantaranya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan masyarakat dalam
merencanakan sampai mengelola keuangan. Dari pengertian tersebut diharapkan masyarakat luas
tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan,
melainkan juga dapat mengubah atau memperbaiki perilaku masyarakat dalam pengelolaan
keuangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Literasi keuangan dan inklusi keuangan memiliki korelasi yang erat dalam pemberdayaan
konsumen. Korelasi ini berbanding lurus dengan peningkatan kemampuan dan pemahamannya
untuk mengidentifikasi jasa atau produk keuangan. Beberapa studi tentang hubungan antara akses
keuangan dan pengelolaan keuangan telah diidentifikasi sebagai faktor terpenting yang
menentukan kehidupan dan pertumbuhan UMKM (Amalinda, 2019). Literasi keuangan sangat
mempengaruhi cara berpikir seseorang terhadap kondisi keuangan serta dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan yang strategis dalam hal keuangan dan cara pengelolaan keuangan yang
lebih baik lagi bagi pemilik usaha. Salah satu hal yang dapat mengatasi berbagai penyebab
rendahnya literasi keuangan adalah inklusi keuangan yang berfungsi untuk meningkatkan akses
keuangan bagi masyarakat Indonesia. Pernyataan ini sejalan dengan strategi Nasional Literasi
Keuangan Indonesia 2017 yang telah memiliki pilar literasi keuangan untuk mengembangkan
produk dan jasa keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2016). Inklusi keuangan merupakan upaya
agar sistem keuangan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Inilah cara UMKM dapat membantu mengatasi
kemiskinan di Indonesia. Inklusi keuangan bertujuan untuk menghilangkan segala jenis hambatan
akses masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan yang didukung oleh infrastruktur yang ada
(Muniroh, 2019).

Memahami UMKM dalam kaitannya dengan sektor jasa keuangan bisa menjadi cara
terakhir untuk meningkatkan kesejahteraan pengusaha UMKM dan mungkin melindungi dari
potensi kerugian akibat kejahatan di sektor keuangan. Hal ini mencerminkan poin-poin trilogi
pemberdayaan konsumen yang menunjukkan keterkaitan antara perlindungan konsumen, inklusi
keuangan, dan literasi keuangan. Pertumbuhan ekonomi juga harus didukung oleh tingkat
pemahaman keuangan publik (Chepngetich, 2016). Masih harus meningkatkan UMKM wedang
uwuh agar dapat menambah jumlah UMKM di Kabupaten Bantul. Untuk mencapai peningkatan
jumlah UMKM, kami merekomendasikan dengan memberikan literasi keuangan dan inklusi
keuangan yang komprehensif sehingga operasi bisnis dapat berjalan lancar dan tanpa kendala
keuangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2017) menunjukkan bahwa literasi
keuangan berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha mikro, kecil dan menengah, penelitian
tersebut menunjukkan bahwa literasi keuangan berada pada level yang tinggi terutama jika
keberlanjutan perusahaan juga berada pada level tertinggi. Semakin tinggi literasi keuangan
pemilik atau pengelola usaha, maka semakin baik pemilik usaha dapat mengelola usahanya dengan
keputusan keuangan dan bisnis yang meningkatkan keberlangsungan usaha. Literasi keuangan
yang lebih besar bagi para pemimpin bisnis akan meningkatkan kelangsungan bisnis di tengah
krisis dan pada akhirnya memungkinkan bisnis untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sarma, 2012) terkait alat ukur untuk mengetahui
tingkat inklusi keuangan di suatu daerah, permasalahannya adalah membangun indeks inklusi
keuangan berdasarkan indikator perbankan antara lain penggunaan rekening di masyarakat,
penetrasi bank. ini menjelaskan seberapa baik masyarakat memiliki sejumlah rekening bank, serta
akses ke layanan keuangan, yang menjelaskan bagaimana sektor perbankan dapat menjangkau
masyarakat di daerah tersebut. Dengan demikian, indikator tersebut dapat menjelaskan perilaku
masyarakat dalam pengelolaan keuangan sehari-hari melalui produk perbankan. Tegasnya, sasaran
strategi inklusi keuangan adalah kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses layanan
keuangan yang terbagi menjadi 3 kelompok (miskin berpenghasilan rendah, miskin bekerja/miskin
produktif dan hampir miskin), serta menjadi milik semua kelompok sasaran. (pekerja imigran,
perempuan dan penduduk lingkungan yang kurang beruntung). Ada beberapa jenis jasa keuangan
yang dianggap sangat penting bagi masyarakat, antara lain: jasa simpanan, kredit, sistem
pembayaran, asuransi dan dana pensiun, yang semuanya penting bagi masyarakat untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik (World Bank, 2010; Bank Indonesia, 2014).

Kontribusi serta motivasi dalam penelitian ini yaitu agar masyarakat dapat lebih tepat
dalam menentukan keputusan jangka panjang sehingga UMKM wedang uwuh dapat berkembang
lebih pesat. Apabila masyarakat yang mau menjalankan UMKM atau yang sudah mempunyai
UMKM tetapi tidak mengetahui literasi keuangan maka bisnis UMKM tersebut pasti terhambat,
karena modal awal yang harus diperhatikan oleh pebisnis yaitu mengenai pengelolaan keuangan.
Apabila masyarakat yang sudah mengetahui dan sudah mendalami tentang literasi keuangan da
inklusi keuangan kemungkinan besar bisnis yang dijalankan akan berkembang secara pesat karena
sudah merancang anggaran yang akan digunakan dan yang akan di investasikan maupun
digunakan untuk membeli kebutuhan lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin menyelidiki bagaimana penerapan literasi


keuangan dan inklusi keuangan dapat diterapkan pada UMKM wedang uwuh yang dijalankan agar
bisa berjalan dengan lancar dan tidak terkendala masalah pendanaan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Literasi dan Inklusi Keuangan
Terhadap Perkembangan UMKM Wedang Uwuh di Kabupaten Bantul Rentan Waktu 2021-
2022”.

Anda mungkin juga menyukai