Anda di halaman 1dari 27

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH INKLUSI KEUANGAN DAN LITERASI KEUANGAN TERHADAP


KINERJA UMKM DI KOTA SURABAYA

Dosen Pengampu :
Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh :
Rahmawati 210712950006

JURUSAN MANAJEMEN PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
ABSTRAK

UMKM mempunyai peran yang sangat krusial terhadap peningkatan pembangunan


ekonomi suatu negara, tetapi justru mengalami hambatan oleh berbagai permasalahan yang
meliputi rapuhnya modal, produksi, pemasaran produk, dan sumber daya manusia. Inklusi
keuangan merupakan keadaan masyarakat yang memiliki akses layanan keuangan formal
yang berkualitas, aman, lancar, tepat waktu dan terjangkau serta sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan masyarakat guna peningkatan dalam kesejahteraan. Literasi keuangan bisa
meringankan pemilik usaha dalam pengelolaan usaha yang awali dari catatan pengeluaran
dan pemasukan, perencanaan simpanan dana usaha, serta pengetahuan dasar atas keuangan
agar bisa tercapainya suatu tujuan dari keuangan. Penelitian ini memiliki tujuan dalam
mencermati dan memahami pengaruh Inklusi keuangan dan literasi keuangan terhadap
kinerja UMKM di Kota Surabaya. Jenis penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah
Kuantitatif Asosiatif. Metode pengumpulan data dikerjakan dengan cara memberikan
kuesioner kepada 102 pengusaha UMKM di Kota Surabaya sebagai responden penelitian.
Probability sampling dan sampling jenuh dipilih dalam metode pengambilan sampel pada
penelitian ini. Analisis data yang diterapkan adalah analisis regresi linear berganda. Dari hasil
penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa kedua variabel bebas yaitu inklusi keuangan dan
literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM di Kota
Surabaya.
Kata Kunci : Inklusi Keuangan, Literasi Keuangan, Kinerja UMKM
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lembaga keuangan seperti bank maupun non bank memiliki peran penting dalam
mendukung perekonomian masyarakat, baik masyarakat berpenghasilan besar maupun
kecil dalam mendukung usahanya, dan persoalan yang di hadapi hampir semua negara,
termasuk Indonesia yaitu adalah persoalan perihal kemiskinan. Di Indonesia beberapa
seminar dan pertemuan sudah dilaksanakan guna meminimalisir angka kemiskinan, salah
satunya dengan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk bisa akses kedalam
lembaga keuangan teruntuk seluruh lapisan masyarakat (Amalia dalam Laila, 2017).
Keuangan inklusif merupakan serangkaian usaha yang dilaksanakan guna menghilangkan
seluruh yang menjadi hambatan masyarakat dalam penggunaan jasa keuangan, yang
dimana inklusi keuangan juga sebagai bentuk upaya guna mendukung pertumbuhan
ekonomi dengan meminimalisir angka kemiskinan, kesamarataan penghasilan dan
menstabilkan sistem keuangan. Dalam berbagai penelitian yang dilaksanakan oleh bank
dunia di beberapa negara memperlihatkan bahwa dengan adanya inklusi keuangan
memberi peranan penting terhadap upaya dalam pengentasan kemiskinan serta untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi (Muhadjir et al , 2015). Hambatan masyarakat untuk
bisa akses dalam lembaga keuangan yaitu tingginya unbankble (tidak memenuhi
persyaratan pinjaman bank) yang disebabkan dari kesenjangan kemiskinan, rendahnya
pembiayaan UMKM, tingginya suku bunga kredit mikro, kurangnya kemampuan
manajemen UMKM, dan terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan, karna hambatan-
hambatan seperti itulah yang membuat inklusi keuangan memiliki peranan yang penting
(Nengsih, 2015). Muhadjir et al (2015) mengungkapan, yang menjadi alasan dari usaha
kecil cenderung sering menggunakan modal sendiri, keluarga, kerabat, bahkan rentenir
dalam proses usahanya karena rendah dan sulitnya akses usaha kecil terhadap lembaga
keuangan formal, dan tingkat suku bunga perbankan.
Akses yang lebih besar kepada institusi keuangan sangat berguna dalam
menambah kesertaan masyarakat dalam perekonomian. Di Indonesia perkembangan sektor
keuangan saat ini kurang layak dalam akses kepada masyarakat terhadap layanan institusi
keuangan. Perluasan akses keuangan serta penjelasan mengenai sektor keuangan harus
ditingkatkan supaya bisa menambah perkembangan ekonomi suatu negeri. Dalam rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, negara pernah mematok
perkembangan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2019, yakni dengan menambah akses jasa
pelayanan keuangan untuk masyarakat serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang berguna dalam menambah perekonomian yang inklusif serta seimbang (Peraturan
kepala negara, 2016). Inklusi keuangan yaitu unsur yang berguna dalam upaya
meminimalisir kesenjangan ekonomi. Inklusi keuangan merupakan hal dimana tiap
masyarakat memiliki akses layanan keuangan resmi yang berbobot, nyaman, fasih, pas
durasi serta terjangkau dan juga cocok dengan keahlian serta kepentingan masyarakat guna
meningkatkan kesejahteraan (Peraturan kepala negara, 2016).
Dalam melaksanakan sesuatu ikhtiar rakyat memerlukan modal, baik itu dari
modal sendiri maupun dengan meminjam di bank seperti itu pula dengan pengusaha
UMKM, pemberian pinjaman guna UMKM oleh institusi keuangan sungguh menolong
para pengusaha UMKM dalam melaksanakan usahanya. Tahun 2014 dengan cara lazim
kurang lebih 36% masyarakat dengan umur cukup di Indonesia telah mempunyai
rekening, serta jumlah tersebut meningkat dibanding pada tahun 2011 jumlah masyarakat
yang mempunyai rekening hanya 20%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa inklusi
keuangan di Indonesia kian meluas, tetapi tetap ada kesenjangan antara masyarakat yang
berpendapatan rendah dalam mempunyai rekening, serta jumlah masyarakat wanita
yangmempunyai rekening lebih sedikit dibanding dengan laki-laki, dimana hanya 37 %
masyarakat wanita yang mempunyai rekening dari keseluruhan masyarakat wanita di
Indonesia (Peraturan pemimpin negara, 2016).
UMKM mempunyai peranan yang sangat penting terhadap upaya dalam
peningkatan pembangunan ekonomi suatu negara, tetapi terhambat karna terdapat
beberapa masalah, seperti lemahnya modal, produksi, pemasaran produk, dan sumber daya
manusia (Irmawati dalam Laila, 2017). Dari tahun 1998-2018 jumlah pemanfaatan kredit
UMKM tidak terdapat perubahan yang signifikan, tingkat perubahannya tidak lebih dari
20% (Bank Indonesia, 2018). Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah dalam
mengakses perbankan dapat meringankan masyarakat ataupun pemilik usaha untuk bisa
dengan mudah mengakses produk perbankan termasuk layanan kredit UMKM yang dapat
meningkatkan jumlah pemanfaatannya (Linati, 2017). Dalam menjalankan suatu usaha,
pelaku usaha wajib mempunyai keterampilan serta pengetahuan perihal keuangan dalam
pengelolaan keuangan yang efektif, oleh karenanya literasi keuangan juga memiliki peran
penting untuk semua pelaku usaha. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
keterampilan pelaku usaha terhadap pemahaman akan akses pada intitusi keuangan dapat
memberikan pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan usaha yang sedang dijalankannya
(Dwitya, 2016).
Di Kota Surabaya pertumbuhan kredit UMKM sedang menghadapi penurunan dan
terletak di bawah tren pertumbuhan total kredit sejak 2012 sampai 2013, hal ini
memperlihatkan bahwa akses masyarakat sebagai pelaku usaha UMKM terhadap institusi
keuangan atau perbankan mengalami penurunan yang terjadi karena rendahnya
pertumbuhan UMKM yang telah sesuai dengan persyaratan pinjaman bank. Namun pada
2014 peran institusi keuangan perbankan terhadap upaya mendukung pertumbuhan
UMKM mengalami peningkatan yang dratis, dengan pemanfaatan jumlah kredit sebesar
Rp 6,75 triliun, jumlah tersebut lebih banyak di bandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp
6,60 triliun, dan pada 2018 pemanfaatan jumlah kredit oleh bank umum sebesar 10,99
triliun. Pemerintah juga medirikan program Kredit Usaha Rakyat guna meringankan
UMKM terhadap masalah permodalan dan menjalankan usaha yang produktif serta yang
menghadapi kesulitan terkait pengajuan pinjaman ke bank (Bank Indonesia, 2019).
Pertumbuhan UMKM di Kota Surabaya secara tidak langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kota Surabaya karena UMKM mempunyai
peluang usaha dengan cakupan luas yang terletak di beberapa sektor ekonomi, tetapi
pelaku usaha UMKM di Kota Surabaya mengalami hambatan dalam mengembangkan
usaha mereka perhal permasalahan modal (Sudiarti et al, 2017). Irmawati (2013)
mengungkapkan yang menjadi persoalan pokok pada UMKM yaitu adalah permodalan
dan pemasaran, dan salah satu cara yang bisa dilakukan dalam menghentikan persoalan
tersebut yaitu adanya penerapan inklusi keuangan. Terlebih lagi, Anggraeni (2015) juga
mengungkapkan bahwa literasi keuangan bisa meringankan pelaku usaha perihal
pengelolaan usaha yang dimulai dari anggaran, perencanaan simpanan dana usaha, serta
pengetahuan dasar atas keuangan guna tercapainya tujuan keuangan.
Kesulitan keuangan tidak hanya terjadi karena rendahnya penghasilan saja,tetapi
kesulitan keuangan juga bisa terjadi apabila terdapat kesalahan dalam pengelolaan
keuangan seperti kesalahan dalam pemanfaatan kredit, tidak terdapatnya perencanaan
keuangan dan tidak mempunyai tabungan (Akmal, 2016). Pengetahuan pelaku usaha
UMKM perihal literasi keuangan dalam menjalankan usahanya dinilai begitu penting dan
menjadi dasar dalam meningkatkan kinerja UMKM. Rikan (2016) menjelaskan bahwa
selain edukasi, kemudahan terhadap mendapatkan dana atau kredit sangat penting untuk
masyarakat dalam menjalankan UMKM. Dari hal tersebut, peneliti membuat suatu judul
dalam penilitian, yaitu “Pengaruh Inklusi Keuangan dan Litersi Keuangan Terhadap
Kinerja UMKM Di Kota Surabaya”.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh inklusi keuangan terhadap kinerja UMKM di Kota Surabaya ?
2. Bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM di Kota Surabaya ?

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh inklusi keuangan terhadap kinerja UMKM di Kota
Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM di Kota
Surabaya.

4. Hipotesis Penelitian
1. H1: inklusi keuangan berpengaruh signifikan terhadap KInerja UMKM.
2. H2: Literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Inklusi Keuangan
Inklusi keuangan merupakan sesuatu aktivitas ekstensif yang bermaksud untuk
meniadakan seluruh hambatan dalam tatanan harga ataupun non harga pada akses
masyarakat dalam memanfaatkan maupun memakai layanan jasa keuangan. Selain itu
dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif Bank Indonesia (2014), keuangan inklusif
diartikan sebagai hak tiap orang guna mempunyai akses serta layanan penuh dari instansi
keuangan secara tepat waktu, tenteram, informatif, serta terjangkau biayanya, dengan
hidmat penuh pada harkat serta martabatnya. Layanan keuangan ada untuk semua lapisan
masyarakat, dengan perhatian khusus pada orang miskin, orang miskin produktif, serta
masyarakat didaerah terisolasi (Bank Indonesia, 2014).
Dimensi inklusi keuangan, meliputi :
a. Dimensi akses
Merupakan aspek yang dimanfaatkan dalam menilai kemampuan penggunaan jasa
keuangan supaya bisa terlihat potensi terhadap hal-hal yang menjadi hambatan dalam
membuka dan menggunakan rekening bank, seperti bentuk fisik layanan jasa
keuangan (kantor bank, ATM dll)
b. Dimensi penggunaan
Merupakan aspek yang dimanfaatkan dalam menilai penggunaan jasa keuangan dan
produk, seperti frekuinsi, waktu/lama penggunaan dan keteraturan.
c. Dimensi kualitas
Merupakan aspek yangdimanfaatkan dalam melihat ketersediaan produk dan jasa
keuangan yang sudah sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
d. Dimensi kesejahteraan
Merupakan aspek yang dimanfaatkan dalam menilai efek layanan keuangan terhadap
tingkat kehidupan pengguna jasa.

2. Literasi Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengartikan bahwa literasi keuangan
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memiliki pengaruh
terhadap sikap dan perilaku individu dalam meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan pengelolaan keuangan untuk tercapainya kesejahteraan. Berdasarkan
pendapat widayati (2010) literasi keuangan terjadi saat seseorang mempunyai
keterampilan yang menjadikan orang tersebut bisa mencapai tujuannya dengan
pemanfaatan sumber daya yang ada. Literasi keuangan adalah pengetahuan seseorang
terhadap upaya pengelolaan seluruh sumber daya keuangannya secara efektif
(Manurung, 2009:24). Berdasarkan pendapat Farah dan Sari dalam Galang (2017)
literasi keuangan adalah keterampilan dalam membuat pertimbangan dan keputusan
perihal pemanfaatan uang, literasi keuangan memilik pengaruh secara langsung pada
kesejahteraan seseorang.
Literasi keuangan adalah aspek krusial dalam pertumbuhan ekonomi dan
kestabilitas keuangan bagi konsumen, penyedia jasa keungan dan pemerintah. Litersi
keuangan yang baik dapat menciptakan keputusan pembelian yang berfokus pada
kualitas, dan memperkecil pengambilan keputusan yang salah yang diambil terhadap
isu ekonomi dan keuangan. Literasi keuangan yang baik menyediakan informasi yang
memadai perihal produk, pemahaman resiko pada pelanggan, serta literasi keuangan
yang baik pada masyarakat dapat menjadi suatu peningkatan pemasukan pajak untuk
pemerintah dalam memaksimalkan pengembangan layanan dan fasilitas pelayanan
publik (Dwitya, 2016).
Dimensi literasi keuangan, meliputi:
a. Pengetahuan umum keuangan
Merupakan pengetahuan dasar seseorang perihal cara mengatur keuangan yang
dipunyai secara pribadi, keluarga ataupun usaha yang digunakan sebagai acuan
terhadap pengelolaan keuangan. Minimnya pengetahuan keuangan bisa memicu
terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan untuk menabung, meminjam
ataupun berinvestasi (Chen and Volpe, 1998). Pengetahuan perihal keuangan
sangat penting tidak hanya untuk individu saja tapi juga untuk perusahaan dan
perekonomian, semakin tinggi pengetahuan keuangan seseorang, orang tersebut
akan mempunyai perilaku keuangan yang baik dan terarah (Norma dan Meliza,
2013).
b. Tabungan dan pinjaman
Tabungan merupakan simpanan uang seseorang dibank yang penarikannya hanya
bisa dilakukan sesuai dengan syarat yang sudah disetujui bersama (Widyaningsih,
2005:15). Berdasarkan UU perbankan No 10 tahun 1998 tabungan adalah
simpanan nasabah yang penarikannya bisa dilakukan kapan saja oleh nasabah
sesuai dengan syarat yang sudah disetujui bersama. Tabungan merupakan
simpanan uang seseorang dari sebagian pengahasilannya yang tidak digunakan
tetapi disiapkan sebagai kebutuhan di masa mendatang (Dwi Latifiana, 2017).
Pinjaman adalah pinjaman dari kreditur kepada seseorang dengan batasan waktu
tertentu dalam pelunasannya kembali, bank adalah institusi sebagai penerima
setoran dari masyarakat atau badan tertentu dan sebagai fasilisator pinjaman bagi
masyarakat (Manurung, 2009:7). Pinjaman adalah uang sebagai tagihan hutang
yang wajib dikembalikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan
disetujui antara pihak peminjam dan pihak pemberii pinjaman dengan adanta
tambahan bunga (Dendawijaya, 2009).
c. Asuransi
Merupakan bentuk pengendalian resiko yang diterapkan dengan cara
memindahkan resiko dari satu pihak ke pihak yang lain (Akmal dan Saputra,
2016).
d. Investasi
Merupakan penanaman sejumlah uang pada suatu lembaga dengan harapan uang
tersebut bisa menghasilkan jumlah yang lebih banyak dan memberikan
keuntungan (Istijanto, 2009). Berdasarkan pendapat Haming (2010) invetasi
adalah pengeluaran dana dimasa saat ini yang bertujuan agar memperoleh
keuntungan yang lebih besar dimasa mendatang.

3. Kinerja UMKM
Dwitya (2016) mengungkapkan bahwa kinerja UMKM dianalisis dengan
menerapkan pendekatan berdasarkan tiga asumsi, yang meliputi: 1). Penilaian kinerja
UMKM cenderung sulit dilaksanakan secara kuantitatif, disebabkan karna terbatasnya
sumber daya (pemahaman keuangan dan tenaga kerja). 2). Penilaian kinerja pada
umumnya mengukur dari indikator keuangan secara tidak menyeluruh, yang berakibat
tidak detail dalam memunjukkan keadaan sebenarnya yang terjadi pada bisnis
tersebut. 3). Penilaian kinerja yang cenderung digunakan relatif hanya sesuai bila
digunakan untuk perusahaan besar yang ter-struktur dalam manajemen
perusahaannya. Dari asumsi-asumsi itu maka diterapkan pendekatan non cost
performance measures yang berarti penilaian berdasarkan persepsi guna mengukur
tingkat kinerja UMKM, baik kinerja keuangan ataupun non keuangan (Kaplan et al,
2005).
Dimensi dari kinerja UMKM, sebagai berikut :
a. Pertumbuhan usaha
Merupakan keterampilan suatu usaha dalam upaya peningkatan penjualan,
keuntungan dan melakukan diversifikasi dalam lini produk. Berdasarkan pendapat
Dwitya (2016) pertumbuhan usaha diukur berdasarkan peningkatan penjualan
suatu usaha pada satu periode ke priode selanjutnya, apabila tingkat penjualan
usaha tinggi maka keuntungan yang didapatkan mengalami kenaikan.
b. Total pendapatan usaha
Total pendapatan usaha berasal dari aktivitas pokok perusahaan, yang mencakup
semua penghasilan yang diperolah dari selisih antara penerimaan dengan total
biaya dalam jangka waktu tertentu. Penghasilan bisda dikelompokkan menjadi
dua, yaitu penghasilan operasional (pehasilan dari penjualan produk atau jasa
sebagai kegiatan pokok suatu usaha) dan penghasil non operasional, penghasilan
non operasioanl adalah penghasilan yang didapatkan dari luar aktivitas pokok
perusahaan yang bersifat isidentil (penghasilan dari hasil penjualan surat berharga,
penjualan aktiva tak berujud, bunga, sewa dan royalti).
c. Total order
Merupakan total pesanan produk yang dipesan atau akan di beli oleh konsumen.
Berdasarkan pendapat Dwitya (2016) order adalah tahapan dalam pembelian yang
dilakukan oleh pembeli kepada penjual baik secara langsung ataupun tidak
(online).
d. Posisi kas usaha
Merupakan pelaporan keuangan usaha guna melihat jumlah laba yang diperoleh
dalam usaha tersebut dan untuk melihat arus kas masuk dan keluar. Jumlah dari
arus kas bersih diperoleh dari mengurangi arus kas masuk dengan arus kas keluar.
Apabila arus kas bersih memperlihatkan angka positif, itu artinya perusahaan
berada pada posisi surplus atau mendapatkan keuntungan, begitu pula sebaliknya.

4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu bisa dirangkai suatu
kerangka konseptual pada penelitian ini seperti berikut:
Gambar 2.1
Kearangka Konseptual

Inklusi Keuangan (X1)

Kinerja UMKM (Y)

Literasi Keuangan (X2)

Keterangan :

: Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel


dependen.

Berdasarkan kerangka konseptual menunjukkan bahwa variabel dependen (Y)


pada penelitian ini yaitu kinerja UMKM sedangkan variabel independen (X) yaitu
inklusi keuangan dan literasi keuangan. Tujuan kerangka konseptual yaitu untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menerapkan pendekatan asosiatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang mendapatkan data dalak bentuk angka pada analisis statistik. Penelitian asosiatif
adalah penelitian yang memiliki tujuan guna mengetahui pengaruh ataupun hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2015). Penelitian ini memiliki tingkat tertinggi
dibandingkan dengan deskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini bisa tercipta
suatu teori yang bisa berguna untuk menguraikan, meramalkan dan mengendalikan suatu
gejala. Ada 2 variabel di dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen adalah inklusi keuangan (X1), literasi keuangan (X2),
dan variabel dependen adalah kinerja UMKM (Y).

2. Populasi Dan Sampel


Populasi merupakan sekelompok asoek yang memperlihatkan karakteristik khusus
yang dipakai dalam penarikan suatu kesimpulan (Sanusi, 2011:87). Populasi pada
penelitian ini sebesar 102 UMKM, populasi dari penelitian ini merupakan para pelaku
usaha UMKM di Kota Surabaya. Dengan kriteria : UMKM di Kota Surabaya yang
terdaftar di Diskoperindak Surabaya tahun 2018.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karna keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti bisa
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiono, 2015:81). Metode
penetuan sampel yang dipakai pada penelitian ini yaitu metode probability sampling
dengan cara sampling jenuh. Probability samplingn merupakan metode pemilihan sampel
yang seluruh komponen populasi memiliki kesempatan untuk dipilih menjadi sampel.
Sampling jenuh merupakan metode pemilihan sampel yang menjadikan seluruh anggota
populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2015:84-85).
3. Pengumpulan Data
Data didapatkan langsung dari sumber atau subjek penelitian. Sumber data primer
merupakan data yang didapatkan secara langsung dengan memberikan kuisioner kepada
responden. Data yang didapatkan secara tidak langsung berdasarkan media cetak yang
meliputi buku, jurnal, katalog perusahaan, dan keterangan lain yang berhubungan dengan
pokok penelitian. Dalam hal ini, sumber data sekunder yaitu dokumentasi.

4. Analisis Data
A. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas atau kesahihan memperlihatkan bahwa sejauh mana suatu alat
ukur bisa mengukur apa yang ingin diukur. Berdasarkan pendapat Imam Ghozali
(2010) uji validitas dipakai guna menilai valid atau tidaknya suatu data kuesioner.
Kuesioner dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner bisa sebagai
pengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Kriteria uji
validitas:
 Jika rhitung > rtabel, maka item kuesioner dinyatakan valid.
 Jika rhitung < rtabel, maka item kuesioner dinyatakan tidak valid.

Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas

Variabel Item Rhitung Rtabel Keterangan


Pertanyaan
Inklusi X1.1 0,562 0,361 Valid
Keuangan (X1) X1.2 0,449 0,361 Valid
X1.3 0,378 0,361 Valid
X1.4 0,592 0,361 Valid
X1.5 0,610 0,361 Valid
X1.6 0,648 0,361 Valid
X1.7 0,456 0,361 Valid
X1.8 0,455 0,361 Valid
X1.9 0,572 0,361 Valid
X1.10 0,489 0,361 Valid
Literasi X2.1 0.814 0,361 Valid
Keuangan (X2) X2.2 0,685 0,361 Valid
X2.3 0,764 0,361 Valid
X2.4 0,846 0,361 Valid
X2.5 0,756 0,361 Valid
X2.6 0,388 0,361 Valid
X2.7 0,471 0,361 Valid
X2.8 0,362 0,361 Valid
X2.9 0,426 0,361 Valid
X2.10 0,483 0,361 Valid
Kinerja UMKM Y.1 0,571 0,361 Valid
(Y) Y.2 0,473 0,361 Valid
Y3 0,724 0,361 Valid
Y.4 0,618 0,361 Valid
Y.5 0,624 0,361 Valid
Y.6 0,481 0,361 Valid
Y.7 0,379 0,361 Valid
Y.8 0,637 0,361 Valid
Sumber : Data diolah, 2022

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diterapkan guna memperlihatkan ketetapan dari hasil
pengukuran alat pengukur yang dipakai oleh orang yang sama dengan waktu yang
berbeda atau sebaliknya (Sanusi, 2011:80). Uji reliabilitas adalah suatu alat yang
diopakai guna mengukur suatu kuesioner sebagai aspek dari variabel (Siregar,
2017:55).
Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam
penelitian ini yaitu dengan memakai nilai koefisien Alpha Cronbach, sebagai
berikut:
 Jika hasil koefisien Alpha> taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner
dinyatakan reliabel
 Jika hasil koefisien Alpha< taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner
dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 3.2
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien Taraf Keterangan


alpha signifikansi

Inklusi 0,685 0,60 Reliabel


Keuangan

Literasi 0,806 0,60 Reliabel


Keuangan

Kinerja 0,692 0,60 Reliabel


UMKM

Sumber : Data diolah, 2022

B. Uji Asumsi Klasik


Berdasarkan pendapat Sanusi (2011: 135) penerapan uji asumsi klasik adalah
untuk melengkapi asumsi-asumsi yang sudah ditentukan supaya mendapatkan nilai
koefisien yang tidak bias, cara untuk mengetahui gejala–gejala tersebut dijelsakan
seperti yang ada dibawah ini :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujian guna menguji apakah pada model regresi
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas pada penelitian ini memakai bantuan program SPSS
Statistic 25 Windows dengan statistik One Sample Kolmogrov Smirnov Test.
Pengukuran yang diterapkan yaitu dengan membandingkan nilai asymp. Sig (2-
tailed) dengan nilai yang ditetapkan sebesar 5%. Jika nilai asymp. Sig (2-tailed)
lebih besar dari 0,05 maka bisa ditarik kesimpulan bahwa data tersebut
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 102
Normal Mean .0000000
Parametersa Std. 1.72104741
Deviation
Most Extreme Absolute .057
Differences Positive .033
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .575
Asymp. Sig. (2-tailed) .896

Sumber : Data diolah, 2022

Dari uraian Tabel 3.3 hasil uji normalitas di atas didapatkan Asymp. Sig (2-
tailed) sejumlah 0,896 yang artinya lebih besar dari 0,05, maka bisa ditarik
kesimpulan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas memiliki tujuan untuk menguji regresi yang memiliki
gejala kolerasi antar variabel bebas lainnya. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Penelitian untuk mendeteksi gejala
multikolinearitas diterapakan dengan mengukur nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) yang dihitung menggunakan SPSS statistic 25 for window. Hasil
uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Inklusi Keuangan 0,949 1,054 Tidak terjadi


multikolinearitas

Literasi Keuangan 0,949 1,054 Tidak terjadi


multikolinearitas

Sumber : Data Diolah, 2022

Tabel 3.4 tersebut memperlihatkan bahwa variabel inklusi keuangan (X1)


dengan nilai tolerance 0,949 > 0,1 dan nilai VIF 1,054 < 10, dan variabel literasi
keuangan (X2) dengan nilai tolerance 0,949 > 0,1 dan niali VIF 1,054 < 10. Oleh
karenanya bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa semua variabel bebas tidak
mengalami multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji hesterokedastisitas memiliki tujuan guna memperlihatkan bahwa
terdapat varian variabel tidak sama untuk seluruh observasi. Untuk mengetahui ada
atau tidaknya hesterokedastisitas dalam penelitian ini memakai pengujian Glejser
dengan syarat apabila nilai Sig di atas 0,05 dinyatakan tidak mengalami
hesterokedastisitas. Pada pengujian hesterokedastisitas memakai bantuan SPSS
statistic for windows 25. Hasil uji hesterokedastisitas bisa diketahui dari tabel
dibawah ini:
Tabel 3.5
Hasil Uji Hesterokedastisitas

Unstandardiz ed
Coefficients Standardized
Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.171 1.762 1.232 .221

Inklusi Keuang an
-.042 .053 -.082 -.801 .425

Literas i Keuang an
.015 .040 .039 .381 .704

Sumber : Data Diolah, 2022

Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa nilai signifikansi dari inklusi keuangan


(X1) sejumlah 0,425 > 0,05, sedangkan nilai signifikansi dari literasi keuangan
(X2) sejumlah 0,704 > 0,05. Oleh karena itu bisa ditarik kesimpulan bahwa dari
kedua variabel bebas pada penelitian ini tidak mengalami hesterokedastisitas atau
mengalami homoskedastisitas.

C. Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda diterapkan guna mengetahui pengaruh inklusi
keuangan (X1), literasi keuangan (X2) terhadap kinerja UMKM (Y). Persamaan yang
dipakai pada penelitian ini yaitu seperti dibawah ini:
𝑌 = 𝛼 + 𝑏1𝑥1 + 𝑏2𝑥2 + 𝑒
Tabel 3.6
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model Std. T Sig.


B Error Beta
1 (Constant)
1.486 3.424 5.399 .000

Inklusi
Keuangan .208 .098 .204 2.119 .037

Literasi
Keuangan .189 .077 .235 2.441 .016

Sumber : Data Diolah, 2022

Dari hasil analisis regresi pada tabel 3.6 bisa dilihat bahwa persamaan
regresi sebagai berikut:
Y= 1,486+ 0,208X1 + 0,189X2 + e
Hasil persamaan regresi berganda tersebut bisa memberikan penjelasan
sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 1,486 memperlihatkan bahwa saat variabel independen
yaitu inklusi keuangan dan literasi keuangan diperkirakan terabaikan, maka nilai
kinerja UMKM (Y) sejumlah 1,486
b. Nilai koefisien regresi variabel inklusi keuangan (X1) memiliki nilai positif
yaitu 0,208 memperlihatkan jikaa nilai inklusi keuangan (X1) terjadi
peningkatan satu satuan tetapi variabel independen lainnya diperkirakan tetap,
maka nilai inklusi keuangan akan mengalami peningkatan sejumlah 0,208.
c. Nilai koefisien regresi variabel literasi keuangan (X2) memiliki nilai positif yaitu
0,189 mem[erlihatkan jika nilai literasi keuangan (X2) terjadi peningkatan satu
satuan tetapi variabel independen lainnya diperkirakan tetap, maka nilai literasi
keuangan mengalamin peningkatan sejumlah 0,189.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t diterapkan guna menguji apakah pernyataan dalam hipotesis itu telah sesuai.
Uji t pada dasarnya memperlihatkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen, pengujian memakai tingkat
signifikansi 0,05. Jika nilai sig. > 0,05 maka Ho di terima dan Ha ditolak tetapi jika sig.
< 0,05 maka Ho di ditolak dan Ha diterima, dari uji t dengan bantuan software SPSS for
window versi 25 diperoleh hasil seperti dibawah ini:

Tabel 3.7
Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize T Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.486 3.424 5.399 0.000

Inklusi 1.984 0.123 0.541 2.119 0.037


Keuangan
Literasi 1.984 0.239 0.288 2.441 0.016
Keuangan
a. Dependent Variable: Turnover Intention
Sumber : Data diolah, 2022.

a. Variabel Inklusi Keuangan


Dari tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung variabel inklusi keuangan
sebesar 2,119, dimana thitung > ttabel (2,119 > 1,984) dengan ini nilai signifikansi
0,037 < 0,05. Maka Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara inklusi keuangan dengan kinerja
UMKM.
b. Variabel Literasi Keuangan
Dri tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung variabel literasi keuangan
sebesar 2,441, dimana thitung > ttabel (2,441 > 1,984) dengan ini nilai signifikansi
0,016 < 0,05. Maka Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara literasi keuangan dengan kinerja
UMKM.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja UMKM Di Kota Surabaya


Hasil pengujian validitas dari 10 item pertanyaan terhadap inklusi keuangan,
semuanya memiliki hasil yang valid dimana hasil dari Rhitung lebih besar dari Rtabel.
Dari hasil uji realibilitas inklusi keuangan memiliki nilai koefisien alpha sebesar 0,685
dan lebih besar dari nilai taraf signifikansi, sehingga dinyatakan bahwa inklusi keuangan
reliabel. Hasil uji multikolinearitas, inklusi keuangan (X1) dengan nilai tolerance 0,949 >
0,1 dan nilai VIF 1,054 < 10, dapat diartikan bahwa inklusi keuangan tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas, nilai signifikansi dari inklusi keuangan
(X1) sebesar 0,425 > 0,05, dapat diartikan bahwa inklusi keuangan tidak terindikasi
hesterokedastisitas atau terjadinya homoskedastisitas. Dari hasil persamaan regresi
berganda memperlihatkan nilai koefisien regresi variabel inklusi keuangan (X1) bernilai
positif yaitu 0,208 menunjukan apabila nilai inklusi keuangan (X1) mengalami kenaikan
satu satuan sementara variabel independen lainnya diasumsikan tetap, maka nilai inklusi
keuangan akan meningkat sebesar 0,208. Itu berarti inklusi keuangan dari hasil
persamaan regresi berganda dinyatakan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
UMKM. Dari hasil uji hipotesis, uji parsial (uji t) bahwa nilai thitung variabel inklusi
keuangan sebesar 2,119, dimana thitung > ttabel (2,119 > 1,984) dengan ini nilai
signifikansi 0,037 < 0,05. Maka Ho di tolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara inklusi keuangan dengan kinerja
UMKM.

2. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja UMKM Di Kota Surabaya


Hasil pengujian validitas dari 10 item pertanyaan terhadap literasi keuangan,
semuanya memiliki hasil yang valid dimana hasil dari Rhitung lebih besar dari Rtabel.
Dari hasil uji realibilitas literasi keuangan memiliki nilai koefisien alpha sebesar 0,806
dan lebih besar dari nilai taraf signifikansi, sehingga dinyatakan bahwa inklusi keuangan
reliabel. Hasil uji multikolinearitas, literasi keuangan (X2) dengan nilai tolerance 0,949 >
0,1 dan niali VIF 1,054 < 10., dapat diartikan bahwa literasi keuangan tidak terjadi
multikolinearitas. Dari hasil persamaan regresi berganda memperlihatkan nilai koefisien
regresi variabel literasi keuangan (X2) bernilai positif yaitu 0,189 menunjukan apabila
nilai literasi keuangan (X2) mengalami kenaikan satu satuan sementara variabel
independen lainnya diasumsikan tetap, maka nilai literasi keuanganakan meningkat
sebesar 0,189. Itu berarti literasi keuangan dari hasil persamaan regresi berganda
dinyatakan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja UMKM. Dari hasil uji hipotesis,
uji parsial (uji t) bahwa nilai thitung variabel literasi keuangan sebesar 2,441, dimana
thitung > ttabel (2,441 > 1,984) dengan ini nilai signifikansi 0,016 < 0,05. Maka Ho di
tolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM.
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari analisis pada penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang sudah
dilaksanakan, maka bisa didapatkan kesimpulan seperti dibawah ini:
a. Inklusi keuangan berdampak atau berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja UMKM di Kota Surabaya. Hal tersebut memperlihatkan bahwasannya
kinerja UMKM di Kota Surabaya dapat mengalami peningkatan secara signifikan
jika para pelaku UMKM dalam penerapan inklusi keuangan terus ditingkatkan.
b. Literasi keuangan berdampak atau berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja UMKM di Kota Surabaya. Hal tersebut memperlihatkan bahwasannya
kinerja UMKM di Kota Surabaya dapat mengalami peningkatan secara signifikan
jika para pelaku UMKM dalam penerapan literasi keuangan terus ditingkatkan.

2. Literasi Keuangan
a. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini bisa menjadi refrensi dan
masukan guna memberikan wawasan lebih. Peneliti menyarankan untuk menambah
jumlah variabel dan jumlah responden agar dapat memberikan informasi terbaru.
b. Bagi pelaku UMKM di Kota Surabaya penelitian ini di harapkan dapat memberikan
gambaran bagi pelaku UMKM maupun calon pengusaha dalam mengakses jasa
layanan keuangan yang dapat dipergunakan untuk mendukung modal usaha dan
keberlangsungan usaha.
c. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan strategi ekonomi, khususnya
kebijakan yang dapat mendukung perkembangan UMKM di Kota Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Hariyatul dan Yogi Saputra. 2016. “Analisis Tingkat Literasi Keuangan”. Dalam
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 2, hlm. 235-244. Fakultas Ekonomi
Universitas Imam Bonjol Pandang.

Anggraeni, Birawani Dewi. (2015). Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Pemilik Usaha
Terhadap Pengelolaan Keuangan. Jurnal Vokasi Indonesia,Vol.3, No 1. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.

Aribawa, Dwitya. (2016). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja Dan


Keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 20. No 1.
Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogjakarya.

Safira Nindy Febriana, Muhammad Sulhan.(2021). Pengaruh Inklusi Keuangan Dan Literasi
Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Pada Masa Pandemi Covid 19 (Studi kasus pada
UMKM Kabupaten Malang). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim Malang.

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.(2022).

Bank Indonesia.(2020). Booklet Keuangan Inklusif.Departemen Pengembangan Akses


Keuangan dan UMKM.Bank Indonesia.

Bank Indonesia.(2019). “Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jawa


Timur.Triwulan I 2019”.Bank Indonesia.

Bank Indonesia.(2019). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019


Tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Bank Indonesia.

Chauvet Lisa and Jacolin Luc.(2015). Financial Inclusion and Firms Performance.HAL
archives-ouverts.

Chen, Haiyang & Volpe, Ronald P. (1998). An Analysis of Personal Financial Literacy
Among College Students. Financial Services Review 7(2): 107-128.
Dahmen, Pearl and Rodriguez Elieen. (2014).Financial Literacy and the Success of Small
Businesses: An Observation from a Small Business Development Center.Numeracy,
Advancing Education in Quantitative Literacy. Vol. 7 : Iss. 1 , Article 3.

Deni Sandi Setiawan. (2020). Pengaruh Pilar Strategi Inklusi Keuangan Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kabupaten Aceh Tamiang. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa

Kaplan, Robert S dan Norton, David P. (2005). The balanced scorecard - Measures that drive
performance. Harvard Business Review. 83(7). 172.

Latifiana Dwi. (2017).Studi Literasi Keuangan Pengelola Usaha Kecil Menengah


(UKM).Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Mabyakto, Galang. (2017). Analisis tingkat literasi keuangan mahasiswa.Skripsi Fakultas


Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Manurung, Jonni dan Adler HaymansManurung (2009). Ekonomi Keuangan & Kebijakan
Moneter. Jakarta: Salemba Empat.

Nengsih, Nonia. (2018). Peran Perbankan Syariah Dalam Mengimplikasikan Keuangan


Inklusif Di Indonesia. Jurnal Ekonomi. Volume 14. No 2. Hal 221-240. Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nofianti, Henny.(2019). Dampak Pembiayaan Umkm Oleh Bank Perkreditan Rakyat Di Bali
Terhadap Kinerja Umkm.Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Bali, Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan. (2017). “Survei Nasional Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan
2017”.

Otoritas Jasa Keuangan. (2017). “Strategi Nasional Literasi Keuangan Nasional”. Jakarta.

Ratnawati. (2016). Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Literasi Keuanagan, Sustainability


Usaha Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Manajemen UKM. Jurnal Ilmiah.Vol
24. No 2. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wisnuwardhana Malang.

Setyani, Irmawati. (2018). Model Inklusi Keuangan Pada UMKM Berbasis Pedesaan.Jurnal
Of Economics and Policy.Vol 2. Hal 1-11. Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah.

World Bank. (2019). Fintech And Financial Inclusion. World Bank Group.

Anda mungkin juga menyukai