Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok No.

07 Tahun 2010 tentang


Pembayaram dan Pelaporan Pajak Restoran dan Pajak Hiburan melalui Sistem
Elektronik
1
Rudi Supardo
2
Dr. Hasan Rachmany Ak, M.A
rudy_smg1106@yahoo.co.id
Abstrak/Abstract
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan di Kota Depok merupakan salah satu pajak daerah yang
memiliki potensi besar. Melihat potensi tersebut BKD Kota Depok menyediakan sarana penunjang
berupa sistem aplikasi elektronik e-SPTPD untuk memudahkan wajib pajak restoran dan hiburan
dalam melakukan pelaporan dan pembayaran pajak terutang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui prosedur pelaporan dan pembayaran pajak restoran dan pajak hiburan melalui e-SPTPD.
Maksud pengaturan pembayaran dan pelaporan transaksi usaha restoran dan hiburan melalui sistem
elektronik adalah untuk meningkatkan pengawasan dalam rangka pemantauan dan penghitungan objek
pajak secara nyata. Adapun tujuan pengaturan pembayaran dan pelaporan transaksi usaha restoran dan
hiburan sebagiamana dimaksud, dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas laporan
penerimaan pajak restoran dan pajak hiburan dari wajib pajak. Metode analisis data yang digunakan
yaitu metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan prosedur pelaporan
pajak terutang dilakukan dengan mengakses web e-SPTPD Kota Depok. Dalam rangka pelaksanaan
sistem elektronik pembayaran pajak restoran dan pajak hiburan, tempat usaha dipasang alat perekam
data transaksi usaha. Pelaksanaan sistem elektronik dilakukan dengan bekerja sama antara Pemerintah
Kota Depok dengan bank yang ditunjuk. Adapun Bank yang ditunjuk tersebut yakni Bank Rakyat
Indonesia (BRI). Prosedur pembayaran pajak terutang dilakukan dengan mencetak slip bayar berupa
nomor bayar yang selanjutnya digunakan untuk melakukan pembayaran pajak terutang.

Kata Kunci: Pajak Restoran, Pajak Hiburan, e-SPTPD

1 Pendahuluan
Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya
pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas kepada tingkat bawahnya secara hirarkis.
Melalui wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil
inisiatif dan mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Pemberian kesempatan kepada Pemerintah daerah untuk
melaksanakan otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah. Namun pemberian
otonom kepada daerah ini pada orde baru menyimpang dari undang-undang tersebut. Tumbangnya
Orde Baru, yang kemudian ditandai dengan masuknya Indonesia pada Era Reformasi dimana
reformasi total ini memberi dampak pada pergeseran paradigma sistem pemerintahan dari
sentralisme ke arah sistem yang desentralisme.
Pembangunan nasional merupakan bentuk dari integrasi dari pembangunan- pembangunan
yang terjadi pada masing-masing daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota.
Pendanaan pembangunan di tingkat daerah tidak terlepas dari Pendapatan Asli Daerah. Menurut
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD
yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Menurut Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari hasil
pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain PAD
yang sah.

1
Salah satu unsur dari PAD yaitu Pajak Daerah. Menurut Undang-Undang nomor 28 tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yag bersifat memaksa berdasarkan undang- undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah Kota Depok melakukan peningkatkan
pendapatan pajak daerah di semua objek pajak, dimana objek pajak yang memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Cara Pemungutan pajak daerah tersebut
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 2010 tentang jenis pajak daerah yang dipungut
berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak Pertama melalui
penetapan Kepala Daerah dan kedua dihitung serta dibayar sendiri secara manual oleh Wajib Pajak.
Adapun jenis Pajak Daerah yang termasuk dalam kategori kedua (penetapan pajak dan laporan
transaksi usahanya dihitung sendiri oleh wajib pajak) adalah Pajak Restoran dan Pajak Hiburan,
kondisi penghitungan dan pembayaran pajak yang seperti ini menyebabkan kurang transparannya
nilai setoran pajak Restoran dan Hiburan yang dibayarkan ke Kas Daerah dan pada akhirnya
realisasi Pendapatan Daerah menjadi tidak optimal, Menurut Gunadi (dalam Haula Rosdiana dan
Edi Slamet Irianto, 2013).
Realitanya Potensi Pajak Restoran dan Pajak Hiburan belum tergali secara maksimal, Hal
ini disebabkan tidak patuhnya wajib pajak dan dalam pelaksanaan, seperti setoran pajak restoran
dan pajak hiburan dari wajib pajak tidak transparan sehingga realisasi pendapatan Pajak Restoran
dan Pajak Hiburan masih lebih rendah dari potensinya, dapat dilihat realisasi dari Tahun 2015-2017
tentang Potensi dan Realisasi Pajak Restoran dan Pajak Hiburan di Kota Depok.
Sehingga pada tahun 2016, Pemerintah Kota Depok meluncurkan metode pengoptimalan
pendapatan daerah melalui sektor pajak dengan sistem online. Namun dalam kenyataannya
penggunaan sistem pajak online (pajak elektronik) di Kota Depok belum menunjukan hasil yang
signifikan walaupun di jaman teknologi canggih yang tersedia sekarang ini seharusnya bisa menjadi
sarana peningkatan sistem pemungutan dan informasi pajak. Hal tersebut dikarenakan Sumber
Daya Manusia dalam hal ini aparatur pemungut pajak masih belum mumpuni dalam menggunakan
teknologi.
2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan metode penelitian ini
digunakan untuk mengetahui fenomena implementasi Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 tahun
2010 tentang Tentang Pembayaran dan Pelaporan Pajak Restoran dan Pajak Hiburan Melalui Sistem
Elektronik. Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang reliabel,
akurat, dan relevan didapatkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka.
Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dimana data primer diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
narasumber mengenai implementasi Peraturan Wali Kota Depok No.07 tahun 2010 tentang Tentang
Pembayaran dan Pelaporan Pajak Restoran dan Pajak Hiburan Melalui Sistem Elektronik dan data
sekunder dimana data sekunder diperoleh dari studi pustaka atau bahan informasi lain yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, baik dari tinjauan pustaka maupun dokumen –
dokumen.

Komponen dalam analisis data / interactive data

2
3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok No.07 Tahun 2010


Evaluasi merupakan tahapan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan berbentuk Undang-Undang, Peraturan-Peraturan,
ataupun keputusan. Perlu diketahui bahwa evaluasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat
penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara
keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan.
Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok No.07 Tahun 2010 ini secara umum mengenai
pengelolaan pajak daerah khususnya pada pajak hiburan dan restoran. Proyek e-tax ini merupakan
penjabaran dari program kerja Bidang Pendapatan BAPENDA Kota Depok yang ditujukan untuk
mengatasi masalah rendahnya penerimaan pajak daerah akibat penggunaan sistem pemungutan
pajak secara manual. Adapun wajib pajak yang dimaksud yaitu pengusaha restoran dan pengusaha
hiburan. Kategori pajak hiburan yakni a) tontonan film, b) diskotik, karaoke, klab malam dan
sejenisnya, c) permainan bilyar, golf, gowling, d) permainan ketangkasan, dan e) panti pijat,
refleksi mandi uap /spa dan pusat kebugaran. Wajib pajak yang dimaksud mempunyai ketentuan
bahwa yang wajib melaksanakan pembayaran pajak melalui sistem elektronik adalah wajib pajak
yang usahanya beromzet paling sedikit Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) pertahun.

3.2. Maksud Dan Tujuan Pelaksanaan Peraturan Daerah kota Depok No.07 Tahun 2010
Maksud pengaturan pembayaran dan pelaporan transaksi usaha restoran dan hiburan melalui
sistem elektronik adalah untuk meningkatkan pengawasan dalam rangka pemantauan dan
penghitungan objek pajak secara nyata. Adapun tujuan pengaturan pembayaran dan pelaporan
transaksi usaha restoran dan hiburan sebagiamana dimaksud, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas laporan penerimaan pajak restoran dan pajak hiburan dari wajib
pajak.
Berdasarkan peraturan (Peraturan daerah) telah jelas bahwa tujuan dalam pembayaran
sistem online ini dalam rangka untuk meningkatkan APBD Kota Depok, dengan cara transparantif,
akuntabel dan prosedur yang sederhana. Disamping itu guna meningkatkan para pelaku usaha
agar meningkatkan kesadaran pajaknya. (wawancara dengan staf Bapenda, 13 April 2019).
Hasil wawancara di atas menggambarkan tanggapan dari staf Bapenda Kota Depok
mengenai maksud dan tujuan pelaksaan Peraturan Daerah kota Depok No.07 Tahun 2010.
Narasumber berpendapat bahwa tujuan utama dalam pelaksanaan Peraturan daerah tersebut yakni
untuk meningkatkan PAD Kota Depok dengan cara transparantif dan akuntabel. Hal ini menjadi
jawaban dari Pemerintah Kota Depok mengenai pentingnya pola pengelolaan aset daerah dengan
metode atau strategi yang berkembang sesuai dengan perubahan jaman serta peningkatan sistem
teknologi informasi. Pelaksanaan pungutan pajak daerah di Kota Depok ini juga melibatkan pihak
lain, yakni Bank BRI Kanca Depok. Berikut hasil wawancara dengan salah satu stafnya.
Dalam tujuan awalnya jelas, yakni membantu atau bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Depok dalam melaksanakan mekanisme pembayaran pajak daerah secara online. Pada awalnya
memang masih terbatas pada pembayaran dan pelaporan pajak restoran dan hiburan saja. Namun
sekedar informasi bahwa sistem pembayaran dan pelaporan pajak daerah ini tidak hanya pada
pajak restoran dan pajak hiburan saja, namun juga sampai pada pajak retribusi daerah lainnya
seperti parkir. (wawancara dengan staf divisi sentra operasi Bank BRI Depok, 14 April 2019)
Informan di atas beranggapan bahwa peran BRI merupakan rekan kerja atau mitra
operasional pelaksanaan pungutan pajak daerah secara online, khususnya mengenai pajak restoran
dan pajak hiburan di Kota Depok. Dan informasi dari narasumber di atas menunjukkan bahwa
dalam perkembangannya, pajak daerah yang metode pembayaran dan pelaporan dilakukan melalui
sistem elektronik atau online untuk saat ini tidak hanya pada pajak restoran dan pajak hiburan saja.
Namun juga sudah merambah ke sektor pajak lainnya seperti retribusi parkir. Kondisi demikian
menunjukkan adanya indikasi yang baik mengenai pelaksanaan pungutan pajak daerah secara

3
online di Kota Depok.

Pemahaman mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No.
07 Tahun 2010 telah dimiliki dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait secara langsung. Bapenda
sebagai institusi yang berwenang dan berkewajiban mengelola aset daerah telah mampu
menerjemahkan maksud dan tujuan perundangan-undangan. Bank BRI sebagai mitra operator
pelaksana juga telah memiliki pemahaman yang selaras dengan pihak Bapenda Kota Depok. Serta
para wajib pajak meliputi pelaku usaha di bidang restoran dan hiburan yang secara sadar telah
memiliki pemahaman yang baik pula mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Depok No. 07 Tahun 2010 mengenai pembayaran dan pelaporan pajak restoran dan pajak
hiburan melalui sistem elektronik. Hal ini demikian menjadi modal dasar pelaksanaan kebijakan
akan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan. Pada penjelasan berikutnya
mengenai ruang lingkup pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010.

3.3. Ruang Lingkup Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010
Dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010 ada batasan-batasan
yang tertuang dalam ruang lingkup sesuai perundang undangan yang berlaku. Adapun ruang lingkup
peraturan daerah kota Depok No. 07 Tahun 2010 ini adalah pembayaran dan pelaporan pajak
restoran dan pajak hiburan melalui sistem elektronik.
Ruang lingkup implementasi peraturan daerah Kota No. 07 tahun 2010 Kota Depok ini yakni
mengenai pembayaran dan pelaporan pajak restoran dan pajak hiburan melalui sistem elektronik.
Artinya wajib atau objek pajak yang dimaksud yaitu pelaku usaha di bidang restoran dan hiburan,
dengan ketentuan yang tertentu. (wawancara dengan staf Bapenda, 15 Mei 2022).
Menurut hasil wawancara di atas memberikan informasi bahwa yang dimaksud ruang lingkup
pelaksanaan Peraturan daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010 diantaranya meliputi Bapenda, Bank
BRI serta para objek pajak. Objek pajak yang dimaksud yaitu para pelaku usaha di bidang restoran
dan hiburan yang memiliki karakteristik tertentu untuk wajib melakukan pembayaran dan pelaporan
pajaknya melalui sistem elektronik sesuai mekanisme yang berlaku. Hal yang selaras juga
disampaikan oleh narasumber berikut.
Ada beberapa pihak yang menurut kami dapat dikategorikan pada ruang lingkup kebijakan
ini. Tentunya ada pihak Pemerintah Kota Depok, melalui Bapenda. para objek pajak yang diatur
dalam perundang-undangan. Serta kami pihak ketiga sebagai partner operator pelaksanaan
pembayaran sistem online pajak daerah. (wawancara dengan staf divisi sentra operasi Bank BRI
Depok 18 Mei 2022).
Informan di atas berpendapat mengenai ruang lingkup pelaksanaan Perarturan Daerah Kota
Depok No. 07 Tahun 2010. Yang menyatakan bahwa Pemerintah Kota Depok melalui kewenangan
Bapenda merupakan ruang lingkup utama dalam pelaksanaan aturan pembayaran dan pelaporan
pajak daerah melalui sistem elekronik ini. Adapun peran Bank BRI yakni sebagai mitra operator
pelaksanaannya.

3.4. Pembayaran sesuai petunjuk Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010
Mekanisme atau tata cara pembayaran pajak restoran dan pajak hiburan secara elektronik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam rangka pelaksanaan sistem elektronik pembayaran
pajak restoran dan pajak hiburan, tempat usaha dipasang alat perekam data transaksi usaha.
Pelaksanaan sistem elektronik dilakukan dengan bekerja sama antara Pemerintah Kota Depok
dengan bank yang ditunjuk. Adapun Bank yang ditunjuk tersebut yakni Bank Rakyat Indonesia
(BRI). Berikut hasil wawancara dengan salah satu staf Bapenda Kota Depok.
Mekanisme pembayaran pajak dilakukan secara online sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
Jumlah pajak yang dibayarkan telah tercantum dalam sistem aplikasi online, sehingga dapat
dibayarkan secara langsung melalui akun rekening bank. (wawancara dengan staf Bapenda, 19 Mei
2019).
Narasumber di atas berpendapat bahwa pembayaran pajak restoran dan pajak hiburan di Kota
Depok dilakukan secara online sesuai dengan petunjuk pelaksanaan. Besarnya pajak yang wajib
dibayarkan sesuai dengan informasi pada sistem aplikasi online. Hal ini tentunya akan

4
mempermudah proses pembayaran bagi para wajib pajak.
Secara sederhana mekanisme pembayaran pajak daerah secara online, dilakukan melalui
akun rekening dari masing-masing wajib pajak. Wajib pajak yang termasuk dalam kriteria wajib
membayar secara online, akan mentransfer beban pajak sesuai perhitungan yang telah ditentukan.
Atau proses pembayaran dapat dilakukan dengan cara autodebet. Dengan catatan bahwa rekening
yang dimiliki wajib pajak memiliki saldo minimal sebesar beban pajak tertanggung bulan tersebut.
(wawancara dengan staf divisi sentra operasi Bank BRI Depok, 2 Juni 2022).
Mekanisme pembayaran pajak daerah yang disampaikan oleh narasumber di atas dijelaskan
bahwa pajak dapat dilunasi melalui akun rekening dari masing-masing wajib pajak. Wajib pajak
yang termasuk dalam kriteria wajib membayar secara online, akan mentransfer beban pajak sesuai
perhitungan yang telah ditentukan. Atau proses pembayaran dapat dilakukan dengan cara autodebet.

3.5. Pelaporan Pajak sesuai Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010
Mekanisme pelaporan pajak sesuai perundang-undangan ditentukan bahwa setiap wajib pajak
wajib mengisi e-SPTPD paling lambat tanggal sepuluh bulan berikutnya. e-SPTPD wajib diisi
dengan benar, jelas dan lengkap. Prosedur pelaporan pun juga harus dipahami dengan baik oleh para
pelaksana kebijakan. Berikut hasil wawancara dengan beberapa narasumber dalam penelitian ini.
Sistem aplikasi yang berintegrasi ke server bank dan bank data Bapenda akan mengaudit
secara online pelaporan pendapatan masing-masing wajib pajak. Adapun laporan secara tertulis
dapat dilakukan setelah pelunasan pajak secara online. (wawancara dengan staf Bapenda, 6 Juni
2022).
Ada dua macam pelaporan berdasar pada penjelasan hasil wawancara di atas. Yakni pelaporan
secara online serta pelaporan secara manual. Pelaporan secara online secara langsung integrasi pada
sistem aplikasi yang terinstalasi pada sistem komputer masing-masing wajib pajak dan terhubung
dengan server Bapenda serta server Bank BRI. Sedangkan laporan tertulis dilakukan setelah
pelunasan pajak secara online, dengan mengisi form yang terlah disediakan.
Dalam pelaporan pajak secara online, ada kerjasama antara wajib pajak, Pemerintah Kota
Depok serta kami sebagai partner operator. Adapun mekanismenya yakni adanya instalasi aplikasi
yang terkoneksi atau terhubungan ketiga pihak di atas. (wawancara dengan staf divisi sentra
operasi Bank BRI Depok, 6 Juni 2022).
Narasumber diatas merupakan perwakilan dari pihak Bank BRI. Dalam hasil wawancaranya
memberikan penjelasan mengenai metode pelaporan pajak daerah. Pelaporan secara online dilakukan
berdasar informasi yang didapat atas sistem yang terinstalasi dan terkoneksi diantara ketiga pihak
yakni wajib pajak, Bapenda Kota Depok serta Bank BRI sebagai mitra operator pelaksana Peraturan
Darerah Kota Depok Nomor 07 tahun 2010.

3.6. Hak dan Kewajiban Objek Pajak


Objek pajak dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010 meliputi
pelaku usaha di bidang restoran dan hiburan yang memiliki pendapatan minimal 300 juta dalam
setahun. Setiap objek pajak memiliki hak dan kewajiban yang dimiliki. Berikut tanggapan
narasumber penelitian mengenai hak dan kewajiban objek pajak tersebut.
Tentunya ada beberapa hak dan kewajiban dari para wajib pajak. Dalam hal ini yakni para
pelaku usaha di bidang restoran dan hiburan. Dengan menjadi objek pajak, berkewajiban untuk
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun hak yang didapatkan salah satunya
yaitu adanya legalisasi porporasi nota penjualan atau harga tiket masuk. (wawancara dengan staf
Bapenda, 8 Juni 2022).
Menurut informan di atas yang merupakan salah satu staf dari Bapenda Kota Depok
berpendapat bahwa setiap objek pajak memang memiliki hak dan kewajibannya masing-masing
diantaranya yaitu setiap objek pajak berkewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Adapun hak yang didapatkan salah satunya yaitu adanya legalisasi porporasi nota
penjualan atau harga tiket masuk.
Kewajibannya jelas bahwa kami harus membayarkan pajak secara online sesuai dengan
besar yang dibebankan serta tenggat waktu yang diberikan. Adapun hak yang kami dapat tentunya
perijinan usaha yang disahkan oleh Pemkot, serta ketentuan tarif yang dibebankan kepada
pelanggan. (wawancara dengan wajib pajak restoran, 11 Mei 2022).

5
Informan di atas merupakan salah satu wajib pajak yang memiliki usaha di bidang restoran.
Menurutnya kewajiban yang mesti dilakukan sebagai objek pajak yakni membayarkan beban pajak
sesuai dengan nominal serta tenggat waktu yang telah ditentukan. Adapun hak yang didapat menurut
sepengetahuan informan tersebut yakni adanya perijinan yang sah dari Pemerintah Kota Depok
dalam menjalankan usahanya.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010 diatur mengenai hak dan
kewajibannya. Hak wajib pajak diantaranya adalah :
a. Memperoleh pembebasan dari kewajiban porporasi/legalisasi bon penjualan (bill), harga tanda
masuk / karcis.
b. Memperoleh pembebasan dari kewajiban menyampaikan
• laporan penerimaan bulanan
• SSPD dan SPTPD manual
c. Memperoleh kesempatan melakukan konfirmasi dan koreksi (pembetulan) atas e-SPTPD.
d. Memperoleh jaminan kerahasiaan atas data transaksi usaha
e. Memperoleh kemudahan fasilitas lainnya sesuai kebijakan bank Bapenda berhak :
• Mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan sistem elektronik
• Mendapatkan rekapitulasi data wajib pajak yang melakukan sistem elektronik dari bank
• Mendapatkan rekapitulasi laporan data pembayaran pajak untuk masing-masing jenis pajak
dari bank
• Mendapatkan laporan rincian data transaksi usaha untuk masing-masing wajib pajak per jenis
pajak
• Memonitor data transaksi usaha dan pajak yang terutang melalui cash management system dan
bank.

3.7. Sanksi atas pelanggaran pelaksanaaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010
Dalam setiap pelaksanaan peraturan tidak menutup kemungkinan adanya pelanggaran-
pelanggaran dari berbagai pihak. Sanksi atas pelanggaran yang dilakukan tentunya juga sudah
tertuang didalamnya. Sedangkan pelaksanaannya sesuai dengan pemahaman masing-masing
pelaksana sesuai dengan tugasnya.
Wajib pajak yang tidak bersedia melaksanakan sistem elektronik, dikenakan sanksi penutupan
dan pencabutan perijinan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diberikan oleh Walikota
berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan di tempat atau alat bukti lain yang dapat
dipertanggungjawabkan
b. Dalam jangka waktu tujuh hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat
lain yang sejenis, Wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban melaksanakan sistem elektronik
maka diterbitkan Surat Paksa
c. Apabila wajib pajak tidak melaksanakan sistem elektronik dalam jangka waktu 2 x 24 jam
sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Walikota atau pejabat yang ditunjuk segera
menerbitkan Surat Perintah Penutupan Tempat Usaha.

4. Kesimpulan
Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2010
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Depok No. 07 Tahun 2010 telah berlangsung lebih dari
2 tahun. Secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Namun belum semua wajib pajak mampu
melaksanakan pembayaran dan pelaporan secara elektronik.

Faktor Pendorong dan Penghambat Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun
2010
• Faktor Pendukung;
1. Sikap dan Kemampuan Pelaksana, yaitu adanya komitmen yang kuat dari para pelaksana
kebijakan.
2. Struktur birokrasi, meliputi ; Adanya kerjasama sponsorship BRI terhadap instalansi dan
aplikasi E-Tax serta dukungan eksekutif diwujudkan dalam bentuk MoU, SK Walikota,

6
Perwal.
• Faktor Penghambat
1. Komunikasi yaitu koordinasi yang lemah dengan wajib pajak yang memiliki sistem
transaksi terpusat (franchise), sosialisasi yang dilakukan belum tersistematis dengan baik
2. Sumber kebijakan yaitu terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
teknologi informasi dalam menguasai sistem pajak online.

Upaya Penerapan Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2010 Melalui
Sistem Elektronik
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam penerapan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07
Tahun 2010 melalui sistem elektronik yaitu dengan menggencarkan sosialisasi terhadap masyarakat
khusunya wajib pajak dalam bidang usaha restoran dan hiburan dengan cara mengundang pemilik
usaha dalam rapat Evaluasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2010 di kantor Bapenda
Kota Depok, menggencarkan sosialisasi melalui media sosial dan media offline seperti pemasangan
spanduk, pamflet serta penyebaran brosur terkait dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07
Tahun 2010.

Referensi
Abdul, Wahab Solichin. 1991. Analisis Kebijkan: dari formulasi ke implementasi kebijakan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia. Dwidjowijoto,
Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik untuk NegaraNegaraBerkembang. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Gard, G Rosend. 2011. International Journal Policy Implementation Decentralization Government.
Volume 3, Number 7.
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta : UII Press.
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta :
Gava Media.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi.Yogyakarta:Andi
Marihot Pahala Siahaan, 2010. Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta. Rajawali
pers.
Martadisastra, Ukasah. 1987. Perbandingan Administrasi Negara. Bandung: Nova
Moleong, Lexy J. M.A. 2007. Metodelogi Penelian Kualitatif Edisi Revisi Bandung : PT Remajam
Rosdakarya.
Nakues, Martines. 2013. International Journal Of Policy Decentralization In Regional Autonomy.
Volume 1, Number 11.
Nawawi, Haddari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfa Beta
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan teori dan kasus edisi 6. Jakarta: Salemba Empat
Singarimbun, Masri dan Soffian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Relika
Aditama.
Smoth, Paul. 2012. International Journal Fiscal Decentralization And Regional Autonomy In
Government. Volume 11, Number 4.
Subarsono, AG. 2005. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
W Bord, Roy 2011. International Journal Juridical Review of Decentralization and Regional
Autonomy in Process Government. Volume 7, Number 40.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Media Presindo.
Yeremias T. Keban, PhD. 2004. Enam Dimensi Strategis, Administrasi Publik, Konsep, Teori dan
Isu.Yogyakarta: Gaya Media.

Anda mungkin juga menyukai