NIM : 11021900019
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.28 Tahun 2007). Pajak merupakan alat
bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran
rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu
mengalami perubahan dari masa kemasa sesuai perkembangan masyarakat dan Negara,
baik dalam bidang kenegaraan maupun dalam bidang sosial dan ekonomi. Salah satu
pajak yang menjadi potensi sumber pendapatan negara kita yaitu Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang masuk dalam kategori Pajak Negara.
Sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilimpahkan dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor: 213/pmk.07/2010, nomor: 58 tahun 2010
tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan sebagai Pajak Daerah . Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu iuran yang
dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak, memiliki,
menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan (Rahman, 2011:41).
Yang pertama ialah sering terjadinya satu objek pajak yang memiliki dua atau
lebih SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dengan atas nama yang berbeda-beda
hal ini menyebabkan masyarakat tidak ingin membayar pajak PBB dan banyak
masyarakat yang enggan utuk mengurus ke BAPENDA dikarenakan memerlukan waktu
yang lama dan membutuhkan berkas yang banyak untuk persyaratan mengurus pajak
PBB tersebut sehingga denda atau tunggakan terus berjalan.
Yang kedua ialah sering terjadinya hilangnya objek pajak di dalam DHKP
(Daftar Himpunan Ketetapan Pajak) sedangkan pada tahun lalu objek pajak tersebut
muncul di dalam DHKP. Belum diketahui pasti mengapa objek pajak hilang di dalam
buku DHKP, dikarenakan kurangnya komunikasi antara BAPENDA dengan Kelurahan
sehingga ketika banyak masyarakat yang mengeluh kepada petugas pajak di Kelurahan,
pihak petugas Pajak di Kelurahan tidak bisa menjelaskan dan langsung mengarahkan
untuk melapor ke BAPENDA langsung.
Yang ketiga sering terjadinya data yang tidak sinkron pada pembayaran ketika
masyarakat telah membayar tunggakan pada tahun sebelumnya namun muncul kembali
pada tahun selanjutnya. Seringkali masyarakat mengeluhkan hal ini karena mereka
merasa dirugikan oleh pemerintah, banyak masyarakat yang mengadu kepada petugas
pajak di Kelurahan mengapa tunggakan dan denda yang mereka sudah bayarkan muncul
kembali di dalam SPPT sedangkan mereka sudah membayar melalui satu bank yang
ditunjuk untuk pembayaran PBB oleh pemerintah hal ini lah yang membuat masyarakat
enggan untuk membayara tunggakan pajak PBB mereka.
Yang keempat sering terjadinya data pembayaran yang tidak sinkron antara
bank BJB dengan BAPENDA (Badan Pendapatan Daerah ). Hal ini sering terjadi ketika
wajib pajak ingin membayar pajak ternyata pajak tersebut sudah dibayarkan. Hal sering
terjadi dirasakan oleh masyarakat dan petugas pajak karena ketika ingin membayar ke
salah satu bank pemerintah ternyata pajak tersebut sudah berstatus dibayar, sedangkan
setelah dikonfirmasi kepada keluarga wajib pajak mereka tidak ada yang merasa sudah
membayar pajak tersebut.
1. Masyarakat merasa system pemerintah yang kurang optimal dalam penanganan Pajak
Bumi dan Bangunan
3. Banyak wajib pajak yang merasa bahwa pajak merupakan beban untuk mereka
4. Petugas pajak di Kelurahan merasa permasalahan yang terjadi bisa menghambat proses
pembayaran pajak
6. Wajib pajak dan petugas pajak berharap setiap tahun tidak ada lagi permasalahan yang
merugikan
1. Bagaimana cara meningkatkan kembali kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak
dengan patuh
1. Untuk mengetahui permasalahan yang sering terjadi dimasyarakat tentang pajak bumi dan
banunan
2. Untuk memberikan solusi tentang permasalahan yang sering terjadi setiap tahunnya
3. Untuk mencari tahu strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan presentase
perolehan pajak setiap tahunnya
4. Untuk mengetahui system data pemerintah agar menjadi evaluasi untuk tidak terjadi
permaslahan data terus-menerus
Pajak
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat
ditunjuk;
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah.
Fungsi Pajak
Mardiasmo (2011:1-2) menyatakan bahwa fungsi pajak terdiri dari dua fungsi, yaitu
sebagai berikut.
Sistem Pemungutan
Ilyas dan Burton (2008:29) mengungkapkan jenis pajak dapat digolongkan dalam 3
(tiga) golongan yaitu sebagai berikut.
1. Menurut Sifatnya
a. Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang
pada waktu-waktu tertentu.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada
orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu
saja.
2. Menurut Sasaran/Objeknya
a. Pajak pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
b. Pajak daerah, jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan dimasukkan
sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Konsep Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan. Pengertian Bumi adalah seluruh
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa ± rawa, tambak, perairan) serta laut
Republik Indonesia. Pengertian bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.(Siahaan, 2010:553).
1. Yang menjadi obyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan.
2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi
dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk
memudahkan perhitungan pajak yang terhutang.
Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan
Mardiasmo (2011:316) mendeskripsikan subjek PBB adalah orang atau badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Setiap wajb pajak harus ada suatu kesadaran akan pentingnya pemenuhan kewajiban
yang menjadi tanggung jawab dari masing ± masing pihak. Hal ini dimaksudkan agar
roda pemerintahan dapat berlangsung lancar demi kepentingan masyarakat, bangsa
dan Negara sehingga cita ± cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang ± Undang Dasar 1945 dapat terpenuhi dan direalisasikan.
Setiap masyarakat terutama para wajib pajak harus sadar betul tentang pentingnya
membayar pajak, bahwa pajak yang dikeluarkan bukan semata ± mata untuk
kepentingan pemerintah dan untuk menguntungkan pemerintah tetapi lebih dari pada
itu untuk mengutamakan kepentingan rakyat. Kita harus menyadari bahwa salah satu
pendapatan pemerintah untuk membiayai sarana dan fasilitas umum yang
memperlancar jalannya aktivitas masyarakat serta pembangunan yang semakin
berkembang, diserap dari sektor pajak.
Seorang wajib pajak tentunya harus menyadari tentang kewajiban kita tanpa harus
diingatkan. Kesadaran tersebut seharusnya timbul dari pengamatan kita terhadap
perkembangan Negara dan sebagai imbalan atas perlindungan serta segala hak ± hak
yang diberikan Negara oleh kita. Seperti yang dapat kita lihat saat ini, banyak
bangunan dimana ± mana, fasilitas umum serta sarana dan prasarana yang terus
mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal itu tidak akan terus terlaksana dengan
baik jika kita sebagai warga negaranya acuh tak acuh dan tidak mempunyai rasa
memiliki karena semua peningkatan tersebut membutuhkan pembiayaan yang tidak
sedikit dan kita harus menyadari akan kewajiban kita yang salah satunya adalah sadar
dan bertanggung jawab serta bekerja sama dengan pemerintah untuk menyerahkan
yang menjadi hak daerah yaitu dengan membayar pajak yang diatur oleh Undang ±
Undang yang berlaku.
Sosialisasi merupakan salah satu cara atau alat yang dapat digunakan untuk
mengguggah dan memberikan pengetahuan kepada para wajib pajak tentang Peraturan,
Tata Cara Perpajakan, Prosedur, serta waktu pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Adanya sosialisasi perlu dilakukan untuk menggugah kepatuhan dan kesadaran para
wajib pajak untuk patuh akan kewajibannya dalam membayar pajak. Demi terciptanya
pembangunan nasional yang merata dan berkesinambungan.
Pembangunan yang semakin baik yang tentunya diharapkan akan berdampak pada
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Sebagai salah satu sumber penerimaan
yang cukup potensial, pemerintah kelurahan Kalodran juga telah melakukan beberapa
strategi untuk meningkatkan penerimaan PBB. Dengan demikian, kontribusi PBB
terhadap pendapatan asli daerah dapat terus meningkat. Sampai saat ini strategi yang
telah dilakukan oleh kelurahan Kalodran untuk meningkatkan penerimaan PBB antara
lain:
3. Kepala kelurahan Kalodran melakukan kejar target kepada wajib pajak yang
memiliki tanah di kelurahan Kalodran, tetapi tidak beralamat di lingkungan kelurahan
Kalodran.
Pada sisi yang lain, kita juga dapat mengetahui adanya faktor internal yang dimiliki dan
faktor eksternal yang dihadapi oleh kelurahan Kalodran. Faktor internal yaitu
kelemahan dan kekuatan serta faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Kedua
faktor tersebut dianalisis menggunakan analisis SWOT dan kemudian ditemukannya
alternatif strategi untuk dapat meningkatkan penerimaan PBB serta secara langsung
meningkatkan pelayanan. Jadi rekomendasi alternatif strategi yaitu strategi pelayanan
door to door, strategi pembinaan dan pembinaan SDM, strategi administratif, dan
strategi pengkolektifan. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi strategi
peningkatan penerimaan PBB adalah tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak. Tingkat kesadaran masyarakat ini biasanya berkaitan dengan tingkat pendidikan
masyarakat semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat disuatu daerah biasanya
berbanding lurus dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat. Hal ini
dikarenakan masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi tentunya memiliki
pemahaman tentang arti pentingnya pajak dalam pembangunan. Dengan demikian,
masyarakat sebagai taxpayer akan dengan sukarela membayar pajak yang sudah
menjadi kewajiban mereka. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak
petugas pajak kelurahan Kalodran dan wajib pajak dalam mengatasi hal tersebut.
seperti belum menerima SPPT dari kelurahan atau sedang sibuk/ tidak ditempat
Kondisi orang yang berbeda-beda terkadang menyulitkan petugas pemungut dalam
melakukan tugasnya. Belum tentu hari yang ditetapkan petugas dan
kelurahan sebagai hari pembayaran merupakan hari kosong bagi wajib pajak.
Terkadang pada saat itu mereka sedang sibuk dengan pekerjaan atau berada diluar
kota. Ada juga wajib pajak yang belum menerima SPPT dari kelurahan sampai
tanggal pembayaran karena wajib pajak tersebut baru saja kembali dari luar kota
dan petugas kelurahan belum sempat menyampaikan lagi kepada wajib pajak
sehingga SPPT tersebut belum sampai ke tangan wajib pajak yang bersangkutan.
Selain itu wajib pajak cenderung menunda membayar sampai tanggal jatuh tempo.
Dalam penagihan
Ada kalanya terkadang wajib pajak belum mempunyai uang untuk membayar pajaknya
pada hari yang telah ditetapkan. Untuk menghindari petugas penagih mereka seringkali
beralasan tidak berada ditempat atau sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Namun ada
juga wajib pajak yang benar-benar tidak berada ditempat pada waktu pembayaran
sehingga petugas tidak dapat menagih saat itu juga dan harus ditunda sampai wajib
Jika wajib pajak mempunyai tunggakan dalam waktu yang cukup lama dan jumlahnya
mencapai jutaan rupah biasanya mereka membayar untuk 2 atau 3 tahun dulu dan
membayar setengah dari jumlah keseluruhan tunggakan dengan alasan dana yang
tersedia saat itu hanya cukup untuk membayar setengahnya saja. Tentunya hal seperti
ini akan berpengaruh pada penerimaan pajak tahun yang bersangkutan.
Kurangnya jumlah petugas pemungut dan juru sita pajak yang dimiliki kota Surakarta
ini juga menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan penagihan pajak. Banyaknya
petugas yang sudah memasuki masa pensiun dan belum adanya petugas pengganti
menjadikan petugas yang ada harus bekerja lebih keras untuk menyelesaikan tugas
yang menjadi tanggung jawab mereka. Dengan jumlah petugas yang kurang memadai
sementara tugas yang harus diselesaikan cukup menyita waktu dan pikiran kinerja dari
Terkadang sanksi yang diterapkan dalam Undang-undang dinilai terlalu berat dan
bersifat memaksa apabila diterapkan sepenuhnya kepada wajib pajak. Oleh karena itu
petugas juga kadang-kadang merasa tidak tega untuk menindak wajib pajak yang tidak
menyelesaikan kewajiban pajaknya sesuai sanksi yang berlaku namun hal seperti inilah
yang justru menjadikan wajib pajak merasa dibebaskan dari hukuman yang seharusnya
mereka terima dan bukannya sadar mereka malah menjadi-jadi kelakuan buruknya yaitu
1. Yang pertama ialah sering terjadinya satu objek pajak yang memiliki dua atau lebih
SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dengan atas nama yang berbeda-beda hal
ini menyebabkan masyarakat tidak ingin membayar pajak PBB dan banyak masyarakat
yang enggan utuk mengurus ke BAPENDA dikarenakan memerlukan waktu yang lama
dan membutuhkan berkas yang banyak untuk persyaratan mengurus pajak PBB tersebut
sehingga denda atau tunggakan terus berjalan.
2. Yang kedua ialah sering terjadinya hilangnya objek pajak di dalam DHKP (Daftar
Himpunan Ketetapan Pajak) sedangkan pada tahun lalu objek pajak tersebut muncul di
dalam DHKP. Belum diketahui pasti mengapa objek pajak hilang di dalam buku DHKP,
dikarenakan kurangnya komunikasi antara BAPENDA dengan Kelurahan sehingga
ketika banyak masyarakat yang mengeluh kepada petugas pajak di Kelurahan, pihak
petugas Pajak di Kelurahan tidak bisa menjelaskan dan langsung mengarahkan untuk
melapor ke BAPENDAlangsung.
3. Yang ketiga sering terjadinya data yang tidak sinkron pada pembayaran ketika
masyarakat telah membayar tunggakan pada tahun sebelumnya namun muncul kembali
pada tahun selanjutnya. Seringkali masyarakat mengeluhkan hal ini karena mereka
merasa dirugikan oleh pemerintah, banyak masyarakat yang mengadu kepada petugas
pajak di Kelurahan mengapa tunggakan dan denda yang mereka sudah bayarkan muncul
kembali di dalam SPPT sedangkan mereka sudah membayar melalui satu bank yang
ditunjuk untuk pembayaran PBB oleh pemerintah hal ini lah yang membuat masyarakat
enggan untuk membayara tunggakan pajak PBB mereka.
4. Yang keempat sering terjadinya data pembayaran yang tidak sinkron antara bank BJB
dengan BAPENDA (Badan Pendapatan Daerah ). Hal ini sering terjadi ketika wajib pajak
ingin membayar pajak ternyata pajak tersebut sudah dibayarkan. Hal sering terjadi
dirasakan oleh masyarakat dan petugas pajak karena ketika ingin membayar ke salah satu
bank pemerintah ternyata pajak tersebut sudah berstatus dibayar, sedangkan setelah
dikonfirmasi kepada keluarga wajib pajak mereka tidak ada yang merasa sudah
membayar pajak tersebut.
2.2 Kerangka Berfikir
permasalahan
H1
pbb (X1)
Strategi H2
(X2) Pajak bumi dan bangunan
(Y)
H3
Solusi
(X3)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dilihat dari sejarahnya sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dilimpahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota sesuai dengan Peraturan
Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor: 213/pmk.07/2010,
nomor: 58 tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah . Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu
iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak,
memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan (Rahman,
2011:41).
Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Kalodran dan diambil dari berbagai keluhan
yang disampaikan oleh masyarakat kepada petugas pajak Kelurahan Kalodran, sehingga
mendapatkan data-data secara langsung dari masyarakat.
Metode kualitatif lebih mengutamakan pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi
makna dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat
terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan.
Perhatian ketika seorang peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif akan lebih
fokus tertuju pada elemen manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau interaksi di
antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya memahami suatu peristiwa, perilaku, atau
fenomena.
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah data relevan yang di
dapat dari keluhan dari masyarakat tentang pendataan pajak bumi dan bangunan yang kurang
3.4.2. Populasi
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2019:118), pemeliharaan sampel dilakukan berdasarkan metode
purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan periode penelitian berdasarkan
kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel atas
pertimbangan tertentu dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dengan tujuan
mendapatkan sampel yang representative, adapun sampel pada penelitian ini menggunakan
data secara langsung yang diambil dari keluhan-keluhan masyarakat.