Anda di halaman 1dari 42

1

1. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 15 September 2009, telah disahkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan berlaku secara efektif pada tanggal 1
Januari 2010. Latar belakang pembentukan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 (UU 28/2009) antara lain untuk memberikan kewenangan
yang lebih besar kepada daerah dalam mengatur pajak daerah dan retribusi
daerah, meningkatkan akuntabilitas dalam penyediaan layanan dan
pemerintahan, memperkuat otonomi daerah, serta memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat dan dunia usaha.Hal yang paling fundamental
dalam UU 28/2009 adalah dialihkannya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak daerah. Pada awalnya PBB-P2
merupakan pajak yang proses administrasinya dilakukan oleh pemerintah
pusat sedangkan seluruh penerimaannya dibagikan ke daerah dengan
proporsi tertentu. Namun, guna meningkatkan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, khususnya dari penerimaan PBB, maka paling lambat
tanggal 1 Januari 2014 seluruh proses pengelolaan PBB-P2 akan dilakukan
oleh pemda.Sedangkan, PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan masih tetap menjadi pajak pusat.
Adapun dasar pemikiran dan alasan pokok dari pengalihan PBB-P2
menjadi pajak daerah, antara lain: Pertama, berdasarkan teori, PBB-P2
lebih bersifat lokal (local origin), visibilitas, objek pajak tidak berpindah-

pindah (immobile), dan terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan
yang menikmati hasil pajak tersebut (the benefit tax-link principle).
Kedua, pengalihan PBB-P2 diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan sekaligus memperbaiki struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ketiga, untuk meningkatkan
pelayanan masyarakat (public services), akuntabilitas, dan transparansi
dalam pengelolaan PBB-P2. Keempat, berdasarkan praktek di banyak
negara, PBB-P2 atau Property Tax termasuk dalam jenis local tax.
Implementasi pengalihan PBB-P2 tersebut masih menghadapi
berbagai permasalahan antara lain data piutang, pelayanan PBB-P2 yang
belum terselesaikan, dan mekanisme restitusi PBB-P2 yang pajaknya
dibayar ketika dikelola Pemerintah Pusat, namun pemerintah Lombok
Timur Khususnya Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan asset
daerah(DPPKAD) yang bertanggung jawab atas pengelolaan pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan(PBB-P2) melakukan kebijakankebijiakan untuk meningkatkan penerimaan atas PBB-P2diantaranya
melaksanakan Pendataan dan penilaian ulang terhadap objek pajak yang
pajaknya diatas Rp.500.000, objek pajak yang belum mempunyai SPPT,
dan objek pajak yang mengalami perubahan yang signifikan, serta
penyempurnaan sistim adminstrasi dan pemungutan PBB-P2 hingga
pemberian stimulus-stimulus perpajakan.
Rencana Mentri Agraria dan Tata Ruang/badan pertahanan
nasional(BPN), untuk menghapuskan PBB-P2 yang hanya diterapkan pada
bangunan nonkomersial, masyarkat tidak mampu, dan mengajukan

keringanan kepada pemerintah daerah(PEMDA).Kementrian Agraria dan


Tata Ruangmasih mematangkan rencana penghapusan PBB bagi rumah
hunian atau masyarakat menengah kebawah, termasuk kriteria apa saja
yang akan dibebaskan dalam pembayaran PBB.Nantinya, PBB hanya
dikenakan pada objek aset berupa tanah dan bangunan komersial, seperti,
restoran, pertokoan, hotel, dan rumah kontrakan..Namun rencana tersebut
banyak menimbulkan polemik di pemerintahan daerah karena PBB-P2
yang pengelolaannya sekarang dilimpahkan kepada pemerintah daerah
PBB-P2 merupakan sumber pendapatan terbesar bagi daerah dan apabila
rencana penghapusan PBB jadi dilakukan pemerintah daerah akan
kehilangan lebih dari 50% dari pendapatan asli daerah, Tetapi pemerintah
daerah khususnya Kabupaten Lombok Timur tetap mengupayakan
kebijakan-kebijakan yang akan meningkatkan penerimaan pajak khusunya
PBB-P2.
Berdasarkan uraian diatas,maka penulis sangat tertarik untuk
mengetahui bagaimana mekanisme penghitungan dan penyetoran pajak
bumi dan bangunan prdesaan dan perkotaan serta cara untuk mengatasi
dan mengantisipasi masalah tersebut agar tidak menyebabkan kerugian
pada pendapatan asli daerah(PAD) khususnya wajib pajak serta untuk
meningkatkan kepatuhan dan kesadaran para wajib pajak dalam
melaporkan

usahanya

dan

untuk

menghindari

kesalahan

dan

penghitungan,pembayaran dan pelaporan jumlah pajak bumi dan


bangunan yang terhutang oleh wajib pajak,oleh karna itu penulis

mengangkat

judul

MEKANISME

PENGHITUNGAN

DAN

PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN(PBB) PADA


DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH(DPPKAD)KABUPATEN LOMBOK TIMUR

1.1 TUJUAN DAN MANFAAT


1.1.1 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari laporan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penghitungan dan
penyetoran pajak bumi dan bangunan(PBB) yang dilakukan oleh
dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah(DPPKAD)
kabupaten Lombok Timur.
2. Untuk memebandingkan

bagaimana

prosedur

pelaksanaan

penghitungan dan penyetoran pajak bumi dan bangunan(PBB) antara


praktik dan ketentuan undang-undang dan peraturan darah.
1.2.2. Manfaat yang bisa diambil dari laporan ini adalah:
2. Memberikan khasanah pengetahuan tentang Mekanisme
Penghitungan dan Penyetoran Pajak Bumi Dan Bangunan(PBB).

3. Menambah pemahaman tentang Mekanisme Penghitungan dan


prnyetoran Pajak Bumi Dan Bangunan.
4. Dapat Menerapkan teori atau materi yang telah diperoleh selama di
bangku kuliah, menambah wawasan, dan pengetahuan serta
pengembangan ilmu ekonomi terutama dibidang perpajakan.

2. Definis Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pengertian Pajak Menurut Beberapa Ahli:
Beberapa

para

ahli

mengemukakan

pendapatnya

tentang

pajak,diantaranya :
1. Menurut P.J.A ANDRIANI didalam Rochmat Soemitro(1992:6)
Pajak adalah iuran wajib kepada negara dan dapat dipaksakan yang
terutang oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan-

peraturan dengan tiadak mendapat prestasi kembali yang langsung


ditunjuk guna untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum yang
berhubungan dengan tugas pemerintah.
2. Menurut Soeparman Soemahamidjaja didalam bukunya Rochmat
Soemitro(1992;6)
Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hokum untuk menutup biayabiaya produksi barang-barang kolektif dalam mencapai kesejahtraan
umum.

3. Menurut Andriani,dalam bukunya Siti Resmi(2009:2)


Pajak adalah iuran pada Negara(yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan
tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk yang
gunanya untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan
dengan tugas-tugas pemerintah.
4. Sedangkan menurut Feldman,dalam bukunya Siti Resmi (2009:2)
Pajak adalah prestasi yang dipksakan sepihak oleh dan terhutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang diterapkan secara
umum),tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Iuran dari rakyat kepada negara yaitu negara yang berhak memungut.
2. Dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontrprestasi
induvidual oleh pemerintah
4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah

5. Digunakan untuk membaiyai rumah tangga negara,yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
2.1 Fungsi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak.karena hasil dan penerimaan pajak
tersebut digunakan pemerintah untuk melaksankan pembangunan bagi
kesjahtraan rakyat.Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi
yaitu:
1. Fungsi budgetair(sumber keuangan negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair,artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan untuk membiyai pengeluaran baik
pengeluaran rutin maupun pengeluran pembangunan.Sebagai sumber
keuangan negara,pemerintah berupaya memasukan uang sebanyakbanyaknya untuk kas negara.
2. Fungsi Regulerend (pengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur,artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksankan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi,serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan(Mardiasmo 2009:2)

2.2 Pengklasifikasian Pajak


Terdapat berbagai jenis pajak,yang dapat dikelompokan menjadi
tiga,yaitu menurut golongan,sifat dan lembaga pemungutnya masingmasing yaitu:

1.Menurut golongannya
Menurut golongannya,dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a.Pajak Langsung,yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain.pajak harus menjadi beban sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan.
b.Pajak

Tidak Langsung,yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.Pajak

ini

langsung

kegiatan,pristiwa,perbuatan
pajak,misalnya

terjadi

terjadi
yang

jika

terdapat

menyebabkan

penyerahan

barang

suatu

terutangnya
atau

jasa.

(Mardiasmo,2009;5)
2.Menurut Sifatnya
Pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. pajak subjektif,yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjektifnya,dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
b. pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda,keadaan,perbuatan atau pristiwa yang
mengakibatkan

timbulnya

kewajiban

membayar

pajak,tanpa

memperhatikan kadaan pribadi subjek pajak(wajib pajak) Maupun


tempat tinggal(Mardiasmo 2009:5)

3.Menurut Lembaga Pemungutanya


Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah dan
digunakan untuk membiayairumah tangga negara.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga darah.(Mardiasmo,2009:5)
2.3 Syarat pemungutan pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan,maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Pemungutan Pajak Harus Adil(Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum,yakni mencapa keadlian,undangundang

dan

pelaksaanaan

pemungutan

harus

adil.Adil

dalam

perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan


merata,serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.Sedang
adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib
pajak untuk mengajukan keberatan,penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada majlis pertimbangan pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat yuridis)

10

Di indonesia,pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.Hal


ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,baik bagi
negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan,sehingga tidak menimbulkan kelemahan
perekonomian nasyarakat.
4. Pemungutan Pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai fungsi budgetair.biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong

masyarakat

dalam

memenuhi

perpajaknnya.syarat ne sudah dipenuhi oleh

kewajiban

undamg-undang

perpajakan yang baru (Mardiasmo,2009:2)

2.4 Definisi Pajak Daerah


Pajak daerah(Mardiasmo,2009:12) adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang,yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

11

yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah


daerah dan pembangunan daerah.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah (Mardiasmo,2009) terdiri dari
empat komponen yaitu:
a. Pajak daerah berasal dari negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah
b. Penyerahan berdasarka undang-undang
c. Hasil pemungutan pajak daerah dipergunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dan membiayai pengeluaran


daerah sebagai badan hukum publik.
d. Pemungutan pajak daerah berdasarkan pada kekuatan undang-undang atau
peraturan hukum lainnya.
Pajak daerah (Mardiasmo,2009:13) dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Pajak provensi,terdiri dari:
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan.
e. Pajak Rokok
2. Pajak kabupaten/kota,terdiri dari:
a. Pajak hotal
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak MBLB(bahan galian golongan c)
g. Pajak air tanah
h. Pajak sarang burung walet
i. Pajak BPHTB
j. PBB Perdesaan-Perkotaan
2.5 Penadaptan Asli Daerah (PAD)

12

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah


dan dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan ,yang
meliputi:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil pengelolaaan kekayaan yang dipisahkan ,antara lain bagian
laba dari badan usaha milik negara(BUMN)
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2.6. Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan-Perdesaan (PBB-P2)
2.6.1 Definisi Pajak Bumi Dan Bangunan PerkotaanPerdesaan(PBB-P2)
Pajak Bumi Dan Bangunan Perkotaan-Perdesaan adalah
pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan
atau dimanfaatkan oleh orang pribadi dan atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
1. Bumi
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang
ada dibawahnya.Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman(termasuk rawa-rawa termasuk perairan) serta laut
wilayah indonesia.
2. Bangunan
Yang dimaksud bangunan adalah kontruksi teknik
yang ditanamkan atau diletakan secara tetap pada tanah datar
atau perairan untuk tempat tinggal,tempat usaha,dan tempat
yang diusahakan.
Yang termasuk pengertian pembangunan disini adalah :
Jalan tol
Kolam renang
Pagar mewah
Tempat olahraga

13

2.6.2

Galangan kapal
Tempat penampungan/kalangan minyak,air,dan gas,pipa

minyak
Fasilitas lain yang memberi manfaat
Dasar Hkukum Pajak Bumi dan Bangunan PerkotaanPerdesaan(PBB-P2)
Pengenaan pajak

bumi

dan

bangunan

Perkotaan-

Perdesaan(PBB-P2) didasarkan pada:


1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Daerah Kabupaten lombok Timur Nomor 12 tahun
2012 tentang pelaksanaan PBB-P2
3. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang PBB-P2
sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang PBB-P2.
2.6.3 Subjek dan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan
Perkotaan
a. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi subjek pajak bumi dan bangunan
adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak
atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi,memiliki
bangunan, dan menguasai bangunan.
b. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi objek pajak bumi dan banguna adalah
bumi dan bangunan tersebut.Bumi adalah permukaan bumi
dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman(termasuk rawa-rawa
termasuk perairan) serta laut wilayah indonesia.bangunan

14

adalah kontruksi teknik yang ditanamkan atau diletakan


secara tetap pada tanah datar atau perairan untuk tempat
2.6.4

tinggal,tempat usaha,dan tempat yang diusahakan.


Objek Pajak Yang Dikecualikan dalam pajak bumi dan
bangunan
Yang dapat dikategorikan sebagai objek pajak yang
dikecualikan adalah objek pajak yang:
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum
dibidang ibadah,sosial,kesehatan,pendidikan,dan kebudayaan
nasional,yang

tidak

dimaksudkan

untuk

memperoleh

keuntungan.
2) Digunakan untuk kuburan,peninggalan purbakala,atau sejenis
dengan itu.
3) Merupakan

hutan

lindung,hutan

suaka

alam,hutan

wisata,taman nasional,tanah gembalaan yang dikuasai oleh


desa,dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
4) Digunakan
untuk
perwakilan
diplomatik,konsulat
berdasarkan atas perlakuan timbal balik.
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi yang
2.6.5

ditentukan oleh mentri keuangan.


Cara Mendaftarkan Objek PBB-P2
Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus
mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan

Konsultasi

Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi

letak

objek

Surat

tersebut,

dengan

menggunakan

formulir

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di KPP


atau KP2KP setempat.

15

2.6.6 Dasar Pengenaan PBB-P2


Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan
Menteri

Keuangan

dengan

mendengar

pertimbangan

Bupati/Walikota serta memperhatikan :


a. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang
terjadi secara wajar,
b. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui
harga jualnya;
c. nilai perolehan baru
d. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
2.6.7 Nilai Jual Objek Pajak Yang tidak Kena Pajak(NJPOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan
yang tidak kena pajak.Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah
Kabupaten/Kota serendah-rendahnya Rp 10.000.000,- dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP
sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.
b. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak,
maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya
satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak Bisa
2.6.8

digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.


Dasar Penghitungan Pajak Bumi Dan Bangunan PerdesaanPerkotaan
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP).Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut :
Objek pajak perkebunan adalah 40%

16

Objek pajak kehutanan


adalah 40%
Objek pajak pertambangan adalah 40%
Objek pajak lainnya(perdesaan
dan
perkotaan):
Apabila NJOP-nya
Rp1.000.000.000,00 adalah

0,1%
Apabila NJOP-nya<

0,2%
Dengan NJOPTKP sebesar Rp.10.000.000

Rp1.000.000.000,00 adalah

Perbandingan Pengaturan PBB Perdesaaan dan Perkotaan dalamUU PBB


dengan UU PDRD dan PERDA Lmbok Timur
Materi

UU PBB

UU PDRD

PERDA
LOTIM

Subjek

Orang atau badan yang

Tidak ada

Tidak ada

secara nyatamempunyai

perubahan

perubahan

suatu hak atas bumi,


dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki,
menguasa dan/atau
memanfaatkan atas
bangunan.

17

Objek

Bumi dan/atau

Bumi dan/atau

Bumi dan

bangunan

bangunan,

Bangunan

kecuali

untuk

kawasan yang

perkotaan dan

digunakan

perdesaan

untuk kegiatan
usaha
perkebunan,
perhutanan,dan
Tarif

Tunggal 0,5%

pertambangan
Paling tinggi

>1 milyar

0,3%

0,2%
>1milyar

NJKP

20% s.d. 100% (PP 25

Tidak ada

0,1%
Tidak ada

Paling rendah

Paling rendah

Tahun 2002
ditetapkan sebesar 20%
NJOPTKP

atau 40%)
paling tinggi

Rp12.000.000 per wajib Rp10.000.000

Rp10.000.00

pajak

per wajib pajak 0 per wajib

PBB

0,5% x 20% x (NJOP-

0,3%

pajak
0,2%(NJOP-

terhutang

NJOPTKP)

(maksimal) x

NJOPTKP)

atau

(NJOP-

atau

18

0,5% x 40% x (NJOPNJOPTKP)

NJOPTKP)

0,1%(NJOPNJOPTKP)

19

2.6.9

klasifikasi tanah dan bangunan


a. Klasifikasi nilai jual objek pajak bumi untuk objek pajak
sektor perdesaan-perkotaan

Klas
001

002

003

004

005

006

007

008

009
010
011
012
013

Pengelompokan Nilai Jual Bumi


(Rp/m )
2

> s/d
67.390.000,
00
> s/d
65.120.000,
00
> s/d
62.890.000,
00
> s/d
60.700.000,
00
> s/d
58.550.000,
00
> s/d
56.440.000,
00
> s/d
54.370.000,
00
> s/d
52.340.000,
00
>50.350.000 s/d
,00
>48.400.000 s/d
,00
>46.490.000 s/d
,00
>44.620.000 s/d
,00
>42.790.000 s/d

Nilai Jual Objek Pajak


Bumi (Rp/m )
2

69.700.000
,00

68.545.000,00

67.390.000
,00

66.255.000,00

65.120.000 64.000.000,00
,00
62.890.000
,00

61.795.000,00

60.700.000
,00

59.625.000,00

58.550.000
,00

57.495.000,00

56.440.000
,00

55.405.000,00

54.370.000
,00

53.355.000,00

52.340.000
,00
50.350.000
,00
48.400.000
,00
46.490.000
,00
44.620.000

51.345.000,00
49.375.000,00
47.445.000,00
45.555.000,00
43.705.000,00

20

014
015
016
017
018

019
020
021
022
023
024
025

026
027
028
029
030
031
032
033

,00
>41.000.000 s/d
,00
39.250.000, s/d
00
>37.540.000 s/d
,00
>35.870.000 s/d
,00
> s/d
34.240.000,
00
>32.650.000 s/d
,00
>31.100.000 s/d
,00
>29.590.000 s/d
,00
>28.120.000 s/d
,00
>26.690.000 s/d
,00
>25.300.000 s/d
,00
> s/d
23.950.000,
00
>22.640.000 s/d
,00
>21.370.000 s/d
,00
>20.140.000 s/d
,00
>18.950.000 s/d
,00
>17.800.000 s/d
,00
>16.690.000 s/d
,00
>15.620.000 s/d
,00
>14.590.000 s/d

,00
42.790.000
,00
41.000.000
,00
39.250.000
,00
37.540.000
,00
35.870.000
,00

41.895.000,00
40.125.000,00
38.395.000,00
36.705.000,00
35.055.000,00

34.240.000 33.445.000,00
,00
32.650.000 31.875.000,00
,00
31.100.000 30.345.000,00
,00
29.590.000 28.855.000,00
,00
28.120.000 27.405.000,00
,00
26.690.000 25.995.000,00
,00
25.300.000 24.625.000,00
,00
23.950.000
,00
22.640.000
,00
21.370.000
,00
20.140.000
,00
18.950.000
,00
17.800.000
,00
16.690.000
,00
15.620.000

23.295.000,00
22.005.000,00
20.755.000,00
19.545.000,00
18.375.000,00
17.245.000,00
16.155.000,00
15.105.000,00

21

034
035
036
037
038
039

040

041

042

043

044

045

046

047

048

049

,00
>13.600.000 s/d
,00
>12.650.000 s/d
,00
>11.740.000 s/d
,00
>10.870.000 s/d
,00
>10.040.000 s/d
,00
> s/d
9.250.000,0
0
> s/d
8.500.000,0
0
> s/d
7.790.000,0
0
> s/d
7.120.000,0
0
> s/d
6.490.000,0
0
> s/d
5.900.000,0
0
> s/d
5.350.000,0
0
> s/d
4.840.000,0
0
> s/d
4.370.000,0
0
> s/d
3.940.000,0
0
> s/d
3.550.000,0

,00
14.590.000
,00
13.600.000
,00
12.650.000
,00
11.740.000
,00
10.870.000
,00
10.040.000
,00

14.095.000,00
13.125.000,00
12.195.000,00
11.305.000,00
10.455.000,00
9.645.000,00

8.875.000,00
9.250.000,
00
8.145.000,00
8.500.000,
00
7.455.000,00
7.790.000,
00
6.805.000,00
7.120.000,
00
6.195.000,00
6.490.000,
00
5.625.000,00
5.900.000,
00
5.095.000,00
5.350.000,
00
4.605.000,00
4.840.000,
00
4.155.000,00
4.370.000,
00
3.745.000,00
3.940.000,

22

050

051

052

053

054

055

056

057

058

059

060

061

062

063

0
> s/d
3.200.000,0
0
> s/d
3.000.000,0
0
> s/d
2.850.000,0
0
> s/d
2.708.000,0
0
> s/d
2.573.000,0
0
> s/d
2.444.000,0
0
> s/d
2.261.000,0
0
> s/d
2.091.000,0
0
> s/d
1.934.000,0
0
> s/d
1.789.000,0
0
> s/d
1.655.000,0
0
> s/d
1.490.000,0
0
> s/d
1.341.000,0
0
> s/d
1.207.000,0
0

00
3.375.000,00
3.550.000,
00
3.100.000,00
3.200.000,
00
2.925.000,00
3.000.000,
00
2.779.000,00
2.850.000,
00
2.640.000,00
2.708.000,
00
2.508.000,00
2.573.000,
00
2.352.000,00
2.444.000,
00
2.176.000,00
2.261.000,
00
2.013.000,00
2.091.000,
00
1.862.000,00
1.934.000,
00
1.722.000,00
1.789.000,
00
1.573.000,00
1.655.000,
00
1.416.000,00
1.490.000,
00
1.274.000,00
1.341.000,
00

23

064

065

066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083

> s/d
1.086.000,0
1.207.000,
0
00
> s/d
977.000,00
1.086.000,
00
> s/d
855.000,00
977.000,00
> s/d
748.000,00
855.000,00
> s/d
655.000,00
748.000,00
> s/d
573.000,00
655.000,00
> s/d
501.000,00
573.000,00
> s/d
426.000,00
501.000,00
> s/d
362.000,00
426.000,00
> s/d
308.000,00
362.000,00
> s/d
262.000,00
308.000,00
> s/d
223.000,00
262.000,00
> s/d
178.000,00
223.000,00
> s/d
142.000,00
178.000,00
> s/d
114.000,00
142.000,00
> 91.000,00 s/d
114.000,00
> 73.000,00 s/d
91.000,00
> 55.000,00 s/d
73.000,00
> 41.000,00 s/d
55.000,00
> 31.000,00 s/d
41.000,00

1.147.000,00

1.032.000,00

916.000,00
802.000,00
702.000,00
614.000,00
537.000,00
464.000,00
394.000,00
335.000,00
285.000,00
243.000,00
200.000,00
160.000,00
128.000,00
103.000,00
82.000,00
64.000,00
48.000,00
36.000,00

24

084

> 23.000,00 s/d

27.000,00
31.000,00

085

> 17.000,00 s/d

20.000,00
23.000,00

086

> 12.000,00 s/d

14.000,00
17.000,00

087

> 8.400,00 s/d

10.000,00
12.000,00

088

> 5.900,00 s/d

7.150,00
8.400,00

089

> 4.100,00

s/d

5.000,00
5.900,00

090

> 2.900,00 s/d

4.100,00
3.500,00

091

> 2.000,00 s/d

2.450,00
2.900,00

092

> 1.400,00 s/d

1.700,00
2.000,00

093

> 1.050,00 s/d

1.200,00
1.400,00

094

> 760,00

s/d

910,00
1.050,00

095

> 550,00 s/d

660,00
760,00

096

> 410,00 s/d

480,00
550,00

097

> 310,00 s/d

350,00
410,00

098

> 240,00 s/d

270,00
310,00

099

> 170,00

s/d

200,00
240,00

100

170,00

140,00

3 Klasifikasi nilai jual objek pajak bangunan untuk objek


pajak sektor perdesaan-perkotaan

Klas

Pengelompokan Nilai Jual


Bangunan
(Rp/m )
2

Nilai Jual Objek Pajak


Bangunan (Rp/m )
2

25

001
002

003
004

005
006

007

008

009

010

011

012

013

014

015

016

>14.700.00
0,00
>
13.600.000,
00
>12.550.00
0,00
>
11.550.000,
00
>10.600.00
0,00
>
9.700.000,0
0
>
8.850.000,0
0
>
8.050.000,0
0
>
7.300.000,0
0
>
6.600.000,0
0
>
5.850.000,0
0
>
5.130.000,0
0
>
4.500.000,0
0
>
3.900.000,0
0
>
3.350.000,0
0
>

s/d 15.800.000,
00
s/d 14.700.000,
00

15.250.000,00

s/d 13.600.000,
00
s/d 12.550.000,
00

13.075.000,00

s/d 11.550.000,
00
s/d 10.600.000,
00

11.075.000,00

s/d

14.150.000,00

12.050.000,00

10.150.000,00

9.275.000,00
9.700.000,0
0

s/d

8.450.000,00
8.850.000,0
0

s/d

7.675.000,00
8.050.000,0
0

s/d

6.950.000,00
7.300.000,0
0

s/d

6.225.000,00
6.600.000,0
0

s/d

5.500.000,00
5.850.000,0
0

s/d

4.825.000,00
5.150.000,0
0

s/d

4.200.000,00
4.500.000,0
0

s/d

3.625.000,00
3.900.000,0
0

s/d

3.100.000,00

26

017

018

019

020

021

022

023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033

2.850.000,0
0
>
2.400.000,0
0
>
2.000.000,0
0
>
1.666.000,0
0
>
1.366.000,0
0
>
1.034.000,0
0
>
902.000,00
>
744.000,00
>
656.000,00
>
534.000,00
>
476.000,00
>
382.000,00
>
348.000,00
>
272.000.00
>
256.000,00
>
194.000,00
>
188.000,00
>
136.000,00

3.350.000,0
0
s/d

2.625.000,00
2.850.000,0
0

s/d

2.200.000,00
2.400.000,0
0

s/d

1.833.000,00
2.000.000,0
0

s/d

1.516.000,00
1.666.000,0
0

s/d

1.200.000,00
1.366.000,0
0

s/d

968.000,00
1.034.000,0
0

s/d

823.000,00
902.000,00

s/d

700.000,00
744.000,00

s/d

595.000,00
656.000,00

s/d

505.000,00
534.000,00

s/d

429.000,00
476.000,00

s/d

365.000,00
382.000,00

s/d

310.000,00
348.000,00

s/d

264.000,00
272.000,00

s/d

225.000,00
256.000,00

s/d

191.000,00
194.000,00

s/d

162.000,00
188.000,00

27

034
035

> s/d
128.000,00
136.000,00
> s/d
104.000,00
128.000,00

132.000,00
116.000,00

2.6.10 Cara Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan PerdesaanPerkotaan


1. Penelian Massal (Mass Appraissal)
Nilai jual objek pajak berdasarkan nilai rata-rata(NIR) yang
terdapat pada zona nilai tanah (ZNT).
2. Penilaian individu(individual Appraisaal)
Diterapkan untuk objek tertentu yang bernilai tinnggi atau
keberadaannya mempunyai sifat khusus antara lain:
Jalan Tol
Pelabuhan/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/Pupuk
PLTA/PLTU/PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain jenisnya

2.6.11 Cara penghitungan pajak bumi dan bangunanPerdesaanPerkotaan


Untuk mengetahui besarnya pajak bumi dan bangunan
perlu diketahui faktor-faktor yaitu:
Tarif pajak bumi dan bangunan
Kelas tanah dn bangunan
Letak tanah dan bangunan

28

Nilai jual objek pajak


Rumus penghitungan PBB-P2:
PBB-P2=( Nilai jual Objek Pajak-NJOPTKP)x Tarif
Tarif > satu milyar 0,2% dari NJOP
Tarif < satu milyar 0,1% dari NJOP
CONTOH:
1. Amir memiliki tanah dan bangunan sbb:
Luas tanah : 500 m, Nilai tanah Rp.90.000.000
Luas bangunan : 150 m, nilai tanah Rp.37.500.000
Hitunglah PBB atas tanah dan bangunan pak amir
tersebut apabila NJOPTKP sebesar Rp.10.000.000

Jawab
Dik:
Luas tanah : 500 m Rp.90.000.000
Luas bangunan : 150 m Rp.37.500.000
NJOPTKP : Rp.10.000.000
Kompersi :
Tanah : 200/m

29

Bangunan : 150/m
NJOP Tanah 500200.000 = Rp.100.000.000
NJOP bangunan 225225.000=Rp.33.750.000
NJOP tanah dan Bangunan = Rp.133.750.000
NJOPTKP

=Rp.10.000.000

NJOP untuk perhitungan PBB=Rp.123.750.000


PBB:0,1%xRp.123.750.000=Rp.123.750
2.6.12 Tahun Pajak, Saat

Terhutang Pajak, dan Wilayah

Pemungutan PBB-P2
Pajak yang terhutang merupakan PBB Perdesaan dan
Perkotaan yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam tahun
pajak menurut ketentuan peraturan daerah yang ditetapkan oleh
pemeintah kabupaten/kota setempat.Pada pengenaan PBB-P2
tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender.PBB-P2
dikenakan untuk jangka satu tahun pajak.Dengan Demikian,
pajak terutang yang dikenakan atas objek pajak untuk tahun
pajak tahun 2014 berarti PBB-P2 terutang untuk jangka waktu 1
januari sampai 31 Desember 2014.
Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut
keadaan objek pajak pada tanggal 1 januari.Penentuan tanggal 1
januari ini sangat terkait dengan ketentuan tentang tahun pajak,
yang

menggunakan tahun kalender.Karena tahun kalender

30

selalu dimulai pada taggal 1 januari tahun berjalan maka


tentunya saat yang menentukan pajak terutang juga tanggal 1
januari.
PBB-P2 yang Terutang dipungut diwilayah kabupaten/kota
yang meliputi letak objek pajak hal ini terkait dengan
kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang hanya terbatas
atas bumi dan bangunan yang berlokasi dalam lingkup wilayah
administrasinya.
2.6.13 Pendataan objek dan subjek pajak PBB-P2
Untuk memperoleh data objek pajak, dilakukan pendataan
objek

dan

subjek

pajak.Pendataan

dilakukan

dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak(SPOP).SPOP


adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan
data subjek dan objek PBB-P2 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakn daerah.SPOP harus
diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan
disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya
meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya tiga puluh hari
kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
2.6.14 Cara pemungutan, Penetapan, dan Ketetapan PBB-P2
1. Cara pemungutan Pajak PBB-P2
Pemungutan PBB-P2 tidak dapat diborongkan.Yang
dimaksud tidak dapat dborongkan adalah bahwa adalah
seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat
diserahkan

pada

pihak

ke-tiga.Namun

dimungkinkan

adanya kerjasama dengan pihak ke-tiga dalam proses

31

pemungutan pajak, antara lain

percetakan formulir

perpajakn, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau


penghimpunan data objek dan subjek pajak.Kegiatan yang
tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ke-tiga adalah
kegiatan perhitungan besarnya pajak yag terhutang,
pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

2. Penetapan Pajak PBB-P2


Pada dasarnya sistem pemungutan pajak yang
diterapkan dalam PBB-P2 adalah penetapan oleh kepala
daerah (official assessment).Hal ini dapat dipahami karna
tentunya akan sangat sulit apabila menerapkan sisitem self
assessment, dimana wajib pajak diminta untuk menghitung
sendiri besarnya pajak yang terhutang, mengingat tidak
mudah untuk menetukan NJOP bumi dan bangunan yang
menjadi dasar pengenaaan pajak.Penetapan pajak oleh
kepala daerah diwujudkan dalam bentuk penerbitan surat
pemberitahuan pajak terhutang atau surat ketetapan pajak
daerah sebagai sarana untuk menagih besarnya pajak
terhutang.
3. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) PBB-P2
Bupati/walikota dapat menerbitkan surat tagihan
pajak daen atau derah(STPD) apabila PBB-P2 dalam tahun
berjalan tidak atau kurang bayar dan wajib pajak dikenakan
sanksi admnistrasi berupa bunga dan atau denda.Sanksi

32

admnidtrasi berupa bunga dikenakan kepada wajib pajak


yang tidak atau kurang bayar

membayar pajak yang

terhutang.Dengan demikian, pajak yang terhutang dalam


SPPT atau SKPD yang tidak atau kurang bayar dibayar
setelah

jatuh

tempo

pembyaran

dikenakan

sanksi

admnistrasi berupa bungan sebesar 2% sebulan dan ditagih


melalui STPD.STPD harus dilunasi dalam jangka waktu
maksimal satu bulan sejak tanggal diterbitkan bentuk, isi,
tata cara penrbitan dan penyampaian STPD ditetapkan oleh
bupati/walikota.
2.6.15 Pembayaran dan Penagihan PBB P2
1. Pembayaran PBB P2
PBB P2 terutang dilunasi dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya paling lama 6
bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak atau
paling lama1 bulan sejak tanggal diterimanya SKPD oleh
wajib pajak. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan STPD,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan
dan putusan banding

yang menyebabkan jumlah pajak

yang harus dibayar bertambah, pajak dimaksud harus


dilunasi paling lambat 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
Pembayaran PBB P2 yang terutang dilakukan ke
kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh
bupati/walikota sesuai waktuyang ditentukn dalam SPPT
atau SKPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat

33

lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan pajak harus


disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam
waktu yang ditentukan oleh

bupati/ walikota. Apabila

tanggal jatuh tempo pembayaran pada hari libur maka


pembayaran dilakukan pada hari keja berikutnya.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak
harus dilakukan secara sekaligus atau lunas. Kepada wajib
pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda
bukti

pembayaran

pajak

dan

dicatat

dalam

bukti

pembayaran. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat


pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasn
penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak
akan mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan
Daerah atau petugas lain yang ditunjuk. Bentuk, isi, ukuran
buku penerimaan, dan tanda bukti pembayaran pajak
ditetapkn dengan keputusan bupati/walikota.
2. Penagihan PBB P2
Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi setelah
jatuh tempo pembayaran maka bupati/walikota atau pejabat
yang ditunjuk akan melakukan tindakan wajib pajak.
Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam
SPPT atau SKPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Kepetusan

Keberatan

menyebabkanjumlah

dan
pajak

Butusan
yang

Banding

harus

yang

dibayarakan

34

bertambah. Penagihan pjak dilakukan dengan terlebih


dahulu memberikan surat teguran atau surat peringatan atau
surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan
pajak. Surat teguran atau surat petingatan dikeluarkan tujuh
hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh bupati/wlikota.
Dalam jangka waktu tujuh hari sejka surat teguran diterima,
wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3. Mekanisme

Penghitungan

Dan

Penyetoran

Pajak

Bumi

dan

Bangunan Perdesaan-Perkotaan (PBB-P2) Pada Dinas Pendapatan


Pengeloaan Keuangan dan Asset (DPPKA) Kabupaten Lombok Timur
Berikut adalah daptar penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan-Perkotaan di Kabupaten Lombok Timur
Table 2:

Daftar penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaaanperkotaan(PBB-P2) bulan maret 2015 pada DPPKA
kabupaten Lombok Timur

KECAMATAN

TARGET

PENERIMAAN

35

O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

APBD
1.404.641.059
756.811.786
365.185.380
537.915.860
402.770.135
336.718.398
451.268.175
303.024.004
522.296.428
720.429.228
620.102.831

12
13
14

SELONG
LABUHAN HAJI
SUKAMULYA
SURALAGA
SAKRA
SAKRA BARAT
SAKRA TIMUR
KERUAK
JEROWARU
TERARA
MONTONG
GADING
SIKUR
MASBAGIK
PRINGGASELA

15
16
17
18
19
20

AIKMEL
WANASABA
SEMBALUN
PRINGGABAYA
SUELA
SAMBALIA

941.832.315
483.089.080
304.830.476
982.753.883
369.395.892
432.860.812

JUMLAH

12.000.000.000

s/d bulan
lalu
908.480
510.212
800.962
2.353.231

836.035.202
818.864.473
409.174.584

Bulan ini

s/d Bulan ini

178.124.903
72.602.282
13.583.292
59.181.188
43.865.509
50.743.225
80.917.016
34.559.385
35.393.144
51.905.266
43.126.450

179.033.383
73.112.494
13.583.292
59.181.188
43.865.509
50.743.225
81.717.978
34.559.385
37.746.375
51.905.266
43.126.450

93.774.110
47.663.324
92.120.890

93.774.110
47.663.324
103.731.999

138.008.885
43.852.993
9.318.574
143.700.472
16.264.393
67.765.747

138.008.885
43.852.993
12.524.204
143.700.472
16.264.393
81.451.861

11.611.109

Sumber:

3.205.630

13.686.114
33.075.738

1.316.471.0 1.349.546.78
48
6
Pembukuan Bendaharawan Rutin Priode januari s/d Maret 2015 pada
Dinas PPKA Kabupaten Lombok Timur

3.1

Mekanisme

Penghitungan

Pajak

Bumi

dan

Bangunan

Perdesaan-Perkotaan
Penghitungan Pajak bumi dan bangunan perdesaan
perdesaan-perkotaan pada dinas pendapatan pengeloaan keuangan
dan aseet kabupaten lombok timur yaitu dengan menggunakan
rumus penghitungan sebagai berikut:
PBB=( Nilai jual Objek Pajak-NJOPTKP)x Tarif
Tarif > satu milyar 0,2% dari NJOP
Tarif < satu milyar 0,1% dari NJOP

36

Penghitungan pajak bumi dan bangunan perdesaanperkotaan pada dinas pendapatan pengeloaan keuangan dan asset
daerah kabupaten lombok timur sudah sesuai dengan Peraturan
Daerah kabupaten lombok timur Nomor 12 tahun 2012 tentang
pajak bumi dan bangunan perdesaan-perkotaan yaitu untuk objek
pajak yang nilai jual objek pajaknya kurang dari satu milyar akan
dikenakan tarif 0,1% dan untuk objek pajak yang nilai jual objek
pajaknya diatas satu milyar dikenakan tarif 0,2%.

Berikut mekanisme penghitungan pajak bumi dan bangunan


perdesaan-perkotaan yang dituangkan dalam gambar berikut ini:
DPPKA

se
Spesifikasi
Objek pajak
Sesuai
Persetujuan&
dgn Tarif
Percetakan
SPPT
Menyrahka
n SPPT
Kelurahan
Pekasih

Wajib
Pajak

Menentuka
n NJOP
Sesuai
dengan
ZNT

37

Keterangan:
ZNT

: Zona Nilai Tanah

SPPT

: Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

NJOP

: Nilai Jual Objek Pajak

PEKASIH

: Petugas Yang Ditunjuk Oleh PPS Kecamatan


Untuk Memungut Pajak

Dalam menentukan besarnya pajak bumi dan bangunan


perdesaan-perkotaan nilai jual objek pajak dikurangi dengan nilai
jual objek pajak tidak kena pajak kemudian dukalikan dengan tarif
yang sudah ditentukan yaitu nilai jual objek pajak yang kurang dari
satu milyar dikenakan tarif 0,1% sedangakan niai jual objek pajak
yang diatas satu milyar dikenakan tarif 0,2%.
Contoh penghitungan pajak buni dan bangunan perdesaanperkotaan:
1. H.Sapiin memiliki tanah dan bangunan sbb:
*Luas Tanah :400m, nilai Tanah 128.000/m
*Luas Bangunan: 70m, nilai bangunan 310.000/m

38

Hitunglah PBB-P2 atas tanah dan bangunan H.Sapin tersebut


apabila NJOPTKP sebesar Rp.10.000.000
Jawab
Dik
*Luas Tanah: 400m
*Luas Bangunan: 70m
*NJOPTKP: Rp.10.000.000
NJOP Tanah : 400mRp.128.000
: Rp.51.200.000
NJOP Bangunan:70mRp.310.000
: Rp.21.700.000
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2
Rp.72.900.000
NJOPTKP
Rp.10.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB-P2
Rp.62.900.000
Tarif
0,1%
PBB-P2 Terhutang
Rp.62.900
2. Pak Tohir Memiliki Tanah dan Bangunan sbb:
*Luas Tanah: 52m, nilai tanah Rp.64.000/m
*Luas Bangunan: 30m, nilai Banguanan Rp.162.000/m
Hitunglah PBB-P2 atas tanah dan bangunan Pak Tohir tersebut
apabila NJOPTKP sebesar Rp.10.000.000
Jawab
Dik:
*Luas Tanah: 52m
*Luas Banguan: 30m
*NJOPTKP: Rp.10.000.000
NJOP Tanah : 52mRp.64.000
:
NJOP Bangunan:30mRp.162.000
:
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2
NJOPTKP
NJOP untuk penghitungan PBB-P2
Tarif
PBB-P2 Terhutang

Rp.3.328.000
Rp.4.860.000
Rp.8.188.000
Rp.10.000.000
Rp.
0
0,1%
Rp.15.000

39

3.2

Mekanisme Penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaanperkotaan


TTS

SPPT

WP
Pemungut
/ Perkoasa

SPPT

SPPT dan
STTS

STTS

PPS
LMP

Pemungut
/ Perkoasa

STTS
Setor

Bank
prespsi

40

Keterangan :
: Pembayaran secara tidak langsung melalui pemungut /
pekasih
: Pembayaran langsung oleh wajib pajak ke PPS
Wajib pajak Menerima SPPT dan Membayar pajak terhutang kepada juru
pungut/pekasih di masing-masing desa yang sudah di tunjuk oleh Pemungut Pajak
semantara (PPS) kecamatan paling lambat membayar 6 bulan setelah SPPT
diterbitkan.Wajib pajak setelah melunasi kewajibannya akan memperoleh STTS,
dan SPPT dikembalikan ke wajib pajak sebagai bukti pembayaran, kemudian juru
pungut/Pekasih akan menyetorkan ke PPS kecamatan.

Setelah menerima pembayaran PBB-P2 dari wajib pajak petugas PPS


memberikan Potongan STTS bagi wajib pajak setelah diregistrasi.Kemudian
petugas PPS mencatat

tanggal pembayaran PBB-P2 pada DHKP (daptar

himpunan dan ketetapan pembayaran) wajib pajak yang bersangkutan.PPS PBBP2 dari masing-masing kecamatan menyampaikan potongan STTS untuk PPS dan
DPPKA yang PBB-P2nya telah dibayar oleh wajib pajak.
PPS

Kecamatan

selaku

Petugas

Penerima/Pembayaran/Penyetoran

kemudian Merekap kembali semua penerimaan baik yang diterima langsung oleh
wajib pajak atau yang diterima dari juru pungut/pekasih dengan membuat LPM
(Laporan Penerimaan Mingguan), serta surat tanda terima setoran yang akan

41

diserahkan ke DPPKA Kabupaten Lombok timur dan Penerimaan disetorkan ke


bank presepsi, Kemudian bank presepsi akan menyampaikan laporan Ke DPPKA
Kabupaten Lombok timur untuk mencocokan jumlah yang sudah disetor dengan
STTS yang sudah diterima.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam peraktek mekanisme penghitungan Pajak bumi dan bangunan
perdesaan-perkotaan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Asset (DPPKA) Kabupaten Lombok Timur telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu terlebih
dahulu harus menentukan NJOP bumi dan bangunan sesuai dengan
ZNT kemudian dikalikan dengan tarif 0,1% untuk Objek Pajak yang
nilai pajaknya kurang dari satu milyar dan 0,2% untuk objek pajak
yang nilai pajaknya diatas satu milyar, dengan Nilai Jual Objek Pajak
Tidak kena pajak (NJOPTKP) Sebesar Rp.10.000.000, sedangkan
untuk mekanisme penyetorannya wajib pajak menerima SPPT dan

42

membayar pajak yang terhutang kepada juru pungut atau membayar


sendiri ke PPS kecamatan paling lambat 6 bulan setelah SPPT
diterbitkan, kemudian juru pungut akan menyetor kembali penerimaan
PBB-P2 kepada PPS kecamatan, PPS Kecamatan selaku penerima
Pembayaran PBB-P2 akan merekap kembali semua hasil penerimaan
PBB-P2 dan PPS akan menyetorkan semua penerimaan ke Bank
Presepsi.
2. Dalam kenyataannya Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan-perkotaan
tidak disetorkan langsung ke kas Daerah oleh petugas, sehingga
memungkinkan terjadinya penyelewengan atas penerimaan daerah
4.1

tersebut.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saransaran sebagai berikut:
1. Dalam penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan perdesaanperkotaan dilaksanakan berdasarkan peraturan yang ada, maka
sebaiknya tetap dipertahankan pada masa-masa yang akan
dating. Sehingga dapat memaksimalkan penerimaan daerah
yang mampu membantu pembangunan untuk kesejahteraan
rakyat.
2. Pengawasan yang lebih harus ditingkatkan oleh pimpinan yang
berwenang terhap petugasnya, sehingga penyetoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
penyelewengan penerimaan daerah dari pajak dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai