Anda di halaman 1dari 283

HIPERTENSI (by Apotik Online INDICA)

Hipertensi juga disebut sebagai tekanan darah tinggi (HTN atau HPN) adalah suatu kondisi
medis di mana tekanan darah tinggi yang berkesinambungan atau menurut JNC-7 (Joint
National Comitte) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri yang tetap.
Dalam penggunaan saat ini, kata "hipertensi" biasanya merujuk ke sistemik (hipertensi
arterial). Sedangkan jenis lain adalah pulmonary hipertensi yang melibatkan sirkulasi paruparu.

Klasifikasi Tekanan Darah (Menurut JNC-7)

Klasifikasi

SISTOL (mmHg)

DIASTOL (mmHg)

Normal

<120

dan

<80

Prehipertensi

120-139

atau

80-89

Stage 1 hipertensi

140-159

atau

90-99

Stage 2 hipertensi

160

atau

100

Bila tekanan darah sisitol 140 mmHg dan tekanan darah diastol <90 mmHg dinamakan
Isolated systole hipertension

Patofisiologi Hipertensi

a. Hipertensi esensial (Hipetensi primer) bersifat idiopatik yang belum


jelaspenyebabnya. Dipengaruhi usia, kelamin, merokok, kolesterol, berat badan.

b. Hipertensi sekunder. Dipengaruhi oleh obat, penyakit ginjal, penyakit endokrin


(diabetes melitus, tiroid, Cushing).

Gejala:

Kebanyakan tidak menunjukkan gejala (asymptomatic)

Tanda-tanda klinik Hipertensi

Pusing paroksimal

Berkeringat

Takikardia

Palpitasi

Faktor Resiko Hipertensi:

Merokok

Obesitas (BMI 30)

Immobilitas (kurang gerak)

Dislipidemia (kadar lemak/kolesterol dalam darah yang tinggi)

Diabetes melitus

Mikroalbuminuria (terdapat albumin dalam urin) atau perkiraan GFR <60 ml/menit

Umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)

Riwayat keluarga

Terapi Hipertensi:

a. Terapi non farmakologi

Bagi yang obesitas, turunkan berat badan

Diet garam (< 2.4 g/hari)

Kurangi konsumsi lemak

Tidak merokok, kurangi kopi, alkohol

Istirahat cukup

Olahraga teratur

b. Terapi Farmakologi

Obat yang bisa digunakan antara lain:


o

Golongan ACE-1 (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)


Obat-obat golongan ini bekerja menghambat perubahan Angiotensin I
(AT I) menjadi Angiotensin II (AT II) yang merupakan vasokonstriktor kuat.
Obat-obat golongan ini seperti captopril,lisinopril, enalapril dll

Golongan ACE-2 (ARB= Angiotensin Reseptor Blocker)


Golongan obat ini bekerja mengeblok reseptor Angiotensin II (AT II) subtipe
ATI. Golongan obat-obat ini seperti losartan, irbesartan dll.

Alfa-1 bloker

Obat golongan ini bekerja mengeblok reseptor 1 yang mengakibatkan


vasodilatasi. Obat-obat golongan ini seperti prazosin, terazosin, doxazosin dll.
o

Beta bloker (mengeblok reseptor )


Obat-obat golongan ini seperti: propranolol, atenolol, metaprolol dll.

Ca channel bloker
Bekerja menghambat masuknya calsium ke otot pembuluh darah, obatobatnya seperti : diltiazem, nifedipin, verapamil, amlodipin dll.

Diuretik
Obat-obat diuretik bekerja dengan menurunkan reabsorbsi elektrolit di
tubulus dan meningkatkan ekskresi air dan NaCl. Golongan diuretik antara lain: HCT (Hidroklorotiazid), spironolakton,
furosemid dll.

Sort by:

Range:
Product

Harga Per Satuan Terkecil

Default

Tambahkan Ke Keranjang Belanja

AB-Vask 10mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp8,500.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

AB-Vask 10mg TABLET Amlodipine

KOMPOSISI
A-B Vask5 : Tiap tablet mengandung
Amiodipine besylate 6,934 mg setara denga amiodipine 5 mg.
A-B Vask 10 : Tiap tablet mengandung
Amiodipine besylate 13,868 mg setara dengan amiodipine 10 mg
CARA KERJA OBAT
Farmakologi :
Amiodipine adalah inhibitor influks kalsium (slow channel blocker atau antagonis ion kalsium), yaitu menghambat
influks ion-ion kalsium transmembran ke dalam jantung dan otot polos Mekanisme kerja antihipertensi amiodipine
dikarenakan adanya efek relaksasi secara langsung pada otot polos vaskular, sedangkan mekanisme yang tepat untuk
menghilangkan angina belum sepenuhnya diketahui Dua cara kerja amlodipine untuk memperkecil iskemia total
adalah sebagai berikut:

Amiodipine menimbulkan dilatasi arteriola perifer sehingga memperkecil tahanan perifer total (afterload)
terhadap kerja jantung Karena tidak menimbulkan refleks takikardia, maka tidak ada muatan terhadap
jantung sehingga konsumsi energi miokardial dan kebutuhan oksigen menurun

Amiodipine menimbulkan dilatasi arteri koroner utama dan arteriola koroner, baik pada keadaan normal
maupun iskemia. Dilatasi ini meningkatkan penyampaian oksigen miokardial pada penderita dengan
spasme arteri koroner (Prinzmetal's atau angina varian)

Farmakokinetika :
Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amiodipine diabsorpsi dengan baik dan kadar puncak dalam plasma
tercapai setelah 6 - 12 jam Volume distribusi amiodipine kira-kira 21 liter/kg Waktu paruh eliminasi plasma terminal
adalah sekitar 35 - 50 jam dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari Kadar mantap dalam plasma tercapai 7 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali Sebanyak 97,5% amiodipine dalam sirkulasi terikat
dengan protein plasma
Amlodipine sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di ekskresi di urin 10% dalam bentuk
tidak berubah dan 60% sebagai metabolit Pada penderita hipertensi, pemberian dosis sehari sekali memberikan
penurunan tekanan darah yang signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah interval
waktu 24 jam. Karena mula kerja yang lambat maka tidak terjadi hipotensi akut setelah pemberian amlodipine pada
penderita angina .Pemberian dosis sekali sehari meningkatkan waktu exercise dan menurunkan frekuensi serangan
angina dan konsumsi tablet nitrogliserin. Amiodipine tidak mempengaruhi efek metabolisme atau perubahanperubahan lipid (lemak) dalam plasma.

INDIKASI
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam bentuk tunggal untuk mengontrol
tekanan darah pada sebagian besar penderita Penderita-penderita yang tidak cukup terkontrol bila hanya
menggunakan obat antihipertensi tunggal, dapat lebih menguntungkan bila pemberian amlodipine dikombinasi
dengan diuretik tiazid, inhibitor adrenoreceptor, atau inhibitor anglotensin-converting enzym.
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan iskemia miokardial yang disebabkan obstruksi fixed (angina stabil) dan
atau vasospasme/vasokonstriksi (Prinzmetal's atau angina varian) dari pembuluh darah koroner Amlodipine dapat
digunakan sebagai gambaran klinik yang menunjukkan suatu kemungkinan komponen vasospastik / vasokonstriktif
tetapi belum nampak adanya vasospasme / vasokonstriksi. Amlodipine dapat digunakan dalam bentuk tunggal
(monoterapi) atau dikombinasi dengan obat-obat antiangina lain, terutama pada penderita angina yang sukar
disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat / dosis yang memadai
KONTRA INDIKASI
Amlodipine dikontraindikasikan pada penderita yang sensitif terhadap dihidropiridin.
POSOLOGI

Untuk hipertensi :

Dosis lazim adalah 5 mg amiodipine satu kali sehari, dapat ditingkatkan sampai
dosis maksimum 10 mg tergantung respons penderita secara individual dan berat
penyakit. Bayi, penderita yang lemah (fragile), penderita lanjut usia atau
penderita dengan gagal fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amiodipine
satu kali sehari dan dosis ini dapat digunakan ketika amiodipine ditambah dengan
terapi anti hipertensi lain Sebagian besar penderita hipertensi dengan dosis
pemakaian 5 mg setiap hari tidak perlu peningkatan dosis Bagi mereka yang
memerlukan dosis lebih tinggi, amlodipine dapat ditingkatkan menjadi 7,5 mg
setiap hari dengan dosis maksimum 10 mg setiap hari. Dosis yang dianjurkan
untuk chronic stable atau angina vasospastik adalah 5-10 mg, dan dosis yang
rendah untuk penderita lanjut usia dan penderita gagal fungsi hati,

Untuk dewasa :

Tidak diperlukan penyesuaian dosis bila digunakan bersamaan dengan diuretik


tiazid, p-bloker, dan angiotensin converting enzyme inhibitors.

Untuk anak-anak :

Sampai saat ini penggunaan amlodipine untuk anak-anak tidak pernah dilaporkan
/ belum pernah diberikan pada anak-anak

EFEK SAMPING
-

Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo yang mencakup
penderita dengan hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema,
somnolen, palpitasi, nyeri abdomen, lelah, mual, flushing, dan pusing-pusing Tidak ada kelainankelainan tes laboratorium yang signifikan secara klinis yang berkaitan dengan amiodipine
Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah pruritus, rash, dispnea, astenia,
kram otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan yang jarang ditemukan eritema multiforme, Seperti pada
calcium channel Mockers, efek samping lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari gejala
penyakit penyebabnya: infark miokard, aritmia (termasuk takikardi ventrikular dan fibrilasi atrium) dan
nyeri dada.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Penggunaan pada penderita gagal qinjal

Amlodipine sebagian besar dimetabolisme menjadi metabolit inaktif, dan 10% diekskresikan dalam bentuk utuh
melalui urin Perubahan-perubahan kadar amiodipine dalam plasma tidak ada korelasi dengan derajat kegagalan
ginjal. Dosis normal amiodipine dapat digunakan pada penderita tersebut namun amlodipine tidak dapat didialisis.

Penqqunaan pada penderita gagal funqsi hepar

Waktu paruh amiodipine menjadi lebih panjang pada penderita gagal fungsi hepar, oleh karena itu perlu perhatian
khusus pada penggunaannya. Dosis rekomendasi belum ada yang pasti.

Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.

Keamanan penggunaan amlodipine pada ibu hamil dan menyusui belum dibuktikan / diteliti. I Amiodipine tidak
menunjukkan toksik pada penelitian reproduktif pada binatang yang diberi I dosis 50 kali (dosis maksimum yang
direkomendasikan pada manusia), efek yang timbul yaitu hanya memperpanjang parturisi dan kerja pada tikus
percobaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penggunaan pada ibu hamil dan menyusui hanya direkomendasikan
bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan bila penyakitnya itu sendiri membawa risiko yang besar pada ibu
dan anak.

Penggunaan pada penderita lanjut usia.

Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak amiodipine sama, baik pada orang tua maupun
orang muda. Klirens amlodipine akan menurun dengan peningkatan AUC dan eliminasi waktu paruh penderita lanjut
usia, karena mudah ditoleransi dengan baik Oleh karena itu, dosis normal dapat direkomendasikan pada penderita
lanjut usia.
INTERAKSI OBAT
Amlodipine aman diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazid, $-blocker, inhibitor angiotensin-converting
enzym, long-acting nitrat, nitrogliserin sublingual, obat-obat I antiinflamasi non-steroid, antibiotika, dan obat
hipoglikemik oral. Pada penelitian khusus I disebutkan bahwa pemberian amlodipine bersama-sama digoksin tidak
mengubah kadar digoksin dalam serum dan klirens renal digoksin pada sukarelawan normal. Pemberian bersamasama dengan simetidin tidak mengubah farmakokinetika amiodipine. Data in-vitro I dari penelitian pada plasma
manusia menyebutkan bahwa amiodipine tidak mempunyai efek pada ikatan protein dengan obat-obat yang diuji
(digoksin, fenitoin, warfarin, atau indometasin).

OVERDOSIS
Walaupun tidak ada penelitian yang menyebutkan tentang overdosis amlodipine, tetapi dari
data yang ada menunjukkan bahwa overdosis dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dengan tanda
selanjutnya berupa hipotensi sistemik yang lebih lama.
Hipotensi yang signifikan secara klinik karena overdosis amlodipine memerlukan dukungan kardiovaskuler aktif
termasuk pemantauan jantung dan fungsi pernafasan,peninggian anggota badan, dan perhatian terhadap volume
cairan sirkulasi dan pengeluaran urin. Bahan vasokonstriktor dapat membantu memulihkan tegangan vaskular dan
tekanan darah,diberikan bila tidak ada kontraindikasi terhadap penggunaannya. Karena amlodipine sebagian besar
terikat dengan protein, dialisis tidak menguntungkan / tidak direkomendasikan.
Pada beberapa kasus, pencucian / kuras lambung dapat membantu menurunkan laju absorpsi amlodipine.
KEMASAN
A-BVask 5 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet
No. Reg. DKL0813313810A1
A-B Vask 10 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet
No Reg. DKL0813313810B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan di tempat(15:25C) dan kering
PT. LAPI LABORATORIES
CIKANDE -INDONESIA

AB-Vask 5mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

AB-Vask 5mg TABLET Amlodipine

KOMPOSISI
A-B Vask5 : Tiap tablet mengandung Amiodipine besylate 6,934 mg setara dengan
amiodipine 5 mg.
A-B Vask 10 : Tiap tablet mengandung Amiodipine besylate 13,868 mg setara dengan
amiodipine 10 mg

CARA KERJA OBAT


Farmakologi:
Amiodipine adalah inhibitor influks kalsium (slow channel blocker atau antagonis ion kalsium), yaitu menghambat
influks ion-ion kalsium transmembran ke dalam jantung dan otot polos Mekanisme kerja antihipertensi amiodipine
dikarenakan adanya efek relaksasi secara langsung pada otot polos vaskular, sedangkan mekanisme yang tepat untuk
menghilangkan angina belum sepenuhnya diketahui Dua cara kerja amlodipine untuk memperkecil iskemia total
adalah sebagai berikut:
* Amiodipine menimbulkan dilatasi arteriola perifer sehingga memperkecil tahanan perifer total (afterload)
terhadap kerja jantung Karena tidak menimbulkan refleks takikardia, maka tidak ada muatan terhadap jantung
sehingga konsumsi energi miokardial dan kebutuhan oksigen menurun
* Amiodipine menimbulkan dilatasi arteri koroner utama dan arteriola koroner, baik pada keadaan normal
maupun iskemia. Dilatasi ini meningkatkan penyampaian oksigen miokardial pada penderita dengan spasme arteri
koroner (Prinzmetal's atau angina varian)

Farmakokinetika:
Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amiodipine diabsorpsi dengan baik dan kadar puncak dalam plasma
tercapai setelah 6 - 12 jam Volume distribusi amiodipine kira-kira 21 liter/kg Waktu paruh eliminasi plasma terminal
adalah sekitar 35 - 50 jam dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari Kadar mantap dalam plasma tercapai 7 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali Sebanyak 97,5% amiodipine dalam sirkulasi terikat
dengan protein plasma
Amlodipine sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif, di ekskresi di urin 10% dalam bentuk
tidak berubah dan 60% sebagai metabolit Pada penderita hipertensi, pemberian dosis sehari sekali memberikan
penurunan tekanan darah yang signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri setelah interval
waktu 24 jam. Karena mula kerja yang lambat maka tidak terjadi hipotensi akut setelah pemberian amlodipine pada
penderita angina .Pemberian dosis sekali sehari meningkatkan waktu exercise dan menurunkan frekuensi serangan
angina dan konsumsi tablet nitrogliserin. Amiodipine tidak mempengaruhi efek metabolisme atau perubahanperubahan lipid (lemak) dalam plasma.

INDIKASI
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan digunakan dalam bentuk tunggal untuk mengontrol
tekanan darah pada sebagian besar penderita Penderita-penderita yang tidak cukup terkontrol bila hanya
menggunakan obat antihipertensi tunggal, dapat lebih menguntungkan bila pemberian amlodipine dikombinasi
dengan diuretik tiazid, inhibitor adrenoreceptor, atau inhibitor anglotensin-converting enzym.
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan iskemia miokardial yang disebabkan obstruksi fixed (angina stabil) dan
atau vasospasme/vasokonstriksi (Prinzmetal's atau angina varian) dari pembuluh darah koroner Amlodipine dapat
digunakan sebagai gambaran klinik yang menunjukkan suatu kemungkinan komponen vasospastik / vasokonstriktif
tetapi belum nampak adanya vasospasme / vasokonstriksi. Amlodipine dapat digunakan dalam bentuk tunggal
(monoterapi) atau dikombinasi dengan obat-obat antiangina lain, terutama pada penderita angina yang sukar
disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan p-blocker pada dosis adequat / dosis yang memadai

KONTRA INDIKASI
Amlodipine dikontraindikasikan pada penderita yang sensitif terhadap dihidropiridin.

POSOLOGI
* Untuk hipertensi : Dosis lazim adalah 5 mg amiodipine satu kali sehari, dapat ditingkatkan
sampai dosis maksimum 10 mg tergantung respons penderita secara individual dan
berat penyakit. Bayi, penderita yang lemah (fragile), penderita lanjut usia
atau penderita dengan
gagal fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg
amiodipine satu kali sehari dan dosis ini dapat
digunakan ketika amiodipine
ditambah dengan terapi anti hipertensi lain Sebagian besar penderita
hipertensi
dengan dosis pemakaian 5 mg setiap hari tidak perlu peningkatan dosis
Bagi
mereka yang memerlukan dosis lebih tinggi, amlodipine dapat
ditingkatkan
menjadi 7,5 mg setiap hari dengan dosis maksimum 10 mg setiap hari. Dosis
yang
dianjurkan untuk chronic stable atau angina vasospastik adalah 5-10 mg,
dan
dosis yang rendah untuk penderita lanjut usia dan penderita gagal fungsi hati,
*
: Tidak diperlukan penyesuaian dosis bila digunakan bersamaan dengan diuretik
tiazid, p-bloker, dan angiotensin converting enzyme inhibitors.
* Untuk anak-anak : Sampai saat ini penggunaan amlodipine untuk anak-anak tidak pernah
dilaporkan / belum pernah diberikan pada anak-anak

EFEK SAMPING
- Amlodipine ditoleransi dengan baik Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo yang mencakup penderita
dengan hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, somnolen, palpitasi,
nyeri abdomen, lelah, mual, flushing, dan pusing-pusing Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang
signifikan secara klinis yang berkaitan dengan amiodipine
- Efek samping lain yang sedikit ditemukan pada pengalaman klinis adalah pruritus, rash, dispnea, astenia, kram
otot, hiperplasia gingiva, dispepsia dan yang jarang ditemukan eritema multiforme, Seperti pada calcium channel
Mockers, efek samping lain jarang dilaporkan dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit penyebabnya: infark
miokard, ' aritmia (termasuk takikardi ventrikular dan fibrilasi atrium) dan nyeri dada.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


* Penggunaan pada penderita gagal qinjal Amlodipine sebagian besar dimetabolisme menjadi metabolit inaktif, dan
10% diekskresikan dalam bentuk utuh melalui urin Perubahan-perubahan kadar amiodipine dalam plasma tidak ada
korelasi dengan derajat kegagalan ginjal. Dosis normal amiodipine dapat digunakan pada penderita tersebut
namun amlodipine tidak dapat didialisis.
* Penqqunaan pada penderita gagal funqsi hepar
Waktu paruh amiodipine menjadi lebih panjang pada penderita gagal fungsi hepar, oleh karena itu perlu
perhatian khusus pada penggunaannya. Dosis rekomendasi belum ada yang pasti.
* Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.
Keamanan penggunaan amlodipine pada ibu hamil dan menyusui belum dibuktikan / diteliti. I Amiodipine tidak
menunjukkan toksik pada penelitian reproduktif pada binatang yang diberi I dosis 50 kali (dosis maksimum yang
direkomendasikan pada manusia), efek yang timbul yaitu hanya memperpanjang parturisi dan kerja pada tikus
percobaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penggunaan pada ibu hamil dan menyusui hanya direkomendasikan
bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan bila penyakitnya itu sendiri membawa risiko yang besar pada ibu
dan anak.

* Penggunaan pada penderita lanjut usia.


Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak amiodipine sama, baik pada orang tua
maupun orang muda. Klirens amlodipine akan menurun dengan peningkatan AUC dan eliminasi waktu paruh
penderita lanjut usia, karena mudah ditoleransi dengan baik Oleh karena itu, dosis normal dapat
direkomendasikan pada penderita lanjut usia.

INTERAKSI OBAT
Amlodipine aman diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazid, $-blocker, inhibitor angiotensin-converting
enzym, long-acting nitrat, nitrogliserin sublingual, obat-obat I antiinflamasi non-steroid, antibiotika, dan obat
hipoglikemik oral. Pada penelitian khusus I disebutkan bahwa pemberian amlodipine bersama-sama digoksin tidak
mengubah kadar digoksin dalam serum dan klirens renal digoksin pada sukarelawan normal. Pemberian bersamasama dengan simetidin tidak mengubah farmakokinetika amiodipine. Data in-vitro I dari penelitian pada plasma
manusia menyebutkan bahwa amiodipine tidak mempunyai efek pada ikatan protein dengan obat-obat yang diuji
(digoksin, fenitoin, warfarin, atau indometasin).

OVERDOSIS
Walaupun tidak ada penelitian yang menyebutkan tentang overdosis amlodipine, tetapi dari
data yang ada menunjukkan bahwa overdosis dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dengan tanda
selanjutnya berupa hipotensi sistemik yang lebih lama.
Hipotensi yang signifikan secara klinik karena overdosis amlodipine memerlukan dukungan kardiovaskuler aktif
termasuk pemantauan jantung dan fungsi pernafasan,peninggian anggota badan, dan perhatian terhadap volume
cairan sirkulasi dan pengeluaran urin. Bahan vasokonstriktor dapat membantu memulihkan tegangan vaskular dan
tekanan darah,diberikan bila tidak ada kontraindikasi terhadap penggunaannya. Karena amlodipine sebagian besar
terikat dengan protein, dialisis tidak menguntungkan / tidak direkomendasikan.
Pada beberapa kasus, pencucian / kuras lambung dapat membantu menurunkan laju absorpsi amlodipine.

KEMASAN
A-BVask 5 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet
No. Reg. DKL0813313810A1
A-B Vask 10 : Kotak, 3 blister @ 10 tablet
No Reg. DKL0813313810B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan di tempat(15:25C) dan kering
PT. LAPI LABORATORIES
CIKANDE -INDONESIA
CA-1106.00
AE LA LN

ACCUPRIL 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp14,300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACCUPRIL 10 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Quinapril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung kongestif
PERHATIAN :
Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.
INTERAKSI OBAT :
- Dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin.
- Monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika hemat
Kalium, Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, pusing, rinitis, batuk, infeksi saluran pernafasan bagian atas, letih, mual,
muntah, dispepsia, dan parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

KEMASAN :
Tablet 10 mg x 30 biji.
DOSIS :
* Hipertensi :
- pada pasien yang tidak menggunakan diuretika : dosis awal 10 mg sekali sehari,
pemeliharaan : 20-40 mg/hari.
- pada pasien yang juga menggunakan diuretika : dosis awal 5 mg sekali sehari.
* Gagal jantung kongestif : dosis awal 5 mg, pemeliharaan : 10-20 mg/hari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK :
Inmark

ACCUPRIL 20 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp14,300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACCUPRIL 20 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Quinapril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung kongestif.
PERHATIAN :

Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.


INTERAKSI OBAT :
- dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin.
- monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika hemat
Kalium, Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, pusing, rinitis, batuk, infeksi saluran pernafasan bagian atas, letih, mual,
muntah, dispepsia, dan parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 20 mg x 30 biji
DOSIS :
* Hipertensi :
- pada pasien yang tidak menggunakan diuretika : dosis awal 10 mg sekali sehari,
pemeliharaan : 20-40 mg/hari.
- pada pasien yang juga menggunakan diuretika : dosis awal 5 mg sekali sehari.
* Gagal jantung kongestif : dosis awal 5 mg, pemeliharaan : 10-20 mg/hari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK :
Inmark

ACCUPRIL 40 MG
[Hubungi Kami Untuk Harga di 03517813966 ]

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACCUPRIL 40 MG
GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Quinapril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung kongestif.
PERHATIAN :
Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.
INTERAKSI OBAT :
- dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin.
- monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika hemat Kalium,
Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, pusing, rinitis, batuk, infeksi saluran pernafasan bagian atas, letih, mual, muntah,
dispepsia, dan parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 20 mg x 30 biji
DOSIS :
* Hipertensi :
- pada pasien yang tidak menggunakan diuretika : dosis awal 10 mg sekali sehari, pemeliharaan :

20-40 mg/hari.
- pada pasien yang juga menggunakan diuretika : dosis awal 5 mg sekali sehari.
* Gagal jantung kongestif : dosis awal 5 mg, pemeliharaan : 10-20 mg/hari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK :
Inmark

ACCUPRIL 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp6,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACCUPRIL 5 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Quinapril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung kongestif.
PERHATIAN :
Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.

INTERAKSI OBAT :
- dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin.
- monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika hemat
Kalium, Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, pusing, rinitis, batuk, infeksi saluran pernafasan bagian atas, letih, mual,
muntah, dispepsia, dan parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 5 mg x 30 biji.
DOSIS :
* Hipertensi :
- pada pasien yang tidak menggunakan diuretika : dosis awal 10 mg sekali sehari,
pemeliharaan : 20-40 mg/hari.
- pada pasien yang juga menggunakan diuretika : dosis awal 5 mg sekali sehari.
* Gagal jantung kongestif : dosis awal 5 mg, pemeliharaan : 10-20 mg/hari.
PERHATIAN KHUSUS :
Gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif berat.
Interaksi obat :
- dapat mengurangi penyerapan Tetrasiklin.
- monitor kadar Kalium dalam serum saat Quinapril digunakan dengan diuretika hemat
Kalium, Kalium tambahan, atau pengganti garam yang mengandung Kalium
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK :

Inmark

ACEPRESS 12,5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACEPRESS 12,5 MG

GOLONGAN : K
KOMPOSISI :
Acepress Tablet 12,5 mg, tiap tablet mengandung :
Kaptopril 12,5 mg
INDIKASI :
Acepress Tablet diindikasikan untuk :
1. Hipertensi :
Acepress Tablet dapat efektif baik tunggal maupun dikombinasikan dengan sediaan
antihipertensi lainnya, khususnya diuretik tipe thiazide. Efek penurunan tekanan darah dari
Acepress Tablet dan thiazide kurang lebih merupakan tambahan.
Acepress Tablet dapat digunakan sebagai pengobatan awal pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal, terutama dengan penyakit pembuluh
kolagen, sebaliknya Acepress Tablet untuk pasien hipertensi yang mempunyai
perkembangan efek samping yang tidak diharapkan dari obat lain, atau dengan respon yang
tidak memuaskan pada obat kombinasi.
2. Gagal jantung :
Acepress Tablet untuk pengobatan gagal jantung kongestif biasanya dalam kombinasi
dengan diuretik dan Digitalis. Efek yang bermanfaat dari Acepress Tablet dalam gagal
jantung tidak diperlukan pada saat pemakaian Digitalis.
3. Disfungsi ventrikular kiri sesudah IM :
Untuk perbaikan penyelamatan IM pada pasien disfungsi ventrikular kiri yang secara klinis

stabil menunjukkan penyemburan fraksi < 40 % dan untuk mengurangi bahaya pada gagal
jantung dan perawatan selanjutnya gagal jantung kongestif pada pasien tersebut.
4. Diabetes nephropati :
Acepress Tablet untuk pengobatan diabetes nephropati (proteinuria > 500 mg / hari) pada
pasien dengan diabetes melitus tipe I - diabetes melitus dependent dan retinopati.
PERHATIAN :
Gagal ginjal berat, penyakit autoimun.
Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretika, antihipertensi lainnya dan
diperendah oleh Indometasin dan Salisilat.
EFEK SAMPING :
Gangguan pengecapan, batuk kering (tidak berdahak), infeksi rongga mulut, kemerahan
pada kulit, gatal-gatal, demam, eosinofilia, trombositopenia, anemia, iritasi saluran cerna,
angioedema, limfadenopati, hipotensi yang bersifat sementara, takhikardia.
Jarang : kerusakan sel hati dan sakit kuning, agranulositopenia, neutropenia.
DOSIS
Acepress Tablet harus diminum dalam dosis tunggal dan harus diminum 1 jam sebelum
makan
Hipertensi :
Dosis awal Acepress Tablet :
12,5 mg 2 - 3 kali sehari.
Jika memungkinkan, hentikan pemakaian obat antihipertensi yang sebelumnya 1 minggu
sebelum memulai Acepress Tablet. Bila setelah 1-2 minggu belum diperoleh penurunan
tekanan darah yang memuaskan dosis dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan sampai 25
- 50 mg 2 - 3 kali sehari. Dosis Acepress Tablet untuk hipertensi tidak boleh melebihi 150
mg sehari. Apabila belum ada penurunan tekanan darah yang memuaskan setelah 1-2
minggu pada dosis ini (dan pada pasien yang belum mendapat pengobatan diuretik), harus
ditambahkan diuretik tipe thiazide misal Hidroklorthiazide 25 mg sehari. Dosis diuretik dapat
dinaikkan dengan interval waktu 1 - 2 minggu sampai dosis antihipertensi tertinggi tercapai.
Pembatasan Natrium dapat bermanfaat saat Acepress Tablet digunakan secara tunggal. Jika
diperlukan penurunan tekanan darah lebih lanjut, dosis Acepress Tablet dapat dinaikkan
sampai 100 mg 2 atau 3 kali sehari dan jika perlu dapat ditingkatkan sampai 150 mg 2 atau
3 kali sehari (saat melanjutkan diuretik).
Dosis umum Acepress Tablet :
12,5 sampai 150 mg 2 atau 3 kali sehari.
Dosis maksimal sehari Acepress Tablet tidak boleh melebihi 450 mg.
Untuk pasien dengan hipertensi parah, seperti hipertensi malignant yang dipercepat :
Saat penghentian sementara pengobatan dengan antihipertensi tidak praktis atau
diinginkan, atau saat kenaikan sedikit demi sedikit yang tepat untuk lebih menormalkan
tekanan darah, lanjutkan penggunaan diuretik tetapi hentikan pengobatan dengan
antihipertensi lain dan gunakan dosis awal Acepress Tablet dengan pengawasan dokter

sebesar 25 mg 2 atau 3 kali sehari. Dosis harian Acepress Tablet dapat ditingkatkan tiap 24
jam atau kurang hingga didapat respon tekanan darah yang memuaskan atau maksimal
dosis tercapai. Dalam jumlah ini, dapat ditambahkan diuretik yang lebih potensial misalnya
Furosemide. Beta bloker dapat juga digunakan bersama dengan Acepress Tablet namun
gabungan dua obat ini tidak meningkatkan efeknya.
Gagal jantung :
Untuk pengobatan awal disarankan menggunakan diuretik dan kemungkinan penipisan
garam atau volume yang parah. Pada pasien dengan tekanan darah normal atau rendah
yang telah diberikan diuretik dan kemungkinan menjadi hiponatremik dan / atau
hipovolemik, dimulai dengan dosis 6,25 atau 12,5 mg 3 kali sehari, dapat meminimalkan
besar atau durasi dari efek hipotensi; untuk pasien tersebut, kenaikan sedikit demi sedikit
terhadap dosis umum harian dapat terjadi sampai beberapa hari kemudian. Pada umumnya
dosis awal untuk semua pasien adalah 25 mg 3 kali sehari. Sesudah dosis 50 mg 3 kali
sehari tercapai, tunda kenaikan berikutnya, jika memungkinkan, untuk paling tidak 2
minggu diamati jika terdapat respon yang memuaskan. Kebanyakan pasien yang diamati
mendapat perbaikan secara klinis dengan dosis 50 atau 100 mg 3 kali sehari. Jangan
melebihi dosis maksimal
Acepress Tablet 450 mg sehari. Acepress Tablet secara umum harus digunakan bersamaan
dengan diuretik dan Digitalis.
Infark miokardial :
Pengobatan dapat dimulai secepatnya 3 hari sesudah infark miokardial. Setelah pemberian
dosis awal Acepress Tablet 6,25 mg, naikkan menjadi 12,5 mg 3 kali sehari. Kemudian
naikkan Acepress Tablet menjadi 25 mg 3 kali sehari selama beberapa hari kemudian dan
hingga target dosis terakhir 50 mg 3 kali sehari selama lebih dari beberapa minggu.
Acepress Tablet dapat digunakan untuk pasien yang mendapat pengobatan dengan postmyocardial infarction lainnya seperti trombolitik, Asetosal, beta bloker
Diabetes nephropathy :
Dosis Acepress Tablet yang direkomendasikan untuk pemakaian jangka panjang adalah 25
mg 3 kali sehari. Antihipertensi lainnya seperti diuretik, beta bloker, atau vasodilator dapat
digunakan secara bersamaan dengan Acepress Tablet jika pengobatan tambahan
dibutuhkan untuk tekanan darah yang lebih rendah lagi.
Gangguan fungsi ginjal :
Karena Acepress Tablet secara utama diekskresikan melalui ginjal, kecepatan ekskresi
menurun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien tersebut akan lebih lama untuk
mencapai kadar Acepress Tablet pada keadaan tunak dan akan mencapai kadar lebih tinggi
keadaan tunak untuk pemberian dosis harian daripada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Oleh karena itu, pasien tersebut dapat merespon pada frekuensi dosis yang lebih kecil atau
kurang. Maka untuk pasien dengan kerusakan ginjal yang signifikan, dosis awal harian
Acepress Tablet harus diturunkan, dan naikkan sedikit demi sedikit, yang harus lebih pelan
(interval 1 - 2 minggu). Setelah efek terapetik yang diinginkan tercapai, dosis harus secara
perlahan diturunkan sedikit demi sedikit untuk diamati dosis minimal yang efektif. Pada
pasien dengan kerusakan ginjal yang parah, jika dibutuhkan kombinasi dengan diuretik
maka lebih baik digunakan diuretik Furosemide daripada thiazide.

KEMASAN :
Acepress Tablet 12,5 mg : Dus berisi 10 strip @ 10 tablet

PABRIK :
Bernofarm

ACEPRESS 25 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,400.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACEPRESS 25 MG

GOLONGAN : K
KOMPOSISI :
Acepress Tablet 25 mg, tiap tablet mengandung :
Kaptopril 25 mg
INDIKASI :
Acepress Tablet diindikasikan untuk :
1. Hipertensi :
Acepress Tablet dapat efektif baik tunggal maupun dikombinasikan dengan sediaan
antihipertensi lainnya, khususnya diuretik tipe thiazide. Efek penurunan tekanan darah dari
Acepress Tablet dan thiazide kurang lebih merupakan tambahan.
Acepress Tablet dapat digunakan sebagai pengobatan awal pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal, terutama dengan penyakit pembuluh
kolagen, sebaliknya Acepress Tablet untuk pasien hipertensi yang mempunyai
perkembangan efek samping yang tidak diharapkan dari obat lain, atau dengan respon yang
tidak memuaskan pada obat kombinasi.
2. Gagal jantung :
Acepress Tablet untuk pengobatan gagal jantung kongestif biasanya dalam kombinasi
dengan diuretik dan Digitalis. Efek yang bermanfaat dari Acepress Tablet dalam gagal
jantung tidak diperlukan pada saat pemakaian Digitalis.
3. Disfungsi ventrikular kiri sesudah IM :
Untuk perbaikan penyelamatan IM pada pasien disfungsi ventrikular kiri yang secara klinis
stabil menunjukkan penyemburan fraksi < 40 % dan untuk mengurangi bahaya pada gagal

jantung dan perawatan selanjutnya gagal jantung kongestif pada pasien tersebut.
4. Diabetes nephropati :
Acepress Tablet untuk pengobatan diabetes nephropati (proteinuria > 500 mg / hari) pada
pasien dengan diabetes melitus tipe I - diabetes melitus dependent dan retinopati.
PERHATIAN :
Gagal ginjal berat, penyakit autoimun.
Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretika, antihipertensi lainnya dan
diperendah oleh Indometasin dan Salisilat.
EFEK SAMPING :
Gangguan pengecapan, batuk kering (tidak berdahak), infeksi rongga mulut, kemerahan
pada kulit, gatal-gatal, demam, eosinofilia, trombositopenia, anemia, iritasi saluran cerna,
angioedema, limfadenopati, hipotensi yang bersifat sementara, takhikardia.
Jarang : kerusakan sel hati dan sakit kuning, agranulositopenia, neutropenia.
DOSIS :
Acepress Tablet harus diminum dalam dosis tunggal dan harus diminum 1 jam sebelum
makan
Hipertensi :
Dosis awal Acepress Tablet :
12,5 mg 2 - 3 kali sehari.
Jika memungkinkan, hentikan pemakaian obat antihipertensi yang sebelumnya 1 minggu
sebelum memulai Acepress Tablet. Bila setelah 1-2 minggu belum diperoleh penurunan
tekanan darah yang memuaskan dosis dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan sampai 25
- 50 mg 2 - 3 kali sehari. Dosis Acepress Tablet untuk hipertensi tidak boleh melebihi 150
mg sehari. Apabila belum ada penurunan tekanan darah yang memuaskan setelah 1-2
minggu pada dosis ini (dan pada pasien yang belum mendapat pengobatan diuretik), harus
ditambahkan diuretik tipe thiazide misal Hidroklorthiazide 25 mg sehari. Dosis diuretik dapat
dinaikkan dengan interval waktu 1 - 2 minggu sampai dosis antihipertensi tertinggi tercapai.
Pembatasan Natrium dapat bermanfaat saat Acepress Tablet digunakan secara tunggal. Jika
diperlukan penurunan tekanan darah lebih lanjut, dosis Acepress Tablet dapat dinaikkan
sampai 100 mg 2 atau 3 kali sehari dan jika perlu dapat ditingkatkan sampai 150 mg 2 atau
3 kali sehari (saat melanjutkan diuretik).
Dosis umum Acepress Tablet :
12,5 sampai 150 mg 2 atau 3 kali sehari.
Dosis maksimal sehari Acepress Tablet tidak boleh melebihi 450 mg.
Untuk pasien dengan hipertensi parah, seperti hipertensi malignant yang dipercepat :
Saat penghentian sementara pengobatan dengan antihipertensi tidak praktis atau
diinginkan, atau saat kenaikan sedikit demi sedikit yang tepat untuk lebih menormalkan
tekanan darah, lanjutkan penggunaan diuretik tetapi hentikan pengobatan dengan
antihipertensi lain dan gunakan dosis awal Acepress Tablet dengan pengawasan dokter
sebesar 25 mg 2 atau 3 kali sehari. Dosis harian Acepress Tablet dapat ditingkatkan tiap 24
jam atau kurang hingga didapat respon tekanan darah yang memuaskan atau maksimal
dosis tercapai. Dalam jumlah ini, dapat ditambahkan diuretik yang lebih potensial misalnya
Furosemide. Beta bloker dapat juga digunakan bersama dengan Acepress Tablet namun

gabungan dua obat ini tidak meningkatkan efeknya.


Gagal jantung :
Untuk pengobatan awal disarankan menggunakan diuretik dan kemungkinan penipisan
garam atau volume yang parah. Pada pasien dengan tekanan darah normal atau rendah
yang telah diberikan diuretik dan kemungkinan menjadi hiponatremik dan / atau
hipovolemik, dimulai dengan dosis 6,25 atau 12,5 mg 3 kali sehari, dapat meminimalkan
besar atau durasi dari efek hipotensi; untuk pasien tersebut, kenaikan sedikit demi sedikit
terhadap dosis umum harian dapat terjadi sampai beberapa hari kemudian. Pada umumnya
dosis awal untuk semua pasien adalah 25 mg 3 kali sehari. Sesudah dosis 50 mg 3 kali
sehari tercapai, tunda kenaikan berikutnya, jika memungkinkan, untuk paling tidak 2
minggu diamati jika terdapat respon yang memuaskan. Kebanyakan pasien yang diamati
mendapat perbaikan secara klinis dengan dosis 50 atau 100 mg 3 kali sehari. Jangan
melebihi dosis maksimal
Acepress Tablet 450 mg sehari. Acepress Tablet secara umum harus digunakan bersamaan
dengan diuretik dan Digitalis.
Infark miokardial :
Pengobatan dapat dimulai secepatnya 3 hari sesudah infark miokardial. Setelah pemberian
dosis awal Acepress Tablet 6,25 mg, naikkan menjadi 12,5 mg 3 kali sehari. Kemudian
naikkan Acepress Tablet menjadi 25 mg 3 kali sehari selama beberapa hari kemudian dan
hingga target dosis terakhir 50 mg 3 kali sehari selama lebih dari beberapa minggu.
Acepress Tablet dapat digunakan untuk pasien yang mendapat pengobatan dengan postmyocardial infarction lainnya seperti trombolitik, Asetosal, beta bloker
Diabetes nephropathy :
Dosis Acepress Tablet yang direkomendasikan untuk pemakaian jangka panjang adalah 25
mg 3 kali sehari. Antihipertensi lainnya seperti diuretik, beta bloker, atau vasodilator dapat
digunakan secara bersamaan dengan Acepress Tablet jika pengobatan tambahan
dibutuhkan untuk tekanan darah yang lebih rendah lagi.
Gangguan fungsi ginjal :
Karena Acepress Tablet secara utama diekskresikan melalui ginjal, kecepatan ekskresi
menurun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien tersebut akan lebih lama untuk
mencapai kadar Acepress Tablet pada keadaan tunak dan akan mencapai kadar lebih tinggi
keadaan tunak untuk pemberian dosis harian daripada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Oleh karena itu, pasien tersebut dapat merespon pada frekuensi dosis yang lebih kecil atau
kurang. Maka untuk pasien dengan kerusakan ginjal yang signifikan, dosis awal harian
Acepress Tablet harus diturunkan, dan naikkan sedikit demi sedikit, yang harus lebih pelan
(interval 1 - 2 minggu). Setelah efek terapetik yang diinginkan tercapai, dosis harus secara
perlahan diturunkan sedikit demi sedikit untuk diamati dosis minimal yang efektif. Pada
pasien dengan kerusakan ginjal yang parah, jika dibutuhkan kombinasi dengan diuretik
maka lebih baik digunakan diuretik Furosemide daripada thiazide.
KEMASAN :
Acepress Tablet 25 mg : Dus berisi 10 strip @ 10 tablet

PABRIK :
Bernofarm

ACETENSA
CODE: S18
Harga Per Satuan Terkecil : Rp10,300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACETENSA
GENERIK
Losartan K.
INDIKASI
Hipertensi.
PERHATIAN
Kehamilan, bayi baru lahir, menyusui, penurunan volume intravaskuler.
EFEK SAMPING
Lelah, bengkak, sakit perut, nyeri dada, sakit kepala, faringitis, angina pektoris, blok atrioventrikular derajat ke-2, kerusakan cerebrovaskular, hipotensi, infark miokardial, gangguan
fungsi hati.
KEMASAN
Tablet 50 mg x 3 x 10
DOSIS
Dosis awal : 50 mg/hari, dapat ditingkatkan menjadi 100 mg 1 kali sehari.

ACTAPIN 10 TABLET
CODE: S20
Harga Per Satuan Terkecil : Rp7,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
ACTAPIN

GENERIK
Amlodipine besylate.
INDIKASI
Hipertensi, angina stabil dan atau angina Prinzmetal's atau varian.
KONTRA INDIKASI
Hipertensi berat, kehamilan.
PERHATIAN
#
#

Kerusakan fungsi hati dan ginjal.


Gagal jantung, menyusui, usia lanjut.

EFEK SAMPING
Pusing, sakit kepala, wajah kemerahan, flushing, somnolen, otot letih, edema perifer
(ankles), palpitasi, nyeri perut, mual, mengantuk.

KEMASAN
Tablet 10 mg x 3 x 10's.
DOSIS
Awal 5 mg sehari, dapat ditingkatkan sampai 10 mg sehari.
Lanjut usia & pasien dengan insufisiensi hati Awal 2.5 mg sekali sehari.

ACTAPIN 5 TABLET
CODE: S19
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
ACTAPIN

GENERIK
Amlodipine besylate.
INDIKASI
Hipertensi, angina stabil dan atau angina Prinzmetal's atau varian.
KONTRA INDIKASI
Hipertensi berat, kehamilan.

PERHATIAN
#
#

Kerusakan fungsi hati dan ginjal.


Gagal jantung, menyusui, usia lanjut.

EFEK SAMPING
Pusing, sakit kepala, wajah kemerahan, flushing, somnolen, otot letih, edema perifer
(ankles), palpitasi, nyeri perut, mual, mengantuk.
KEMASAN
Tablet 5 mg x 3 x 10's.
DOSIS
Awal 5 mg sehari, dapat ditingkatkan sampai 10 mg sehari.
Lanjut usia & pasien dengan insufisiensi hati Awal 2.5 mg sekali sehari.

ADALAT 10mg
CODE: S21
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Adalat

Obat koroner kardioprotektif.

Komposisi :
nifedipin
Cara Kerja
Tiap tablet salut selaput Adalat 10 mengandung nifedipin 10 mg Tiap tablet salut selaput
Adalat5 mengandung nifedipin 5 mg
Adalat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner akut dan kronik
(terutama angina pektoris, kondisi pasca infark) dan sebagai obat pelengkap untuk terapi
hipertensi.
Zat aktif, dikembangkan oleh laboratorium riset Bayer, bertahun-tahun telah diuji untuk
memenuhi persyaratan internasional yang ketat. Sifat-sifat terpenting yang tampak pada
penelitian tersebut :
-

perbaikan suplai oksigen yang nyata ke miokard, disertai berkurangnya kebutuhan


oksigen.
bukit obyektif tentang efek obat setelah terapi per oral, bahkan dengan dosis
rendah.
rasio yang baik antara intensitas dan lama efek obat, serta toleransi yang baik.

Dosis dan Kecuali ditentukan lain oleh dokter, dosis sekali pemberian adalah 5 10 mg.
cara pemberian Dosis rata rata sehari : 5 10 mg 3 kali sehari.
Diperlukan tenggang waktu minimal 2 jam di antara dua dosis pemberian. Tablet biasanya
diminum sebelum maka dengan air. Jika diinginkan mula kerja obat yang sangat cepat.
tablet dapat dikunyah dan biarkan isinya me-nyebar didalam mulut. Dengan kontak
langsung dengan mukosa mulut zat aktif yang rasanya enak cepat diabsorpsi.

Kontra-indikasi
Adalat tidak boleh digunakan selama kehamilan dan terdapat hipersen-sitifitas terhadap
obat.
Nifedipin bisa masuk kedalam ASI. Belum diketahui apakah efek farmakologis obat dapat
terjadi pada bayi. Namun, pemberian ASI sebaiknya dihentikan. Pemberian obat harus
dilakukan secara hati -hati pada pasien dengan tekanan darah sangat rendah {hipotensi
berat: sistoiik kurang dari 90 mmHg). Jangan memberikan Adalat pada syok kardiogenik.
Efek samping
Biasanya ringan dan hanya sementara. terutama terjadi pada awal pengobatan. Gejalanya
berupa sakit kepala, muka merah, dan sensasi rasa panas. Mual, pening, rasa Iesu, reaksi
kulit, peresthesia, tekanan darah turun di bawah normal (reaksi hipotensi) dan peningkatan
denyut jantung pernah dilaporkan, terutama pada dosis tinggi.

Akumulasi cairan di tungkai bawah (edema) kadang - kadang terjadi akibat di-latasi
pembuluh darah.
Kelainan gusi (hiperplasia gingiva). yanghilang sama sekali setelah obat dihentikan, dapat
terjadi pada pengobatan jangka panjang. Nyeri dada (mungkin gejala mirip angina pektoris)
sangat jarang terjadi. Kalau ditemukan, biasanya terjadi dalam 30 menit setelah meminum
obat. Bila hal ini terjadi, sebaiknya konsultasi pada dokter.Obat harus diberikan secara hatihati pada pasien dialisa dengan hipertensi maligna dan pada pasien dengan gagal ginjal
yang ireversibel karena dapat terjadi penurunan tekanan darah yang hebat karena
vasodilatasi. Gangguan fungsi hati (kolestasis Intrahepatik, peningkatan serum transaminase), Yang reversibel setelah pemberian obat dihentikan, jarang terjadi pada pasien yang
mendapat Adalat. Pada kasus yang sangat jarang, tampak peningkatan gula darah
(hiperglikemia) yang bersifat temporer pada studi akut. Ini sangat penting untuk penderita
diabetes mellitus. Adalat tidak diabetogenik. Pasien pria usia lanjut yang mendapat
pengobatan jangka panjang mungkin akan mengalami pembesaran kelenjar mammae
(ginekomastia) yang akan hilang sama sekali setelah obat dihentikan. Kasus seperti ini
sangat jarang terjadi. Pada pasien yang mendapat obat ini sebagai antihipertensi harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Reaksi terhadap obat, yang berbeda pada
setiap individu, dapat berupa gangguan dalam mengemudi atau men-jalankan mesin. Hal ini
terutama terjadi pada awal pengobatan, waktu ber-ganti obat dan jika obat diminum
bersama alkohol. Efek menurunkan tekanan darah dari Adalat dapat diperkuat oleh obat
antihipertensi lain . Apabila Adalat diberikan bersama penghambat reseptor- p pasien
perlu dimonitor terhadap kemungkinan hipotensi berat, gagal jantung mungkin juga terjadi.
Pemberian nifedipin bersama simetidin juga dapat memperkuat efek antihipertensi obat ini.
Dus isi 5 blister @ 10 tablet salut selaput
Dibuat oleh PT Bayer Indonesia, Jakarta dengan lisensi dan di bawah pengawasan
Bayer HealthCare AG. Jerman (pemilik merk dagang) Req. No. DKL8102000117A1
Adalat 10
I Harus dengan resep dokter. I
Reg. No. DKL8302000117B1 AdalaC5
Penyimpanan Simpan dibawah suhu 30C
8292 0363 1/0067 PWM

ADALAT 5mg
CODE: S1
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,850.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Adalat

Obat koroner kardioprotektif.


Komposisi :
nifedipin
Cara Kerja`
Tiap tablet salut selaput Adalat 10 mengandung nifedipin 10 mg Tiap tablet salut selaput
Adalat5 mengandung nifedipin 5 mg
Adalat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner akut dan kronik
(terutama angina pektoris, kondisi pasca infark) dan sebagai obat pelengkap untuk terapi
hipertensi.
Zat aktif, dikembangkan oleh laboratorium riset Bayer, bertahun-tahun telah diuji untuk
memenuhi persyaratan internasional yang ketat. Sifat-sifat terpenting yang tampak pada
penelitian tersebut :
-

perbaikan suplai oksigen yang nyata ke miokard, disertai berkurangnya kebutuhan


oksigen.
bukit obyektif tentang efek obat setelah terapi per oral, bahkan dengan dosis
rendah.
rasio yang baik antara intensitas dan lama efek obat, serta toleransi yang baik.

Dosis dan Kecuali ditentukan lain oleh dokter, dosis sekali pemberian adalah 5 10 mg.
cara pemberian Dosis rata rata sehari : 5 10 mg 3 kali sehari.
Diperlukan tenggang waktu minimal 2 jam di antara dua dosis pemberian. Tablet biasanya
diminum sebelum maka dengan air. Jika diinginkan mula kerja obat yang sangat cepat.
tablet dapat dikunyah dan biarkan isinya me-nyebar didalam mulut. Dengan kontak
langsung dengan mukosa mulut zat aktif yang rasanya enak cepat diabsorpsi.

Kontra-indikasi
Adalat tidak boleh digunakan selama kehamilan dan terdapat hipersen-sitifitas terhadap
obat.
Nifedipin bisa masuk kedalam ASI. Belum diketahui apakah efek farmakologis obat dapat
terjadi pada bayi. Namun, pemberian ASI sebaiknya dihentikan. Pemberian obat harus
dilakukan secara hati -hati pada pasien dengan tekanan darah sangat rendah {hipotensi
berat: sistoiik kurang dari 90 mmHg). Jangan memberikan Adalat pada syok kardiogenik.
Efek samping

Biasanya ringan dan hanya sementara. terutama terjadi pada awal pengobatan. Gejalanya
berupa sakit kepala, muka merah, dan sensasi rasa panas. Mual, pening, rasa Iesu, reaksi
kulit, peresthesia, tekanan darah turun di bawah normal (reaksi hipotensi) dan peningkatan
denyut jantung pernah dilaporkan, terutama pada dosis tinggi.
Akumulasi cairan di tungkai bawah (edema) kadang - kadang terjadi akibat di-latasi
pembuluh darah.
Kelainan gusi (hiperplasia gingiva). yanghilang sama sekali setelah obat dihentikan, dapat
terjadi pada pengobatan jangka panjang.
Nyeri dada (mungkin gejala mirip angina pektoris) sangat jarang terjadi. Kalau ditemukan,
biasanya terjadi dalam 30 menit setelah meminum obat. Bila hal ini terjadi, sebaiknya
konsultasi pada dokter.
Obat harus diberikan secara hati-hati pada pasien dialisa dengan hipertensi maligna dan
pada pasien dengan gagal ginjal yang ireversibel karena dapat terjadi penurunan tekanan
darah yang hebat karena vasodilatasi.Gangguan fungsi hati (kolestasis Intrahepatik,
peningkatan serum transamina-se), Yang reversibel setelah pemberian obat dihentikan,
jarang terjadi pada pasien yang mendapat Adalat.Pada kasus yang sangat jarang, tampak
peningkatan gula darah (hiperglikemia) yang bersifat temporer pada studi akut. Ini sangat
penting untuk penderita diabetes mellitus. Adalat tidak diabetogenik.Pasien pria usia lanjut
yang mendapat pengobatan jangka panjang mungkin akan mengalami pembesaran kelenjar
mammae (ginekomastia) yang akan hilang sama sekali setelah obat dihentikan. Kasus
seperti ini sangat jarang terjadi. Pada pasien yang mendapat obat ini sebagai antihipertensi
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Reaksi terhadap obat, yang berbeda
pada setiap individu, dapat berupa gangguan dalam mengemudi atau men-jalankan mesin.
Hal in iterutama terjadi pada awal pengobatan, waktu ber-ganti obat dan jika obat diminum
bersama alkohol.Efek menurunkan tekanan darah dari Adalat dapat diperkuat oleh obat
antihipertensi lain . Apabila Adalat diberikan bersama penghambat reseptor- p pasien
perlu dimonitor terhadap kemungkinan hipotensi berat, gagal jantung mungkin juga terjadi.
Pemberian nifedipin bersama simetidin juga dapat memperkuat efek antihipertensi obat ini.

Dus isi 5 blister @ 10 tablet salut selaput


Dibuat oleh PT Bayer Indonesia, Jakarta dengan lisensi dan di bawah pengawasan
Bayer HealthCare AG. Jerman (pemilik merk dagang) Req. No. DKL8102000117A1
Adalat 10
I Harus dengan resep dokter. I
Reg. No. DKL8302000117B1 AdalaC5
Penyimpanan Simpan dibawah suhu 30C
8292 0363 1/0067 PWM

ADALAT OROS 30mg

CODE: S2
Harga Per Satuan Terkecil : Rp7,800.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu
ADALAT OROS

Obat anti hipertensi / Koroner

Komposisi :
Zat aktif : Nifedipine
1 tasblet mengandung nifedipine 20 mg,30 mg,60 mg.

Indikasi :
1.
2.
3.
4.

Pengobatan hipertensi
Pengobatan penyakit jantung koroner.
Angina pectoris stabil kronik ( angina of effort )
Angina pectoris pasca infark (kecuali 8 hari pertama pasca infark miokardium
akut).
POSOLOGI

Pendosisan (Dosis dan interval)


Sedapat mungkin obat harus dititrasi sesuai kebutuhan pasien.Tergantung gambaran klinis
setiap kasus,dosis dasar harus diberikan secara bertahap.Pasien dengan gangguan fungsi
hepar harus dimonitor secara seksama,dan pada kasus yang berat dosis mungkin harus
dikurangi.
Kecuali ditentukan lain,pedoman dosis untuk dewasa adalah sebagai berikut :
@ Untuk hipertensi :
1 tablet Adalat OROS 20 satu kali sehari (1x20 mg/hari)
1 tablet Adalat OROS 30 satu kali sehari (1x30 mg/hari)

1 tablet Adalat OROS 60 satu kali sehari (1x60 mg/hari)


@ Untuk Penyakit Jantung Koroner :
-

Angina pectoris Stabil Kronis


(angina of effort)
1 tablet Adalat OROS 20 Satu kali sehari (1x20 mg/hari)
1 tablet Adalat OROS 30 satu kali sehari ( 1x30 mg/hari)
1 tablet Adalat OROS 60 satu kali sehari ( 1x60 mg/hari)
Angina Pectoris Pasca Infark
(kecuali 8 hari pertama pasca infark miokardium akut)
1 tablet Adalat OROS 20 Satu kali sehari (1x20 mg/hari)
1 tablet Adalat OROS 30 satu kali sehari ( 1x30 mg/hari)
1 tablet Adalat OROS 60 satu kali sehari ( 1x60 mg/hari)

Pada umumnya terapi dimulai dengan 30 mg satu kali sehari.


Dosis awal 20 mg satu kali sehari dapat dipertimbangkan sesuai indikasi medis.
Tergantung beratnya penyakit dan respons pasien,dosis dapat ditingkatkan secara bertahap
hingga 60 mg satu kali sehari.
Pada Angina pectoris,bila efek terapeutik yang adekuat belum tercapai setelah 14 hari
pengobatan,obat sebaiknya diganti dengan tablet Adalat kerja cepat (10 mg),sesuai
petunjuk dokter.

Lama pengobatan :
Lamanya pengobatan ditentukan oleh dokter.
Pemberian
Tablet harus ditelan utuh dengan sedikit air,tanpa tergantung waktu makan.
Tablet tidak boleh dikunyah atau dihancurkan!!

Kontra indikasi
Adalat OROS tidak boleh diberikan pada kasus syok kardiovaskuler.Adalat OROS tidak boleh
diberikan dalam 8 hari pertama pasca infark miokardium akut.Nifedipine tidak boleh
diberikan bersama rifampicin karena kadar plasma nifedipine yang efisien tidak akan
tercapai akibat induksi enzim.Adalat OROS tidak boleh diberikan pada pasien Kock pouch
(ileostomi pasca proktokolektomi).

FARMAKOLOGI
Nifedipine adalah antagonis kalsium jenis 1,4-dihydropyridine.Antagonis kalsium dapat
mengurangi influx transmembran ion-ion kalsium melalui kanal kalsium lambat kedalam
sel.Nifedipine khususnya bekerja pada sel-sel miokardium dan sel-sel otot polos arteria
koronaria serta resistensi perifer pembuluh darah.Dijantung,nifedipine mendilatasi arteri
koronaria,khususnya pembuluh-pembuluh besar bahkan yang berada pada dinding segmen

bebas didaerah dengan stenosis parsiel.Selain itu,nifedipine mengurangi tonus otot polos
vaskuler di arteria dan mencegah vasopasme.Hasil akhir dari semua efek ini adalah
peningkatan aliran darah post-stenotik dan peningkatan suplai oksigen.Dengan
demikian,nifedipine juga mengurangi kebutuhan oksigen dan mengurangi resistensi perifer
(afterload).Pada pemberian jangka panjang nifedipine juga dapat mencegah terjadinya lesi
aterosklerotik baru di arteri koronaria.Nifedipine mengurangi tonus otot polos di arteriol
sehingga mengurangi resistensi perifer dan berarti menurunkan tekanan darah,pada awal
pemberian nifedipine mungkin terjadi refleks peningkatan heart rate,dan berarti juga curah
jantung,yang bersifat sementara.Tetapi peningkatan ini tidak cukup untuk mengkompensasi
vasodilatasi.Nifedipine juga meningkatkan ekskresi natrium dan air,baik dalam pemberian
jangka pendek maupun pemberian jangka panjang.Efek menurunkan takanan darah dari
nifedipine khususnya sangat menonjol pada penderita hiretensi.

Penyimpanan :
Dibawah suhu 300C,terlindung dari cahaya.

ALDACTONE 100 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,750.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

ALDACTONE 100 Mg

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Spironolactone / Spironolakton.
INDIKASI :
Gangguan edematosa, gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma nefrotik, edema
idiopatik, diagnosis & pengobatan aldosteronisme primer, hipertensi, hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola pertumbuhan pertumbuhan

rambut laki-laki).
KONTRA INDIKASI :
Isufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.
PERHATIAN :
Penggunaan bersamaan dengan obat-obat penopang Kalium atau Kalium tambahan,
gangguan fungsi ginjal, menyusui, anestesi/pembiusan.
Interaksi obat :
- Bisa mengurangi respon vaskuler terhadap noradrenalin.
- Menghalangi klirens Digoksin.
- Kalium tambahan atau zat-zat penyerap kalium.
- Karbenoksolon.
EFEK SAMPING :
Ginekomastia (pembesaran payudara pria), gangguan pada saluran pencernaan, ngantuk,
letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar,
tetapi segera tertidur kembali), bercak-bercak merah pada kulit, sakit kepala, kekacauan
mental, ataksia (gangguan koordinasi gerakan), impotensi, menstruasi tidak teratur,
perdarahan sesudah menopause.
Jarang : agranulositosis.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 100 mg x 100 biji.
DOSIS :
* Edematosa : dosis harian diberikan setiap hari atau sebagai dosis tunggal.
* Gagal jantung kongestif : awalnya 100 mg/hari, ditingkatkan secara bertahap sampai 200
mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya : 25-200 mg/hari.
* Sirosis hati :
- rasio Na/K dalam urin lebih dari 1 : dosis yang dianjurkan 100 mg/hari.
- rasio Na/K dalam urin kurang dari 1 : dosis yang dianjurkan 200-400 mg/hari.
- dosis rumat : tergantung keadaan masing-masing pasien.
* Sindroma nefrotik : 100-200 mg/hari.
* Edema idiopatik : dosis lazim 100 mg/hari.
Anak-anak : dosis harian awalnya sekitar 3,3 mg/kg berat badan.
* Diagnosis dan pengobatan aldosteronisme primer :
- tes panjang : 400 mg/hari selama 3-4 minggu.
- tes singkat : 400 mg selama 4 hari.
* Hipertensi : 50-100 mg/hari diberikan sebagai dosis terbagi atau sebagai dosis tunggal.
Hipertensi ganas : hanya sebagai terapi tambahan, dosis awal : 100 mg/hari, ditingkatkan

sampai 400 mg/hari dengan interval waktu tiap 2 minggu jika perlu.
* Hirsutisme : 100-200 mg/hari dalam dosis terbagi secara terus-menerus atau bersiklus.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
PABRIK :
Soho

ALDACTONE 25 mg
CODE: FF4
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,850.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

ALDACTONE 20 mg

GENERIK
Spironolakton.
INDIKASI
Gangguan edematosa, gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma nefrotik, edema
idiopatik, diagnosis & pengobatan aldosteronisme primer, hipertensi, hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola pertumbuhan pertumbuhan
rambut laki-laki).

KONTRA INDIKASI
Isufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.
PERHATIAN
Penggunaan bersamaan dengan obat-obat penopang Kalium atau Kalium tambahan,
gangguan fungsi ginjal, menyusui, anestesi/pembiusan.
Interaksi obat :
-

Bisa mengurangi respon vaskuler terhadap noradrenalin.


Menghalangi klirens Digoksin.
Kalium tambahan atau zat-zat penyerap kalium.
Karbenoksolon.

EFEK SAMPING
Ginekomastia (pembesaran payudara pria), gangguan pada saluran pencernaan, ngantuk,
letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar,
tetapi segera tertidur kembali), bercak-bercak merah pada kulit, sakit kepala, kekacauan
mental, ataksia (gangguan koordinasi gerakan), impotensi, menstruasi tidak teratur,
perdarahan sesudah menopause.
Jarang : agranulositosis.
KEMASAN
Tablet 25 mg x 100 biji.
DOSIS
#
#
#

#
#

Edematosa : dosis harian diberikan setiap hari atau sebagai dosis tunggal.
Gagal jantung kongestif : awalnya 100 mg/hari, ditingkatkan secara bertahap
sampai 200 mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya : 25-200 mg/hari.
Sirosis hati :
rasio Na/K dalam urin lebih dari 1 : dosis yang dianjurkan 100
mg/hari.
rasio Na/K dalam urin kurang dari 1 : dosis yang dianjurkan 200-400
mg/hari.
dosis rumat : tergantung keadaan masing-masing pasien.
Sindroma nefrotik : 100-200 mg/hari.
Edema idiopatik : dosis lazim 100 mg/hari.

Anak-anak : dosis harian awalnya sekitar 3,3 mg/kg berat badan.

#
#

Diagnosis dan pengobatan aldosteronisme primer :


tes panjang : 400 mg/hari selama 3-4 minggu.
tes singkat : 400 mg selama 4 hari.
Hipertensi : 50-100 mg/hari diberikan sebagai dosis terbagi atau sebagai dosis
tunggal.
Hipertensi ganas : hanya sebagai terapi tambahan, dosis awal : 100 mg/hari,
ditingkatkan sampai 400 mg/hari dengan interval waktu tiap 2 minggu jika perlu.
Hirsutisme : 100-200 mg/hari dalam dosis terbagi secara terus-menerus atau
bersiklus.

AMCOR TABLET 5 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

AMCOR TABLET 5 Mg

INDIKASI :
Hipertensi, angina.
PERHATIAN :
Kerusakan ginjal & hati, gagal jantung kongestif. Kehamilan & menyusui, usia lanjut.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, edema, letih, somnolon, mual, nyeri perut, flushing, palpitasi & pusing.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau

embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 7 mg x 30's.
DOSIS :
Awal 5 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan sampai maksimal 10 mg.
Pasien kecil, lemah, usia lanjut atau pasien dengan insufisiensi hati Awal 2.5 mg sekali
sehari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PABRIK :
Merck

AMLODIPINE 10 Mg
CODE: 548
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

AMLODIPINE 10 MG

FARMAKOLOGI :
Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium)
yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos
vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot

jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian
besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri
perifer yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan
darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang
berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak
menyebabkan terjadinya hipotensi akut.
Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat
menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi
frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan
kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.
Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi
normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari
dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi
segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet
nitrogliserin.
Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada
pasien asma, diabetes serta gout.
INDIKASI :
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik
(angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
KONTRA INDIKASI :
Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan
golongan dihidropiridin lainnya.
DOSIS :
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg
satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari.
Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada
awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan
antihipertensi lain, dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah
5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan tiazida, ACE
inhibitor, -bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
EFEK SAMPING :
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang
timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji
klinik antara lain : edema, sakit kepala.
Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada
wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih
besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine
diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir

belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.
Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
PERINGATAN & PERHATIAN :
Pasien dengan gangguan fungsi hati :
Waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang, sehingga perlu pengawasan.
INTERAKSI OBAT :
Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, abloker, -bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid,
antibiotika, serta obat hipoglikemik oral.
Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal
digoxin pada pasien normal.
Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin,
phenytoin, warfarin dan indomethacin.
Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik amlodipine.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30C)
KEMASAN & NO REG. :
Amlodipine 10 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708513910B1.
PABRIK :
HEXPHARM

AMLODIPINE 1O MG KF
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

AMLODIPINE 1O MG

KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung :
Amlodipine besylate 13,8 mg setara dengan Amlodipine 10 mg

INDIKASI :
Penanganan pertama pada hipertensi dan dapat digunakan sebagai agent pengatur tekanan
darah pada kebanyakan pasien
KEMASAN & NO REG. :
5 strip @ 10 tablet
GKL 0812524010B1

PABRIK :
KIMIA FARMA

AMLODIPINE 5 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
AMLODIPINE 5 MG
HEXPHARM

FARMAKOLOGI :
Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium)
yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos
vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot
jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian
besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung. Efek
antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer

yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah.
Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung
selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak
menyebabkan terjadinya hipotensi akut. Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi
arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena
amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung
akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.
Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi
normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari
dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi
segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet
nitrogliserin. Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat
digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout.
INDIKASI :
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik
(angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
KONTRA INDIKASI :
Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan
golongan dihidropiridin lainnya.
DOSIS :
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg
satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia
lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu
kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal
yang digunakan adalah 2,5 mg.
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah
5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat Golongan tiazida, ACE
inhibitor, -bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
EFEK SAMPING :
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang
timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji
klinik antara lain : edema, sakit kepala.
Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada
wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih
besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine
diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir
belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.
Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
PERINGATAN & PERHATIAN :

Pasien dengan gangguan fungsi hati : Waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang,
sehingga perlu pengawasan.
INTERAKSI OBAT :
Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, abloker, -bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid,
antibiotika, serta obat hipoglikemik oral. Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar
digoxin serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal. Amlodipine tidak
mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin, phenytoin, warfarin dan
indomethacin. Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik
amlodipine.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30C)
KEMASAN & NO REG. :
Amlodipine 5 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet),
No. Reg : GKL0708513910A1.
PABRIK :
HEXPHARM

ANGIOTEN 50 Mg
CODE: S4
Harga Per Satuan Terkecil : Rp10,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

ANGIOTEN

KOMPOSISI :
Kalium losartan 50 mg/ tablet
INDIKASI :
Hipertensi
KEMASAN :
( HNA + ) Dos 3 x 10 tablet

APROVEL 150 mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,800.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

APROVEL 300 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp15,900.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

B-BETA 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,450.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

B-BETA 5 MG
Tablet salut selaput

Komposisi :
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Bisoprolol fumarate

5mg

Indikasi :
Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan anti
hipertensi lain
Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarate

Bisoprolol dikontraindikasikan pada penderita cardiogenic shock,kelainan jantung, AV blok tingkat II atau
III,Bradikardia sinus.

Dosis
Dosis awal 5mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20mg sekali sehari
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatin kurang
dari 40ml/menit) dengan dosis awal 2,5mg sekali sehari.
Kemasan dan nomor registrasi:
kotak, 3blister @10 tablet salut selaput DKL0434601917A1
Diproduksi oleh
PT. DEXAMEDICA
Palembang-lndonesia

BETA ONE 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

BETA ONE 5 MG

ZAT AKTIF:
Bisoprolol 2.5mg & 5mg
KEMASAN & NO REG :

1.

BETA-ONETM 5mg (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No Reg: DKL 0604424917B1

2.

BETA-ONETM 2.5mg (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No Reg: DKL 0604424917A1

INDIKASI:
Hipertensi esensial
KONTRA INDIKASI:
Beta-OneTM dikontraindikasikan terhadap pasien dengan shock cardiogenic, overt cardiac failure,
second or third degree AV block dan marked sinus bradycardia.
DOSIS:
Dosis Beta-OneTM harus diindividualisasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Umumnya dosis Beta-OneTM adalah 5
mg sekali sehari.
Beberapa pasien dengan gangguan ginjal, hati atau paru, dapat diberikan 2.5 mg sekali sehari.
Beta-One dapat diberikan sebelum atau sesudah makan.
EFEK SAMPING
Beta-OneTM umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan efek sampingnya ringan. Efek samping yang jarang
meliputi kram perut,
diare, pusing, sakit kepala, mual, impoten, denyut jantung melambat dan tekanan darah rendah.
IBU HAMIL DAN MENYUSUI:
Kehamilan kategori C, tidak ada studi yang cukup kuat mengenai bisoprolol terhadap ibu hamil.
Belum diketahui dengan jelas apakah bisoprolol disekresi di air susu.

BETABLOK 100 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,500.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
BETABLOK 100 MG

atenolol 50 mg
etanolol 100 mg
INDIKASI:
Hipertensi,angina pektoris
KONTRA INDIKASI:
Sinus bradikardia, henti jantung fase II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung.
DOSIS:
Hipertensi: dosis awal 50 mg tablet sehari, dapat ditambah diuretik; jika efek tidak tampak
selama satu sampai dua minggu, dosisi dinaikkan sampai 100 mg sehari.
angina pektoris: 50-100 mg sehari
KEMASAN:
Dos 3x10 tablet 50 mg
Dos 3x10 tablet 100 mg
DIPRODUKSI OLEH:
PT. Kalbefarma

BETABLOK 50 Mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,550.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

BETABLOK 50 MG

atenolol 50 mg
etanolol 100 mg
INDIKASI:
Hipertensi,angina pektoris
KONTRA INDIKASI:
Sinus bradikardia, henti jantung fase II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung.
DOSIS:
Hipertensi: dosis awal 50 mg tablet sehari, dapat ditambah diuretik; jika efek tidak tampak
selama satu sampai dua minggu, dosisi dinaikkan sampai 100 mg sehari.
angina pektoris: 50-100 mg sehari
KEMASAN:
Dos 3x10 tablet 50 mg
Dos 3x10 tablet 100 mg
DIPRODUKSI OLEH:
PT. Kalbefarma

BLOPREES
[Hubungi Kami Untuk Harga di 03517813966 ]
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

BLOPREES
Kandesartan sileksetil 8 mg.
INDIKASI:
Hipertensi.
KONTRA INDIKASI:
Hipertensitivitas.
PERHATIAN:
Tidak boleh digunakan bersama diuretik hemat kalium; tidak boleh diberikan pada wanita hamil
dan menyusui.
DOSIS:
Dosis awal:4 mg perhari,maksimum 16 mg sehari.
KEMASAN:
Dos 2x7 tablet 8 mg
Dos 2x7 tablet 16 mg
DIPRODUKSI OLEH:
PT TAKEDA

BLOPREES PLUS 16 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp16,500.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
BLOPRESS PLUS

GOLONGAN : K

KANDUNGAN :
Candesartan cilexetil 16 mg, hydrochlorothiazide 12,5 mg.

INDIKASI :
Terapi pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol adekuat dengan candesartan
atau hidroklorotiazid tunggal.

KONTRA INDIKASI :
Hamil dan laktasi, gangguan ginjal berat (bersihan kreatin lebih kecil 30 mL/menit),
gangguan hati berat atau kolestatis, hipokalemia dan hiperkalsemia refrakter, gout.

PERHATIAN :
Stenosis arteri renal unilateral atau bilateral, penyakit ginajl, pasien dengan penurunan
volume intravaskular atau natium, gangguan fungsi hati atau penyakit progresif, systemic
lupus erythematosus. Pemeriksaan periodik serum elektrolit.

INTERAKSI OBAT :
Alkohol, barbitural, narkotik, obat antidiabetik, antihipertensi lain, cholestiramin dan resin
cholestipol, kortikosteroid, amino pressor, obat relaksasi otot skeletal non-depolarizing,
lithium, anti inflamasi non steroid.

EFEK SAMPING :
Infeksi saluran napas atas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :


C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

KEMASAN & NO REG. :


Tablet 14's, DKL 0825103010A1

DOSIS :
1 x sehari 1 tablet

PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

PABRIK : Takeda

BLOPRESS 16 MG
CODE: S6

Harga Per Satuan Terkecil : Rp16,450.00


BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

TABLET BLOPRESS 16 MG

KOMPOSISI :
Tablet Blopress 8 mg: Tablet berbentuk bulat bergaris belah pada satu sisinya, berwama merah
muda pucat, mengandung candesartan cilexetil 8 mg.
Tablet Blopress 16 mg: Tablet berbentuk bulat, berwarna merah muda-, tanpa garis belah pada
kedua sisi, mengandung candesartan cilexetil 16 mg.
FARMAKOLOGI
Angiotensin II adalah hormon vasoaktif utama pada sistim renin-angiotensin aldosteron dan
sangat berperan pada patofisiologi hipertensi, gagal jantung dan gangguan kardiovaskular lain.
Angiotensin II Juga berperan penting pada patogenesis kerusakan dan hipertropi organ target.
Efek fisiologi utama dari angiotensin II seperti vasokonstriksi. perangsangan aldosteron.
pengaturan homeostatis air dan garam, dan perangsangan pertumbuhan sel adalah melalui
reseptortipe I (AT1).
Blopress adalah prodrug yang digunakan per oral. Prodrug tersebut berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu candesartan sewaktu diabsorpsi di saluran pencernaan dengar mengalami hidrolisa
ester. Blopress adalah antagonis reseptor angiotensin II, yang selektif terhadap reseptor AT1.
ikatannya sangat kuat dan terlepas dari reseptor secara periahan-lahan. Candesartan tidak
mempunyai efek agonis.
Candesartan tidak menghambat ACE yang mengubah angiotensin I menjad angiotensin II dan
mengubah bradikinin. Tidak mempengaruhi ACE dan tidak ada efek potensiasi terhadap
bradikinin atau substansi P. Pada percobaan klinis terkontrol yang membandingkan Blopress
dengan ACE-inhibitors, frekuensi batuk lebih rendah pada pasien yang menerima Blopress.
Candesartan tidak berikatan atau menghambat reseptor hormon lain atau saluran ion yang
diketahui penting dalam pengaturan kardiovaskular.
Hipertensi :
Pada hipertensi, penurunan tekanan darah oleh Blopress dipengaruhi oleh dosis yang diberikan.

Efek antihipertensi disebabkan oleh menurunnya resistensi sistemik perifer, tanpa mempengaruhi
denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung. Tidak dijumpai adanya tanda-tanda "first
dose hypotension" atau "rebound effect" setelah obat dihentikan.
Blopress efektif pada semua tingkatan hipertensi.
Setelah pemberian Blopress dosis tunggal, mula kerja antihipertensi dicapai dalam waktu 2 jam.
Dengan pengobatan yang terus menerus. penurunan maksimal tekanan darah dengan berbagai
dosis dicapai dalam waktu 4 minggu dan bertahan selama pengobatan diberikan. Blopress efektif
dan secara periahan tapi pasti menurunkan tekanan darah selama lebih dari 24 jam dengan sedikit
perbedaan efektifitas antara konsentrasi maksimum dengan konsentrasi terendah dari obat
tersebut.
Penggunaan Blopress bersamaan dengan hidroklorotiazid, penurunan tekanan darah menjadi
bertambah. Efektifitas Blopress tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Blopress meningkatkan aliran darah di ginjal dan tidak mempengaruhi, atau meningkatkan
kecepatan filtrasi glomeruli, sementara tahanan pembuluh darah ginjal dan fraksi filtrasi
menurun. Pemberian Blopress tidak mempengaruhi glukosa atau profil lipid dalam darah.
Gagal Jantung :
Pengobatan dengan candesartan cilexetil mengurangi angka mortalitas dan rawat inap yang
diakibatkan oleh gagal jantung dan memperbaiki gejala pada pasien dengan disfungsi sistolik
ventrikel kiri, seperti ditunjukkan pada studi CHARM (Candesartan in Hearth Failure Assessment of Reduction in Mortality and morbidity).
Manfaat yang diperoleh dari candesartan terhadap kematian karena kardiovaskular dan rawat
inap karena gagal jantung adalah konsisten tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin atau
pengobatan lain yang sedang berlangsung. Candesartan juga efektif digunakan bersamaan
dengan beta-bloker ataupun penghambatACE, manfaat juga diperoleh terlepas dari apakah
pasien menggunakan penghambatACE dengan dosis sesuai target yang dianjurkan oleh panduan
atau tidak.
Pada pasien gagal jantung dan fungsi sistolik ventrikel kiri yang berkurang (LVEF < 40%),
candesartan menurunkan resistensi vaskular sistemik dan tekanan kapiler pulmonari,
meningkatkan aktivitas renin plasma dan konsentrasi angiotensin II serta menurunkan kadar
aldosteron.
INDIKASI :
-

Hipertensi
Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
(LVEF < 40%) ketika obat penghambatACE tidak ditolerir.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :


Dosis pada Hipertensi :

Dosis awal Blopress adalah 4 mg per hari. Dosis dinaikkan sesuai dengan respon pengobatan
sampai maksimum 16 mg sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4
minggu setelah pengobatan.
Penggunaan pada orang tua :
Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal bila diberikan pada pasien berumur sampai 75 tahun.
Pada pasien di atas 75 tahun dianjurkan diberi dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis
dapat ditingkatkan tergantung dari respon.
Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal: Tidak diperlukan penyesuaian dosis
bila diberikan pada pasien dengan kegagalan ginjal ringan. Pada pasien dengan kegagalan ginjal
sedang dan berat dianjurkan, pemberian Blopress dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis
dapat ditingkatkan sesuai dengan respon.
Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hati : Pada pasien dengan kegagalan hati
ringan dan sedang dianjurkan, pemberian Blopress dengan dosis awal 2 mg sehari, dan dosis
dapat ditingkatkan sesuai respon. Belum ada pengalaman penggunaan Blopress pada pasien
dengan penyakit hati berat.
Penggunaan pada anak-anak :
Tidak ada pengalaman tentang keamanan dari efektifitas pemberian Blopress pada
anak-anak.
Dosis pada Gagal Jantung :
Dosis awal yang dianjurkan adalah 4 mg per hari. Peningkatan dosis sampai dengan 32 mg sekali
per hari atau dosis tertinggi yang dapat ditpleransi, dilakukan dengan menggandakan dosis
dengan interval minimal 2 minggu.
Populasi pasien tertentu :
Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal untuk pasien orang tua atau pada pasien dengan
pengurangan volume intravaskular, gangguan ginjal, dan gangguan hati yang ringan sampai
sedang.
Terapi kombinasi :
Blopress dapat diberikan dengan pengobatan gagal jantung lainnya, termasuk penghambat ACE,
beta-bloker, diuretik dan digitalis atau kombinasi dari obat-obat tersebut.
Cara pemberian :

Pemberian Blopress sekali sehari sebelum makan atau setelah makan.


Penggunaan pada anak-anak dan remaja :
Tidak ada pengalaman tentang keamanan dan efek pemberian Blopress pada anak-anak dan
remaja (dibawah 18 tahun).
KONTRAINDIKASI :
-

penderita yang hipersensitif terhadap komponen-komponen yang dikandung Blopress


Wanita hamil dan menyusui
Kerusakan hati yang berat dan atau kolestasis

EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN :


-

Terapi Hipertensi :
Pada penelitian klinis terkontrol, efek yang tidak dnnginkan bersifat ringan, sementara
dan sebanding dengan plasebo, serta tidak berhubungan dengan dosis dan umur.
Penghentian pemberian obat karena timbulnya efek yang tidak dnnginkan adalah sama
pada kelompok yang diberi candesartan cilexetil (3.1%) dan plasebo (3.2%).
Dari analisa pada data percobaan klinis yang dikumpulkan, efek yang tidak diinginkan.
yang umum terjadi (>1/100) pada pemakaian candesartan cilexetil yang dilaporkan
berdasarkan kejadian dengan sedikitnya 1 % lebih tinggi danpada plasebo adalah
:Kejainan sistim saraf:
Pusing/vertigo, sakit kepala.

Infeksi dan infestasi :


Infeksi pernafasan.
Pemeriksaan laboratorium :
Pada umumnya pemberian Blopress tidak mempengaruhi nilai hasil pemeriksaan laboratorium
rutin. Seperti penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya, terjadi sedikit penurunan
hemoglobin. Peningkatan kreatinin, urea atau kalium serta penurunan natrium juga dapat terjadi.
Peningkatan S-GPT juga dilaporkan sebagai efek yang tidak diinginkan yang terjadi sedikit lebih
sering pada Blopress dibanding dengan plasebo (1.3% vs 0.5%). Tidak diperlukan pemeriksaan
laboratorium rutin pada pasien yang menerima Blopress. Bagaimanapun, pemeriksaan berkala
kreatinin serum dan
kalium dianjurkan untuk pasien dengan gangguan ginjal.

Terapi Gagal Jantung


Efek yang tidak diinginkan dari Blopress pada pasien gagal jantung dipengaruhi oleh
sifat farmakologi obat dan tingkat kesehatan pasien.

Efek samping yang umumnya terjadi (> 1/100, < 1/10) adalah :
Kelainan vaskular :
Hipotensi.
Gangguan metabolisme dan nutrisi :
Hiperkalemia.
Kelainan ginjal dan saluran kemih :
Gangguan ginjal.
Pemeriksaan laboratorium :
Terjadi peningkatan kreatinin, urea dan kalium. Dianjurkan pemeriksaan berkala kreatinin serum
dan kalium.
Post Marketing :
Laporan post marketing mengenai efek yang tidak diinginkan benkut dilaporkan sangat
jarang terjadi (<1/10.000), yakni :
Kelainan sistim darah dan limfa :
Kelainan metabolisme dan nutrisi :
Kelainan sistim saraf :
Kelainan pencernaan :

Leukopenia, neutropenia dan agranulositosis.


Hiperkalemia, hiponatremia.
Pusing, sakit kepala.
Mual.

Kelainan hepato-biliari :
Meningkatnya enzim hati, fungsi hati yang abnormal atau hepatitis.
Blopress dapat diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi lain.Kelainan kulit dan jaringan
subkutan : Angioudem, kulit kemerahan, urtikaria, pruritus. Kelainan muskuloskeletal, jaringan
ikat dan tulang : Nyeri punggung, artralgia, mialgia. Kelainan ginjal dan saluran kemih :

Gangguan ginjal, termasuk gagal ginjal pada pasien tertentu.

PERHATIAN :
Gagal ginjal
Seperti pada obat penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya, perubahan fungsi
ginjal dapat diantisipasi pada pasien tertentu yang diterapi dengan Blopress. Penggunaan
Blopress pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal disarankan melakukan pemeriksaan secara
berkala kadar kalium dan kadar kreatinin dalam serum. Pengalaman penggunaan Blopress pada
pasien dengan gagal ginjal yang parah dan sudah pada tingkat akhir (Clcreatinine < 15 ml/min)
masih sangat terbatas. Pada pasien seperti ini peningkatan dosis perlu dilakukan secara hati-hati
disertai dengan pemeriksaan tekanan darah. Evaluasi pasien gagal jantung harus meliputi
pemeriksaan berkala fungsi ginjal, terutama pada pasien lanjut usia 75 tahun atau lebih, dan
pasien gangguan fungsi ginjal. Sewaktu peningkatan dosis Blopress dianjurkan untuk melakukan
pengecekan kadar kreatinin dan kalium dalam serum. Percobaan klinis pada gagal jantung tidak
menyertakan pasien dengan kreatinin serum > 265 pmol/L (>3 mg/dl).
-

Terapi kombinasi dengan penghambat ACE pada gagal jantung:


Risiko dari efek yang tidak diinginkan, terutama kerusakan fungsi ginjal dan
hiperkalemia, dapat meningkat ketika Blopress digunakan secara kombinasi dengan
penghambat ACE. Pasien dengan pengobatan ini harus dimonitor secara teratur dan
dengan hati-hati.
Hemodialisa:
Selama dialisa. tekanan darah dapat menjadi sangat sensitif terhadap penghambatan
reseptor AT 1 sebagai akibat penurunan volume plasma dan aktivasi sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya titrasi Blopress harus dilakukan dengan hatihati dengan melakukan pengecekan tekanan darah yang teliti pada pasien hemodialisa.
Stenosis arteri renalis:
Obat-obat lain yang mempengaruhi sistim renin-angiotensin-aldosteron, misal :
penghambat ACE dapat meningkatkan urea darah dan kreatinin serum pada pasien
stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis arteri satu ginjal. Efek yang sama dapat
diantisipasi dengan penghambat reseptor angiotensin II.
Transplantasi ginjal :
Tidak ada pengalaman yang berhubungan dengan pemberian Blopress pada pasien
dengan transplantasi ginjal.
Hipotensi:
Hipotensi dapat terjadi selama pengobatan dengan Blopress pada pasien gagal jantung.
Seperti yang dideskripsikan pada obat lain yang bekerja pada sistim renin-angiotensinaldosteron, hipotensi juga dapat terjadi pada pasien hipertensi dengan pengurangan
volume intravaskular seperti pada pasien yang menerima diuretik dosis tinggi. Oleh
karena itu perlu hati-hati saat memulai pengobatan dan hipovolemia harus diatasi dahulu
sebelum pemberian Blopress.
Anestesi dan operasi:

Hipotensi dapat terjadi selama anestesi dan operasi pada pasien yang diberikan
penghambat angiotensin II akibat penghambatan sistim renin-angiotensin. Sangat jarang
terjadi, hipotensi yang parah dapat timbul sehingga memerlukan cairan intravena dan
atau vasopressor.
Stenosis katup aorta dan mitral (obstructive hypertrophic cardiomyopathy):
Seperti pada pemakaian vasodilator, perhatian khusus ditujukan pada pasien yang
menderita akibat hemodinamik yang berhubungan dengan stenosis katup aorta dan
mitral, atau obstructive hypertrophic cardiomyopathy.
Hiperaldosteron primer:
Pasien dengan hiperaldosteron primer umumnya tidak akan memberikan respon
terhadap obat golongan antihipertensi yang bekerja melalui penghambatan sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya penggunaan Blopress tidak dianjurkan.
Hiperkalemia:
Berdasarkan pengalaman pada penggunaan dengan obat lain yang mempengaruhi sistim
renin-angiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan diuretik hemat
kalium, suplemen kalium, pengganti garam yang mengandung kalium atau obat-obat
lainnya yang dapat meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan
peningkatan kadar kalium dalam serum pada pasien hipertensi. Hiperkalemia dapat
terjadi pada pasien gagal jantung yang diberi Blopress dan selama pengobatan dengan
Blopress dianjurkan melakukan pemeriksaan berkala kalium dalam serum, terutama
ketika penggunaan bersamaan dengan penghambat ACE dan diuretik hemat kalium
seperti spironolakton.
Umum:
Pada pasien dimana fungsi ginjal dan vascular tone sangat tergantung pada aktivitas
sistim renin-angiotensin-aldosteron (seperti pasien dengan gagal jantung kongestif atau
penyakit ginjal, termasuk stenosis arteri renalis), pengobatan dengan obat-obat lainnya
yang mempengaruhi sistim ini telah dikaitkan dengan timbulnya hipotensi akut,
azotemia, oliguria atau, yang jarang terjadi yaitu gagal ginjal akut. Kemungkinan efek
yang sama tidak dapat dipisahkan dengan penghambat reseptor angiotensin II. Sama
seperti antihipertensi lainnya, penurunan tekanan darah yang berlebih pada pasien
kardiopati iskemia atau serebrovaskular iskemia dapat menyebabkan infark miokard
atau stroke. Pasien dengan masalah herediter, yang jarang, yaitu intoleran galaktosa,
defisiensi "The Lapp lactase" atau malabsorpsi glukosa-galaktosa tidak boleh
menggunakan obat ini.

INTERAKSI OBAT :
Tidak ditemukan interaksi obat yang secara klinis bermakna.
Bahan-bahan yang telah diteliti pada penelitian farmakokinetik klinis termasuk :
hidroklorotiazid, warfarin, digoksin, kontrasepsi oral (seperti etinilestradiol/ levonorgestrel),
glibenklamid, nifedipin dan enalapril. Candesartan dieliminasi dalam jumlah kecil melalui
metabolisme hati (CYP2C9). Penelitian interaksi yang ada menunjukkan tidak ada efek pada
CYP2C9 dan CYP3A4 tetapi efek pada isoenzim sitokrom P450 lainnya belum diketahui sampai

sekarang. Efek antihipertensi Blopress dapat ditingkatkan dengan obat antihipertensi lainnya.
Berdasarkan pengalaman pada penggunaan obat lain yang mempengaruhi sistim reninangiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan diuretik hemat kalium,suplemen
kalium,pengganti garam yang mengandung kalium atau obat-obat lainnya yang dapat
meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan peningkatan kadar kalium
dalam serum. Peningkatan konsentrasi litium dalam serum dan toksisitas yang reversibel pernah
dilaporkan pada penggunaan litium bersama dengan penghambat ACE. Efek yang sama dapat
terjadi pada penggunaan antagonis reseptor angiotensin II dan direkomendasikan monitor kadar
litium dalam serum selama penggunaan secara kombinasi. Seperti pada obat antihipertensi
lainnya, efek antihipertensi candesartan dapat diturunkan dengan obat anti-inflamasi non steroid
seperti indometasin. Bioavailabilitas candesartan tidak dipengaruhi oleh makanan.
OVERDOSIS :
-

Gejala-gejala:
Berdasarkan pertimbangan farmakologi, manifestasi utama dari dosis berlebih
kemungkinan adalah hipotensi dan pusing. Pada laporan individual kasus overdosis
(sampai 672 mg candesartan cilexetil), pasien dapat kembali pulih tanpa menimbulkan
gejala.
Pengelolaan :
Jika gejala hipotensi terjadi, harus dilakukan pengobatan simptomatik dan memonitor
tanda-tanda vital. Pasien harus diletakkan pada posisi terlentang dengan tungkai
ditinggikan. Bila ini tidak cukup, volume plasma ditingkatkan dengan pemberian infus,
seperti : larutan garam isotonik. Obat-obat simpatomimetika dapat diberikan bila
tindakan-tindakan di atas dinilai tidak cukup.
Blopress tidak dapat dihilangkan dengan hemodialisa.

KEHAMILAN DAN MENYUSUI :


Penggunaan pada wanita hamil data mengenai penggunaan Blopress pada wanita hamil sangat
terbatas. Data tersebut tidak cukup untuk menyimpulkan mengenai risiko potensial pada fetus
ketika menggunakan Blopress selama trimester pertama. Pada manusia, perfusi ginjal pada fetus,
yang tergantung pada perkembangan sistim renin-angiotensin-aldosteron, dimulai pada trimester
kedua. Oleh karenanya, risiko pada fetus meningkat jika Blopress diberikan selama trimester
kedua dan ketiga kehamilan. Obat yang bekerja secara langsung terhadap sistim reninangiotensin ketika diberikan pada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga dapat
menyebabkan kelainan pada fetus dan neonatus (hipotensi, disfungsi ginjal, oliguria dan / atau
anuria, oligohidramnion, hipoplasia tengkorak, retardasi pertumbuhan intrauterin) serta
menyebabkan kematian. Kasus seperti hipoplasia paru-paru, wajah yang abnormal dan
kontraktur anggota badan juga pernah dilaporkan.
Studi terhadap binatang dengan candesartan cilexetil memperlihatkan kelainan ginjal pada fetus
dan neonatus. Mekanismenya dipercaya terkait dengan efek farmakologi terhadap kerja sistim
renin-angiotensin-aldosteron. Berdasarkan informasi diatas, Blopress tidak boleh digunakan

selama kehamilan. Jika diketahui hamil selama pengobatan maka hentikan penggunaan Blopress.
Penggunaan selama masa menyusui Tidak diketahui apakah candesartan diekskresi pada air susu
Ibu. Tetapi penelitian pada tikus, candesartan diekskresikan melalui air susu tikus. Karena
berpotensi TirrtulrrrrentmbntkaTr-efelrsaTTipirig pada bayi yang menyusu, ma\ka Blopresstidak
boleh diberikan selama menyusui. Efek pada kemampuan mengendarai kendaraan dan
menggunakan mesin Belum ada studi mengenai efek candesartan terhadap kemampuan
mengendarai dan menggunakan mesin tetapi berdasarkan karakteristik farmakodinamik
candesartan tidak memberikan efek terhadap kemampuan tersebut. Pada saat mengendarai
kendaraan atau mengoperasikan mesin, penting untuk diperhatikan bahwa pusing dan rasa lelah
dapat terjadi selama pengobatan.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30C), terhindar dari cahaya langsung.
MASA KADALUARSA :
3 tahun
KEMASAN :
Dus berisi 2 blister @ 7 tablet
NO. REGISTRASI
8 mg, DKL9825101910A1
16 mg, DKL9825101910B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Dibuat oleh
PT. Takeda Indonesia, Bekasi, Indonesia Dengan lisensi dari Takeda Pharmaceutical Company
Limited, Osaka, Jepang

BLOPRESS 8 MG
CODE: S5
Harga Per Satuan Terkecil : Rp12,500.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

TABLET BLOPRESS 8 MG

KOMPOSISI :
Tablet Blopress 8 mg: Tablet berbentuk bulat bergaris belah pada satu sisinya, berwama merah
muda pucat, mengandung candesartan cilexetil 8 mg.
Tablet Blopress 16 mg: Tablet berbentuk bulat, berwarna merah muda-, tanpa garis belah pada
kedua sisi, mengandung candesartan cilexetil 16 mg.
FARMAKOLOGI
Angiotensin II adalah hormon vasoaktif utama pada sistim renin-angiotensin aldosteron dan
sangat berperan pada patofisiologi hipertensi, gagal jantung dan gangguan kardiovaskular lain.
Angiotensin II Juga berperan penting pada patogenesis kerusakan dan hipertropi organ target.
Efek fisiologi utama dari angiotensin II seperti vasokonstriksi. perangsangan aldosteron.
pengaturan homeostatis air dan garam, dan perangsangan pertumbuhan sel adalah melalui
reseptortipe I (AT1).
Blopress adalah prodrug yang digunakan per oral. Prodrug tersebut berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu candesartan sewaktu diabsorpsi di saluran pencernaan dengar mengalami hidrolisa
ester. Blopress adalah antagonis reseptor angiotensin II, yang selektif terhadap reseptor AT1.
ikatannya sangat kuat dan terlepas dari reseptor secara periahan-lahan. Candesartan tidak
mempunyai efek agonis.
Candesartan tidak menghambat ACE yang mengubah angiotensin I menjad angiotensin II dan
mengubah bradikinin. Tidak mempengaruhi ACE dan tidak ada efek potensiasi terhadap
bradikinin atau substansi P. Pada percobaan klinis terkontrol yang membandingkan Blopress
dengan ACE-inhibitors, frekuensi batuk lebih rendah pada pasien yang menerima Blopress.
Candesartan tidak berikatan atau menghambat reseptor hormon lain atau saluran ion yang
diketahui penting dalam pengaturan kardiovaskular.

Hipertensi :
Pada hipertensi, penurunan tekanan darah oleh Blopress dipengaruhi oleh dosis yang diberikan.
Efek antihipertensi disebabkan oleh menurunnya resistensi sistemik perifer, tanpa mempengaruhi
denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung. Tidak dijumpai adanya tanda-tanda "first
dose hypotension" atau "rebound effect" setelah obat dihentikan.
Blopress efektif pada semua tingkatan hipertensi. Setelah pemberian Blopress dosis tunggal,
mula kerja antihipertensi dicapai dalam waktu 2 jam.
Dengan pengobatan yang terus menerus. penurunan maksimal tekanan darah dengan berbagai
dosis dicapai dalam waktu 4 minggu dan bertahan selama pengobatan diberikan. Blopress efektif
dan secara periahan tapi pasti menurunkan tekanan darah selama lebih dari 24 jam dengan sedikit
perbedaan efektifitas antara
konsentrasi maksimum dengan konsentrasi terendah dari obat tersebut.
~ Penggunaan Blopress bersamaan dengan hidroklorotiazid, penurunan tekanan darah menjadi
bertambah. Efektifitas Blopress tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Blopress
meningkatkan aliran darah di ginjal dan tidak mempengaruhi, atau meningkatkan kecepatan
filtrasi glomeruli, sementara tahanan pembuluh darah ginjal dan fraksi filtrasi menurun.
Pemberian Blopress tidak mempengaruhi glukosa atau profil lipid dalam darah.

Gagal Jantung :
Pengobatan dengan candesartan cilexetil mengurangi angka mortalitas dan rawat inap yang
diakibatkan oleh gagal jantung dan memperbaiki gejala pada pasien dengan disfungsi sistolik
ventrikel kiri, seperti ditunjukkan pada studi CHARM (Candesartan in Hearth Failure Assessment of Reduction in Mortality and morbidity).
Manfaat yang diperoleh dari candesartan terhadap kematian karena kardiovaskular dan rawat
inap karena gagal jantung adalah konsisten tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin atau
pengobatan lain yang sedang berlangsung. Candesartan juga efektif digunakan bersamaan
dengan beta-bloker ataupun penghambatACE, manfaat juga diperoleh terlepas dari apakah
pasien menggunakan penghambatACE dengan dosis sesuai target yang dianjurkan oleh panduan
atau tidak.
Pada pasien gagal jantung dan fungsi sistolik ventrikel kiri yang berkurang (LVEF < 40%),
candesartan menurunkan resistensi vaskular sistemik dan tekanan kapiler pulmonari,
meningkatkan aktivitas renin plasma dan konsentrasi angiotensin II serta menurunkan kadar
aldosteron.
INDIKASI :
-

Hipertensi
Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan fungsi sistolik ventrikel

kiri (LVEF < 40%) ketika obat penghambatACE tidak ditolerir.


DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :
Dosis pada Hipertensi :
Dosis awal Blopress adalah 4 mg per hari. Dosis dinaikkan sesuai dengan respon pengobatan
sampai maksimum 16 mg sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4
minggu setelah pengobatan.
Penggunaan pada orang tua :
Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal bila diberikan pada pasien berumur sampai 75 tahun.
Pada pasien di atas 75 tahun dianjurkan diberi dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis
dapat ditingkatkan tergantung dari respon. Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi
ginjal: Tidak diperlukan penyesuaian dosis bila diberikan pada pasien dengan kegagalan ginjal
ringan. Pada pasien dengan kegagalan ginjal sedang dan berat dianjurkan, pemberian Blopress
dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan respon.
Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hati: Pada pasien dengan kegagalan hati
ringan dan sedang dianjurkan, pemberian Blopress dengan dosis awal 2 mg sehari, dan dosis
dapat ditingkatkan sesuai respon. Belum ada pengalaman penggunaan Blopress pada pasien
dengan penyakit hati berat.
Penggunaan pada anak-anak :
Tidak ada pengalaman tentang keamanan dari efektifitas pemberian Blopress pada anak-anak.
Dosis pada Gagal Jantung :
Dosis awal yang dianjurkan adalah 4 mg per hari. Peningkatan dosis sampai dengan 32 mg sekali
per hari atau dosis tertinggi yang dapat ditpleransi, dilakukan dengan menggandakan dosis
dengan interval minimal 2 minggu.
Populasi pasien tertentu :
Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal untuk pasien orang tua atau pada pasien dengan
pengurangan volume intravaskular, gangguan ginjal, dan gangguan hati yang ringan sampai
sedang.
Terapi kombinasi :
Blopress dapat diberikan dengan pengobatan gagal jantung lainnya, termasuk penghambat ACE,

beta-bloker, diuretik dan digitalis atau kombinasi dari obat-obat tersebut.


Cara pemberian :
Pemberian Blopress sekali sehari sebelum makan atau setelah makan.
Penggunaan pada anak-anak dan remaja : Tidak ada pengalaman tentang keamanan dan efek
pemberian Blopress pada anak-anak dan remaja (dibawah 18 tahun).
KONTRAINDIKASI :
-

penderita yang hipersensitif terhadap komponen-komponen yang dikandung Blopress


Wanita hamil dan menyusui
Kerusakan hati yang berat dan atau kolestasis

EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN :


-

Terapi Hipertensi:
Pada penelitian klinis terkontrol, efek yang tidak dnnginkan bersifat ringan, sementara
dan sebanding dengan plasebo, serta tidak berhubungan dengan dosisdan umur.
Penghentian pemberian obat karena timbulnya efek yang tidak dnnginkan adalah sama
pada kelompok yang diberi candesartan cilexetil (3.1%) dan plasebo (3.2%). Dari
analisa pada data percobaan klinis yang dikumpulkan, efek yang tidak diinginkan. yang
umum terjadi (>1/100) pada pemakaian candesartan cilexetil yang dilaporkan
berdasarkan kejadian dengan sedikitnya 1 % lebih tinggi danpada plasebo adalah
:Kejainan sistim saraf : Pusing/vertigo, sakit kepala.

Infeksi dan infestasi :


Infeksi pernafasan.
Pemeriksaan laboratorium :
Pada umumnya pemberian Blopress tidak mempengaruhi nilai hasil pemeriksaan laboratorium
rutin. Seperti penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya,
terjadi sedikit penurunan hemoglobin. Peningkatan kreatinin, urea atau kalium serta penurunan
natrium juga dapat terjadi. Peningkatan S-GPT juga dilaporkan sebagai efek yang tidak
diinginkan yang terjadi sedikit lebih sering pada Blopress dibanding dengan plasebo (1.3% vs
0.5%). Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien yang menerima Blopress.
Bagaimanapun, pemeriksaan berkala kreatinin serum dan kalium dianjurkan untuk pasien dengan
gangguan ginjal.

Terapi Gagal Jantung


Efek yang tidak diinginkan dari Blopress pada pasien gagal jantung dipengaruhi oleh
sifat farmakologi obat dan tingkat kesehatan pasien.

Efek samping yang umumnya terjadi (> 1/100, < 1/10) adalah :
Kelainan vaskular :
Hipotensi.
Gangguan metabolisme dan nutrisi :
Hiperkalemia.
Kelainan ginjal dan saluran kemih :
Gangguan ginjal.
Pemeriksaan laboratorium :
Terjadi peningkatan kreatinin, urea dan kalium. Dianjurkan pemeriksaan berkala kreatinin serum
dan kalium.
Post Marketing :
Laporan post marketing mengenai efek yang tidak diinginkan benkut dilaporkan sangat
jarang terjadi (<1/10.000), yakni :
Kelainan sistim darah dan limfa : Leukopenia, neutropenia dan agranulositosis.
Kelainan metabolisme dan nutrisi : Hiperkalemia, hiponatremia.
Kelainan sistim saraf : Pusing, sakit kepala.
Kelainan pencernaan : Mual.
Kelainan hepato-biliari : Meningkatnya enzim hati, fungsi hati yang abnormal atau hepatitis.
Blopress dapat diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi lain.Kelainan kulit dan jaringan
subkutan : Angioudem, kulit kemerahan, urtikaria, pruritus.
Kelainan muskuloskeletal, jaringan ikat dan tulang : Nyeri punggung, artralgia, mialgia.
Kelainan ginjal dan saluran kemih : Gangguan ginjal, termasuk gagal ginjal pada pasien tertentu.
PERHATIAN :
Gagal ginjal

Seperti pada obat penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya, perubahan fungsi


ginjal dapat diantisipasi pada pasien tertentu yang diterapi dengan Blopress. Penggunaan
Blopress pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal disarankan melakukan pemeriksaan secara
berkala kadar kalium dan kadar kreatinin dalam serum. Pengalaman penggunaan Blopress pada
pasien dengan gagal ginjal yang parah dan sudah pada tingkat akhir (Clcreatinine < 15 ml/min)
masih sangat terbatas. Pada pasien seperti ini peningkatan dosis perlu dilakukan secara hati-hati
disertai dengan pemeriksaan tekanan darah.
Evaluasi pasien gagal jantung harus meliputi pemeriksaan berkala fungsi ginjal, terutama pada
pasien lanjut usia 75 tahun atau lebih, dan pasien gangguan fungsi ginjal. Sewaktu peningkatan
dosis Blopress dianjurkan untuk melakukan pengecekan kadar kreatinin dan kalium dalam
serum. Percobaan klinis pada gagal jantung tidak menyertakan pasien dengan kreatinin serum >
265 pmol/L (>3 mg/dl).
-

Terapi kombinasi dengan penghambat ACE pada gagal jantung:


Risiko dari efek yang tidak diinginkan, terutama kerusakan fungsi ginjal dan
hiperkalemia, dapat meningkat ketika Blopress digunakan secara kombinasi dengan
penghambat ACE. Pasien dengan pengobatan ini harus dimonitor secara teratur dan
dengan hati-hati.
Hemodialisa:
Selama dialisa. tekanan darah dapat menjadi sangat sensitif terhadap penghambatan
reseptor AT 1 sebagai akibat penurunan volume plasma dan aktivasi sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya titrasi Blopress harus dilakukan dengan hatihati dengan melakukan pengecekan tekanan darah yang teliti pada pasien hemodialisa.
Stenosis arteri renalis:
Obat-obat lain yang mempengaruhi sistim renin-angiotensin-aldosteron, misal :
penghambat ACE dapat meningkatkan urea darah dan kreatinin serum pada pasien
stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis arteri satu ginjal. Efek yang sama dapat
diantisipasi dengan penghambat reseptor angiotensin II.
Transplantasi ginjal:
Tidak ada pengalaman yang berhubungan dengan pemberian Blopress pada pasien
dengan transplantasi ginjal.
Hipotensi:
Hipotensi dapat terjadi selama pengobatan dengan Blopress pada pasien gagal jantung.
Seperti yang dideskripsikan pada obat lain yang bekerja pada sistim renin-angiotensinaldosteron, hipotensi juga dapat terjadi pada pasien hipertensi dengan pengurangan
volume intravaskular seperti pada pasien yang menerima diuretik dosis tinggi. Oleh
karena itu perlu hati-hati saat memulai pengobatan dan hipovolemia harus diatasi dahulu
sebelum pemberian Blopress.
Anestesi dan operasi:
Hipotensi dapat terjadi selama anestesi dan operasi pada pasien yang diberikan
penghambat angiotensin II akibat penghambatan sistim renin-angiotensin. Sangat jarang
terjadi, hipotensi yang parah dapat timbul sehingga memerlukan cairan intravena dan
atau vasopressor.
Stenosis katup aorta dan mitral (obstructive hypertrophic cardiomyopathy):
Seperti pada pemakaian vasodilator, perhatian khusus ditujukan pada pasien yang

menderita akibat hemodinamik yang berhubungan dengan stenosis katup aorta dan
mitral, atau obstructive hypertrophic cardiomyopathy.
Hiperaldosteron primer:
Pasien dengan hiperaldosteron primer umumnya tidak akan memberikan respon
terhadap obat golongan antihipertensi yang bekerja melalui penghambatan sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya penggunaan Blopress tidak dianjurkan.
Hiperkalemia:
Berdasarkan pengalaman pada penggunaan dengan obat lain yang mempengaruhi sistim
renin-angiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan diuretik hemat
kalium, suplemen kalium, pengganti garam yang mengandung kalium atau obat-obat
lainnya yang dapat meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan
peningkatan kadar kalium dalam serum pada pasien hipertensi. Hiperkalemia dapat
terjadi pada pasien gagal jantung yang diberi Blopress dan selama pengobatan dengan
Blopress dianjurkan melakukan pemeriksaan berkala kalium dalam serum, terutama
ketika penggunaan bersamaan dengan penghambat ACE dan diuretik hemat kalium
seperti spironolakton.
Umum:
Pada pasien dimana fungsi ginjal dan vascular tone sangat tergantung pada aktivitas
sistim renin-angiotensin-aldosteron (seperti pasien dengan gagal jantung kongestif atau
penyakit ginjal, termasuk stenosis arteri renalis), pengobatan dengan obat-obat lainnya
yang mempengaruhi sistim ini telah dikaitkan dengan timbulnya hipotensi akut,
azotemia, oliguria atau, yang jarang terjadi yaitu gagal ginjal akut. Kemungkinan efek
yang sama tidak dapat dipisahkan dengan penghambat reseptor angiotensin II. Sama
seperti antihipertensi lainnya, penurunan tekanan darah yang berlebih pada pasien
kardiopati iskemia atau serebrovaskular iskemia dapat menyebabkan infark miokard
atau stroke. Pasien dengan masalah herediter, yang jarang, yaitu intoleran galaktosa,
defisiensi "The Lapp lactase" atau malabsorpsi glukosa-galaktosa tidak boleh
menggunakan obat ini.

INTERAKSI OBAT :
Tidak ditemukan interaksi obat yang secara klinis bermakna. Bahan-bahan yang telah diteliti
pada penelitian farmakokinetik klinis termasuk : hidroklorotiazid, warfarin, digoksin, kontrasepsi
oral (seperti etinilestradiol/ levonorgestrel), glibenklamid, nifedipin dan enalapril. Candesartan
dieliminasi dalam jumlah kecil melalui metabolisme hati (CYP2C9). Penelitian interaksi yang
ada menunjukkan tidak ada efek pada CYP2C9 dan CYP3A4 tetapi efek pada isoenzim sitokrom
P450 lainnya belum diketahui sampai sekarang. Efek antihipertensi Blopress dapat ditingkatkan
dengan obat antihipertensi lainnya. Berdasarkan pengalaman pada penggunaan obat lain yang
mempengaruhi sistim renin-angiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan
diuretik hemat kalium,suplemen kalium,pengganti garam yang mengandung kalium atau obatobat lainnya yang dapat meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan
peningkatan kadar kalium dalam serum. Peningkatan konsentrasi litium dalam serum dan
toksisitas yang reversibel pernah dilaporkan pada penggunaan litium bersama dengan
penghambat ACE. Efek yang sama dapat terjadi pada penggunaan antagonis reseptor angiotensin
II dan direkomendasikan monitor kadar litium dalam serum selama penggunaan secara

kombinasi.
Seperti pada obat antihipertensi lainnya, efek antihipertensi candesartan dapat diturunkan dengan
obat anti-inflamasi non steroid seperti indometasin.
Bioavailabilitas candesartan tidak dipengaruhi oleh makanan.
OVERDOSIS :
-

Gejala-gejala:
Berdasarkan pertimbangan farmakologi, manifestasi utama dari dosis berlebih
kemungkinan adalah hipotensi dan pusing. Pada laporan individual kasus overdosis
(sampai 672 mg candesartan cilexetil), pasien dapat kembali pulih tanpa menimbulkan
gejala.
Pengelolaan :
Jika gejala hipotensi terjadi, harus dilakukan pengobatan simptomatik dan memonitor
tanda-tanda vital. Pasien harus diletakkan pada posisi terlentang dengan tungkai
ditinggikan. Bila ini tidak cukup, volume plasma ditingkatkan dengan pemberian infus,
seperti : larutan garam isotonik. Obat-obat simpatomimetika dapat diberikan bila
tindakan-tindakan di atas dinilai tidak cukup.
Blopress tidak dapat dihilangkan dengan hemodialisa.

KEHAMILAN DAN MENYUSUI :


Penggunaan pada wanita hamil Data mengenai penggunaan Blopress pada wanita hamil sangat
terbatas. Data tersebut tidak cukup untuk menyimpulkan mengenai risiko potensial pada fetus
ketika menggunakan Blopress selama trimester pertama. Pada manusia, perfusi ginjal pada fetus,
yang tergantung pada perkembangan sistim renin-angiotensin-aldosteron, dimulai pada trimester
kedua. Oleh karenanya, risiko pada fetus meningkat jika Blopress diberikan selama trimester
kedua dan ketiga kehamilan. Obat yang bekerja secara langsung terhadap sistim reninangiotensin ketika diberikan pada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga dapat
menyebabkan kelainan pada fetus dan neonatus (hipotensi, disfungsi ginjal, oliguria dan / atau
anuria, oligohidramnion, hipoplasia tengkorak, retardasi pertumbuhan intrauterin) serta
menyebabkan kematian. Kasus seperti hipoplasia paru-paru, wajah yang abnormal dan
kontraktur anggota badan juga pernah dilaporkan. Studi terhadap binatang dengan candesartan
cilexetil memperlihatkan kelainan ginjal pada fetus dan neonatus. Mekanismenya dipercaya
terkait dengan efek farmakologi terhadap kerja sistim renin-angiotensin-aldosteron. Berdasarkan
informasi diatas, Blopress tidak boleh digunakan selama kehamilan. Jika diketahui hamil selama
pengobatan maka hentikan penggunaan Blopress. Penggunaan selama masa menyusui Tidak
diketahui apakah candesartan diekskresi pada air susu Ibu. Tetapi penelitian pada tikus,
candesartan diekskresikan melalui air susu tikus. Karena berpotensi TirrtulrrrrentmbntkaTrefelrsaTTipirig pada bayi yang menyusu, ma\ka Blopresstidak boleh diberikan selama menyusui.
Efek pada kemampuan mengendarai kendaraan dan menggunakan mesin Belum ada studi
mengenai efek candesartan terhadap kemampuan mengendarai dan menggunakan mesin tetapi
berdasarkan karakteristik farmakodinamik candesartan tidak memberikan efek terhadap
kemampuan tersebut. Pada saat mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin, penting

untuk diperhatikan bahwa pusing dan rasa lelah dapat terjadi selama pengobatan.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30C), terhindar dari cahaya langsung.
MASA KADALUARSA :
3 tahun
KEMASAN :
Dus berisi 2 blister @ 7 tablet
NO. REGISTRASI
8 mg, DKL9825101910A1
16 mg, DKL9825101910B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Dibuat oleh
PT. Takeda Indonesia, Bekasi, Indonesia Dengan lisensi dari Takeda Pharmaceutical Company
Limited, Osaka, Jepang

BLOPRESS PLUS 16 MG
CODE: S7
Harga Per Satuan Terkecil : Rp16,450.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

TABLET BLOPRESS

KOMPOSISI :
Tablet Blopress 8 mg: Tablet berbentuk bulat bergaris belah pada satu sisinya, berwama merah
muda pucat, mengandung candesartan cilexetil 8 mg.
Tablet Blopress 16 mg: Tablet berbentuk bulat, berwarna merah muda-, tanpa garis belah pada
kedua sisi, mengandung candesartan cilexetil 16 mg.
FARMAKOLOGI
Angiotensin II adalah hormon vasoaktif utama pada sistim renin-angiotensin aldosteron dan
sangat berperan pada patofisiologi hipertensi, gagal jantung dan gangguan kardiovaskular lain.
Angiotensin II Juga berperan penting pada patogenesis kerusakan dan hipertropi organ target.
Efek fisiologi utama dari angiotensin II seperti vasokonstriksi. perangsangan aldosteron.
pengaturan homeostatis air dan garam, dan perangsangan pertumbuhan sel adalah melalui
reseptortipe I (AT1).
Blopress adalah produk yang digunakan per oral. Produk tersebut berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu candesartan sewaktu diabsorpsi di saluran pencernaan dengar mengalami hidrolisa
ester. Blopress adalah antagonis reseptor angiotensin II, yang selektif terhadap reseptor AT1.
ikatannya sangat kuat dan terlepas dari reseptor secara periahan-lahan. Candesartan tidak
mempunyai efek agonis. Candesartan tidak menghambat ACE yang mengubah angiotensin I
menjad angiotensin II dan mengubah bradikinin. Tidak mempengaruhi ACE dan tidak ada efek
potensiasi terhadap bradikinin atau substansi P. Pada percobaan klinis terkontrol yang
membandingkan Blopress dengan ACE-inhibitors, frekuensi batuk lebih rendah pada pasien yang
menerima Blopress. Candesartan tidak berikatan atau menghambat reseptor hormon lain atau
saluran ion yang diketahui penting dalam pengaturan kardiovaskular.
Hipertensi :
Pada hipertensi, penurunan tekanan darah oleh Blopress dipengaruhi oleh dosis yang diberikan.
Efek antihipertensi disebabkan oleh menurunnya resistensi sistemik perifer, tanpa mempengaruhi
denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung. Tidak dijumpai adanya tanda-tanda "first
dose hypotension" atau "rebound effect" setelah obat dihentikan. Blopress efektif pada semua
tingkatan hipertensi. Setelah pemberian Blopress dosis tunggal, mula kerja antihipertensi dicapai

dalam waktu 2 jam. Dengan pengobatan yang terus menerus. penurunan maksimal tekanan darah
dengan berbagai dosis dicapai dalam waktu 4 minggu dan bertahan selamapengobatan diberikan.
Blopress efektif dan secara periahan tapi pasti menurunkan
tekanan darah selama lebih dari 24 jam dengan sedikit perbedaan efektifitas antara konsentrasi
maksimum dengan konsentrasi terendah dari obat tersebut. ~ Penggunaan Blopress bersamaan
dengan hidroklorotiazid, penurunarTtekanan darah menjadi bertambah. Efektifitas Blopress tidak
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Blopress meningkatkan aliran darah di ginjal dan tidak
mempengaruhi, atau meningkatkan kecepatan filtrasi glomeruli, sementara tahanan pembuluh
darah ginjal dan fraksi filtrasi menurun. Pemberian Blopress tidak mempengaruhi glukosa atau
profil lipid dalam darah.
Gagal Jantung :
Pengobatan dengan candesartan cilexetil mengurangi angka mortalitas dan rawat inap yang
diakibatkan oleh gagal jantung dan memperbaiki gejala pada pasien dengan disfungsi sistolik
ventrikel kiri, seperti ditunjukkan pada studi CHARM (Candesartan in Hearth Failure Assessment of Reduction in Mortality and morbidity). Manfaat yang diperoleh dari candesartan
terhadap kematian karena kardiovaskular dan rawat inap karena gagal jantung adalah konsisten
tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin atau pengobatan lain yang sedang berlangsung.
Candesartan juga efektif digunakan bersamaan dengan beta-bloker ataupun penghambatACE,
manfaat juga diperoleh terlepas dari apakah pasien menggunakan penghambatACE dengan dosis
sesuai target yang dianjurkan oleh panduan atau tidak. Pada pasien gagal jantung dan fungsi
sistolik ventrikel kiri yang berkurang (LVEF < 40%), candesartan menurunkan resistensi
vaskular sistemik dan tekanan kapiler pulmonari, meningkatkan aktivitas renin plasma dan
konsentrasi angiotensin II serta menurunkan kadar aldosteron.
INDIKASI :
-

Hipertensi
Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan gangguan fungsi sistolik ventrikel
kiri (LVEF < 40%) ketika obat penghambatACE tidak ditolerir.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :


Dosis pada Hipertensi :
Dosis awal Blopress adalah 4 mg per hari. Dosis dinaikkan sesuai dengan respon pengobatan
sampai maksimum 16 mg sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai dalam waktu 4
minggu setelah pengobatan.
Penggunaan pada orang tua :

Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal bila diberikan pada pasien berumur sampai 75 tahun.
Pada pasien di atas 75 tahun dianjurkan diberi dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis
dapat ditingkatkan tergantung dari respon. Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi
ginjal: Tidak diperlukan penyesuaian dosis bila diberikan pada pasien dengan kegagalan ginjal
ringan. Pada pasien dengan kegagalan ginjal sedang dan berat dianjurkan, pemberian Blopress
dengan dosis awal 2 mg sekali sehari dan dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan respon.
Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hati: Pada pasien dengan kegagalan hati
ringan dan sedang dianjurkan, pemberian Blopress dengan dosis awal 2 mg sehari, dan dosis
dapat ditingkatkan sesuai respon. Belum ada pengalaman penggunaan Blopress pada pasien
dengan penyakit hati berat.
Penggunaan pada anak-anak :
Tidak ada pengalaman tentang keamanan dari efektifitas pemberian Blopress pada anak-anak.
Dosis pada Gagal Jantung :
Dosis awal yang dianjurkan adalah 4 mg per hari. Peningkatan dosis sampai dengan 32 mg sekali
per hari atau dosis tertinggi yang dapat ditpleransi, dilakukan dengan menggandakan dosis
dengan interval minimal 2 minggu.
Populasi pasien tertentu :
Tidak diperlukan penyesuaian dosis awal untuk pasien orang tua atau pada pasien dengan
pengurangan volume intravaskular, gangguan ginjal, dan gangguan hati yang ringan sampai
sedang.
Terapi kombinasi :
Blopress dapat diberikan dengan pengobatan gagal jantung lainnya, termasuk penghambat ACE,
beta-bloker, diuretik dan digitalis atau kombinasi dari obat-obat tersebut.
Cara pemberian :
Pemberian Blopress sekali sehari sebelum makan atau setelah makan.
Penggunaan pada anak-anak dan remaja :
Tidak ada pengalaman tentang keamanan dan efek pemberian Blopress pada anak-anak dan
remaja (dibawah 18 tahun).
KONTRAINDIKASI :

penderita yang hipersensitif terhadap komponen-komponen yang dikandung Blopress


Wanita hamil dan menyusui
Kerusakan hati yang berat dan atau kolestasis

EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN :


-

Terapi Hipertensi:
Pada penelitian klinis terkontrol, efek yang tidak dnnginkan bersifat ringan, sementara
dan sebanding dengan plasebo, serta tidak berhubungan dengan dosis dan umur.
Penghentian pemberian obat karena timbulnya efek yang tidak dnnginkan adalah sama
pada kelompok yang diberi candesartan cilexetil (3.1%) dan plasebo (3.2%). Dari
analisa pada data percobaan klinis yang dikumpulkan, efek yang tidak diinginkan. yang
umum terjadi (>1/100) pada pemakaian candesartan cilexetil yang dilaporkan
berdasarkan kejadian dengan sedikitnya 1 % lebih tinggi danpada plasebo adalah :
Kelainan sistem saraf : Pusing/vertigo, sakit kepala.

Infeksi dan infestasi :


Infeksi pernafasan.
Pemeriksaan laboratorium :
Pada umumnya pemberian Blopress tidak mempengaruhi nilai hasil pemeriksaan laboratorium
rutin. Seperti penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya, terjadi sedikit penurunan
hemoglobin. Peningkatan kreatinin, urea atau kalium serta penurunan natrium juga dapat terjadi.
Peningkatan S-GPT juga dilaporkan sebagai efek yang tidak diinginkan yang terjadi sedikit lebih
sering pada Blopress dibanding dengan plasebo (1.3% vs 0.5%). Tidak diperlukan pemeriksaan
laboratorium rutin pada pasien yang menerima Blopress. Bagaimanapun, pemeriksaan berkala
kreatinin serum dan kalium dianjurkan untuk pasien dengan gangguan ginjal.
-

Terapi Gagal Jantung


Efek yang tidak diinginkan dari Blopress pada pasien gagal jantung dipengaruhi oleh
sifat farmakologi obat dan tingkat kesehatan pasien. Efek samping yang umumnya
terjadi (> 1/100, < 1/10) adalah :
Kelainan vaskular:
Hipotensi.
Gangguan metabolisme
Hiperkalemia.
dan nutrisi :
Kelainan ginjal dan
Gangguan ginjal.
saluran kemih :
Pemeriksaan
Terjadi peningkatan kreatinin, urea dan kalium. Dianjurkan
laboratorium :
pemeriksaan berkala kreatinin serum dan kalium.
Post Marketing :
Laporan post marketing mengenai efek yang tidak diinginkan
benkut dilaporkan sangat jarang terjadi (<1/10.000), yakni:

Kelainan sistim darah


dan limfa :
Kelainan metabolisme
dan nutrisi :
Kelainan sistim saraf :
Kelainan pencernaan :
Kelainan hepato-biliari :

Leukopenia, neutropenia dan


agranulositosis.
Hiperkalemia, hiponatremia.
Pusing, sakit kepala.
Mual.
Meningkatnya enzim hati, fungsi hati
yang abnormal atau hepatitis.

Blopress dapat diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi lain.Kelainan kulit dan jaringan
subkutan : Angioudem, kulit kemerahan, urtikaria, pruritus. Kelainan muskuloskeletal, jaringan
ikat dan tulang : Nyeri punggung, artralgia, mialgia.
Kelainan ginjal dan saluran kemih :
Gangguan ginjal, termasuk gagal ginjal pada pasien tertentu.
PERHATIAN :
Gagal ginjal
Seperti pada obat penghambat sistim renin-angiotensin-aldosteron lainnya, perubahan fungsi
ginjal dapat diantisipasi pada pasien tertentu yang diterapi dengan Blopress. Penggunaan
Blopress pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal disarankan melakukan pemeriksaan secara
berkala kadar kalium dan kadar kreatinin dalam serum. Pengalaman penggunaan Blopress pada
pasien dengan gagal ginjal yang parah dan sudah pada tingkat akhir (Clcreatinine < 15 ml/min)
masih sangat terbatas. Pada pasien seperti ini peningkatan dosis perlu dilakukan secara hati-hati
disertai dengan pemeriksaan tekanan darah. Evaluasi pasien gagal jantung harus meliputi
pemeriksaan berkala fungsi ginjal, terutama pada pasien lanjut usia 75 tahun atau lebih, dan
pasien gangguan fungsi ginjal. Sewaktu peningkatan dosis Blopress dianjurkan untuk melakukan
pengecekan kadar kreatinin dan kalium dalam serum. Percobaan klinis pada gagal jantung tidak
menyertakan pasien dengan kreatinin serum > 265 pmol/L (>3 mg/dl).
-

Terapi kombinasi dengan penghambat ACE pada gagal jantung:


Risiko dari efek yang tidak diinginkan, terutama kerusakan fungsi ginjal dan
hiperkalemia, dapat meningkat ketika Blopress digunakan secara kombinasi dengan
penghambat ACE. Pasien dengan pengobatan ini harus dimonitor secara teratur dan
dengan hati-hati.
Hemodialisa:
Selama dialisa. tekanan darah dapat menjadi sangat sensitif terhadap penghambatan
reseptor AT 1 sebagai akibat penurunan volume plasma dan aktivasi sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya titrasi Blopress harus dilakukan dengan hatihati dengan melakukan pengecekan tekanan darah yang teliti pada pasien hemodialisa.

Stenosis arteri renalis:


Obat-obat lain yang mempengaruhi sistim renin-angiotensin-aldosteron, misal :
penghambat ACE dapat meningkatkan urea darah dan kreatinin serum pada pasien
stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis arteri satu ginjal. Efek yang sama dapat
diantisipasi dengan penghambat reseptor angiotensin II.
Transplantasi ginjal:
Tidak ada pengalaman yang berhubungan dengan pemberian Blopress pada pasien
dengan transplantasi ginjal.
Hipotensi:
Hipotensi dapat terjadi selama pengobatan dengan Blopress pada pasien gagal jantung.
Seperti yang dideskripsikan pada obat lain yang bekerja pada sistim renin-angiotensinaldosteron, hipotensi juga dapat terjadi pada pasien hipertensi dengan pengurangan
volume intravaskular seperti pada pasien yang menerima diuretik dosis tinggi. Oleh
karena itu perlu hati-hati saat memulai pengobatan dan hipovolemia harus diatasi dahulu
sebelum pemberian Blopress.
Anestesi dan operasi:
Hipotensi dapat terjadi selama anestesi dan operasi pada pasien yang diberikan
penghambat angiotensin II akibat penghambatan sistim renin-angiotensin. Sangat jarang
terjadi, hipotensi yang parah dapat timbul sehingga memerlukan cairan intravena dan
atau vasopressor.
Stenosis katup aorta dan mitral (obstructive hypertrophic cardiomyopathy):
Seperti pada pemakaian vasodilator, perhatian khusus ditujukan pada pasien yang
menderita akibat hemodinamik yang berhubungan dengan stenosis katup aorta dan
mitral, atau obstructive hypertrophic cardiomyopathy.
Hiperaldosteron primer:
Pasien dengan hiperaldosteron primer umumnya tidak akan memberikan respon
terhadap obat golongan antihipertensi yang bekerja melalui penghambatan sistim reninangiotensin-aldosteron. Oleh karenanya penggunaan Blopress tidak dianjurkan.
Hiperkalemia:
Berdasarkan pengalaman pada penggunaan dengan obat lain yang mempengaruhi sistim
renin-angiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan diuretik hemat
kalium, suplemen kalium, pengganti garam yang mengandung kalium atau obat-obat
lainnya yang dapat meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan
peningkatan kadar kalium dalam serum pada pasien hipertensi.
Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien gagal jantung yang diberi Blopress dan selama
pengobatan dengan Blopress dianjurkan melakukan pemeriksaan berkala kalium dalam
serum, terutama ketika penggunaan bersamaan dengan penghambat ACE dan diuretik
hemat kalium seperti spironolakton.
Umum:
Pada pasien dimana fungsi ginjal dan vascular tone sangat tergantung pada aktivitas
sistim renin-angiotensin-aldosteron (seperti pasien dengan gagal jantung kongestif atau
penyakit ginjal, termasuk stenosis arteri renalis), pengobatan dengan obat-obat lainnya
yang mempengaruhi sistim ini telah dikaitkan dengan timbulnya hipotensi akut,
azotemia, oliguria atau, yang jarang terjadi yaitu gagal ginjal akut. Kemungkinan efek
yang sama tidak dapat dipisahkan dengan penghambat reseptor angiotensin II. Sama
seperti antihipertensi lainnya, penurunan tekanan darah yang berlebih pada pasien

kardiopati iskemia atau serebrovaskular iskemia dapat menyebabkan infark miokard


atau stroke. Pasien dengan masalah herediter, yang jarang, yaitu intoleran galaktosa,
defisiensi "The Lapp lactase" atau malabsorpsi glukosa-galaktosa tidak boleh
menggunakan obat ini.
INTERAKSI OBAT :
Tidak ditemukan interaksi obat yang secara klinis bermakna.
Bahan-bahan yang telah diteliti pada penelitian farmakokinetik klinis termasuk :
hidroklorotiazid, warfarin, digoksin, kontrasepsi oral (seperti etinilestradiol/ levonorgestrel),
glibenklamid, nifedipin dan enalapril. Candesartan dieliminasi dalam jumlah kecil melalui
metabolisme hati (CYP2C9). Penelitian interaksi yang ada menunjukkan tidak ada efek pada
CYP2C9 dan CYP3A4 tetapi efek pada isoenzim sitokrom P450 lainnya belum diketahui sampai
sekarang. Efek antihipertensi Blopress dapat ditingkatkan dengan obat antihipertensi lainnya.
Berdasarkan pengalaman pada penggunaan obat lain yang mempengaruhi sistim reninangiotensin-aldosteron, pemberian Blopress bersamaan dengan diuretik hemat kalium,suplemen
kalium,pengganti garam yang mengandung kalium atau obat-obat lainnya yang dapat
meningkatkan kadar kalium (seperti : heparin) dapat menyebabkan peningkatan kadar kalium
dalam serum. Peningkatan konsentrasi litium dalam serum dan toksisitas yang reversibel pernah
dilaporkan pada penggunaan litium bersama dengan penghambat ACE. Efek yang sama dapat
terjadi pada penggunaan antagonis reseptor angiotensin II dan direkomendasikan monitor kadar
litium dalam serum selama penggunaan secara kombinasi. Seperti pada obat antihipertensi
lainnya, efek antihipertensi candesartan dapat diturunkan dengan obat anti-inflamasi non steroid
seperti indometasin.
Bioavailabilitas candesartan tidak dipengaruhi oleh makanan.
OVERDOSIS :
-

Gejala-gejala:
Berdasarkan pertimbangan farmakologi, manifestasi utama dari dosis berlebih
kemungkinan adalah hipotensi dan pusing. Pada laporan individual kasus overdosis
(sampai 672 mg candesartan cilexetil), pasien dapat kembali pulih tanpa menimbulkan
gejala.
Pengelolaan :
Jika gejala hipotensi terjadi, harus dilakukan pengobatan simptomatik dan memonitor
tanda-tanda vital. Pasien harus diletakkan pada posisi terlentang dengan tungkai
ditinggikan. Bila ini tidak cukup, volume plasma ditingkatkan dengan pemberian infus,
seperti : larutan garam isotonik. Obat-obat simpatomimetika dapat diberikan bila
tindakan-tindakan di atas dinilai tidak cukup.
Blopress tidak dapat dihilangkan dengan hemodialisa.

KEHAMILAN DAN MENYUSUI :

Penggunaan pada wanita hamil


Data mengenai penggunaan Blopress pada wanita hamil sangat terbatas. Data tersebut tidak
cukup untuk menyimpulkan mengenai risiko potensial pada fetus ketika menggunakan Blopress
selama trimester pertama. Pada manusia, perfusi ginjal pada fetus, yang tergantung pada
perkembangan sistim renin-angiotensin-aldosteron, dimulai pada trimester kedua. Oleh
karenanya, risiko pada fetus meningkat jika Blopress diberikan selama trimester kedua dan
ketiga kehamilan. Obat yang bekerja secara langsung terhadap sistim renin-angiotensin ketika
diberikan pada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga dapat menyebabkan kelainan pada
fetus dan neonatus (hipotensi, disfungsi ginjal, oliguria dan / atau anuria, oligohidramnion,
hipoplasia tengkorak, retardasi pertumbuhan intrauterin) serta menyebabkan kematian. Kasus
seperti hipoplasia paru-paru, wajah yang abnormal dan kontraktur anggota badan juga pernah
dilaporkan. Studi terhadap binatang dengan candesartan cilexetil memperlihatkan kelainan ginjal
pada fetus dan neonatus. Mekanismenya dipercaya terkait dengan efek farmakologi terhadap
kerja sistim renin-angiotensin-aldosteron. Berdasarkan informasi diatas, Blopress tidak boleh
digunakan selama kehamilan. Jika diketahui hamil selama pengobatan maka hentikan
penggunaan Blopress. Penggunaan selama masa menyusui Tidak diketahui apakah candesartan
diekskresi pada air susu Ibu. Tetapi penelitian pada tikus, candesartan diekskresikan melalui air
susu tikus. Karena berpotensi TirrtulrrrrentmbntkaTr-efelrsaTTipirig pada bayi yang menyusu,
ma\ka Blopresstidak boleh diberikan selama menyusui. Efek pada kemampuan mengendarai
kendaraan dan menggunakan mesin Belum ada studi mengenai efek candesartan terhadap
kemampuan mengendarai dan menggunakan mesin tetapi berdasarkan karakteristik
farmakodinamik candesartan tidak memberikan efek terhadap kemampuan tersebut. Pada saat
mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin, penting untuk diperhatikan bahwa pusing
dan rasa lelah dapat terjadi selama pengobatan.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30C), terhindar dari cahaya langsung.
MASA KADALUARSA :
3 tahun
KEMASAN :
Dus berisi 2 blister @ 7 tablet
NO. REGISTRASI
8 mg, DKL9825101910A1
16 mg, DKL9825101910B1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Dibuat oleh
PT. Takeda Indonesia, Bekasi, Indonesia Dengan lisensi dari Takeda Pharmaceutical Company
Limited, Osaka, Jepang

CAPTENSIN 12,5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp450.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
CAPTENSIN 12,5 MG

CAPTENSIN* is indicated for the treatment of patients with heart failure who have not
responded adequately to or cannot be controlled by conventional therapy. CAPTENSIN has
been used with diuretics and digitals.
NSIND
tablet
Captopril
Composition
Each tablet contains: Captopril......................
.............................................................................;....12.5 mg and 25 mg
Description
CAPTENSIN (captopril) designated chemically as 1 - [(2S) - 3 - mercapto - 2 - methyl
propionyl] - L - proline, is a specific competitive inhibitor of angiotensin l-converting enzyme,
the enzyme responsible for the conversion of angiotensin I to angiotensin II. CAPTENSIN is
the first of a new class of anti-hypertensive agents, it also has been shown to be effective in the
management of heart failure.
Pharmacology
Although the mechanism of action of CAPTENSIN* has not yet been fully elucidated, its
beneficial effects in hypertension and heart failure appear to result primarily from suppression of
the renin-angiotensin-aldosterone system. However, there is no consistent correlation between

renin levels and response to the drug. Renin, an enzyme synthesized by the kidneys, is released
into the circulation where it acts on a plasma globulin substrate to produce angiotensin I, a
relatively inactive decapeptide. Angiotensin I is then converted enzymatically by angiotensin
converting enzyme (ACE) to the octapeptide angiotensin II, one of the most potent endogenous
vasoconstrictor substances. Angiotensin II also stimulates aldosterone secretion from the adrenal
cortex, thereby contributing to sodium and fluid retention and potassium loss.
CAPTENSIN prevents the conversion of angiotensin I to angiotensin II by inhibition of ACE
and this is reflected by a decrease in the pressor substance, angiotensin II. and increase in plasma
renin activity (PRA). The latter is due to the relative lack of negative feed back on renin release
caused by reduction in angiotensin II. Decreased concentration of aldosterone are found in blood
and urine, and as a result, smail increases in serum potasium may occur along with sodium and
fluid loss.
Following oral administration of CAPTENSIN-, rapid absorption occurs with peak . blood levels
at about one hour. The average minimal absorption is approximately 75 percent. The presence of
food in the gastrointestinal tract reduces absorption by about 30 to 40 percent. Only 25 to 30
percent of the drug is bound to plasma proteins. After administration of a radiolabeled oral dose,
the apparent elimination half-life for total radioactivity in blood is about 4 hours for the 4 to 12hour time interval. The half-life of unchanged drug is approximately 2 hours.
About 75 percent of a dose of CAPTENSIN5 is excreted in the urine (of which 50 percent is
unchanged drug and the remainder conjugates with endogenous thiol compounds [e.g. captoprilcysteine] and the disulfide dimer of the parent compound).
^SIN^'pror1"-- - ^her^i arterial resistance in hypertensive..
patients with either no change or an increase in cardiac output. ClinTdSfiy'slgflifrcanf reductions
of blood pressure are often observed 60 to 90 minutes after oral administration of CAPTENSIN-.
However,.the reduction in blood pressure is usually progressive and to achieve maximal
therapeutic effects of a given dosagejsgtrrien, several weeks of administration may be required.
The duratloTT^^effffifappears to be dose related. Blood pressure is lowered in both standing and
supine positions.
Orthostatic effects and tachycardia are infrequent, occurring particularly in volume-depleted
patients. No sudden increase in blood pressure after withdrawal of the drug has been observed.
The effects of CAPTENSIN* and of thiazide diuretics on the renin-angiotensin-aldosterone
system are complementary.
In many patients with heart failure the renin-angiotensin-aldosterone system is activated, leading
to a rise in peripheral resistance, sodium and fluid retention, and possibly venous constriction.
Diuretics also contribute to the activation of this system. Heart failure patients treated with
CAPTENSIN have experienced significant decreased systemic vascular resistance (afterload),
reduced pulmonary capillary wedge pressure (preload) and pulmonary vascular resistance,
increased cardiac output, increased exercise tolerance time, reduction of circulating plasma
aldosterone levels, and dilatation of venous capacitance vessels. These hemodynamic and clinical
effects occur promptly and persist. This improvement has been related to a suppression by
captopril of the renin-angiotensin-aldosterone system. Clinical improvement has been observed
in some patients in whom acute hemodynamic effects were minimal.
Abrupt cardiac decompensation has not been seen with the sudden withdrawal of CAPTENSIN
therapy
Studies have demonstrated an acute increase in renal blood flow after administration of
CAPTENSIN-. Glomerular filtration rate is usually unchanged. In instances of rapid reduction of

longstanding or severely elevated blood pressure, the glomerular filtration rate may decrease
transiently, resulting in transient rises in serum creatinine and urea nitrogen.
Some studies in laboratory animals indicate that CAPTENSIN may cross the blood brain
barrier while other studies have not. An increase in cerebral blood flow after CAPTENSIN has
been found in spontaneously hypertensive rats.
Two year studies with doses of 50 -1350 mg/kg/day of CAPTENSIN in mice and rats failed to
show any evidence of carcinogenic potential.
No impairment of fertility has been found in rats.
Indications
CAPTENSIN is indicated for the treatment of moderate to severe hypertension in adults and
pediatrics patients. It may be used alone or in combination with other antihypertensive agents,
especially thiazides - type diuretics. The blood pressure lowering effects of CAPTENSIN and
thiazides are additive.
Contraindications
A history of previous hypersensitivity to CAPTENSIN.
Warnings
Proteinuria has been seen in one percent of patients receiving CAPTENSIN, but this has been
predominantly in those who had prior renal disease, or in those receiving relatively high doses
(in excess of 150 mg per day), or both. Alterations in renal function (as assessed by blood urea
nitrogen and serum creatinine) were infrequent in these patients and did not occur in those who
had no prior renal disease. In patients without .prior evidence of renal disease the incidence of
proteinuria was 0.5 percent. In those patients without..prior evidence of renal disease and
receiving 150 mg of CAPTENSIN or less per day the incidence was 0.2 percent. Nephrotic
syndrome (hypoalbuminemia, edema, and protein excretion'greater than 3 grams per day)
occurred in about one-fifth of the proteinurie patients. In most cases, proteinuria subsided or
cleared within 6 months whether or not CAPTENSIN was continued.
Although membranous glomerulopathy was found in biopsies taken from some proteinurie
patients, a causal relationship to CAPTENSIN has not been established since pretreatment
biopsies were not taken and membranous glomerulopathy has been shown to occur in
hypertensive patients not receiving CAPTENSIN.
For patients with prior renal disease or those receiving CAPTENSIN^ at doses greater than 150
mg per day, urinary protein estimations (dipstick) should be done prior to treatment and monthly
during the first 9 months of therapy. If these show increasing amounts of urinary protein, a 24hour quantitative determination of uripary protein should be done. If this exceeds one gram per
day, the benefits and risks of continuing CAPTENSIN should be evaluated.
Neutropenia has occured in some patients receiving CAPTENSIN, but this has been limited
almost exclusively to those who had pre-existing impaired renal function, collagen vascular
disease, immunosuppresant therapy, or a combination of these complicating factors.
In formal clinical studies involving 4,132 uncomplicated hypertensive .patients, neutropenia
occurred in one patient (0.02 percent of patients). Ail patients receiving CAPTENSIN should
be told to report any signs of infection (e.g., sore throat, fever). Serious infections resulting from
the neutropenia and which proved fatal in a few cases occurred only in patients with impaired
renal function. A complete white blood cell count should be done immediately when infection is
present. If the infection occurs during the first three months of therapy. CAPTENSIN should be
discontinued until the results of the blood count are known.
In patients with renal impairment not associated with collagen vascular disease or , complicated

by coadministration of immunpsuppresant drugs, neutropenia occurred in 0.3 percent of cases.


Daily doses of CAPTENSIN were relatively high in these - patients.
In patients with collagen vascular disease (e.g., systemic lupus erythematosus, scleroderma).
particularly those with coexisting renal impairment, CAPTENSIN . q be prescribed only after
an assessment of benefit and risk since neutropenia has occurred in r of the 124 such patient? in
-Jinical tnaj^Sjroj|arjgygfl|^jfly|d^
Neutropenia was noted 2V2 to 13 weeks after CAPTENSIN had been started. Thus, for
patients with impaired renal function, collagen vascular disease, or who are receiving
immunosuppressant drugs, white blood cell and differential counts should be performed prior to
therapy, every 2 weeks during the first 3 months of CAPTENSIN therapy and periodically
thereafter. If the neutrophil count falls below 1000/mm3, CAPTENSIN should be discontinued
and the patients's course should be followed. In clinical trials, neutrophil counts returned to
normal in about 2 weeks in most cases upon discontinuing CAPTENSIN. .
Bone marrow examinations in patients with neutropenia corisistently showed myeloid
hypoplasia, frequently accompanied by erythroid hypoplasia and decreased numbers of
megakaryocytes. Neutropenia was associated with significant alterations of peripheral red blood
cell or platelet counts in 6 patients.
Since CAPTENSIN decreases aldosterone production, elevation of serum potassium may occur
rarely, especially in patients with renal failure. Potassium sparing diuretics (spirono-lactone,
triamterene, and amiloride) or potassium supplements, if needed, should be used with caution
since they may lead to a significant increase of serum potassium.
Although most patients tolerate the antihypertensive effects of captopril well, those already on
diuretic therapy may occasionally experience dizziness or lightheadedness, usually mild,
indicative of hypotension, that may occur within one hour of the first dose. In most instances,
symptoms are relieved simply by instructing the patient to lie down.
In patients who are receiving aggressive diuretic therapy, particularly those with either severe,
renin dependent hypertension (e.g., renovascular hypertension) or severe congestive heart failure,
exaggerated hypotensive responses have occurred, again usually within one hour of the initial
dose of captopril. The possibility of this occurrence can be lessened in these patients by
discontinuing diuretic therapy or significantly reducing the diuretic dose for 4 to 7 days prior to
initiating captopril. By commencing captopril therapy with small doses (6.25 or 12.5 mg), the
duration of any hypotensive effect is reduced.
The exaggerated hypotensive response can be anticipated by medical supervision during the first
hour after initial dosing; and if necessary, it can be rapidly reversed by intravenous infusion of
normal saline.
A hypotensive episode following the initial dose CAPTENSIN does not preclude further
titration of the drug.
In heart failure, where the blood pressure was either normal or low, decreases in mean blood
pressure greater than 20 percent were recorded in about half of the patients. This transient fall in
blood pressure may occur after any of the first several doses 'and is usually well tolerated,
producing either no symptoms or brief mild lightheadedness, although in rare instances it has
been associated with arrhythmia
v1
J
PT KALBE FARMA Tbk. Bekasi - Indonesia
Store at room temperature (below 30C). Protect from moisture.

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY.


I
or conduction defects. Hypotension was the reason for discontinuation of drug in 3.6 percent of
patients with heart failure. Patients should be followed closely for the first 2 weeks of treatment
and whenever the dose of CAPTENSIN, or diuretic, or both.is increased. If associated
symptoms are troublesome or, persist, they are usually relieved by a reduction of the dose of
either CAPTENSIN or diuretic.
Fetal/Neonatal Morbidity and Mortality
The use of ACE inhibitors in pregnancy can cause organ damage or even death to
the developing fetus or neonatus.
When pregnancy is detected, ACE inhibitors should be discontinued as soon as posible.
The use of ACE inhibitors during the second and third trimesters of pregnancy has
been associated with fetal and neonatal injury, including hypotension, neonatal skull,
hypoplasia, anuria, reversible or irreversible renal failure and death.
Oligdhydramnios has also been reported, presumably resulting from decreased fetal
renal function; oligohydramnios in this setting has been associated with fetal limb
contractures, craniofacial deformation and hypoplastic lung development.
Prematurity, intrauterine growth retardation and patent ductus arteriosus have also
been reported, although it is not clear whether these occurrences were due to the
ACE- inhibitor exposure.
Infants with histories of in utero exposure to ACE inhibitors should be closely observed
for hypotension, oliguria and hyperkalemia.
Precautions
Some patients with renal disease, particularly those with bilateral renal artery stenosis, have
developed increases in BUN and serum creatinine after reduction of blood pressure with
CAPTENSIN, usually along with a diuretic. CAPTENSIN dosage reduction or
discontinuation of diuretic, or both may be required. For some of these patients, it may not be
possible to normalize blood pressure and maintain adequate renal perfusion. Some patients with
heart failure have experienced a reduction in renal function during long term treatment that
usually stabilized at the reduced level.
A few patients have developed angioedema of the face, mucous membranes of the mouth and the
extremities which is reversible upon discontinuation of the drug.
CAPTENSIN, as with any drug that reduces vascular resistance, should be used only with
extreme caution in patients with aortic stenosis because of the potentially harmful consequences
of reduced coronary perfusion secondary to the reduced blood pressure.
Patients treated for severe congestive heart failure should be cautioned to increase their physical
activity slowly.
CAPTENSIN may cause a false-positive urine test for acetone.
. Pregnancy
See Warnings^Fetal/Neonatal Morbidity and Mortality:
CAPTENSIN has been shown to be lethal to rabbit and sheep fetuses. There were no fetotoxic
effects to hamster or rat fetuses.
The safety of the drug in pregnant women has not been established. Since CAPTENSIN
crosses the human placenta, it should be used during pregnancy only if the potential benefit
justifies the potential risk.
Nursing mothers
HBfcl

Followtnq oral admin'"*1 ~''^ ^"rentratiorttuai unchanged captopril in bujs^rjjjreasi-milk are


one percent or less of those in maternal blood. The effect of this small amount of captopril on the
nursing infant has not been determined. Caution should be exercised when CAPTENSIN- is
administered to a nursing woman.
Surgery/Anesthesia
In patients undergoing major surgery or during anesthesia with agents that produce hypotension,
CAPTENSIN will block angiotensin II formation secondary to compensatory renin release.
This may lead to hypotension which can be corrected by volume expansion,
Pediatric use
Experience in neonates, particularly premature infants, is limited. Because renal function in
infants is not equivalent to that of older children and adults, lower doses of CAPTENSIN
should be used with the patient under close medical supervision.
Adverse reactions
Reported incidences are based on clinical trials involving approximately 6.000 patients treated
with CAPTENSIN.
Skin: A rash occurred in 8.5 percent of patients with normal renal function and 13 percent of
patients with evidence of prior renal functional impairment. It was dose related, having occurred
only in 7 percent of patients at doses of 150 mg or less per day. The rash is usually pruritic and
maculopapular, but rarely urticarial and generally occurs during the first 4 weeks of treatment. It
usually is self-limited and reversible and may respond to antihistamine therapy. In the majority
of patients the condition resolved with the continuation of therapy.
Pruritus, flushing, a reversible pemphigoid-like lesion, photosensitivity and angioedema have
also been reported.
Gastrointestinal: Two percent of patients receiving 150 mg 6r less per day of CAPTENSIN
developed a diminution or loss of taste perception. At doses in excess of 150 mg per day 7
percent of patients experienced this effect. Taste impairment is reversible and usually self-limited
(2 to 3 months). In most patients the condition resolved with the continuation of therapy. Weight
loss may be associated with the loss of taste. Stomatitis, resembling aphthous ulcers, has been
reported,
Elevation of liver enzymes have been noted in a few patients receiving the drug although no
causal relationship has been found. Rare cases of hepatocellular injury with secondary
cholestasis have been reported in association with CAPTENSIN administration.
Gastric irritation and abdominal pain may occur.
Renal: Proteinuria (see Warnings).
Transient elevations of BUN and creatinine (see Precautions). Increase in the serum potassium
concentrations and acidosis (see Warnings).
Hematologic: Neutropenia, anemia and thrombocytopenia (see Warnings).
Cardiovascular: Hypotension may occur after initiation of CAPTENSIN therapy in patients
with heart failure, renindependent hypertension or who are significantly volume-depleted (see
Warnings). Tachycardia has been observed in a few volume-depleted patients.
Other: Paresthesias of the hands, serum sickness, cough, bronchospasm, and lymphadenopathy
have been reported.
Overdosage
In the event of overdosage, hypotension would be the most important problem. Volume
expansion with an intravenous infusion of normal saline is the treatment of choice for
normalization of the blood pressure.

Captopril is removed by hemodialysis.


Dosage and administration
Dosage must be individualized (See warnings regarding hypotension in salt and
volume depleted patients).
CAPTENSIN should be taken one hour before food intake.
Adults:
Hypertension: The initial dose of CAPTENSIN is 12.5 mg three times a day. If a satisfactory
reduction of blood pressure has not been achieved after 1 or 2 weeks the dose of CAPTENSIN
may be increased to 25 to 50 mg 2 or 3 times a day. If after an additional 2 weeks a further
reduction in blood pressure is desirable, a dose of diuretic may be added. For patients already
receiving a diuretic, the initial dose of CAPTENSIN should be administered with care.
The usual effective dose of CAPTENSIN in moderate hypertension does not exceed 150 mg
per day. However in severe hypertension where further blood pressure reduction is required, the
dose may be increased incrementally, (while continuing the diuretic). A maximum daily dose of
450 mg CAPTENSIN should not be exceeded.
For patients with severe hypertension who are on multiple antihypertensive therapy it may be
impractical to discontinue all therapy prior to starting CAPTENSIN. In such patients
CAPTENSIN would usually be used in combination with a thiazide diuretic, therefore, the
diuretic should be continued and other currently administered antihypertensive agents should be
discontinued according to the instructions of the manufacturer. The initial dose of
CAPTENSIN should be administered under close medical supervision and adjusted as outlined
above.
For patients with accelerated or malignant hypertension, particularly those unresponsive to
conventional therapy, the dosage may be increased at 24 hours intervals or less under continuous
medical supervision until a satisfactory blood pressure response is obtained or the maximum
dose of CAPTENSIN is reached.
When CAPTENSIN is used alone, concomitant sodium restriction may be beneficial.
CAPTENSIN may be used advantageously in conjunction with other antihypertensive
Heart Failure: CAPTENSIN therapy must be started under close medical supervision. It should
be added to conventional treatment with diuretic (and digitalis where indicated). The usual
starting dose is 12.5 mg 3 times a day. A starting dose of 6.25 mg 3 times a day may minimize
the duration of any transient hypotensive effect (see Warnings). After a dose of 50 mg 3 times a
day is reached, further increases in dosage should be delayed where possible, for at least 2 weeks
to determine if a satisfactory response occurs. A maximum daily dose of 450 mg. should not be
exceeded.
Children:
The initial dose of CAPTENSIN is 0.3 mg/kg administered under close medical supervision.
Infants and older children more likely to develop hypotension, such as those on diuretic therapy
may be started on 0.15 mg/kg. Generally the dose of CAPTENSIN is administered 3 times a
day; however, the frequency of dosing must be individualized according to the response of each
patient, if a satisfactory reduction of blood pressure has not been achieved, each single dose may
be increased at weekly intervals to 0.6, 1.2 and 2.0 mg/kg. For those patients not receiving a
diuretic, concomitant diuretic therapy may be instituted. For patients with accelerated
hypertension, dosage may be increased at 24 hour intervals or less. A maximum total daily dose
of 6.0 mg/kg should not be exceeded. Dosage in infants and patients with renal dysfunction
should be reduced appropriately (see Precautions).

Patients with Renal Impairment:


CAPTENSIN excretion is reduced in the presence of impaired renal function. After the desired
therapeutic effect has been achieved, the total, daily dose should be reduced or the dose intervals
increased. The following maximum daily doses are suggested as a guide to minimize drug
accumulation.
Creatinine Clearance (ml/min/1 .73 m2)
. >80
80-41 40-21
20-11 <10
CAPTENSIN is removed by hemodialysis.
Maximum Total Daily Dose (mg)
450 300 150
75
37.5
When concomitant diuretic therapy is required, a loop diuretic (e.g., furosemide), rather than a
thiazide diuretic, is preferred in these patients with impaired renal function.
Presentations
12.5 mg tablet : Box of 25 mg tablet : Box of
5 strips x 10 tablets 5 strips x 10 tablets
Reg. No. DKL8511602910B1
Reg. No. DKL 8511602910A1
Store at room temperature (below 30C). Protect from moisture.

CAPTENSIN 25 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

CAPTENSIN 25 MG
CAPTENSIN* is indicated for the treatment of patients with heart failure who have not
responded adequately to or cannot be controlled by conventional therapy. CAPTENSIN has

been used with diuretics and digitals.


NSIND
tablet
Captopril
Composition
Each tablet contains: Captopril......................
.............................................................................;....12.5 mg and 25 mg
Description
CAPTENSIN (captopril) designated chemically as 1 - [(2S) - 3 - mercapto - 2 - methyl
propionyl] - L - proline, is a specific competitive inhibitor of angiotensin l-converting enzyme,
the enzyme responsible for the conversion of angiotensin I to angiotensin II. CAPTENSIN is
the first of a new class of anti-hypertensive agents, it also has been shown to be effective in the
management of heart failure.
Pharmacology
Although the mechanism of action of CAPTENSIN* has not yet been fully elucidated, its
beneficial effects in hypertension and heart failure appear to result primarily from suppression of
the renin-angiotensin-aldosterone system. However, there is no consistent correlation between
renin levels and response to the drug. Renin, an enzyme synthesized by the kidneys, is released
into the circulation where it acts on a plasma globulin substrate to produce angiotensin I, a
relatively inactive decapeptide. Angiotensin I is then converted enzymatically by angiotensin
converting enzyme (ACE) to the octapeptide angiotensin II, one of the most potent endogenous
vasoconstrictor substances. Angiotensin II also stimulates aldosterone secretion from the adrenal
cortex, thereby contributing to sodium and fluid retention and potassium loss.
CAPTENSIN prevents the conversion of angiotensin I to angiotensin II by inhibition of ACE
and this is reflected by a decrease in the pressor substance, angiotensin II. and increase in plasma
renin activity (PRA). The latter is due to the relative lack of negative feed back on renin release
caused by reduction in angiotensin II. Decreased concentration of aldosterone are found in blood
and urine, and as a result, smail increases in serum potasium may occur along with sodium and
fluid loss.
Following oral administration of CAPTENSIN-, rapid absorption occurs with peak . blood levels
at about one hour. The average minimal absorption is approximately 75 percent. The presence of
food in the gastrointestinal tract reduces absorption by about 30 to 40 percent. Only 25 to 30
percent of the drug is bound to plasma proteins. After administration of a radiolabeled oral dose,
the apparent elimination half-life for total radioactivity in blood is about 4 hours for the 4 to 12hour time interval. The half-life of unchanged drug is approximately 2 hours.
About 75 percent of a dose of CAPTENSIN5 is excreted in the urine (of which 50 percent is
unchanged drug and the remainder conjugates with endogenous thiol compounds [e.g. captoprilcysteine] and the disulfide dimer of the parent compound).
^SIN^'pror1"-- - ^her^i arterial resistance in hypertensive..
patients with either no change or an increase in cardiac output. ClinTdSfiy'slgflifrcanf reductions
of blood pressure are often observed 60 to 90 minutes after oral administration of CAPTENSIN-.
However,.the reduction in blood pressure is usually progressive and to achieve maximal
therapeutic effects of a given dosagejsgtrrien, several weeks of administration may be required.
The duratloTT^^effffifappears to be dose related. Blood pressure is lowered in both standing and
supine positions.
Orthostatic effects and tachycardia are infrequent, occurring particularly in volume-depleted

patients. No sudden increase in blood pressure after withdrawal of the drug has been observed.
The effects of CAPTENSIN* and of thiazide diuretics on the renin-angiotensin-aldosterone
system are complementary.
In many patients with heart failure the renin-angiotensin-aldosterone system is activated, leading
to a rise in peripheral resistance, sodium and fluid retention, and possibly venous constriction.
Diuretics also contribute to the activation of this system. Heart failure patients treated with
CAPTENSIN have experienced significant decreased systemic vascular resistance (afterload),
reduced pulmonary capillary wedge pressure (preload) and pulmonary vascular resistance,
increased cardiac output, increased exercise tolerance time, reduction of circulating plasma
aldosterone levels, and dilatation of venous capacitance vessels. These hemodynamic and clinical
effects occur promptly and persist. This improvement has been related to a suppression by
captopril of the renin-angiotensin-aldosterone system. Clinical improvement has been observed
in some patients in whom acute hemodynamic effects were minimal.
Abrupt cardiac decompensation has not been seen with the sudden withdrawal of CAPTENSIN
therapy
Studies have demonstrated an acute increase in renal blood flow after administration of
CAPTENSIN-. Glomerular filtration rate is usually unchanged. In instances of rapid reduction of
longstanding or severely elevated blood pressure, the glomerular filtration rate may decrease
transiently, resulting in transient rises in serum creatinine and urea nitrogen.
Some studies in laboratory animals indicate that CAPTENSIN may cross the blood brain
barrier while other studies have not. An increase in cerebral blood flow after CAPTENSIN has
been found in spontaneously hypertensive rats.
Two year studies with doses of 50 -1350 mg/kg/day of CAPTENSIN in mice and rats failed to
show any evidence of carcinogenic potential.
No impairment of fertility has been found in rats.
Indications
CAPTENSIN is indicated for the treatment of moderate to severe hypertension in adults and
pediatrics patients. It may be used alone or in combination with other antihypertensive agents,
especially thiazides - type diuretics. The blood pressure lowering effects of CAPTENSIN and
thiazides are additive.
Contraindications
A history of previous hypersensitivity to CAPTENSIN.
Warnings
Proteinuria has been seen in one percent of patients receiving CAPTENSIN, but this has been
predominantly in those who had prior renal disease, or in those receiving relatively high doses
(in excess of 150 mg per day), or both. Alterations in renal function (as assessed by blood urea
nitrogen and serum creatinine) were infrequent in these patients and did not occur in those who
had no prior renal disease. In patients without .prior evidence of renal disease the incidence of
proteinuria was 0.5 percent. In those patients without..prior evidence of renal disease and
receiving 150 mg of CAPTENSIN or less per day the incidence was 0.2 percent. Nephrotic
syndrome (hypoalbuminemia, edema, and protein excretion'greater than 3 grams per day)
occurred in about one-fifth of the proteinurie patients. In most cases, proteinuria subsided or
cleared within 6 months whether or not CAPTENSIN was continued.
Although membranous glomerulopathy was found in biopsies taken from some proteinurie
patients, a causal relationship to CAPTENSIN has not been established since pretreatment
biopsies were not taken and membranous glomerulopathy has been shown to occur in

hypertensive patients not receiving CAPTENSIN.


For patients with prior renal disease or those receiving CAPTENSIN^ at doses greater than 150
mg per day, urinary protein estimations (dipstick) should be done prior to treatment and monthly
during the first 9 months of therapy. If these show increasing amounts of urinary protein, a 24hour quantitative determination of uripary protein should be done. If this exceeds one gram per
day, the benefits and risks of continuing CAPTENSIN should be evaluated.
Neutropenia has occured in some patients receiving CAPTENSIN, but this has been limited
almost exclusively to those who had pre-existing impaired renal function, collagen vascular
disease, immunosuppresant therapy, or a combination of these complicating factors.
In formal clinical studies involving 4,132 uncomplicated hypertensive .patients, neutropenia
occurred in one patient (0.02 percent of patients). Ail patients receiving CAPTENSIN should
be told to report any signs of infection (e.g., sore throat, fever). Serious infections resulting from
the neutropenia and which proved fatal in a few cases occurred only in patients with impaired
renal function. A complete white blood cell count should be done immediately when infection is
present. If the infection occurs during the first three months of therapy. CAPTENSIN should be
discontinued until the results of the blood count are known.
In patients with renal impairment not associated with collagen vascular disease or , complicated
by coadministration of immunpsuppresant drugs, neutropenia occurred in 0.3 percent of cases.
Daily doses of CAPTENSIN were relatively high in these - patients.
In patients with collagen vascular disease (e.g., systemic lupus erythematosus, scleroderma).
particularly those with coexisting renal impairment, CAPTENSIN . q be prescribed only after
an assessment of benefit and risk since neutropenia has occurred in r of the 124 such patient? in
-Jinical tnaj^Sjroj|arjgygfl|^jfly|d^
Neutropenia was noted 2V2 to 13 weeks after CAPTENSIN had been started. Thus, for
patients with impaired renal function, collagen vascular disease, or who are receiving
immunosuppressant drugs, white blood cell and differential counts should be performed prior to
therapy, every 2 weeks during the first 3 months of CAPTENSIN therapy and periodically
thereafter. If the neutrophil count falls below 1000/mm3, CAPTENSIN should be discontinued
and the patients's course should be followed. In clinical trials, neutrophil counts returned to
normal in about 2 weeks in most cases upon discontinuing CAPTENSIN. .
Bone marrow examinations in patients with neutropenia corisistently showed myeloid
hypoplasia, frequently accompanied by erythroid hypoplasia and decreased numbers of
megakaryocytes. Neutropenia was associated with significant alterations of peripheral red blood
cell or platelet counts in 6 patients.
Since CAPTENSIN decreases aldosterone production, elevation of serum potassium may occur
rarely, especially in patients with renal failure. Potassium sparing diuretics (spirono-lactone,
triamterene, and amiloride) or potassium supplements, if needed, should be used with caution
since they may lead to a significant increase of serum potassium.
Although most patients tolerate the antihypertensive effects of captopril well, those already on
diuretic therapy may occasionally experience dizziness or lightheadedness, usually mild,
indicative of hypotension, that may occur within one hour of the first dose. In most instances,
symptoms are relieved simply by instructing the patient to lie down.
In patients who are receiving aggressive diuretic therapy, particularly those with either severe,
renin dependent hypertension (e.g., renovascular hypertension) or severe congestive heart failure,
exaggerated hypotensive responses have occurred, again usually within one hour of the initial
dose of captopril. The possibility of this occurrence can be lessened in these patients by

discontinuing diuretic therapy or significantly reducing the diuretic dose for 4 to 7 days prior to
initiating captopril. By commencing captopril therapy with small doses (6.25 or 12.5 mg), the
duration of any hypotensive effect is reduced.
The exaggerated hypotensive response can be anticipated by medical supervision during the first
hour after initial dosing; and if necessary, it can be rapidly reversed by intravenous infusion of
normal saline.
A hypotensive episode following the initial dose CAPTENSIN does not preclude further
titration of the drug.
In heart failure, where the blood pressure was either normal or low, decreases in mean blood
pressure greater than 20 percent were recorded in about half of the patients. This transient fall in
blood pressure may occur after any of the first several doses 'and is usually well tolerated,
producing either no symptoms or brief mild lightheadedness, although in rare instances it has
been associated with arrhythmia
v1
J
PT KALBE FARMA Tbk. Bekasi - Indonesia
Store at room temperature (below 30C). Protect from moisture.
ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY.
I
or conduction defects. Hypotension was the reason for discontinuation of drug in 3.6 percent of
patients with heart failure. Patients should be followed closely for the first 2 weeks of treatment
and whenever the dose of CAPTENSIN, or diuretic, or both.is increased. If associated
symptoms are troublesome or, persist, they are usually relieved by a reduction of the dose of
either CAPTENSIN or diuretic.
Fetal/Neonatal Morbidity and Mortality
The use of ACE inhibitors in pregnancy can cause organ damage or even death to
the developing fetus or neonatus.
When pregnancy is detected, ACE inhibitors should be discontinued as soon as posible.
The use of ACE inhibitors during the second and third trimesters of pregnancy has
been associated with fetal and neonatal injury, including hypotension, neonatal skull,
hypoplasia, anuria, reversible or irreversible renal failure and death.
Oligdhydramnios has also been reported, presumably resulting from decreased fetal
renal function; oligohydramnios in this setting has been associated with fetal limb
contractures, craniofacial deformation and hypoplastic lung development.
Prematurity, intrauterine growth retardation and patent ductus arteriosus have also
been reported, although it is not clear whether these occurrences were due to the
ACE- inhibitor exposure.
Infants with histories of in utero exposure to ACE inhibitors should be closely observed
for hypotension, oliguria and hyperkalemia.
Precautions
Some patients with renal disease, particularly those with bilateral renal artery stenosis, have
developed increases in BUN and serum creatinine after reduction of blood pressure with
CAPTENSIN, usually along with a diuretic. CAPTENSIN dosage reduction or
discontinuation of diuretic, or both may be required. For some of these patients, it may not be
possible to normalize blood pressure and maintain adequate renal perfusion. Some patients with
heart failure have experienced a reduction in renal function during long term treatment that

usually stabilized at the reduced level.


A few patients have developed angioedema of the face, mucous membranes of the mouth and the
extremities which is reversible upon discontinuation of the drug.
CAPTENSIN, as with any drug that reduces vascular resistance, should be used only with
extreme caution in patients with aortic stenosis because of the potentially harmful consequences
of reduced coronary perfusion secondary to the reduced blood pressure.
Patients treated for severe congestive heart failure should be cautioned to increase their physical
activity slowly.
CAPTENSIN may cause a false-positive urine test for acetone.
. Pregnancy
See Warnings^Fetal/Neonatal Morbidity and Mortality:
CAPTENSIN has been shown to be lethal to rabbit and sheep fetuses. There were no fetotoxic
effects to hamster or rat fetuses.
The safety of the drug in pregnant women has not been established. Since CAPTENSIN
crosses the human placenta, it should be used during pregnancy only if the potential benefit
justifies the potential risk.
Nursing mothers
HBfcl
Followtnq oral admin'"*1 ~''^ ^"rentratiorttuai unchanged captopril in bujs^rjjjreasi-milk are
one percent or less of those in maternal blood. The effect of this small amount of captopril on the
nursing infant has not been determined. Caution should be exercised when CAPTENSIN- is
administered to a nursing woman.
Surgery/Anesthesia
In patients undergoing major surgery or during anesthesia with agents that produce hypotension,
CAPTENSIN will block angiotensin II formation secondary to compensatory renin release.
This may lead to hypotension which can be corrected by volume expansion,
Pediatric use
Experience in neonates, particularly premature infants, is limited. Because renal function in
infants is not equivalent to that of older children and adults, lower doses of CAPTENSIN
should be used with the patient under close medical supervision.
Adverse reactions
Reported incidences are based on clinical trials involving approximately 6.000 patients treated
with CAPTENSIN.
Skin: A rash occurred in 8.5 percent of patients with normal renal function and 13 percent of
patients with evidence of prior renal functional impairment. It was dose related, having occurred
only in 7 percent of patients at doses of 150 mg or less per day. The rash is usually pruritic and
maculopapular, but rarely urticarial and generally occurs during the first 4 weeks of treatment. It
usually is self-limited and reversible and may respond to antihistamine therapy. In the majority
of patients the condition resolved with the continuation of therapy.
Pruritus, flushing, a reversible pemphigoid-like lesion, photosensitivity and angioedema have
also been reported.
Gastrointestinal: Two percent of patients receiving 150 mg 6r less per day of CAPTENSIN
developed a diminution or loss of taste perception. At doses in excess of 150 mg per day 7
percent of patients experienced this effect. Taste impairment is reversible and usually self-limited
(2 to 3 months). In most patients the condition resolved with the continuation of therapy. Weight
loss may be associated with the loss of taste. Stomatitis, resembling aphthous ulcers, has been
reported,

Elevation of liver enzymes have been noted in a few patients receiving the drug although no
causal relationship has been found. Rare cases of hepatocellular injury with secondary
cholestasis have been reported in association with CAPTENSIN administration.
Gastric irritation and abdominal pain may occur.
Renal: Proteinuria (see Warnings).
Transient elevations of BUN and creatinine (see Precautions). Increase in the serum potassium
concentrations and acidosis (see Warnings).
Hematologic: Neutropenia, anemia and thrombocytopenia (see Warnings).
Cardiovascular: Hypotension may occur after initiation of CAPTENSIN therapy in patients
with heart failure, renindependent hypertension or who are significantly volume-depleted (see
Warnings). Tachycardia has been observed in a few volume-depleted patients.
Other: Paresthesias of the hands, serum sickness, cough, bronchospasm, and lymphadenopathy
have been reported.
Overdosage
In the event of overdosage, hypotension would be the most important problem. Volume
expansion with an intravenous infusion of normal saline is the treatment of choice for
normalization of the blood pressure.
Captopril is removed by hemodialysis.
Dosage and administration
Dosage must be individualized (See warnings regarding hypotension in salt and
volume depleted patients).
CAPTENSIN should be taken one hour before food intake.
Adults:
Hypertension: The initial dose of CAPTENSIN is 12.5 mg three times a day. If a satisfactory
reduction of blood pressure has not been achieved after 1 or 2 weeks the dose of CAPTENSIN
may be increased to 25 to 50 mg 2 or 3 times a day. If after an additional 2 weeks a further
reduction in blood pressure is desirable, a dose of diuretic may be added. For patients already
receiving a diuretic, the initial dose of CAPTENSIN should be administered with care.
The usual effective dose of CAPTENSIN in moderate hypertension does not exceed 150 mg
per day. However in severe hypertension where further blood pressure reduction is required, the
dose may be increased incrementally, (while continuing the diuretic). A maximum daily dose of
450 mg CAPTENSIN should not be exceeded.
For patients with severe hypertension who are on multiple antihypertensive therapy it may be
impractical to discontinue all therapy prior to starting CAPTENSIN. In such patients
CAPTENSIN would usually be used in combination with a thiazide diuretic, therefore, the
diuretic should be continued and other currently administered antihypertensive agents should be
discontinued according to the instructions of the manufacturer. The initial dose of
CAPTENSIN should be administered under close medical supervision and adjusted as outlined
above.
For patients with accelerated or malignant hypertension, particularly those unresponsive to
conventional therapy, the dosage may be increased at 24 hours intervals or less under continuous
medical supervision until a satisfactory blood pressure response is obtained or the maximum
dose of CAPTENSIN is reached.
When CAPTENSIN is used alone, concomitant sodium restriction may be beneficial.
CAPTENSIN may be used advantageously in conjunction with other antihypertensive
Heart Failure: CAPTENSIN therapy must be started under close medical supervision. It should

be added to conventional treatment with diuretic (and digitalis where indicated). The usual
starting dose is 12.5 mg 3 times a day. A starting dose of 6.25 mg 3 times a day may minimize
the duration of any transient hypotensive effect (see Warnings). After a dose of 50 mg 3 times a
day is reached, further increases in dosage should be delayed where possible, for at least 2 weeks
to determine if a satisfactory response occurs. A maximum daily dose of 450 mg. should not be
exceeded.
Children:
The initial dose of CAPTENSIN is 0.3 mg/kg administered under close medical supervision.
Infants and older children more likely to develop hypotension, such as those on diuretic therapy
may be started on 0.15 mg/kg. Generally the dose of CAPTENSIN is administered 3 times a
day; however, the frequency of dosing must be individualized according to the response of each
patient, if a satisfactory reduction of blood pressure has not been achieved, each single dose may
be increased at weekly intervals to 0.6, 1.2 and 2.0 mg/kg. For those patients not receiving a
diuretic, concomitant diuretic therapy may be instituted. For patients with accelerated
hypertension, dosage may be increased at 24 hour intervals or less. A maximum total daily dose
of 6.0 mg/kg should not be exceeded. Dosage in infants and patients with renal dysfunction
should be reduced appropriately (see Precautions).
Patients with Renal Impairment:
CAPTENSIN excretion is reduced in the presence of impaired renal function. After the desired
therapeutic effect has been achieved, the total, daily dose should be reduced or the dose intervals
increased. The following maximum daily doses are suggested as a guide to minimize drug
accumulation.
Creatinine Clearance (ml/min/1 .73 m2)
. >80
80-41 40-21
20-11 <10
CAPTENSIN is removed by hemodialysis.
Maximum Total Daily Dose (mg)
450 300 150
75
37.5
When concomitant diuretic therapy is required, a loop diuretic (e.g., furosemide), rather than a
thiazide diuretic, is preferred in these patients with impaired renal function.
Presentations
12.5 mg tablet : Box of 25 mg tablet : Box of
5 strips x 10 tablets 5 strips x 10 tablets
Reg. No. DKL8511602910B1
Reg. No. DKL 8511602910A1
Store at room temperature (below 30C). Protect from moisture.

CAPTOPRIL 12.5 mg
CODE: S8
Harga Per Satuan Terkecil : Rp100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

CAPTOPRIL

Komposisi :
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.
Cara Kerja Obat :
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gaga! jantung dengan
cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi
angiotensin I yang bersifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen
serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal merentensi natrium dan cairan, serta
meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya
pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aidosteron
sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan
menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun
'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak
menimbulkan reflek takikardia.
Indikasi :

Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif,
sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis,
dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
Dosis :
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan
penderita (individual).
Dewasa :
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah
masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila
setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat
diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari. Dosis diuretik mungkin
dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk
hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg. Gagal jantung 12,5 - 25 mg tiga kali sehari;
diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik
secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis perlu dikurangi disesuaikan
dengan klirens kreatinin penderita.
Peringatan dan Perhatian :
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama
pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Harus diberikan
dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar
dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu. Pemberian pada anak-anak masih belum
diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan
bila tidak ada obat lain yang efektif. Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena
sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata,
bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak. Konsultasikan ke dokter bila
menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan
garam-garam potassium. Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus
atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain :
hipotensi, hipoplasia- tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan
kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru
hipoplasi, kelahiran prematur. perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi
dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat
ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan

hiperkalemia.
Efek Samping :
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2%
penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati
pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan
maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama
8 bulan pertama pengobatan. Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek
samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini
muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena
penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum
pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada
penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril
harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia. Hipotensi dapat terjadi
1-1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan
gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan
cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,
dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu
dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya
mempunyai tensi yang normal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal
atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya. Sering terjadi ruam dan pruritus,
kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghiiang
beberapa hari setelah dosis diturunkan. Terjadi perubahan rasa (taste alteration), yang
biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghiiang meskipun obat diteruskan. Retensi
kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretikSB
yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya hams dilakukan dengan hati-hati.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien
mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Interaksi Obat :
Alkohol.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium
Obat-obat berefek hipotensi.
Cara penyimpanan :

Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.


Kemasan dan Nomor Registrasi :
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

CAPTOPRIL 25 Mg
CODE: S9
Harga Per Satuan Terkecil : Rp200.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

CAPTOPRIL

Komposisi :
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.

Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.


Cara Kerja Obat :
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gaga! jantung dengan
cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan
bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif.
"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II
yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan
sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan
ginjal merentensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan
menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aidosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi
kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban
jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.
Indikasi :
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif,
sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis,
dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
Dosis :
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan
penderita (individual).
Dewasa :
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih
belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida
25 mg setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg. Gagal
jantung 12,5 - 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal
dosis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian :


Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama
pemakaian obat ini, rnaka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Harus diberikan
dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar
dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu. Pemberian pada anak-anak masih belum
diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hatihati pemberian pada penderita penyakit ginjal. Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejalagejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar
bernafas dan serak. Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium
sparing diuretic dan garam-garam potassium. Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan
dapat menyebabkan gangguan/kelainan organpada fetus atau neonatus, bahkan dapat
menyebabkan kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia- tengkorak neonatus, anuria, gagal
ginjal reversible atau irreversible dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi
kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur. perkembangan retardasiintrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan
ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan
terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Efek Samping :
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2%
penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati
pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan
maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama
8 bulan pertama pengobatan. Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek
samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini
muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena
penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum
pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada
penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril
harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1-1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi
biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila
mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis,
muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan
kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung
yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan
infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya. Sering terjadi ruam
dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan
menghiiang beberapa hari setelah dosis diturunkan. Terjadi perubahan rasa (taste alteration),
yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghiiang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu

diuretik SB yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya hams dilakukan dengan
hati-hati.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien
mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Interaksi Obat :
Alkohol.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium
Obat-obat berefek hipotensi.
Cara penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
Kemasan dan Nomor Registrasi :
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

CAPTOPRIL 50 MG
CODE: S10
Harga Per Satuan Terkecil : Rp350.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih D

CAPTOPRIL 50 MG

Komposisi :
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.
Cara Kerja Obat :
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gaga! jantung dengan
cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan
bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif.
"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II
yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan
sekresi aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan
ginjal merentensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan
menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aidosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi
kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban
jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.
Indikasi :
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif,

sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal
jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis,
dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
Dosis :
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan
penderita (individual).
Dewasa :
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih
belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida
25 mg setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg. Gagal
jantung 12,5 - 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal
dosis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.
Peringatan dan Perhatian :
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama
pemakaian obat ini, rnaka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Harus diberikan
dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar
dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu. Pemberian pada anak-anak masih belum
diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hatihati pemberian pada penderita penyakit ginjal. Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejalagejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar
bernafas dan serak. Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium
sparing diuretic dan garam-garam potassium. Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan
dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat
menyebabkan kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus, anuria, gagal
ginjal reversible atau irreversible dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi
kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur. perkembangan retardasiintrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan
ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan
terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Efek Samping :
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2%
penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati
pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan
maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama
8 bulan pertama pengobatan. Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek
samping ini terutama terjadi pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan
pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada
penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2
minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami
tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena
merupakan petunjuk adanya neutropenia. Hipotensi dapat terjadi 1-1,5 jam setelah dosis pertama
dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan
rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian
diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi
lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat,
terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau
rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis
kaptopril atau diuretiknya. Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam
dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghiiang beberapa hari setelah dosis
diturunkan. Terjadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3
bulan pertama dan menghiiang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium ringan sering terjadi,
terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik SB yang meretensi kalium
seperti amilorida dan pemberiannya hams dilakukan dengan hati-hati.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien
mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Interaksi Obat :
Alkohol.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium
Obat-obat berefek hipotensi.
Cara penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Kemasan dan Nomor Registrasi :


Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916010B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

CARDISAN 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp10,200.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CARDISAN TABLET 10 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Amlodipine besylate 10 mg
INDIKASI :
Hipertensi, angina
PERHATIAN :

- Stenosis aorta hebat, gagal jantung kongestif, kerusakan fungsi hati.


- Kehamilan & menyusui.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, edema, lelah, mual, flushing , pusing
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN & NO REG. :
Box 5 strip @ 10 tablet, DKL 0822244610 B1
DOSIS :
Dewasa : untuk hipertensi dan angina kronik stabil atau angina vasospatik, dosis lazim awal
adalah 5 mg Amlodipine 1 kali sehari, dapat ditingkatkan sampai maksimum dosis 10 mg
tergantung dari respon individual pasien. Pada pasien bertubuh kecil, lemah dan lanjut usia atau
penderita gagal fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg Amlodipin 1 kali sehari dan dosis
ini dapat dipakai ketika Amlodipin digunakan bersama dengan obat antihipertensi lain.
Tidak perlu penyesuaian dosis Amlosipin jika hendak diberikan bersamaan dengan diuretik
tiazid, beta blocker dan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE).
PABRIK
Sanbe

CARDISAN 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,750.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

CARDISAN TABLET 5 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Amlodipine besylate 5 mg
INDIKASI :
Hipertensi, angina
PERHATIAN :
- Stenosis aorta hebat, gagal jantung kongestif, kerusakan fungsi hati.
- Kehamilan & menyusui.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, edema, lelah, mual, flushing , pusing
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN & NO REG. :
Box 5 strip @ 10 tablet, DKL 0822244610 A1
DOSIS :
Dewasa : untuk hipertensi dan angina kronik stabil atau angina vasospatik, dosis lazim awal
adalah 5 mg Amlodipine 1 kali sehari, dapat ditingkatkan sampai maksimum dosis 10 mg
tergantung dari respon individual pasien. Pada pasien bertubuh kecil, lemah dan lanjut usia atau
penderita gagal fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg Amlodipin 1 kali sehari dan dosis
ini dapat dipakai ketika Amlodipin digunakan bersama dengan obat antihipertensi lain.
Tidak perlu penyesuaian dosis Amlosipin jika hendak diberikan bersamaan dengan diuretik
tiazid, beta blocker dan penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE).
PABRIK

Sanbe

CARDIVASK 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp9,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CARDIVASK TABLET 10 MG
GOLONGAN
:K
KANDUNGAN :
Amlodipine besylate setara dengan Amlodipine 5 mg
INDIKASI :
Terapi profilaksis angina pektoris.
Hipertensi arterial
KONTRA INDIKASI :
- Syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut.
- Hipersensitif terhadap amlodipin atau dihidropiridin lain atau salah satu komponen obat ini.
- Hipotensi berat, gangguan hati berat.
PERHATIAN :
Pasien dengan gagal hati, insufisiensi ginjal dengan dialisis, hipotensi, gagal jantung kongestif.
INTERAKSI OBAT :

Nitrat, -bloker, amiodaron, kuinidin.


Efek ditingkatkan oleh antihipertensi lain dan antidepresan trisiklik.
EFEK SAMPING :
- Ganggguan muskuloskeletal (astenia, kram otot, mialgia, artralgia).
- Ganggguan saluran kemih kelamin, gangguan sistem saraf (sakit kepala, lelah, mengantuk,
somnilen).
- Gangguan sensorik (diplopia, konjungtivitis, tinitus), gangguan Kardio Vaskular (edema,
palpitasi, pusing).
- Sensasi panas dan kemerahan pada wajah, keringat berlebihan, ginekomastia, disfungsi seksual,
nyeri.
- Gangguan Gastro Intestinal (mual, nyeri perut), gangguan hati(ikterus peningkatan enzym hati),
kelainan kulit (eksantema).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN & NO REG. :
Box 3 strip @ 10 tablet, DKL 0704425910 B1
DOSIS :
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg 1 kali sehari, dengan dosis masimum 10 mg satu kali
sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis,
diperlukan waktu 7-14 hari.
Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi
2,5 mg 1 kali sehari. Bila Amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain,
dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik atau angina vasospatik adalah 5-10 mg,
dengan penyesuaian dosis pada pasien lanjut usia dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan bersama obat-obat golongan thiazide, ACE inhibitor, beta-blocker,
nitrate dan nitroglycerine sublingual.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PENYIMPANAN :

Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat C)


Harus Dengan Resep Dokter
PABRIK :
Kalbe Farma

CARDIVASK 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,650.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CARDIVASK TABLET 5 MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Amlodipine besylate setara dengan Amlodipine 5 mg
INDIKASI :
Terapi profilaksis angina pektoris.
Hipertensi arterial
KONTRA INDIKASI :
- Syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut.
- Hipersensitif terhadap amlodipin atau dihidropiridin lain atau salah satu komponen obat ini.
- Hipotensi berat, gangguan hati berat.
PERHATIAN :
Pasien dengan gagal hati, insufisiensi ginjal dengan dialisis, hipotensi, gagal jantung kongestif.

INTERAKSI OBAT :
Nitrat, -bloker, amiodaron, kuinidin.
Efek ditingkatkan oleh antihipertensi lain dan antidepresan trisiklik.
EFEK SAMPING :
- Ganggguan muskuloskeletal (astenia, kram otot, mialgia, artralgia).
- Ganggguan saluran kemih kelamin, gangguan sistem saraf (sakit kepala, lelah, mengantuk,
somnilen).
- Gangguan sensorik (diplopia, konjungtivitis, tinitus), gangguan Kardio Vaskular (edema,
palpitasi, pusing).
- Sensasi panas dan kemerahan pada wajah, keringat berlebihan, ginekomastia, disfungsi seksual,
nyeri.
- Gangguan Gastro Intestinal (mual, nyeri perut), gangguan hati(ikterus peningkatan enzym hati),
kelainan kulit (eksantema).
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN & NO REG. :
Box 3 strip @ 10 tablet, DKL 0704425910 A1
DOSIS :
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg 1 kali sehari, dengan dosis masimum 10 mg satu kali
sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis,
diperlukan waktu 7-14 hari.
Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi
2,5 mg 1 kali sehari. Bila Amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain,
dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik atau angina vasospatik adalah 5-10 mg,
dengan penyesuaian dosis pada pasien lanjut usia dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan bersama obat-obat golongan thiazide, ACE inhibitor, beta-blocker,
nitrate dan nitroglycerine sublingual.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat C)
Harus Dengan Resep Dokter
PABRIK :
Kalbe Farma

CARDURA 1 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp8,150.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
CARDURA 1 MG
Doksazosin 1 mg
Doksazosin 2 mg
INDIKASI:
Hipertensi, hiperplasia prostrat ringan.
KONTRA INDIKASI:
Hipersensitifitas,
EFEK SAMPING:
Umumnya berhubungan dengan tipe postural (jarang sekali terjadi sinkope) atau yang spesifik
dan termasuk juga pusing, sakit kepala, lelah, postural pusing, vertigo edema dan astenia.
DOSIS:

Awal : 1mgh/hari, dapat ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg/hari dan seterusnya
dengan selang waktu yang sama menjadi 4, 8 dan masksimum 16 mg.
KEMASAN:
Dos 5x10 tablet 1 mg
Dos 5x10 tablet 2 mg
Dos 5x10 tablet 4 mg
DIPRODUKSI OLEH:
Pfizer

CARDURA 2 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp13,950.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
CARDURA 2 MG
Doksazosin 1 mg
Doksazosin 2 mg
INDIKASI:
Hipertensi, hiperplasia prostrat ringan.
KONTRA INDIKASI:
Hipersensitifitas,
EFEK SAMPING:

Umumnya berhubungan dengan tipe postural (jarang sekali terjadi sinkope) atau yang spesifik
dan termasuk juga pusing, sakit kepala, lelah, postural pusing, vertigo edema dan astenia.
DOSIS:
Awal : 1mgh/hari, dapat ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg/hari dan seterusnya
dengan selang waktu yang sama menjadi 4, 8 dan masksimum 16 mg.
KEMASAN:
Dos 5x10 tablet 1 mg
Dos 5x10 tablet 2 mg
Dos 5x10 tablet 4 mg
DIPRODUKSI OLEH:
Pfizer

CARDURA 4 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp13,250.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
CARDURA 4 MG
Doksazosin 1 mg
Doksazosin 2 mg
INDIKASI:
Hipertensi, hiperplasia prostrat ringan.

KONTRA INDIKASI:
Hipersensitifitas,
EFEK SAMPING:
Umumnya berhubungan dengan tipe postural (jarang sekali terjadi sinkope) atau yang spesifik
dan termasuk juga pusing, sakit kepala, lelah, postural pusing, vertigo edema dan astenia.
DOSIS:
Awal : 1mgh/hari, dapat ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg/hari dan seterusnya
dengan selang waktu yang sama menjadi 4, 8 dan masksimum 16 mg.
KEMASAN:
Dos 5x10 tablet 1 mg
Dos 5x10 tablet 2 mg
Dos 5x10 tablet 4 mg
DIPRODUKSI OLEH:
Pfizer

CARPIATON 100 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

CARPIATON 100 MG
TABLET SALUT SELAPUT

KOMPOSISI :
Carpiaton 25
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Spironolakton
25 mg
Carpiaton 100 :
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Spironolakton
100 mg
FARMAKOLOGI :
Spironolakton merupakan antagonis aldosteron. Bekerja secara kompetitif dengan aldosteron
sehingga menghambat reabsorps, natrium dan klorida, serta mengurangi eksresi kalium di tubuli
ginjal
INDIKASI :
-

Hipertensi esensial
Keadaan-keadaan edema seperti:
Edema pada payab jantung kongestif
Edema akibat sirosis hati dengan atau tanpa asitas
Edema akibat sindroma nefrotik
Digunakan juga dalam diagnosa maupun pengobatan pada hiperaldosteronisme primer.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :


-

Dewasa : Dosis awal 25 mg/hari, kemudian dinaikkan menjadi 100


Hipertensi esensial: mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi dua. Anak-anak : 1-2 mg/kg
BB/hari dalam dua dosis terbagi.
- Hipertensi berat : 100 mg/hari dan bila perlu dosis ditingkatkan dalam intrval waktu 2 minggu

sampai dosis 400 mg/hari.


Dewasa : 50-100 mg/hari dalam dosis
Edema jantung
tunggal atau terbagi
Dalam dosis besar dapat menyebabkan keanikan serum level potasium dan
mempermudah timbulnya efek samping.
Anak-anak : 1 mg/kg BB/3 x sehari
- Edema akibat sirosis hati dengan atau tanpa asitas :Dewasa :
300-600 mg/hari
Edema akibat sindroma nefrotik : Biasanya 100-200 mg/hari
- Idiopathic Edema :
100 mg/hari
3,3 mg/kg berat badan dalam bentuk dosis terbagi atau dosis tunggal Bila
perlu bentuk suspensi dapat dibuat dengan cara tablet spironolakton
Edema pada anakdihancurkan menjadi serbuk kemudian tambahkan beberapa tetes gliserin
anak :
dan syrup cerry. Suspensi ini stabil selama 1 bulan bila disimpan dalam
lemari es.
Diagnosa dan pengobatan Aldosteronisme primer
Bila waktu test lama diberikan dosis 400 mg/hari selama 3-4 minggu, tapi bila cepat dosis yang
diberikan 400 mg/hari selama 4 hari.

EFEK SAMPING :
- Gejala gastrointestinal seperti kejang dan diare, mengantuk, letargi, sakit kepala,
maculopapular, atau erythematous eruptions, urtikaria, kebingungan mental, drug fever ataxia,
gangguan pada ereksi, amenorrhea dan pendarahan setelah menopause, agranulositosis.
Impoten, hiperkalemia, hiponatremia.

KONTRA INDIKASI :
Carpiton dikontraidikasikan bagi pasien yang mengalami kegagalan fungsi ginjal yang berat,
hyperkalemia atau yang sensitif terhadap spironolakton.
Hiponatremia, wanita hamil dan menyusui, penyakit Addison's, tukak lambung, anuria.

PENYIMPANAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

KEMASAN :
Carpiaton25

: Dus isi 10 strip @ 10 tablet salut selaput


No. Reg. DKL9531508917A1
Carpiaton100 : Dus isi 10 strip @ 10 tablet salut selaput
No. Reg. DKL9531508917C1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Diproduksi oleh :
PT. PRATAPA NIRMALA
Tangerang - Indonesia

CASIPRIL 12,5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CASIPRIL TABLET 12,5 MG
GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Captopril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung

KONTRA INDIKASI :
Kehamilan
PERHATIAN :
Gangguan fungsi ginjal disertai dengan penyakit pembuluh darah ginjal, gangguan kolagen
pembuluh darah, terapi immunosupresan, menyusui, pembedahan atau anestesi/pembiusan, bayi.
Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretik dan antihipertensi lainnya, dikurangi oleh
Indometasin, Salisilat.
EFEK SAMPING :
Kemerahan pada kulit, gatal, kemerahan pada wajah dan leher, batuk kering, gangguan
pengecapan, hipertensi yang bersifat sementara, gangguan saluran pencernaan, proteinuria.
Jarang : neutropenia, takhikardia, angiodema.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 12,5 mg x 50
DOSIS :
Dosis awal : 12,5 mg 2-3 kali sehari, dinaikan sampai 25 mg 2-3 kali sehari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK
Tunggal Idaman Abdi

CASIPRIL 25 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CASIPRIL TABLET 25 MG
GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Captopril
INDIKASI :
Hipertensi, gagal jantung
KONTRA INDIKASI :
Kehamilan
PERHATIAN :
Gangguan fungsi ginjal disertai dengan penyakit pembuluh darah ginjal, gangguan kolagen
pembuluh darah, terapi immunosupresan, menyusui, pembedahan atau anestesi/pembiusan, bayi.
Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretik dan antihipertensi lainnya, dikurangi oleh
Indometasin, Salisilat.
EFEK SAMPING :
Kemerahan pada kulit, gatal, kemerahan pada wajah dan leher, batuk kering, gangguan
pengecapan, hipertensi yang bersifat sementara, gangguan saluran pencernaan, proteinuria.
Jarang : neutropenia, takhikardia, angiodema.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :

C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet 12,5 mg x 50
DOSIS :
Dosis awal : 12,5 mg 2-3 kali sehari, dinaikan sampai 25 mg 2-3 kali sehari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)
PABRIK
Tunggal Idaman Abdi

CATAPRES 75 MCG
CODE: S11
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,700.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

CATAPRES 75 MCG

Clonidine HCI
Komposisi :
Tiap tablet mengandung :
Clonidine hydrochloride

75 meg,150 meg

Khasiat :
Clonidine terutama bekerja pada sistem saraf pusat, yang mengakibatkan berkurangnya pengaruh
saraf simpatis dan menurunnya tahanan perifer, tahanan vaskuler ginjal, denyut jantung dan
tekanan darah. Yang penting adalah tidak adanya perubahan pada aliran darah ginjal dan
kecepatan filtrasi glomerulus. Reflek postural yang normal tidak dipengaruhi, oleh karena itu
gejaia-gejala ortostatikyangterjadi ringan dan jarang. Selama terapi jangka panjang, curah
jantung akan kembali ke keadaan semula, sedangkan tahanan perifer akan tetap turun. Pada
sebagian besar pasien yang diberikan clonidine akan terjadi penurunan denyut jantung, tetapi
obat ini tidak mempengaruhi respon hemodinamikyang normal terhadap gerak badan.
Indikasi :
CATAPRES diindikasikan untuk pengobatan hipertensi. CATAPRES dapat diberikan tunggal
atau dikombinasikan dengan obatantihipertensi lainnya,
Untuk pengobatan hipertensi krisis, pemberian suntikan clonidine secara perlahan-lahan sangat
tepat karena mula kerjanya cepat.
Kontraindikasi :
CATAPRES sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap zat
aktif atau komponen lain dari obat ini dan juga pada pasien dengan bradiaritmia berat baik itu
gejala "sick-sinus" atau blok AV derajat 2 atau 3.
Perhatian :

CATAPRES sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan bradiaritmia ringan
sampai sedang seperti ritme rendah dari sinus, yang disertai gangguan serebral atau perfusi
perifer, depresi, polineuropati dan konstipasi. Pada hipertensi yang disebabkan feokromositoma,
efek terapi dari CATAPRES tidak dapat diharapkan. Seperti pada obat-obat antihipertensi
lainnya, pengobatan dengan CATAPRES sebaiknya dimonitor secara hati-hati, khususnya pada
pasien dengan gagal jantung atau penyakit jantung koroner berat. CATAPRES dapat
mengganggu kemampuan untuk mengemudikan kendaraan bermotor atau mengoperasikan
mesin. Pasien sebaiknya diberitahu untuk tidak memberhentikan terapi tanpa konsultasi dengan
dokter. Penghentian terapi CATAPRES secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang
dengan dosis tinggi, pernah dilaporkan terjadinya kegelisahan, palpitasi, peningkatan tekanan
darah yang cepat, rasa gugup, tremor, sakit kepala atau rasa mual. Bila dokter akan
memberhentikan pengobatan "dengan CATAPRES, maka sebaiknya dosis diturunkan secara
bertahap selama 2 - 4 hari. Bila pengobatan kombinasi jangka panjang dengan obat penghambat
reseptor-p akan dihentikan, maka sebaiknya obat penghambat reseptor-p dihentikan lebih dahulu
dengan mengurangi dosis secara bertahap, baru kemudian CATAPRES. Keamanan dan
efektivitas pada pasien anak dengan umur dibawah 12 tahun masih perlu penelitian lebih lanjut.
Pemakaian Selama Kehamilan dan Menyusui :
Seperti juga obat lainnya, pemberian CATAPRES selama kehamilan sebaiknya diberikan bila
sangat diperlukan.Dianjurkan untuk memantau ibu dan anaknya secara hati-hati. Clonidine dapat
menembus sawar plasenta dan kemungkinan akan menurunkan denyut jantung janin. Setelah
kelahiran, sedikit peningkatan tekanan darah bayi tidak dapat dihindari selama kehamilan
sebaiknya diberikan CATAPRES dalam bentukoral.Pemberian CATAPRES secara suntikan i.v.
sebaiknya dihindari.Belum banyak pengalaman mengenai efek-efek yang dapat terjadi selama
penggunaan CATAPRES jangka panjang pada kehamilan.Penggunaan CATAPRES selama
menyusui tidak dianjurkan karena kurangnya informasi yang menunjang.
Efek Samping :
Umumnya efek samping yang terjadi ringan dan cenderung berkurang dengan berlanjutnya
terapi. Efek samping yang sering terjadi adalah mulut kering dan sedasi.Kadang-kadang dapat
terjadi sembelit, rasa mual dan muntah-muntah, sakit kepala, rasa tidak enak badan, impoten,
menurunnya libido, ginekomastia, keluhan ortostatik, parestesia pada ekstremitas, fenomena
Raynaud, rasa nyeri pada kelenjar parotis, pengeringan mukosa hidung dan pengurangan aliran
lakrimal (hati-hati: pemakai lensa kontak), dan juga dapat terjadi reaksi pada kulit seperti gejaiagejala ruam kulit, urtikaria, pruritus, dan alopesia. Kemungkinan dapat pula terjadi gangguan
tidur, mimpi buruk, rasa depresi, gangguan persepsi, halusinasi, bingung dan gangguan
penglihatan. Pada kasus yang sangat jarang dapat terjadi pseudo-obstruksi usus besar. Clonidine
dapat menyebabkan atau memperberat kondisi bradiaritmia seperti sinus bradikardia atau AVblok. Pada kasus yang jarang pernah dilaporkan terjadinya peningkatan kadar gula darah yang
ringan.

Interaksi Obat :
Efek antihipertensi CATAPRES dapat diperkuat dengan pemberian obat antihipertensi lainnya.
Biasanya dikombinasi dengan diuretik, vasodilator, obat penghambat reseptor-p, Ca-antagonis
dan ACE-inhibitor, tetapi tidak dengan obat penghambat reseptor-cci.
Obat-obat yang mempunyai efek meningkatkan tekanan darah atau menginduksi NA* dan
menahan air, seperti obat-obat anti inflamasi non-steroid dapat mengurangi efek terapi
CATAPRES. Tergantung pada dosis, obat-obat penghambat reseptor-a2 seperti phentolamine
atau tolazoline dapat meniadakan efek terapi CATAPRES. Pemberian bersama-sama dengan
obat-obat yang mempunyai efek kronotropik negatif atau dromotropik negatif, seperti obat-obat
penghambat reseptor-p atau glikosida digitalis dapat menyebabkan bradikardia. Pemberian
bersama-sama dengan obat penghambat reseptor-p dapat menyebabkan gangguan pembuluh
darah perifer. Pemberian CATAPRES bersama-sama dengan obat-obat anti-depresan trisiklik
atau neuroleptik yang bersifat menghambat reseptor-cc akan mengurangi atau meniadakan efek
penurunan tekanan darah CATAPRES dan juga akan memperburuk gangguan ortostatik. Pada
penderita yang mabuk alkohol, bila diberikan suntikan i.v. clonidine dosis tinggi akan
memperkuat aritmia (perpanjangan-QT, fibrilasi ventrikuler) yang disebabkan suntikan i.v.
haloperidol. Hubungan sebab akibat terapi antihipertensi ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. CATAPRES dapat memperkuat obat-obat yang mempunyai efek menekan sentral atau
alkohol.
Dosis dan Cara Pemberian :
Pengobatan hipertensi membutuhkan pemantauan medis yang teratur. Dosis CATAPRES harus
disesuaikan dengan respon penurunan tekanan darah setiap pasien.
Tablet :
Pada kebanyakan pasien dostis awal untuk hipertensi ringan sampai sedang adalah 0,075 mg 0,150 mg, 2 kali sehari sudah cukup. Setelah 2 - 4 minggu, bila diperlukan dosis dapat
ditingkatkan hingga didapat respon yang diinginkan. Umumnya dosis diatas 0,6 mg perhari,
tidak akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang lebih besar. Pada hipertensi berat, dosis
tunggal dapat ditingkatkan hingga 0,3 mg; hal ini dapat diulang hingga 3 kali sehari (0,9 mg).
Kelebihan Dosis
Gejala - gejala:
CATAPRES mempunyai jangkauan terapeutik yang luas. Gejaia-gejala intoksikasi disebabkan
penekanan saraf simpatis meliputi pengecilan pupil,letargi, bradikardia, hipotensi, hipotermia,
koma, apnea. Dapat pula terjadi hipertensi paradoks yang disebabkan perangsangan reseptor, di
perifer.

Terapi
Pemantauan yang seksama dan terapi simtomatis. Pada kebanyakan penderita, terapi simtomatis
adalah cukup. Kuras lambung bermanfaat apabila obat yang diminum yang belum diserap dapat
dikeluarkan. Tolazoline diindikasikan sebagai penangkal yang spesifik (10 mg tolazoline i.v. atau
50 mg per oral menetralkan efek 600 meg CATAPRES).
Kemasan
Tablet CATAPRES 75 meg Dus berisi 10 strip @ 10 tablet
Tablet CATAPRES 150 meg Dus berisi 10 strip 10 tablet
Diproduksi oleh :
PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
Bogor, Indonesia
Dengan lisensi dari :
Boehringer Ingelheim
International GmbH
Ingelheim am Rhein
Jerman
No. Reg. DKL0133702010A1
No. Reg. DKL0133702010B1
Simpan pada suhu 25-30C, terlindung dari cahaya. Simpan di tempat yang aman, jauh dari
jangkauan anak-anak.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

CIBACEN 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp15,700.00
BELI

CO APROVEL 300 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp15,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CO APROVEL 300 MG
irbesartan/hydrochlorothiazide
L
COMPOSITION
CoAprovel 150/12.5 mg Film coated tablets
Each film-coated tablet contains 150 mg irbesartan and 12.5 mg hyd rochtorothiazide.
CoAprovel 300/12.5 mg Film coated tablets
Each film-coated tablet contains 300 mg irbesartan and 12.5 mg hydrochlorothiazide.
PHARMACEUTICAL FORM 150mg/12.5mg film coated tablet
Film-coated tablet.: Peach, biconvex, oval-shaped, with a heart debossed on one side and the
number 2875 engraved on the other side.
300mg/12.5mg film coated tablet
Film-coated tablet.: Peach, biconvex, oval-shaped, with a heart debossed on one side and the
number 2876 engraved on the other side.
CLINICAL PARTICULARS
Therapeutic indications
Treatment of essential hypertension.
This fixed dose combination is indicated in patients whose blood pressure is not
adequately controlled on irbesartan or hydrochlorothiazide alone.
Dosage and method of administration
CoAprovel can be used once daily, with or without food in patients whose blood
pressure is not adequately controlled by irbesartan or hydrochlorothiazide
alone.
Dose titration with the individual components (i.e. irbesartan and
hydrochlorothiazide) can be recommended.
When clinically appropriate direct change from monotherapy to the fixed
combinations may be considered: j
- CoAprovel 150/12.5 mg may'be administered in patients whose blood pressure is not

adequately controlled with hydrochlorothiazide or irbesartan 150 mg alone;


- CoAprovel 300/12.5 mg may be administered in patients insufficiently controlled by
irbesartan 300 mg or by CoAprovel 150/12.5 mg.
Doses higher than 300 mg irbesartan/25 mg hydrochlorothiazide once daily
are not recommended.
When necessary, CoAprovel may be administered with another
antihypertensive drug [see "Interaction with other medicinal products and other
forms of interaction"].
Renal impairment: due to the hydrochlorothiazide component, CoAprovel is not
recommended for patients with severe renal dysfunction [creatinine clearance
< 30 ml/min). Loop diuretics are preferred to thiazides in this population. No
dosage adjustment is necessary in patients with renal impairment whose renal
creatinine clearance is e 30 ml/min (see "Centra-indications and Special
warnings and special precautions for use").
Intravascular volume depletion: volume and/or sodium depletion should be
corrected prior to administration of CoAprovel.
Hepatic impairment: CoAprovel is not indicated in patients with severe hepatic
impairment. Thiazides should be used with caution in patients with impaired
hepatic function. No dosage adjustment of CoAprovel is necessary in patients
with mild to moderate hepatic impairment (see "Contraindications").
Elderly patients: no dosage adjustment of CoAprovel is necessary in elderly
patients.
Children: safety and efficacy of CoAprovel have not been established in children
[< 18 years].
Contraindications
Second and third trimester of pregnancy (see pregnancy and lactation)
Lactation (see pregnancy and lactation).
Hypersensitivity to the active substances, to any of the excipients (see "List of
excipients"), or to other sulfonamide-derived substances (hydrochlorothiazide is
a sulfonamide-derived substance).
The following contraindications are associated with hydrochlorothiazide:
- severe renal impairment [creatinine clearance < 30 ml/min),
- refractory hypokalemia, hypercalcaemia,
- severe hepatic impairment, biliary cirrhosis and cholestasis.
Special warnings and special precautions for use
Hypotension - Volume-depleted patients: CoAprovel has been rarely associated
with symptomatic hypotension in hypertensive patients without other risk factors for
hypotension.
Symptomatic hypotension may be expected to occur in patients who are volume and/or sodium
depleted by vigorous diuretic therapy, dietary salt restriction, diarrhoea or vomiting. Such
conditions should be corrected before initiating therapy with CoAprovel.
Renal artery stenosis - Renovascular hypertension: there is an increased risk of severe
hypotension and renal insufficiency when patients with bilateral renal artery stenosis or stenosis
of the artery to a single functioning kidney are treated with angiotensin converting enzyme

inhibitors or angiotensin ll receptor antagonists. While this is not documented with CoAprovel, a
similar effect should be anticipated.
Renal impairment and kidney transplantation: when CoAprovel is used in patients with impaired
renal function, a periodic monitoring of potassium, creatinine and uric acid serum levels is
recommended. There is no experience regarding the administration of CoAprovel in patients with
a recent kidney transplantation. CoAprovel should not be used in patients with severe renal
impairment [creatinine clearance < 30 ml/min) (see'Contraindications"). Thiazide diureticassociated azotemia may occur in patients with impaired renal function. No dosage adjustment is
necessary in patients with renal impairment whose creatinine clearance is e 30 ml/min. However,
in patients with mild to moderate renal impairment [creatinine clearance e 30 ml/min but < 60
mi/min) this fixed dose combination should be administered with caution. Hepatic impairment:
thiazides should be used with caution in patients with impaired hepatic function or progressive
liver disease, since minor alterations of fluid and electrolyte balance may precipitate hepatic
coma. There is no clinical experience with CoAprovel in patients with hepatic impairment.
Aortic and mitral valve stenosis, obstructive hypertrophic cardiomyopathy: as with other
vasodilators, special caution is indicated in patients suffering from aortic or mitral stenosis, or
obstructive hypertrophic cardiomyopathy. Primary aldosteronism: patients with primary
aldosteronism generally will not respond to anti-hypertensive drugs acting through inhibition of
the renin-angiotensh system. Therefore, the use of CoAprovel is not recommended. Metabolic
and endocrine effects: thiazide therapy may impair glucose tolerance. In diabetic patients dosage
adjustments of insulin or Increases in cholesterol and triglyceride levels have been associated
with thiazide diuretic therapy; however at the 1 2.5 mg dose contained in CoAprovel, minimal or
no effects were reported.
Hyperuricemia may occur or frank gout may be precipitated in certain patients receiving thiazide
therapy.
Electrolyte imbalance: as for any patient receiving diuretic therapy, periodic determination of
serum electrolytes should be performed at appropriate intervals.
Thiazides, including hydrochlorothiazide, can cause fluid or electrolyte imbalance [hypokalemia,
hyponatremia, and hypochloremic alkalosis). Warning signs of fluid or electrolyte imbalance are
dryness of mouth, thirst, weakness, lethargy, drowsiness, restlessness, muscle pain or cramps,
muscular fatigue, hypotension, oliguria, tachycardia, and gastrointestinal disturbances such as
nausea or vomiting.
Although hypokalemia may develop with the use of thiazide diuretics, concurrent therapy with
irbesartan may reduce diuretic-induced hypokalemia. The risk of hypokalemia is greatest in
patients with cirrhosis of the liver, in patients experiencing brisk diuresis, in patients who are
receiving inadequate oral intake of electrolytes and in patients receiving concomitant therapy
with corticosteroids or ACTH. Conversely, due to the irbesartan component of CoAprovel
hyperkalemia might occur, especially in the presence of renal impairment and/or heart failure,
and diabetes mellitus. Adequate monitoring of serum potassium in patients at risk is
recommended. Potassium-sparing diuretics, potassium supplements or potassium-containing
salts substitutes should be co-administered cautiously with CoAprovel (see Interaction with other
medicinal products and other forms of interaction"). There is no evidence that irbesartan would
reduce or prevent diuretic-induced hyponatremia. Chloride deficit is generally mild and usually
does not require treatment.
Thiazides may decrease urinary calcium excretion and cause an intermittent and slight elevation
of serum calcium in the absence of known disorders of calcium metabolism. Marked

hypercalcaemia may be evidence of hidden hyperparathyroidism. Thiazides should be


discontinued before carrying out tests for parathyroid function.
Thiazides have been shown to increase the urinary excretion of magnesium, which may result in
hypomagnaesemia.
Lithium: the combination of lithium and CoAprovel is not recommended (see interaction with
other medicinal product and other forms of interaction ).
Anti-doping test: hydrochlorothiazide contained in this medication could produce a positive
analytic result in an anti-doping test.
General: in patients whose vascular tone and renal function depend predominantly on the activity
of the renin-angiotensin-aldosterone system [e.g. patients with severe congestive heart failure or
underlying renal disease, including renal artery stenosis), treatment with angiotensin converting
enzyme inhibitors or angiotensin II receptor antagonists that affect this system has been
associated with acute hypotension, azotemia, oliguria, or rarely acute renal failure. Although the
possibility of similar effects cannot be exclude with angiotensin -II receptor antagonists, these
effects are not documented with CoAprovel As with any anti-hypertensive agent, excessive blood
pressure decrease in patients with ischemic cardiopathy or ischemic cardiovascular
disease could result in a myocardiai infarction or stroke.
Hypersensitivity reactions to hydrochlorothiazide may occur in patients with or
without a history of allergy or bronchial asthma, but are more likely in patients
with such a history.
Exacerbation or activation of systemic lupus erythematosus has been reported
with the use of thiazide diuretics.
In the first trimester of pregnancy, CoAprovel is not recommended (see
"Pregnancy and lactation").
Interaction with other medicinal products and other forms of interaction
Other antihypertensive agents: the antihypertensive effect of CoAprovel may be increased with
the concomitant use of other antihypertensive agents. Irbesartan and hydrochlorothiazide (at
doses up to 30O mg irbesartan/25 mg hydrochlorothiazide) have been safely administered with
other antihypertensive agents including calcium channel blockers and beta-adrenergic blockers.
Prior treatment with high dose diuretics may result in volume depletion and a risk of hypotension
when initiating therapy with irbesartan with or without thiazide diuretics unless the volume
depletion is corrected first (see special warning and precautions for use).
Lithium: reversible increases in serum lithium concentrations and toxtcity have been reported
during concomitant administration of lithium with angiotensin converting enzyme inhibitors.
Similar effects have been very rarefy reported with irbesartan so far. Furthermore, renal
clearance of lithium is reduced by thiazides so the risk of lithium toxicity could be increased with
CoAprovel. Therefore, the combination of lithium and CoAprovel is not recommended (see
special warning and precautions for use). If the combination proves necessary, careful
monitoring of serum lithium levels is recommended. Medicinal products affecting potassium: the
potassium-depleting effect of hydrochlorothiazide is attenuated by the potassium-sparing effect
of irbesartan. However, this effect of hydrochlorothiazide on serum potassium would be expected
to be potentiated by other drugs associated with potassium oss and hypokalemia (e.g. other
kaliuretic diuretics, laxatives, amphotericin, carbenoxolone, penicillin G sodium). Conversely,
based on the experience with the use of other drugs that blunt the reninangiotensin system,
concomitant use of potassium-sparing diuretics, potassium supplements, salt substitutes
containing potassium or other drugs that may increase serum potassium levels [e.g. heparin

sodium) may lead to increases in serum potassium. Medicinal products affected by serum
potassium disturbances: periodic monitoring of serum potassium is recommended when
CoAprovel is administered with drugs affected by serum potassium disturbances (e.g. digitalis
glycosides, antiarrhythmics).
Non-steroidal anti-inflammatory drugs: when angiotensin II antagonists are administered
simultaneously with non-steroidal anti- inflammatory drugs (i.e. selective COX-2 inhibitors,
acetylsalicylic acid (> 3 g/day) and non-selective NSAIDs], attenuation of the antihypertensive
effect may occur. As with ACE inhibitors, concomitant use of angiotensin II antagonists and
NSAIDs may lead to an increased risk of worsening of renal function, including possible acute
renal failure, and an increase in serum potassium, especially in patients with poor pre-existing
renal function. The combination should be administered with caution, especially in the elderly.
Patients should be adequately hydrated and consideration should be given to monitoring renal
function after initiation of concomitant therapy, and periodically thereafter.
Additional information on irbesartan interactions: in clinical studies, the pharmacokinetic of
irbesartan is not affected by hydrochlorothiazide. Irbesartan is mainly metabolised by CYP2C9
and to a lesser extent by glucuronidation. No significant pharmacokinetic or pharmacodynamic
interactions were observed when irbesartan was coadministered with warfarin, a drug
metabolised by CYP2C9.
The effects of CYP2C9 inducers such as rifampicin on the pharmacokinetic of irbesartan have
not been evaluated. The pharmacokinetic of digoxin was not altered by co-administration of
irbesartan.
Additional information on hydrochlorothiazide interactions: when administered concurrently, the
following drugs may interact with thiazide diuretics: Alcohol: potentiation of orthostatic
hypotension may occur;
Antidiabetic drugs (oral agents and insulins): dosage adjustment of the antidiabetic drug may be
required (see Special warning and precaution);
Colestyramine and Colestipol resins: absorption of hydrochlorothiazide is impaired in the
presence of anionic exchange resins;
Corticosteroids, ACTH: electrolyte depletion, particularly hypokalemia, may be
increased;
Digitalis glycosides: thiazide induced hypokalemia or hypomagnaesemia favour
the onset of digitalis-induced cardiac arrhythmias (see Special warning and
precaution);
Non-steroidal anti-inflammatory drugs: the administration of a non-steroidal anti-inflammatory
drug may reduce the diuretic, natriuretic and antihypertensive effects of thiazide diuretics in
some patients;
Pressor amines (e.g. noradrenaline): the effect of pressor amines may be decreased, but not
sufficiently to preclude their use;
Nondepolarizing skeletal muscle relaxants (e.g. tubocurarine): tl nondepolarizing skeletal muscle
relaxants may be pate hydrochlorothiazide;
Antigout medication: dosage adjustments of antigout medicatir. necessary as hydrochlorothiazide
may raise the level of serun Increase in dosage of probenecid or sulfinpyrazone may be nee
administration of thiazide diuretics may increase the in hypersensitivity reactions to aliopurinol;
Calcium salts: thiazide diuretics may increase serum calcium k decreased excretion. If calcium
supplements or calcium sparing Vitamin D therapy] must be prescribed, serum calcium levels
monitored and calcium dosage adjusted accordingly;

Other interactions: the hyperglycaemic effect of beta-blockers a may be enhanced by thiazides.


Anticholinergic agents (e.g. atropine may increase the unavailability of thiazide-type diuretics by
gastrointestinal motility and stomach emptying rate. Thiazides n the risk of adverse effects
caused by amantadine. Thiazides ma^ renal excretion of cytotoxic drugs (e.g. cyclophosphamtde,
metho potentiate their myelosuppressive effects.
Pregnancy and lactation
Pregnancy: (see Contra indication and Special warning/ precautii Thiazides crass the placental
barrier and appear in cord blood. The decrease placental perfusion, foetal electrolyte disturbances
and p reactions that have occurred in the adults. Cases c thrombocytopenia, or foetal or neonatal
jaundice have been re maternal thiazide therapy.
Since CoAprovel contains hydrochlorothiazide, it is not recomme the first trimester of
pregnancy. A switch to a suitable alternate should be carried out in advance of a planned
pregnancy. In the second and third trimesters, substances that act directly ( angiotensin-system
can cause foetal or neonatal renal failure, hypoplasia and even foetal death, therefore, CoAprovel
is contra the second and third trimesters of pregnancy. If pregnancy is CoAprovel should be
discontinued as soon as possible, skull and n should be checked with echography if.
inadvertently, the treatmer for a long period.
Lactation: because of the potential adverse effects on the nu CoAprovel is contra indicated
during lactation (see Contra indicati known if irbesartan is excreted in human milk. It is excreted
in lactating rats. Thiazides appear in human milk and may inhibit lacl
Effects on ability to drive and use machines
The effect of CoAprovel on ability to drive and use machines h studied, but based on its
pharmacodynamic properties, CoAprovel affect this ability. When driving vehicles or operating
machines, taken into account that occasionally dizziness or weariness may < treatment of
hypertension.
Undesirable effects
The frequency of adverse reactions listed below is defined using ' convention: very common [>
1/10); common (> 1/100, < 1/10) (> 1/1,CO0, < 1/100); rare (> 1/10,000, < 1/1,000); v
1/10,000).
Irbesartan/hydrochlorothiazide combination: In placebo-controlled trials in patients with
hypertension, the over of adverse events did not differ between the irbesartan/hydrocl and the
placebo groups. Discontinuation due to any clinical o adverse event was less frequent for
irbesartan/hydrochlorothJE patients than for placebo-treated patients. The incidence of adverse
not related to gender, age, race, or dose with the recommended In placebo-controlled trials in
which 898 hypertensive patients rece doses (range: 37.5 mg/6.25 mg to 300 mi
irbesartan/hydrochlorothiazide, the fallowing adverse reactions we
Nervous system disorders:
Common
: dizziness
Uncommon
: orthostatic dizziness
Cardiac disorders:
Uncommon
: hypotension, oedema, syncope, tachycardia
Vascular disorders:
Uncommon
: flushing
Gastrointestinal disorders:
Common
: nausea/vomiting
Uncommon
: diarrhoea

Musculoskeletal. connective tissue and bone disorders:


Uncommon
: swelling extremity
Renal and urinary disorders:_
Common
: abnormal urination
Reproductive system and breast disorders:
Uncommon
: libido changes, sexual dysfunction
General disorders and administration site conditions:
Common
: fatigue
Investigation: patients treated with irbesartan/hydrochlorothiazide had
changed in laboratory test parameters which were rarely clinically significant.
Common
: increases in BUN, creatinine and creatine kinase
Uncommon
: decreases in serum potassium and sodium.
In addition, since introduction of irbesartan/hydrochlorothiazide in the market the following
adverse reactions have also been reported:
Immune system disorders:
Rare
: as with other angiotensin-ll receptor antagonists, rare cases
of hypersensitivity reactions such as angiodema, rash, urticaria have been
reported.
Metabolism and nutrition disorders:
Very rare
: hyperkalemia
Nervous system disorders:
Very rare
: headache
Ear and labyrinth disorders:
Very rare
: tinnitus
Respiratory, thoracic and mediastinal disorders:
Very rare
: cough
Gastrointestinal disorders:
Very rare
: dysgeusia , dyspepsia
Hepato-biliary disorders:
Very rare
: abnormal liver function, hepatitis
Musculoskeletal. connective tissue and bone disorders:
Very rare
: arthralgia, myalgia
Renal and urinary disorders:
Very rare: impaired renal function including isolated cases of renal failure in
patients at risk [see Special warning and precautions).
Additional information on individual components: in addition to the adverse
reactions listed above for the combination product, other undesirable effects
previously reported with one of the individual components may be potential
undesirable effect with CoAprovel.
Irbesartan:
General disorders and administration site conditions: Uncommon: chest pain
Hydrochlorothiazide:
Adverse events (regardless of relationship to drug] reported with the use of hydrochlorothiazide
alone include:

Blood and lymphatic system:


Aplastic anemia, bone marrow depression, haemolytic anemia, leucopenia,
neutropenia/agranulocytosis, thrombacytopenia.
Psychiatric disorders:
Depression, sleep disturbances
Nervous system disorders:
Light-headedness, paraesthesia, restlessness, vertigo
Eye disorders:
Transient blurred vision, xanthopsia
Cardiac disorders:
Cardiac arrhythmias
Vascular disorders:
Postural hypotension
Respiratory, thoracic and mediastinal disorders:
Respiratory distress (including pneumonitis and pulmonary oedema)
Gastrointestinal disorders:
Pancreatitis, anorexia, constipation, diarrhoea, gastric irritation, loss of
appetite, sialadenitis
Heoatobiliarv disorders:
Jaundice [intrahepatic chofestatic jaundice)
Sign and subcutaneous tissue disorders:
Anaphylactic reactions, toxic epidermal necrolysis, cutaneous lupus
erythematosus-like reactions, necrotizing angitis [vasculitis,
cutaneous
vasculitis), photosensitivity reactions, rash, reactivation of cutaneous lupus
erythematosus, urticaria.
Musculoskeletal. connective tissue and bone disorders:
Muscle spasm, weakness
Renal and urinary disorders:
Interstitial nephritis, renal dysfunction
General disorders and administration site conditions:
Fever
Investigations:
Electrolyte imbalance [including hypokalemia and hyponatremia, see special
warning and special precaution for use), glycosuria, hyperglycemia,
hyperuricemia, increases in cholesterol and triglycerides.
Overdose
No specific information is available on the treatment of overdosage with CoAprovel. The
patient should be closely monitored, and the treatment should
be symptomatic and supportive. Management depends on the time since
ingestion and the severity of the symptoms.
Suggested measures include induction of emesis and/or gastric lavage.
Activated charcoal may be useful in the treatment of overdosage. Serum

electrolytes and creatinine should be monitored frequently. If hypotension


occurs, the patient should be placed in a supine position, with salt and volume
replacements given quickly.
The most likely manifestations of irbesartan overdosage are expected to be
hypotension and tachycardia; bradycardia might also occur.
Overdosage with hydrochlorothiazide is associated with electrolyte depletion
[hypokalemia, hypochloremia, hyponatremia) and dehydration resulting from
excessive diuresis. The most common signs and symptoms of overdosage are
nausea and somnolence. Hypokalemia may result in muscle spasms and/or
accentuate cardiac arrhythmias associated with the concomitant use of
digitalis glycosides or certain anti-arrhythmic drugs.
Irbesartan is not removed by haemodialysis. The degree to which
hydrochlorothiazide is removed by haemodialysis has not been established.
PHARMACOLOGICAL PROPERTIES
Pharmacodynamic properties
Pharmaco-therapeutic group: angiotensin II antagonists, combinations: ATC code C09D A04.
CoAprovel is a combination of an angiotensin II receptor antagonist, irbesartan, and a thiazide
diuretic, hydrochlorothiazide.
The combination of these ingredients has an additive antihypertensive effect, reducing blood
pressure to a greater degree than either component alone. Irbesartan is a potent, orally active,
selective angiotensin II receptor [ATi subtype) antagonist. It is expected to block all actions
otengiotensin II mediated by the AT-] receptor, regardless of the source
or route of synthesis of angiotensin II. The selective antagonism of the angiotensin II [AT-]]
receptors results in increases in plasma renin levels and angiotensin II levels, and a decrease in
plasma aldosterone concentration. Serum potassium levels are not significantly affected by
irbesartan alone at the recommended doses in patients without risk of electrolyte imbalance (see
"Special warnings and Special precautions for use" and "Interaction with other medicinal
products and other forms of interactions"}. Irbesartan does not inhibit ACE [kininase II], an
enzyme which generates angiotensin II and also degrades bradykinin into inactive metabolites.
Irbesartan does not require metabolic activation for its activity.
Hydrochlorothiazide is a thiazide diuretic. The mechanism of antihypertensive effect of thiazide
diuretics is not fully known.
Thiazides affect the renal tubular mechanisms of electrolyte reabsorption, directly increasing
excretion of sodium and chloride in approximately equivalent amounts. The diuretic action of
hydrochlorothiazide reduces plasma volume, increases plasma renin activity, increases
aldosterone secretion, with consequent increases in urinary potassium and bicarbonate loss, and
decreases in serum potassium. Presumably through blockade of the renirt-angiotensinaldosterone system, co-administration of irbesartan tends to reverse the potassium loss associated
with these diuretics. With hydrochlorothiazide, onset of diuresis occurs in 2 hours, and peak
effect occurs at about 4 hours, while the action persists for approximately 6 - IE hours.
The combination of hydrochlorothiazide and irbesartan produces dose-related additive reductions
in blood pressure across their therapeutic dose ranges. The addition of 12.5 mg
hydrochlorothiazide to 3CO mg irbesartan once daily in patients not adequately controlled on
300 mg irbesartan alone resulted in further placebo-corrected diastolic blood pressure reductions

at trough (24 hours post-dosing) of 6.1 mm Hg. The combination of 300 mg irbesartan and 12.5
mg hydrochlorothiazide resulted in an overall placebo-subtracted systolic/disstolic reductions of
up to 13.6/11.5 mm Hg. Once daly dosing with 150 mg irbesartan and 12.5 mg
hydrochlorothiazide gave systolic/diastolic mean placebo-adjusted blood pressure reductions at
trough (24 hours post-dosing) of 12.9/6.9 mm Hg in patients with mild-to-moderata
hypertension. Peak effects occurred at 3-6 hours. When assessed by ambulatory blood pressure
monitoring, the combination 1 50 mg irbesartan and 12.5 mg hydrochlorothiazide once daily
produced consistent reduction in blood pressure over the 24 hours period with mean 24 hour
placebo-subtracted systolic/diastolic reductions of 15.S/10.0 mm Hg. When measured by
ambulatory blood pressure monitoring, the trough to peak effects of CoAprovel 150/12.5 mg
were 100%. The trough to peak effects measured by cuff curing office visits were 68% and 76%
for CoAprovel 150/12.5 mg and CoAprovel 300/12.5 mg, respectively.
These 24 hour effects were observed without excessive blood presure lowering at peak and are
consistent with safe and effective blood-pressure lowering over the once-daily dosing interval.
In patients not adequately controlled on 25 mg hydrochlorothiazide alone, the addition of
irbesartan gave an added placebo-subtracted systolic/diastolic mean reduction of 11.1/7.2 mm
Hg.
The blood pressure lowering effect of irbesartan in combination with hydrochlorothiazide is
apparent after the first dose and substantially present within 1 -2 weeks, with the maximal effect
occurring by 6-8 weeks. In long-term follow-up studies, the effect of
irbesartan/hydrochlorothiazide was maintained for over one year.
Although not specifically studied with the CoAprovel, rebound hypertension has
not been seen with either irbesartan or hydrochlorothiazide.
The effect of the combination of irbesartan and hydrochlorothiazide on
morbidity and mortality has not been studied.
Epidemiological studies have shown that long term treatment with
hydrochlorothiazide reduces the risk of cardiovascular mortality and morbidity.
There is no difference in response to CoAprovel, regardless of age or gender.
When irbesartan is administered concomitantly with a low dose of
hydrochlorothiazide (e.g. 12.5 mg daily), the antihypertensive response in black
patients approaches that of non-black patients.
Pharmacokinetic properties
Concomitant administration of hydrochlorothiazide and irbesartan has no effect on the
pharmacokinetics of either drug.
Irbesartan and hydrochlorothiazide are orally active agents and do not require biotransformation
for their activity. Fallowing oral administration of CoAprovel, the absolute oral bioavailability is
60-80% and 50-80% for irbesartan and hydrochlorothiazide, respectively. Food does not affect
the bioavailability of CoAprovel. Peak plasma concentration occurs at 1.5-2 hours after oral
administration for irbesartan and 1-2.5 hours for hydrochlorothiazide. Plasma protein binding of
irbesartan is approximately 96%, with negligible binding to cellular blood components. The
volume of distribution for irbesartan is 53-93 litres. Hydrochlorothiazide is 68% protein-bound
in the plasma, and its apparent volume of distribution is 0.83-1.14 l/kg.
Irbesartan exhibits linear and dose proportional pharmacokinetics over the dose range of 10 to
600 mg. A less than proportional increase in oral absorption at doses beyond 600 mg was

observed; the mechanism for this is unknown. The total body and renal clearance are 157-176
and 3.0-3.5 ml/min, respectively. The terminal elimination half-life of irbesartan is 11-15 hours.
Steady-state plasma concentrations are attained within 3 days after initiation of a once-daily
dosing regimen. Limited accumulation of irbesartan (< 20%) is observed in plasma upon
repeated once-daily dosing. In a study, somewhat higher plasma concentrations of irbesartan
were observed in female hypertensive patients. However, there was no difference in the half-life
and accumulation of irbesartan. No dosage adjustment is necessary in female patients. Irbesartan
AUC and Cma)( values were also somewhat greater in elderly subjects (> 65 years) than those of
young subjects (18-40 years). However the terminal half-life was not significantly altered. No
dosage adjustment is necessary in elderly patients. The mean plasma half-life of
hydrochlorothiazide reportedly ranges from 5-1 5 hours.
Following oral or intravenous: admin'Stration of 14C irbesartan, BO 85% of the circulating
plasma radioactivity is attributable to unchanged irbesartan. Irbesartan is metabolised by the liver
via glucuronide conjugation and oxidation. The major circulating metabolite is irbesartan
glucuronide (approximately 6%). In vitro studies indicate that irbesartan is primarily oxidised by
the cytochrome P450 enzyme CYP2C9; isoenzyme CYP3A4 has negligible effect. Irbesartan and
its metabolites are eliminated by both biliary and renal pathways. After either oral or IV
administration of 14C irbesartan, about 20% of the radioactivity is recovered in the urine, and the
remainder in the faeces. Less than 2% of the dose is excreted in the urine as unchanged
irbesartan. Hydrochlorothiazide is not metabolized but is eliminated rapidly by the kidneys. At
least 61% of the oral dose is eliminated unchanged within 24 hours. Hydrochlorothiazide crosses
the placental but not the blood-brain barrier, and is excreted in breast milk.
Renal impairment: in patients with renal impairment or those undergoing haemodialysis, the
pharmacokinetic parameters of irbesartan are not significantly altered. Irbesartan is not removed
by haemodialysis. In patients with creatinine clearance < 20 ml/min, the elimination half-life of
hydrochlorothiazide was reported to increase to 21 hours. Hepatic impairment: in patients with
mild to moderate cirrhosis, the pharmacokinetic parameters of irbesartan are not significantly
altered. Studies have not been performed in patients with severe hepatic impairment.
Preclinical safety data
Irbesartan/hydrochlorothiazide:
the
potential
toxicity
of
the
irbesartan/hydrochlorothiazide combination after oral administration was
evaluated in rats and macaques in studies lasting up to 6 montns.
There were no toxicological findings observed of relevance to human
therapeutic use.
The following changes, observed in rats and macaques receiving the
irbesartan/hydrochlorothiazide combination at 10/10 and 90/90
mg/kg/day, were also seen with one of the two drugs alone and/or were
secondary to decreases in blood pressure [no significant toxicologic
interactions were observed):
- kidney changes, characterized by slight increases in serum urea and creatinine, and
hyperplasia/hypertrophy of the juxtaglomerular apparatus, which are a direct consequence of the
interaction of irbesartan with the renin-angiotensin system; slight decreases in erythrocyte
parameters (erythrocytes, haemoglobin, haematocrit);
- stomach discoloration, ulcers and focal necrosis of gastric mucosa were observed in few rats in

a 6 months toxicity study at irbesartan 90 mg/kg/day, hydrochlorothiazide 90 mg/kg/day, and


irbesartan/hydrochlorothiazide 10/10 mg/kg/day. These lesions were not observed in macaques;
- decreases in serum potassium due to hydrochlorothiazide and partly prevented when
hydrochlorothiazide was given in combination with irbesartan. Most of the above
mentioned'effects appear to be due to the pharmacological
activity of irbesartan (blockade of angiotensin IMnduced inhib release, with stimulation of the
renin-producing cells] and oo angiotensin converting enzyme inhibitors. These findings appes
relevance to the use of therapeutic doses of irbesartan/hydroch humans.
No teratogenic effects were seen in rats given irbt hydrochlorothiazide in combination at doses
that produced mal The effects of the irbesartan/hydrochlorothiazide combination oi not been
evaluated in animal studies, as there is no evidence of; on fertility in animals or humans with
either irbesartan or hydro when administered alone. However, another angiotensin II antag
fertility parameters in animal studies when given alone. These also observed with lower doses of
this other angiotensin II ant given in combination with hydrochlorothiazide. There was no
evidence of mutagenicity or clastogenic irbesartan/hydrochlorothiazide combination. The
carcinogenic irbesartan and hydrochlorothiazide in combination has not beei animal studies.
Irbesartan: there was no evidence of abnormal systemic or toxicity at clinically relevant doses.
In preclinical safety studies, high doses of irbesartan (> 250 mg/ and > 100 mg/kg/day in
macaques) caused a reduction of i parameters (erythrocytes, haemoglobin, haematocrit). At very
high doses (> 500 mg/kg/day) degenerative changes (such as interstitial nephritis, tubular
distention, basophilic tubu plasma concentrations of urea and creatinine] were induced by the rat
and the macaque and are considered secondary to th effects of the drug which led to decreased
renal perfusion. irbesartan induced hyperplasia/hypertrophy of the juxtaglomerulc at a 90
mg/kg/day, in macaques at > 10 mg/kg/day). All of t were considered to be caused by the
pharmacological action of ir therapeutic doses of irbesartan in humans, the hyperplasia/hype
renal juxtaglomerular cells does not appear to have any relevant There was no evidence of
mutagenicity, clastogenicity or carcino Animal studies with irbesartan showed transient toxic
effects (in pelvic cavitation, hydroureter or subcutaneous oedema) in rat tc were resolved after
birth. In rabbits, abortion or early resorptior doses causing significant maternal toxicity,
including mortality, r-effects were observed in the rat or rabbit.
Hydrochlorothiazide: although equivocal evidence for a carcinogenic effect was found in
some experimental models, human experience with hydrochlorothiazide has failed to show
between its use and an increase in neoplasms.
PHARMACEUTICAL PARTICULARS :
LIST OF EXCIPIENTS
Tablet core: lactose monohydrate, microcrystalline cellulose, c sodium, hypromellose, silicon
dioxide, magnesium stearate. Film-coating: lactose monohydrate, hypromellose, titanium di
macrogol, red and yellow ferric oxides (E172), carnauba wax.
Incompatibilities: Not applicable.
Special precautions for storage Do not store above 30C. Store in the original package.
Shelf life: 3 years
Nature and contents of container
CoAprovel film coated tablets are packaged in cartons containing

14 film coated tablets in PVC/PVDC/aluminium blisters.


Instructions for use and handling, and disposal No special requirements.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
COAPROVEL 150/12.5 mg Reg. No. DKI 0277401117A1 COAPROVEL 300/12.5 mg Reg. No.
DKI 0377401117B1
Manufactured by:
Sanofi Winthrop Industrie
1, rue de la Vierge - Ambares et Lagrave
33565 Carbon Blanc Cedex- France
Imported by:
PT Sanofi~Synthelabo Combiphar
Jakarta, Indonesia
sanoFi~synftielabo
SmPC0423Q1/RPU06D6
i

CO DIOVAN 80 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp13,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CO-DIOVAN
GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Valsartan 80 mg, Hidroklorotiazida 12,5 mg.
INDIKASI :
Hipertensi.

KONTRA INDIKASI :
- Hamil dan kerusakan hati berat, sirosis kandung empedu dan kolestasis (terhentinya aliran
empedu).
- Anuria ((tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), kerusakan ginjal berat.
- Hipokalemia, hiponatremia, hiperkalsemia refrakter (tidak mempan diobati) dan gejala-gejala
hiperurisemia, pasien dialisis.
- Menyusui.
PERHATIAN :
Pasien yang mengalami deplesi Natrium dan/atau cairan, stenosis arteri ginjal, kerusakan hati,
lupus eritematosus sistemik.
INTERAKSI OBAT :
Suplemen Kalium, diuretika hemat Kalium, Litium, derivat Kurare, antihipertensi lainnya, obatobat anti inflamasi non steroid, kortikosteroid, hormon adrenokortikotropik, Amfoterisin,
Karbenoksolon, Penisilin G, derivat Asam Salisilat, insulin, antidiabetik oral, Allopurinol,
Amantadin, Diazoksida, Sitotoksis, antikolinergik, Metildopa, Kolestiramin, Vitamin D atau
garam-garam Kalsium, Siklosporin.
EFEK SAMPING :
Sakit kepala, pusing, kelelahan, sinusitis, faringitis, infeksi saluran nafas bagian atas, batuk,
nyeri punggung, diare, infeksi yang disebabkan oleh virus, nyeri dada, mual, rinitis, dispepsia,
infeksi saluran kemih, nyeri perut, sering kencing, nyeri lengan, bronkhitis, sesak nafas, nyeri
kaki, keseleo, penglihatan abnormal, radang sendi, kram kaki, impotensi, insomnia (susah tidur),
ruam.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita
dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN :
Tablet salut selaput 80/12.5 mg x 28 butir
DOSIS :
1 tablet sehari
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

COMDIPIN
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,600.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
COMDIPIN
komposisi
Amlodipine
Indikasi
HTN, angina pektoris.
Dosis
Dewasa HTN awalnya 5 mg sekali sehari. Max: 10 mg sekali sehari.
Lansia atau pasien w / gangguan fungsi hati Awalnya 2,5 mg sekali sehari.
Childn 6-17 yr 2,5-5 mg sekali sehari. Terapi kombinasi w / antihipertensi lain
Awalnya 2,5 mg sekali sehari. Angina pektoris 5-10 mg sekali sehari.
Administrasi
Dapat diambil dengan atau tanpa makanan
Peringatan khusus
Gangguan fungsi hati, gagal ginjal, CHF. Kehamilan, laktasi. Childn <6 yr, tua.
Adverse Drug Reactions
Sakit kepala, edema, kelelahan, pusing, mual, debaran jantung, memerah.
Interaksi Obat
Thiazides, -bloker, ACE inhibitor, lama-acting nitrat, nitrogliserin sublingual, NSAID,
antibiotik, obat hipoglikemik oral.
Kehamilan Kategori (US FDA)
Kategori C: Entah studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin
(teratogenic atau embryocidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau
studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat harus diberikan hanya jika manfaat potensial

membenarkan potensi risiko terhadap janin.


Packing
Comdipin tablet
Comdipin 5 mg x 5 x 6's
Comdipin 10 mg x 5 x 6's
Produsen: Combiphar

CONCOR 2,5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,150.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CONCOR
Bisopronol fumarat (2:1) 2,5 mg; 5 mg/ teblet.
INDIKASI:
Gagal jantung kronik stabil sedang hingga parah dengan fungsi ventrikulus sestolik terkurangkan
(fraksi injeksi 35%, didasarkan atas ekorkadiografi) dalam penambahan terhadap inbiditor ACE,
diuretik d an glukosida jantung umumnya, hipertensi dan angina.
PERHATIAN:
hati hati dalam hal bronkospasmus (penyakit saluran) terapi bersamaan dengan asestesik inhalasi,
diabetes miletus dengan fluktuasi lebar kadar gula rendah, simptom hipoglikemia dalam
terselubung, puasa yang ketat, terapi desensilitas berlanjut, blok AV tingkat1, angina prinzmetal,
penyakit oklusif arterium parifer (keluhan sering terjadi terutama pada awal terapi).
EFEK SAMPING:
Rasa dingin atau baal, lesu, lelah, pusing, dan sakit kepala.

DOSIS:
Sehari 5 mg, pagi hari sebelum atau sesudah sarapan. untuk penyakit ringan, sehari 5 mg sudah
cukup; kebanyakan pasien dapat di kontrol dengan dosis sehari 10 mg, hanya untuk beberapa
kasus diperlukan dosis sehari 20 mg. untuk pasien tingkat akhir kerusakan ginjal atau gangguan
parah fungsi liver, dosis maksimum sehari 10 mg.
KEMASAN:
(HNA+) Dos 3x10 tablet 2,5 mg
(HNA+) Dos 10x10 tablet 5 mg.
DIPRODUKSI OLEH
PT.MERCK

CONCOR 5 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp7,450.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CONCOR
Bisopronol fumarat (2:1) 2,5 mg; 5 mg/ teblet.
INDIKASI:
Gagal jantung kronik stabil sedang hingga parah dengan fungsi ventrikulus sestolik terkurangkan
(fraksi injeksi 35%, didasarkan atas ekorkadiografi) dalam penambahan terhadap inbiditor ACE,
diuretik d an glukosida jantung umumnya, hipertensi dan angina.

PERHATIAN:
hati hati dalam hal bronkospasmus (penyakit saluran) terapi bersamaan dengan asestesik inhalasi,
diabetes miletus dengan fluktuasi lebar kadar gula rendah, simptom hipoglikemia dalam
terselubung, puasa yang ketat, terapi desensilitas berlanjut, blok AV tingkat1, angina prinzmetal,
penyakit oklusif arterium parifer (keluhan sering terjadi terutama pada awal terapi).
EFEK SAMPING:
Rasa dingin atau baal, lesu, lelah, pusing, dan sakit kepala.
DOSIS:
Sehari 5 mg, pagi hari sebelum atau sesudah sarapan. untuk penyakit ringan, sehari 5 mg sudah
cukup; kebanyakan pasien dapat di kontrol dengan dosis sehari 10 mg, hanya untuk beberapa
kasus diperlukan dosis sehari 20 mg. untuk pasien tingkat akhir kerusakan ginjal atau gangguan
parah fungsi liver, dosis maksimum sehari 10 mg.
KEMASAN:
(HNA+) Dos 3x10 tablet 2,5 mg
(HNA+) Dos 10x10 tablet 5 mg.
DIPRODUKSI OLEH
PT.MERCK

CONSTIPEN SYRUP
Harga Per Satuan Terkecil : Rp69,900.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.

CONSTIPEN
KEMASAN :
66,7% CONSTIPEN Syr 15 mL x 120 mL
KOMPOSISI :
Lactulose
INDIKASI :
Listedin Dosis.
DOSIS :
Mulai sembelit kronis dosis untuk tanggal 1 3 hari: Dewasa 15-45 mL.Childn 5-14yr.15 mL, 15yr 5,10 mL.Infaant <1 yr 5 n'L. Dosis pemeliharaan harian: Dewasa 10-25mL. Childn 5-14 yr
10mL.1-5 yr mL.lnfant 5-10 <1 yr 5 mL. Portal ensefalopati sys-temic Mulai dosis: 30-50 mL 3
kali sehari.

CUPRESSIN 15 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,250.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
CUPRESSIN 15 MG
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung :
Delapril Hydrocloride 15 mg
DOSIS :

Dewasa : diminum 1-2 tablet 2 kali sehari pada pagi dan sore hari
KEMASAN & NO REG. :
Kotak 3 strip @ tablet, DKL 9125100710 B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PABRIK :
Takeda

DELLASIDREX
CODE: S12
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,200.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DELLASIDREX

KOMPOSISI :
Tiap dragee mengandung :
Reserpin
0,1 mg
Dihidralazin Sulfat 10 mg
Hidroklorotiazid 10 mg

FARMAKOLOGI :
Dellasidrex preparat anti hipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah secara bertahap dan
ditolerir dengan baik oleh tubuh. Dengan tiga komponen yang terkandung didalamnya, yang
berbeda-beda cara terjanya DeKrex langsung berpengaruh pada berbagai faktor yang
menyebabkan Sadarnya kenaikan tekanan darah Efek sedasi yang dimiliki oleh reserpin sangat
membantu mengurangi pengaruh lingkungan yang menyebabkan ketegangan. Dengan begitu
bahaya terhadap sistem kardiovaskular dapat dihindari. Dihidralazin disamping, menurunkan
tekanan darah melalui efek vasodilator juga akan memperbaiki aliran darah ke ginjal dan otak
seningga resiko tekurangan darah pada otak dan ginjal akan banyak dikurang.
Hidroklorotiazid yang memiliki efek diuretik yang nyata sangat membantu nellasidrex sanqgat
sesuai untuk segala tingkat hipertensi. Pengobatan yang lebih awal dengan Dellasidrex
dilakukan secara teratur bisa mencegah kerusakan organ-organ vital seperti, jantung, ginjal dan
otak.
INDIKASI :
Semua tingkat dari hipertensi esensial atau hipertensi yang disebabkan karena gangguan ginjal.
ATURAN PAKAI :
1 tablet 2-3 kali sehari sebaiknya diminum sesudah makan, bila perlu bisa dinaikkan sesuai
dengan kasusnya.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
1. Tidak dianjurkan pada pasien dengan tukak lambung,karena reserpin pada dosis tinggi dapat
merangsang sekresi asam lambung.
2. Pada pengobatan jangka panjang dengan duretik,suatu diet dengan makanan banyak
mengandung kalium (diet buah-buahan)dianjurkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
hipokalemia

EFEK SAMPING :
Pada Permulaan pengobatan,kadang-kadang timbul efek samping yang ringan seperti sumbatan
hidung, gangguan lambung, perasaan lelah dan mengantuk.
KONTR INDIKASI :

- Gangguan fungsi hepar yang berat


- Gangguan fungsi ginjal yang berat
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan ditempat sejuk dan kering
KEMASAN :
Kotakisi 10 strip 10 dragee
Reg No. :DKL9804512916A1
Diproduksi oleh
PT.Prafa
Untuk
Darya-Vana
LABORATORIA
Gunung Putri, Bogor-lndonesia

DEXACAP 12.5 mg
CODE: S13
Harga Per Satuan Terkecil : Rp300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DEXACAP
Tablet

Komposisi :
DEXACAP 12,5 mg
Tiap tablet mengandung:
DEXACAP* 25 mg
Tiap tablet mengandung:
DEXACAP* 50 mg
Tiap tablet mengandung:

Captopril 12,5 mg
Captopril 25 mg
Captopril 50 mg

Farmakologi :
DEXACAP terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron),sehingga efektif
pada hipertensi dengan PRA (Plasma Reran Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan
hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6 - 1/5 hipertensi essensial.
DEXACAP* juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada hipertensi
yang PRA rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal
jantung dengan terapi kombinasi lain.Kombinasi dengan tiazid memberikan efek aditif
sedangkan kombinasi dengan fi-bloker memberikan efek yang kurang aditif.
Indikasi :
-

Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan kombinasi lain. DEXACAP* dapat dipergunakan sendiri atau dalam
kombinasi dengan obat antihipertensi lain terutama tiazid.
Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis.

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap captopril dan obat-obat ACE inhibitor lamnya.
Dosis :
Dewasa :
Hipertensi : Dosis awal adalah 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehan.
Bila setelah 2 minggu belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis dapat ditingkatkan
sampai 50 mg, 2-3 kali sehari.
Gagal jantung : Dosis awal adalah 25 mg 3 kali sehari, sebaiknya dimulai dengan 12,5 mg, 3 kali

sehari.
Efek samping :
Umumnya DEXACAP* dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat timbul adalah
ruam kulit, gangguan pengecapan, neutropema,proteinuria, sakit kepala, lelah/letih dan hipotensi.
Efek samping ini bersifat dose related dengan pemberian dosis DEXACAP kurang dari 150 mg
per hari efek samping ini dapat dikurangi tanpa mengurangi khasiatnya. Efek samping lain yang
pernah dilaporkan : umumnya asthenia, gynecomastia.
Kardiovaskular : cardiac arrest, cerebrovascular accident/insufficiency, rhythm disturbances,
orthostatic hipotension, syncope.
Dermatologi: bullous pemphigus, erythema multiforme exfoliative dermatitis.
Gastrointestinal: pankreatitis, glossitis, dispepsia.
Hepatobiliary: jaundice, hepatitis, kadang-kadang nekrosis, cholestasis.
Metabolic: symptomatic hyponatremia.
Musculoskeletal: myalgia, myasthenia.
Nervous/psychiatric: ataxia, confusion, depression, nervousness, somnolence.
Respiratory: bronchospasm, eosinophilic pneumonitis, rhinitis, blurred vision, impotence.
Seperti ACE inhibitor lainnya dapat menyebabkan sindroma termasuk: myalgia,
arthralgia, interstitial nephritis, vasoulitis, peningkatan ESR.

Peringatan dan perhatian :


1.

2.

Neutropenia/agranulositosis:
Neutropenia akibat pemberian DEXACAP Qumlah neutrofil kurang dan1000/mm) 2
kali berturut-turut, bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02% (1/4544) pada
penderita dengan fungsi ginjal yang normal, meningkat menjadi 0,5% (5/997) pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >2 mg/dl), dan menjadi 7,2%
(8/111) pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit vaskular kolagen
seperti lupus (SLE) atau skleroderma.
Neutropenia muncul dalam 12 minggu pertama pengobatan, dan reversibel bila
pengobatan dihentikan (90% penderita dalam 3 minggu) atau dosisnya diturunkan. Pada
penderita-penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang mendapat
obat-obat lain yang diketahui dapat menurunkan lekosit (obat-obat 1 sitotoksik
imunosupresan, fenilbutazon dan Iain-Iain), hams dilakukan hitung lekosit
sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan periodik
setelah itu.
Mereka juga hams diberi tahu agar segera melapor kepada dokternya bila mengalami
tanda-tanda infeksi akut (faringitis, demam), karena mungkin merupakan petunjuk
adanya neutropenia.
Proteinuria/sindroma nefrotik:
Proteinuria yang lebih dari 1 g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita hipertensi
yang diobati dengan captopril.

3.

4.

Diantaranya penderita tanpa penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan,


insidensinya hanya 0,5% (19/3573) yakni 0,2% pada dosis captopril <150 mg sehari dan
1% pada dosis captopril >150 mg sehari. Pada penderita dengan penyakit
ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya meningkat menjadi 2,1%
(46/2196), yakni 1% pada dosis captopri/>150 mg sehari. Sindroma nefrotik terjadi kirakira 1/5 (7/34) penderita dengan proteinuria.
Data mengenai insiden proteinuria pada penderita GJK belum ada. Glumerulopati
membran ditemukan pada biopsi tetapi belum tentu disebabkan oleh captopril karena
glumerulonefritis yang subklinik juga ditemukan pada penderita hipertensi yang tidak
mendapat captopril. Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa penyakit ginjal
sebelumnya pengobatan tidak disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria
biasanya muncul setelah 3-9 bulan pengobatan (range 4 hari 22 bulan). Pada sebagian
lagi, proteinuria menetap meskipun obat dihentikan. Oleh karena itu pada penderita
dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan protein dalam urin sebelum
pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah itu.
Gagal ginjal/akut:
Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian captopril pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal sebelum pengobatan. Gejala ini muncul dalam beberapa hari
pengobatan; yang ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau stabil meski pengobatan
diteruskan, sedangkan pada yang berat dan progresif, obat harus dihentikan. Gejala ini
akibat berkurangnya tekanan perfusi ginjal oleh captopril, dan karena captopril
menghambat sintesisA II intrarenal yang diperlukan untuk konstriksi arteriol eferen
ginjal guna mempertahankan filtrasi glomerulus pada stenosis arteri ginjal. Gagal ginjal
yang akut dan progresif terutama terjadi pada penderita dengan stenosis arteri tinggi
tersebut, pemberian captopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal tunggal
(3/8). Karena itu pada penderita dengan risiko tinggi tersebut, pemberian captopril harus
disertai dengan monitoring fungsi ginjal (kreatinin serum dan BUN), dan dosis captopril
dimulai serendah mungkin. Bila terjadi azotemia yang progresif,' captopril harus
dihentikan dan gejala ini reversibel dalam 7 hari.
Morbiditas dan Mortilitas pada Fetus dan Neonatus:
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus. Apabila pada pemakaian obat ini
ternyata wanita itu hamil, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada
kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi,
hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan
kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru
hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, patenduktus
arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi,
oliguria dan hiperkaiemia.

Interaksi obat :

Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan preparat


kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkaiemia.
Penghambat enzim siklooksigenase seperti indometasin, dapat menghambat efek
captopril.
Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi captopril dan
simetidin.
Kombinasi DEXACAP" dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal
kronik.

Kemasan dan nomor registrasi :


DEXACAP 12,5 mg:
DEXACAP* 25 mg :
DEXACAP* 50 mg :

Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL930S005310C1


Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL9105005310A1
Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL9105005310B1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.


SIMPAN PADA SUHU Dl BAWAH 30C, TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Dibuat oleh :
JL. BAMBANGUTOY0 138
PALEMBANG-INDONESIA

DEXACAP 25 mg
CODE: S14
Harga Per Satuan Terkecil : Rp450.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

DEXACAP 25 mg
Tablet

Komposisi :
DEXACAP 12,5 mg
Tiap tablet mengandung
DEXACAP* 25 mg
Tiap tablet mengandung
DEXACAP* 50 mg
Tiap tablet mengandung

: Captopril

12,5 mg

: Captopril

25 mg

: Captopril

50 mg

Farmakologi :
DEXACAP terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron),sehingga efektif
pada hipertensi dengan PRA (Plasma Reran Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan
hipertensi maligna, hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6 - 1/5 hipertensi essensial.
DEXACAP* juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal, bahkan juga pada hipertensi
yang PRA rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal
jantung dengan terapi kombinasi lain.Kombinasi dengan tiazid memberikan efek aditif
sedangkan kombinasi dengan fi-bloker
memberikan efek yang kurang aditif.
Indikasi:
Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan
kombinasi lain.
DEXACAP* dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain
terutama tiazid.
Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis.
-

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap captopril dan obat-obat ACE inhibitor lamnya.

Dosis :
Dewasa:
Hipertensi

: Dosis awal adalah 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehan.


Bila setelah 2 minggu belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis
dapat ditingkatkan sampai 50 mg, 2-3 kali sehari.
: Dosis awal adalah 25 mg 3 kali sehari, sebaiknya dimulai dengan 12,5 mg, 3 kali
Gagal jantung
sehari.

Efek samping :
Umumnya DEXACAP* dapat ditoleransi dengan balk.
Efek samping yang dapat timbul adalah ruam kulit, gangguan pengecapan,
neutropema,proteinuria, sakit kepala, lelah/letih dan hipotensi.
Efek samping ini bersifat dose related dengan pemberian dosis DEXACAP kurang dari 150 mg
per hari efek samping ini dapat dikurangi tanpa mengurangi khasiatnya.
Efek samping lain yang pernah dilaporkan : umumnya asthenia, gynecomastia.
Kardiovaskular: cardiac arrest, cerebrovascular accident/insufficiency, rhythm disturbances,
orthostatic hipotension, syncope.
Dermatologi: bullous pemphigus, erythema multiforme exfoliative dermatitis.
Gastrointestinal: pankreatitis, glossitis, dispepsia.
Hepatobiliary: jaundice, hepatitis, kadang-kadang nekrosis, cholestasis.
Metabolic: symptomatic hyponatremia.
Musculoskeletal: myalgia, myasthenia.
Nervous/psychiatric: ataxia, confusion, depression, nervousness, somnolence.
Respiratory: bronchospasm, eosinophilic pneumonitis, rhinitis, blurred vision, impotence.
Seperti ACE inhibitor lainnya dapat menyebabkan sindroma termasuk: myalgia,
arthralgia, interstitial nephritis, vasoulitis, peningkatan ESR.
Peringatan dan perhatian :
1. Neutropenia/agranulositosis :
Neutropenia akibat pemberian DEXACAP Qumlah neutrofil kurang dan1000/mm) 2 kali
berturut-turut, bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02% (1/4544) pada penderita
dengan fungsi ginjal yang normal, meningkat menjadi 0,5% (5/997) pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >2 mg/dl), dan menjadi 7,2% (8/111) pada penderita

dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit vaskular kolagen seperti lupus (SLE) atau
skleroderma.
Neutropenia muncul dalam 12 minggu pertama pengobatan, dan reversibel bila pengobatan
dihentikan (90% penderita dalam 3 minggu) atau dosisnya diturunkan. Pada penderita-penderita
dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang mendapat obat-obat lain yang diketahui
dapat menurunkan lekosit (obat-obat 1 sitotoksik imunosupresan, fenilbutazon dan Iain-Iain),
hams dilakukan hitung lekosit
sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah
itu.
Mereka juga hams diberi tahu agar segera melapor kepada dokternya bila mengalami tanda-tanda
infeksi akut (faringitis, demam), karena mungkin merupakan petunjuk adanya neutropenia.
2. Proteinuria/sindroma nefrotik :
Proteinuria yang lebih dari 1 g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita hipertensi yang
diobati dengan captopril.
Diantaranya penderita tanpa penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya hanya
0,5% (19/3573) yakni 0,2% pada dosis captopril <150 mg sehari dan 1% pada dosis captopril
>150 mg sehari. Pada penderita dengan penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan,
insidensinya meningkat menjadi 2,1% (46/2196), yakni 1% pada dosis captopri/>150 mg sehari.
Sindroma nefrotik terjadi kira-kira 1/5 (7/34) penderita dengan proteinuria.
Data mengenai insiden proteinuria pada penderita GJK belum ada. Glumerulopati membran
ditemukan pada biopsi tetapi belum tentu disebabkan oleh captopril karena glumerulonefritis
yang subklinik juga ditemukan pada penderita hipertensi yang tidak mendapat captopril.
Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa penyakit ginjal sebelumnya pengobatan tidak
disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria biasanya muncul setelah 3-9 bulan
pengobatan (range 4 hari 22 bulan). Pada sebagian lagi, proteinuria menetap meskipun obat
dihentikan. Oleh karena itu pada penderita dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan
protein dalam urin sebelum pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan
periodik setelah itu.
3. Gagal ginjal/akut :
Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian captopril pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal sebelum pengobatan. Gejala ini muncul dalam beberapa hari pengobatan; yang
ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau stabil meski pengobatan diteruskan, sedangkan pada
yang berat dan progresif, obat harus dihentikan. Gejala ini akibat berkurangnya tekanan perfusi
ginjal oleh captopril, dan karena captopril menghambat sintesisA II intrarenal yang diperlukan
untuk konstriksi arteriol eferen ginjal guna mempertahankan filtrasi glomerulus pada stenosis
arteri ginjal. Gagal ginjal yang akut dan progresif terutama terjadi pada penderita dengan stenosis
arteri tinggi tersebut, pemberian captopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal tunggal
(3/8). Karena itu pada penderita dengan risiko tinggi tersebut, pemberian captopril harus disertai
dengan monitoring fungsi ginjal (kreatinin serum dan BUN), dan dosis captopril dimulai
serendah mungkin. Bila terjadi azotemia yang progresif,' captopril harus dihentikan dan gejala

ini reversibel dalam 7 hari.


4. Morbiditas dan Mortilitas pada Fetus dan Neonatus :
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ
pada fetus atau neonatus. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka
pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi, hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria, gagal
ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi,
kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria
dan hiperkaiemia.

Interaksi obat :

Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan preparat kalium
harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkaiemia.
- Penghambat enzim siklooksigenase seperti indometasin, dapat menghambat efek captopril.
Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi captopril dan simetidin.
-

- Kombinasi DEXACAP" dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal kronik.

Kemasan dan nomor registrasi :

DEXACAP 12,5
: Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL930S005310C1
mg
DEXACAP* 25
: Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL9105005310A1
mg
DEXACAP* 50
: Kotak berisi 10 strip @ 6 tablet, DKL9105005310B1
mg
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
SIMPAN PADA SUHU Dl BAWAH 30C, TERLINDUNG DARI CAHAYA.

Dibuat oleh:
JL. BAMBANGUTOY0 138
PALEMBANG-INDONESIA

DILMEN
CODE: S15
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,100.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DILMEN
Tablet

Tiap tablet mengandung:


Diltiazem Hidroklorida ........................ 60 mg
FARMAKOLOGI :
DILMEN adalah antagonis kalsium yang dapat meningkatkan aliran darah ke jantung dan
secara simultan menurunkan resistensi perifer sehingga konsumsi oksigen otot jantung menurun.
Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan kerja jantung, menurunkan frekuensi
serangan angina dan menurunkan tekanan darah sistemik.
INDIKASI :

DILMEN diindikasikan untuk hipertensi.


Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya, seperti diuretik.
KONTRA- INDIKASI :
-

Hipersensitivitas.
Hipotensi {tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg), gagal jantung kongestif, sindroma
"atrium node", gangguan konduksi (hambatan-sino-atrial, hambatan atrioventrikular
derajat II atau III), bradikardia (denyut nadi kurang dari 50/menit).
DILMEN sebaiknya tidak diberikan selama kehamilan dan menyusui. Pada wanita
usia subar harus dipastfkan-tidak adanya kehamilan sebelum memulai pengobatan, dan
selama pengobatan harus menggunakan kontrasepsi dengan metoda atau alat yang
terpercaya.
Penderita dengan "sick sinus syndrome kecuali bila memakai alat pacu jantung
ventrikular.

EFEK SAMPING :
-

Efek samping yang umumnya terjadi adalah: Sinus bradikardia, blokade sino-atrial,
ruam kulit dengan atau tanpa gatal-gatal, oedema pada anggota badan bagian bawah,
dan pengobatan harus dihentikan.
Efek samping lain yang lebih jarang dan bersifat sementara adalah: astenia, ngantuk,
sakit kepala, sukar tidur, gangguan saluran cerna seperti mual, sakit ulu hati, mulut
kering, konsti-pasi, diare, anoreksia dan pirosis.
Jarang ditemukan peningkatan enzim hepar (SGOT, SGPT).
Pernah dilaporkan: flushing dan akathisia.

PERHATIAN :
-

Pada penderita dengan gangguan hepar, disarankan untuk memeriksakan fungsi hepar
secara berkala selama pengobatan.
DILMEN menghambat sistem konduksi stimulus terutama konduksi atrioventrikular,
sehingga pemberian bersama obat-obat penekan fungsi jantung dan atau penghambat
penghantaran stimulus misalnya obat-obat penghambat beta adrenergik, anti aritmia atau
digitalis dapat meningkatkan kerjanya. Efek tambahan tersebut di atas harus mendapat
perhatian khusus.
Pemberian bersama-sama trinitrin atau nitrat "long-acting" bukan merupakan kontra-

indikasi, kombinasi OILMEN" dengan nitrat dapat memperkuat kerjanya.


Tidak ditemukan inkompatibilitas dalam pemberian ber-sama antikoagulan, diuretik dan
antidiabetik oral.
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan bradikardia berat (denyut nadi kurang
dari 50/menit) atau hambatan atrioventri-kular tingkat I.
Dosis perlu diturunkan pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Keamanan pemakaian pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Tidak dianjurkan pemberian pada wanita menyusui, karena Diltiazem diekskresikan ke
dalam air susu ibu. Bila pemberian DILMEN sangat diperlukan, maka menyusui harus
di-hentikan.

INTERAKSI OBAT :
-

Diltiazem dapat meningkatkan kadar plasma karbamazepin sehingga dapat


menyebabkan timbulnya gejala-gejala toksik oleh karbamazepin seperti: ngantuk, muai,
muntah, vertigo dan Iain-lain.
Anestetik:
Pengurangan kontraktilitas, konduktivitas dan otomatisasi jantung serta dilatasi vaskular
yang diakibatkan oleh anestesi, dapat mengalami potensiasi dengan pemberian
Diltiazem.
Simetidin dapat menaikkan kadar puncak Diltiazem dalam plasma, juga dapat
menurunkan bersihan kreatinin Diltiazem.
Amiodaron sebagai antiaritmia. Dapat terjadi gejala yang menyerupai bradikardia atau
henti sinus jika Diltiazem diberikan kepada pasien yang sedang diobati dengan
amiodaron.
Diltiazem dapat meningkatkan konsentrasi plasma siklosporin dan teolilin.

DOSIS :
Sehari 3 x 1 tablet. Dosis dapat dinaikkan atau diturunkan secara bertahap tergantung pada berat
ringannya penyakit. Dosis dapat dinaikkan sampai 360 mg sehari terbagi dalam 3 dosis.
Diltiazem HCI mempunyai efek antihipertensi aditif bila digunakan bersamaan dengan obat
antihipertensi lainnya. Oleh karena itu dosis DILMEN* atau obat antihipertensi lainnya perlu
disesuai-kan bila digunakan bersama-sama.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

KEMASAN :
Dus isi 10 strip @ 10 tablet. No. Reg.: DKL9222212410A1
PENYIMPANAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering.
A. MENARINI - ITALI
Dibuat dengan lisensi
oleh PT SANBE FARMA
Bandung - Indonesia

DILTIAZEM
CODE: S16
Harga Per Satuan Terkecil : Rp200.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Diltiazem

Komposisi :
Tiap tablet mengandung diltiazem hidroklorida 30 mg.

Cara Kerja Obat :


Diltiazem adalah derivate benzodiazepin yang merupakan prototip dari antagonis kalsium.
Mekanisme kerja senyawa ini adalah mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga vasodilatasi
arteri dan arteriol koroner serta perifer. Dengan demikian maka diltiazem akan menurunkan
denyut jantung dan kontraktiiitas otot jantung, sehingga terjadi keseimbangan antara persediaan
dan pemakaian oksigen pada iskhemik jantung.
Diltiazem efektif terhadap angina yang disebabkan oieh vasospasme koroner maupun
aterosklerosis koroner. Pemberian 'diltiazem akan mengurangi frekuensi serangan angina dan
menurunkan kebutuhan pemakaian obat nitrogliserin.
Pada pemberian dengan oral diltiazem diabsorpsi kira-kira 80 - 90% dan berikatan dengan
protein plasma. Efek mulai tampak kurang dari 30 menit setelah pemberian dan konsentrasi
puncak dalam plasma tercapai setelah 2 jam dengan waktu paruh 4 jam. Senyawa ini diekskresi
dalam bentuk metabolit melaiui urin (35%) dan feses (60%).
Indikasi :
Untuk angina pectoris, menurunkan serangan angina pada penderita variant angina.
Dosis :
Dewasa : 4 x 30 mg sehari, bila perlu dapat ditingkatkan sampai 360 mg sehari, diberikan
sebelum makan dan waktu hendak tidur.
Peringatan dan Perhatian :
-

Pemberian diltiazem tidak boleh dikombinasi dengan beta-bloker ataudigoxin.


Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan bradikardia berat (dibawah 50
denyut/menit) atau hambatan atrioventrikular tingkat 1.
Bila pengobatan dengan diltiazem hendak dihentikan, dosis hams diturunkan secara
bertahap dan gejala-gejala yang mungkin timbul diawasi secara teliti.

Penderita diperingatkan untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa petunjuk dokter.


-

Hati-hati bila diberikan pada penderita payah jantung kongestif.


Penurunan tekanan darah sehubungan pengobatan dengan diltiazem kadang-kadang
dapat menimbulkan hipotensi simptomatik,
Keamanan pemakaian pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.

Hati-hati bila diberikan pada wanita menyusui

Efek Samping :
-

Jarang terjadi, hanya 2 - 10% pasien yang mengalami nyeri kepala, pusing, gangguan
saluran cerna dan bradikardia.
Kadang-kadang menaikkan tingkat GOT, GPT dan fosfatase alkalin.
Hipersensitif : erupsi, eritema multiforme (dalam kasus demikian pengobatan harus
dihentikan).
Pernah dilaporkan : rash, pruritus

Kontra indikasi :
-

Blok AV tingkat 2 - 3,* hipotensi (tekanan sistole kurang dari 90 mmHg) dan syok
kardiogenik.
Pasien dengan gejala gangguan irama sinus, kecuali bila ada alat pacu jantung
ventrikuler yang berfungsi.
Wanita hamil, wanita yang diduga usia subur.
Penderita yang hipersensitif terhadap diltiazem.
Penderita dengan infark miokardiai aKut dan kongasti paru-paru yang dibuktikan
dengan sinar X.

Interaksi Obat :
-

Dengan preparat digoxin : dapatmenaikkan tingkat plasma digoxin.


Dengan obat penghambat beta : dapat terjadi bradikardia, sinus berat, hipotensi, gagal
jantung kongestif dan meningkatkan resiko penghambat AV.
Obat antihipertensi; dapat meningkatkan efek obat antihipertensi.
Carbamazepine : dapat menaikkan tingkat plasma carba maze pine yang, menyebabkan
timbulnya gejala-gejala toksik oieh carbamazepine.
Anestetik : dapat terjadi potensiasi penurunan kontraktilitas, konduktifitas dan
otomatisitas jantung seperti dilatasi vaskuler

.
Cara Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30C) dan tempat kering.

Kemasan dan Nomor Registrasi :


Diltiazem 30 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No. Reg. GKL8920908310A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
INDOFARMA BEKASI - INDONESIA

DIOVAN 160mg
CODE: S22
Harga Per Satuan Terkecil : Rp16,400.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DIOVAN 160 Mg

GENERIK
Valsartan.
INDIKASI
Hipertensi.
KONTRA INDIKASI
Wanita hamil, kerusakan hati, sirosis, penyumbatan kandung empedu.

PERHATIAN
Pasien yang kehilangan volume atau sodium darah, stenosis arteri renalis, gangguan fungsi ginjal
berat, sumbatan saluran empedu.
Bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengemudi atau mengoperasikan mesin.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, pusing, infeksi virus, infeksi saluran pernapasan bagian atas, batuk, diare, lemah,
rinitis, sinusitis, nyeri punggung, nyeri pada perut, mual, faringitis, nyeri sendi.
KEMASAN
Kapsul 160 mg x 2 x 14 biji.
DOSIS
80 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan sampai 160 mg/hari atau dapat ditambahkan diuretik jika
tekanan darah tidak cukup terkontrol.

divask 10mg tab


Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,000.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DIVASK 5 Mg

Komposisi :
Tiap tablet DIVASK mengandung :
Amlodipine besylate 5 atau 10 mg
Deskripsi
Struktur amlodipine adalah 3-ethyl-5-methyl-2-(2-aminoethoxymethyl)-4-(2-chlorophenyl)-1,4dihydro-6-methyl-3,5 pyridinedicarboxylate benzenesulphonate.
Farmakologi:
Amlodipine merupakan antagonis calcium golongan dihydropirydine (antagonis ion kalsium)
yang menghambat influks ion calcium melaiui membran ke dalam otot poios vaskular dan otot
jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine
menghambat influks ion calcium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada
sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer
dan dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu
kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah
yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak
menyebabkan terjadinya hipotensi akut.
Efek antiangina amlodipine adalah melaiui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat
menurunkanresistensi perifer totat(afterioad). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi
denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen
miokardial serta kebutuhan energi.
Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi
normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat
meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST dan
menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliceryne.
Amlodipine tidak menimbuikan perubahan kadar lemak plasma, dan dapat digunakan pada
pasien asma, diabetes serta gout.
Farmakokinetik :
Amlodipine diabsorpsi secara bertahap pada pemberian per oral. Konsentrasi puncak dalam
plasma dicapai dalam waktu 6-12 jam. Bioavailabiiitas amlodipine sekitar 64-90%, dan tidak
dipengaruhi makanan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 93%. Waktu paruh amlodipine
sekitar 30-50 jam, dan kadar mantap dalam plasma dicapai setelah 7-8 hari.
Amlodipine dimetabolisme di hati secara luas {sekitar 90%) dan diubah menjadi metaboiit
inaktif, dengan 10% bentuk awal serta 60% metabolit diekskresi melaiui urin. Pola
farmakokinetik amlodipine tidak berubah secara bermakna pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal, sehingga tidak perlu dilakuk'an penyesuaian dosis. Pasien usia lanjut dan pasien dengan
gangguan fungsi hati didapatkan peningkatan AUC sekitar 40-60%, sehingga diperlukan
pengurangan dosis pada awal terapi. Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung sedang
sampai berat.
Indikasi :
DIVASK digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik
(angina prinzmetal atau variant angina). DIVASK dapat diberikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu
kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut
atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari.
Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal yang
digunakan adalah 2,5 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun
angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan
kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan thiazide, ACE
inhibitor, beta-blocker, nitrate dan nitroglycerine sublingual.
Kontraindikasi :
DIVASK tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine
dan golongan dihydropirydine lainnya.
Peringatan dan perhatian :
Pasien dengan gangguan fungsi hati:
Waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang, sehingga perlu pengawasan.
Pasien gagal ginjal:
Perubahan dalam konsentrasi plasma amlodipine tidak berhubungan dengan derajat kerusakan
ginjal, sehingga amlodipine dapat diberikan dengan dosis biasa.
Pasien gagal jantung kongestif:

Secara umum, obat golongan antagonis calcium harus diberikan secara hati-hati pada pasien
gagal jantung.
Pasien usia lanjut:
Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak dalam plasma serupa pada
pasien muda maupun usia lanjut. Amlodipine, dalam penggunaan dosis yang serupa
baik pada pasien muda maupun tua, dapat ditoleransi dengan baik. Amlodipine dapat
diberikan pada pasien usia lanjut dengan dosis yang umum digunakan.
Efek samping :
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang
timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik
antara lain : edema, sakit kepala.
Kardiovaskular :aritmia,bradikardi,nyeri dada,hipotensi,takikardi.
Neurologi
:hipestesia,neuropati perifer,parestesia,tremor,vertigo.
Gas trointestinal :anoreksia,konstipasi,dispepsia,muntah,diare.
Muskuloskeletal :artralgia,mialgia,kram otot.
Psikiatrik
:insomnia,ansietas,depresi.
Respirasi
:dyspnea,epistaksis.
Kulit
:angioedema,rash.
Saluran kemih :nokturia.
Metabolik
:hiperglikemia,rasa haus.
Hemopoietik
:leukopenia,trombositopenia,purpura.
Secara umum :fatigue,nyeri,peningkatan atau penurunan berat badan.
Kehamilan dan menyusui
Belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya
^seJaiTia^Jaamilan_hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan
janin.
Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan
amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan
pada ibu menyusui.
Pasien anak
Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
Interaksi obat :
Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan thiazide, alpha

blockers, beta blockers, ACE inhibitor, nitrate, nitroglycerine sublingual, antiinflamasi non
steroid, antibiotik, serta obat hipoglikemik oral. Pemberian bersama digoxin tidak mengubah
kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal. Amlodipine tidak
mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin,
phenytoin, warfarin dan indomethacin. Pemberian bersama cimetidine atau antacid tidak
mengubah farmakokinetik amlodipine.
Overdosis :
Pada manusia, pengalaman keadaan overdosis sangat terbatas. Dosis amlodipine yang berlebihan
dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang luas dan hipotensi sistemik yang nyata, sehingga
dibutuhkan monitoring teratur dari fungsi jantung dan respirasi, dapat dilakukan elevasi
ekstremitas, serta pengawasan volume sirkulasi tubuh dan keluaran urin.
Bila tidak ada kontraindikasi, obat-obatan vasokonstriktor dapat digunakan untuk
mempertahankan tonus vaskular dan tekanan darah. Pemberian calcium gluconate mungkin
menguntungkan. Bilas lambung mungkin dibutuhkan pada beberapa kasus.
Kemasan :
DIVASK 5 mg tablet : Dus isi 3 strip x 10 tablet Reg. No. DKL0711638410A1
DIVASK 10 mg tablet : Dus isi 3 strip x 10 tablet Reg. No. DKL0711638410B1
Simpan pada suhu kamar (di bawah suhu 30).
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
PT KALBE FARMA Tbk.
Bekasi - Indonesia

DOPAMET
CODE: S17
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,000.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu
DOPAMET

Metildopa 250 mg.


INDIKASI :
Hipertensi esensial yang ringan atau yang berat ; hipertensi nefrogenik ; hipertensi pada taraf
permulaan kehamilan.
KONTRA INDIKASI :
Penyakit hati yang aktif seperti hepatitis akut dan sirosis hati ,bila pengobatan sebelumnya
dengan alpa metildopa telah timbul gangguan hati, hipersensitivitas.
DOSIS :
Dosis awal : sehari - 1 tablet ; penyesuaian dosis untuk mencapai tekanan darah yang
dikehendaki harus dilakukan secara bertahap,misalnya menaikkan dosis dengan - 1 tablet
selang 2-3 hari.
KEMASAN :
Dos 100 tablet.

FARMABES TABLET
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,500.00

BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FARMABES TABLET

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Diltiazem HCl.
INDIKASI :
Angina pektoris.

Farmoten 12,5mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,000.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Farmofen
TABLET

KOMPOSISI

Farmoten12,5
Tiap tablet mengandung :
Captopril
12,5 mg
Farmoten25
Tiap tablet mengandung :
Captopril
25,0 mg

FARMAKOLOGI
Efek utama Farmoten pada sistem renin angiotensin adalah menghambat perubahan
angiotensin I yang relatif non aktif menjadi angiotensin II yang aktif (angiotensin converting
enzyme inhibitor). Obat ini merupakan antihipertensi yang juga efektif untuk pengobatan gagal
jantung. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek penurunan tekanan darah yang aditif,
sedangkan dengan beta-bloker efeknya kurang aditif.

INDIKASI
Hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain. Dapat
dipakai dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dengan obat antihipertensi lain seperti tiazida.
Gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis, dalam hal ini diberikan bersama dengan diuretik dan digitalis.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN


Farmoten harus diberikan 1 jam sebelum makan.
Dewasa:

Untuk hipertensi dosis awal adalah 12,5-25 mg sehari 2-3 kali. Bila setelah 2 minggu
belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 50 mg
sehari 2-3 kali.
Untuk hipertensi ringan sampai sedang, dosis yang biasa digunakan tidak boleh lebih dari
150 mg sehari.
Untuk hipertensi berat dosis maksimum yang boleh digunakan sampai 450 mg sehari.
Untuk gagal jantung dosis awal adalah 25 mg sehari 3 kali, sebaiknya dimulai dengan
12,5 mg sehari 3 kali.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


-

Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui pasti


Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan ginjal,karena dapat
menyebabkan hiperkalemia dan proteinuria.
Hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan diuretik yang sifatnya "K-sparing"
Hati-hati pada penderita "coronary artery disease".
Hati-hati penggunaan pada "penderita "aortic stenosis" atau "outflow tract obstruction"
Perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin pada awal pemakaian obat, karena
kemungkinan terjadinya neutropenia.
Harus hati-hati. bila diberikan pada wanita yang sedang menyusui dan anak-anak.
Dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus. Pemakaian obat
ini pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau
neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka pemberian obat harus
dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan
gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal
reversibel atau irreversibel dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi
kraniofasial, perkembangan paru hipopiasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi
intrauteri, patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama ini dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), harus diobservasi intensif tentang
kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria dan hiperkalemia.

EFEK SAMPING
-

Kira-kira 10% dari penderita pada pemberian Captopril terjadi makulopapular rash,
biasanya disertai pruritus dan kadang-kadang dengan demam. Efek samping ini biasanya
ringan dan menghilang dalam beberapa hari setelah dosis obat diturunkan.
Perubahan rasa (taste alteration) ditemukan pada kira-kira 70% penderita dan terjadi
sementara saja, serta akan menghilang meskipun obat diteruskan.
Penggunaan Captopril yang lebih dari 1 g sehari akan menimbulkan proteinuria pada 0,5
% penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Proteinuria ini reversibel
meskipun pengobatan tidak dihentikan. Karena proteinuria ini umumnya terjadi dalam
waktu 8 bulan pengobatan, maka penderita sebaiknya dilakukan pemeriksaan proteinuria
sebelum pengobatan dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
Retensi Kalium yang ringan terjadi pada pemberian Captopril, terutama pada penderita
gangguan ginjal, sehingga bila diperlukan diuretik yang meretensi Kalium harus
dilakukan hati-hati.
Neutropenia dan agranulositosis.
Gangguan saluran cerna berupa mual, muntah.

Pada beberapa penderita dapat meningkatkan BUN (Blood Urea Nitrogen) dan serum
kreatinin.
Paresthesia pada tangan, Penyakit serum, Bronkhospasma Limfadenopati, Batuk.

KONTRA INDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril.

INTERAKSI OBAT
-

Dengan diuretik dapat timbul efek hipotensi pada 1-3 jam pertama setelah pemberian
dosis awal Captopril. Reaksi ini akan berkurang bila pemberian diuretik dihentikan atau
menaikkan pemasukan (intake) garam-garam pada 1 minggu sebelum memulai
penggunaan terapi Captopril. Interaksi ini tidak selalu terulang dengan dosis berikutnya
dan diuretik dapat diatur pemberiannya bila diperlukan.
Pemberian Captopril dengan "Increasing K serum agent" (salt/K-subtitutes,K-sparing
agent), seperti Spironolakton, Treiamteren, amilorid dapat menyebabkan
hiperkalemia.
Dengan "Renin releasing agent" (antihipertensi lain), akan dapat menimbulkan efek aditif
hipotensi.
Dengan "Vasodilator agent" dapat terjadi aditif efek hipotensi.
Dengan "Sympathomimetic agent" dapat menyebabkan naiknya tekanan darah, maka
penggunaannya harus hati-hati.

PENYIMPANAN
Simpan di tempat yang sejuk dan kering

Farmoten 25mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,000.00

BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Farmofen
TABLET

KOMPOSISI

Farmoten12,5
Tiap tablet mengandung :
Captopril
12,5 mg
Farmoten25
Tiap tablet mengandung :
Captopril
25,0 mg

FARMAKOLOGI
Efek utama Farmoten pada sistem renin angiotensin adalah menghambat perubahan
angiotensin I yang relatif non aktif menjadi angiotensin II yang aktif (angiotensin converting
enzyme inhibitor). Obat ini merupakan antihipertensi yang juga efektif untuk pengobatan gagal
jantung. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek penurunan tekanan darah yang aditif,
sedangkan dengan beta-bloker efeknya kurang aditif.

INDIKASI
Hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain. Dapat
dipakai dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dengan obat antihipertensi lain seperti tiazida.
Gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis, dalam hal ini diberikan bersama dengan diuretik dan digitalis.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Farmoten harus diberikan 1 jam sebelum makan.


Dewasa:

Untuk hipertensi dosis awal adalah 12,5-25 mg sehari 2-3 kali. Bila setelah 2 minggu
belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 50 mg
sehari 2-3 kali.
Untuk hipertensi ringan sampai sedang, dosis yang biasa digunakan tidak boleh lebih dari
150 mg sehari.
Untuk hipertensi berat dosis maksimum yang boleh digunakan sampai 450 mg sehari.
Untuk gagal jantung dosis awal adalah 25 mg sehari 3 kali, sebaiknya dimulai dengan
12,5 mg sehari 3 kali.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


-

Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui pasti


Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan ginjal,karena dapat
menyebabkan hiperkalemia dan proteinuria.
Hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan diuretik yang sifatnya "K-sparing"
Hati-hati pada penderita "coronary artery disease".
Hati-hati penggunaan pada "penderita "aortic stenosis" atau "outflow tract obstruction"
Perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin pada awal pemakaian obat, karena
kemungkinan terjadinya neutropenia.
Harus hati-hati. bila diberikan pada wanita yang sedang menyusui dan anak-anak.
Dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus. Pemakaian obat
ini pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau
neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka pemberian obat harus
dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan
gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal
reversibel atau irreversibel dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi
kraniofasial, perkembangan paru hipopiasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi
intrauteri, patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama ini dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), harus diobservasi intensif tentang
kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria dan hiperkalemia.

EFEK SAMPING
-

Kira-kira 10% dari penderita pada pemberian Captopril terjadi makulopapular rash,
biasanya disertai pruritus dan kadang-kadang dengan demam. Efek samping ini biasanya
ringan dan menghilang dalam beberapa hari setelah dosis obat diturunkan.

Perubahan rasa (taste alteration) ditemukan pada kira-kira 70% penderita dan terjadi
sementara saja, serta akan menghilang meskipun obat diteruskan.
Penggunaan Captopril yang lebih dari 1 g sehari akan menimbulkan proteinuria pada 0,5
% penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Proteinuria ini reversibel
meskipun pengobatan tidak dihentikan. Karena proteinuria ini umumnya terjadi dalam
waktu 8 bulan pengobatan, maka penderita sebaiknya dilakukan pemeriksaan proteinuria
sebelum pengobatan dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
Retensi Kalium yang ringan terjadi pada pemberian Captopril, terutama pada penderita
gangguan ginjal, sehingga bila diperlukan diuretik yang meretensi Kalium harus
dilakukan hati-hati.
Neutropenia dan agranulositosis.
Gangguan saluran cerna berupa mual, muntah.
Pada beberapa penderita dapat meningkatkan BUN (Blood Urea Nitrogen) dan serum
kreatinin.
Paresthesia pada tangan, Penyakit serum, Bronkhospasma Limfadenopati, Batuk.

KONTRA INDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril.

INTERAKSI OBAT
-

Dengan diuretik dapat timbul efek hipotensi pada 1-3 jam pertama setelah pemberian
dosis awal Captopril. Reaksi ini akan berkurang bila pemberian diuretik dihentikan atau
menaikkan pemasukan (intake) garam-garam pada 1 minggu sebelum memulai
penggunaan terapi Captopril. Interaksi ini tidak selalu terulang dengan dosis berikutnya
dan diuretik dapat diatur pemberiannya bila diperlukan.
Pemberian Captopril dengan "Increasing K serum agent" (salt/K-subtitutes,K-sparing
agent), seperti Spironolakton, Treiamteren, amilorid dapat menyebabkan
hiperkalemia
Dengan "Renin releasing agent" (antihipertensi lain), akan dapat menimbulkan efek aditif
hipotensi.
Dengan "Vasodilator agent" dapat terjadi aditif efek hipotensi.
Dengan "Sympathomimetic agent" dapat menyebabkan naiknya tekanan darah, maka
penggunaannya harus hati-hati.

PENYIMPANAN

Simpan di tempat yang sejuk dan kering

Farnormin 50mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp550.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FARNORMIN 50 TABLET

COMPOSITION
Each tablet contains:
Atenolol
50 mg

PHARMACOLOGY
Atenolol is a long-acting cardioselective beta-adrenergic blocking agent. Beta-adrenergic
blocking agents block the agonistic effect of the sympathetic neurotransmitters by competing for
receptor binding sites. Atenolol blocks the beta -1 receptors in cardiac tissue. Blockade of cardiac
receptors reduces heart rate, myocardial contractility, and cardiac output. The atrioventricular (AV) conduction time is slowed and, at the cellular level, automaticity is supressed. Blood pressure
also is reduced.

INDICATIONS
Farnormin is indicated in the treatment of :
hypertension and angina pectoris due to arteriosclerosis coroner.

DOSAGE AND ADMINISTRATION


-

Usual adult dose


:

oral, 50 mg a day, the dosage being increased to 100 mg a day after two
weeks if necessary and tolerated.
For patients with severe renal function impairment, the following
Antihypertensive
maximum doses are recommended : 50 mg a day when the creatinine
:
clearance is 15 to 35 ml per minute
per 1.73 square meters; 50 mg every second day when the creatinine
clearance is less than 15 ml per minute per 1.73 square meters.
Antianginal :
oral, 100 mg a day as a single dose or devided dose
- Pediatric dose : Dosage has not been established.

SIDE EFFECTS
-

Cardiovascular:

bradycardia, cold hands and feet, hypotension postural, poin on the


feet.

Central nervous
system or
headache, vertigo, tiredness weakness, sedation, depression.
Neuromuscular:
Gastrointestinal
vomiting, diarrhea.
problems :
Respiratory problems:bronchospasm.

CONTRA INDICATIONS
This medication should not be used when the following medical problems exist:

Bronchial asthma
Cardiogenic shock

Heart block, 2nd - or 3rd - degree atrioventricular (AV) - block.


Overt cardiac failure
Sinus bradycardia.

STORAGE
Store between 25 - 30C

PRESENTATION
Box of 10 strips @ 10 tablets
Reg. No. DKL8931502110B1

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY


Manufactured by :
PT. PRATAPA NIRMALA
Tangerang - Indonesia

Farsix 40mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,000.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FARSIX TABLET
Furosemide

KOMPOSISI :
Farsix 40 Tablet
Tiap tablet mengandung :
Furosemide 40 mg
FARMAKOLOGI :
Furosemid menghambat reabsorpsi air dan elektrolit, terutama karena aksinya terhadap
bagian atas dan simpul Henle. Furosemid juga mengurangi reabsorpsi natrium klorida dan
meningkatkan ekskresi kalium pada tubulus distal, dan mungkin memiliki aksi langsung
terhadap transport elektrolit pada tubulus proksimal. Mula kerja pada pemberian I.V adalah
1-10 menit.
INDIKASI :

* Edema yang berhubungan dengan kegagalan jantung kengestif, sirosis hati, dan penyaki!
*

ginjal (termasuk sindrom nefrotik) dan sebagai tambahan dalam pengobatan edema paruparu akut.
Digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan hingga sedang.

FARSIX INJEKSI
Harga Per Satuan Terkecil : Rp6,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FARSIX INJEKSI

KOMPOSISI :
Furosemide
INDIKASI :
Edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif (CHF), sirosis hepatik, penyakit
ginjal & edema paru akut.
Hipertensi ringan sampai sedang, diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan
antihipertensi yang lain, dan sebagai pengobatan tambahan pada hipertensi krisis.

FARSORBID 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp550.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FARSORBID 10MG

GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Isosorbide Dinitrat.
INDIKASI :
Pengobatan & pencegahan angina pektoris.

FICOR TABLET 10 MG
Harga Per Satuan Terkecil : Rp300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
FICOR 10 MG

KOMPOSISI :
Tiap tablet salut film yang berisi: Nifedipin 10 mg
INDIKASI :
Kronis yang stabil angina pektoris, jantung, infark & sebagai tambahan untuk antihipertensi

furosemide
Harga Per Satuan Terkecil : Rp100.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

FUROSEMIDE 40 mg
Tablet

K0MP0SISI
Tiap tablet mengandung : Furosemide.............................................40 mg.
CARA KERJA OBAT
Furosemide merupakan senyawa diuretik dengan senyawa saluretik yang kuat Efeknya terutama
menghambat reabsorbsi ion Na oleh sel pars asenden ansa Henle Selain efeknya sebagai
penghambat transpor ion Na, Furosemide menurunkan resistensi vaskuler intra renal dan
menaikkan aliran darah girtjal.
INDIKASI
Edema yang disebabkan penyakit jantung, gagal ginjal akut. PERINGATAN DAN
PERHATIAN
- Hindari pemakaian yang berlebihan karena dapat menyebabkan diuresis yang berlanjut
dengan dehidrasi, hipokalemia, alkalosis, hipokloremik dan hipotensi
- PendentayangsensitifterhadapSulfonamida, dapat menunjukkan reaksi aleroi terhadap
Furosemide.
- Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap elektrolit serum untuk menqetahui
kemungkinan terjadinya ketidak seimbangan.
- Tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil dan menyusui. EFEK SAMPING
Dapat terjadi setelahpemakaian jangka lama dan dosis tinggi berupa muntah anoreksia, diare,
azotemia, hiperglikemia.Tiiperurikemia.
Qangguan hematologi berupa trombositopenia, anemia, arganulositosis Reaksi pada kulit berupa
urtikaria, eritema multiformis. KONTRA INDIKASI
- Hipersensitivitas terhadap Furosemide.
- Anuria, nefritis akut.
- Dapat meningkatkan efek nephrotoksisitas antibiotik cephalosporin seperti cepha- Dapat meningkatkan efek ototoksisitas antibiotik aminoglikosida dan dapat meningkatkan
efek hipotensi dari obat-obat antihipertensi.
DOSIS

Dewasa

Dosis awal 1/2 sampai 1 tablet sehari, sebaliknya diminum pada paqi hari.
Pengobatan selanjutnya dengan interval antara 6 - 8 jam tergantunq
pada diuresis yang terjadi.

Anak-anak

1-2 mg/kg berat badan sekali sehari KEMASAN Dus, isi 10 strip @ 10 tablet.

No. Reg. . GKL 9715702110 A1


HARUS DENGAN RESEP DOKTER SIMPAN PADA SUHU KAMAR (Dl BAWAH 30C)
Produksi: PT. EMBA MEGAFARMA
SEMARANG - INDONESIA
R. 008.2

Gensia 5mg
CODE: S49
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,840.00
BELI

hapsen 5 tab
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,550.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

HAPSEN

Tablet salut film


KOMPOSISI
Tiap tablet salut film mengandung Bisoprolol hemifumarat 5 mg
CARA KERJA OBAT
Bisoprolol hemifumarat mempunyai sifat menghambat p reseptor adrenergik (kardioselektif]
tanpa aktivitas stimulasi beta.
Bisoprotol hemrfumarar merupakan beta blotter untuk pengobatan hipertenst dan angina pectons
Untuk pasien dengan angina, penghambatan p : reseptor kardiak menyebabkan berioirangnya
permintaan oksigen kardiak karena aksi anting yang dihasilkan berkurang. Bisoprolol
nemifumarat efektif dalam menghilangkan atau mengurangi gejala-gejala.
INDIKASI

Hipertensi
Penyakitjantung koroner (angina pectoris)
1 tablet sehari, pada pagi hari, sesudah atau sebelum makan. Tidak direkomendasikan
untuk anak-anak.
Dalam kasus penyakri yang nngan. Haeserr- 3 mg per hari sudah cukup. Sebagian besar
kasus-kasus dapat dikontrof dengan 10 mg per hari. hanya untuk kasus-kasus terterrtu
yang jumiahnya seaikit diperfukan dosis 20 mg per hari. Unluk pasien-pasien yang
menderita gangguan fungsi ginjal lanjut atau gangguan fungsi hati yang berat, dosis
maksimum adalsh 10 mg per hari. Jangan menghentikan pemberian Hapsen' dengan tibatiba.

PERHATIAN
Pada pasien-pasien yang menderita pheochromocytoma, Hapsen* hanya papal djoantan setelah

pemberian aipna bloker Hati-hati jika diberikan kepada pasien diabetik dengan kadar gula darah
yang tidak meniru, pasien yang sedang menjalani puasa untuk waktu yang lama dan asidosis
metabolik. Pemberian Hapsen" kepada wanita hamil dan menyusui hanya setdah
dipertimbangkan 'risk benefit nya. Sebelum narkosis, dokter anestesi harus diberitahu. Jika
terjadi kelebihan dosis. diberikan atropine atau orciprenaline secara i.V.

EFEK SAMPING

Pada awal pengobatan dapat timbul : rasa lelah, vertigo, sakit kepala ringan, berkeringat
dan gangguan tidur.
Pada kasus yang jarang : gangguan pada alat pencemaan, timbul reaksi-reaksi pada kulit,
rasa kesemutan, bagian ekstremrtas terasa denyut jantung lemah & otot, mateterasa
kering (terisa-kootak),
Pernah juga terjadi penurunan tekanan darah yang tidak diinginkan bradrkardia, gangguan
pada penghantaran AV, claudicatio internment atau penyakit Raynaud dapat lebih
memburuk pada awal pengobatan. penmgkatan resistensi jalan nafas (jarang terjadi
karena selektivilas Bata-1 yang tinggi dari Hapsen eksaserbasi payah jantung, terjadinya
gangguan toleransi glukosa pada pasien diabetik usia tua. respons kardiovaskular
(takikardia) tersarnar dan hypoglikemia parestesia, somnolensia. kegelisahan ansietas
rnenurunnya konsentrasi memori, mulut kering, palpitasi nyen dada dispnea, bermimpi.
nyeri otot/sendi, sakit punggung/leher.
Edema, pruritus dan dizziness.

KONIRA INDIKASI

Gagal jantung(yang belum di terapi)


Shock
Blok AV derajat II atau III
Sindroma sinus
BlokSA
faSmeliiO Sebelum pengobatan (denyut nadi kurang dari
Hipotensi
Asma bronkial
Gangguan-gangguan sirkulasi periferyang lanjut
Seperti antagonis adrenoreseptor p, yang lainnya.

INTERAKSI OBAT
Jika diberikan bersama-sama dengan reserpino. alphamemyidopa. donidine dan guanfacine, Jika
Hapsen* 1 bersama donidine, pemberian donidine hanya Eoleh dihenhkan setelah pemberian
Hapsons dihentikan lebih dahulu beberapa ha, sebelumnya . Ha8-hati jika Hapsen" diberikan
bersama dTngan ^i antagonis dan jents verapamil dan dengan obat-obat antiaritmia (jangan

diberikan secara IV}, Meningkatkan efek insulin dan obat obat ami diabetik oral.
KEMASAN
Hapsen'1,
Dus 3 blister @ 10 tablet salut film No.Reg. DKL0321629317A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Diproduksi oleh :
PHAROS
Jakarta-Indonesia

hiblok 100mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,550.00
BELI
HIBLOK
atenolol

KOMPOSISI
Hiblok 50 mg tiap tablet mengandung 50 mg Atenolol
Hiblok 100 mg tiap tablet mengandung 100 mg Atenolol
ATURAN PAKAI
Sebagai anti hipertensi dosis awal 50 mg per hari (dosis tunggal) bila respon kurang dosis dapat
ditinkkatkan menjadi 100 mg per hari.Dosis maksimum untuk penderita gangguan ginjal 50 mg
perhari.

INDIKASI
Hipertensi
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati pada penderita
-

Penyakit jantung iskemik dan gagal jantung kongestif


penyakit yang menyebabkan broncrospasme
Bedah mayor - Gangguan ginjal dan hati
Wanita hamil atau menyusui
Diabetes mellitus E

EFEK SAMPING
-

Gangguan saluran cerna


Gangguan saluran nafas
Gangguan susunan saraf pusat
Meningkatkan serum trigliserida
Pruritus dan hipoglikemi

KONTRA INDIKASI
-

Sinus bradikardi
Blokade jantung tingkat pertama
Kardiologenik syok
Payah jantung

INTERAKSI OBAT
Tidak boleh diberikan bersama dengan Verapamil.Simpan dalam wadah tertitup rapat, pada suhu
kamar,terlindung dari cahaya.
KEMASAN :

Box isi 5 strip @ 10 tablet


Hiblok 50 mg No.Reg.:DKL8918204810A1
Hiblok 100 mg No.Reg.:DK18918204810B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

hiblok 50mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,700.00
BELI
HIBLOK
atenolol

KOMPOSISI
Hiblok 50 mg tiap tablet mengandung 50 mg Atenolol
Hiblok 100 mg tiap tablet mengandung 100 mg Atenolol
ATURAN PAKAI
Sebagai anti hipertensi dosis awal 50 mg per hari (dosis tunggal) bila respon kurang dosis dapat
ditinkkatkan menjadi 100 mg per hari.Dosis maksimum untuk penderita gangguan ginjal 50 mg
perhari.

INDIKASI
Hipertensi
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati pada penderita

Penyakit jantung iskemik dan gagal jantung kongestif


penyakit yang menyebabkan broncrospasme
Bedah mayor - Gangguan ginjal dan hati
Wanita hamil atau menyusui
Diabetes mellitus E

EFEK SAMPING
-

Gangguan saluran cerna


Gangguan saluran nafas
Gangguan susunan saraf pusat
Meningkatkan serum trigliserida
Pruritus dan hipoglikemi

KONTRA INDIKASI
-

Sinus bradikardi
Blokade jantung tingkat pertama
Kardiologenik syok
Payah jantung

INTERAKSI OBAT
Tidak boleh diberikan bersama dengan Verapamil.Simpan dalam wadah tertitup rapat, pada suhu
kamar,terlindung dari cahaya.
KEMASAN :
Box isi 5 strip @ 10 tablet
Hiblok 50 mg No.Reg.:DKL8918204810A1
Hiblok 100 mg No.Reg.:DK18918204810B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

inderal 40mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,150.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
INDERAL

komposisi :
Propanolol HCl.
INDIKASI :
Hipertensi, angina pektoris, kecemasan, migren, tremor esensial (gemetar tanpa sebab),
glaukoma, aritmia, takhikardia ansietas (kecepatan detak jantung di atas normal karena cemas),
kardiomyopati obstruktif hipertrofik, tirotoksikosis, setelah infark miokardial, feokromositoma.
KONTRA INDIKASI :
Riwayat asma bronkhial atau bronkhospasme, bradikardia, syok kardiogenik, hipotensi, asidosis
metabolik, setelah puasa yang berkepanjangan, gangguan sirkulasi darah yang parah pada arteri
perifer, blok jantung derajat II & III, "sick sinus syndrome", feokromositoma yang tidak terobati
(dengan suatu antagonis alfa-adrenoseptor), gagal jantung yang tidak terkontrol, angina
Prinzmetal.
PERHATIAN :
Kapasitas jantung yang kecil, gangguan sirkulasi arteri perifer, blok jantung derajat I,
hipoglikemia, tirotoksikosis, riwayat reaksi anafilaktik terhadap alergen (penyebab alergi),
sirosis terdekompensasi, hipertensi portal.
Hentikan pengobatan secara bertahap.
Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Interaksi obat :
hipoglikemik, -bloker dengan antiaritmia kelas I seperti Disopiramida, glikosida Digitalis,
pemblok saluran Kalsium dengan efek inotropik negatif, Dihidropiridin, simpatomimetik,
Lignokain, Simetidin, Hidralazin, Alkohol, Klonidin, Ergotamin/Dihidroergotamin dan
sejenisnya, penghambat sintetase prostaglandin seperti Ibuprofen dan Indometasin, anestesi.
EFEK SAMPING :
Anggota gerak (tangan dan kaki) dingin, gangguan lambung-usus & gangguan tidur,
kelemahan.
Memburuknya gagal jantung, perubahan suasana hati.
Kasus-kasus tertentu parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
Jarang : bradikardia, pusing, hipotensi postural yang mungkin berhubungan dengan pingsan,
blok jantung, alopesia (kebotakan), trombositopenia,
purpura, reaksi kulit seperti psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit
secara mendadak) psoriasis, gangguan penglihatan,
gejala-gejala pada susunan saraf pusat termasuk halusinasi dan psikosis, hipoglikemia pada
anak-anak.
Kemerahan dan kekeringan pada mata (hentikan pengobatan).
Klaudikasi intermitten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau tungkai sewaktu
berjalan dan sembuh sehabis istirahat), fenomena Raynaud,
alopesia (kebotakan), bronkhospasme, peningkatan antibodi antinuklear.

KEMASAN :
Tablet 40 mg x 50 biji.
DOSIS
Hipertensi : awalnya 2 kali sehari 80 mg
pemeliharaan : 160-320 mg sehari.
Angina pektoris : awalnya 2-3 kali sehari 40 mg
pemeliharaan : 120-240 mg sehari.
Kecemasan, migren, dan gemetar tanpa sebab : awalnya 40 mg 2-3 kali sehari
pemeliharaan : 80-160 mg sehari.
Glaukoma : 80-240 mg sehari.
Aritmia, takhikardia ansietas, kardiomyopati obstruktif hipertrofik, tirotoksikosis : 30-160 mg
sehari.
Setelah infark miokardial : dimulai pada hari ke 5-21 setelah infark dengan dosis sebesar 40

mg 4 kali sehari selama 2 atau 3 hari kemudian 160 mg sehari.


Feokromositoma :
- sebelum operasi
: 60 mg sehari selama 3 hari.
- kasus-kasus ganasyang tidak dioperasi : 30 mg sehari.
Anak-anak :
- aritmia, feokromositoma, tirotoksikosis
: 3 atau 4 kali sehari 0,25-0,5 mg/kg berat
badan.
- migren pada anak-anak yang berusia leih dari 12 tahun : sama dengan dosis untuk orang
dewasa,
pada anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun : 2 atau 3 kali sehari 20 mg.

PABRIK
AstraZeneca.

interpril 10mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,500.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
INTERPRIL5
mg-10 mgTABLET

KOMPOSISI :
INTERPRIL 5 Tablet :
Tiap tablet mengandung Lisinopril dihydrate setara dengan Lisinopril 5 mg

INTERPRIL 10
Tablet Tiap tablet mengandung :
Lisinopril dihydrate setara dengan Lislnopril 10 mg

KHASIAT :
INTERPRIL
mengandung Lisinopril merupakan derivat Iysine dari Enalaprilat dari metabolit Enalapril.
INTERPRIL sebagai penghambat ACE dengan kerja panjang tidak mengandung "Sulphydryl
group".
INTERPRIL
sebagai penghambat AcE mempunyai efek hipotensi yaitu menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II,selain itu juga menyebabkan peningkatan kadar bradikinin di plasma
sehingga tekanan darah turun.Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan dan pada
pemberian dosis tunggal per oral mulai kerja obat tercapai dalam waktu 1 jam,puncak
konsentrasi dalam serum tercapai setelah 7 jam dan berlanjut selama24 jam. Lisinopril tidak
terikat dengan serump rotein.
INTERPRIL
sebagai antihipertensi dapat dikombinasi dengan antihipertensi lain atau diuretika.
INDIKASI :
-

Pengobatan hipertensi tingkat sedang sampai berat dapat dipergunakan sendiri atau
bersama dengan obat anti hipertensi lain.
Pengobatan payah jantung kongestif sebagai terapi tambahan di samping diuretika dan
bila perlu dengan digitalis.

KONTRA INDIKASI :
-

Penderita yang hipersensitif terhadap Lisinopril.


Penderita yang pernah mengalami angioedema dengan penghambat ACE yang lain.

EFEK SAMPING :
-

Hipotensi
Oedema angioneurotik pada muka,tungkai,bibir,lidah,glottis,dan atau larynx pernah
dilaporkan (jarang).
Oedema angioneurotik yang disertai oedema larynx yang berbahaya.Bila ada
keterlibatan lidah,glottis atau larynx,cenderung menjadi penyumbatan saluran udara.
Reaksi hipefsensitif berupa urtikaria.
Pusing,sakitkupala,letih dan diare,batuk,nausea,ruam kulit,palpitasi,hipotensi
ortostatik,nyeri dada, lelah (tidak sering).

PERINGATAN / PERHATIAN :
-

Beberapa penderita hipertensi sebelumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda penykit


ginjal mengalami peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah ketika ACE inhibitor
diberikan bersamaan dengan diurelika.
Hati-hati pemberian pada penderita yang volume cirannya sudah terkuras oleh
diuretika,diet rendah garam,dialisis,diare atau muntah karena pada penderita ini dapat
timbul gejala hipotensi setelah pemberian dosis awal.
Sebelum terapi dimulai fungsi ginjal harus dinilai pada penderita hipertensi atau payah
jantung kongestif.
Gagal ginjal pernah dilaporkan dalam hubungan dengan ACE inhibitor terutama pada
penderita payah jantung kongestif berat atau penyakit ginjal.
Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus dan
neonatus,bahkan dapat menyebabkan kematian pada fetus dan neonatus. Apa bila pada
pemakaian obat ini ternyata wanita tersebut hamil maka pemberian obat ini harus
dihentikan dengan segera. Pada kehamilan pada trisemester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi,hipoplasia tengkorak
neonatus,anuria,gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian juga dapat terjadi
oligohidramnion deformasi kraniofasial,perkembangan paru hipoplasi,kelahiran
prematur,perkembangan retardasi intra uteri,patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
ACE,harusdiobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi,oligouria
dan hiperkalemia.
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.

ATURAN PAKAI :
Hipertensi

dosis inisial : 2,5 mg/hari


dosis pemeliharaan : 10-20 mg/hari
maksimum 40 mg/hari Pada penderita yang sebelumnya menggunakan antihipertensi diuretik,
sebaiknya dihentikan dulu 2-3 hari sebelum terapi dengan INTERPRIL.
Payah jantung :
dosis inisial 2,5 mg/hari. Bila mungkin dosis diuretiknya harus dikurangi sebelum pengobatan
dimulai.Tekanan darah dan fungsi ginjal harus dimonitor dengan ketat,baik sebelum maupun
selama pengobatan. Timbulnya hipotensi pada dosis awal Lisinopril tidak mengenyampingkan
titrasi dosis berikutnya sesudah hipotensi dikoreksi kembali. Bila pada awal terapi tidak ada
gejala hipotensi atau setelah hipotensi diatasi,dosis harus dinaikkan perlahan-lahan,tergantung
pada respon penderita sampai diperoleh dosis pemeliharaan yang diberikan sekali sehari dalam
dosis tunggal.
Titrasi dosis ini dilikukan dalam waktu 2-4 minggu atau lebih cepat lagi bila ada keluhan dan
gejala sisa payah jantung.
Dosis pemeliharaan 10-20mg/hari.
KEMASAN :
INTERPRIL 5 Tablet
Kotak berisi 3 strip @ l0 tablet
Reg.No.:DKLg317608310A1
INTERPRIL 1O TablEt
Kotak berisi 3 strip @ 10 tablet
Reg.No.:DKL9317608310B1

interpril 5mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,800.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
INTERPRIL5

mg-10 mgTABLET

KOMPOSISI :
INTERPRIL 5 Tablet :
Tiap tablet mengandung Lisinopril dihydrate setara dengan Lisinopril 5 mg
INTERPRIL 10 Tablet Tiap tablet mengandung :
Lisinopril dihydrate setara dengan Lislnopril 10 mg

KHASIAT :
INTERPRIL mengandung Lisinopril merupakan derivat Iysine dari Enalaprilat dari metabolit
Enalapril.
INTERPRIL sebagai penghambat ACE dengan kerja panjang tidak mengandung "Sulphydryl
group".
INTERPRIL sebagai penghambat AcE mempunyai efek hipotensi yaitu menghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II,selain itu juga menyebabkan peningkatan kadar bradikinin
di plasma sehingga tekanan darah turun.Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan
dan pada pemberian dosis tunggal per oral mulai kerja obat tercapai dalam waktu 1 jam,puncak
konsentrasi dalam serum tercapai setelah 7 jam dan berlanjut selama24 jam.Lisinopril tidak
terikat dengan serump rotein.
INTERPRIL sebagai antihipertensi dapat dikombinasi dengan antihipertensi lain atau
diuretika.

INDIKASI :
-

Pengobatan hipertensi tingkat sedang sampai berat dapat dipergunakan sendiri atau
bersama dengan obat antihipertensi lain.
Pengobatan payah jantung kongestif sebagai terapi tambahan di samping diuretika dan
bila perlu dengan digitalis.

KONTRA INDIKASI :

Penderita yang hipersensitif terhadap Lisinopril.


Penderita yang pernah mengalami angioedema dengan penghambat ACE yang lain.

EFEK SAMPING :
-

Hipotensi
Oedema angioneurotik pada muka,tungkai,bibir,lidah,glottis,dan atau larynx pernah
dilaporkan (jarang).
Oedema angioneurotik yang disertai oedema larynx yang berbahaya.Bila ada
keterlibatan lidah,glottis atau larynx,cenderung menjadi penyumbatan saluran udara.
Reaksi hipefsensitif berupa urtikaria.
Pusing,sakitkupala,letih dan diare,batuk,nausea,ruam kulit,palpitasi,hipotensi
ortostatik,nyeri dada,lelah (tidak sering).

PERINGATAN / PERHATIAN :
-

Beberapa penderita hipertensi sebelumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda penykit


ginjal mengalami peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah ketika ACE inhibitor
diberikan bersamaan dengan diurelika.
Hati-hati pemberian pada penderita yang volume cirannya sudah terkuras oleh
diuretika,diet rendah garam,dialisis,diare atau muntah karena pada penderita ini dapat
timbul gejala hipotensi setelah pemberian dosis awal.
Sebelum terapi dimulai fungsi ginjal harus dinilai pada penderita hipertensi atau payah
jantung kongestif.
Gagal ginjal pernah dilaporkan dalam hubungan dengan ACE inhibitor terutama pada
penderita payah jantung kongestif berat atau penyakit ginjal.
Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus dan
neonatus,bahkan dapat menyebabkan kematian pada fetus dan neonatus. Apa bila pada
pemakaian obat ini ternyata wanita tersebut hamil maka pemberian obat ini harus
dihentikan dengan segera. Pada kehamilan pada trisemester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi,hipoplasia tengkorak
neonatus,anuria,gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian juga dapat terjadi
oligohidramnion deformasi kraniofasial,perkembangan paru hipoplasi,kelahiran
prematur,perkembangan retardasi intra uteri,patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
ACE,harusdiobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi,oligouria
dan hiperkalemia.
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.

ATURAN PAKAI :

Hipertensi :
dosis inisial : 2,5 mg/hari
Dosis pemeliharaan : 10-20 mg/hari maksimum 40 mg/hari Pada penderita yang sebelumnya
menggunakan antihipertensi diuretik,sebaiknya dihentikan dulu 2-3 hari sebelum terapi dengan
INTERPRIL.
Payah jantung :
dosis inisial 2,5 mg/hari. Bila mungkin dosis diuretiknya harus dikurangi sebelum pengobatan
dimulai.Tekanan darah dan fungsi ginjal harus dimonitor dengan ketat,baik sebelum maupun
selama pengobatan. Timbulnya hipotensi pada dosis awal Lisinopril tidak mengenyampingkan
titrasi dosis berikutnya sesudah hipotensi dikoreksi kembali. Bila pada awal terapi tidak ada
gejala hipotensi atau setelah hipotensi diatasi,dosis harus dinaikkan perlahan-lahan,tergantung
pada respon penderita sampai diperoleh dosis pemeliharaan yang diberikan sekali sehari dalam
dosis tunggal.
Titrasi dosis ini dilikukan dalam waktu 2-4 minggu atau lebih cepat lagi bila ada keluhan dan
gejala sisa payah jantung. Dosis pemeliharaan 10-20mg/hari.
KEMASAN :
INTERPRIL 5 Tablet
Kotak berisi 3 strip @ l0 tablet
Reg.No.:DKLg317608310A1
INTERPRIL 1O TablEt
Kotak berisi 3 strip @ 10 tablet
Reg.No.:DKL9317608310B1

intervask 10mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp9,600.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu
INTERVASK 5 Tablet

KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung; Amiodipine besyiate setara dengan
Amlodipine

5 mg

Tiap tablet mengandung:


Amiodipine besyiate setara dengan
Amlodipine

10 mg

CARA KERJA :
Amlodipine adalah inhibitor influks kaisium {slow channel blacker atau antagonis ion kalsium)
dan menghambat influks ion-ion kaisium transmembran ke dalam jantung dan otot polos.
INDIKASI :
Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan dapat digunakan sebagai bahan
tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pendehta.Penderita-penderita yang
tidak cukup terkontrol bila hanya menggunakan obat antihipertensi tunggal dapat lebih
menguntungkan dengan pemberian Amlodipine yang dikombinasikan dengan diuretik thiaztde,
inhibitor B-adrenoreceptor, atau inhibitor angiotensin-converting enzyme.
Amlodipine juga digunakan untuk pengobatan Prinzmetal variant angina dan chronic stable
angina pectohs.Amlodipine dapat digunakan sendiri sebagai monoterapi atau dikombinasikan
dengan obat-obat antiangina lainnya.
KONTRAINDIKASI :
Pasien yang sensitif terhadap Dihydropyhdine.Syok kardiogenik,aortic stenosis yang nyata
secara klinik,angina tidak stabil(kecuali prinzmetal angina)

EFEK SAMPING :
Amlodipine ditoleransi dengan baik.Pada penelitian klinik dengan kontrol plasebo yang
mencakup penderita dengan hipertensi dan angina,efek samping yang umum terjadi adalah sakit
kepala,edema,lelah,mengantuk.mual,sakit perut, flushing,jantung berdebar,dan pusing.
Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang signifikan secara klinis yang berkaitan
dengan Amlodipine.
PERINGATAN/PERHATIAN :
-

Penggunaan pada Penderita dengan Kegagalan Fungsi hati:


Seperti semua kaisium antagonis,waktu paruh Amlodipine lebih panjang pada penderita
dengan kegagalan fungsi hati dan rekomendasi dosis belum ditetapkan.Sebaiknya perlu
perhatian khusus penggunaan obat ini pada penderita dengan kegagalan fungsi hati.
Penggunaan pada Penderita dengan Kegagalan Ginjal:
Amiodipine sebagian besar dimetabolisme menjadi metabolit inaktif dimana 10%
diekskresikan dalam bentuk utuh melalui urin.Perubahan-perubahan kadar Amlodipine
dalam plasma tidak ada korelasi dengan derajat kegagalan ginjal.Amlodipine dapat
digunakan pada penderita tersebut dengan dosis normal.Amlodipine tidak dapat
didialisis.
Penggunaan pada Penderita Kegagalan Jantung Kongestif:
Secara umum,calcium channel blocker harus digunakan dengan hati-hati pada penderita
kegagalan jantung.
Kehamilan dan Menyusui:
Keamanan penggunaan Amlodipine pada ibu hamil dan menyusui belum
dibuktikan.Untuk itu,penggunaan pada ibu hamii dan menyusui hanya
direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang iebih aman dan bila penyakitnya
itu sendiri membawa resiko yang lebih besar terhadap ibu dan anak.
Penggunaan pada Penderita Lanjut Usia:
Ada beberapa fakta bahwa usia mempengaruhi profil farmakokinetik Amlodipine yaitu
meningkatnya konsentrasi dalam plasma dan waktu paruh yang lebih panjang pada
subyek lanjut usia.Meskipun demikian,tidak ada peringatan khusus untuk kelompokini.

INTERAKSI OBAT :
Amlodipine aman diberikan bersama-sama dengan diuretik thiazide,a-blocker,B-blocker,inhibitor
angiotensin-converting enzyme, ong-acting nitrat,nitroglycerine sublingual, bat-obat
antiinfiamasi non steroid, antibiotika,dan obat hipoglikemik oral.P ada-penelitiaiL khusus
menyebutkan bahwa pemberian Amlodipine bersama-sama Digoxin tidak mengubah kadar
Digoxin dalam serum dan klirens renal Digoxin pada sukarelawan normal, dan pemberian

bersama-sama dengan Cimetidine tidak mengubah farmakokinetika Amlodipine.


Data in-vitro dari penelitian dengan plasma manusia menyebutkan bahwa Amlodipine tidak
mempunyai efek pada ikatan protein dari obat-obat yang diuji (Digoxin,Phenytoin,Warfarin atau
Indomethacin).
ATURAN PAKAI :
Untuk hipertensi maupun angina,dosis awal adalah 5 mg Amlodipine satu kali sehari,dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual dan
berat penyakit.
Pasien bertubuh kecil,pasien yang lemah atau pasien lanjut usia,atau pasien dengan gagal fungsi
hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg Amlodipine satu kali sehari dan dosis ini dapat
digunakan ketika Amlodipine ditambahkan dengan terapi antihipertensi lain.
'
Dosis yang dianjurkan untuk chronic stable atau angina vasospastik adalah 5-10 mg,dan dosis
yang lebih rendah untuk pasien lanjut usia dan pasien gagal fungsi hati.Tidak diperlukan
penyesuaian dosis Amlodipine pada pemberian bersama-sama dengan diuretik thiazide,fiblockerdan inhibitor angiotensin-converting enzyme. Untuk anak-anak: Tidak ada penelitian
penggunaan Amlodipine pada anak-anak.
OVERDOSIS :
Pada manusia,penelitian mengenai overdosis masih terbatas.Dari data yang ada menunjukkan
bahwa overdosis dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dengan tanda
selanjutnya berupa hipotensi sistemik yang lebih lama.Hipotensi yang signifikan secara klinik
karena overdosis Amlodipine memerlukan dukungan kardiovaskular aktif termasuk pemantauan
jantung dan fungsi pernapasan,peninggian anggota badan,dan perhatian terhadap volume cairan
sirkulasi dan pengeluaran urin.Bahan vasokonstn'ktor dapat membantu memulihkan tegangan
vaskular dan tekanan darah,diberikan bila tidak ada kontraindikasi terhadap penggunaannya
Calcium gluconate intravena dapat bermanfaat dalam membalikkan efek penghambatan kaisium
channel.Karena Amlodipine sebagian besar terikat protein,dialisis tidak menguntungkan.
KEMASAN :
INTERVASK"5Tablet
Kotak berisi 3 strip @ 10 tablet Reg. No.: DKL0717622110A1 INTERVASK" 10 Tablet
Kotak berisi 3 strip @ 10 tablet Ren.No :DKI n717fi??1inR1

lodoz 2,5mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp6,700.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
LODOZ 2.5 MG

komposisi
Bisoprolol hemifumarat
Hidroklorotiazida

2,5 mg
6,25 mg

INDIKASI
Pengobatan hipertensi.
KONTRA INDIKASI
Gagal jantung, syok kardiogenik, sindroma sick sinus, blok Sino Atrial, blok atrio vertikular
derajad 2 atau 3, bradikardi, asma, bronkopneumopati,
feokromositoma yang tidak terapi, penyakit reunaud, gangguan arteri perifer, hipotensi, diketahui
hipersensitif terhadap bisoprolol, asidosis metabolik,
infark miokard akut, angina Prinzmetal, diketahui hipersensitif terhadap HCT atau derivat
sulfonamid lain, gagal ginjal, koma dan pra-koma hepaikum, hipokalemia berat, hiponatremia.
PERHATIAN

Penghentian pemberian obat secara mendadak pada kasus-kasus IHD, blok atrioventrikular derajat I, riwayat bronkhopati obstruktif kronis, riwayat asma dalam
keluarga.
Peningkatan resistensi pada saluran pernapasan (jika terjadi hentikan terapi).
Dapat menutupi gejala-gejala hipoglikemia pada penderita diabetes.
Kelainan pembuluh darah perifer.

Pasien yang cenderung menderita gout atau hiperurisemia.


Kehamilan.

Interaksi obat
-

penggunaan bersama dengan Insulin atau antidiabetik oral bisa mempotensiasi


efeknya.
anestesi yang mudah menguap.
bisa meningkatkan respon terhadap produk Curare tertentu.

EFEK SAMPING
Adakalanya terjadi kelelahan, depresi, pusing, sakit kepala, lemah/tidak bertenaga, perasaan
dingin pada anggota gerak, bradikardia, insomnia (susah tidur), mimpi buruk,
keluhan pada saluran pencernaan, sakit otot & persendian, berkeringat.
Jarang : menurunkan konduksi atrio-ventrikular atau intensifikasi blok atrio-ventrikular yang
sedang berlangsung, eksaserbasi gagal jantung, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba,
bronkhospasme, memperparah klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada
kaki atau tungkai sewaktu berjalan dan sembuh sehabis istirahat) yang ada, parestesia
(gangguan perasaan kulit seperti kesemutan), bermacam-macam manifestasi pada kulit termasuk
psoriasis, lakrimasi yang abnormal.
KEMASAN
Tablet salut selaput 2.5 mg x 30 biji.
DOSIS
1 tablet sekali sehari Lodoz 2.5 mg.
Bila efek antihipertensi belum tercapai secara adekuat,dosis dapat ditingkatkan menjadi 1 kali
sehari 1 tablet Lodoz 5 mg.
Maksimal : 4 tablet Lodoz 2.5 mg atau 2 tablet Lodoz 5 perhari.
PABRIK
Merck.

lovask 5mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,050.00
BELI

Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa


Pemberitahuan Terlebih Dahulu

Lovask [tab]

Isi

Amlodipine besylate

Indikasi

HTN, kronis stabil atau vasospastic (Prinzmetal's atau varian) angina.

Dosis

5 mg sekali sehari. Maximal : 10 mg sekali sehari.


Lansia & pasien w / gangguan fungsi hati Awalnya 2,5 mg sekali sehari.

Administrasi

Dapat diambil dengan atau tanpa makanan

Peringatan khusus
Gangguan fungsi hati, gagal ginjal, CHF. Kehamilan, laktasi. Childn.
Adverse Drug Reactions
Sakit kepala, edema, kelelahan, sifat tidur, mual, sakit perut, kemerahan, palpitasi, pusing.

Interaksi Obat
Anesth, anti-inflammatory drugs, estrogen, lithium, sympathomimetics, digoksin, fenitoin,
warfarin, indometasin.
Kategori C: Entah studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenic atau
embryocidal atau lainnya)
dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat
harus diberikan hanya
jika manfaat potensial membenarkan potensi risiko terhadap janin.
Packing / Presentasi
Lovask tablet
Lovask 5 mg x 3 x 10's
Lovask 10 mg x 3 x 10's
Produsen: Bernofarm

metopril 25mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,750.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
metropil
KOMPOSISI:
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Kaptopril......................................
..............
..............................................i2,5 mg.
nap tablet salut selaput mengandung
Kaptopril............................................................25 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Kaptopril.............
.....................................................50 mg.
CARA KERJA OBAT :
Meskipun aksi farmakologinya belum sepenuhnya diungkapkan efek yang menguntungkan pada
hipertensi dan kerusakan jantung sebagai hasil penekanan renin angiotensin aldosteron.
Bagaimanapun juga tidak ada korelasi yang konsisten antara kadar renin dan respons terhadap
obat.
Renin adalah enzim sintetis dari ginjal dilepaskan ke sirkulasi dimana hal tersebut adalah hasil
pembuatan plasma globulin substrat untuk memproduksi angiotensin I secara relatif
mengaktifkan deca peptide Angiotensin I dikonversi secara enzimatis pole ACE (angiotensin
converting enzim) menjadi okta peptide angiotensin II juga menstimulasi pengeluaran aldosteron
dari cortex adrenal dengan cara demikian menghasilkan Na dan menyimpan cairan dan
kehilangan kalium. Kaptopril menghambat konversi angiotensin I ke angiotensin II dengan cara
menghambat ACE dan ini direfluxsi dan pengurangan aktivitas renin dalam plasma (PRA Plasma Renin Aktiviti) Keadaan ihi disebabkan karena aliran bolak-balik pada renin yang
disebabkan oleh reduksi dalam angiotensin II.
Penurunan konsentrasi dari aldosteron ditemukan dalam darah dan urine sebagai hasilnya terjadl
penambahan potaslum dalam serum selama kehilangan natrium dan cairan.
INDIKASI:
Pengobatan hipertensi sedang sampai berat pada penderita yang tidak dapat dlatasi dengan
pengobatan kombinasl lain, dapat digunakan sendiri atau kombinasl dengan zat antlhlpertensi
lalnnya terutama diuretika type Tbiazld' penurunan tekanan darah dari Kaptopril dan Thiazid

adalah additif atau saling menambah. Kaptopril dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan
jantung yang tidak dapat dikontrol dengan terapi biasa. Kaptopril digunakan dengan diuretika
dan digitalis.
DOSIS:
Dosis dewasa
Hipertensi
: Dosis awal 12,5 mg, 2 - 3 x sehari
jika hasil tidak memuaskan dalam 1 - 2 minggu
dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 - 3 x
25 - 50 mg Gagal jantung : Dosis awal 3 x 6,25 - 12,5 mg, jika perlu ditingkatkan
menjadi 3 x 25 - 50 mg. Dosis maximum tidak lebih dari 450 mg. Diminum satu jam sebelum
makan.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi sesuai dengan Creatinin
Clearance penderita.
PERINGATAN dan PERHATIAN :
Pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama dengan bilateral renal arteri stenosis, akan
menaikkan (BUN) dan serum kreatinin sesudah penurunan tekanan darah dengan Kaptopril.
Biasanya diteruskan dengan diuretika, pengurangan dosis atau penghentian dari diuretika dapat
menghilangkan gejala tersebut diatas. Pada beberapa pasien tidak mungkin menormalkan
tekanan darah memelihara renal perfusi yang mencukupi.
Pada pasien dengan kerusakan jantung akan mengurangi fungsi ginjal selama pengobatan lama,
yang dapat distabilkan dengan mengurangi dosis Beberapa pasien akan timbul edema pada
muka, membran mukosa pada mulut dan hal ini dapat dihentikan/dikembalikan dengan
menghentikan pengobatan.
Kaptopril sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan aortic stenosis karena akan
mengurangi coronary perfusion secondary (perfusi sekunder dari jantung) yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah Pasien dengan kerusakan jantung hams hati-hati karena
akan menaikkan aktifitas fisik secara perlahan-lahan.
Pada pasien yang sedang dioperasi atau selama anestesi dengan 6bat yang menghasilkan
hipotensi. Kaptopril akan menekan pembentukan sekunder angiotensin II, dengan kompensasi
pembentukan renin ini akan mengakibatkan hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pengurangan
volume Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan Neonatus. Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan
dapat menvebabkan kematian fotuc atau
Ifirtnoti ,
reverie atau irreversible dan kematian ^"^ anuna' ^al 9'njal
p^Sa2^^^
patent duktus arteriosus
' Perkemban9an retardasi-intrauteri,
kemungkinanterjadinyahSo^'^ ?observasi 'ntenslf tentang diekskresi 1 % Sft^*" "iperkalemia.
Oleh karena Penggunaannya pff^SSlr d'Pertimban9kan -nfaat-resiko Kaptopri, pada anak-anak
digunakan jika obat lain tidak efektif.
EFEK SAMPING Kulit:
rapi jarang jarang dengan pemberianan thista Pen9batan dan akan hilang

Kemerahan, fotosensitifitas dan angiodema juga diiaporkan. Gastrointestinal:


aZ^leT maKan' ^^ b3dan me ^omatitis menyerupai Ginjal :
Sementara dari BUN dan kreatinin.
Kenakan konsentrasi potasium da.am serum dan asidosis.
Hematologik:
KONTRA INDIKASI:
Neutropenia, anemia dan thrombositopenia.Pembuluh darah Jantung
kerusakan jantung, takikardi.
I pada pasien dengan
KEMASAN:
METOPRILi2,5mg
METOPRIL25mg METOPRIL 50 mg
Box 10 Strip 10 tablet salutselaput No.Reg.:DKL 9716108210 Al Box 10 Strip 10 tablet
salutselaput No.Reg.DKL9516107217AI Box 10 Strip 10 kapiet salutselaput No.Reg.:DKL
9516107309 Al
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPAN DI TEMPAT YANG SEJUK DAN KERING SERTA TERLINDUNG DARI CAHAYA
LANGSUNG
PT. METISKA FARMA
JAKARTA - INDONESIA
INTERAKSI OBAT

metopril 50mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,800.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
METOPRIL 50 MG

KOMPOSISI:
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Kaptopril......................................
..........................................

..............

KOMPOSISI:
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Kaptopril......................................
..............
..............................................i2,5 mg.
nap tablet salut selaput mengandung
Kaptopril............................................................25 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Kaptopril.............
.....................................................50 mg.
CARA KERJA OBAT :
Meskipun aksi farmakologinya belum sepenuhnya diungkapkan efek yang menguntungkan pada
hipertensi dan kerusakan jantung sebagai hasil penekanan renin angiotensin aldosteron.
Bagaimanapun juga tidak ada korelasi yang konsisten antara kadar renin dan respons terhadap
obat.
Renin adalah enzim sintetis dari ginjal dilepaskan ke sirkulasi dimana hal tersebut adalah hasil
pembuatan plasma globulin substrat untuk memproduksi angiotensin I secara relatif
mengaktifkan deca peptide Angiotensin I dikonversi secara enzimatis pole ACE (angiotensin
converting enzim) menjadi okta peptide angiotensin II juga menstimulasi pengeluaran aldosteron
dari cortex adrenal dengan cara demikian menghasilkan Na dan menyimpan cairan dan
kehilangan kalium. Kaptopril menghambat konversi angiotensin I ke angiotensin II dengan cara
menghambat ACE dan ini direfluxsi dan pengurangan aktivitas renin dalam plasma (PRA Plasma Renin Aktiviti) Keadaan ihi disebabkan karena aliran bolak-balik pada renin yang
disebabkan oleh reduksi dalam angiotensin II.
Penurunan konsentrasi dari aldosteron ditemukan dalam darah dan urine sebagai hasilnya terjadl
penambahan potaslum dalam serum selama kehilangan natrium dan cairan.
INDIKASI:
Pengobatan hipertensi sedang sampai berat pada penderita yang tidak dapat dlatasi dengan
pengobatan kombinasl lain, dapat digunakan sendiri atau kombinasl dengan zat antlhlpertensi
lalnnya terutama diuretika type Tbiazld' penurunan tekanan darah dari Kaptopril dan Thiazid
adalah additif atau saling menambah. Kaptopril dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan
jantung yang tidak dapat dikontrol dengan terapi biasa. Kaptopril digunakan dengan diuretika
dan digitalis.
DOSIS:
Dosis dewasa
Hipertensi
: Dosis awal 12,5 mg, 2 - 3 x sehari
jika hasil tidak memuaskan dalam 1 - 2 minggu
dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 - 3 x
25 - 50 mg Gagal jantung : Dosis awal 3 x 6,25 - 12,5 mg, jika perlu ditingkatkan
menjadi 3 x 25 - 50 mg. Dosis maximum tidak lebih dari 450 mg. Diminum satu jam sebelum

makan.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi sesuai dengan Creatinin
Clearance penderita.
PERINGATAN dan PERHATIAN :
Pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama dengan bilateral renal arteri stenosis, akan
menaikkan (BUN) dan serum kreatinin sesudah penurunan tekanan darah dengan Kaptopril.
Biasanya diteruskan dengan diuretika, pengurangan dosis atau penghentian dari diuretika dapat
menghilangkan gejala tersebut diatas. Pada beberapa pasien tidak mungkin menormalkan
tekanan darah memelihara renal perfusi yang mencukupi.
Pada pasien dengan kerusakan jantung akan mengurangi fungsi ginjal selama pengobatan lama,
yang dapat distabilkan dengan mengurangi dosis Beberapa pasien akan timbul edema pada
muka, membran mukosa pada mulut dan hal ini dapat dihentikan/dikembalikan dengan
menghentikan pengobatan.
Kaptopril sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan aortic stenosis karena akan
mengurangi coronary perfusion secondary (perfusi sekunder dari jantung) yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah Pasien dengan kerusakan jantung hams hati-hati karena
akan menaikkan aktifitas fisik secara perlahan-lahan.
Pada pasien yang sedang dioperasi atau selama anestesi dengan 6bat yang menghasilkan
hipotensi. Kaptopril akan menekan pembentukan sekunder angiotensin II, dengan kompensasi
pembentukan renin ini akan mengakibatkan hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pengurangan
volume Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan Neonatus. Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan
dapat menvebabkan kematian fotuc atau
Ifirtnoti ,
KOMPOSISI:
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Kaptopril......................................
..............
..............................................i2,5 mg.
nap tablet salut selaput mengandung
Kaptopril............................................................25 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Kaptopril.............
.....................................................50 mg.
CARA KERJA OBAT :
Meskipun aksi farmakologinya belum sepenuhnya diungkapkan efek yang menguntungkan pada
hipertensi dan kerusakan jantung sebagai hasil penekanan renin angiotensin aldosteron.
Bagaimanapun juga tidak ada korelasi yang konsisten antara kadar renin dan respons terhadap
obat.
Renin adalah enzim sintetis dari ginjal dilepaskan ke sirkulasi dimana hal tersebut adalah hasil
pembuatan plasma globulin substrat untuk memproduksi angiotensin I secara relatif
mengaktifkan deca peptide Angiotensin I dikonversi secara enzimatis pole ACE (angiotensin
converting enzim) menjadi okta peptide angiotensin II juga menstimulasi pengeluaran aldosteron
dari cortex adrenal dengan cara demikian menghasilkan Na dan menyimpan cairan dan
kehilangan kalium. Kaptopril menghambat konversi angiotensin I ke angiotensin II dengan cara

menghambat ACE dan ini direfluxsi dan pengurangan aktivitas renin dalam plasma (PRA Plasma Renin Aktiviti) Keadaan ihi disebabkan karena aliran bolak-balik pada renin yang
disebabkan oleh reduksi dalam angiotensin II.
Penurunan konsentrasi dari aldosteron ditemukan dalam darah dan urine sebagai hasilnya terjadl
penambahan potaslum dalam serum selama kehilangan natrium dan cairan.
INDIKASI:
Pengobatan hipertensi sedang sampai berat pada penderita yang tidak dapat dlatasi dengan
pengobatan kombinasl lain, dapat digunakan sendiri atau kombinasl dengan zat antlhlpertensi
lalnnya terutama diuretika type Tbiazld' penurunan tekanan darah dari Kaptopril dan Thiazid
adalah additif atau saling menambah. Kaptopril dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan
jantung yang tidak dapat dikontrol dengan terapi biasa. Kaptopril digunakan dengan diuretika
dan digitalis.
DOSIS:
Dosis dewasa
Hipertensi
: Dosis awal 12,5 mg, 2 - 3 x sehari
jika hasil tidak memuaskan dalam 1 - 2 minggu
dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 - 3 x
25 - 50 mg Gagal jantung : Dosis awal 3 x 6,25 - 12,5 mg, jika perlu ditingkatkan
menjadi 3 x 25 - 50 mg. Dosis maximum tidak lebih dari 450 mg. Diminum satu jam sebelum
makan.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi sesuai dengan Creatinin
Clearance penderita.
PERINGATAN dan PERHATIAN :
Pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama dengan bilateral renal arteri stenosis, akan
menaikkan (BUN) dan serum kreatinin sesudah penurunan tekanan darah dengan Kaptopril.
Biasanya diteruskan dengan diuretika, pengurangan dosis atau penghentian dari diuretika dapat
menghilangkan gejala tersebut diatas. Pada beberapa pasien tidak mungkin menormalkan
tekanan darah memelihara renal perfusi yang mencukupi.
Pada pasien dengan kerusakan jantung akan mengurangi fungsi ginjal selama pengobatan lama,
yang dapat distabilkan dengan mengurangi dosis Beberapa pasien akan timbul edema pada
muka, membran mukosa pada mulut dan hal ini dapat dihentikan/dikembalikan dengan
menghentikan pengobatan.
Kaptopril sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan aortic stenosis karena akan
mengurangi coronary perfusion secondary (perfusi sekunder dari jantung) yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah Pasien dengan kerusakan jantung hams hati-hati karena
akan menaikkan aktifitas fisik secara perlahan-lahan.
Pada pasien yang sedang dioperasi atau selama anestesi dengan 6bat yang menghasilkan
hipotensi. Kaptopril akan menekan pembentukan sekunder angiotensin II, dengan kompensasi
pembentukan renin ini akan mengakibatkan hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pengurangan
volume Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan Neonatus. Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan
dapat menvebabkan kematian fotuc atau
Ifirtnoti ,

....i2,5 mg.
nap tablet salut selaput mengandung
Kaptopril............................................................25 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Kaptopril.............
.....................................................50 mg.
CARA KERJA OBAT :
Meskipun aksi farmakologinya belum sepenuhnya diungkapkan efek yang menguntungkan pada
hipertensi dan kerusakan jantung sebagai hasil penekanan renin angiotensin aldosteron.
Bagaimanapun juga tidak ada korelasi yang konsisten antara kadar renin dan respons terhadap
obat.
Renin adalah enzim sintetis dari ginjal dilepaskan ke sirkulasi dimana hal tersebut adalah hasil
pembuatan plasma globulin substrat untuk memproduksi angiotensin I secara relatif
mengaktifkan deca peptide Angiotensin I dikonversi secara enzimatis pole ACE (angiotensin
converting enzim) menjadi okta peptide angiotensin II juga menstimulasi pengeluaran aldosteron
dari cortex adrenal dengan cara demikian menghasilkan Na dan menyimpan cairan dan
kehilangan kalium. Kaptopril menghambat konversi angiotensin I ke angiotensin II dengan cara
menghambat ACE dan ini direfluxsi dan pengurangan aktivitas renin dalam plasma (PRA Plasma Renin Aktiviti) Keadaan ihi disebabkan karena aliran bolak-balik pada renin yang
disebabkan oleh reduksi dalam angiotensin II.
Penurunan konsentrasi dari aldosteron ditemukan dalam darah dan urine sebagai hasilnya terjadl
penambahan potaslum dalam serum selama kehilangan natrium dan cairan.
INDIKASI:
Pengobatan hipertensi sedang sampai berat pada penderita yang tidak dapat dlatasi dengan
pengobatan kombinasl lain, dapat digunakan sendiri atau kombinasl dengan zat antlhlpertensi
lalnnya terutama diuretika type Tbiazld' penurunan tekanan darah dari Kaptopril dan Thiazid
adalah additif atau saling menambah. Kaptopril dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan
jantung yang tidak dapat dikontrol dengan terapi biasa. Kaptopril digunakan dengan diuretika
dan digitalis.
DOSIS:
Dosis dewasa
Hipertensi
: Dosis awal 12,5 mg, 2 - 3 x sehari
jika hasil tidak memuaskan dalam 1 - 2 minggu
dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 - 3 x
25 - 50 mg Gagal jantung : Dosis awal 3 x 6,25 - 12,5 mg, jika perlu ditingkatkan
menjadi 3 x 25 - 50 mg. Dosis maximum tidak lebih dari 450 mg. Diminum satu jam sebelum
makan.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi sesuai dengan Creatinin
Clearance penderita.
PERINGATAN dan PERHATIAN :
Pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama dengan bilateral renal arteri stenosis, akan
menaikkan (BUN) dan serum kreatinin sesudah penurunan tekanan darah dengan Kaptopril.
Biasanya diteruskan dengan diuretika, pengurangan dosis atau penghentian dari diuretika dapat

menghilangkan gejala tersebut diatas. Pada beberapa pasien tidak mungkin menormalkan
tekanan darah memelihara renal perfusi yang mencukupi.
Pada pasien dengan kerusakan jantung akan mengurangi fungsi ginjal selama pengobatan lama,
yang dapat distabilkan dengan mengurangi dosis Beberapa pasien akan timbul edema pada
muka, membran mukosa pada mulut dan hal ini dapat dihentikan/dikembalikan dengan
menghentikan pengobatan.
Kaptopril sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan aortic stenosis karena akan
mengurangi coronary perfusion secondary (perfusi sekunder dari jantung) yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah Pasien dengan kerusakan jantung hams hati-hati karena
akan menaikkan aktifitas fisik secara perlahan-lahan.
Pada pasien yang sedang dioperasi atau selama anestesi dengan 6bat yang menghasilkan
hipotensi. Kaptopril akan menekan pembentukan sekunder angiotensin II, dengan kompensasi
pembentukan renin ini akan mengakibatkan hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pengurangan
volume Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan Neonatus. Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan
dapat menvebabkan kematian fotuc atau
Ifirtnoti ,

KOMPOSISI:
Tiap tablet salut selaput mengandung :
Kaptopril......................................
..............
..............................................i2,5 mg.
nap tablet salut selaput mengandung
Kaptopril............................................................25 mg
Tiap kaplet salut selaput mengandung :
Kaptopril.............
.....................................................50 mg.
CARA KERJA OBAT :
Meskipun aksi farmakologinya belum sepenuhnya diungkapkan efek yang menguntungkan pada
hipertensi dan kerusakan jantung sebagai hasil penekanan renin angiotensin aldosteron.
Bagaimanapun juga tidak ada korelasi yang konsisten antara kadar renin dan respons terhadap
obat.
Renin adalah enzim sintetis dari ginjal dilepaskan ke sirkulasi dimana hal tersebut adalah hasil
pembuatan plasma globulin substrat untuk memproduksi angiotensin I secara relatif
mengaktifkan deca peptide Angiotensin I dikonversi secara enzimatis pole ACE (angiotensin
converting enzim) menjadi okta peptide angiotensin II juga menstimulasi pengeluaran aldosteron
dari cortex adrenal dengan cara demikian menghasilkan Na dan menyimpan cairan dan
kehilangan kalium. Kaptopril menghambat konversi angiotensin I ke angiotensin II dengan cara
menghambat ACE dan ini direfluxsi dan pengurangan aktivitas renin dalam plasma (PRA Plasma Renin Aktiviti) Keadaan ihi disebabkan karena aliran bolak-balik pada renin yang
disebabkan oleh reduksi dalam angiotensin II.
Penurunan konsentrasi dari aldosteron ditemukan dalam darah dan urine sebagai hasilnya terjadl
penambahan potaslum dalam serum selama kehilangan natrium dan cairan.

INDIKASI:
Pengobatan hipertensi sedang sampai berat pada penderita yang tidak dapat dlatasi dengan
pengobatan kombinasl lain, dapat digunakan sendiri atau kombinasl dengan zat antlhlpertensi
lalnnya terutama diuretika type Tbiazld' penurunan tekanan darah dari Kaptopril dan Thiazid
adalah additif atau saling menambah. Kaptopril dapat digunakan pada pasien dengan kerusakan
jantung yang tidak dapat dikontrol dengan terapi biasa. Kaptopril digunakan dengan diuretika
dan digitalis.
DOSIS:
Dosis dewasa
Hipertensi
: Dosis awal 12,5 mg, 2 - 3 x sehari
jika hasil tidak memuaskan dalam 1 - 2 minggu
dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 - 3 x
25 - 50 mg Gagal jantung : Dosis awal 3 x 6,25 - 12,5 mg, jika perlu ditingkatkan
menjadi 3 x 25 - 50 mg. Dosis maximum tidak lebih dari 450 mg. Diminum satu jam sebelum
makan.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi sesuai dengan Creatinin
Clearance penderita.
PERINGATAN dan PERHATIAN :
Pada pasien dengan penyakit ginjal, terutama dengan bilateral renal arteri stenosis, akan
menaikkan (BUN) dan serum kreatinin sesudah penurunan tekanan darah dengan Kaptopril.
Biasanya diteruskan dengan diuretika, pengurangan dosis atau penghentian dari diuretika dapat
menghilangkan gejala tersebut diatas. Pada beberapa pasien tidak mungkin menormalkan
tekanan darah memelihara renal perfusi yang mencukupi.
Pada pasien dengan kerusakan jantung akan mengurangi fungsi ginjal selama pengobatan lama,
yang dapat distabilkan dengan mengurangi dosis Beberapa pasien akan timbul edema pada
muka, membran mukosa pada mulut dan hal ini dapat dihentikan/dikembalikan dengan
menghentikan pengobatan.
Kaptopril sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan aortic stenosis karena akan
mengurangi coronary perfusion secondary (perfusi sekunder dari jantung) yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah Pasien dengan kerusakan jantung hams hati-hati karena
akan menaikkan aktifitas fisik secara perlahan-lahan.
Pada pasien yang sedang dioperasi atau selama anestesi dengan 6bat yang menghasilkan
hipotensi. Kaptopril akan menekan pembentukan sekunder angiotensin II, dengan kompensasi
pembentukan renin ini akan mengakibatkan hipotensi yang bisa dikoreksi dengan pengurangan
volume Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan Neonatus. Pemakaian obat penghambat ACE
pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan
dapat menvebabkan kematian fotuc atau
Ifirtnoti ,

Micardis Plus 40mg


Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,900.00
BELI
MICARDIS PLUS

komposisi
Telmisartan, hydrochlorithiazide
INDIKASI
Hipertensi esensial pada pasien yang memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol dengan
telmisartan dan hidroklorotiazid tunggal.
KONTRA INDIKASI
Hamil dan laktasi, gangguan kolestatis, dan obstruktif empedu, gangguan fungsi hati dan ginjal
berat, hipokalemia dan hiperkalsemia refrakter.
PERHATIAN

Gangguan fungsi hati berat, hipertensi, renovaskular, gangguan ginjal dan transplantasi
ginjal,.

Penurunan volume intravaskular, kondisi lain dengan stimulasi sistem reninangiotensin-aldosteron.

Aldosteronisme primer, stenosis aorta dan mitral, kardiomiopati hipertropik obstruktif.


Gangguan gastro intestinal.

Interaksi Obat :

Diuretik hemat kalium, suplemen Kalium, garam substitusi yang mengandung Kalium,
atau produk lain yang dapat meninggkatkan kadar kalium (heparin, digoxin, lithium).

Meningkatkan efek hipotensi dengan antihipertensi lain.

EFEK SAMPING

Sakit kepala, infeksi saluran nafas atas, nyeri punggung, fatigue, diare, sinusitis.

Gejala seperti influenza, dispepsia, mialgia, batuk, nyeri dada, infeksi saluran nafas,
mual, faringitis, nyeri abdomen, bronkitis, insomnia, artralgia, ansietas, depresi,
palpitasi, kejang, ruam.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau
lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan
hewan belum tersedia.
Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya
potensial pada janin.
KEMASAN
Tablet (40/12,5 mg) 2 x 7
DOSIS
Dewasa 1x sehari 1 tablet. Maksimal telmisartan 160 mg/hari dan hidroklorotiazid 25 mg/hari.
PABRIK
Boehringer Ingelheim

nirmadil 5mg tab


Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,850.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
NIRMADIL

komposisi
Felodipine.
INDIKASI
Hipertensi, angina pektoris.
KONTRA INDIKASI
Hamil.
PERHATIAN
Gagal jantung, fungsi ventrikel terganggu terutama selama digunakan bersama dengan betabloker, usia lanjut, gangguan hati, gingivitis atau periodontitis berat.
Interaksi obat
-

Simetidin, Eritromisin, & Itrakonazol menyebabkan peningkatan kadar obat dalam


plasma.
Fenitoin, Karbamazepin, Barbiturat menyebabkan penurunan kadar obat dalam plasma.

EFEK SAMPING
Muka merah, sakit kepala, palpitasi (jantung berdebar), pusing, lelah, edema perifer.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau
lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian
pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan
potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN
Tablet 5 mg x 30.
DOSIS

Hipertensi
: diawali dengan 5 mg sekali sehari.
Pemeliharaan
5-10 mg sekali sehari.
:
Lanjut usia atau gangguan
dosis awal 2,5 mg sekali sehari.
fungsi hati :
diawali dengan 5 mg sekali sehari, bisa ditingkatkan menjadi
Angina pektoris :
10 mg sekali sehari.

PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PABRIK
Fahrenheit.

noperten 10mg tab


Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
NOPERTEN
Tablet

Komposisi :
NOPERTEN
Tiap tablet mengandung:
Lisinopril
NOPERTEN*
Tiap tablet mengandung:
Lisinopril

5 mg
5 mg
10 mg
10 mg

Farmakologi :
Lisinopril adalah penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan penghambat
angiotensin II,suatu vasokonstriktor yang kuat.
Lisinopril mengatur mekanisme fisiologik yang spesifik,yakni sistem renin-angiotensinaldosteron,yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.Awal kerjanya mulai dalam waktu 2
jam setelah pemberian per oral,efek puncak tercapai 7 jam setelah dosis per oral dan efek
berlanjut selama 24 jam setelah dosis tanggal harian.
Data memperlihatkan efeknya tidak lenyap selama terapi jangka lama.Peninggian tekanan darah
secara tiba-tiba tidak terjadi bila pengobatan dengan penghambatan ACE dihentikan secara
mendadak.
Penderita payah jantung kongestif yang diobati dengan lisinopril mendapat keuntungan
khususnya dari pengurangan beban hulu (pre load) dan beban hilir (after load) dari jantung,yang
terlihat sebagai peningkatan curah jantung, tanpa disertai refleks takikardia.
Lisinopril tidak dimetabolisme di hati dalam jumlah yang nyata,ikatan plasma protein hampir
tidak ada dan diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah/ke dalam urin.

Lisinopril memperkecil kemungkinan timbulnya hipokalemia dan hiperurisemia akibat


pemakaian tiazid.
Indikasi :

NOPERTEN adalah penghambat Angiotensin Converting Enzyme yang diindikasikan untuk:


-

Pengobatan hipertensi tingkat sedang hingga berat.Dapat digunakan sendiri atau


bersama dengan obat antihipertensi lain.
Pengobatan payah jantung kongestif sebagai terapi tambahan disamping diuretik,dan
bila perlu dengan digitalis.

Kontra indikasi :
NOPERTEN tidak boleh diberikan pada orang yang sensitif terhadap lisinopril.Pada penderita
yang secara historis dapat menyebabkan angioedema sebagai akibat pengobatan sebelumnya
dengan obat penghambat Angiotensin Converting Enzyme.
Dosis :
Dewasa
-Hipertensi:
Dosis awal,oral 10 mg sekali sehari.
Dosis pemeliharaan,oral 10-20 mg sekali sehari.
Dosis ini dapat ditingkatkan sesuai dengan respon klinisnya maksimum 40 mg sehari.
Bila penderita diobati dengan diuretik,terapi dapat dimulai setelah diuretik dihentikan selama 23 hari.Pada penderita yang pemberian diuretiknya tidak dapat dihentikan dianjurkan dengan
memberikan dosis awal lisinopril 5 mg.
Penderita hipertensi renovaskular dapat memperlihatkan respon yang beriebihan terhadap
lisinopril.Sebab itu dianjurkan dosis awai 2,5-5 mg kemudian dapat disesuaikan dengan respon
tekanan darahnya.
-Payah jantung kongestif:
Dosis awal,oral 2,5 mg per hari,dosis dapat disesuaikan dengan respon klinisnya.
Dosis pemeliharaan,oral 5-20 mg diberikan sekali sehari dalam dosis tunggal.
Dosis pada penderita insufisiensi ginjal,berdasarkan bersihan kreatinin:

Bersihan kreatinin
< 70 > 30 ml/menit
<30> 10 ml/menit
< 10 ml/menit

Dosis awal
5-10 mg/hari
2,5-5 mg/hari
2,5 mg/hari

(Termasuk penderita yang sedang didialisa)Besar dosis dan atau frekuensi pemberian harus
disesuaikan dengan besarnya respon penurunan tekanan darah.
Anak-anak :
Tidak dianjurkan penggunaannya pada anak-anak.
Efek samping :

-Hipotensi dapat muncul menyertai ACE inhibitor,kelihatannya ini muncul pada kelompok
tertentu.
-Oedema angioneurotik pada muka,tungkai,bibir,lidah,glottis dan atau larynx
pernah dilaporkan walaupun jarang,pada penderita yang diobati dengan ACE inhibitor,termasuk
lisinopril.
67199-3
Revisi terakhir: 20 Desember 1993
rada KasUS-KasUS seperti itu,
penderita diperhatikan secara cermat sampai pembengkakan hilang.Pada kasus-kasus dimana
pembengkakan berlanjut ke muka dan bibir pada umumnya keadaan ini mereda sendiri tanpa
pengobatan,walaupun antihistamin juga berguna untuk meringankan gejala.
-Oedema angioneurotik yang disertai oedema larynx dapat mematikan.
Bila ada keterlibatan lidah, glottis atau larynx, cenderung terjadi penyumbatan saluran udara,
adrenalin 1:1000 (0,3-0,5 ml) yang diberikan secara sub-kutan hams segera diberikan,begitu pula
terapi lain yang diperlukan.
-Reaksi hipersensitivitas lain yang mencakup urtikaria telah dilaporkan.Secara
keselumhan,melalui uji klinik,terbukti NOPERTEN dapat diterima dengan baik oleh penderita.
Efek samping :
umumnya ringan dan bersifat sepintas,Pusing,sakit kepala,letih dan diare,batuk,nausea,ruam
kulit, palpitasi,ortostatik,nyeri dada dan lelah telah dilaporkan,walaupun tidak sering.Infark
myocard atau gangguan sirkulasi serebrovaskular yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
hipotensi yang berlebihan pada penderita dengan resiko tinggi.

Takikardia.
Nyeri abdomen,mulut kering,hepatoseluler atau kolestatik ikterus.
Perubahan suasana perasaan (mood).
Perasaan bingung (mental confusion).
Diaforesis.
Uremia,oliguria,anuria,disfungsi ginjal,gagal ginjal akut,impoten.
Suatu komplek gejala telah dilaporkan
meliputi:demam,vaskulitis,mialgia,atralgia/arthritis,eosinofilia dan lekositosis.

Peringatan dan perhatian :


-

Pada penderita dengan volume cairannya sudah terkuras oleh diuretik,diet rendah
garam,dialisis diare atau muntah,karena pada penderita ini dapat timbul gejala
hipotensi pada dosis awal NOPERTEN".
Pada penderita payah jantung kongestif dengan tekanan darah normal atau
rendah,karena pemberian NOPERTEN dapat menimbulkan penurunan tekanan
darah lebih lanjut.
Bila hipotensi tersebut menimbulkan keluhan perlu dilakukan pengurangan dosis
atau penghentian NOPERTEN.
Belum ada penelitian penggunaan pada wanita hamil dan anak-anak.
Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus,bahkan dapat menyebabkan
kematian fetus dan neonatus.
Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil,maka pemakaian obat
harus segera dihentikan.
Pada kehamilan trisemester II dan III dapat menimbulkan antara lain
hipotensi,hipoplasia-tengkorak neonatus,anuria,gagal ginjal reversibel atau
irreversibel dan kematian.Juga dapat terjadi oligohidramnion,deformasi kranio
fasial,perkembangan retardasi,intrauteri,paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat
pengobatan penghambat ACE harus diobservasi intensif tentang kemungkinan
terjadinya hipotensi,oliguria dan hiperkalemia.
Hati-hati pemberian pada ibu menyusui.
Bila diberikan bersama diuretik,kadang terjadi hipotensi berlebihan.

Interaksi obat :
Bila diberikan bersama diuretik yang boros kalium cenderung terjadi hipokalemia.Jangan
diberikan bersama antiinflamasi analgetik non steroid terutama indometasin karena dapat
mengurangi khasiat antihipertensi dari NOPERTEN".Jangan diberikan pada penderita gagal
ginjal karena lisinopril dapat menaikkan kadar kalium plasma.Pemberian NOPERTEN bersama
suplemen kalium atau diuretik hemat kalium tidak dianjurkan, terutama pada penderita gangguan

fungsi ginjal,karena dapat berakibat pada peningkatan kadar kalium serum yang nyata.
Kemasan dan nomor registrasi :
NOPERTEN8 5 mg: Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL9305012510A1
NOPERTEN810 mg:Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL9305012510B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPAN PADA SUHU Dl BAWAH 30C,TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Dibuat oleh :
JL. BAMBANG UTOYO 138 PALEMBANG-INDONESIA

noperten 5 mg tab
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,450.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
NOPERTEN
Tablet
Komposisi:
NOPERTEN
Tiap tablet mengandung:
Lisinopril
NOPERTEN* 10 mg
Tiap tablet mengandung:
Lisinopril

5 mg
5 mg
10 mg

Farmakologi:
Lisinopril adalah penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan penghambat
angiotensin II,suatu vasokonstriktor yang kuat.
Lisinopril mengatur mekanisme fisiologik yang spesifik,yakni sistem renin-angiotensinaldosteron,yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.Awal kerjanya mulai dalam waktu 2
jam setelah pemberian per oral,efek puncak tercapai 7 jam setelah dosis per oral dan efek
berlanjut selama 24 jam setelah dosis tanggal harian.
Data memperlihatkan efeknya tidak lenyap selama terapi jangka lama.Peninggian tekanan darah
secara tiba-tiba tidak terjadi bila pengobatan dengan penghambatan ACE dihentikan secara
mendadak.
Penderita payah jantung kongestif yang diobati dengan lisinopril mendapat keuntungan
khususnya dari pengurangan beban hulu (pre load) dan beban hilir (after load) dari jantung,yang
terlihat sebagai peningkatan curah jantung, tanpa disertai refleks takikardia.
Lisinopril tidak dimetabolisme di hati dalam jumlah yang nyata,ikatan plasma protein hampir
tidak ada dan diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah/ke dalam urin.
Lisinopril memperkecil kemungkinan timbulnya hipokalemia dan hiperurisemia akibat
pemakaian tiazid.
Indikasi:
NOPERTEN adalah penghambat Angiotensin Converting Enzyme yang diindikasikan untuk:
-Pengobatan hipertensi tingkat sedang hingga berat.Dapat digunakan sendiri atau bersama
dengan obat antihipertensi lain.
-Pengobatan payah jantung kongestif sebagai terapi tambahan disamping diuretik,dan bila perlu
dengan digitalis.
Kontraindetasif:
NOPERTEN tidak boleh diberikan pada orang yang sensitif terhadap lisinopril.Pada penderita
yang secara historis dapat menyebabkan angioedema sebagai akibat pengobatan sebelumnya
dengan obat penghambat Angiotensin Converting Enzyme.
Dosis:
Dewasa
-Hipertensi:
Dosis awal,oral 10 mg sekali sehari.
Dosis pemeliharaan,oral 10-20 mg sekali sehari.
Dosis ini dapat ditingkatkan sesuai dengan respon klinisnya maksimum 40 mg sehari.
Bila penderita diobati dengan diuretik,terapi dapat dimulai setelah diuretik dihentikan selama 23 hari.Pada penderita yang pemberian diuretiknya tidak dapat dihentikan dianjurkan dengan
memberikan dosis awal lisinopril 5 mg.
Penderita hipertensi renovaskular dapat memperlihatkan respon yang beriebihan terhadap
lisinopril.Sebab itu dianjurkan dosis awai 2,5-5 mg kemudian dapat disesuaikan dengan respon

tekanan darahnya.
-Payah jantung kongestif:
Dosis awal,oral 2,5 mg per hari,dosis dapat disesuaikan dengan respon klinisnya.
Dosis pemeliharaan,oral 5-20 mg diberikan sekali sehari dalam dosis tunggal.
Dosis pada penderita insufisiensi ginjal,berdasarkan bersihan kreatinin:
Bersihan kreatinin
Dosis awal
< 70 > 30 ml/menit
5-10 mg/hari
<30> 10 ml/menit
2,5-5 mg/hari
< 10 ml/menit
2,5 mg/hari
(Termasuk penderita yang sedang didialisa)Besar dosis dan atau frekuensi pemberian harus
disesuaikan dengan besarnya respon penurunan tekanan darah.
Anak-anak:
Tidak dianjurkan penggunaannya pada anak-anak.
Efek samping:
-Hipotensi dapat muncul menyertai ACE inhibitor,kelihatannya ini muncul pada kelompok
tertentu.
-Oedema angioneurotik pada muka,tungkai,bibir,lidah,glottis dan atau larynx
pernah dilaporkan walaupun jarang,pada penderita yang diobati dengan ACE inhibitor,termasuk
lisinopril.
67199-3
Revisi terakhir: 20 Desember 1993
rada KasUS-KasUS seperti itu,
penderita diperhatikan secara cermat sampai pembengkakan hilang.Pada kasus-kasus dimana
pembengkakan berlanjut ke muka dan bibir pada umumnya keadaan ini mereda sendiri tanpa
pengobatan,walaupun antihistamin juga berguna untuk meringankan gejala.
-Oedema angioneurotik yang disertai oedema larynx dapat mematikan.
Bila ada keterlibatan lidah, glottis atau larynx, cenderung terjadi penyumbatan saluran udara,
adrenalin 1:1000 (0,3-0,5 ml) yang diberikan secara sub-kutan hams segera diberikan,begitu pula
terapi lain yang diperlukan.
-Reaksi hipersensitivitas lain yang mencakup urtikaria telah dilaporkan.Secara
keselumhan,melalui uji klinik,terbukti NOPERTEN dapat diterima dengan baik oleh penderita.
Efek samping:
umumnya ringan dan bersifat sepintas,Pusing,sakit kepala,letih dan diare,batuk,nausea,ruam
kulit, palpitasi,ortostatik,nyeri dada dan lelah telah dilaporkan,walaupun tidak sering.Infark
myocard atau gangguan sirkulasi serebrovaskular yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
hipotensi yang berlebihan pada penderita dengan resiko tinggi.
-Takikardia.
-Nyeri abdomen,mulut kering,hepatoseluler atau kolestatik ikterus.
-Perubahan suasana perasaan {mood).
-Perasaan bingung (mental confusion).

-Diaforesis.
-Uremia,oliguria,anuria,disfungsi ginjal,gagal ginjal akut,impoten.
-Suatu komplek gejala telah dilaporkan
meliputi:demam,vaskulitis,mialgia,atralgia/arthritis,eosinofilia dan lekositosis.
Peringatan dan perhatian:
-Pada penderita dengan volume cairannya sudah terkuras oleh diuretik,diet rendah garam,dialisis
diare atau muntah,karena pada penderita ini dapat timbul gejala hipotensi pada dosis awal
NOPERTEN".
-Pada penderita payah jantung kongestif dengan tekanan darah normal atau rendah,karena
pemberian NOPERTEN dapat menimbulkan penurunan tekanan darah lebih lanjut.
Bila hipotensi tersebut menimbulkan keluhan perlu dilakukan pengurangan dosis atau
penghentian NOPERTEN.
-Belum ada penelitian penggunaan pada wanita hamil dan anak-anak.
-Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan
organ pada fetus atau neonatus,bahkan dapat menyebabkan kematian fetus dan neonatus.
Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil,maka pemakaian obat harus segera
dihentikan.
-Pada kehamilan trisemester II dan III dapat menimbulkan antara lain hipotensi,hipoplasiatengkorak neonatus,anuria,gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian.Juga dapat
terjadi oligohidramnion,deformasi kranio fasial,perkembangan retardasi,intrauteri,paten duktus
arteriosus.
-Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat ACE harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi,oliguria
dan hiperkalemia.
-Hati-hati pemberian pada ibu menyusui.
-Bila diberikan bersama diuretik,kadang terjadi hipotensi berlebihan.
Interaksi obat:
Bila diberikan bersama diuretik yang boros kalium cenderung terjadi hipokalemia.Jangan
diberikan bersama antiinflamasi analgetik non steroid terutama indometasin karena dapat
mengurangi khasiat antihipertensi dari NOPERTEN".Jangan diberikan pada penderita gagal
ginjal karena lisinopril dapat menaikkan kadar kalium plasma.Pemberian NOPERTEN bersama
suplemen kalium atau diuretik hemat kalium tidak dianjurkan, terutama pada penderita gangguan
fungsi ginjal,karena dapat berakibat pada peningkatan kadar kalium serum yang nyata.
Kemasan dan nomor registrasi:
NOPERTEN8 5 mg: Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL9305012510A1
NOPERTEN810 mgjJ<otak, 5 strip @ 6 tablet, DKL9305012510B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPAN PADA SUHU Dl BAWAH 30C,TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Dibuatoleh:
JL. BAMBANG UTOYO 138 PALEMBANG-INDONESIA

normoten 10mg tab


Harga Per Satuan Terkecil : Rp9,075.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
NORMOTEN

KOMPOSISI:

NORMOTEN 5
Tiap tablet mengandung Amiodipine besylate setara dengan Amiodipine : 5 mg
NORMOTEN 10
Tiap tablet mengandung Amiodipine besylate setara dengan Amiodipine : 10 mg

FARMAKOLOGI:
Amiodipine merupakan antagonis kalsium yang menghambat masuknya ion kalsium
transmembran ke dalam jantung dan otot polos muskular. Mekanisme antihipertensi amiodipine
karena efek relaksasi langsung pada otot polos vaskular. Mekanisme amiodipine untuk angina
belum sepenuhnya jelas, tetapi amiodipine dapat menurunkan beban iskemik melalui 2 cara
yaitu:
1.
2.

Amiodipine memperiuas arteriola perifer dan menurunkan pertahanan perifer yang


melawan kerja jantung.
Mendilatasi arteri koroner dan arteriola koroner pada keadaan normal dan iskemik.

Pada pasien hipertensi dosis sekali sehari akan memberikan penurunan tekanan darah yang
signifikan pada kondisi terlentang maupun pada saat berdiri pada rentang waktu 24 jam. Karena
onset amiodipine sangat lambat, hipotensi akut bukan merupakan keistimewaan amiodipine.
Amiodipine tidak berhubungan dengan efek samping metabolik atau perubahan lipid dalam
plasma dan sesuai untuk digunakan pada pasien asma, diabetes dan gout. Setelah pemberian
secara oral, amiodipine akan diabsorpsi dan kadar tertinggi dalam darah dicapai antara 6-12 jam
setelah pemberian dosis. Bioavailabilitas diperkirakan antara 64 dan 80%. Absorpsi amiodipine
tidak dipenqaruhi oleh makanan.

INDIKASI:
Amiodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi dan dapat digunakan untuk mengontrol
tekanan darah pada mayoritas pasien. Pasien yang tidak dapat dikontrol dengan penggunaan
antihipertensi tunggal dapat memperoleh keuntungan dengan penambahan amiodipine yang
dikombinasi dengan diuretik golongan thiazide, beta adrenoreceptor blocker, atau denqan ACE
inhibitor.
Amiodipine digunakan sebagai terapi lini pertama pada iskemik miokardium. Amiodipine dapat
digunakan tunggal sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat-obat antiangina pada pasien
dengan angina yang tidak dapat disembuhkan dengan nitrat dan atau beta blocker dengan dosis
yang cukup. Adanya gangguan yang menetap (angina stabil) dan atau vasospasm/vasokonstriksi
(Prinzmetal's atau varian angina) atau vasculatur coronary, amiodipine dapat digunakan bila
keadaan klinis menunjukan kemungkinan vasospastic/vasokonstriktif tetapi letak
vasospastic/vasokonstriktif tidak ditegaskan.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Untuk hipertensi dan angina : dosis awal yang digunakan 5 mg amiodipine sekali
sehari yang kemudian dapat ditingkatkan sampai dosis maksimum 10 mg/hari
tergantung dari tingkat keparahan dan respon pasien.
Pada pasien bertubuh kecil (small), pasien lemah (fragile), pasien lanjut usia atau
pasien dengan insufisiensi hati bisa dimulai dengan dosis 2,5 mg per hari dan dosis
ini dapat digunakan saat amiodipine digunakan bersama denqan terapi anti hipertensi.
Umumnya pada pasien hipertensi dosis 5 mg/hari tidak perlu ditingkatkan jika tidak
perlu. Jika pasien membutuhkan dosis tinggi, amiodipine dapat ditingkatkan menjadi
7,5 mg/hari sampai dosis maksium 10 mg/hari.
Untuk angina stabil kronis atau angina vasospastik: 5-10 mg/hari. Dosis ini
diturunkan pada pasien lanjut usia dan pasien dengan insufisiensi hati.
Tidak ada dosis tambahan yang dianjurkan pada Amiodipine selama penggunaan
dengan diuretik thiazide, li-bloker dan penqhambat enzym angiotensin.
Penggunaan pada anak-anak: belum ada penelitian mengenai penqqunaan amiodipine

7.

pada anak.
Overdosis : pada manusia kasus overdosis yang disengaja sangat jarang Pada
beberapa kasus, bilas lambung sangat berarti.

Dari data yang ada menunjukkan bahwa overdosis secara umum dapat terjadi pada vasodilatasi
perifer yang berlebih dan kemungkinan hipotensi sistemik dalam waktu lama Hipotensi
signifikan yang secara klinis disebabkan oleh penggunaan amiodipine yang overdosis
memerlukan dukungan aktif sistem jantung termasuk pemantauan berkala dari fungsi jantung
dan pernafasan, peningkatan kaki tangan, dan pemantauan sirkulasi volume cairan dan
pengeluaran urin Suatu vasokonstriktor dapat membantu dalam pengembalian tonus pembuluh
darah dan tekanan darah, dimana tidak ada kontraindikasi dalam penggunaannya Kalsium
glukonat bermanfaat untuk membalikkan efek blok kanal kalsium. Karena amiodipine memiliki
daya ikat protein yang tingqi maka dialisis sangat tidak dianjurkan.
EFEK SAMPING:
1.
2.

Yang sering terjadi berupa sakit kepala, edema, fatique, somnolence, nyeri
abdominal, palpitasi, pusing, mual dan muntah.
Pada umumnya efek samping yang ditemukan di pasaran termasuk pruritus,
kemerahan, dispenia, dispepsia, astenia, kejang otot, pembesaran gusi, dan sangat
jarang ditemukan berbagai bentuk erithema. Sebagaimana dengan kalsium blocker
lainnya,efek samping sangat jarang dilaporkan dan tidak dapat dihubungkan dengan
riwayat penyakit seperti infark miokardium,aritmia (termasuk takikardi ventrikular
dan febrilasi atrial), nyeri dada. Tidak ditemukan ketidaknormalan dari hasil
laboratorium yang berhubungan dengan penggunaan amiodipine.

KONTRA INDIKASI:
Amiodipine dikontraindikasikan pada pasien yang sensitif dengan dihydropyridine.

PERHATIAN DAN PERINGATAN:


Amiodipine harus digunakan hati-hati pada:
1.
2.

Pasien gagal jantung kongestif.


Pada wanita hamil dan menyusui: pemberian amiodipine hanya diberikan jika tidak
ada pilihan pengobatan lain yang lebih aman dan penyakit tersebut memberikan

3.

4.

5.

6.

7.

resiko yang lebih besar pada ibu dan bayi.


Pasien dengan gangguan fungsi hati. Penggunaan pada pasien dengan ganguan hati
kronis : dengan antagonis kalsium, waktu paruh amiodipine lebih lama pada pasien
dengan gangguan menetap fungsi hati dan dosis yang dianjurkan belum dapat
ditentukan. Untuk itu penggunaan obat ini harus diberikan secara hati-hati pada
pasien dengan kondisi tersebut.
Pasien gagal ginjal. Efek terhadap ginjal: Amiodipine secara luas dimetabolisme
menjadi metabolit yang tidak aktif dimana 10% dikeluarkan dalam bentuk yang tidak
berubah melalui urin. Perubahan konsentrasi amiodipine dalam plasma tidak
berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal. Amiodipine dapat digunakan pada
beberapa pasien dengan dosis normal.Amiodipine tidak dapat didialisis.
Pasien lanjut usia. Penggunaan pada orang tua/lanjut usia : waktu untuk mencapai
konsentrasi maksimal amiodipine dalam plasma pada pasien usia tua sama dengan
pada pasien usia muda. Bersihan amiodipine cenderung berkurang dengan
bertambahnya AUC dan waktu paruh eliminasi pada pasien usia tua. Amiodipine
digunakan dengan dosis yang sama pada pasien tua maupun pada pasien usia muda,
kedua-duanya sama-sama ditoleransi dengan baik oleh sebab itu dosis normal sangat
dianjurkan.
Interaksi dengan pengobatan lain dan bentuk lain dari interaksi: Amiodipine aman
digunakan bersama dengan diuretik thiazide, R-bloker, penghambat enzym
angiotensin.nitrat,nitrogliserin sublingual, NSAID, antibiotik dan golongan
hipoglikemik oral. Penelitian menunjukan bahwa penggunaan amiodipine dengan
digoksin tidak mengubah/mempengaruhi kadar serum digoksin atau bersihan ginjal
digoksin dalam keadaan normal pada subyek, dan penggunaan simetidin tidak
mengubah farmakokinetik amiodipine. Data in vitro dari studi pada plasma manusia
menunjukkan bahwa amiodipine tidak menunjukan efek pengikatan protein dengan
obat-obat yang diuji (digoksin, fenitoin, warfarin atau indometasin). Pada subjek uji
pria sehat penggunaan bersama amiodipine tidak mempengaruhi efek warfarin
terhadap waktu respon protrombin.
Efek obat pada saat mengendarai kendaraan/mesin : belum diketahui.

INTERAKSI OBAT:
1.
2.
3.

Amiodipine aman diberikan bersamaan dengan diuretik golongan thiazide,alpha


blocker,beta blocker, ACE inhibitor, nitrate long acting, sublingual nitroglycerine,
NSAID, antibiotik, obat hipoglikemik oral.
Pemberian amiodipine tidak menghambat efek warfarin dan waktu respon
protrombin.
Data in vitro dari studi pada plasma manusia menyatakan bahwa amiodipine tidak
memiliki efek pengikatan protein terhadap digoksin, fenitoin, warfarin atau
indometasin.

KEMASAN:
NORMOTEN 5
Dus, 3 strip 10 tablet DKL0724224210A1
NORMOTEN 10 Dus, 3 strip 10 tablet DKL0724224210B1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPAN DI BAWAH SUHU 30C TERLINDUNG DARI CAHAYA
PT SOHO INDUSTRI PHARMASI
JAKARTA-INDONESIA
PA2231596
<^P>
2/0087 L065

Otoryl 25mg
Harga Per Satuan Terkecil : Rp300.00
BELI
Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa
Pemberitahuan Terlebih Dahulu
OTORYL'

KOMPOSISI :

Tiap tablet mengandung :

Captopril

25 mg

CARA KERJA OBAT :

Captopril merupakan pengharnbat kompetitif terhadap enzim pengubah angiotensin (pengharnbat


ACE) mencegah perubahan dari angiotensin-l menjadi angiotensin-ll Captopril dan metabolitnya
diekskresi terutama melalui urin. Waktu paruh Eliminasi Captopril meningkat dengan
menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan kreatinin.

INDIKASI :
-

Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila
terapi standar tidak efektif atau tidak dapat digunakan.
Pengobatan gagal jantung kongestif, digunakan bersama dengan diuretik dan bila
mungkin dengan digitalis.

KONTRAINDIKASI :
-

Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau pengharnbat ACE lainnya


(misalnya pasien yang mengalami angioedema selama pengobatan dengan oenahambat ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
Wanita menyusui.
Gagal ginjal.
Stenosis aorta.

EFEK SAMPING :
-

Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.


Idiosinkrasi, ruam, terutama pruritus.
Neutropenia, anemia, trombositopenia.
Hipotensi.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

Neutropenia / agranulositosis, trombositopenia dan anemia dapat terjadi pada


pengguna Captopril. Termasuk pada penderita fungsi ginjal normal walaupun larang.
Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan dihentikan
sebelum penderita terkena infeksi. Pada penderita dengan risiko tinggi harus
dilakukan hitung jenis leukosit sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan
pertama pengobatan dan secara periodik.
Hati-hati pada penderita dengan penyakit vaskular kolagen yang mendapat terapi
imunosupresan, pengobatan dengan Allopurinol atau Procainamide karena dapat
menyebabkan terjadinya infeksi berat. Terhadap pasien tersebut perlu dilakukan
hitung jenis leukosit sebelum terapi setiap 2 minggu pada 3 bulan pertama terapi dan
selanjutnya secara berkala.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanan dan efektivitasnya
sehmgga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif untuk
mengendalikan tekanan darah.
Pemakaian harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensi.
Hati-hati diberikan pada penderita dengan gangguan ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema, seperti bengkak
mulut, mata, bibir, lidah, laring, juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium diuretik hemat
potassium dan garam-garam potassium.
Spaffila pada pemakaian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan
trimester II dan III dapat memmbuikan gangguan antara lain hipotensi,
hipoplasia-tengkorak neonatus anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan
kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, hipoplasia paru, kelahiran
prematur, perkembangan janin intrauteri terhambat, paten duktus arteriosus
Bayi dengan riwayat selama dalam kandungan, ibunya mendapat pengobatan
pengharnbat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya
hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Dapat terjadi sindrom nefrotik serta glomerulopati membran pada penderita dengan
hipertensi berat. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan
pengobatan, maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum
dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.

INTERAKSI OBAT :
-

Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada penqguna


Captopril dengan gagal ginjal.
Suplemen potassium atau diuretik hemat potassium dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan potassium yang berarti pada serum.
Probenecid dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril.
Obat anti inflamasi non-steroid, dapat mengurangi efektivitas anti hipertensi
Obat diuretik meningkatkan efek anti hipertensi.
Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti minoxidil.

DOSIS :

- Hipertensi ringan sampai sedang.


Dosis awal 12,5 mg 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg 2 kali sehari yang dapat
ditingkatkan selang 2-4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan Dosis maksimum 50
mg 2 kali sehari.
Diuretik Thiazide dapat ditambahkan jika belum diperoleh respon yang memuaskan Dosis
diuretik dapat ditingkatkan selang 1 - 2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau dosis
maksimum dicapai.
- Hipertensi berat.
Dosis awal 12,5 mg 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap meniadi maksimum 50 mg 3
kali sehari.
Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis.
Dosis Captopril jangan melebihi 150 mg sehari
- Gagal jantung.
Captopril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk mengontrol gejala-gejala.
Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimumkan efek hipotensi sementara.
Dosis pemeliharaan 25 mg 2-3 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling
sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari.
- Usia lanjut : Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan
menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut
- Anak-anak : Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan perhan
dalam 2-3 dosis, tergantung respon.
PENYIMPANAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
KEMASAN & NO. REGISTRASI :

OTORYL 25 tablet: Box isi 10 strip @ 10 tablet/DKL9518812810A1


HARUS DENGAN RESEP DOKTER

propanolol 10mg tab


CODE: V8
Harga Per Satuan Terkecil : Rp100.00
BELI
PROPRANOLOL
Tablet

Komposisi:
PROPRANOLOL10
Tiap tablet mengandung:
Propranolol HCI 10 mg
PROPRANOLOL 40
Tiap tablet mengandung:
Propranolol HCI 40 mg
suatu obat pengbamba,padrenoseptor yang terutama digunakan untuk 'pToT^o^m^rkSfmengbambat keoepatan konduksi impuis dan mendepres,adalab propranoio,tidak
memiliki efek antikolinergik,sebingga tidak mengakibatkan takikardia paradoksal.

Indikasi
-

Angina.
Aritmia.

Hipertensi.
Pencegahan migrain.

KTenderiiakaSsma bronkial dan penyakit paru obstrukti,menabun yang lain dan yang cadangan
kapasitas jantungnya kecil.

Dosis:
Dewasa :3_7 hari dosis dapat ditingkatkan.
: oral 10-20 mg,3-4 ka ebasetiapTha
akan apabila digunakan atau 40 mgP2 kali sebari,bila diperlukan
Migrain : 3-4 kaii sebari,bila diperiukan dosis dapat ditingkatkan.
: oraiO.Smg.kgBBpert.rid.bag^^pembenan 67087-1

Efek samping:
Kardiovaskular:
-

Susunan saraf pusat:


Gastrointestinal:
Pernafasan:
Hematologik:
Lain-lain:

bradikardia,gagal jantung kongestif,blokade AV,hipotensi,tangan terasa dingin,trombositopenia


purpura,insufisiensi arterial.
rasa capai,lemah dan lesu (paling sering),depresi
mental/insomnia,sakit kepala,gangguan visual,halusinasi.
mual,muntah,mulas,epigastric distress,diare,konstipasi
ischemic colitis,flatulen.
bronkospasme.
diskrasia darah (trombositopenia,agranulositosis).
gangguan fungsi seksual,impoten,alopesia,mata
kering,alergi.

Peringatan dan perhatian:


-

Jangan diberikan pada wanita hamil dan menyusui,kecuali bila sangat dibutuhkan.
Bagi penderita yang minum propranolol dan akan dibius (anestesi umum) harus
diberitahukan kepada dokternya.
Bila terjadi bradikardia dan hipotensi maka propranolol harus dihentikan,bila perlu
ditanggulangi dengan injeksi
intravena 1- 2 mg atropin dan bila perlu dilanjutkan dengan suatu stimulans j3reseptor seperti misalnya injeksi intravena mula-mula 25 ug isoprenalin atau injeksi

intravena 0,5 mg orciprenalin.


Hati-hati bila diberikan pada penderita renal failure.
Hati-hati bila digunakan bersama obat antiaritmia lain.
Keamanan dan keefektifan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Hati-hati bila diberikan pada penderita gangguan fungsi hati,non-alergic
bronchospasm (seperti:bronkitis kronis, emfisema),bedah
mayor,diabetes,hipoglikemia,thyrotoxicosis,Wolff Parkinson White Syndrome.

Interaksi obat:
-

Aluminium hidroksida gel mengurangi absorpsi propranolol di dalam usus.


Etanol memperlambat absorpsi propranolol.
Fenitoin,fenobarbital dan rifampin mempercepat klirens propranolol.
Bila diberikan bersama klorpromazin akan menaikkan kadar kedua obat tersebut di
dalam plasma.
Klirens antipirin,lidokain dan teofilin akan berkurang bila diberikan bersama dengan
propranolol.
Simetidin akan mengurangi metaboiisme propranolol di dalam hati,memperlambat
eliminasi dan meningkatkan kadar di dalam plasma.

Kemasan dan nomor registrasi:


PROPRANOLOL 10:Kotak,10 strip @ 10 tablet,GKL9005008510A1
PROPRANOLOL^O":Kotak,10 strip @ TO tablef,GKL9005D085iTIB1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25-30C), TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Dibuat oleh:
JL.BAMBANG UTOYO 138 PALEMBANG-INDONESIA

propanolol 40mg tab

CODE: V9
Harga Per Satuan Terkecil : Rp100.00
BELI
PROPRANOLOL
Tablet
Komposisi:
PROPRANOLOL10
Tiap tablet mengandung:
Propranolol HCI 10 mg
PROPRANOLOL 40
Tiap tablet mengandung:
Propranolol HCI 40 mg
suatu obat pengbamba,padrenoseptor yang terutama digunakan untuk 'pToT^o^m^rkSfmengbambat keoepatan konduksi impuis dan mendepres,adalab propranoio,tidak
memiliki efek antikolinergik,sebingga tidak mengakibatkan takikardia paradoksal.

Indikasi
-

Angina.
Aritmia.
Hipertensi.
Pencegahan migrain.

KTenderiiakaSsma bronkial dan penyakit paru obstrukti,menabun yang lain dan yang cadangan
kapasitas jantungnya kecil.
Dosis:
Dewasa:3_7 hari dosis dapat ditingkatkan.
: oral 10-20 mg,3-4 ka ebasetiapTha akan apabila digunakan atau 40 mgP2 kali sebari,bila
diperlukan
Migrain: 3-4 kaii sebari,bila diperiukan dosis dapat ditingkatkan.
: oraiO.Smg.kgBBpert.rid.bag^^pembenan
67087-1

Efek samping:
Kardiovaskular:
-

Susunan saraf pusat:


Gastrointestinal:
Pernafasan:
Hematologik:
Lain-lain:

bradikardia,gagal jantung kongestif,blokade AV,hipotensi,tangan terasa dingin,trombositopenia


purpura,insufisiensi arterial.
rasa capai,lemah dan lesu (paling sering),depresi
mental/insomnia,sakit kepala,gangguan visual,halusinasi.
mual,muntah,mulas,epigastric distress,diare,konstipasi
ischemic colitis,flatulen.
bronkospasme.
diskrasia darah (trombositopenia,agranulositosis).
gangguan fungsi seksual,impoten,alopesia,mata
kering,alergi.

Peringatan dan perhatian:


-

Jangan diberikan pada wanita hamil dan menyusui,kecuali bila sangat dibutuhkan.
Bagi penderita yang minum propranolol dan akan dibius (anestesi umum) harus
diberitahukan kepada dokternya.
Bila terjadi bradikardia dan hipotensi maka propranolol harus dihentikan,bila perlu
ditanggulangi dengan injeksi intravena 1- 2 mg atropin dan bila perlu dilanjutkan
dengan suatu stimulans j3-reseptor seperti misalnya injeksi intravena mula-mula 25
ug isoprenalin atau injeksi intravena 0,5 mg orciprenalin.
Hati-hati bila diberikan pada penderita renal failure.
Hati-hati bila digunakan bersama obat antiaritmia lain.
Keamanan dan keefektifan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Hati-hati bila diberikan pada penderita gangguan fungsi hati,non-alergic
bronchospasm (seperti:bronkitis kronis, emfisema),bedah
mayor,diabetes,hipoglikemia,thyrotoxicosis,Wolff Parkinson White Syndrome.

Interaksi obat:
-

Aluminium hidroksida gel mengurangi absorpsi propranolol di dalam usus.


Etanol memperlambat absorpsi propranolol.
Fenitoin,fenobarbital dan rifampin mempercepat klirens propranolol.
Bila diberikan bersama klorpromazin akan menaikkan kadar kedua obat tersebut di
dalam plasma.
Klirens antipirin,lidokain dan teofilin akan berkurang bila diberikan bersama dengan
propranolol.
Simetidin akan mengurangi metaboiisme propranolol di dalam hati,memperlambat
eliminasi dan meningkatkan kadar di dalam plasma.

Kemasan dan nomor registrasi:


PROPRANOLOL 10:Kotak,10 strip @
10 tablet,GKL9005008510A1
PROPRANOLOL^O":Kotak,10 strip @
TO tablef,GKL9005D085iTIB1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.


SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25-30C), TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Dibuat oleh:
JL.BAMBANG UTOYO 138 PALEMBANG-INDONESIA

Serpasil 0.1
CODE: S18
Harga Per Satuan Terkecil : Rp450.00
BELI

SERPASIL

GOLONGAN
GENERIK

Reserpine.

INDIKASI

Hipertensi.

KONTRA INDIKASI
#
#
#
#
#

Depresi yang terlihat nyata, penyakit Parkinson, epilepsi, terapi elektrokonvulsif.


Feokromositoma.
Ulkus lambung & ulkus duodenum akut, kolitis ulserativa.
Obat-obat penghambat mono amin oksidase (MAOI).
Hamil, menyusui.

PERHATIAN
#
#
#

Gastritis erosif akut, batu empedu, sebelumnya terjadi ulserasi saluran pencernaan.
Arteriosklerosis otak atau koroner, gagal jantung, infarksi miokardial yang baru saja
terjadi, bradikardia sinus, gangguan konduksi.
Anestesi/pembiusan.

Interaksi obat :
-

penekan efek jika diberikan bersamaan dengan obat-obat MAOI.


mempotensiasi efek depresan susunan saraf pusat.
bradikardia sinus dengan antiaritmia dan Digitalis.

EFEK SAMPING

Hidung tersumbat, mulut kering, kelelahan, penglihatan kabur, gangguan saluran pencernaan,
perdarahan, nafsu makan meningkat, edema, impotensi, galaktore (mengalirnya air susu dari
payudara secara spontan dan deras di antara waktu menyusui atau setelah anakdisapih),
ginekomastia (pembesaran payudara pria).

KEMASAN

Tablet 0,1 mg x 200 biji.

DOSIS

Awalnya 0,1-0,25 mg sehari.


Maksimal 0,5 mg sehari.

Serpasil 0.25
CODE: S19
Harga Per Satuan Terkecil : Rp800.00
BELI

SERPASIL

GOLONGAN

GENERIK

Reserpine.

INDIKASI

Hipertensi.

KONTRA INDIKASI
#
#
#
#
#

Depresi yang terlihat nyata, penyakit Parkinson, epilepsi, terapi elektrokonvulsif.


Feokromositoma.
Ulkus lambung & ulkus duodenum akut, kolitis ulserativa.
Obat-obat penghambat mono amin oksidase (MAOI).
Hamil, menyusui.

PERHATIAN
#
#
#

Gastritis erosif akut, batu empedu, sebelumnya terjadi ulserasi saluran pencernaan.
Arteriosklerosis otak atau koroner, gagal jantung, infarksi miokardial yang baru saja
terjadi, bradikardia sinus, gangguan konduksi.
Anestesi/pembiusan.

Interaksi obat :
-

penekan efek jika diberikan bersamaan dengan obat-obat MAOI.


mempotensiasi efek depresan susunan saraf pusat.
bradikardia sinus dengan antiaritmia dan Digitalis.

EFEK SAMPING

Hidung tersumbat, mulut kering, kelelahan, penglihatan kabur, gangguan saluran pencernaan,
perdarahan, nafsu makan meningkat, edema, impotensi, galaktore (mengalirnya air susu dari
payudara secara spontan dan deras di antara waktu menyusui atau setelah anakdisapih),
ginekomastia (pembesaran payudara pria).

KEMASAN

Tablet 0.25 mg x 200 biji.

DOSIS
Awalnya 0,1-0,25 mg sehari.
Maksimal 0,5 mg sehari.

Spirola 100
CODE: S21
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,400.00
BELI

SPIROLA

GOLONGAN
GENERIK

Spironolactone / Spironolakton.

INDIKASI

Hipertensi primer, hiperaldosteron, kondisi edema seperti pada gagal jantung kongestif, asites,
sindroma nefrotik, hipokalemia.

KONTRA INDIKASI

Anuria, insufisiensi ginjal akut, hiperkalemia.

PERHATIAN

Hamil dan menyusui.

EFEK SAMPING

Diare, mual, ginekomastia, sakit kepala, mengantuk.

KEMASAN

Tablet 100 mg x 5 x 10's

DOSIS
#

Kondisi edema dan hipokalemia :25-100 mg perhari.

Hipertensi esensial : 50-100 mg perhari.

Spirola 25
CODE: S20
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,450.00
BELI

SPIROLA

GOLONGAN
GENERIK

Spironolactone / Spironolakton.

INDIKASI

Hipertensi primer, hiperaldosteron, kondisi edema seperti pada gagal jantung kongestif, asites,
sindroma nefrotik, hipokalemia.

KONTRA INDIKASI

Anuria, insufisiensi ginjal akut, hiperkalemia.

PERHATIAN

Hamil dan menyusui.

EFEK SAMPING

Diare, mual, ginekomastia, sakit kepala, mengantuk.

KEMASAN

Tablet 25 mg x 5 x 10's

DOSIS

#
#

Kondisi edema dan hipokalemia :25-100 mg perhari.


Hipertensi esensial : 50-100 mg perhari.

Spirolacton
CODE: S22
Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,500.00
BELI

SPIROLACTON

GOLONGAN
GENERIK

Spironolactone / Spironolakton.

INDIKASI
#
#
#

Hipertensi esensial.
Edema pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma nefrotik.
Hiperaldosteronisme primer.

KONTRA INDIKASI

Hiperkalemia, gagal ginjal progesif, pemakaian bersama Kalium tambahan atau terapi diuretika
hemat Kalium.

PERHATIAN

Gangguan fungsi ginjal atau hati, diabetes melitus, asidosis, hamil, menyusui.

Interaksi obat :
-

resiko hiperkalemia, ditingkatkan dengan penghambat ACE.


menghambat klirens Digoksin.
bisa meningkatkan efek antihipertensi lainnya.
bisa mengurangi respon pembuluh darah terhadap Noradrenalin.

EFEK SAMPING

Sakit kepala, ngantuk, gangguan saluran pencernaan, ataksia (gangguan koordinasi gerakan),
kebingungan/kekacauan mental, hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita
menurut pola pertumbuhan rambut laki-laki), menstruasi tidak teratur, impotensi (laki-laki), ruam
kulit, ginekomastia (pembesaran payudara pria).
Jarang : pembesaran payudara, hiponatremia, hiperkalemia.

KEMASAN

Tablet 25 mg x 10 x 10 biji.

DOSIS
#

Dewasa : dosis awal 25-200 mg/hari dalam dosis terbagi.


Dapat ditingkatkan sampai 400 mg sehari tergantung pada berat penyakit.

Anak-anak : 3 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi.

Spirolacton 100
CODE: S23
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,350.00
BELI

SPIROLACTON
GOLONGAN
GENERIK

Spironolactone / Spironolakton.
INDIKASI
# Hipertensi esensial.
# Edema pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma nefrotik.
# Hiperaldosteronisme primer.

KONTRA INDIKASI
Hiperkalemia, gagal ginjal progesif, pemakaian bersama Kalium tambahan atau terapi diuretika
hemat Kalium.
PERHATIAN
Gangguan fungsi ginjal atau hati, diabetes melitus, asidosis, hamil, menyusui.
Interaksi obat :
- resiko hiperkalemia, ditingkatkan dengan penghambat ACE.
- menghambat klirens Digoksin.
- bisa meningkatkan efek antihipertensi lainnya.
- bisa mengurangi respon pembuluh darah terhadap Noradrenalin.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, ngantuk, gangguan saluran pencernaan, ataksia (gangguan koordinasi gerakan),
kebingungan/kekacauan mental, hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita
menurut pola pertumbuhan rambut laki-laki), menstruasi tidak teratur, impotensi (laki-laki), ruam
kulit, ginekomastia (pembesaran payudara pria).
Jarang : pembesaran payudara, hiponatremia, hiperkalemia.
KEMASAN
Tablet 100 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
# Dewasa : dosis awal 25-200 mg/hari dalam dosis terbagi.
Dapat ditingkatkan sampai 400 mg sehari tergantung pada berat penyakit.
# Anak-anak : 3 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi.

TENACE 10mg
CODE: S25

Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,650.00


BELI

TENACE

GOLONGAN
GENERIK
Enalapril Maleat.

INDIKASI
Hipertensi esensial & renovaskuler.

PERHATIAN
#
#
#

Gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia.


Pembedahan/anestesi (pembiusan).
Hamil, menyusui.

Interaksi obat : diuretika.

EFEK SAMPING
Sakit kepala, pusing, hipotensi, batuk, mual, efek ortostatik, angioedema, kelelahan.

KEMASAN
Tablet 10 mg x 60 biji.

DOSIS
10-40 mg/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi.

TENACE 5mg
CODE: S24
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,950.00
BELI

TENACE

GOLONGAN
GENERIK
Enalapril Maleat.

INDIKASI
Hipertensi esensial & renovaskuler.

PERHATIAN
#
#
#

Gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia.


Pembedahan/anestesi (pembiusan).
Hamil, menyusui.

Interaksi obat : diuretika.

EFEK SAMPING
Sakit kepala, pusing, hipotensi, batuk, mual, efek ortostatik, angioedema, kelelahan.

KEMASAN
Tablet 5 mg x 60 biji.

DOSIS
10-40 mg/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi.

TENORMIN 50mg
CODE: S26
Harga Per Satuan Terkecil : Rp6,800.00
BELI

TENORMIN

GOLONGAN
GENERIK
Atenolol.

INDIKASI
Hipertensi, angina pektoris.

KONTRA INDIKASI
Terdapat blok jantung derajat II atau III, syok kardiogenik.Bradikardia, hipotensi, asidosis

metabolik, gangguan sirkulasi perifer berat, "sick sinus syndrome", feokromositoma yang tidak
diobati, gagal jantung tidak terkontrol.

PERHATIAN
#
#
#
#
#
#
#
#

Kapasitas jantung buruk, gagal jantung tidak terkontrol, penyakit penyumbatan paru
kronis atau asma.
Penghentian -bloker harus bertahap pada pasien dengan penyakit jantung iskemik.
Dapat memperparah kelainan sirkulasi arterial perifer.
Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis.
Hamil & menyusui.
Memodifikasi takhikardia pada hipoglikemia.
Blok jantung derajat I, angina Prinzmetal, tirotoksikosis, hipoglikemia.
Bisa mengganggu kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.

Interaksi obat :
-

penggunaan dikombinasi dengan pemblok saluran Kalsium dengan efek inotropik


negatif seperti Verapamil atau Diltiazem.
zat simpatomimetik, penghambat Prostaglandin sintetase, zat anestesi (obat bius).
penggunaan bersama dengan Dihidropiridin bisa meningkatkan resiko hipotensi.
zat-zat antiaritmia kelas 1 seperti Disopiramida, glikosida Digitalis.

EFEK SAMPING
#
#
#

#
#
#
#

Anggota gerak dingin, lelah, gangguan saluran pencernaan, bradikardia.


Kadang-kadang sakit kepala, perubahan suasana hati, pusing, & kemunduran gagal
jantung.
Jarang gangguan tidur, kebotakan, trombositopenia, purpura, reksi kulit bentuk
psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara mendadak)
psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, halusinasi, blok jantung, hipotensi postural
yang mungkin berhubungan dengan sinkope (kehilangan kesadaran sementara karena
berkurangnya aliran darah ke otak).
Klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau tungkai
sewaktu berjalan dan sembuh sehabis beristirahat).
Fenomena Raynaud.
Bronkhospasme.
Ruam dan mata kering, parestesi (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).

KEMASAN
Injeksi 5 mg/10mL x 1 biji.

DOSIS
#
#
#

Hipertensi
Angina pektoris
Intervensi infark
miokard

:
:

50 atau 100 mg sekali sehari.


100 mg sekali sehari atau 50 mg 2 kali sehari.

100 mg sehari.

Injeksi:
#

Aritmia
jantung

Intervensi
awal
infark
miokard

: Dosis awal 2.5 mg IV selama periode 2.5 menit. Dapat diulang pada
interval 5 menit sampai maksimum 10 mg. Dapat diberikan sebagai
infus yang diulang setiap 12 tahun, 0.15 mg/kg berat badan selama
periode 20 menit.
:
5-10 mg dengan IV lambat (1 mg/menit) lalu oral 50 mg sekitar 12
menit kemudian dilanjutkan dengan 50 mg 12 jam setelahnya lalu 100
mg 12 jam kemudian.

TENSICAP 12,5mg
CODE: S27
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,000.00
BELI

TENSICAP

GOLONGAN
GENERIK

Captopril / Kaptopril.

INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung.

KONTRA INDIKASI
Hamil.

PERHATIAN
Kerusakan ginjal.
Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretika, antihipertensi lain, dan dikurangi oleh
Indometasin, Salisilat.

EFEK SAMPING
#
#
#
#

Ruam kulit, gatal-gatal, lesi yang menyerupai pemfigoid yang bersifat reversibel,
fotosensitivitas.
Angioedema pada wajah.
Proteinuria.
Neutropenia, anemia, trombositopenia.

KEMASAN
Tablet 12,5 mg x 5 x 10 biji.
DOSIS
#

Hipertensi

Gagal jantung pada pasien dengan tekanan


darah rendah atau normal yang telah diobati
dengan giat menggunakan diuretika dan
yang mungkin menderita hiponatremia atau

: diawali dengan 3 kali sehari 12,5-25


mg.
Setelah 1-2 minggu, tingkatkan
sampai 50 mg 2-3 kali sehari sesuai
kebutuhan.
: dimulai dengan 6,25 atau 12,5 mg 3
kali sehari.

hipovolemia

TENSICAP 25mg
CODE: S28
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,850.00
BELI
TENSICAP

GOLONGAN
GENERIK
Captopril / Kaptopril.
INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung.
KONTRA INDIKASI
Hamil.
PERHATIAN
Kerusakan ginjal.

Interaksi obat : efek hipotensi dipertinggi oleh diuretika, antihipertensi lain, dan dikurangi oleh
Indometasin, Salisilat.

EFEK SAMPING

Ruam kulit, gatal-gatal, lesi yang menyerupai pemfigoid yang bersifat reversibel,
fotosensitivitas.

Angioedema pada wajah.

Proteinuria.

Neutropenia, anemia, trombositopenia.

KEMASAN
Tablet 25 mg x 5 x 10 biji.

DOSIS
#

Hipertensi

Gagal jantung pada pasien dengan


:
tekanan darah rendah atau normal yang
telah diobati dengan giat menggunakan
diuretika dan yang mungkin menderita
hiponatremia atau hipovolemia

diawali dengan 3 kali sehari 12,5-25 mg.


Setelah 1-2 minggu, tingkatkan sampai
50 mg 2-3 kali sehari sesuai kebutuhan.
dimulai dengan 6,25 atau 12,5 mg 3 kali
sehari.

TENSINOP 10mg
CODE: S30
Harga Per Satuan Terkecil : Rp4,100.00
BELI
TENSINOP

GOLONGAN
GENERIK
Lisinopril.
INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung kongestif pada pasien yang kekurangan kontrol oleh terapi digitalis &
diuretik.
KONTRA INDIKASI

Riwayat angioedema yang berhubungan terhadap pengobatan sebelumya dengan ACE


Inhibitor.

Kehamilan.

PERHATIAN

Gejala hipotensi pada volume kosong & pasien gagal jantung kongestif.

Hiperkalemia.

Peningkatan blood urea nitrogen & serum kreatinin pada unilateral atau bilateral
stenosis arteri ginjal.

Menyusui.

EFEK SAMPING
Pusing, sakit kepala, letih, diare, gejala pernafasan atas & batuk.
KEMASAN
Tablet 10 mg x 3 x 10's.
DOSIS
Dewasa Hipertensi Awal 10 mg sekali sehari. Gagal jantung kongestif Awal 2.5 mg sehari.

TENSINOP 5mg
CODE: S29
Harga Per Satuan Terkecil : Rp2,650.00
BELI

TENSINOP

GOLONGAN
GENERIK
Lisinopril.
INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung kongestif pada pasien yang kekurangan kontrol oleh terapi digitalis &
diuretik.
KONTRA INDIKASI

Riwayat angioedema yang berhubungan terhadap pengobatan sebelumya dengan ACE


Inhibitor.

Kehamilan.

PERHATIAN

Gejala hipotensi pada volume kosong & pasien gagal jantung kongestif.

Hiperkalemia.

Peningkatan blood urea nitrogen & serum kreatinin pada unilateral atau bilateral
stenosis arteri ginjal.

Menyusui.

EFEK SAMPING
Pusing, sakit kepala, letih, diare, gejala pernafasan atas & batuk.
KEMASAN
Tablet 5 mg x 3 x 10's.
DOSIS
Dewasa Hipertensi Awal 10 mg sekali sehari. Gagal jantung kongestif Awal 2.5 mg sehari.

TENSIVASK 10mg
CODE: S32
Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,500.00
BELI
TENSIVASK

GOLONGAN
GENERIK
Amlodipine Besylate/Amlodipin Besilat
INDIKASI
Hipertensi, angina.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitifitas terhadap Dihidropiridin.
PERHATIAN
Gagal ginjal, disfungsi hati.
Hamil dan menyusui, anak-anak dan usia lanjut.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, edema, kelelahan, mual, kemerahan pada wajah, pusing.
KEMASAN
Tablet 10 mg x 5 x 10 biji.
DOSIS

Hipertensi dan angina :

5 mg sekali sehari.

Dosis maksimal :

7,5 mg sekali sehari.

Hipertensi :

diawali dengan 2,5 mg sekali


sehari.

TENSIVASK 5mg

CODE: S31
Harga Per Satuan Terkecil : Rp6,300.00
BELI
TENSIVASK

GOLONGAN
GENERIK
Amlodipine Besylate/Amlodipin Besilat
INDIKASI
Hipertensi, angina.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitifitas terhadap Dihidropiridin.
PERHATIAN
Gagal ginjal, disfungsi hati.
Hamil dan menyusui, anak-anak dan usia lanjut.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, edema, kelelahan, mual, kemerahan pada wajah, pusing.
KEMASAN
Tablet 5 mg x 5 x 10 biji.
DOSIS

Hipertensi dan angina :

5 mg sekali sehari.

Dosis maksimal :

7,5 mg sekali sehari.

Hipertensi :

diawali dengan 2,5 mg sekali


sehari.

TENSOBON
CODE: S33
Harga Per Satuan Terkecil : Rp3,150.00
BELI
TENSOBON

GOLONGAN
GENERIK
Captopril / Kaptopril.
INDIKASI
Hipertensi ringan sampai berat.
Gagal jantung kongestif.
KONTRA INDIKASI
Hamil.

PERHATIAN
Kerusakan ginjal.
Interaksi obat :

efek antihipertensi dipertinggi oleh diuretika Tiazida.

efek antihipertensi dikurangi oleh obat-obat anti radang non steroid.

EFEK SAMPING
Gatal-gatal, gangguan pengecapan, gangguan saluran pencernaan, hipotensi terutama pada pasien
gagal jantung, proteinuria, peningkatan sementara BUN & kreatinin, neutropenia.
KEMASAN
Tablet 25 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
# Hipertensi : diawali dengan 12,5 mg 3 kali sehari.
Bisa ditingkatkan menjadi 25-50 mg 2-3 kali sehari.
Maksimal : 150 mg/hari.
Hipertensi berat : naikkan sampai 450 mg/hari.
# Gagal jantung kongestif :
- dewasa : diawali dengan 12,5 mg 3 kali sehari.
Untuk mencegah hipotensi, kurangi menjadi 6,25 mg 3 kali sehari.
Peningkatan dosis lebih dari 50 mg/hari harus diberikan secara bertahap dalam jarak waktu 2
minggu.
Maksimal : 450 mg sehari.
- anak-anak : diawali dengan 0,15-0,3 mg/kg berat badan 3 kali sehari, tingkatkan secara
bertahap dalam jarak waktu 1 minggu.

THERAVASK
CODE: S34
Harga Per Satuan Terkecil : Rp5,100.00
BELI
THERAVASK

GOLONGAN GENERIK

Amlodipine Besylate/Amlodipin Besilat


INDIKASI
Hipertensi; Pengobatan pertama pada iskemia miokardial karena angina stabil & atau angina
Prinzmetal's atau varian.
KONTRA INDIKASI
Sensitif terhadap dihidropiridin.
PERHATIAN
Kerusakan hati. Kehamilan & laktasi.

EFEK SAMPING
Sakit kepala, edema, lelah, somnolen, mual, nyeri abdomen, flushing, palpitasi, pusing.
KEMASAN
Tablet 10 mg x 3 x 10's.

DOSIS
#
#
#

Hipertensi & angina Awal 5 mg sekali sehari.Max: 10 mg sekali sehari.


Pasien kecil, lemah, usia lanjut, insufisiensi hati 2.5 mg sekali sehari.
Angina kronik & stabil atau vasospastik angina 5-10 mg sekali sehari.

TRIATEC 10mg
CODE: S36
Harga Per Satuan Terkecil : Rp16,050.00
BELI

TRIATEC

GOLONGAN GENERIK

Ramipril.
INDIKASI
Hipertensi ringan sampai sedang.
Menurunkan mortalitas setelah infark miokardial pada pasien dengan petunjuk klinis gagal
jantung.
KONTRA INDIKASI
Riwayat edema angioneurotik, stenosis arteri renal unilateral atau bilateral yang berarti.
Penyumbatan aliran masuk atau aliran keluar ventrikel kiri bersangkut-paut secara
hemodinamika.
Hipotensi atau kondisi sirkulasi darah labil.
Penggunaan bersama membran dialisis highflux tertentu atau apheresis yang kepadatan
lipoproteinnya rendah dengan Dekstran Sulfat.
Hamil, menyusui.
PERHATIAN
Awasi dengan ketat tekanan darah saat memulai pengobatan atau meningkatkan dosis.
Monitor secara teratur fungsi ginjal, Kalium, Natrium, dan sel darah putih pada pasien dengan
resiko tinggi gagal ginjal, gangguan elektrolit, atau reaksi hematologikal berturut-turut.
Pasien dengan peningkatan resiko hipotensi atau reaksi ginjal.

Interaksi obat :
resiko hiperkalemia ditingkatkan dengan zat-zat hemat Kalium dan Kalium tambahan.
resiko hipokalemia meningkat dengan glukokortikoid atau laksatif.
efek hipotensi dipertinggi dengan diuretika dan antihipertensi lainnya, Barbiturat, Fenotiazin,
antidepresan trisiklik, dan vasodilator.
efek bisa dikurangi oleh obat-obat anti radang non steroid.
leukopenia bisa diperburuk oleh terapi bersama dengan imunosupresan, sitotoksik,
kortikosteroid, atau Allopurinol.
EFEK SAMPING
Hipotensi awal, mual, pusing, sakit kepala, mengantuk, batuk.
Jarang : edema angioneurotik.

KEMASAN
Kapsul 10 mg x 30 biji.
DOSIS
Hipertensi
: diawali dengan 2,5 mg sekali sehari.
Pemeliharaan
: 2,5-5 mg/hari.
Maksimal
: 10 mg/hari.
Pasien yang diobati dengan : jika memungkinkan, diuretika dihentikan 2-3 hari sebelum
diuretika
pengobatan dimulai. Maksimal : 2,5 mg/hari.
Pengobatan setelah infark
: diawali dengan 1,25-2,5 mg 2 kali sehari.
miokardial
Maksimal

: 10 mg/hari.

TRIATEC 5mg
CODE: S35
Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,550.00
BELI

TRIATEC

GOLONGAN GENERIK
Ramipril.

INDIKASI
Hipertensi ringan sampai sedang.
Menurunkan mortalitas setelah infark miokardial pada pasien dengan petunjuk klinis gagal
jantung.
KONTRA INDIKASI
Riwayat edema angioneurotik, stenosis arteri renal unilateral atau bilateral yang berarti.
Penyumbatan aliran masuk atau aliran keluar ventrikel kiri bersangkut-paut secara
hemodinamika.
Hipotensi atau kondisi sirkulasi darah labil.
Penggunaan bersama membran dialisis highflux tertentu atau apheresis yang kepadatan
lipoproteinnya rendah dengan Dekstran Sulfat.
Hamil, menyusui.
PERHATIAN
Awasi dengan ketat tekanan darah saat memulai pengobatan atau meningkatkan dosis.
Monitor secara teratur fungsi ginjal, Kalium, Natrium, dan sel darah putih pada pasien dengan
resiko tinggi gagal ginjal, gangguan elektrolit, atau reaksi hematologikal berturut-turut.
Pasien dengan peningkatan resiko hipotensi atau reaksi ginjal.

Interaksi obat :
resiko hiperkalemia ditingkatkan dengan zat-zat hemat Kalium dan Kalium tambahan.
resiko hipokalemia meningkat dengan glukokortikoid atau laksatif.
efek hipotensi dipertinggi dengan diuretika dan antihipertensi lainnya, Barbiturat, Fenotiazin,
antidepresan trisiklik, dan vasodilator.
efek bisa dikurangi oleh obat-obat anti radang non steroid.
leukopenia bisa diperburuk oleh terapi bersama dengan imunosupresan, sitotoksik,
kortikosteroid, atau Allopurinol.
EFEK SAMPING
Hipotensi awal, mual, pusing, sakit kepala, mengantuk, batuk.
Jarang : edema angioneurotik.
KEMASAN

Kapsul 10 mg x 30 biji.
DOSIS
Hipertensi
: diawali dengan 2,5 mg sekali sehari.
Pemeliharaan
: 2,5-5 mg/hari.
Maksimal
: 10 mg/hari.
Pasien yang diobati dengan : jika memungkinkan, diuretika dihentikan 2-3 hari sebelum
diuretika
pengobatan dimulai. Maksimal : 2,5 mg/hari.
Pengobatan setelah infark
: diawali dengan 1,25-2,5 mg 2 kali sehari.
miokardial
Maksimal

: 10 mg/hari.

Uresix
CODE: S36
Harga Per Satuan Terkecil : Rp800.00
BELI
URESIX

GOLONGAN
GENERIK
Furosemide.
INDIKASI
Edema, asites/busung (pengumpulan cairan dalam rongga perut), hipertensi ringan sampai

sedang yang diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan antihipertensi.
KONTRA INDIKASI
Kekurangan elektrolit, anuria (tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), koma hepatikum, hamil
muda, hipokalemia, bersamaan dengan terapi yang menggunakan Litium.
PERHATIAN
Insufisiensi hati atau ginjal, hipertrofi prostat, gangguan berkemih, gangguan pendengaran.
Observasi cairan & elektrolit.
Interaksi obat :
-

bisa mempotensiasi aksi antihipertensi d-tubokurarin.


bisa mempertinggi toksisitas aminoglikosida, Sefalosporin, Salisilat, Litium, dan
glikosida jantung.
keampuhan diuretika bisa dikurangi oleh Probenesid.
peningkatan hipotensi ortostatik bisa terjadi dengan alkohol, narkotik, Barbiturat.

EFEK SAMPING
Rasa tidak enak pada perut, hipotensi ortostatik, gangguan saluran pencernaan, penglihatan
kabur, pusing, sakit kepala.
KEMASAN
Tablet salut selaput 40 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
#
#

Dewasa : diawali dengan -1 tablet/hari.


Pengobatan selanjutnya tergantung dari timbulnya diuresis.
Hipertensi : 50 mg atau 0,5-1 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal.
Bayi & anak-anak : 1-2 mg/kg berat badan sekali sehari.

vasdalat 5 tab
Harga Per Satuan Terkecil : Rp400.00
BELI
VASDALAT
Zat Aktif
Nifedipine

Kemasan

VASDALAT 5 mg tablet (1 box berisi 5 strip @


No. Reg. DKL8711605110A1
10 tablet)
VASDALAT 5 mg tablet (1 box berisi 10 strip @
No. Reg. DKL8711605110A2
10 tablet)
VASDALAT 10 mg tablet (1 box berisi 5 strip @
No. Reg. DKL8711605110B1
10 tablet)
VASDALAT 10 mg tablet (1 box berisi 10 strip @
No. Reg. DKL8711605110B2
10 tablet)
VASDALAT RETARD 20 mg tablet (1 box berisi
No. Reg. DKL8911610117A1
5 strip @ 10 tablet)

Farmakologi
VASDALAT adalah suatu antagonis kalsium (calsium channel blocker) yang poten. Obat ini
menghambat secara selektif
masuknya ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dari otot jantung, sehingga
menimbulkan vasodilatasi arteri
perifer dan koroner. Efek langsung inotropik negatifnya yang kuat diantagonisasi oleh refleks
simpatis yang kuat akibat
vasodilatasi perifer yang kuat. Akan tetapi, efek inotropik negatif dapat muncul pada penderita
dengan gagal jantung atau
stenosis aorta yang parah dan pada penderita yang mendapat obat depresan jantung lainnya.

VASDALAT hampir tidak mempunyai


efek langsung mendepresi fungsi nodus SA atau AV.
VASDALAT menurunkan tekanan darah dan secara refleks meningkatkan denyut jantung. Obat
ini meningkatkan suplai oksigen miokard
dengan meningkatkan aliran darah koroner dan mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan
mengurangi afterload jantung.
VASDALAT diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna setelah pemberian oral, tetapi
bioavailabilitasnya hanya sekitar 50%.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. VASDALAT terikat secara ekstensif pada
protein plasma dan dimetabolisme dengan
sempurna menjadi metabolit-metabolit yang tidak aktif dalam hati. Waktu paruhnya 3-6 jam.

Indikasi
1. Pengobatan dan pencegahan angina pektoris :
a. Angina variant (angina prinzmetal) : golongan antagonis kalsium,
merupakan obat pilihan utama.
b. Angina stabil kronik (angina pada kerja fisik)
c. Angina tidak stabil.
2. Sebagai obat tambahan pada pengobatan hipertensi.
Kontra Indikasi
1.
2.

Hipersensitivitas terhadap nifedipine.


Kehamilan.

Dosis
Pemberian oral pada penderita dewasa :
1.Angina pektoris
Mula-mula 3 x 10 mg VASDALAT atau 2 x 20 mg VASDALAT RETARD sehari, yang
dapat ditingkatkan menjadi 3 x 20 mg VASDALAT
atau 2 x 40 mg VASDALAT RETARD sehari. Beberapa penderita, terutama penderita dengan
angina variant, mungkin memerlukan dosis
lebih besar dan/atau pemberian lebih sering, misalnya 3-4 x 20 30 mg VASDALAT sehari.

Dosis di atas 120 mg sehari jarang diperlukan,


sedangkan dosis lebih dari 180 mg sehari tidak dianjurkan.
Titrasi dosis biasanya berlangsung selama 7-14 hari, tetapi penyesuaian lebih cepat (misalnya
dalam 3 hari) dapat dilakukan bila
gejala-gejala tetap parah. Pada penderita di rumah sakit yang diawasi dengan ketat, dosis dapat
ditingkatkan 10 mg setiap 4-6 jam,
tetapi dosis perkali jarang melebihi 30 mg VASDALAT . Nitrogliserin sublingual dapat
diberikan bila perlu untuk mengatasi serangan akut angina,
terutama selama titrasi dosis VASDALAT atau VASDALAT RETARD. Nitrat kerja panjang
dapat diberikan bersama VASDALAT atau VASDALAT RETARD.
2.Hipertensi
Mula-mula 3 x 10 mg VASDALAT atau 2 x 20 mg VASDALAT RETARD sehari, yang
dapat ditingkatkan menjadi 3 x 20 mg VASDALAT atau 2 x 40 mg VASDALAT RETARD
sehari.
Tablet VASDALAT maupun VASDALAT RETARD ditelan utuh dengan sedikit cairan
sebelum atau sesudah makan. Bila diperlukan mula kerja yang cepat, misalnya bila serangan
angina tampaknya akan segera terjadi, tablet VASDALAT dapat dikunyah dan dibiarkan
melarut dalam mulut. Untuk memperoleh masa kerja yang panjang, tablet VASDALAT
RETARD harus ditelan utuh.

Efek Samping
1.
2.

3.

Terapi perlu dihentikan hanya bila terjadi efek samping yang serius dan hal ini
jarang.
Kebanyakan efek samping VASDALAT merupakan akibat yang dapat
diperkirakan dari efek vasodilatasinya yang kuat, yakni sakit kepala, muka merah,
takikardia, edema perifer, hipotensi ortostatik,
pusing, rasa capai/lemah, memburuknya gejala-gejala angina (jarang), iskemia
serebral (jarang).
Efek samping lain adalah nausea, muntah, nyeri epigastrium, tinitus, kram kaki,
rash, intoleransi glukosa (kadang-kadang), hepatitis (reaksi hipersensitivitas yang
jarang terjadi) dan lain-lain.

Peringatan dan Perhatian


1.
-

VASDALAT kadang-kadang dapat menyebabkan :


Hipotensi berat/berlebihan : biasanya pada awal pengobatan atau pada waktu dosis
ditingkatkan.
Peningkatan nyeri angina/iskemik pada awal terapi (dalam waktu 30 menit setelah
dosis pertama)
atau pada waktu dosis ditingkatkan. Bila ini terjadi obat harus dihentikan.

2.
3.

4.
5.

6.

7.
8.
9.
10.
11.

Iskemia serebral
VASDALAT harus digunakan dengan hati-hati pada penderita dengan reserve
jantung yang buruk: gagal jantung kongesitif dapat terjadi. Resiko terjadinya gagal
jantung terutama pada penderita dengan stenosis aorta.
Pemberian VASDALAT bersama beta-blocker biasanya dapat ditoleransi dengan
baik, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan hipotensi berat, gagal jantung
kongestif, memburuknya angina, atau infark miokard.
Bila terjadi hipotensi berat, sebaiknya nifedipine dan bukan beta-blocker yang
dihentikan.
Pemberian bersama antihipertensi yang lain dapat menimbulkan efek aditif berupa
hipotensi postural, hipotensi berat, memburuknya gejala-gejala angina atau iskema
serebral.
Karena nifedipine bukan beta blocker, maka tidak dapat mencegah terjadinya gejala
putus obat akibat penghentian mendadak beta blocker pada penderita angina. Beta
blocker harus dihentikan dengan menurunkan
dosisnya secara bertahap, sebaiknya dalam waktu 8-10 hari.
Dalam kombinasi dengan digoksin, nifedipine dapat meningkatkan kadar plasma
digoksin (sampai 45%); obat ini juga dapat mengantagonisasi efek inotropik dari
digoksin. Dianjurkan untuk memonitor kadar plasma
digoksin sewaktu memulai, menyesuaikan dan menghentikan terapi VASDALAT.
Simetidin meningkatkan bioavailabilitas oral dan kadar plasma nifedipine (sampai
80%), karena itu pada penderita yang mendapat simetidin sebaiknya dilakukan
titrasi dosis nifedipine.
Oleh karena nifedipine menghambat pengelepasan insulin, maka bila obat ini
diberikan pada penderita diabetes, mungkin perlu dilakukan penyesuaian dalam
mengendalikan gula darah penderita.
Penghentian VASDALAT pada penderita angina harus dilakukan secara bertahap
karena spasme arteri koroner dapat terjadi bila obat ini dihentikan dengan cepat.
VASDALAT harus digunakan dengan hati-hati pada penderita dengan gangguan
fungsi hati : mungkin perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Penggunaan pada anak belum mapan.

Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar dibawah 30C, terlindung dari cahaya.
Harus dengan resep dokter.

XEPALAT 10
CODE: S46
Harga Per Satuan Terkecil : Rp850.00
BELI
XEPALAT

GOLONGAN GENERIK
Nifedipine.

INDIKASI
Pencegahan & pengobatan insufisiensi koroner akut/kronis (angina pektoris, paska infarksi
miokardial). Pengobatan hipertensi(sebagai obat tunggal atau dikombinasi).

KONTRA INDIKASI
Penggunaan pada wanita hamil.

PERHATIAN
Hipotensi, kapasitas cadangan jantung yang buruk, stenosis/penyempitan aorta yang parah,
diabetes, menyusui.
Interaksi obat :
-

mempertinggi efek antihipertensi dari -bloker.


bioavailabilitas meningkat jika digunakan dengan Simetidin, Ranitidin.

EFEK SAMPING

Pusing, kemerahan pada wajah, sakit kepala, hipotensi, edema perifer.


Jarang : ruam kulit, kram otot, sindroma nefrotik, psikosis akut, hiperplasia gusi.
KEMASAN
Tablet 10 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
3 kali sehari 5-10 mg.

XEPALAT 5
CODE: S45
Harga Per Satuan Terkecil : Rp450.00
BELI
XEPALAT

GOLONGAN GENERIK
Nifedipine.
INDIKASI
Pencegahan & pengobatan insufisiensi koroner akut/kronis (angina pektoris, paska infarksi
miokardial). Pengobatan hipertensi(sebagai obat tunggal atau dikombinasi).

KONTRA INDIKASI
Penggunaan pada wanita hamil.

PERHATIAN
Hipotensi, kapasitas cadangan jantung yang buruk, stenosis/penyempitan aorta yang parah,
diabetes, menyusui.
Interaksi obat :
-

Mempertinggi efek antihipertensi dari -bloker.


Bioavailabilitas meningkat jika digunakan dengan Simetidin, Ranitidin.

EFEK SAMPING
Pusing, kemerahan pada wajah, sakit kepala, hipotensi, edema perifer.
Jarang : ruam kulit, kram otot, sindroma nefrotik, psikosis akut, hiperplasia gusi.
KEMASAN
Tablet 5 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
3 kali sehari 5-10 mg.

ZESTRIL 10 mg
CODE: S47
Harga Per Satuan Terkecil : Rp11,450.00
BELI
ZESTRIL

GOLONGAN GENERIK

Lisinopril dihydrate.
INDIKASI
Hipertensi esensial dan renovaskular.
Gagal jantung kongestif.
KONTRA INDIKASI
Angioedema berkaitan dengan penghambat enzim pengubah angiotensin dan pada pasien dengan
angioedema herediter atau idiopatik.
PERHATIAN
#
#
#
#
#
#
#

Hipotensi simtomatik terutama pada pasien deplesi cairan dan gagal jantung kongestif.
Hipotensi bisa terjadi selama pembedahan/anestesi.
Pasien dengan penyakit serebrovaskular atau jantung iskemik.
Stenosis aorta atau kardiomiopati hipertrofik.
Kerusakan ginjal.
Riwayat angioedema.
Hamil, menyusui.
Reaksi anafilaktoid dilaporkan pada pasien yang menjalani hemodialisis dan pengobatan
desensitisasi.

Interaksi obat :
-

Resiko hiperkalemia dengan diuretika hemat Kalium, suplemen Kalium, pengganti


garam yang mengandung Kalium.
Efek antihipertensi bisa dihilangkan oleh Indometasin.
Efek antihipertensi bertambah dengan diuretika.
Bisa mengurangi eliminasi Litium.
Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) bisa mempotensiasi efek
hipoglikemik insulin dan obat-obat anti diabetes oral.

EFEK SAMPING
#
#

Pusing, sakit kepala, diare, kelelahan, batuk, mual, ruam, efek ortostatik, astenia
(lemah/tidak bertenaga).
Jarang : angioedema, infark miokardial, kemungkinan cedera serebrovaskular
sekunder terhadap hipotensi berlebihan pada pasien beresiko tinggi, jantung
berdebar, takhikardia, nyeri perut dan indigesti, mulut kering, hepatitis, sakit

kuning, muntah, perubahan suasana hati, kekacauan mental, vertigo, urtikaria


(biduran), diaforesis, uremia, oliguria/anuria, disfungsi ginjal, gagal ginjal akut,
impotensi, suatu gejala kompleks termasuk demam, vaskulitis, nyeri otot, nyeri
sendi / radang sendi, ANA (antinuklear antibodi) positif, kecepatan sedimentasi
eritrosit meningkat, eosinofilia, dan leukositosis.
Ruam, fotosensitifitas atau menifestasi dermatologikal lainnya
Peningkatan (biasanya akan hilang bila obat dihentikan) pada urea darah, kreatinin
serum, enzim hati, dan bilirubin serum.
Sedikit penurunan pada hemoglobin dan hematokrit.
Hiperkalemia, hiponatremia, leukopenia, trombositopenia, depresi sumsum tulang,
manifestasi sebagai anemia, parestesia (gangguan perasaan kulit seperti
kesemutan), pankreatitis.
Jarang : anemia hemolitikum.

#
#
#
#
#
KEMASAN

Tablet 10 mg x 28 butir.
DOSIS
#
#
#
#
#
#

Hipertensi esensial : diawali dengan 10 mg.


- Pemeliharaan : 20 mg.
- Maksimal : 80 mg/hari.
Pasien dalam terapi diuretika : dosis awal 5 mg.
Pasien dengan gangguan ginjal : sehari 2,5-10 mg tergantung bersihan kreatinin.`
Hipertensi renovaskular : diawali dengan 2,5-5 mg, selanjutnya dosis disesuaikan
berdasarkan respon tekanan darah.
Gagal jantung kongestif pada pasien yang tidak cukup terkontrol oleh Digitalis
dan/atau diuretika : diawali dengan 2,5 mg
Pemeliharaan : 5-10 mg.
Seluruh dosis diberikan sekali sehari.

Anda mungkin juga menyukai