Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)


2.1.1 Difinisi Tablet Besi
Zat besi merupakan zat yang sangat esensial bagi tubuh. Zat besi sangat
berpengaruh dalam peningkatan jumlah eritrosit pada ibu hamil (Kenaikan sirkulasi
darah ibu dan kadar hemoglobin atau Hb) yang sangat penting guna mencegah
terjadinya anemia. Karena jika jumlah konsentrasi eritrosit atau konsentrasi Hb
menurun akan menyebabkan penurunan pada transportasi oksigen dari paru ke
jaringan perifer (Waryana, 2010).
Tablet Tambah Darah (Tablet Fe/ Tablet Besi) Besi dibutuhkan untuk
produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe (sufate ferrosus) akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan
Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokromik mikrositik (Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005).
Kebutuhan Tablet Tambah Darah (Tablet Fe/ Tablet Besi) Tubuh manusia
sehat mengandung + 3,5 gr Fe yang hamper seluruhnya dalam bentuk ikatan
kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh
merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan non-esensial ini
terdapat pada hemoglobin + 66 %, myoglobin 3 % dan sisanya terdapat pada
enzim-enzim tertentu. Besi non-esensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk
ferritin dan hemosiderin sebanyak 25 % dan pada perenkim jaringan kira-kira 5 %
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005).
Pada wanita hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupan besi
sebanyak 5 mg sehari. Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat di
gudang akan digunakan dan gudang lambat laun akan kosong. Akibatnya timbul
anemia defisiensi Fe. Karena besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorbsi
maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam
fero sulfat, fero glukonat dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan
tidak mahal (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005).
Pemberian preparat ini sebanyak 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr% / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60
mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg tablet besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

2.1.2 Absorpsi Besi (Tablet Fe)


Absorpsi besi melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum
dan jejenum proksimal, makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih
mudah di-absorpsi dalam bentuk fero. Transpornya melalui sel mukosa usus
terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi
ion fero dalam sel mukosa. Selanjutnya ion fero akan masuk kedalam plasma
dengan perantara transferrin, atau diubah menjadi ferritin dan disimpan dalam sel
mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan
akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi ferritin. Bila cadangan
rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan segera
diangkut dari sel mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis. Setelah diabsorpsi,
Fe dalam darah dan diikat oleh transferrin, untuk kemudian diangkut ke berbagai
jaringan terutama sumsum tulang dan depot Fe. Bila tidak digunakan dalam
eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut apoferitin dan membentuk
ferritin. Jumlah Fe yang diekskresi berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran
cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, kencing, feces, serta kuku
dan rambut yang dipotong (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005).

2.1.3 Efek Samping


Efek samping yang paling sering timbul dari konsumsi Fe berupa intoleransi
terhadap sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut
dan yang diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual
dan nyeri lambung, konstipasi dan diare. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat
dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan,
walaupun dengan cara ini absorpsi dapat berkurang. Perlu diterangkan
kemungkinan feces berwarna hitam kepada pasien (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2005).

2.1.4 Cara Mengkonsumsi Tablet Besi


Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah
otot. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90
tablet selama kehamilan. Kebutuhan zat besi saat hamil adalah 30-60 mg/hari
(Marmi, Dkk, 2011). Sehingga Nestle dalam Waryana (2010) mengungkapkan
bahwa ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi zat besi sebanyak 60-100
mg/hari.

Departemen kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan


kekurangan zat besi dengan memberikan tablet tambah darah kepada ibu hamil
sebanyak 1 tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan
(Waryana, 2010).
Agar penyerapan zat besi dapat maksimal, dianjurkan minum tablet besi
diantara waktu makan dan menggunakan buah-buah yang mengandung vitamin C
karena dapat membantu proses penyerapan. Jangan minum menggunakan susu,
teh atau kopi karena hal ini akan menghambat penyerapan tablet besi (Varney,
2007).
Cara penyimpanan tablet besi adalah menyimpan dalam wadah aslinya
pada suhu 25 C atau disimpan didalam suhu kamar, di dalam tempat yang
kering dan tidak terkena sinar matahari langsung supaya tidak merusak elemen
yang terkandung dalam zat besi (Fitrianingsih, 2009).

2.1.5 Akibat Kekurangan Zat Besi


Kekurangan (defisiensi) besi menyerang pada golongan yang rentan, yaitu
anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja yang berpenghasilan
rendah. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan gejala-gejala seperti
pucat, kepala pusing, berkunang-kunang, perubahan epitel kuku, lesu, napas
pendek, lemah, mengantuk, lelah, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya
kemampuan kerja dan gangguan penyembuhan luka (Varney, 2007). Kekurangan
besi juga dapat menurunkan kekebalan tubuh individu, sehingga sangat peka
terhadap serangan bibit penyakit. Akibat dari kekurangan zat besi selama
kehamilan yaitu akan terjadinya anemia defisiensi besi dan dapat menyebabkan
perdarahan selama persalinan, memudahkan terjadi infeksi dan daya angkut zat
asam juga menurun, atonia uteri, syok, partus prematurus, inersia uteri dan partus
lama dan bila terjadi anemia gravis maka akan terjadi payah jantung (Nugraheny,
2010).
Sedangkan pengaruh kekurangan besi terhadap hasil konsepsi antara lain
adalah abortus, IUFD, stillbirth (kematian janin waktu lahir), kematian perinatal
tinggi, prematuritas, dapat terjadi cact bawaan dan cadangan besi kurang. Ibu
hamil yang mengalami kekurangan zat besi maka akan melahirkan bayi yang
anemia pula, yang dapat menimbulkan disfungsi pada otaknya dan gangguan
proses tumbuh kembang otak (Waryana, 2010).

2.2 Anemia
2.2.1 Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan menurut WHO didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl. Anemia merupakan penurunan kemampuan
darah untuk membawa oksigen. Akibat dari penurunan jumlah sel darah merah
atau berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah, yaitu
konsentrasi hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan
ketiga kehamilan dan kurang dari 10,5 gr/dl pada trimester kedua (Irianti Dkk,
2014). Anemia secara praktis dapat didefinisikan sebagai kadar Hb, konsentrasi
Hb atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl atau hematocrit kurang dari 33%
(Prawirohardjo, 2010).
2.2.2 Etiologi Anemia
Dalam kehamilan, terjadi peningkatan plasma yang mengakibatkan
meningkatnya volume darah ibu. Peningkatan plasma tersebut tidak mengalami
keseimbangan dengan jumlah sel darah merah sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar hemoglobin. Peningkatan volume plasma akan
meningkatkan sel darah merah sebesar 15-18%. Peningkatan jumlah sel darah
merah akan mempengaruhi kadar hemoglobin darah, sehingga jika peningkatan
volume dan sel darah merah tidak diimbangi dengan kadar hemoglobin yang
cukup, akan mengakibatkan terjadinya anemia. Anemia dalam kehamilan dapat
terjadi karena perubahan fisiologi selama kehamilan atau karena ibu sebelumnya
telah mengidap anemia sehingga seiring perubahan fisiologi kehamilan yang
terjadi, sehingga konsentrasi Hb ibu semakin rendah dan keadaan anemia ibu
akan semakin parah pula. Perubahan pada komposisi darah ibu hamil terjadi mulai
minggu ke 24 kehamilan dan akan memuncak pada minggu ke 28 sampai dengan
minggu ke 32 dan menetap pada minggu ke 36 kehamilan. Sehingga
menyebabkan kadar Hb dalam tubuh ibu semakin menurun. Sebagai akibatnya
transport oksigen dan nutrisi pada tingkat sel akan terganggu (Irianti Dkk, 2014).

Semua kelainan yang menyebabkan anemia yang dijumpai pada wanita


usia subur dapat menjadi penyulit kehamilan. Klasifikasi yang terutama didasarkan
pada etiologi dan mencakup sebagian besar kausa anemia pada wanita hamil
meliputi :
a) Anemia defisiensi besi
Defisiensi besi merupakan nutrisi yang sering ditemukan, resikonya
meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat
dibandingkan dengan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat (Prawirohardjo,
2010).
Menurut Piercy kehamilan meningkatkan kebutuhan besi sebanyak dua atau
tiga kali lipat (Bothamley dan Boyle, 2011). Kebutuhan zat besi selama kehamilan
tercukupi sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi penigkatan absorpsi
besi dari diet oleh mukosa usus, walaupun juga bergantug pada cadangan besi
ibu. Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorpsi kurang dari 10 %
(Bothamley dan Boyle, 2011). Dengan meningkatnya volume darah yang relative
pesat pada trimester kedua, maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai
penurunan tajam konsentrasi hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju
peningkatan hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkasn
pada janin.
b) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anggota kelompok penyakit darah yang
ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesis DNA
(Cunningham dkk, 2005). Defisiensi folat merupakan penyebab tersering anemia
megaloblastik. Atau yang sering disebut dengan anemia pernisiosa gravidarum
(Cunningham dkk, 2005). Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak
mau mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, polong-polongan dan protein hewani.
Anemia megaloblastik juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
walaupun selama kehamilan sangat jarang terjadi. Anemia pernisiosa addisonian
ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak adanya factor
intrinsic. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumpai pada ibu
hamil yang menjalani reseksi lambung parsial atau total (Cunningham dkk, 2005).

2.2.3 Klasifikasi Anemia


Menurut (Manuba,2007), Frekuensi anemia selama kehamilan sangat
bervariasi, terutama bergantung pada apakah selama hamil wanita yang
bersangkutan mendapat suplemen besi (Cunningham dkk, 2005). Pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, dari
pemeriksaan yang dilakukan anemia dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Hb 11 gr% tidak anemia
b) Hb 9-10 gr% anemia ringan
c) Hb 7-8 gr% anemia sedang
d) Hb < 7 gr% anemia berat
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Hal tersebut
mempengaruhi kadar HB dalam darah. Di dalam tubuh sebagaian zat besi
disimpan dalam bentuk ferritin di hati. Saat konsumsi dari makanan tidak cukup,
ferritin inilah yang diambil. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi
penyerapannya, yaitu 20-30% sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6% (Sinsin,
2008).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil


1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi Menurut Istiarti (2000) menyatakan bahwa perilaku
seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial
ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara maju yaitu hanya 14%.
b) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku
petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti,
2000). Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg sehari
pada trimester I dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg
sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui
makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang
terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga
menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil
(Arisman, 2010). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang
rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi
(Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah.
Sebaliknya ibu hamil yang memiliki 11 pengetahuan tentang zat besi (Fe)
yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan
rasional dan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe).
c) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang
berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila
pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan
tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah
anemia.
d) Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada terjadinya anemia.
Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, serta
pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya
ibu hamil, bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-istiadat dan
perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat
dimasyarakat.
2) Faktor tidak langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus
anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi
infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu
akan lebih dini terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu
hamil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul
setelah anemia sudah ke tahap yang lanjut.
b) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim. Paritas 3 merupakan faktor terjadinya
anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman, 2010).
c) Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap
untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan
janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan hormonal yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 30 tahun lebih
cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh
turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.
d) Dukungan Suami
Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan
tanggungjawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi
dukungan yang diberikan oleh suami pada ibu untuk menkonsumsi
tablet besi semakin tinggi pula keinginan ibu hamil untuk
mengkonsumsi tablet besi.
3) Faktor Langsung
a) Pola Konsumsi Tablet Besi (Fe)
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi
dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan
penggunaan atau terlampau banyaknya besi keluar dari badan
misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe
meningkat untuk pembentukan pembentukan plasenta dan sel darah
merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu
ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. dari jumlah ini, 200 mg Fe
tertahan oleh tubuh ketika dilahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg
untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel
darah merah dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak
ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu
suplementasi zat besi perlu sekali diberikan, bahkan pada wanita
yang bergizi baik (Arisman, 2010).
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan juga malaria juga
penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya
peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit.
c) Perdarahan Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau
banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan
(Prawirohardjo, 2010).

2.2.5 Tanda dan Gejala Anemia


Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengantaran
oksigen ke jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta peningkatan
kebutuhan oksigen pada system tubuh. Tanda dan gejala tersebut, diantaranya:
1) 5 L yaitu lemah, letih, lesu, lelah dan lunglai
2) Bibir, lidah, telapak tangan dan kulit
3) Pusing dan mata berkunang-kunang
4) Nafsu makan turun
5) Sesak napas, yterutama adanya usaha napas
6) Pusing
7) Takikardia dan palpitasi
8) Angina pectoris dan gagal jantung kongestif
9) Kulit dan membrane mukosa pusat, terutama membrane konjungtiva (Brooker,
2008).

2.2.6 Dampak Anemia


Efek anemia bagi ibu dan jani bervariasi dari ringan sampai berat. Bila
kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang
signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada
ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada
trimester satu dan dua dengan kelahiran premature (kurang dari 37 minggu).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, abortus, lamanya waktu
partus karena kurang daya dorong rahim, perdarahan post partum, rentan infeksi,
rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g%.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat
persalinan, meskipun tak disertai perdarahan, kematian bayi dalam kandungan,
kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan anemia pada bayi
yang dilahirkan (Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2013). Sedangkan
menurut Manuaba (2007) bahaya atau akibat anemia pada kehamilan pada ibu
hamil meliputi :
a. Bahaya selama kehamilan
a) Terjadi abortus
b) Persalinan prematur
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman dekompensasi kordis (< 6 gr%)
f) Mola hidatidosa
g) Hyperemesis gravidarum
h) Perdarahan antepartum
i) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan
a) Gangguan his (kekuatan mengejan)
b) Kala satu lama dan dapat terjadi partus terlantar
c) Kala dua lama sehingga diperlukan operasi
d) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta Perdarahan post partum akibat
atonia uteri
c. Bahaya pada saat nifas
a) Terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan terjadinya infeksi puerpurium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e) Mudah terjadi infeksi pada mammae
d. Bahaya bagi janin
a) Abortus
b) Kematian intrauteri
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Terjadi cacat bawaan (seperti anenchepal)
g) Bayi mudah mendapat infeksi bahkan kematian
h) Intelegensia rendah

2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan anemia ditentukan oleh penyebab dan tingkat keparahannya.
Anemia defisiensi zat besi ringan dapat berespons terhadap zat besi oral dan diet,
sedangkan anemia akibat perdarahan berat mungkin memerlukan transfuse
darah. Beberapa jenis anemia hemolitik biasanya diobati dengan kortikosteroid
dan kemungkinan dengan splenektomi (pengangkatan limpa) untuk meghentikan
penghancuran sel darah premature. Pengobatan anemia menurut jenis anemia
adalah sebagai berikut :
a) Anemia defisiensi besi
Tujuan terapi adalah koreksi defisit masa hemoglobin dan akhirnya pemulihan
cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan senyawa besi
sederhana meliputi ferro sulfat, fumarat atau glukonat per oral yang
mengandung dosis harian sekitar 200 mg besi elemental (Cunningham dkk,
2005). Skrining rutin and untuk anemia terhadap semua wanita harus
dilakukan pada saat pemeriksaan pertama dan saat usia 28 minggu. NICE
(National Institute for Health Care Exellence) (2008) merekomendasikan
bahwa jika HB < 11 g/dl pada awal kehamilan atau < 10,5 g/dl pada usia
kehamilan 28 minggu, pemberian suplemen besi harus dipertimbangkan.
Absorpsi besi dari makanan bergantung pada tipe besi. Zat besi yang
didapatkan dari sumber hewani lebih efektif diabsorpsi dibandingkan dengan
sumber nabati (Bothamley & Boyle, 2011).
b) Anemia megaloblastik
Terapi anemia megaloblastik yang dipicu oleh kehamilan harus mencakup
asam folat, makanan bergizi, dan zat besi. 1 mg asam folat yang diberikan per
oral setiap hari sudah dapat menimbulkan efek hematologis yang nyata.
Dalam 4 sampai 7 hari setelah awal pengobatan, hitung relitukosit akan
meningkat secara bermakna, sedangkan leukopenia dan trombositopenia
akan terkoreksi (Cunningham dkk, 2005). Pencegahan dapat dilakukan
dengan makanan yang cukup mengandung asam folat seperti sayuran
berdaun hijau, polong-polongan dan protein hewani. Sebagai bidan perlu
memberikan asuhan pencegahan terjadinya anemia pada kehamilan,
melakukan penatalaksanaan pada anemia ringan serta melakukan upaya
kolaborasi dan juga rujukan pada kasus anemia lanjut.

Asuhan yang dapat diberikan antara lain :


- Lakukan deteksi dini anemia pada kehamilan dengan memeriksa kadar
HB pada kunjungan awal kehamilan, terutama pada usia kehamilan lebih
dari 24 minggu sebagai upaya pencegahan anemia pada saat terjadinya
hemodilusi.
- Jika kadar Hb ibu 11 gr/dl pada awal kehamilan sebelum usia kehamilan
lebih dari 24 minggu tanpa disertai keluhan seperti mual, maka anjurkan
ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan tambahan kalori sebesar
500 kkal. Serta pencegahan anemia dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi alami dan pemberian asam folat.
- Jika ditemukan anemia pada :
Awal kehamilan (Trimester I)
Jika ibu mengeluhkan gejala anemia, hasil pemeriksaan Hb 9 gr/dl
sampai dengan kurang dari 11 gr/dl dan ibu mengalami mual muntah,
berikan asam folat 50 ug/hari, vitamin c dan vitamin B6 sebagai salah
satu upaya mengatasi anemia, kemudian lakukan evaluasi kadar Hb
setelah satu bulan kemudian.
Pertengahan kehamilan (Trimester II)
Kadar Hb ibu 9 gr/dl sampai kurang dari 11 gr/dl maka selama satu
bulan berikan tablet besi 60 mg perhari, asam folat 50 ug dan vitamin
B 12 1 tablet sehari.

Akhir kehamilan (Trimester III)


Jika kadar Hb ibu 9 gr/dl sampai kurang dari 11 gr/dl maka berikanlah
tablet besi 60 mg perhari, vitamin B12 dan juga vitamin C (Irianti Dkk,
2014).
Pengelolaan anemia pada kehamilan menurut standar
pelayanan kebidanan tahun 2006 (bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku),
dalam prosesnya sendiri bidan harus :
1) Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan
minggu ke 28. Hb dibawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia
dibawah 8 gr% adalah anemia berat. Bila alat pemeriksaan tidak tersedia,
periksa kelopak mata dan perkirakan ada/tidaknya anemia.
2) Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90
hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gr% teruskan pemberian tablet
zat besi.
3) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang perlunya
minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya
vitamin C, serta menghindari minum teh/kopi atau susu dalam 1 jam
sebelum/setelah makan. Beri contoh makanan yang mudah didapat dan
kaya zat besi.
4) Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil agar tidak
tertullar penyalit malaria. Beri tablet Klorokuin 10 mg/kg BB per oral,
sehari satu kali selama 2 hari. Kemudian dianjurkan dengan 5 mg/kg BB
pada hari ke3 (Klorokuin aman dalam 3 trimester kehamilan).
5) Jika ditemukan atau diduga anemia (bagian dalam kelopak mata akan
terlihat pucat), berikan 2-3 kali 1 tablet zat besi per hari.
6) Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap
cacing/parasite atau penyakit lainnya dan sekaligus untuk pengobatannya.
7) Jika diduga ada anemia berat (misalnya, wajah terlihat pucat, cepat lelah,
kuku pucat kebiruan, kelopak mata terlihat sangat pucat), segera rujuk ibu
hamil tersebut untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Ibu hamil
dengan anemia pada trimester ketiga perlu diberikan zat besi dan asam
folat secara IM.
8) Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di
rumah sakit.
9) Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Tujuan dilakukannya standar
pengelolaan anemia dalam kehamilan adalah untuk menemukan anemia
pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai
untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung (Ikatan Bidan
Indonesia, 2006).

2.3 Kehamilan
2.3.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2007).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional.
Kehamilan dibagi dalam tiga (3) trimester, dimana trimester satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester dua berlangsung 15 minggu yakni dari minggu ke
13 hingga minggu ke 27 sedangkan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke
28 hingga minggu ke 40) (Prawirohardjo, 2010).

2.3.2 Tanda-Tanda Pasti Kehamilan


a. Gerakan janin
Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu (Mochtar, 2012).
b. Denyut jantung janin
Dapat didengar dengan stetoskop-monoaural laennec, didengar dengan alat
doppler, dan dilihat pada ultrasonografi. Denyut Jantung Janin (DJJ) baru
dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu (Mochtar, 2012).
c. Melihat rangka janin dengan sinar Ro dengan ultrasound
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rongen maupun USG (Mochtar,
2012).

2.3.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Kehamilan Trimester III


a. Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen,
mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga menyentuh
hati. Pada saat perumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan,
dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid didaerah kiri pelvis
(Romauli, 2011).
b. Servik
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari
kosentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan
yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi). Proses perbaikan
serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya
akan berulang (Romauli, 2011).
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda (Prawirohardjo, 2010).
d. Vagina
Dinding vagina mengalami banyak erubahan yang meruakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatkan
ketebalan mukosa, mengendorkan jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos.
Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina
(Romauli, 2011).
e. Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran mamae
semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih
seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak
lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak
mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum (Romauli, 2011).
f. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah
12,5 kg. Pada trimester II dan III pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg sementara pada
perempuan dengan gizi kurang dianjurkan menambah berat badan per
minggu masing-masing sebesar 0,5 dan 0,3 kg. Cara yang digunakan untuk
menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan
indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan
pangkat dua.
Berikut ini adalah tabel rekomendasi penambahan berat badan selama
kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) (Prawirohardjo, 2010).
Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Kategiri IMT Rekomendasi (kg)

Rendah

Normal

Tinggi

Obesitas

< 19,8

19,8 26

26 -29

29

12,5 18

11,5 16

7 11,5

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


g. Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisaran antara
5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan.
Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Pada kehamilan trimester III,
terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara bersamaan
limfosit dan monosit (Romauli, 2011).
h. Sistem pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena ada tekanan uterus
yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam
perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral
(Roumali, 2011).
i. Sistem Urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.
Keadaan ini akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah
mulai turun kepintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate dan renal plasma flow juga
akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin
yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan
suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus juga
tetap harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria
merupakan suatu hal yang abnormal (Prawirohardjo, 2010).
j. Sistem endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Kelenjar adrenal pada kehamilan akan mengecil, sedangkan hormon
androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol
akan meningkat. Sementera itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun
(Romauli, 2011).
k. Sistem muskuluskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan.
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh dan
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
wanita berubah. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring kedepan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan
pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (Romauli, 2011).

2.3.4 Perubahan Psikologis pada Trimester III


Menurut Roumali, (2011) Trimester III sering disebut sebagai periode
penantian, yang mana pada trimester ketiga ini wanita menanti kehadiran
bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera
melihat bayinya, dan ada perasaan yang tidak menyenangkan ketika bayinya
tidak lahir tepat waktu. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, dan ini dapat menimbulkan
perasaan khawatir. Pada trimester III dapat timbul perasaan kekhawatiran
terhadap bayinya, khawatir bayinya mengalami ketidaknormalan (kecacatan),
akan tetapi kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat
mengurangi kekhawatirannya. Hasrat seksual tidak seperti pada trimester
kedua hal ini dipengaruhi oleh perubahan bentuk perut yang semakin
membesar dan adanya perasaan khawatir terjadi sesuatu terhadap bayinya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat
menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan
memerlukan dukungan dari pasangannya yang sangat besar.

2.3.5 Kebutuhan Kesehatan Ibu


Kebutuhan Ibu Hamil Sesuai Tahap Perkembangan trimester III meliputi :
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah utama pada manusia terutama ibu hamil.
Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu akan berpengaruh
pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut, maka perlu:
a) Latihan napas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Kurangi atau hentikan merokok
e) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan (Romauli,
2011)
b. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal harganya. Gizi
pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil
seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,
minum cukup cairan (menu seimbang). Pada trimester III makanan
harusdisesuaikan dengan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai berat badan
kelebihan, maka makanan pokok dan tepung tepung dikurangi, dan
memperbanyak sayur -sayuran dan buah- buahan segar untuk menghindari
sembelit (Romauli, 2011).

Ibu hamil dapat memperoleh zat besi selain dari tablet tambah darah bisa
juga didapatkan dari sumber lain yaitu makanan. Sumber zat besi antara lain
makanan hewani seperti dging, ayam dan ikan. Dan sumber lainnya adalah
telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis
buah. Disamping jumlah zat besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam
makanan, dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavability). Pada
umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan
biologic tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai
ketersediaan biologic sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran,
terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai
ketersediaan biologic rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan
sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi yang berasal dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat diabsorbsi.

c. Personal hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua
kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat,
menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit dengan cara dibersihkan
dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat
perhatian karena sering kali terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kurang kalsium (Romauli, 2011).

d. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Wanita hamil yang sebelumnya
tidak mengalami konstipasi dapat memiliki masalah ini pada trimester ke dua
atau ke tiga. Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis usus yang
di sebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran
gastrointestinal, sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping
yang umum muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi. Hal ini
memperberat masalah bagi sebagian besar wanita hamil. Tindakan
pencegahan adalah mengkonsumsi makanan berserat dan banyak minum air
putih. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama yang dirasakan oleh
ibu hamil, terutama pada trimester I dan II. Hal ini adalah fisiologis. Tindakan
mengurangi asupan cairan tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
dehidrasi (Romauli, 2011).
e. Perawatan payudara
Selama kehamilan, payudara mengalami pembesaran, yaitu lebih membesar,
kencang, dan lebih sensitif. Merawat payudara perlu dilakukan dengan cara
yang benar dan baik untuk membantu melancarkan peredaran darah ke
payudara dan mempersiapkan produksi ais susu ibu (ASI) (Prawirohardjo,
2010).
f. Obat-obatan
Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar
berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaikan pemberian obat harus
dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidak nyamanan yang dialami lebih
dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja. Dalam pemberian obat,
doktek biasanya sangat memperhatikan reaksi obat terhadap kehamilan.
Karena ada obat tertentu yang kadang bersifat kontra dengan kehamilan
(Sulistyawati, 2011).
g. Seksualitas
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan. Selama tidak ada riwayat penyakit seperti sering abortus,
kelahiran prematur dan perdarahan pervaginam. Koitus harus dilakukan
dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan. Apabila ketuban
sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin
intrauterine (Sulistyawati, 2011).
h. Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk istirahat yang teratur khususnya seiring
kemajuan kehamilannya. Istirahat dan tidur yang teratur meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk perkembangan dan pertumbuhan
janin.Tidur pada malam hari 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada
siang hari selama 1 jam (Romauli, 2011).

2.3.6 Asuhan Trimester III


Menurut Irianti Dkk dalam buku Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti tahun
2014, asuhan yang diberikan pada kehamilan trimester III adalah :
a. Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin.
d. Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal.
e. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
f. Deteksi terhadap masalah psikologi dan berikan dukungan selama
kehamilan.
g. Kebutuhan exercise ibu yaitu dengan senam hamil.
h. Deteksi pertumbuhan janin terhambat baik dengan pemeriksaan palpasi.
i. Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi.
j. Deteksi dini yang terjadi pada trimester III dan melakukan tindakan kolaborasi
dan atau rujukan secara tepat.
k. Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan.
l. Persiapan laktasi.
m. Persiapan persalinan.
n. Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan kemungkinan
kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan kesejahteraan janin.
o. Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada trimester III
2.3.7 Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil
Perubahan - perubahan yang mendasari timbulnya keluhan fisiologis pada
trimester III, yaitu :
a. Sering Kencing
Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang
semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang
serta frekuensi berkemih meningkat (Irianti Dkk, 2014).
b. Varises
Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena sehingga katup
vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah balik
dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises terlihat pada bagian
kaki, namun juga sering muncul pada vulva dan anus (Irianti Dkk, 2014).
Varises sering dijumpai pada triwulan terakhir. Pada multigravida kadang-
kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali
pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakn gejala
awal kehamilan muda (Romauli, 2011).
c. Wasir / Hemoroid
Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.Progesteron
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran
uterus secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena rectum
secara spesifik. Pengaruh hormon progesteron dan tekanan yang disebabkan
oleh uterus menyebabkan vena pada rectum mengalami tekanan yang lebih
dari biasanya (Irianti Dkk, 2014).
d. Sesak Nafas
Keluhan sesak nafas dapat terjadi karena adanya perubahan pada volume
paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama kehamilan. Dengan
semakin bertambahnya usia kehamilan pembesaran uterus akan semakin
mempengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, di mana diafragma terdorong
keatas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke atas tulang iga (Irianti Dkk, 2014).
e. Bengkak / Oedema
Bengkak atau odem adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah luar
sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Odema
biasanya terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 34 minggu. Hal
ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan mempengaruhi
sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi
menyebabkan retensi cairan semakin besar (Irianti Dkk, 2014).
f. Kram pada kaki
Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi
darah pada pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya
pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan
lanjut. Kram juga disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan
kadar kalsium terionisasi dalam serum (Irianti Dkk, 2014).
g. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami gangguan tidur. Cepat
lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di malam
hari), terbangun dimalam hari dan menganggu tidur yang nyenyak. Dari
beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil
dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun tengah malam
untuk berkemih. Dan juga disebabkan janin yang terlalu aktif bergerak pada
malam hari sehingga menganggu tidur ibu yang nyenyak (Irianti Dkk, 2014).

2.3.8 Tanda Bahaya Trimester III


Menurut Sulistyawati dalam Buku Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kehamilan tahun 2011, tanda bahaya trimester III antara lain :
a. Perdarahan pervaginam
Pendarahan antepartum/pendarahan pada kehamilan lanjut adalah
pendarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan
(Romauli, 2011). Jenis-jenis pendarahan antepartum
b. Plasenta previa
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Implantasi plasenta yang normal
adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus
uteri).

Gejala-gejala :

- Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara
tiba-tiba dan kapan saja.
- Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.
- Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak (Romauli, 2011).
c. Solution Plasenta (Abruptio Plasenta)
Lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas
setelah anak lahir. Tanda dan gejala :
- Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan
keluar atau perdarahan tampak.
- Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta.
(Perdarahan tersembunyi / perdarahan kedalam).
d. Solusio Plasenta Menurut Kusmiyati (2009), solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras
seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan
beratnya syok. (Romauli, 2011).
e. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia
(Sulistyawati, 2011).
f. Penglihatan kabur Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena
pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan (Romauli, 2011).
g. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan. Bengkak bisa menunjukan masalah
serius jika muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain (Sulistyawati, 2011).
h. Keluar cairan per vagina.
Keluar cairan pervaginam harus dibedakan antara urine dengan air ketuban.
Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh,
berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan,
hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi intrapartum
(Sulistyawati, 2011).
i. Gerakan janin tidak terasa.
Kesejateraan janin dapat diketahui dari aktifitas gerakannya. Minimal adalah 10
kali dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan
janin dalam rahim, misalnya afiksia janin sampai kematian janin (Sulistyawati,
2011).
j. Nyeri perut yang hebat.
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti
pada persalinan. Dan pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang
hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok
yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin buruk, dan disertai
dengan pendarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus
waspada akan kemungkinan terjadi solusio placenta.

Anda mungkin juga menyukai