TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Anemia
2.2.1 Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan menurut WHO didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl. Anemia merupakan penurunan kemampuan
darah untuk membawa oksigen. Akibat dari penurunan jumlah sel darah merah
atau berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah, yaitu
konsentrasi hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan
ketiga kehamilan dan kurang dari 10,5 gr/dl pada trimester kedua (Irianti Dkk,
2014). Anemia secara praktis dapat didefinisikan sebagai kadar Hb, konsentrasi
Hb atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl atau hematocrit kurang dari 33%
(Prawirohardjo, 2010).
2.2.2 Etiologi Anemia
Dalam kehamilan, terjadi peningkatan plasma yang mengakibatkan
meningkatnya volume darah ibu. Peningkatan plasma tersebut tidak mengalami
keseimbangan dengan jumlah sel darah merah sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar hemoglobin. Peningkatan volume plasma akan
meningkatkan sel darah merah sebesar 15-18%. Peningkatan jumlah sel darah
merah akan mempengaruhi kadar hemoglobin darah, sehingga jika peningkatan
volume dan sel darah merah tidak diimbangi dengan kadar hemoglobin yang
cukup, akan mengakibatkan terjadinya anemia. Anemia dalam kehamilan dapat
terjadi karena perubahan fisiologi selama kehamilan atau karena ibu sebelumnya
telah mengidap anemia sehingga seiring perubahan fisiologi kehamilan yang
terjadi, sehingga konsentrasi Hb ibu semakin rendah dan keadaan anemia ibu
akan semakin parah pula. Perubahan pada komposisi darah ibu hamil terjadi mulai
minggu ke 24 kehamilan dan akan memuncak pada minggu ke 28 sampai dengan
minggu ke 32 dan menetap pada minggu ke 36 kehamilan. Sehingga
menyebabkan kadar Hb dalam tubuh ibu semakin menurun. Sebagai akibatnya
transport oksigen dan nutrisi pada tingkat sel akan terganggu (Irianti Dkk, 2014).
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan anemia ditentukan oleh penyebab dan tingkat keparahannya.
Anemia defisiensi zat besi ringan dapat berespons terhadap zat besi oral dan diet,
sedangkan anemia akibat perdarahan berat mungkin memerlukan transfuse
darah. Beberapa jenis anemia hemolitik biasanya diobati dengan kortikosteroid
dan kemungkinan dengan splenektomi (pengangkatan limpa) untuk meghentikan
penghancuran sel darah premature. Pengobatan anemia menurut jenis anemia
adalah sebagai berikut :
a) Anemia defisiensi besi
Tujuan terapi adalah koreksi defisit masa hemoglobin dan akhirnya pemulihan
cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan senyawa besi
sederhana meliputi ferro sulfat, fumarat atau glukonat per oral yang
mengandung dosis harian sekitar 200 mg besi elemental (Cunningham dkk,
2005). Skrining rutin and untuk anemia terhadap semua wanita harus
dilakukan pada saat pemeriksaan pertama dan saat usia 28 minggu. NICE
(National Institute for Health Care Exellence) (2008) merekomendasikan
bahwa jika HB < 11 g/dl pada awal kehamilan atau < 10,5 g/dl pada usia
kehamilan 28 minggu, pemberian suplemen besi harus dipertimbangkan.
Absorpsi besi dari makanan bergantung pada tipe besi. Zat besi yang
didapatkan dari sumber hewani lebih efektif diabsorpsi dibandingkan dengan
sumber nabati (Bothamley & Boyle, 2011).
b) Anemia megaloblastik
Terapi anemia megaloblastik yang dipicu oleh kehamilan harus mencakup
asam folat, makanan bergizi, dan zat besi. 1 mg asam folat yang diberikan per
oral setiap hari sudah dapat menimbulkan efek hematologis yang nyata.
Dalam 4 sampai 7 hari setelah awal pengobatan, hitung relitukosit akan
meningkat secara bermakna, sedangkan leukopenia dan trombositopenia
akan terkoreksi (Cunningham dkk, 2005). Pencegahan dapat dilakukan
dengan makanan yang cukup mengandung asam folat seperti sayuran
berdaun hijau, polong-polongan dan protein hewani. Sebagai bidan perlu
memberikan asuhan pencegahan terjadinya anemia pada kehamilan,
melakukan penatalaksanaan pada anemia ringan serta melakukan upaya
kolaborasi dan juga rujukan pada kasus anemia lanjut.
2.3 Kehamilan
2.3.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2007).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional.
Kehamilan dibagi dalam tiga (3) trimester, dimana trimester satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester dua berlangsung 15 minggu yakni dari minggu ke
13 hingga minggu ke 27 sedangkan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke
28 hingga minggu ke 40) (Prawirohardjo, 2010).
Rendah
Normal
Tinggi
Obesitas
< 19,8
19,8 26
26 -29
29
12,5 18
11,5 16
7 11,5
Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate dan renal plasma flow juga
akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin
yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan
suatu hal yang umum, tetapi kemungkinan adanya diabetes mellitus juga
tetap harus diperhitungkan. Sementara itu, proteinuria dan hematuria
merupakan suatu hal yang abnormal (Prawirohardjo, 2010).
j. Sistem endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Kelenjar adrenal pada kehamilan akan mengecil, sedangkan hormon
androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol
akan meningkat. Sementera itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun
(Romauli, 2011).
k. Sistem muskuluskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan.
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh dan
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
wanita berubah. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring kedepan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan
pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (Romauli, 2011).
Ibu hamil dapat memperoleh zat besi selain dari tablet tambah darah bisa
juga didapatkan dari sumber lain yaitu makanan. Sumber zat besi antara lain
makanan hewani seperti dging, ayam dan ikan. Dan sumber lainnya adalah
telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis
buah. Disamping jumlah zat besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam
makanan, dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavability). Pada
umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan
biologic tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai
ketersediaan biologic sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran,
terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai
ketersediaan biologic rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan
sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi yang berasal dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat diabsorbsi.
c. Personal hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua
kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat,
menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit dengan cara dibersihkan
dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat
perhatian karena sering kali terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kurang kalsium (Romauli, 2011).
d. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Wanita hamil yang sebelumnya
tidak mengalami konstipasi dapat memiliki masalah ini pada trimester ke dua
atau ke tiga. Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis usus yang
di sebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran
gastrointestinal, sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping
yang umum muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi. Hal ini
memperberat masalah bagi sebagian besar wanita hamil. Tindakan
pencegahan adalah mengkonsumsi makanan berserat dan banyak minum air
putih. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama yang dirasakan oleh
ibu hamil, terutama pada trimester I dan II. Hal ini adalah fisiologis. Tindakan
mengurangi asupan cairan tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
dehidrasi (Romauli, 2011).
e. Perawatan payudara
Selama kehamilan, payudara mengalami pembesaran, yaitu lebih membesar,
kencang, dan lebih sensitif. Merawat payudara perlu dilakukan dengan cara
yang benar dan baik untuk membantu melancarkan peredaran darah ke
payudara dan mempersiapkan produksi ais susu ibu (ASI) (Prawirohardjo,
2010).
f. Obat-obatan
Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar
berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaikan pemberian obat harus
dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidak nyamanan yang dialami lebih
dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja. Dalam pemberian obat,
doktek biasanya sangat memperhatikan reaksi obat terhadap kehamilan.
Karena ada obat tertentu yang kadang bersifat kontra dengan kehamilan
(Sulistyawati, 2011).
g. Seksualitas
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan. Selama tidak ada riwayat penyakit seperti sering abortus,
kelahiran prematur dan perdarahan pervaginam. Koitus harus dilakukan
dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan. Apabila ketuban
sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin
intrauterine (Sulistyawati, 2011).
h. Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk istirahat yang teratur khususnya seiring
kemajuan kehamilannya. Istirahat dan tidur yang teratur meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk perkembangan dan pertumbuhan
janin.Tidur pada malam hari 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada
siang hari selama 1 jam (Romauli, 2011).
Gejala-gejala :
- Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara
tiba-tiba dan kapan saja.
- Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.
- Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak (Romauli, 2011).
c. Solution Plasenta (Abruptio Plasenta)
Lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas
setelah anak lahir. Tanda dan gejala :
- Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan
keluar atau perdarahan tampak.
- Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta.
(Perdarahan tersembunyi / perdarahan kedalam).
d. Solusio Plasenta Menurut Kusmiyati (2009), solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras
seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan
beratnya syok. (Romauli, 2011).
e. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia
(Sulistyawati, 2011).
f. Penglihatan kabur Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena
pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan (Romauli, 2011).
g. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan. Bengkak bisa menunjukan masalah
serius jika muncul pada wajah dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain (Sulistyawati, 2011).
h. Keluar cairan per vagina.
Keluar cairan pervaginam harus dibedakan antara urine dengan air ketuban.
Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh,
berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan,
hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi intrapartum
(Sulistyawati, 2011).
i. Gerakan janin tidak terasa.
Kesejateraan janin dapat diketahui dari aktifitas gerakannya. Minimal adalah 10
kali dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan
janin dalam rahim, misalnya afiksia janin sampai kematian janin (Sulistyawati,
2011).
j. Nyeri perut yang hebat.
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti
pada persalinan. Dan pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang
hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok
yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin buruk, dan disertai
dengan pendarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus
waspada akan kemungkinan terjadi solusio placenta.