Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM


MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR KABUPATEN MAJENE

OLEH

MUH.FADLI
NIM : 041886036

ABSTRAK

i
ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR
KABUPATEN MAJENE

Oleh : Muh. Fadli (041886036)

Kata kunci : Kepatuhan, wajib pajak, Pajak Bumi dan bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial
bagi daerah sebagai salah satu pajak langsung. Pajak Bumi dan Bangunan
merupakan pajak pusat karena obyeknya didaerah, maka daerah mendapat bagian
yang lebih besar.Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Bangga
Timur Kabupaten Majene. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa realisasi
penerimaan pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya di Kecamatan Banggae
Timur Kabupaten Majene mengalami peningkatan sehingga dapat penulis
simpulkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak PBB
semakin meningkat karena sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya
sebagai warga Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik maju dan
berkembang. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat patuh terhadap
pembayaran PBB adalah kesadaran wajib pajak, keadaan ekonomi masyarakat,
tingkat pendidikan, menghindari denda dan kemudahan akses. Adapun upaya
pemerintah daerah yaitu dengan mengadakan sosialisasi PBB, melampirkan bukti
lunas PBB setiap kali akan melakukan layanan administrasi pemerintahan ke
Kelurahan, serta program operasi terpadu untuk memudahkan masyarakat dalam
membayar PBB.

ii
DAFTAR ISI

Sampul i
Abstrak ii
Daftar Isi iii

BAB. I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak 6


B. Wajib Pajak 8
C. Pajak Bumi dan Bangunan 9

BAB III PEMBAHASAN 13

A. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak di Kecamatan Bangga Timur


Kabupaten Majene 11
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Majene 16

BAB IV PENUTUP 19

A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

Daftar Pustaka20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu dalam masyarakat harus dapat memahami dan mengerti


akan arti penting pajak dalam keberhasilan suatu pemerintahan bahwa pajak
merupakan sumber pendapatan negara yang mempunyai peranan yang sangat
penting didalam pelaksanaan pembangunan, selain pajak pendapatan dan pajak
penghasilan maka pajak bumi dan bangunan atau PBB juga memberikan peranan
penting dalam sumber pembiayaan. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak
khususnya dalam pembayaran PBB akan dipergunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum.
Sejak lahir sampai meninggal, setiap warga negara menerima fasilitas
atau tunjangan negara semuanya dibiayai pajak. Pajak juga mendukung
barang-barang yang sangat dibutuhkan warga dan melunasi utang pemerintah
di luar negeri. Dengan demikian, jelaslah bahwa peran penerimaan pajak dalam
mendukung penyelenggaraan negara dan pembiayaan pembangunan akan menjadi
sangat dominan. Selain fungsi anggaran (pendapatan) tersebut di atas, pajak juga
berfungsi untuk mendistribusikan kembali pendapatan dari mereka yang lebih
mampu secara finansial kepada mereka yang kurang mampu.
Masalah bagi pemerintah daerah dalam memungut PBB adalah prinsip
kepatuhan wajib pajak. Karena kurangnya pengetahuan wajib pajak, penerimaan
daerah dari PBB kurang optimal. Oleh karena itu, prasyarat wajib untuk
pelaksanaan fungsi redistribusi pendapatan adalah wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya secara tepat dan benar. Sehingga akhirnya perbedaan
ekonomi dan sosial yang berlaku di masyarakat dapat dikurangi semaksimal
mungkin. Sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah, memberikan keleluasaan
kepada daerah untuk mengelola dan mengatur pendapatannya, maka PBB juga
dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah Kabupaten Majene dalam hal ini
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

1
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pemerintah pusat dan
digolongkan sebagai pajak langsung serta dipungut setiap tahun. Walaupun PBB
merupakan pajak pusat tetapi dalam pengelolaan dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan hasilnya
dibagi dua yaitu 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk pemerintah daerah.
Sedangkan sistem pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Official
Assesment System artinya selama belum menerima ketetapan pajak dari fiskus,
maka wajib pajak belum terhutang pajak PBB atau belum timbul kewajiban
membayar pajak.
Mengingat tujuan mulia negara ini, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan yang dapat membantu keberhasilan pemerintah untuk menjamin
kesejahteraan rakyat Indonesia, seperti melalui Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
yang berlaku atas tanah di wilayah negara Indonesia. Hal ini mendasari perlunya
mengkaji dan mengevaluasi kembali efektifitas pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan untuk mencapai hasil yang maksimal sehingga dapat digunakan untuk
menjamin kehidupan warga negara Indonesia melalui cara-cara yang efektif.
Menurut Arianto (2016:46), mengatakan bahwa pengumpulan pajak
Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui
pemungutan pajak. Ketika pajak merupakan sumber penerimaan, mereka dapat
memainkan peran yang signifikan dan memiliki kepentingan dalam menyediakan
sumber pendanaan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Salah satu sumber
dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi
penentuan kebijakan yang terkait dengan bumi dan bangunan. Dasar perhitungan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak
Menurut Manurung (2018:38), mengatakan bahwa Pajak bumi dan
bangunan, sebagai salah satu pajak langsung, merupakan sumber pendapatan
daerah yang sangat memungkinkan. Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak
pusat karena harta berada di daerah dan daerah mendapatkan bagian yang lebih
besar. Salah satu permasalahan yang masih sangat pelik di Indonesia khususnya di

2
Kabupaten Majene adalah pertumbuhan penduduk yang semakin cepat setiap
tahunnya. Dari segi pajak, pertumbuhan penduduk berdampak besar terhadap
peningkatan penerimaan PBB, dimana pajak dipungut dari masyarakat yang
dikenal dengan wajib pajak, dan kewajiban pajak wajib pajak dihitung
berdasarkan pendapatan atau upah yang diperoleh dari jasa yang diberikan oleh
wajib pajak.
Penerimaan PBB dapat dilihat dari naiknya harga tanah dan bangunan
dari tahun ke tahun, banyaknya permintaan akan tanah dan bangunan yang
disebabkan dari penambahan jumlah penduduk. Sehingga penerimaan PBB ikut
mengalami peningkatan dengan adanya pembangunan berbagai sarana dan
prasarana terutama tempat tinggal yang dibutuhkan oleh penduduk.
Dalam melakukan pembangunan daerah, pajak yang ada di daerah atau
pajak daerah ini menjadi salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Hal tersebut sebagaimana diatur dalam UU No.28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah & Retribusi. Pajak daerah ini bersifat memaksa, karena
hal tersebut merupakan sebuah partisipasi wajib pajak kepada pemerintah
daerah dan dipergunakan untuk keberlangsungan pembangunan dan
kepentingan daerah pula. Kemudian berdasarkan Perwal Kota Tahun 2019
Tentang Petunjuk Teknis & Tata Cara Pemungutan PBB, dengan diubahnya
pada peraturan tersebut diharapkan dapat lebih memudahkan Wajib Pajak
dalam melakukan pelayanan kepada pemerintah terkait pembayaran PBB.
Kendati demikian, sistem pemungutan pajak di Indonesia itu sendiri
menggunakan self assessment system yang mengharuskan wajib pajak aktif
mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan benar dan jujur, hingga
membayar pajak terutang.
Manfaat membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) begitu besar bagi
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, dan peluang untuk membayarnya
banyak. Meskipun masyarakat menerima syarat untuk melakukan pembayaran dan
manfaat dari pendapatan PBB, seperti membangun sarana dan prasarana,
namun pada kenyataannya pemkot tetap tidak memberikan kontribusi untuk
pembayaran PBB yang menjadi kewajiban WP PBB. Masyarakat bahkan

3
mempersepsikan pajak sebagai beban yang berat, yang pada akhirnya menurunkan
kesejahteraan individu. Dengan kenyataan-keyataan yang ada menyangkut
permasalahan tersebut, maka penulis mengangkat judul “Analisis Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Di Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene”

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikemukakan dalam karya tulis ini adalah ;


1) Bagaimana Analisis Kepatuhan Wajib Pajak di Kecamatan Bangga Timur
Kabupaten Majene?
2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Majene?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian
a. Mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak di Kecamatan Bangga Timur
Kabupaten Majene
b. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten
Majene
2) Kegunaan Penelitian
a. Bagi akademisi, sebagai bahan informasi dalam manajemen
keuangan sekolah
b. Bagi peneliti, akan menjadi masukan dan acuan dalam
mengembangkan penelitian di masa mendatang, serta menjadi
referensi yang berharga.

4
C. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penyusunan karya tulis ini
yaitu halaman judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, metodologi,
pembahasan, penutup dan daftar pustaka.
Halaman judul yang berisi tentang judul dan penyusun, kata pengantar,
berisi tentang puji syukur ucapan terimakasih dan tanggal pembuatan daftar isi
yang terdiri dari halaman-halaman dengan banyaknya halaman yang termuat.
Pendahuluan yang terdapat pada Bab I berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Pada Bab II berisi tentang landasan teori untuk memperjelas pembahasan
yang dibuat dalam karya Ilmiah ini.
Selanjutnya pada Bab III terdapat pembahasan yang berisi tentang
pembahasan masalah yang dihadapi penulis.
Penutup yang terdapat pada Bab IV yang berisi dari simpulan dan saran.
Selanjutnya terdapat daftar pustaka yang berasal dari buku panduan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Istilah kepatuhan berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia artinya


tunduk dan patuh terhadapsuatu aturan. Menurut Rahayu, (2006:52), mengatakan
bahwa kepatuhan perpajakan adalah taat, tunduk dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib pajak yang patuh ialah wajib
pajak yang taat serta memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Menurut Devano & Rahayu, (2006:60), kepatuhan perpajakan
adalah suatu kondisi dimana wajib pajak memenuhi kewajiban dan
melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak secara umum terbagi
menjadi dua, diantaranya ;
1) Kepatuhan formal. Wajib pajakmenjalankan kewajibannya dengan formal
sesuai padaketentuan Undang-Undang Perpajakan ini merupakan
pengertian dari kepatuhan formal. Artinya, wajib pajak melakukan
penyetoran serta pelaporan pajak dengan tepat waktu.
2) Kepatuhan material. Wajib pajak secara hakikat telah memenuhi
semua ketentuan material perpajakan. Artinya, perhitungan serta total
pembayaran pajak telah benar dan sesuai dengan ketentuan.
Adapun dimensi pada penelitian menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Chaizi Nasucha dalam (Devano & Rahayu, 2006) yang
menjelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi melalui:
1) Wajib pajak patuh dalam mendaftarkan diri.
Berdasarkan pada Pasal 2 UU KUP menjelaskan bahwasannya terdapat
suatu kewajiban bagi wajib pajak itu sendiri dalam hal mendaftarkan
diri pada DJP dimana wilayah kerjanya mencakup tempat kedudukan
atau tempat tinggal WP serta akan diberikannya sebuah NPWP.

6
2) Wajib pajak patuh untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.
Berdasarkan pada Pasal 3 ayat (1) UU KUP menjelaskan bahwasannya
kewajiban lain yang dimiliki oleh WP yakni dalam hal pengisian SPT
dengan menggunakan bahasa Indonesia lalu menyampaikannya ke tempat
WP terdaftar.
3) Wajib pajak patuh dalam menghitung dan membayar pajak terutang.
WPini harus dapat mematuhi dan menjalankan apa yang telah menjadi
kewajibannya dalam hal melaksanakan perhitungan serta pembayaran
pajak terutangnya terhadap penghasilan yang diterima.
4) Wajib pajak patuh dalam pembayaran tunggakan
Latar belakang dari pemilihan teori tersebut karena relevan dengan apa
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu patuhnya wajib
pajak dalam membayar PBB dapat diukur dengan patuh mendaftarkan
diri, menyetorkan surat pemberitahuan, menghitung dan membayar
pajak terutang, hingga dalam pembayaran tunggakan. Sehingga dapat
terbuktikan seberapa patuhnya wajib pajak dalam membayar PBB.

Wajib Pajak Berdasarkan pada Pasal 1 ayat (1)UU KUP, wajib pajak
merupakan sekumpulan orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan termasuk pemungut dan pemotong pajak tertentu. Wajib Pajak
merupakan orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar, pemotong,
sertapemungut pajak yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kewajiban utama wajib
pajak yaitu membayar pajak sendiri dan memungut atau memotong pajak orang
lain, lalu menyetorkannya kepada negara melalui kantor pos atau
bank.Wajib pajak dikelompokkan kedalam 3 bagian, yaitu wajib pajak orang
pribadi, badan, dan pemungut/ pemotong. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
merupakan pajak negara yang sebagian besar penerimaannya adalah
pendapatan daerah yang dipergunakan untuk penyediaan fasilitas serta dinikmati
oleh Pemerintah Pusat dan juga Daerah

7
B. Wajib Pajak

Undang-Undang Republik Indonesia No.28 tahun 2009 wajib pajak


adalah orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak,pemotong pajak,dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Menurut Mardiasmo, (2015:25) Wajib Pajak adalah orang pribadi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditententukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
Tertentu.
Pengertian wajib pajak orang pribadi menurut Undang-Undang No. 28
tahun 2009 orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Subjek pajak pribadi meliputi
wajib pajak yang bertempat tinggal di dalam negeri maupun yang bertempat
tinggal di luar negeri, yang memperoleh penghasilan dari Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga ) hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Dalam pasal 1 ayat 2, UU No. 16 tahun 2009 tentang KUP disebutkan
bahwa wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah yang penting diseluruh dunia,
baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Karena jika wajib pajak tidak
patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan penghindaran,
pengluhan dan penyelundupan pajak yang pada akhirnya tindakan tersebut akan
menyebabkan penerimaan pajak negara berkurang.
Wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang sadar pajak, paham hak dan
kewajiban perpajakannya dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hal perpajakannya.

8
Penyebab wajib pajak tidak patuh bervariasi salah satunya adalah fitrannya
penghasilan yang diperoleh wajib pajak utama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

C. Pajak Bumi dan Bangunan

pajak bumi dan bangunan Menurut Mardiasmo, (2015:311) memiliki


arti bumi adalah permukaan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan)
serta laut Wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah atau perairan. Termasuk dalam
pengertian bangunan adalah ;
1) Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan
2) Jalan tol
3) Kolam renang
4) Pagar mewah
5) Tempat olah raga
6) Galangan kapal,dermaga
7) Taman mewah
8) Tempat penampungan/kilang minyak,air dan gas,pipa minyak
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 Pajak Bumi dan
Bangunan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai,
atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan,perhutanan,dan pertambangan.
Tanggal jatuh tempo pembayaran SPPT PBB Tahun 2022 adalah
30 September 2022. Lakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo agar
terhindar dari denda administrasi sebesar 2 % per bulan. Dalam peraturan pajak
bumi dan bangunan terbaru 2022, tarif PBB terbaru diatur pada Pasal 41.
Disebutkan bahwa tarif PBB P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5 persen.
Tarif PBB P2 yang berupa lahan produksi pangan dan ternak ditetapkan lebih
rendah daripada tarif untuk lahan lainnya. Besaran tarif tersebut ditetapkan dengan
Perda. Lebih lanjut, terkait cara menghitung PBB P2, penting mengetahui dasar

9
pengenaan PBB P2. Pasal 40 regulasi ini menyebut, dasar pengenaan PBB-P2
adalah NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak). NJOP ditetapkan berdasarkan proses
penilaian PBB P2.
Adapun NJOP tidak kena pajak ditetapkan paling sedikit sebesar Rp 10
juta untuk setiap Wajib Pajak. Lebih lanjut, NJOP yang digunakan untuk
perhitungan PBB P2 ditetapkan paling rendah 20 persen dan paling tinggi 100
persen dari NJOP setelah dikurangi NJOP tidak kena pajak. Terkait hal ini, NJOP
ditetapkan setiap 3 tahun, kecuali untuk obyek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya. Besaran NJOP ditetapkan
oleh Kepala Daerah. Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian PBB
P2 diatur dengan Peraturan Menteri.
Cara menghitung Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 42 regulasi ini
menegaskan, besaran pokok PBB P2 yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PBB P2 dengan tarif PBB P2. Lebih lanjut, Pasal 43
memandatkan, tahun pajak PBB P2 adalah jangka waktu 1 tahun kalender.
Tempat PBB P2 yang terutang adalah di wilayah daerah yang meliputi letak
obyek PBB P2. Saat yang menentukan untuk menghitung PBB P2 yang terutang
adalah menurut keadaan obyek PBB P2 pada tanggal 1 Januari. Itulah sejumlah
informasi mengenai peraturan Pajak Bumi dan Bangunan terbaru 2022, termasuk
tentang tarif Pajak Bumi dan Bangunan 2022.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak di Kecamatan Bangga Timur Kabupaten


Majene
Penelitian ini menggunakan beberapa dimensiuntuk mengetahui sejauh
mana tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan (PBB) di Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene.
Berikut merupakan hasil analisis peneliti terhadap beberapa dimensi kepatuhan
wajib pajak, yaitu ;
1) Wajib Pajak Patuh Dalam Mendaftarkan Diri
Salah satu kewajiban wajib pajak adalah dengan mendaftarkan
diri ke kantor pajak dimana wilayahnya mencakup kedudukanatau tempat
tinggal wajib pajak. Wajib pajak juga dapat dengan mudah mendaftarkan
diri melalui media elektronik online yang selanjutnya diberikanlah NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak).Berikut merupakan dokumentasi salah satu
wajib pajak yang sedang melakukan pendaftaran PBB di UPT Wilayah
Bandung Timur.
Berdasarkan hasil temuan penelitian terkait kepatuhan wajib pajak
dalam mendaftarkan diri sebagai wajib pajak PBB, bahwasannya secara
keseluruhan masyarakat Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene.
patuh untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak PBB. Kebanyakan wajib
pajak inisiatif sendiri untuk keperluan pribadi dalam mendaftarkan diri
sebagaiwajib pajak. Misalnya, salah satu syarat dalam pembuatan ahli waris
di setiap kelurahan adalah dengan melampirkan bukti lunasnya pembayaran
PBB, dengan begitu kesadaran masyarakat pun dituntut untuk melakukan
pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Dapat diketahui bahwa memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi
wajib pajak untuk secara sadar mendaftarkan diri sebagai wajib pajak PBB
hingga membayar PBB setiap tahunnya. Dalam mendaftarkan diri

11
sebagai wajib pajak PBB ini telah diatur dalam Perwal Majene Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Perwal Tahun 2017 tentang petunjuk teknis &
tata cara pemungutan pajak bumi dan bangunan. Temuan lain berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan wajib pajak sebagai informan bahwa
masih adanya sebagian wajib pajak PBB yang belum mengalihkan subjek
PBB, dalam arti subjek PBB masih atas nama orang tua bahkan
meskipun orang tua tersebut sudah meninggal. Selain daripada itu, masih
belum pahamnya wajib pajak terkait proses pendaftaran PBB.
2) Wajib Pajak Patuh Dalam Menyetorkan Kembali Surat Pemberitahuan
Sebagaimana petunjuk teknis dan tata cara pemungutan PBB,
bahwasannya wajib pajak memperoleh surat pemberitahuan berupa Surat
Pemberitahuan Objek Pajak atau disingkat dengan SPOP. Wajib pajak
menggunakan SPOP ini untuk melaporkan data subjek maupun objek PBB
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah wajib pajak mengisi
SPOP tersebut dengan benar, selanjutnya wajib pajak harus menyampaikan
SPOP kepada petugas pajak.
Adapun sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang tidak
menyetorkan kembali surat pemberitahuan dan telat membayar PBB.
Untuk saat ini sanksi tersebut berupa denda sebesar 2% dari total pembayaran
PBB. Sampai saat ini denda tersebut tetap berjalan. Sistem pembayaran
dendanya pun sama seperti pembayaran PBB, namun ada tambahan
nominal karena denda tersebut. Ketika selama 3 tahun berturut-turut
masyarakat tidak membayar PBB di blokir SPT PBB-nya.
Hasil wawancara lain dengan Bapak Ibu Camat Banggae Timur
Najibha Fattah menerangkan, bagi masyarakat yang menunggak pasti
mendapat surat pemberitahuan yang berupa surat teguran. Selain itu, ada
sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang tidak menyetorkan surat
pemberitahuan dan membayar PBB berupa denda dan biasanya sudah ada
hitungannya berapa persen dari pokok pembayaran.
Wawancara di atas dapat diketahui bahwasannya wajib pajak memang
harus menyampaikan surat pemberitahuan objek pajak agar terhindar dari

12
sanksi pajak dan pemblokiran SPT PBB-nya. Adanya surat teguran bagi
wajib pajak yang menunggak dengan kata lain melewati batas penyetoran
surat pemberitahuan dan pembayaran PBB.
3) Wajib Pajak Patuh Dalam Menghitung Dan Membayar Pajak Terutang
Jika dalam pajak penghasilan adalah menghitung pajak oleh wajib
pajak itu sendiri, berbeda dengan pajak bumi dan bangunan.
Dalam menghitung pajak terutang PBB ini sudah ditentukan oleh petugas
pajak sesuai dengan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) wilayahnya.
Dalam arti, wajib pajak tidak menghitung pajak terutang PBB
masing-masing. Wajib pajak hanya perlu membayar pajak dengan tepat waktu
setelah menerima SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang)melalui bank,
kantor pos, dan lainnya yang sudah ditentukan oleh petugas pajak.
Terkait kepatuhan wajib pajak dalam menghitung dan membayar pajak
terutang, bahwasannya SPPT PBB disalurkan kepada masyarakat pada
bulan Maret atau April. SPPT PBB disalurkan secara terstruktur melalui
UPT Majene lalu disalurkan ke setiap Kelurahan yang ada di
Kecamatan Banggae Timur, lalu disampaikanlah ke setiap RT dan RW hingga
sampailah kepada masyarakat sebagai wajib pajak PBB.
Untuk perhitungan nominal pajak terutang sendiri sudah ditentukan
oleh Bapenda berdasarkan perhitungan khusus dilihat dari peta blok yang mana
NJOP setiap wilayah tentunya berbeda. Wajib pajak hanya perlu
membayar pajak terutang sesuai dengan nominal yang tercantum dalam SPPT
PBB. diketahui bahwasannya wajib pajak tidak perlu bingung menentukan
nominal PBB karena itu sudah ditentukan oleh petugas pajak berdasarkan
perhitungan NJOP. Wajib pajak hanya perlu meningkatkan kepatuhan
membayar pajak terutang secara tepat waktu. Dalam pembayaran PBB ini
sendiri telah diatur dalam Perwal Kota Bandung No.012 Tahun 2019 Tentang
Petunjuk Teknis dan Tata Cara Pemungutan PBB. Batas akhir pembayaran
PBB itu sendiri pada setiap tanggal 30 September.
Disimpulkan bahwa perlu adanya pengarahan kepada masyarakat
selaku wajib pajak akan pentingnya membayar PBB dan dampaknya terhadap

13
pembangunan daerah apabila tidak tercapainya realisasi penerimaan PBB.
Sehingga ketika wajib pajak mempunyai antusias tinggi untuk membayar
PBB, hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan asli daerah untuk
melakukan pembangunan daerah dan mensejahterakan masyarakat
sebagaimana tujuan dari pemungutan PBB itu sendiri.
4) Wajib Pajak Patuh Dalam Pembayaran Tunggakan
Untuk menghindari penumpukannya pajak terutang dengan
kata lain adanya penunggakan PBB, wajib pajak diharapkan agar tepat
waktu dalam membayar PBB sesuai dengan nominal yang tercantumpada
SPPT PBB. Guna memaksimalkan penerimaan pajak sesuai dengan target
yang ingin diraih, maka sangatlah diperlukan adanya pengawasan dan
kepatuhan wajib pajak.
Pada dasarnya pemungutan pajak tidak akan berjalan baik tanpa
adanya pengawasan serta kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.
Pada akhirnya, berdampak pada terkendalanya pembangunan daerah
disebabkan tidak tercapainya penerimaan PBB. Berdasarkan realisasi
penerimaan PBB pada tahun 2018-2020 di latar belakang, disana menunjukkan
bahwa adanya ketidaktercapaian realisasi penerimaan dari total target yang
ingin di raih pada setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan masih adanya wajib
pajak yang menunggak PBB.

Tingkat kepatuhan masyarakat Kabupaten Majene sebagai Wajib Pajak


PBB sudah cukup baik dilihat dari masyarakat yang datang langsung ke Kantor
Badan Pendapatan Daerah Majene untuk meminta SPOP untuk mendaftarkan
objek pajaknya dan itu juga tidak terlepas dari kinerja dan kerjasama yang baik
antara fiskus dengan pihak instansi terkait, sehingga penerimaan dari PBB tiap
tahunnya meningkat,walaupun masih ada sebagian kecil yang masih belum
melaksanakan kewajibannya. Dalam rangka peningkatan kepatuhan wajib pajak
PBB maka usaha-usaha yang dilakukan pemerintah seperti :
1) Penagihan aktif (door to door) yang dilakukan oleh petugas pajak untuk
meningkatkan penerimaan PBB, karena akan mudah untuk petugas pajak
menjaring WP PBB. Karena dengan begitu WP PBB tidak dapat

14
menghindar karena sudah didatangi oleh petugas pajak.
2) Sosialisasi PBB kepada pihak-pihak instansi terkait untuk diterapkan kepada
masyarakat. Sehingga dapat memberikan pengetahuan WP PBB secara luas.
Baik itu mengenai sanksi maupun manfaat dari hasil penerimaan PBB.
3) Memberikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) atau Lampiran Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) serta memberikan petunjuk pengisian
SPOP dan LSPOP kepada WP PBB untuk pendaftaran objek pajaknya.
4) Melakukan pendataan ulang guna menetapkan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) suatu tanah bangunan sesuai dengan perkembangan daerah tesebut
atau melalui pendekatan nilai pasar atau harga jual suatu tanah dan
bangunan.
5) Membantu atau petugas kantor kelurahan/desa jika mendapat masalah di
lapangan. Misalnya saja masyarakat yang masih tidak mau membayar PBB
terhutangnya meskipun petugas kantor kelurahan sudah datang untuk
menagih pembayaran PBB terhutangnya dan menerangkan sanksi yang
harus dibayar beserta pokok pajaknya jika tidak membayar PBB
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, kerjasama yang baik dalam hal
meningkatkan kepatuhan WP PBB, fiskus melakukan pengawasan kepada
masyarakat untuk menghimbau pembayaran PBB melalui spanduk yang
mengingatkan untuk membayar pajak sebelum jatuh tempo pembayaran
yang dipasang di jalan-jalan.
7) Menindak tegas masyarakat yang tidak mau membayar PBB terhutangnya
meski sudah diberikan teguran dan surat paksa maka WP PBB tersebut akan
ditindaklanjuti seperti dilaksanakannya penyitaan objek pajaknya, dan dari
hasil penyitaan tersebut akan di lelang.
8) Melaksanakan upaya pendekatan terhadap WP PBB agar masyarakat tidak
menghindari PBB dan tidak menganggap pajak sebagai beban, tetapi
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi WP PBB untuk memajukan dan
mengembangkan pembangunan daerah yang bersangkutan.

15
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Majene

Faktor yang mempengaruhi wajib pajak PBB dalam membayar PBB dan
usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan WP PBB
dalam membayar PBB di Lingkungan Badan Pendapatan Daerah Majene adalah
tata cara pembayaran di Bapenda Majene atau pelaksanaan pembayaran PBB yang
mempermudah wajib pajak PBB melaksanakan kewajiban perpajakannya
sehingga kepatuhan dan kesadaran wajib pajak PBB yang selama ini belum
sepenuhnya berjalan dengan sempurna akan dapat diminimalisir dengan segala
kemudahan yang diberikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Majene menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat patuh terhadap pembayaran PBB adalah sebagai berikut :
1) Kesadaran masyarakat
Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya
sebagai warga Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa itu adalah
bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik
maju dan berkembang.
2) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Kabupaten Majene cukup baik. Sehingga
masyarakat bersedia menyisihkan dana untuk pembayaran atas tanah dan
bangunan yang telah mereka kuasai dan mereka manfaatkan.
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mayarakat Kabupaten Majene baik sehingga mudah
untuk menerima pengetahuan tentang perpajakan. Seperti sanksi
administrasi yang dibebankan kepada wajib pajak PBB jika tidak PBB atau
membayar PBB namun melewati jatuh tempo pembayaran, kegunaan hasil
penerimaan PBB sebagian besar akan dikembalikan untuk daerah yang
bersangkutan guna untuk memenuhi kebutuhan daerah atau pembangunan
daerah yang bersangkutan.

16
4) Menghindari denda
Walaupun masih ada wajib pajak yang komplain masalah terlalu tinggi
pengenaan PBBnya tetapi mereka tetap melaksanakan kewajiban
perpajakannya karena menghindari adanya denda berupa bunga jika harus
menunda-nunda pembayaran sampai lewat jatuh tempo pembayaran PBB.
5) Akses pembayaran Pembayaran
PBB bisa dilakukan di BNI lewat pusat pelayanan terpadu. Di pusat
pelayanan terpadu, wajib pajak akan dijelaskan tentang bagaimana
pembayaran pajak dengan system online, Wajib pajak membawa dokumen
nantinya petugas di Pusat Pelayanan Terpadu yang akan membimbing
dengan menggunakan system komputerisasi, jadi pembayaran pajak bisa
online, dan memudahkan para wajib pajak membayar pajak.

Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan wajib


pajak dalam membayar PBB, Pemerintah daerah termasuk di dalamnya BPPD
Kabupaten Majene, UPT Majene, Kecamatan Banggae Timur beserta
7 Kelurahan telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir wajib
pajak yang tidak taat pajak. Upaya yang dilakukan diantaranya
dilaksanakannya sosialisasi setiap tahun, adanya program operasi terpadu
dengan disediakannya mobil layanan pajak ke beberapa daerah dengan titik
tertentu, untuk melakukan pendaftaran atau pengajuan tertentu dan ada yang
mengharuskan untuk melampirkan SPPT PBB yang sudah dibayar seperti
pendaftaran sekolah, pengajuan nikah, terutama jual beli.
Hasil wawancara dengan Kasi Pemerintahan Kelurahan Labuang
Utara Kecamatan Banggae Timur mengatakan bahwa upaya yang kami lakukan
dengan mengadakan sosialisasi, mengingatkan kepada masyarakat supaya
membayar pajak, menunjukkan SPPT yang sudah dibayar apabila akan
melakukan administrasi di Kelurahan, serta operasi sisir pajak yang
diadakan oleh dinas pelayanan pajak dengan menyediakan kendaraan dinas
untuk membayar pajak di wilayah tertentu. Hal ini untuk memudahkan
masyarakat juga untuk membayar PBB.

17
Berbagai upaya tersebut seperti mengadakan sosialisasi akan
pentingnya membayar PBB oleh petugas pajak, kegiatan sosialisasi tersebut
bekerja sama dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, hingga kepada tingkat RT
dan juga RW untuk disampaikan kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut
secara rutin diadakan 1 kali dalam setiap 1 tahun. Selanjutnya, pemerintah
menghimbau masyarakat dengan memasang spanduk di beberapa titik ruas
jalan guna mengingatkan masyarakat untuk membayar PBB dengan tepat
waktu. Diadakannya program operasi terpadu dengan mengunjungi beberapa
titik tempat di Kecamatan untuk membuka pelayanan pembayaran PBB
dengan disediakannya mobil pajak. Dengan begitu memudahkan masyarakat
dalam melakukan pembayaran PBB. Petugas di kelurahan memberlakukan
pelampiran bukti lunas PBB ketika wajib pajak akan melakukan layanan
administrasi. Upaya-upaya tersebut dilakukan pemerintah guna meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

18
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan pemaparan di atas, simpulan yang didapat sebagai berikut.

A . Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan


bahwa dalam Kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di Kecamatan Banggae Timur dengan rentang waktu mulai
tahun 2019 hingga tahun 2022 dapat dikatakan cukup patuh, namun demikian
pada rentang tahun tersebut selalu tidak mencapai target yang diharapkan serta
target penerimaannya mengalami penurunan. Terdapat pula beberapa hambatan
diantaranya masih adanya wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam
membayar PBB, hal tersebut mengakibatkan adanya penunggakan PBB.
Masih adanya data kepemilikan PBB yang tidak update dikarenakan sebagian
wajib pajak belum melaporkan perubahan data baik itu subjek ataupun objek
pajaknya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat patuh terhadap
pembayaran PBB adalah kesadaran wajib pajak, keadaan ekonomi masyarakat,
tingkat pendidikan, menghindari denda dan kemudahan akses.
B. Saran

Dengan demikian, peneliti merekomendasikan sebagai bentuk evaluasi


dari kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB diantaranya:
Wajib pajak diharapkan dapat aktif dalam melakukan pembayaran PBB
secara tepat waktu dan juga melaporkan perubahan subjek ataupun objek PBB
kepada petugas pajak. Tata cara pembayaran sudah baik, jadi harus tetap
dipertahankan dan lebih ditingkatkan seperti kolektor atau petugas pemungut
pajak harus lebih aktif dalam memungut PBB. Bagi wajib pajak yang masih tidak
sadar akan kewajibannya dalam membayar PBB sebaiknya harus melaksanakan
pembayaran PBB guna untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan
daerah yang bersangkutan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abut, H. (2010). Perpajakan Indonesia. Diadit Media.

Astuti, W., & Susilawati. (2021). Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kelurahan Cibaduyut Wetan. Prosiding FRIMA (Festival
Riset Ilmiah Manajemen Dan Akuntansi), 4, 237–241.

Bahri, E. S., & Khumaini, S. (2020). Analisis Efektivitas Penyaluran Zakat Pada
Badan Amil Zakat Nasional. Journal of Islamic Economics and Banking,
2(1), 164–175

Devano, S., & Rahayu, S. K. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu.
Kencana.

Fihtriyana, R. (2018). Hubungan Penghasilan Orang Tua Dan Motivasi Belajar


Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Oo6 Langgini. Jurnal
Basicedu, 2(1), 102–110. https://doi.org/10.31004/basicedu.v2i1.128

Garna, J. K. (2009). Metoda Penelitian Kualitatif. Judistira Garna Foundation dan


Primaco Akademika.

Hartati, N. (2015). Pengantar Perpajakan. CV Pustaka Setia.

Nafiah, Z. & Warno, W (2018). Pengaruh Sanksi Pajak, Kesadaran Wajib Pajak,
dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Study Kasus Pada Kecamatan
Candisari Kota Semarang Tahun 2016).

Rahman, A. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, dan


Pendapatan terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
JurnalAkuntansi,6(1),1–20.

Salmah, S. (2018). Pengaruh Pengetahuan Dan Kesadaran Wajib Pajak


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB).

Windiarti, W., & Sofyan, M. (2018). Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi
Dan Bangunan Kota Depok. Jurnal Ilmiah Ekbank, 1(2), 29–39.

Zahra, F., & Rulandari, N. (2020). Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di UPPRD Johar Baru Jakarta
Periode Tahun 2017-2019.

20

Anda mungkin juga menyukai