Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)


DI KABUPATAN BENGKULU SELATAN,
BENGKULU TENGAH, DAN KOTA BENGKULU

Dosen Pengampu:

Dr. Achmad Aminudin, M. Si


NIP. 19600609 198803 1 002

Oleh:

CATHARINA HERMANUS PUTRI


NPM : D2D023012

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah

pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan

oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan (Undang Undang No 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Kemudian dalam Undang-

Undang Nomor 01 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat dan

Daerah mengatakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

yang selanjutnya disingkat PBB-P2 adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan

yang dimiliki, dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 208/Pmk.07/2018

tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan

menjelaskan PBB-P2 adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN


PERKOTAAN (PBB-P2) DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN

1
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

di Kabupaten Bengkulu Selatan masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan dari

650 wajib pajak, hanya 74.71% masyarakat yang membayar Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), sisanya 25.29% belum memiliki

kesadaran membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-

P2).

1. Kekuatan yang dimiliki ditemukan adanya kerjasama yang baik antara petugas

pajak dan RT, adanya surat tugas pembagian Bill Pajak, dan ekonomi

masyarakat mendukung untuk membayar pajak dan b). kelemahan yang

dimiliki ditemukan kesadaran masyarakat akan pentingnya PBB-P2 masih

kurang, objek dan subjek pajak berbeda tempat, Bill pajak baru diserahkan

dipertengahan tahun, dan tidak adanya sosialisasi pentingnya PBB-P2 kepada

masyarakat.

2. Sumber daya manusia ditemukan masih kurangnya petugas pemungut pajak,

b). Sarana dan peralatan pendukung ditemukan belum adanya alat transportasi

pendukung dan belum adanya loket tersendiri, c). Dana atau anggaran

ditemukan hanya ada uang transport satu kali jalan, belum adanya insentif bagi

petugas penerima pajak, dan tidak ada biaya sortir, d). Berbagai prosedur

ditemukan dan aturan yang diperlukan dan belum adanya regulasi yang kuat

bagi petugas PBB-P2 dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi wajib pajak.

3. Koleksi data penilaian yang telah ditentukan ditemukan data objek PBB-P2

belum akurat , masih ada objek pajak yang belum terdata / DPPKAD masih

2
menggunakan data lama, dan pemutakhiran data dilakukan lima tahun sekali

dan b). Diterapkan dalam praktik pelaksanaan ditemukan pemuktahiran data

PBB-P2 belum dilaksanakan dan belum dilaksanakan sosialisasi perubahan

nilai pajak.

4. Ketercapaian/ keberhasilan ditemukan ketercapaian Penerimaan PBB-P2

perkotaan belum mencapai target 100 persen dan ketercapaian Penerimaan

PBB-P2 perdesaan sudah mencapai target 100 persen dan b). Melihat

pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya ditemukan pencapai

tujuan PBB-P2 Perkotaan belum sesuai harapan dan pencapai tujuan PBB-P2

Perdesaan belum sesuai harapan.

3
PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB-P2) DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Penerimaan PBB-P2 2 pada PAD Kabupaten Bengkulu Tengah dalam 12

tahun terakhir berkisar rata rata sebesar 8.26%. Rasio yang rendah rerlihat pada

tahun 2020 dan 2021, hal ini dikarenakan adanya pandemi Covid 19, sehingga

masyarakat belum mampu melaksanakan kewajibannya untuk membayar PBB

P2. Ini menunjukkan bahwa kontribusi PBB P2 pada PAD Kabupaten Bengkulu

Tengah dalam 12 tahun masih tergolong rendah dan belum maksimal dikarenakan

masih banyak masyarakat dan perusahaan yang tidak patuh dalam membayar

pajak dan masih banyak Wajib Pajak yang memiliki piutang PBB P2 di

Kabupaten Bengkulu Tengah.

Faktor penghambat faktor penghambat Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan (PBB-P2) dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Bengkulu Tengah pada perlawanan pasif ditemukan bahwa:

1. Partisipasi masyarakat rendah

2. Masyarakat merasa tidak adil

3. Kurangnya sosialisasi dari BKD kepada masyarakat.

4. Kurangnya Petugas Penagih Pajak dan dana untuk operasional.

5. Sarana pendukung masih sangat minim

6. Data Wajib Pajak dan Objek Pajak tidak update dan tidak akurat

7. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap wajib pajak.

Sementara itu, faktor penghambat faktor penghambat Pajak Bumi Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah

4
(PAD) Kabupaten Bengkulu Tengah pada perlawanan pasif ada dua faktor

penghambat yang ditemukan :

a. Ditemukan adanya masyarakat (Wajib Pajak) memanipulasi data Objek Pajak

b. Ditemukan adanya kewajiban pajak PBB-P2 di desa-desa ditalangi oleh Kepala

Desa

Dua faktor yang ditemukan tersebut menunjukan perlawanan aktif atau

bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ditujukan untuk

menghindari memabayar pajak atau berusaha agar pajak yang dibayar lebih ringan

atau lebih kecil dari semestinya. Keadaan tersebut tentu berpengaruh pada

realisasi penerimaan pajak PBB-P2 setiap tahunnya.

5
PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB-P2) DI KOTA BENGKULU

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) telah

memberikan yang potensial kepada Kota Bengkulu. Hal ini di tunjukkan dari

realisasi penerimaan PBB-P2 pada tahun 2015 yang mencapai 55,1% atau setara

dengan Rp. 6.611.182.419 yang mengalami peningkatan 2,2% atau setara Rp.

722.988.756 pada tahun 2016, kemudian pada tahun 2016 realisasi penerimaan

PBB-P2 mengalami penurunan sebesar 3,1% yakni 54,2% atau setara dengan Rp.

8.261.402.843. Sehingga dapat disimpulkan bahwa realisasi setiap tahunnya

masih belum mencapai target yang ditetapkan.

Jumlah Pelayanan Pendaftaran Objek Pajak Baru PBB-P2 terjadi

peningkatan terus menerus pelayanan pendaftaran OP Baru dari berjumlah 203

orang pada bulan januari kemudian naik menjadi 381 pada bulan februari, dari

bulan februari sampai dengan bulan maret terjadi peningkatan sebesar 162 dengan

jumlah 534 dan kembali naik pada bulan april sebesar 554 orang yang ditotalkan

dalam 4 bulan mencapai 1681 berkas pelayanan Objek Pajak Baru yang masuk.

Setiap tahunnya pendaftaran objek pajak baru mengalami peningkatan yang

sangat baik. Untuk memperoleh agar target dapat tercapai tentu pelayanan kepada

wajib pajak juga sangat berpengaruh karena kalau pelayanannya baik tentu

masyarakat yang belum mendaftarkan objek pajak barunya pun akan terdorong

untuk mendaftarkan objek pajak nya dan target dapat tercapai. Besar

kemungkinan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan (PBB-P2) di Kota Bengkulu belum mencapai target sesuai dengan yang

6
ditentukan, disebabkan karena kondisi objektif pelayanan pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kota Bengkulu masih

dihadapkan pada sistem pelayanan yang belum berjalan dengan maksimal.

Secara keseluruhan bahwa Penyelenggaraan Pelayanan Pendaftaran Objek

Pajak Baru Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kota

Bengkulu sudah cukup baik, Cukup baiknya pelaksanaan pelayanan di Badan

Pendapatan Daerah Kota Bengkulu itu tidak terlepas dari peranan para pegawai

yang melayani masyarakat wajib pajak dengan baik dan sehingga wajib pajak

tidak banyak memiliki keluhan tentang pelayanan lagi, hal ini dikarenakan:

1. Prosedur pelayanan pendaftaran objek pajak baru PBB-P2 telah memenuhi

prinsip pelayanan publik yaitu kesederhanaan dimana prosedur tidak berbelit-

belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan oleh pegawai pemberi

pelayanan dan wajib pajak sebagai penerima layanan.

2. Kejelasan waktu penyelesaian pelayanan pendaftaran objek pajak baru PBB-P2

sudah disusun dan ditetapkan yaitu 6 hari kerja. Akan tetapi dalam

pelaksanaanya masih adanya keterlambatan yang melebihi dari waktu yang

ditentukan.

3. Pihak pegawai pelayanan pada Badan Pendapatan Daerah Kota Bengkulu telah

berkerja dengan baik, telah mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Walaupun pun masih ada kekeliruan yang tejadi pada pengetikan data wajib

pajak, tetapi secara keseluruhan pegawai pelayanan bertangggungjawab atas

penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam

pelaksanaan pelayanan pendaftaran objek pajak baru PBB-P2.

7
4. Sarana dan Prasarana penyelenggaraan pelayanan Pendaftaran Objek Pajak

Baru PBB-P2 sudah cukup memenuhi kriteria yang terdapat dalam prinsip

pelayanan publik yaitu kelengkapan sarana dan prasarana kerja guna

menunjang dalam pelayanan Pendaftaran Objek Pajak Baru PBB-P2.

5. Kemudahan Akses secara keseluruhan diakui pegawai Badan Pendapatan

Daerah Kota Bengkulu dan wajib pajak bahwa memang untuk lokasi Badan

Pendapatan Daerah Kota Bengkulu ini terbilang jauh dari pusat kota walaupun

ini memang sudah ada peraturan yang mengaturnya yang mau tidak mau harus

dilaksanakan. Saat ini pun belum adanya kemudahan akses dengan

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika seperti pendaftaran

objek pajak baru PBB-P2 secara online.

6. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan dari pemberi pelayanan Objek Pajak

Baru PBB-P2 kepada wajib pajak ini sudah diupayakan semaksimal mungkin

oleh pegawai pelayanan sudah cukup memenuhi kriteria dalam prinsip

pelayanan publik, Hanya saja masih perlu adanya peningkatan karena ada

tanggapan wajib pajak yang masih merasa kurang puas dengan pelayanan yang

diterima.

Dari 3 (tiga) Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan,

Bengkulu Tengah, dan Kota Bengkulu menunjukkan bahwa PBB-P2 dalam

penerimaan PBB-P2 dalam setiap tahun tidak sesuai dengan Surat Pemberitahuan

Pajak Terutang (SPPT). Hambatan ini terjadi dikarenakan bermacam macam

faktor penghambat, seperti sikap petugas PBB-P2 dalam melayani masyarakat

kurang baik, keterbatasan petugas penagih PBB-P2, biaya operasional untuk

8
petugas PBB-P2 yang kurang, saran dan prasarana pendukung petugas PBB-P2

untuk kelapangan, dan kesadaran masyarakat membayar PBB-P2 masih rendah,

serta wajib pajak saat di kunjungi tidak berada di tempat, serta nilai pajak yang

dirasakan kurang adil.

Untuk memperbaiki penerimaan PBB-P2 beberapa saran perlu dilakukan

antara lain:

1. Untuk hambatan rendahnya partisipasi masyarakat rendah dan hambatan

kurangnya sosialiasi dari BKD kepada masyarakat, perlunya melakukan

sosialisasi akan pentingnya pajak PBB-2 untuk pembangunan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2.

2. Untuk hambatan kurangnya petugas penagih pajak dan dana untuk opersional

dan hambatan sarana pendukung yang sangat minim, perlu menambah Petugas

Pajak, kantor pelayanan pembayaran pajak (Bank Bengkulu), sarana

operasional dan dana operasional bagi Petugas Pajak. Dengan jumlah Petugas

Pajak yang memadai, penambahan sarana operasional dan dana operasional,

diharapkan para petugas pajak dapat bekerja lebih maksimal dan professional.

3. Untuk hambatan masyarakat merasa tidak adil dan hambatan data wajib pajak

tidak update dan tidak akurat, perlunya melakukan pemutakhiran dan validasi

data Objek Pajak dan Wajib Pajak dengan melibatkan perangkat desa atau

Rukun Warga (RT) dalam pemutakhiran dan validasi data agar nilai pajak

dapat lebih akurat dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat

akibat nilai pajaknya sama, padahal bangunan rumahnya ada yang besar dan

ada yang kecil.

9
4. Untuk hambatan partisipari masyarakat masih rendah, hambatan memanipulasi

data Objek Pajak, perlu menyusun dan menerapkan sanksi hukum yang lebih

tegas bagi oknum yang berusaha menghidari pajak PBB-P2 dengan

memanipulasi data dan bagi oknum wajib pajak yang tidak taat pajak.

Selain itu, untuk memperbaiki penerimaan PBB-P2 beberapa saran perlu

dilakukan antara lain:

1. Perlu adanya tindakan dan upaya yang terkait dengan penerapan sanksi hukum

yang tegas baik sanksi hukum maupun sanksi administratif bagi wajib pajak

yang tidak mematuhi kewajibannya.

2. Perlu dilakukan peningkatan penambahan SDM untuk melakukan peembagian

dan pemungutan PBB-P2.

3. Perlu adanya peningkatan sarana mobilitas khususnya Motor Dinas dinas agar

kinerja kinerja petugas dalam pemungutan PBB-P2 lebih efisien.

4. Perlu dilakukannya pemuktahiran data objek pajak, baik perubahan objek pajak

maupun yang baru secaara rutin.

5. Perlunya pemberian insentif bagi petugas PBB-P2, sehingga petugas dapat

lebih termotivasi dalam melaksanakan pemungutan pajak.

6. Perlu dilakukannnya sosialisasi dan jemput bola, untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2 .

Apabila hal hal ini dapat dilakukan tentunya dapat meningkatkan

penerimaan PBB-P2 di Kabupaten/Kota, sehingga dapat meningkatkan PAD dan

dapat meningkatkan pembangunan pembangunan bagi daerahnya.

10

Anda mungkin juga menyukai