Anda di halaman 1dari 11

Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

PERENCANAAN PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN BLORA

Robi Nugrahadi
Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
nugrahadirobi@gmail.com

Sarwono
Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Riyanto
Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah keputusan pemerintah pusat yang melimpahkan kewenangan
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari pusat kepada
kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Tujuan dari pelimpahan pengelolaan PBB-P2 tidak lain agar pemerintah kabupaten/kota dapat
semakin mandiri dalam hal keuangan daerah, salah satunya dengan mengoptimalkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sektor PBB-P2. Permasalahan yang muncul adalah pemerintah daerah harus menyiapkan
beberapa faktor pendukung, diantaranya: sumber daya manusia khususnya penilai PBB-P2, peralatan
komputer dan server, sistem operasional dan basis data, ruang pelayanan dan kearsipan yang memadai,
serta anggaran yang harus tersedia untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak.
Kesiapan faktor pendukung tersebut sangat mempengaruhi tingkat optimalisasi penerimaan PBB-P2.
Sesuai kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten
Blora sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disusun sebuah perencanaan yang bersifat skenario
dengan mempertimbangkan kondisi yang tidak pasti di masa depan. Pengumpulan data menggunakan
metode Miles, Huberman dan Saldana (2014), sedangkan analisis scenario planning menggunakan
metode TAIDA dari Lindgren dan Bandhold (2003). Hasil penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten
Blora belum sepenuhnya melaksanakan pengelolaan PBB-P2 secara maksimal. Hal ini berdasarkan fakta
empiris bahwa penilai hanya 1 orang yang bertugas melakukan analisis NJOP terhadap lebih dari 500 ribu
objek PBB-P2 di Kabupaten Blora. Situasi tersebut menyebabkan penerimaan PBB-P2 tidak sesuai
dengan potensi yang sebenarnya.
Kata kunci: perencanaan, pendapatan asli daerah.

Abstract
This research background is property tax management authority transfer by center government to local
government according to the laws of local tax number 28 in 2009. The purpose is to make government
financial independently and increase local revenue in property tax sector. Problem of that condition is
local government must be set up many supporting factors, that is human resources especially property
appraisal, computer and server tools, operating system and data base, compatibel files and service room,
and exist budget to implement intensification and extensification tax program. Readiness of supporting
factors are very influence optimization level of property tax revenue. According that condition, this
research purpose is to analyse property tax management in Blora Regency so that from result of analysing
can be arrange scenario planning which is consider uncertainty situation in future. Collecting data method
of this research use Miles, Huberman, and Saldana method (2014), while scenario planning analysis use
TAIDA method from Lindgren and Bandhold (2003). Result of this research is Government of Blora
Regency has not maximaly implement property tax management yet. That condition based on empirical
fact which is only one man appraisal to analyse NJOP with more than 500 thousand property tax object in
Blora Regency. That situation cause property tax revenue not accordance with real potension.
Keywords: planning, local revenue.

61
Lain-lain PAD yang sah menjadi target
PENDAHULUAN
penerimaan tertinggi sebesar Rp.129.796.813.000,-
Pajak merupakan salah satu pendapatan negara disusul pajak daerah sebesar Rp.40.508.366.000,-. Urutan
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan ketiga retribusi daerah sebesar Rp.11.248.169.000,-
pemerintahan dan pembangunan. Tidak seperti kekayaan diikuti pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
sumber daya alam yang akan habis pada masanya bila dengan target sebesar Rp.8.840.000.000,-.
dieksploitasi terus-menerus, sumber penerimaan negara Berdasarkan penelitian pendahuluan, data target
dari sektor pajak akan terus mengalami intensifikasi dan dan realisasi PBB-P2 Kabupaten Blora selama tiga tahun
ekstensifikasi objek pajak seiring dengan pertumbuhan terakhir disajikan dalam diagram sebagai berikut:
ekonomi.
Pajak daerah merupakan salah satu jenis Diagram 2. Target dan Realisasi PBB-P2
penerimaan kabupaten/kota dalam struktur Pendapatan Kabupaten Blora
Asli Daerah (PAD). Berkaitan hal tersebut, dalam rangka
optimalisasi PAD dan meningkatkan kemandirian daerah
dalam hal keuangan, pemerintah pusat telah menetapkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Aturan tersebut
menggantikan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
Sumber : BPPKAD Kabupaten Blora, 2017.
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
Kabupaten Blora menetapkan target PBB-P2
dianggap kurang memberikan kepastian hukum kepada
tahun 2014 sebesar Rp.7.000.000.000,- dan memperoleh
daerah untuk melakukan pungutan pajak dan retribusi.
realisasi sebesar Rp.8.875.741.446,- atau 126,8%.
Sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang
Terdapat kenaikan penerimaan PBB-P2 yang sangat
Nomor 28 Tahun 2009, bahwa Pajak Bumi dan Bangunan
signifikan antara tahun 2015 dan 2016, yaitu semula
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) merupakan salah satu
dengan target sebesar Rp.8.500.000.000,- dan realisasi
dari sebelas jenis Pajak Daerah. Pelimpahan PBB-P2
Rp.9.100.803.392,- (107,07%) pada tahun 2015
yang sebelumnya merupakan Pajak Pusat dimaksudkan
ditetapkan target sebesar Rp.16.250.000.000,- dan
agar penerimaan pendapatan daerah dapat semakin
realisasi Rp.16.773.227.257,- (103,22%) pada tahun
optimal. Secara teknis, PBB-P2 merupakan pajak
2016. Kenaikan tersebut disebabkan adanya proses
objektif, dimana kondisi subjek pajak tidak menjadi
kenaikan klas NJOP bumi dengan tujuan agar besaran
unsur penghitungan dalam pengenaan PBB-P2 (Hartoyo
NJOP bumi semakin mendekati nilai pasar. Melalui data
dan Supardi, 2010:11). Suatu wilayah perkotaan dengan
tersebut, terlihat bahwa realisasi PBB-P2 selama tiga
nilai pasar yang tinggi, tentu akan memiliki potensi
tahun terakhir selalu melebihi target yang ditetapkan,
PBB-P2 yang lebih baik dibandingkan wilayah perdesaan
sedangkan data pokok ketetapan dan realisasi pokok
dengan nilai pasar yang rendah karena dasar pengenaan
PBB-P2 selama tiga tahun terakhir menunjukkan hasil
PBB-P2 adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP
yang berbeda, yaitu:
merupakan harga rata-rata properti pada suatu wilayah,
yang terjadi secara wajar antara penjual dan pembeli. Diagram 3. Pokok Ketetapan dan Realisasi Pokok
Kabupaten Blora sebagai salah satu daerah PBB-P2 Kabupaten Blora
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah memiliki target PAD
Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp.190.393.348.000,-.
Rincian target PAD tersebut digambarkan sebagai
berikut:
Diagram 1. Target PAD Kabupaten Blora Tahun 2017

Sumber: BPPKAD Kabupaten Blora, 2017.


Realisasi PBB-P2 pada satu tahun pajak terdiri
dari realisasi pokok ketetapan tahun berjalan dan realisasi
tunggakan tahun sebelumnya. Setelah data realisasi
dipisahkan, maka terlihat pada tahun 2014 dari pokok
Sumber : BPPKAD Kabupaten Blora, 2017. ketetapan sebesar Rp.8.848.642.059,- diperoleh realisasi
Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

sebesar Rp.7.575.037.922,-. Demikian juga tahun 2015 mengelola PBB-P2. Penelitian dilaksanakan selama 6
dengan pokok ketetapan Rp.8.995.912.592,- terdapat bulan.
realisasi Rp.8.291.083.916,- dan tahun 2016 pokok
ketetapan Rp.17.576.327.281,- realisasinya sebesar
Rp.16.464.077.974,-. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sajian data tersebut, dapat Pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten Blora
disimpulkan bahwa realisasi total PBB-P2 dalam satu
Sesuai hasil penelitian di lokasi, bagian
tahun pajak selalu melebihi target penerimaan yang telah
pendaftaran pendataan dan penilaian adalah bagian awal
ditetapkan, sedangkan realisasi pokok tidak pernah
dari sebuah pengelolaan PBB-P2. Pendaftaran merupakan
mencapai 100% dari pokok ketetapan dalam tiga tahun
kegiatan aktif wajib pajak untuk mendatangi tempat
terakhir. Hal ini berarti terdapat perbedaan besaran pokok
pelayanan dengan tujuan melakukan pendaftaran objek
ketetapan dan target PBB-P2. Terdapat selisih antara
pajak yang dimiliki atau dikuasainya. Dalam hal ini
besaran pokok ketetapan PBB-P2 dan besaran target yang
petugas pajak akan melakukan verifikasi berkas
ditetapkan oleh BPPKAD Kabupaten Blora, dimana
pendaftaran baik verifikasi administrasi maupun verifikasi
target yang direncanakan selalu lebih rendah dari besaran
lapangan. Berbeda dengan pendaftaran, pendataan
ketetapan PBB-P2. Target terendah ditetapkan 79,11%
merupakan kegiatan aktif petugas pajak untuk
dari pokok ketetapan pada tahun 2014 dan tertinggi
mengumpulkan data objek pajak sekaligus verifikasi di
94,49% dari pokok ketetapan pada tahun 2015.
lokasi, tanpa menunggu permohonan pendaftaran dari
Perbedaan ini menunjukkan bahwa target yang ditetapkan
wajib pajak. Demikian juga penilaian, dapat disebut
tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya.
sebagai kegiatan menghitung dan menganalisis nilai pasar
Melihat permasalahan dalam pengelolaan
sebidang tanah dan/atau bangunan dengan tujuan untuk
PBB-P2 di Kabupaten Blora, maka diperlukan sebuah
menentukan besarnya dasar pengenaan PBB-P2. Fungsi
perencanaan yang baik untuk melakukan analisis potensi
penilaian menjadi satu hal yang sangat pokok diperlukan
penerimaan PBB-P2. Demi tujuan tersebut, peneliti akan
dalam pengelolaan PBB-P2. Ketetapan PBB-P2 berasal
melakukan analisis perencanaan pengelolaan PBB-P2
dari perkalian tarif dan NJOP, sedangkan NJOP
menggunakan metode scenario planning (Lindgren dan
dirumuskan berdasarkan hasil kegiatan penilaian terhadap
Bandhold: 2013) agar diperoleh konsep strategi yang
objek pajak. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan
tepat untuk optimalisasi penerimaan PBB-P2. Metode
oleh orang yang sangat berkompeten di bidang penilaian
scenario planning dapat menentukan 2 faktor penggerak
properti. Terkait penilaian, TR sebagai Kepala Sub
terkuat yang akan menjadi titik acuan dalam
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Penilaian
mendeskripsikan strategi-strategi untuk mencapai tujuan
menyatakan “penilaian masih sedikit yang bisa dilakukan
yang direncanakan. Penelitian ini diharapkan dapat
karena petugas penilai cuma 1 orang, sedangkan potensi
menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk
PBB disini cukup besar” (wawancara 14 Agustus 2017).
melakukan penelitian lebih dalam tentang PBB-P2 dan
Terhitung sejak pelimpahan PBB-P2 dari pajak
dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah untuk
pusat menjadi pajak daerah, BPPKAD Kabupaten Blora
meningkatkan penerimaan PAD dari sektor PBB-P2.
telah melaksanakan kegiatan pendataan dan penilaian
sebagai bagian dari updating data objek pajak.
METODE
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, BPPKAD telah
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
melakukan penilaian secara individu terhadap objek pajak
dengan metode pengumpulan data menggunakan teknik
khusus atau bernilai tinggi sesuai petunjuk Peraturan
observasi partisipasi aktif dan depth interview. Sumber
Bupati Blora Nomor 26 Tahun 2013, terdiri dari:
data berasal dari wawancara terhadap narasumber maupun
a) Hotel : 4 unit;
pengumpulan dokumen. Teknik wawancara adalah
b) Pabrik : 3 unit;
purposive sampling sehingga benar-benar diperoleh data
c) SPBE : 2 unit;
yang valid dan reliable berasal dari orang-orang yang ahli
d) Rumah karaoke: 1 unit;
dalam bidang PBB-P2. Penelitian ini memilih lokasi di
e) Koperasi: 1 unit;
Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
f) Gudang: 2 unit.
Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora sebagai unit
Selain itu, sebanyak ribuan objek pajak baik kolektif
organisasi yang mengelola PBB-P2. Oleh karena itu,
tingkat desa maupun perorangan telah dilakukan
informan dalam penelitian ini yaitu Kepala BPPKAD,
perubahan sesuai permohonan dari perangkat desa
Kabid Pendapatan BPPKAD, Kasubid Pendapatan
maupun langsung perorangan dari wajib pajak. Hal ini
BPPKAD, serta staf pelaksana yang memiliki tugas

63
JPSI (Journal of Public Sector Innovations), Vol. 2, No. 2, Mei Tahun 2018, (61 – 71)

berdasarkan wawancara peneliti dengan seorang petugas orang penilai untuk menghitung NJOP dan mendata
input data BPPKAD Kabupaten Blora, RP: begitu banyak objek” (wawancara 8 September 2017).
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti
“…dulu tahun 2014 saya menghitung dalam satu menyimpulkan beberapa trend yang dapat mempengaruhi
tahun permohonan perubahan sudah lebih dari pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten Blora, yaitu politik,
4.000 objek pajak setahun, karena satu ekonomi, teknologi dan sosial. Selanjutnya peneliti akan
perangkat desa bisa mengajukan sampai dua
ratus objek pajak, begitu juga tahun berikutnya menentukan driving force yang berperan sebagai variabel
malah semakin meningkat jumlahnya. Sayang utama pada tahap analysing.
sekali aplikasi SISMIOP ini tidak ada menu
untuk menghitung riwayat perubahan SPPT, jadi Analysing
angkanya hanya perkiraan dari formulir Pada tahap analysing ini, proses penyusunan
permohonan yang masuk” (wawancara 14 skenario mulai dilakukan. Sebelum menyusun sebuah
Agustus 2017).
skenario, terlebih dahulu akan dilakukan proses
Menyimpulkan hasil wawancara di atas, berarti identifikasi terhadap variabel utama trend yang paling
aplikasi SISMIOP sebagai operating system PBB-P2 mempengaruhi situasi ketidakpastian dan dampaknya
tidak dapat digunakan untuk menelusuri berapa banyak untuk kondisi di masa mendatang. Sebagai alat untuk
perubahan balik nama, pemecahan, penggabungan, memetakan dampak dari trend, maka harus dibuat
maupun penghapusan yang telah dilakukan. Riwayat asal analisis cross impact. Fungsi analisis cross impact adalah
SPPT juga tidak dapat ditelusuri apabila terjadi kasus untuk melihat saling keterkaitan antara trend-trend yang
sengketa tanah di masyarakat. Terkait objek khusus PBB- ada dan mempersempit cakupan driving force sehingga
P2 yang telah dinilai oleh BPPKAD, lebih lanjut DH dapat memunculkan strongest driver dan strongest
sebagai petugas pemeliharaan SISMIOP menyatakan: dependent sebagai faktor yang terkuat.

“...masih banyak objek non standar yang belum Tabel 1. Cross Impact Analysis
dinilai karena penilai PBB-P2 cuma satu orang,
sedangkan proses penilaian satu objek Variabel Politik Ekonomi Teknologi Sosial Total
Trend Driver
memerlukan waktu lebih dari satu minggu.
Misalnya tower telekomunikasi yang belum
dinilai sama sekali sampai saat ini. Padahal
1. Politik 2 -1 1 4
jumlahnya lebih dari seratus tower se-Kabupaten
Blora” (wawancara 17 Agustus 2017).
2. Ekonomi -2 1 -2 5
Pernyataan narasumber tersebut didukung oleh data Strongest
Driver
terakhir menara telekomunikasi yang telah berijin dan
beroperasi di wilayah Blora yaitu sebanyak 139 tower, 3. Teknologi -2 -1 1 4

sedangkan hanya 24 unit diantaranya yang sudah dinilai.


4. Sosial -2 1 1 4
Tracking
Sebagai tahap pertama dari metode TAIDA,
Total 6 4 3 4
tracking digunakan untuk melacak perubahan kondisi Dependent
Strongest
lingkungan yang terjadi atau trend yang dapat Dependent
mempengaruhi keadaan di masa depan. Trend ini disusun
berdasarkan hasil obervasi dan wawancara dengan Sumber: Peneliti, diolah (2017)
narasumber serta dihubungkan dengan kondisi eksisting
pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten Blora saat ini. Strongest driver adalah faktor penggerak terkuat
Hasilnya akan diperoleh sebuah faktor yang diantara faktor penggerak yang lain, sedangkan strongest
mempengaruhi perubahan yang disebut driving force. dependent adalah faktor ketergantungan terbesar diantara
Data realisasi PBB-P2 pada tiga tahun terakhir faktor yang lain. Dengan tabel cross impact analysis di
sejak dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Blora atas, dapat diketahui trend ekonomi menjadi faktor
menunjukkan bahwa peluang yang ada belum dapat penggerak terkuat dan trend politik menjadi faktor
dioptimalkan untuk meningkatkan PAD. Hal ini ketergantungan terbesar. Trend ekonomi menjadi faktor
diperkuat oleh pernyataan Kasubid Pendataan dan penggerak utama dalam pengelolaan PBB-P2 dimana
Penilaian, TR “peluang penerimaan dari sektor PBB kemampuan ekonomi masyarakat berbanding lurus
sebenarnya cukup besar, tetapi kami hanya punya satu

64
Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

dengan tingkat kepatuhan atau pelunasan kewajiban perencanaan pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten Blora,
perpajakan. Sedangkan trend politik menjadi sebagai berikut:
ketergantungan terbesar dimana komitmen pemerintah
untuk meningkatkan pendapatan PBB-P2 sangat Komitmen Pemerintah
(+)
tergantung dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Trend ekonomi terdiri dari beberapa faktor SKENARIO SKENARIO
A B
penggerak, yaitu pertumbuhan ekonomi, kemajuan Pertumbuhan
investasi, jual beli properti, pembangunan perumahan, Ekonomi
pengembangan industri dan pariwisata. Sedangkan trend SKENARIO SKENARIO (+)
C D
politik berupa komitmen pemerintah, regulasi,
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Komitmen Pemerintah
PBB-P2, ketersediaan anggaran, keterbukaan informasi, (-)
sarana/prasarana, pembangunan fasilitas umum,
Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2017)
koordinasi, updating data, penilai PBB, pemetaan,
penilaian objek pajak, analisis NJOP, dan diklat SDM. Gambar 2. Diagram Cross Scenario
Selain hal itu, terdapat trend teknologi berupa sistem
informasi teknologi dan trend sosial, yaitu, kemampuan Diagram cross scenario di atas membagi empat
wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak. skenario perencanaan pengelolaan PBB-P2 dalam
Hasil cross impact analysis kemudian akan kuadran yang berbeda. Penjelasan skenario tersebut
diplotting dalam diagram cross impact sehingga semakin adalah:
jelas posisi tiap driving force. Driving force digambarkan (a) Skenario A (Komitmen Pemerintah + Pertumbuhan
dalam sumbu X dan dependent factor dalam sumbu Y. Ekonomi -)
Berikut diagram cross impact: Komitmen tinggi pemerintah seringkali tidak
mendapatkan dukungan dari situasi sosial maupun
ekonomi. Pemerintah merencanakan target yang
tinggi pada penerimaan sektor PBB-P2, tetapi kondisi
1
D ekonomi masyarakat sedang lesu. Tingginya inflasi
e Dependent 4 2 mempengaruhi motivasi belanja masyarakat. Dalam
p
e 3 Links skenario ini, pemerintah telah memberikan kebijakan
n paling maksimal, yaitu:
d
e
Autonomous Driving (1) Tidak menerapkan sanksi denda 2% per bulan
n bagi pembayaran yang lewat jatuh tempo;
t
(2) Melaksanakan sosialisasi secara intensif ke desa-
Driving Force desa;
(3) Memberikan pelayanan secara cepat dan tepat
Sumber: Peneliti, diolah (2017)
waktu;
Gambar 1. Diagram Cross Impact (4) Memberikan insentif pelunasan bagi
desa/kelurahan yang lunas sebelum jatuh tempo;
Berdasarkan cross impact analysis diperoleh (5) Memberikan keringanan PBB-P2 bagi warga yang
hasil faktor penggerak terkuat adalah trend ekonomi tidak mampu;
sedangkan faktor ketergantungan terbesar dalah trend (6) Membuka akses jalan, jembatan, dan membangun
politik, sehingga peneliti akan memilih dua faktor driving taman kota untuk memancing investor.
force yang memiliki pengaruh paling kuat dan dapat Kemampuan ekonomi masyarakat yang stagnan atau
menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak menentu di bahkan menurun mempengaruhi trend pelunasan
masa depan. Kedua faktor tersebut adalah komitmen PBB-P2. Komitmen tinggi pemerintah melalui
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Kemudian kebijakan yang positif bagi masyarakat juga tidak
dengan kedua uncertainty factor atau driving force mampu meningkatkan penerimaan PBB-P2. Hal ini
terkuat tersebut, peneliti akan membuat diagram cross dipengaruhi oleh naiknya harga kebutuhan pokok,
scenario yang menghasilkan empat skenario. Kedua hasil panen yang semakin berkurang karena
faktor utama, yaitu komitmen pemerintah dan perubahan cuaca secara ekstrim sehingga pendapatan
pertumbuhan ekonomi akan menjadi dua sumbu yaitu X masyarakat secara umum menurun. Akibatnya
dan Y sehingga muncul empat kuadran skenario dengan tunggakan pajak semakin besar karena pendapatan
karakteristik yang berbeda. Diagram cross scenario

65
JPSI (Journal of Public Sector Innovations), Vol. 2, No. 2, Mei Tahun 2018, (61 – 71)

masyarakat yang turun, menyebabkan melakukan penilaian NJOP secara presisi dan objektif
ketidakmampuan dalam membayar pajak. sehingga penerimaan PBB-P2 dapat meningkat.
(b) Skenario B (Komitmen Pemerintah + Pertumbuhan (c) Skenario C (Komitmen Pemerintah - Pertumbuhan
Ekonomi +) Ekonomi -)
Dalam skenario B ini, pemerintah memiliki komitmen Skenario C menempatkan pada situasi yang paling
yang tinggi untuk meningkatkan PAD dari sektor tidak menguntungkan, yaitu komitmen pemerintah
PBB-P2. Komitmen pemerintah dalam skenario B ini negatif dan pertumbuhan ekonomi juga negatif.
bersifat positif yang artinya memberikan dukungan Model pengelolaan PBB-P2 tidak mengalami inovasi
bagi terlaksananya pengelolaan PBB-P2 yang atau perbaikan karena pemerintah tidak concern pada
optimal. Skenario kebijakan maupun program kerja hal itu, tetapi indikator keberhasilan hanya pada
pemerintah diantaranya: pemenuhan target penerimaan pajak secara umum.
(1) Melaksanakan amanat regulasi, diantaranya Tidak ada persiapan anggaran untuk belanja diklat
melakukan updating data melalui kegiatan analisis pegawai, pengadaan sarana/prasarana, perawatan
NJOP, pemetaan, dan penilaian objek pajak secara peralatan, maupun anggaran koordinasi dengan
teratur sesuai perkembangan wilayah; instansi lain. Tidak ada pembangunan kawasan
(2) Menyediakan anggaran setiap tahun untuk industri maupun pariwisata, pengembang perumahan
peningkatan kompetensi SDM melalui pun mempertimbangkan kembali untuk membangun
keikutsertaan diklat PBB-P2, pemeliharaan perumahan karena faktor daya beli masyarakat yang
peralatan komputer dan software, serta menurun. Kondisi ekonomi yang menurun tidak akan
pembangunan pengelolaan pajak yang bersifat terjadi apabila komitmen pemerintah cukup tinggi
online untuk mewujudkan keterbukaan informasi untuk menginisiasi dalam bentuk kebijakan yang
publik; dapat mengundang investor masuk ke wilayah Blora.
(3) Melakukan penataan SDM dengan baik sesuai Perekonomian masyarakat Blora akan naik secara
dengan kebutuhan tugas masing-masing, yaitu bertahap apabila ada dukungan dari pemerintah dan
petugas pendata dan penilai, petugas pelayanan, private sector.
admin server, petugas penagihan, serta petugas (d) Skenario D (Komitmen Pemerintah - Pertumbuhan
pelaporan; Ekonomi +)
(4) Berkoordinasi dengan unit organisasi terkait, Kondisi yang tidak menentu pada aspek birokrasi
misalnya Dinas Perijinan untuk koneksi data dapat menyebabkan pengelolaan pajak daerah
terkait Ijin Mendirikan Bangunan sehingga menjadi kurang optimal, padahal sektor ekonomi
bangunan yang telah berdiri dapat segera sedang mengalami pertumbuhan yang baik. Hal ini
ditindaklanjuti untuk dilakukan pendataan dan dapat terjadi pada skenario D. Pemerintah daerah
penilaian; lebih mengutamakan pendapatan daerah dari sektor
(5) Menyediakan ruang pelayanan yang lebih yang lain daripada mengoptimalkan PBB-P2.
compatibel agar pelayanan dapat belangsung cepat Akibatnya program dan kegiatan yang disusun tidak
dan memberikan kenyamanan kepada wajib pajak; mendukung pada peningkatan penerimaan PBB-P2..
(6) Membangun fasilitas umum berupa lampu Secara umum, apabila komitmen pemerintah rendah
penerangan jalan dan akses jalan yang baik untuk dalam mengelola PBB-P2, maka dapat berakibat:
daerah pinggiran sehingga memancing investor (1) Terhambatnya upaya pemetaan, analisis NJOP dan
untuk melakukan pembangunan berupa updating data objek pajak;
perumahan, kawasan industri maupun pariwisata; (2) Munculnya complain dari masyarakat yang
(7) Menjalin kerja sama dengan kejaksaan untuk merasa tidak adil dikenakan PBB-P2,
melakukan penindakan hukum bagi petugas dibandingkan tetangga sebelahnya;
pemungut desa/kelurahan yang terbukti (3) NJOP menjadi tidak seimbang antar wilayah
melakukan korupsi setoran PBB-P2. karena pertumbuhan ekonomi yang pesat
Di samping komitmen pemerintah yang bersifat menciptakan daerah bisnis baru, sedangkan upaya
positif, aspek pertumbuhan ekonomi juga mengalami pemetaan ulang tidak dilakukan oleh pemerintah;
peningkatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya (4) Pelayanan kepada masyarakat tidak optimal,
pendirian kawasan perumahan, hotel, industri, serta pelayanan masih bersifat konvensional, tidak ada
pariwisata yang selalu dipenuhi pengunjung. anggaran untuk membangun pelayanan berbasis
Banyaknya pembangunan properti tersebut internet;
memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk

66
Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

(5) Hilangnya potensi penerimaan PBB-P2 karena BPPKAD Kabupaten Blora selaku pengelola
tidak ada upaya koordinasi dengan unit organisasi PBB-P2 memiliki visi:
atau instansi lain; “Mewujudkan Institusi Pengelolaan Keuangan Dan
(6) Tidak ada ketertarikan investor untuk berinvestasi Aset Daerah Yang Profesional, Tertib, Transparan,
di wilayah Kabupaten Blora karena pemerintah Akuntabel, Dan Kredibel”
belum menyediakan sarana fasilitas umum, Tentunya visi BPPKAD Kabupaten Blora harus
misalnya lampu penerangan jalan, jembatan didukung dengan rencana program kegiatan yang
penghubung antar desa, jalan raya yang sesuai agar visi tersebut dapat tercapai. Dalam konteks
berkualitas, serta fasilitas lain yang seharusnya pengelolaan PBB-P2, visi di atas kurang fokus untuk
dapat memancing tumbuhnya private sector. dijadikan sebagai acuan strategi ke depan. Oleh karena
Rendahnya komitmen pemerintah tersebut berbanding itu, peneliti merumuskan visi baru sesuai dengan
terbalik dengan indikator pertumbuhan ekonomi. perencanaan pengelolaan PAD sektor PBB-P2 di
Walaupun pemerintah belum maksimal menyediakan Kabupaten Blora, yaitu:
sarana fasilitas umum, tetapi sektor swasta masih ada “Terwujudnya Pengelolaan Pajak Bumi dan
yang peduli dengan mendirikan perumahan bersifat Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
cluster atau satu pintu. Hal ini didasari kebutuhan Yang Transparan, Akuntabel dan Adil
tempat tinggal sebagai kebutuhan paling utama dan Demi Kesejahteraan Masyarakat Blora”
cukup banyak pegawai di instansi Kabupaten Blora
Visi tersebut diharapkan dapat menjadi
yang merupakan warga pendatang. Artinya banyak
lokomotif terciptanya strategi-strategi pemungutan PBB-
warga pendatang dengan penghasilan yang
P2 secara optimal dan pengelolaan pajak daerah yang
mencukupi kemudian membeli perumahan baru untuk
profesional secara umum. Dengan adanya visi baru,
menciptakan kenyamanan tinggal di wilayah Blora.
langkah selanjutnya dalam scenario planning adalah
Skenario D merupakan kondisi terbalik antara
deciding.
komitmen pemerintah yang negatif dan pertumbuhan
ekonomi yang positif. Kondisi seperti ini
Deciding
menyebabkan potensi pajak yang hilang menjadi
Deciding atau memutuskan adalah tahapan
semakin besar dan hal ini menjadi kerugian bagi
dimana strategi-strategi mulai dirumuskan dengan
daerah sendiri.
berpedoman pada visi baru yang telah disusun.
Penyusunan strategi dilakukan dengan
Imaging mempertimbangkan segala informasi yang berkaitan serta
Tahap imaging memberikan penekanan pada mengidentifikasi pilihan-pilihan yang mungkin untuk
perumusan visi, tentunya visi yang bersifat jangka dilaksanakan dalam jangka panjang. Strategi yang
panjang. Visi yang disusun mengacu pada skenario- dimaksud berupa penjabaran misi yang akan dijalankan
skenario yang telah dipetakan sebelumnya. Tujuan dari untuk mencapai atau mendukung visi yang telah
perumusan visi adalah memberikan sebuah fokus masa dicanangkan.
depan sehingga dapat diuraikan strategi-strategi untuk Maka dengan adanya visi baru “terwujudnya
mewujudkan visi tersebut. pengelolaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
Disebutkan dalam situs resmi Pemerintah perkotaan yang transparan, akuntabel dan adil demi
Kabupaten Blora, visi Kabupaten Blora adalah: kesejahteraan masyarakat blora”, peneliti merumuskan
“Terwujudnya Masyarakat Blora Yang Lebih misi baru, sebagai berikut:
Sejahtera Dan Bermartabat” (1) Memperkuat basis data dan sistem pengelolaan
PBB-P2 secara tidak langsung mendukung tercapainya PBB-P2 untuk memberikan pelayanan yang optimal
visi Kabupaten Blora, apabila diterapkan secara adil dan kepada masyarakat;
seimbang. Hasil pungutan pajak daerah dikelola dalam (2) Meningkatkan kompetensi petugas pengelola
satu rekening yaitu kas daerah. Selanjutnya kas daerah PBB-P2 demi akuntabilitas pengelolaan PBB-P2;
tersebut dianggarkan untuk program kegiatan pemerintah (3) Aktif berkoordinasi dengan instansi maupun unit
yang pro rakyat, diantaranya subsidi pendidikan dasar, organisasi lain untuk meningkatkan realisasi
jaminan kesehatan masyarakat, penyuluhan keluarga PBB-P2;
berencana, bedah rumah, pembangunan infrastruktur, (4) Meningkatkan tata kelola PBB-P2 melalui
pelatihan tenaga kerja, serta kegiatan lain yang bersifat pembangunan pengelolaan PBB-P2 berbasis online;
produktif bagi masyarakat.

67
JPSI (Journal of Public Sector Innovations), Vol. 2, No. 2, Mei Tahun 2018, (61 – 71)

(5) Penyediaan sarana/prasarana pendukung demi di bidang penilaian PBB-P2 atau penilaian properti.
efektifitas kegiatan pendataan, penetapan, dan Pilihan jenjang kuliah adalah DIII Penilaian PBB,
penagihan PBB-P2. S1 Perpajakan, atau S2 Penilaian Properti.
Kelima misi tersebut masih bersifat umum dan Pembiayaan dibebankan pada APBD Kabupaten
tentunya harus diperinci dalam bentuk strategi-strategi Blora.
sehingga mudah dalam pelaksanaan teknis dan (2) Mengadakan diklat penilaian PBB-P2 dengan cara
evaluasinya. Penjabaran strategi sebagai berikut: mengundang vendor swasta penyedia jasa pelatihan
Misi 1 : Memperkuat basis data dan sistem untuk datang ke Kabupaten Blora dan melatih
pengelolaan PBB-P2 untuk memberikan secara langsung petugas di lapangan;
pelayanan yang optimal kepada masyarakat. (3) Mengikutsertakan petugas pengelola PBB-P2
Upaya yang harus dilakukan untuk dalam bimbingan teknis yang diadakan oleh
mewujudkan misi 1, yaitu: Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
(1) Melakukan identifikasi dan analisis transaksi jual Republik Indonesia;
beli dari sumber penjual atau pembeli secara Indikator keberhasilan:
langsung, pengembang perumahan, iklan di surat tersedianya tenaga pengelola PBB-P2 yang handal dan
kabar maupun media massa online, serta data cakap untuk melaksanakan tugas serta memiliki
pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan integritas yang tinggi terhadap instansi.
Bangunan (BPHTB); Misi 3 : Aktif berkoordinasi dengan instansi maupun
(2) Melakukan analisis dan pemetaan NJOP bumi unit organisasi lain untuk meningkatkan
sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah per realisasi PBB-P2.
zona, apabila perlu akan dibuat zona nilai tanah Koordinasi dengan unit organisasi maupun
baru atau pemekaran zona; instansi lain sangat penting untuk dilakukan dan hal ini
(3) Melakukan penilaian secara individual terhadap berdasarkan penelitian masih sangat kurang untuk
objek pajak khusus yang baru berdiri dan sudah dilaksanakan. Peneliti mendeskripsikan beberapa
beroperasi, penilaian bangunan menggunakan harga fungsi koordinasi dengan unit organisasi:
material yang sudah disesuaikan; (a) Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Republik
(4) Menggandakan basis data untuk disimpan di Indonesia
harddisk yang terpisah sebagai langkah Koordinasi dengan Ditjen Pajak adalah untuk
pengamanan dari virus komputer; meminta pelatihan dalam bidang penilaian PBB-P2
(5) Melakukan editing peta lokasi sesuai kondisi atau pendampingan dari petugas KPP Pratama untuk
terbaru, sehingga memudahkan untuk menyelesaikan updating data objek pajak. Ditjen Pajak
mengidentifikasi sebuah lokasi atau melakukan juga perlu mempertimbangkan penyaluran lulusan
analisis NJOP bumi; sekolah kedinasan di bidang penilaian PBB untuk
(6) Pemetaan wajib pajak berdasarkan besaran ditempatkan di Kabupaten Blora.
ketetapan PBB-P2 dari skala besar, menengah, dan (b) Lembaga Perguruan Tinggi
kecil. Misalnya wajib pajak besar dengan ketetapan Kerja sama dengan lembaga perguruan tinggi
di atas 1 juta rupiah, menengah Rp.100.000,- diperlukan untuk melakukan penggambaran peta
sampai dengan Rp.1.000.000,- dan kecil di bawah sesuai kondisi terkini dengan menggunakan sistem
Rp.100.000,-. Hal ini untuk memudahkan informasi teknologi. Pakar di bidang Geodesi sangat
menyusun skala prioritas penagihan berdasarkan dibutuhkan untuk analisis seputar ilmu pertanahan.
potensi realisasinya. (c) Pemerintah Kabupaten/Kota
Indikator keberhasilan: Fungsi koordinasi dengan pemerintah
tersedianya data objek pajak dan wajib pajak yang kabupaten/kota adalah menyelaraskan dan
akurat, objektif, dan presisi sehingga mempermudah menyeimbangkan NJOP terutama dengan wilayah
pelayanan kepada wajib pajak. pemerintah kabupaten/kota yang bersebelahan.
Misi 2 : Meningkatkan kompetensi petugas pengelola Apabila terjadi ketimpangan yang besar di daerah
PBB-P2 demi akuntabilitas pengelolaan perbatasan dalam pemungutan PBB-P2 padahal
PBB-P2. karakteristik tanah sama, hal ini akan menimbulkan
Upaya peningkatan kompetensi petugas protes atau keberatan dari masyarakat. Berlaku pula
pengelola PBB-P2 dilakukan dengan cara: untuk pemungutan objek berskala nasional, misalnya
(1) Mengikutsertakan pegawai Pemerintah Kabupaten menara telekomunikasi atau tower.
Blora yang masih memenuhi syarat dari aspek usia (d) Dinas Perijinan
maupun kepangkatan untuk menempuh perkuliahan

68
Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

Dinas Perijinan memiliki tugas melakukan juga memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
verifikasi dan menerbitkan beberapa macam ijin usaha, Inilah yang disebut teori democratic citizenship.
diantaranya ijin usaha perdagangan dan ijin Indikator keberhasilan:
mendirikan bangunan. Data yang dimiliki Dinas terciptanya kemudahan pelayanan bagi masyarakat
Perijinan sangat penting untuk ditindaklanjuti oleh sehingga meningkatkan kesadaran untuk membayar
BPPKAD dengan kegiatan pendataan dan penilaian. pajak.
Oleh karena itu, koneksi data dengan Dinas Perijinan Misi 5 : Penyediaan sarana/prasarana pendukung
harus dibangun dengan baik. demi efektifitas kegiatan pendataan,
(b) Kecamatan penetapan, dan penagihan PBB-P2.
Camat sebagai pemegang wilayah, Sarana/prasarana pendukung pengelolaan
bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah. PBB-P2 harus disediakan secara lengkap. Tujuannya
Hal ini juga berlaku untuk pemungutan PBB-P2. untuk menyimpan basis data secara aman dan dapat
BPPKAD harus memiliki koordinasi yang baik dengan memberikan pelayanan dengan lebih baik kepada
kecamatan. wajib pajak. Sarana/prasarana yang harus diwujudkan
(c) Kelurahan/Desa yaitu:
Level paling bawah dalam pengelolaan PBB- (1) Ruang pelayanan, server, dan ruang olah data yang
P2 adalah kelurahan/desa, tetapi berdasarkan observasi compatibel agar memberikan kenyamanan bagi
lapangan penyetoran PBB-P2 dari desa/kelurahan petugas PBB-P2 untuk bekerja dan memberikan
sering terlambat, bahkan di daerah tertentu masih pelayanan yang maksimal;
memiliki tunggakan yang cukup besar. Kendala seperti (2) Server yang dimiliki BPPKAD Kabupaten Blora
ini harus cepat diselesaikan, BPPKAD harus saat ini hanya 2, yaitu 1 untuk billing pembayaran
melakukan pemetaan terkait tunggakan PBB-P2, dan 1 lainnya untuk basis data PBB-P2. Diperlukan
apakah wajib pajak belum membayar atau wajib pajak 1 lagi server PBB-P2 sebagai penyimpan data
membayar melalui petugas desa/kelurahan tetapi cadangan apabila server utama mengalami
uangnya belum disetorkan ke rekening kas daerah. kerusakan atau gangguan virus;
(3) Mesin pencetak peta atau printer berukuran A0,
Indikator keberhasilan: kurang efektif bagi petugas desa/kelurahan. Perlu
terwujudnya koordinasi yang baik antar instansi disediakan printer peta ukuran A3 sehingga tidak
sehingga memperlancar transfer data dan informasi terlalu besar, tetapi dapat memuat gambar peta
untuk optimalisasi PBB-P2. secara komplit;
Misi 4 : Meningkatkan tata kelola PBB-P2 melalui (4) Perlu pengadaan mobil kas keliling, saat ini yang
pembangunan pengelolaan PBB-P2 berbasis tersedia hanya 1 unit dengan jadwal yang terbagi
online. dalam 16 kecamatan dan 295 desa/kelurahan.
Wajib pajak tidak harus datang langsung ke Selanjutnya diperlukan tambahan 3 unit mobil kas
tempat pelayanan untuk mendapatkan jasa pelayanan, keliling untuk dibagi tiap 4 kecamatan agar lebih
karena data yang dibutuhkan oleh petugas pajak dapat rutin menjemput setoran dari petugas
dikirimkan melalui internet. Berkas KTP, sertifikat, desa/kelurahan pada tiap wilayah.
ijin mendirikan bangunan, maupun SPPT PBB-P2 (5) Sebagai sarana pendataan di wilayah yang sulit,
dapat di-scan kemudian dikirimkan ke BPPKAD untuk perlu pengadaan alat moderen untuk membantu
dilakukan verifikasi. Petugas Unit Pelaksana Teknis kegiatan identifikasi lokasi objek pajak, misalnya
bersama petugas desa atau kelurahan melakukan pengadaan drone.
verifikasi lapangan. Setelah mendapatkan hasil Indikator keberhasilan:
verifikasi, petugas BPPKAD akan mengirimkan terwujudnya kemudahan bagi petugas untuk
kembali hasil verifikasi dan SPPT PBB-P2 hasil melaksanakan pengelolaan PBB-P2 dan memberikan
perubahan atau pendaftaran kepada wajib pajak. Bank pelayanan prima kepada wajib pajak.
tempat pembayaran mendapatkan surat tembusan hasil 2.5 Acting
verifikasi. Lindgren dan Bandhold (2003:99) menyatakan
Model pelayanan tersebut dapat dikategorikan bahwa tahap acting bukan merupakan gambaran
dalam perspektif new public service, dimana setiap implementasi dari strategi yang telah dipilih pada tahap
warga negara disamping memiliki hak untuk sebelumnya. Tetapi tahap acting adalah tindak lanjut
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan setelah perumusan scenario planning, yaitu memonitor
mendapatkan pelayanan yang prima dari pemerintah, perubahan kondisi dan mendefinisikan proses untuk
mengamati perubahan yang terjadi akibat dari

69
JPSI (Journal of Public Sector Innovations), Vol. 2, No. 2, Mei Tahun 2018, (61 – 71)

pelaksanaan strategi yang telah dipilih. Pada pengelolaan a) Melakukan identifikasi dan analisis transaksi jual
PBB-P2, indikator untuk mengamati perubahan yang beli dari sumber penjual atau pembeli secara
terjadi sebagai keberhasilan dari pelaksanaan misi, yaitu: langsung, pengembang perumahan, iklan di surat
(1) Tersedianya basis data yang lengkap, akurat, dan kabar maupun media massa online, serta data
objektif sesuai kondisi terkini, baik data atribut pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
maupun data peta; Bangunan (BPHTB);
(2) Meningkatnya kepatuhan wajib pajak, hal ini terlihat b) Melakukan analisis dan pemetaan NJOP bumi
dari menurunnya jumlah tunggakan pajak dan sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah per
realisasi pajak 100%; zona, apabila perlu akan dibuat zona nilai tanah
(3) Tidak ada lagi permohonan keberatan dan keringanan baru atau pemekaran zona;
dari wajib pajak karena kesalahan data; c) Melakukan penilaian secara individual terhadap
(4) Meningkatnya responsifitas petugas dalam objek pajak khusus yang baru berdiri dan sudah
memberikan pelayanan kepada wajib pajak; beroperasi dengan harga material yang sudah
(5) Permohonan wajib pajak secara manual berkurang disesuaikan;
karena lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan d) Menggandakan basis data untuk disimpan di
secara online; harddisk yang terpisah sebagai langkah
(6) Terjalinnya koordinasi yang baik dengan unit pengamanan dari virus komputer;
organisasi lain maupun private sector; e) Melakukan editing peta lokasi sesuai kondisi
(7) Pelayanan optimal didukung tenaga profesional yang terbaru, sehingga memudahkan untuk
kredibel sehingga tidak ada lagi complain dari wajib mengidentifikasi sebuah lokasi atau melakukan
pajak; analisis NJOP bumi;
(8) Tersedianya informasi yang up to date dan mudah f) Mengikutsertakan pegawai Pemerintah Kabupaten
diakses oleh masyarakat. Blora yang masih memenuhi syarat dari aspek usia
maupun kepangkatan untuk menempuh perkuliahan
PENUTUP di bidang penilaian PBB-P2 atau penilaian
Simpulan properti;
Hasil penelitian tentang pengelolaan PBB-P2 g) Aktif berkoordinasi dengan unit organisasi atau
di Kabupaten Blora menyimpulkan bahwa pendapatan instansi terkait untuk transfer data atau informasi;
Pajak Daerah sektor PBB-P2 belum dikelola secara h) Meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan
optimal oleh BPPKAD Kabupaten Blora. Penilaian membangun pelayanan online atau berbasis internet;
secara individual dilaksanakan terhadap objek khusus i) Penyediaan mobil kas keliling yang aktif bersiaga di
sebanyak 13 objek. Berdasarkan penelitian, masih tiap kecamatan;
banyak objek pajak lain yang belum dilakukan pendataan j) Penyediaan sarana/prasarana kantor pendukung
dan penilaian, sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan PBB-P2.
updating data telah dilakukan tetapi belum secara
maksimal karena adanya beberapa hambatan. Salah satu
DAFTAR PUSTAKA
hambatan tersebut adalah kurangnya tenaga penilai
PBB-P2. BPPKAD belum pernah melaksanakan upaya Direktorat Jenderal Pajak, t.t. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
pemetaan objek PBB-P2 sejak pelimpahan dari pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta.
pusat menjadi pajak daerah. Pemetaan ini dalam arti
mengklasifikasikan ulang wilayah yang harus Halim, Abdul, 2016. Manajemen Keuangan Sektor
ditingkatkan NJOP-nya sesuai dengan perkembangan Publik: Problematika Penerimaan dan Pengeluaran
wilayah. Perkembangan dimaksud berupa tanah kosong Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.
atau sawah yang telah berubah alih fungsi menjadi
kawasan perumahan, hotel, maupun industri. Hartoyo, Harry dan Supardi, Untung, 2010. Membedah
Pengelolaan Administrasi PBB dan BPHTB. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, peneliti Kementerian Keuangan Republik Indonesia, t.t. Peraturan
memberikan saran sebagai berikut: Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Memprioritaskan implementasi misi dan strategi Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.
perencanaan pengelolaan PBB-P2 di Kabupaten Blora
sesuai Skenario B (komitmen pemerintah +, pertumbuhan
ekonomi +), yaitu:

70
Nugrahadi, Sarwono, dan Riyanto: Perencanaan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pajak…

Lindgren, Mats dan Bandhold, Hans, 2003. Scenario


Planning: The Link Between Future and Strategy.
New York: Palgrave Macmillan.

Miles, Matthew B., Huberman, A.Michael, dan Saldana,


Johnny, 2014. Qualitative Data Analysis. California:
Sage Publications Inc.

Pemerintah Kabupaten Blora, Peraturan Bupati Blora


Nomor 26 Tahun 2013 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Blora
Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Blora.

Pemerintah Kabupaten Blora, Peraturan Daerah


Kabupaten Blora Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Blora.

Pemerintah Kabupaten Blora, Peraturan Daerah


Kabupaten Blora Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2017. Blora.

71

Anda mungkin juga menyukai