Anda di halaman 1dari 13

BUPATI TRENGGALEK

Trenggalek, 6 Agustus 2018


Nomor : 964/ /406.061/2011 Kepada
Sifat : Segera Yth. 1. Sdr. Ketua TAPD
2. Sdr. Inspektur Kab. Trenggalek
3. Sdr. Kepala Perangkat Daerah
Lampiran : - se-Kabupaten Trenggalek
Perihal : Pemberian Gaji Bulan Ketiga Belas di
Tahun Anggaran 2011 TRENGGALEK

SURAT EDARAN
Nomor : 903/ 1592 /35.03.027/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA)
SERTA PELAKSANAAN VERIFIKASI DAN REVIU RKA
PADA RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2019

Bahwa berdasarkan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Tahun 2019 yang
telah ditandatangani antara Bupati Trenggalek dengan Pimpinan DPRD Kabupaten
Trenggalek, sebagai tindak lanjut maka diperintahkan kepada :
1. Para Kepala Perangkat Daerah agar segera menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Perangkat Daerah (RKA-PD) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA-PPKD);
2. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) agar melaksanakan verifikasi RKA–
PD dan RKA–PPKD sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 dan peraturan lain yang berlaku;
3. Inspektur agar melaksanakan Reviu RKA - PD dan RKA – PPKD sesuai
ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Reviu atas Dokumen Perencanaan Pembangunan dan Anggaran Daerah
Tahunan dan peraturan lain yang berlaku.
Dalam rangka memadukan, sinkronisasi dan menjamin keselarasan
pelaksanaan program dan kegiatan antar Perangkat Daerah lingkup Pemerintah
Kabupaten Trenggalek dan memperhatikan sinergisitas dengan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah, maka pedoman penyusunan RKA ini bertujuan sebagai
acuan bagi Perangkat Daerah (PD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
dalam menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) Tahun Anggaran 2019 agar
dapat terarah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
pelaksanaan Verifikasi dan Reviu. 1Selanjutnya RKA-PD dan RKA-PPKD
digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2019 dan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD.
Sehubungan dengan maksud tersebut diminta Saudara untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. RKA-PD dan RKA-PPKD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah yakni pendekatan berdasarkan kebijakan
dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan
dengan perspektif lebih dari satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan
implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya
yang dituangkan dalam prakiraan maju (forward estimate) yang berisi
perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun
-2-

yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan


yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya;
2. RKA-PD dan RKA-PPKD disusun dengan menggunakan pendekatan
penganggaran terpadu (Unified Budgeting) yang dilakukan secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang
didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana;
3. RKA-PD dan RKA-PPKD disusun dengan menggunakan pendekatan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang
diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
I. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2019
Tema Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2019 sebagai
tahun ke – 4 (empat) pelaksanaan RPJMD 2016-2021 dirumuskan sebagai
berikut: “SINERGITAS PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
BERKUALITAS UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI KERAKYATAN DAN
PENGENTASAN KEMISKINAN”.
Tema pembangunan daerah tersebut selanjutnya diuraikan menjadi Prioritas
Pembangunan Daerah yang merupakan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai di Kabupaten Trenggalek yang dijabarkan melalui Urusan
Pemerintahan Daerah. Prioritas Pembangunan Kabupaten Trenggalek Tahun
2019 tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah (PD) tahun
2019 dengan mempertimbangkan skala prioritas dan permasalahan yang
berkembang, terdiri dari 4 (empat ) yaitu :
1) Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur yang Sinergis, Berkualitas,
Berkelanjutan serta Tahan Bencana;
2) Peningkatan Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi;
3) Percepatan Upaya Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Gotong
Royong;dan
4) Peningkatan Ekonomi Kerakyatan yang Berkelanjutan dengan Berbasis
Potensi Lokal.

II. KEBIJAKAN PENGANGGARAN


Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2019
dijabarkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan Perangkat Daerah. RKA
yang disusun diharapkan mampu menampung dan menuangkan prioritas
pembangunan tersebut ke dalam kode rekening pendapatan dan belanja
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran/hasil
yang diharapkan.
Selain selaras dengan prioritas pembangunan daerah, RKA harus
bersinergi dengan kebijakan penganggaran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dalam
penyusunan APBD tahun anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
1. PENGANGGARAN PENDAPATAN
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2019
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian
serta dasar hukum penerimaannya. Rencana pendapatan tersebut memuat
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah yang
dipungut/ dikelola/diterima oleh Perangkat Daerah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dan ditetapkan dalam peraturan daerah yang
mengacu peraturan perundang-undangan.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-3-

1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah


berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus
didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah
serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun
2019 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan
retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah tahun sebelumnya.
Untuk itu, Perangkat Daerah Penghasil harus melakukan upaya
peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah
dan retribusi daerah berdasarkan tren peningkatan pajak daerah dan
retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun Anggaran 2014
sampai dengan Tahun Anggaran 2018.
3) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber
dari pajak daerah dan retribusi daerah, Perangkat Daerah Penghasil
harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek dan subyek
pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan besarnya pajak daerah
dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan kegiatan
penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak
daerah dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya.
4) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian
dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan sebagaimana
diamantkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009.
5) Perangkat Daerah Penghasil dilarang melakukan pemungutan atau
dengan sebutan lain di luar yang diatur dalam Undang-undang
sebagaimana maksud Pasal 286 ayat (2) Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
6) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan
pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang
Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek
Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya.
7) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain
PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek
sesuai kode rekening berkenaan.
8) Pendapatan dari pengembalian dianggarkan pada akun Pendapatan,
kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke
dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening berkenaan.
b. Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan
perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan
Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan, dan DBH-
Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan
Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh
Pasal 21 dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2019. Apabila
keduanya belum ditetapkan maka didasarkan pada realisasi
pendapatan DBH Pajak 3 (tiga) tahun terakhir.
2) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan
sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT
menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2019. Apabila
keduanya belum ditetapkan maka didasarkan pada realisasi
pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir.
-4-

3) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang


terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral dan
Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan
DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2019. Apabila
keduanya belum ditetapkan maka didasarkan pada realisasi
pendapatan DBH-SDA selama 3 (tiga) tahun terakhir, dengan
mengantisipasi kemungkinan tidak stabilnya harga dan hasil produksi
(lifting) minyak bumi dan gas bumi Tahun Anggaran 2019.
4) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) Penganggaran DAU sesuai
dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2019. Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan,
penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU Taun 2018.
5) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
informasi resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2019 yang
dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Dalam hal Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disepakati bersama
antara kepala daerah dengan DPRD sebelum alokasi DAK dirilis,
penganggaran DAK langsung ditampung dalam mekanisme
pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2019, apabila alokasi DAK dirilis setelah Perda APBD TA
2019 ditetapkan, maka harus disesuaikan dengan melakukan
perubahan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD TA 2019
dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam Perda tentang Perubahan APBD TA 2019.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain
Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan Hibah Dana BOS yang diterima langsung oleh Satuan
Pendidikan Negeri yang diselenggarakan Kabupaten pada APBD TA
2019, dianggarkan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), Akun Pendapatan, Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah, Jenis Hibah, Obyek Hibah Dana BOS, Rincian Obyek Hibah
Dana BOS masing-masing Satuan Pendidikan Negeri sesuai kode
rekening berkenaan.
Selanjutnya, sisa Dana BOS tahun-tahun sebelumnya yang masih
berada pada rekening Dana BOS pada Satdikdas Negeri, Satdikmen
Negeri dan Satdiksus Negeri tidak tercatat pada LKPD tahun-tahun
sebelumnya, menambah pagu alokasi dana BOS pada Satdikdas
Negeri, Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri Tahun Anggaran 2019.
2) Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun
Anggaran 2019. Apabila keduanya belum ditetapkan, maka
penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada alokasi Dana Desa
Tahun Anggaran 2018.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi
Dana Desa Tahun Anggaran 2019 ditetapkan dan / atau terdapat
perubahan setelah Perda APBD TA 2019 ditetapkan, maka harus
disesuaikan dengan melakukan perubahan Peraturan Bupati tentang
Penjabaran APBD TA 2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam Perda tentang Perubahan
APBD TA 2019.
3) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak
Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada
-5-

alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi


Tahun Anggaran 2019.
Dalam hal penetapan APBD Tahun Anggaran 2019 mendahului
penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran 2019, penganggarannya
didasarkan pada alokasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran
2018 dengan memperhatikan realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun
Anggaran 2017. Sedangkan bagian pemerintah kabupaten yang belum
direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target
Tahun Anggaran 2018, ditampung dalam peraturan daerah tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA
apabila tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
4) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik
yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari
pemerintah provinsi dapat dianggarkan sepanjang sudah dianggarkan
dalam APBD Provinsi.
Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan
keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menyesuaikan bantuan keuangan
bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
5) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan,
lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok
masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak
mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban
pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah
adanya kepastian pendapatan dimaksud.
Pendapatan hibah tersebut dianggarkan pada akun pendapatan,
kelompok pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan
diuraikan ke dalam jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai
kode rekening berkenaan.

2. PENGANGGARAN BELANJA
Belanja Daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan
konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan
wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal serta berpedoman pada
standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait
dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman
pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik
dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program
dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi
penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan
informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan
keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau
dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.
-6-

a. Belanja Tidak Langsung


Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Belanja Pegawai
 Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri
Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok
dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas dan gaji
keempat belas.
 Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan
pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun
2019.
 Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji
berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi
pegawai dengan memperhitungkan acress 2,5% (dua koma lima
per seratus) dari jumlah pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.
 Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Bupati/
Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD
dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2019 dengan
mempedomani Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-
undang Nomor 24 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016, di luar
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan
oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD.
 Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan
kematian bagi PNSD dibebankan pada APBD dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai Aparatur Sipil Negara. Penganggaran penyelenggaraan
jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi Bupati/Wakil Bupati
serta Pimpinan dan Anggota DPRD dibebankan pada APBD
disesuaikan dengan yang berlaku bagi PNSD.
 Penganggaran tambahan penghasilan PNSD harus
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan
persetujuan DPRD. Kebijakan dan penentuan kriterianya
ditetapkan terlebih dahulu dengan Peraturan Bupati. Standar
satuan biaya Tambahan Penghasilan PNSD
dimaksud memperhatikan aspek efisiensi, efektivitas,
kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas
 Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Tunjangan profesi guru PNSD serta dana tambahan penghasilan
guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2019
melalui DAK Non Fisik dianggarkan dalam APBD pada kelompok
belanja tidak langsung, jenis belanja pegawai, obyek belanja gaji
dan tunjangan, dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode
rekening berkenaan.
2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari APBD mempedomani peraturan Kepala Daerah yang mengatur
tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi
hibah dan bantuan sosial, yang telah disesuaikan dengan Pasal 298
ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan
-7-

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber
dari APBD, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang-undangan
lain di bidang hibah dan bantuan sosial.
3) Belanja Bagi Hasil Pajak
Penganggaran Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah kepada Pemerintah Desa dalam APBD mempedomani Pasal
72 ayat 1 huruf c dan ayat 3 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
beserta peraturan pelaksanaannya, yaitu paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari pajak daerah dan retribusi daerah.
Belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah dari
pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dalam APBD harus
diuraikan ke dalam daftar nama pemerintah desa selaku penerima
sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan
retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.
4) Belanja Bantuan Keuangan
 Penganggaran belanja bantuan keuangan untuk Belanja Bantuan
keuangan kepada partai politik harus dialokasikan
dalam APBD Tahun Anggaran 2019 dan dianggarkan pada
jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan
keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja
nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran
penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik
berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014
tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran
Dalam APBD dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran
dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan
Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017.
 Penganggaran alokasi dana untuk desa yang diterima dari APBN
dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa
dalam APBD Tahun Anggaran 2019 untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
 Penganggaran Alokasi Dana Desa (ADD) kepada Pemerintah Desa
paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima oleh
Kabupaten Trenggalek dalam APBD TA 2019 setelah dikurangi
DAK yang selanjutnya diuraikan dalam daftar nama Pemerintah
Desa selaku penerima bantuan keuangan sesuai kode rekening
berkenaan serta dapat menganggarkan Bantuan Keuangan
Lainnya kepada Pemerintah Desa.
5) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2018 dan
kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat
diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah
daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai
-8-

kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi


berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana,
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana
pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk program dan
kegiatan pada Tahun Anggaran 2019, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan.
Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan
kegiatan yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik
dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik serta
mendorong inovasi daerah.
Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan yang
terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja
modal agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Belanja Pegawai
Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,
penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan
asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian
sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu
pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan
dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, agar memperhatikan :
 Pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan
hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD
dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan
kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan
dimaksud dengan memperhatikan pemberian Tambahan
Penghasilan dan pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
 Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam
jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek
belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorarium
bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
2) Belanja Barang dan Jasa
a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa yang besarannya
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
b) Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan dan Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kemantian bagi Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri, yaitu Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf
Khusus dan Pegawai Lain yang dibayarkan oleh APBD,
dianggarkan dalam APBD dengan mempedomani Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011
dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
19 Tahun 2016.
c) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak
ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian
hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan
atas suatu prestasi.
-9-

d) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan


kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan
fungsi Perangkat Daerah, jumlah pegawai dan volume pekerjaan
serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun
Anggaran 2018.
e) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan yang disediakan oleh BPJS
hanya diberikan kepada Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan
Anggota DPRD hanya berupa pelayanan Medical Chek Up sebanyak
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun termasuk keluarga (satu
isteri/suami dan dua anak) dalam rangka pemeliharaan kesehatan
dan dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
Perangkat Daerah yang secara fungsional terkait dan dilaksanakan
pada Rumah Sakit Umum Daerah setempat/Rumah Sakit Umum
Pusat di daerah.
f) Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage,
penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016, yang tidak menjadi
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang
bersumber dari APBN, dianggarkan dalam bentuk program dan
kegiatan pada Perangkat Daerah yang menangani urusan
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
g) Belanja yang bersumber dari Pajak Rokok, dialokasikan paling
sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan
kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat
yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung
pendanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
pemerintah daerah menggunakan pendapatan yang
bersumber dari pajak rokok, sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen) dari alokasi pelayanan kesehatan yang
ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 40 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Pajak Rokok Untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016.
h) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada
masing-masing Perangkat Daerah.
i) Penganggaran pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan
kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa ditambah seluruh
belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
barang/jasa sampai siap diserahkan dengan mempedomani Pasal
298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-undang 23 Tahun 2014 dan
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Permendagri Nomor 14 Tahun 2016 serta
pearaturan perundang-undangan lain dibidang hibah dan bantuan
sosial, yaitu sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan
diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh
belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
barang/jasa sampai siap diserahkan.
-10-

j) Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, dalam rangka


kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam
negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara
selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud
sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah.
Ketentuan-ketentuan dan Standar Satuan Harga Perjalanan Dinas
berpedoman Peraturan Bupati yang mengatur perjalanan dinas
berdasarkan kemampuan keuangan daerah dengan
memperhatikan aspek transparansi, akuntabilitas, efesiensi,
efektifitas, kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas sesuai
kebutuhan nyata.
Khusus penganggaran perjalanan luar negeri berpedoman pada
Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perjalanan Dinas
Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2016 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi
Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD.
k) Penganggaran belanja untuk menghadiri diklat, bimbingan teknis
atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan SDM (pejabat
daerah dan staf, pimpinan dan anggota DPRD serta unsur
lainnya/tenaga ahli) diprioritaskan penyelenggaraannya di masing-
masing wilayah kabupaten yang bersangkutan.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukan penyelenggaraan
diklat, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar
atau sejenisnya yang tempat penyelenggaraannya di luar daerah
dapat dilakukan secara sangat selektif dengan mempertimbangkan
aspek urgensi, kualitas penyelanggaraan, muatan substansi,
kompetensi narasumber, kualitas advokasi dan pelayanan
penyelenggara serta manfaat yang akan diperoleh guna efesiensi
dan efektifitas penggunaan anggaran daerah dan administrasi oleh
penyelenggara.
l) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan
dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya,
seminar atau sejenis lainnya diprioritaskan untuk menggunakan
fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah
tersedia milik pemerintah daerah dengan mempedomani Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/
Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan
Efektifitas Kerja Aparatur.
m) Penganggaran pemeliharaan Barang Milik Daerah yang berada
dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau kuasa
pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan
pemeliharaan barang, sebagaimana dimaksud dala Pasal 46 ayat
(1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Permendagri
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah.
n) Dalam rangka efesiensi dan efektifitas anggaran pada Perangkat
Daerah, maka komponen belanja barang dan jasa yang tidak
berkaitan langsung dengan capaian kinerja suatu kegiatan agar
dianggarkan pada kegiatan Pelayanan Jasa Kantor.

3) Belanja Modal
Belanja Modal dipergunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pengadaan aset tetap dan aset lainnya (aset tak
-11-

berwujud) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)


bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai
batas minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), selanjutnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Perangkat Daerah agar memprioritaskan alokasi belanja modal
pada APBD Tahun Anggaran 2019 untuk pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung
dengan peningkatan pelayanan publik serta pertumbuhan ekonomi
daerah, serta harus melakukan upaya peningkatan alokasi
Belanja Modal, mengingat proporsi alokasi belanja modal terhadap
total belanja secara nasinal rata-rata 20,28 %.
b) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan
kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip
efisiensi, efektifitas, ekonomis dan transparansi dengan
mengutamakan produk-produk dalam negeri.
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Daerah dimaksud
berpedoman pada Standar Barang, Standar Kebutuhan dan/atau
Standar Harga yang ditetapkan oleh Bupati yang mengacu pada
pedoman yang ditetapkan Mendagri sebagaimana diatur dalam
Pasal 9 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (6) Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan
milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun
2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran, pembangunan
gedung kantor baru milik pemerintah daerah tidak
diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-
841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal
Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor
Kementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggaran
tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas dan
kualitas pelayanan publik.
c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
mempedomani Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 dan Permendagri
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya
Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber dari APBD serta
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016;
d) Nilai aset (aset tetap dan aset lainnya) yang dianggarkan dalam
belanja modal adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
aset tersebut sampai siap digunakan;
e) Belanja tambahan sebagaimana dimaksud pada huruf d adalah
biaya-biaya yang mempunyai atribusi langsung terhadap aset
tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :
- Belanja Modal Aset Tetap Tanah : biaya yang dikeluarkan
dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,
penimbunan, Honor PPK, Pejabat/Panitia Pengadaan, Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan.
- Belanja Modal Aset Tetap Peralatan Mesin : biaya
pengangkutan, instalasi, lelang, pemasangan, pengiriman,
simpan dan bongkar muat, biaya profesional (tenaga ahli),
honor PPK, Pejabat/Panitia Pengadaan, Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan.
-12-

- Belanja Modal Gedung Bangunan : biaya perencanaan


pengawasan teknis (P2T), persiapan tempat, biaya lelang, biaya
konstruksi, biaya pengurusan IMB, Notaris, pajak, honor PPK,
Pejabat/Panitia Pengadaan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
- Belanja Modal Jalan, Jaringan dan Instalasi : biaya
perencanaan pengawasan teknis (P2T), persiapan tempat, biaya
lelang, biaya pemasangan, biaya profesional (tenaga ahli), honor
PPK, Pejabat/Panitia Pengadaan, Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan.
Sedangkan Honor Pengelola Kegiatan, Perjalanan Dinas, ATK dan
biaya lainnya yang tidak ada atribusi secara langsung terhadap
aset agar tetap dianggarkan pada kegiatan tersebut pada jenis
belanja yang sesuai (belanja pegawai, belanja barang dan jasa).
f) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap
(biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai batas
minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan dapat
memperpanjang masa manfaat atau yang dapat memberikan
manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau
peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal.

III. TEKNIS PENYUSUNAN RKA


Dalam menyusun RKA Perangkat Daerah secara khusus perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Prioritas Pembangunan Daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam RKPD
Tahun 2019 menjadi acuan utama Perangkat Daerah dalam menyusun
RKA-PD Tahun Anggaran 2019.
2. RKA-PD agar disusun sesuai pagu definitif yang telah diterima dan
dimasukkan dalam aplikasi SIMDA.
Secara materi wajib memperhatikan sinkronisasi antara RKPD, KUA dan
PPAS. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan APBD yang
menggambarkan keterpaduan dari seluruh program dan kegiatan dalam
upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
3. Bagi Perangkat Daerah yang telah menerapkan PPK-BLUD agar menyusun
rencana kerja dan anggaran dalam APBD menggunakan format Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA). Konsolidasi RBA dengan peraturan daerah
tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD sampai
pada jenis belanja.
4. Dalam penyusunan anggaran belanja untuk setiap kegiatan berdasarkan
pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja dan mempedomani :
a. Standar Pelayanan Minimal;
b. Standar Harga Satuan Barang (Keputusan Bupati Trenggalek Nomor:
188.45/339/35.03.001.3/2018);
c. Standar Honorarium (Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 11 Tahun
2018);
d. Pedoman Perjalanan Dinas (Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 79
Tahun 2017);
Dalam hal Perangkat Daerah merencanakan pengalokasian anggaran/
kegiatan ke wilayah desa agar memperhatikan kewenangan yang dimiliki
Desa atau kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten sebagaimana diatur oleh Peraturan
Bupati Trenggalek Nomor 46 Tahun 2017 tentang Daftar
Kewenangan Berdasarkan Hal Asal Usul Dan Kewenangan Lokal
Bersekala Desa.
5. Untuk pengkodean rekening kegiatan baru atau perubahan nama kegiatan
yang belum tercantum pada Aplikasi SIMDA, agar berkoordinasi dengan
Badan Keuangan Daerah Kabupaten Trenggalek.
-13-

6. Indikator kinerja, tolok ukur kinerja, dan target kinerja kegiatan pada
format RKA-PD harus diisi dengan lengkap dan terukur (menyesuaikan
dengan indikaor RPJMD).

IV. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN RKA


Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA-PD) yang telah disusun
dan dimasukkan dalam Aplikasi SIMDA, disampaikan kepada Kepala Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Trenggalek dalam bentuk soft copy (Eksport Data
Simda) beserta print out-nya paling lambat pada tanggal 13 Agustus 2018.

V. PELAKSANAAN VERIFIKASI DAN REVIU RKA-PD DAN RKA-PPKD


1. Verifikasi RKA-PD dan RKA-PPKD dilaksanakan oleh Tim Verifikasi yang
dibentuk oleh Ketua TAPD;
2. Reviu RKA-PD dan RKA-PPKD dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten
Trenggalek atau Tim Reviu yang dibentuk oleh Inspektur;
3. Pelaksanaan Verifikasi dan Reviu RKA dimaksud dapat dilaksanakan
bersama secara simultan sesuai jadwal yang akan ditetapkan kemudian
atau sesuai kebijakan masing-masing pelaksana;
4. Verifikasi dan Reviu RKA dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku dan
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Surat Edaran ini;

Demikian untuk menjadikan perhatian dan agar dilaksanakan sebagaimana


mestinya.

BUPATI TRENGGALEK,

Dr. EMIL ELESTIANTO DARDAK, M.Sc.

Jl. Pemuda Nomor 1 Trenggalek Kode Pos 66311, Provinsi Jawa Timur
Telp. (0355) 791140 Website http://www.trenggalekkab.go.id

Anda mungkin juga menyukai