PENDAHULUAN
Sesuai ketentuan Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedemon Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya
disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) Tahun.
Rancangan KUA yang disusun memuat kondisi ekonomi makro Daerah, asumsi
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kebijakan Pendapatan
Daerah, kebijakan Belanja Daerah, kebijakan Pembiayaan Daerah, dan strategi
pencapaiannya. Dengan demikian, maka KUA Tahun Anggaran 2023 pada dasarnya
memuat kebijakan umum Daerah Tahun 2023 yang menjadi pedoman dan ketentuan
umum dalam penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2023. Kebijakan umum ini
Setelah dokumen KUA Tahun Anggaran 2023 tersusun, maka selanjutnya Rancangan
KUA dan Rancangan PPAS disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD. Kemudian
menurut Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas dan
disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD ditandatangani
paling lambat Minggu Kedua Bulan Agustus.
Selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pasal 310 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, setelah RKPD ditetapkan kepala daerah
menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk
dibahas bersama. KUA dan PPAS yang telah disepakati kepala daerah bersama DPRD
menjadi pedoman Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran
satuan kerja Perangkat Daerah.
Gambar I. 1
Tahapan Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2022
Kepala Daerah
menerbitkan Nota Kesepakatan
Diserahkan
RKA SKPD Pedoman KUA-PPAS
ke PPKD Penyusunan RKA TA. 2023
SKPD
Secara tahunan, perekonomian Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2021 mengalami
pertumbuhan sebesar 3,43% setelah pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -
3,80%. Pertumbuhan tahun 2020 ini sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi
Nasional yang tumbuh sebesar 3,69% setelah sebelumnya juga mengalami kontraksi,
yakni sebesar -2,07% pada tahun 2020.
Gambar II. 1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun
2016-2021
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau triwulan I-
2022 secara year on year, Industri Pengolahan memberikan andil pertumbuhan
tertinggi sebesar 1,74 persen; diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor dengan andil sebesar 1,34 persen; dan Transportasi dan
Pergudangan sebesar 0,27 persen.
Gambar II. 3
Laju Pertumbuhan YoY PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I Tahun 2022
Gambar II. 5
Pertumbuhan PDRB Triwulanan, 2017-2022 (q-to-q) (persen)
Bila dilihat dari sumber kontraksi ekonomi Kepulauan Riau triwulan I-2022 secara
quarter to quarter, kategori pertambangan dan penggalian memberikan andil kontraksi
sebesar 1,23 persen; diikuti kategori Industri Pengolahan dengan andil kontraksi
sebesar 1,18 persen; dan kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dengan andil kontraksi sebesar 0,67 persen.
Gambar II. 7
Laju Pertumbuhan Q-to-Q PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I, 2022
Tabel II. 1
Ringkasan PDRB per Provinsi di Pulau Sumatera Triwulan I-2022
Tahun Dasar 2010
Pertumbuhan
PDRB (miliar rupiah) Kontribusi terhadap
Wilayah (%)
Pulau Sumatera (%)
ADHB ADHK q to q y on y
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Aceh 47.953,00 33.128,46 -7,10 3,24 4,88
2. Sumatera Utara 225.419,47 138.880,29 -0,13 3,90 22,92
3. Sumatera Barat 65.933,72 44.523,05 -1,31 3,64 6,70
4. Riau 241.561,68 129.297,75 -0,57 4,72 24,56
5. Jambi 63.461,19 38.532,83 -1,88 4,64 6,45
6. Sumatera Selatan 128.349,10 82.434,58 0,03 5,15 13,05
7. Bengkulu 20.691,34 11.939,11 -1,91 3,03 2,10
8. Lampung 94.788,15 60.905,95 0,96 2,96 9,64
Kepulauan Bangka
9. 22.804,25 13.720,94 -4,48 3,26 2,32
Belitung
10. Kepulauan Riau 72.506,65 45.822,22 -3,41 2,83 7,37
2.1.2. Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri
meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan
sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Selama kurun waktu 2016 hingga 2021 laju inflasi tahunan di Provinsi Kepulauan Riau
bersifat fluktuatif, dari 2016 ke 2017 terjadi peningkatan inflasi sedangkan pada tahun
2018 hingga 2020 terjadi penurunan angka inflasi. Selanjutnya inflasi kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2021. Pada tahun 2016, inflasi di Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 3,53% dan inflasi pada tahun 2021 pula sebesar 2,26%.
Berdasarkan data Publikasi Data BPS Provinsi Kepulauan Riau (2021), mulai tahun
2019 inflasi kumulatif provinsi Kepulauan Riau berada dibawah inflasi nasional yaitu
2,03 persen untuk inflasi Kepulauan riau, dan 2,72 persen inflasi Nasional. Dimasa
pandemi Covid -19 tahun 2020, inflasi nasional maupun kepri mengalami penurunan
hal ini disebabkan lemahnya daya beli masyarakat. Ditahun 2021 inflasi tahun
kalender Provinsi Kepulauan Riau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional.
Sedangkan untuk inflasi bulanan, pada bulan Juni 2022 terjadi inflasi sebesar 0,84
persen, berbeda dengan Juni 2021 yang mengalami deflasi sebesar 0,13 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Juni 2022 sebesar 3,75 persen, lebih besar dibandingkan
inflasi tahun kalender Juni 2021 sebesar 0,19 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun Juni
2022 terhadap Juni 2021 sebesar 5,89 persen, lebih besar dibandingkan dengan inflasi
tahun ke tahun Juni 2021 terhadap Juni 2020 sebesar 1,52 persen.
Tabel II. 2
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun Kepulauan Riau Tahun 2018 s.d 2019
(2012=100) dan 2020 s.d 2022 (2018=100)
Juni (m-t-m terhadap bulan sebelumnya) 1,14 0,25 0,05 -0,13 0,84
Tahun Kalender (Juni tahun n terhadap Desember tahun n-1) 2,07 1,76 -0,14 0,19 3,75
Tahun ke Tahun (Juni tahun n terhadap Juni tahun n-1) 4,06 3,16 0,24 1,52 5,89
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022
Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Juni 2022 secara umum
menunjukan adanya kenaikan. Diketahui, dari 370 komoditas yang menyusun inflasi
Kota Batam, 101 komoditas mengalami kenaikan harga dan 47 komoditas mengalami
penurunan harga. Sedangkan untuk Kota Tanjungpinang, dari 352 komoditas yang
menyusun inflasi, sebanyak 67 komoditas mengalami kenaikan harga dan 36 komoditas
mengalami penurunan harga.
Tabel II. 3
IHK, Inflasi dan Andil Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kelompok Pengeluaran
(2018=100), Mei 2022
Andil
IHK Inflasi Inflasi Tahun Inflasi Andil
Inflasi
Kelompok Pengeluaran Juni Juni Kalender Tahun ke Inflasi
Kumulatif
2022 20221) 20222) Tahun3) Juni 2022
2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Umum 111,1 0,84 3,75 5,89 0,8411 3,753
Makanan, Minuman, dan
122,59 2,18 7,62 12,31 0,6636 2,2431
Tembakau
Pakaian dan Alas Kaki 107,03 -0,01 1,36 2,43 0,0002 0,0758
Perumahan, Air, Listrik, dan
101,81 0,05 0,82 1,11 0,0077 0,1425
Bahan Bakar Rumah Tangga
Perlengkapan, Peralatan, dan
Pemeliharaan Rutin
Rumah Tangga 109,3 0,48 4,32 5,06 0,024 0,2138
Kesehatan 103,1 0 0,01 0,76 0 0,0008
Transportasi 106,04 0,93 4,15 7,24 0,113 0,5036
Gambar II. 12
Andil Komoditas yang Mendorong Inflasi/Deflasi Bulan Juni 2022
di Provinsi Kepulauan Riau
Pada September 2021, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau mencapai
137,75 ribu orang (5,75 persen), berkurang sebanyak 6,71 ribu orang dibandingkan
dengan kondisi Maret 2021 yang sebesar 144,46 ribu orang (6,12 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2021 sebesar 5,72
persen, turun menjadi 5,37 persen pada September 2021. Selain itu, persentase
penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2021 sebesar 11,10 persen juga
turun menjadi 10,45 persen pada September 2021.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat terus membaik sejalan
perbaikan ekonomi.
Gambar II. 13
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016 -September
2021
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar 0,95%, lebih
rendah dibandingkan dengan periode September 2020 sebesar 1,21%. Penurunan
indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan.
Demikian halnya Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2021 juga mengalami
penurunan menjadi sebesar 0,21%, lebih rendah dibandingkan periode September
2020 sebesar 0,42%. Kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan di Provinsi Kepri semakin berkurang.
Tabel II. 4
Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri
Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini
Ratio berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan
ketimpangan yang semakin tinggi.
Pada September 2021 Gini Ratio Provinsi Kepri tercatat sebesar 0,339, meningkat
dibandingkan September 2020 sebesar 0,334. Peningkatan Gini Ratio
mengindikasikan bahwa tingkat kesenjangan pendapatan antar penduduk di Provinsi
Kepri sedikit melebar pada periode September 2020 – September 2021. Namun Gini
Ratio September 2021 yang tercatat sebesar 0,339 tersebut, turun 0,004 poin
dibandingkan dengan Gini Ratio pada Maret 2021 yang sebesar 0,343, yang mana
kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi sedikit peningkatan pemerataan pengeluaran
di Kepulauan Riau selama periode Maret 2021 September 2021.
Gambar II. 15
Perkembangan Gini Ratio Provinsi Kepulauan Riau Maret 2016–September 2021
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kepri pada tahun 2021 tercatat 75,79
meningkat 0,2 poin dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 75,59. Secara
nasional, IPM Provinsi Kepri termasuk dalam kategori tinggi (nilai IPM 70 < IPM < 80).
Peningkatan IPM Provinsi Kepri menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan yang
tercermin dari Umur Harapan Hidup (UHH), rata-rata lama sekolah (RLS), dan standar
hidup layak yang diukur dari nilai pengeluaran per kapita. Secara nasional, IPM
Provinsi Kepri menduduki urutan ke-4 setelah provinsi DKI Jakarta, Yogyakarta,
dan Kalimantan Timur.
Gambar II. 16
Perkembangan IPM Provinsi Kepri
Sementara itu di kawasan Sumatera, IPM Provinsi Kepri menempati posisi teratas
(tertinggi) dibandingkan provinsi lain. Umur Harapan Hidup penduduk di Provinsi
Kepri pada tahun 2021 tercatat 70,12 tahun, meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 69,96 tahun yang menunjukkan kualitas hidup masyarakat semakin
baik. Tingkat Harapan Lama Sekolah (HLS) juga mengalami peningkatan menjadi 12,98
tahun yang diikuti peningkatan rata-rata lama sekolah menjadi 10,18 tahun.
Peningkatan angka harapan sekolah maupun rata-rata lama sekolah memberikan
sinyal positif bahwa kualitas SDM di Provinsi Kepri akan semakin baik. Namun
demikian, tingkat pengeluaran per kapita mengalami penurunan menjadi sebesar
Rp14,12 juta, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp14,20 juta.
Dimensi/ Indikator Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Umur Panjang dan Hidup Sehat
Umur Harapan Hidup
Tahun 68,63 68,85 69,05 69,15 69,41 69,45 69,48 69,64 69,80 69,96 70,12
saat Lahir (UHH)
Pengetahuan
Harapan Lama Sekolah
Tahun 11,61 11,90 12,26 12,51 12,60 12,66 12,81 12,82 12,83 12,87 12,98
(HLS)
Rata-rata Lama
Tahun 9,46 9,58 9,63 9,64 9,65 9,67 9,79 9,81 9,99 10,12 10,18
Sekolah (RLS)
Standar Hidup Layak
Pengeluaran Riil per
Kapita (yang Rp0 12.513 12.740 12.942 13.019 13.177 13.359 13.566 13.976 14.466 14.209 14.122
disesuaikan)
IPM 71,61 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79
Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Karimun 66,40 66,82 67,67 68,52 68,72 69,21 69,84 70,26 70,56 71,10 71,44 71,70
Bintan 69,87 70,47 71,01 71,31 71,65 71,92 72,38 72,91 73,41 73,98 74,13 74,57
Natuna 66,29 67,76 68,80 69,39 70,06 70,87 71,23 71,52 72,10 72,63 72,72 73,09
Lingga 57,36 58,51 59,32 60,13 60,75 61,28 62,44 63,45 64,06 64,98 65,29 65,83
Kepulauan 63,03 63,71 64,32 64,86 65,12 65,86 66,30 67,06 67,53 68,48 68,80 69,23
Anambas
Batam 76,98 77,82 78,39 78,65 79,13 79,34 79,79 80,26 80,54 81,09 81,11 81,12
Tanjungpinang 73,76 74,86 75,91 76,70 77,29 77,57 77,77 78,00 78,33 78,73 78,91 78,93
Kepulauan 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79
Riau
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022
Data Bed Occupancy Ratio (BOR) Periode Tanggal 18 s.d.24 Juni 2022
a. Kota Batam : 0,37%
b. Kota Tanjungpinang : 4,99%
c. Kabupaten Bintan : 0,00%
d. Kabupaten Karimun : 0,00%
e. Kabupaten Lingga : 0,00%
f. Kabupaten Natuna : 0,00%
g. Kabupaten Anambas : 0,00%
Peta Risiko Per Tanggal 29 Mei 2022
1) Kota Batam: Kuning
2) Kota Tanjungpinang: Kuning
3) Kabupaten Bintan: Kuning
4) Kabupaten Karimun: Kuning
5) Kabupaten Lingga: Hijau
6) Kabupaten Natuna: Kuning
7) Kabupaten Anambas: Hijau
Sumber data: https://covid19.go.id/peta-risiko
Adapun Rincian Capaian PER-KELOMPOK USIA PROV. KEPRI, yaitu sebagai berikut :
a. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Anak Usia 6-11 tahun Provinsi Kepulauan Riau
✓ Sasaran : 221.670 anak
✓ Dosis 1 : 199.753 orang/ 90,11% (+10)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 21.917 orang
✓ Dosis 2 : 164.188 orang / 74,07% (+4)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 57.482 orang
b. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Remaja Usia 12-17 tahun Provinsi Kepulauan
Riau
✓ Sasaran : 207.663 Remaja
✓ Dosis 1 : 220.377 orang/ 106,12% (+5)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 2.231 orang
✓ Dosis 2 : 194.809 orang / 93,81% (+4)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : *12.854 orang
c. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Usia >18 tahun Provinsi Kepulauan Riau
✓ Dosis 1 : *1.348.450 orang/ 98,19% (+41)
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-23
TAHUN ANGGARAN 2023
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 61.237 orang
✓ Dosis 2 : 1.167.629 orang/ 85,02% (+42)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 205.743 orang
✓ Dosis 3 : *643.290 orang/ 46,84% (+152)
✓ Sisa target 100% Dosis 3 : 730.082 orang
(Pembanding % Capaian dosis 3 adalah Hanya kelompok Usia ≥18 tahun)
d. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 LANSIA Usia ≥60 Tahun
✓ Dosis 1 : 73.548 orang/ 84,41% (+0)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 15.032 orang
✓ Dosis 2 : 62.660 orang/ 71,92% (+1)*
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 24.468 orang
✓ Dosis 3 : 28.311 orang/ 32,49% (+8)*
✓ Sisa target 100% Dosis 3 : 58.817 orang
Tabel II. 7
Asesmen Situasi Covid-19 Per 31 Juli 2022
Kapasitas Vaksinasi Vaksinasi
TK Level
Provinsi TK Testing TK Tracing Respon Lengkap Lengkap
Treatment Situasi
Lansia
1 2 3 4 5 6 7 8
Jawa Timur Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai 1
Kepulauan Riau Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai 1
Jawa Tengah Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sumatera Utara Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Nusa Tenggara Barat Terbatas Memadai Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sumatera Selatan Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Jambi Terbatas Memadai Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Aceh Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Lampung Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Gorontalo Terbatas Memadai Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Sulawesi Utara Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Bengkulu Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sulawesi Tenggara Memadai Memadai Memadai Memadai Sedang Sedang 2
Banten Sedang Sedang Memadai Sedang Memadai Memadai 2
Jawa Barat Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Kalimantan Utara Memadai Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
DI Yogyakarta Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Kalimantan Timur Memadai Sedang Memadai Sedang Memadai Memadai 2
Transisi pandemi menjadi pendemi Covid-19 yang diharapkan terjadi di Tahun 2022
akan menjadi basis fundamental yang kuat bagi pembangunan ekonomi di jangka
pendek- menengah. Ketidakpastian akibat fluktuasi jumlah kasus serta dampaknya
pada disrupsi aktivitas perekonomian dapat dieliminasi di Tahun 2023. Kebijakan fiskal
juga dapat kembali difokuskan untuk mendorong agenda reformasi struktural serta
memperkuat program perlindungan sosial bagi kelompok masyarakat miskin dan
rentan. Perputaran roda perekonomian yang semakin resilien akan memberi
optimisme pembangunan yang kokoh baik di sisi konsumsi, investasi, maupun
produksi. Hal ini kemudian dapat mendorong penciptaan lapangan kerja yang
berkualitas dan masif serta meminimalkan dampak scarring effect dari pandemi.
Konsumsi rumah tangga masih akan terus menunjukkan kinerja yang optimal. Di
tengah periode transformasi ekonomi, penciptaan lapangan kerja baru diperkirakan akan
semakin kuat baik untuk kelompok masyarakat menengah maupun berpendapatan
rendah. Dorongan Pemerintah melalui program pengembangan kualitas sumber daya
manusia, termasuk program Kartu Prakerja, akan sangat bermanfaat untuk
mempersiapkan tenaga kerja dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha. Tingkat upah diperkirakan terus membaik dan menopang pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dari level yang terendah. Keberlanjutan reformasi perlindungan sosial juga
diharapkan terus efektif dalam melindungi masyarakat miskin dan miskin ekstrem di masa
transformasi ekonomi. Selain itu, jenis konsumsi masyarakat yang relatif tertekan di masa
pandemi, seperti belanja sandang, hiburan, dan pariwisata, juga akan sepenuhnya pulih
pada periode endemi di Tahun 2023. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Tahun
2023 diperkirakan mencapai kisaran 4,8 - 5,4 persen.
PKP dalam Tahun 2023 diproyeksikan tumbuh positif di tengah upaya konsolidasi
fiskal. Alokasi belanja yang sebelumnya difokuskan untuk penanganan pandemi dan
stabilisasi perekonomian dapat direalokasikan menjadi belanja yang lebih berkualitas
serta memiliki produktivitas tinggi. Belanja tersebut juga diharapkan mampu
menciptakan dampak pengganda (multiplier effect) yang tinggi bagi keberlangsungan
transformasi ekonomi. Selain itu, kegiatan pelayanan birokrasi juga diperkirakan kembali
mencapai kapasitas optimalnya di Tahun 2023. Pertumbuhan PKP dalam Tahun 2023
diperkirakan pada rentang 0,6 – 1,2 persen.
Ekspor yang telah menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di masa krisis akibat
pandemi, diperkirakan akan terus melanjutkan tren pertumbuhan yang robust.
Permintaan akan produk unggulan nasional diproyeksikan masih tetap kuat, meskipun di
tengah moderasi pertumbuhan ekonomi global. Transformasi ekonomi dalam
mendorong nilai tambah produk-produk sektor unggulan diharapkan dapat mendorong
daya saing dan pangsa pasar produk nasional di dunia. Promosi global untuk
mewujudkan ekonomi hijau juga akan menstimulus pertumbuhan ekspor-ekspor produk
terkait, seperti hasil hilirisasi mineral dan kendaraan bermotor beremisi rendah. Di sisi
lain, dengan berevolusinya pandemi menjadi endemi, tingkat kedatangan turis asing yang
lebih tinggi juga diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan jasa nasional.
Sementara itu, aktivitas ekonomi domestik yang semakin kuat mendorong tingginya
permintaan bahan baku dan barang modal yang bersumber dari impor. Ekspor dan impor
diperkirakan masing-masing tumbuh pada rentang 6,8 – 8,0 persen dan 6,6 – 7,8 persen.
Dari sisi produksi, transformasi ekonomi juga memiliki peranan penting dalam mendorong
kinerja sektor manufaktur dan perdagangan. Performa kedua sektor ini diperkirakan
menguat seiring dengan solidnya permintaan dalam negeri maupun penguatan daya saing
produk dalam negeri pada pasar global. Upaya revitalisasi industri diharapkan dapat efektif
dalam mengembalikan peran sektor manufaktur sebagai mesin pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkelanjutan dan inklusif. Dorongan kepada penyerapan produk
manufaktur yang memiliki tingkat kandungan lokal yang tinggi juga dilakukan, salah
satunya melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Sektor
manufaktur dan perdagangan masing-masing diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 – 6,0
persen dan 5,0 – 5,6 persen pada Tahun 2023.
Keberlanjutan pembangunan baik yang bersumber dari sektor swasta maupun publik
akan menopang kinerja sektor konstruksi di Tahun 2023. Perbaikan kondisi ekonomi
Indonesia serta kualitas infrastruktur yang signifikan akan menstimulus geliat
pembangunan. Pemanfaatan Kawasan Industri existing maupun baru sebagai destinasi
ekspansi usaha berperan penting dalam inisiasi proyek-proyek konstruksi sektor
swasta. Sementara pemulihan kinerja BUMN sebagai agen pelaksanaan proyek
infrastruktur pemerintah dan didukung oleh Indonesia Investment Authority (INA)
akan berperan dalam mendukung pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas
dan PSN Pemerintah. Sementara itu, keberlanjutan program-program padat karya
melalui K/L teknis serta pemerintah daerah akan turut mendorong proyek konstruksi
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian akan didorong oleh hilirisasi dan
meningkatnya daya saing produk olahan tambang nasional. Sektor ini diperkirakan
mencatat tumbuh positif pada kisaran 3,2 – 3,5 persen di Tahun 2023. Proses hilirisasi
logam mineral seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel yang dimulai sejak 2015 akan
mampu menjaga kinerja sektor pertambangan. Selain hilirisasi, perkembangan sektor
pertambangan juga akan didorong oleh meningkatnya permintaan akan logam mineral
yang terkait dengan energi baru dan terbarukan seperti nikel. Permintaan akan logam
mineral ini terutama yang terkait dengan industri baterai akan didorong oleh upaya
pencapaian target operasionalisasi mobil listrik secara bertahap dalam jangka
menengah.
Upaya peningkatan produktivitas nasional melalui pemanfaatan tren kunci utama dan
pelaksanaan agenda reformasi struktural dilakukan untuk mewujudkan transformasi
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Peluang tren kunci utama berpotensi
menjadi pengungkit pertumbuhan di jangka pendek-menengah. Penerapan pola hidup
baru akibat tingginya kesadaran masyarakat akan aspek kesehatan diperkirakan akan
mendorong kebutuhan pasokan produk farmasi dan layanan medis yang prima. Selain
itu, lonjakan adopsi teknologi digital selama pandemi juga diproyeksikan akan terus
berlanjut dan menjadi potensi tersendiri bagi laju perkembangan ekonomi digital.
Fenomena ini diharapkan dapat membentuk sektor jasa nasional yang modern, bernilai
tambah tinggi, dan mampu menciptakan lapangan kerja yang layak. Selain itu,
perubahan peta investasi dan perdagangan dunia yang terjadi akibat dari pandemi
serta dinamika geopolitik menjadi kesempatan emas bagi perekonomian nasional
untuk menarik investasi di sektor-sektor potensial serta mendongkrak partisipasi
sektor manufaktur domestik dalam Global Value Chain, termasuk untuk industri mesin,
elektronik, alat komunikasi, serta hilirisasi mineral. Sementara itu, dorongan komunitas
global dalam mewujudkan ekonomi hijau juga semakin mengemuka. Indonesia yang
memiliki sumber daya hayati yang sangat besar berpotensi memproduksi Nilai Ekonomi
Karbon (NEK) secara signifikan. Selain itu, inisiatif Pemerintah untuk mulai menerapkan
pola perdagangan emisi, salah satunya melalui pengenaan pajak karbon, menjadikan
Indonesia sebagai negara terdepan dalam penerapan ekonomi hijau. Arah pertumbuhan
investasi kepada sektor energi terbarukan dapat mendorong percepatan pembangunan
ekonomi yang ramah lingkungan serta akselerasi hilirisasi sumber daya alam nasional
untuk mendukung teknologi energi terbarukan.
Perkiraan laju inflasi domestik 2023 tetap berada pada kisaran 3,0±1,0 persen, masih
sesuai dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kondisi harga komoditas global
yang diperkirakan mulai melandai memengaruhi pergerakan harga-harga komoditas
domestik ke depan di tengah proses pemulihan ekonomi nasional yang terus
berlangsung. Aktivitas ekonomi sosial masyarakat yang semakin membaik diperkirakan
terus berlanjut, terutama pada masa HBKN Ramadan dan Idul Fitri serta Natal dan Tahun
Baru. Stabilitas inflasi pangan yang terus diupayakan juga mendorong semakin
terkendalinya pergerakan harga pangan, terutama dari sisi ketersediaan dan
kelancaran distribusi antarwilayah yang mendorong menurunnya disparitas harga.
Meskipun begitu, volatilitas harga pangan masih tetap menjadi tantangan seiring dengan
dinamika perubahan cuaca dan iklim serta karakteristik komoditas pangan yang bersifat
musiman. Selain itu, kebijakan administered price juga menjadi komponen krusial
sehingga Pemerintah akan terus berhati-hati dalam pengambilan kebijakan harga
Secara jangka menengah, Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga laju inflasi
agar tetap berada dalam tren menurun dan stabil sebagai dukungan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sebagai upaya mencapai target,
Pemerintah menetapkan sasaran inflasi dengan tren menurun ditujukan untuk
menjangkar ekspektasi inflasi masyarakat pada level yang stabil dan rendah. Meskipun
ditetapkan menurun, laju inflasi diperkirakan tetap dapat memberikan ruang bagi dunia
usaha untuk berkembang tanpa memberikan tekanan yang besar pada di sisi
permintaan. Pencapaian tren tingkat inflasi tersebut tetap harus didukung oleh
terobosan dalam mengatasi isu struktural pangan serta pengelolaan inflasi administered
price yang hati-hati yang juga masih menjadi tantangan hingga sekarang. Oleh karena
itu, Pemerintah dan BI akan terus berupaya meningkatkan sinergi dan koordinasi guna
pelaksanaan bauran kebijakan yang mendukung penciptaan laju inflasi jangka menengah
yang rendah dan stabil pada rentang sasaran inflasi pada 2024 – 2026.
Pergerakan nilai tukar Rupiah pada Tahun 2023 masih akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari global dan domestik. Dari sisi global, keberlanjutan pengetatan
kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara maju maupun berkembang masih akan
mewarnai dinamika di pasar keuangan global. Potensi risiko utamanya akan terjadi
pada periode kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed yang diperkirakan masih berlanjut
di Tahun 2023 sebagai langkah untuk menurunkan kembali inflasi AS ke level 2 persen
dalam jangka menengah. Masih adanya potensi risiko geopolitik juga dapat menambah
ketidakpastian di pasar keuangan global. Sejumlah risiko ini diperkirakan akan
memengaruhi volatilitas dan pengetatan likuiditas di pasar keuangan global dan berdampak
pada pergerakan aliran modal dan nilai tukar di negara emerging markets, termasuk
Indonesia. Selain itu, adanya potensi perlambatan perekonomian Tiongkok sebagai major
trading partner utama Indonesia dan risiko normalisasi harga komoditas ekspor juga
akan menjadi tantangan tersendiri pada pergerakan nilai tukar Rupiah, dengan
terbatasnya suplai valas yang berasal dari kinerja ekspor. Di sisi lain, kegiatan importasi
diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan pulihnya ekonomi domestik, sehingga
akan turut menambah kebutuhan terhadap valas.
Dalam jangka menengah, pergerakan nilai tukar Rupiah masih akan dipengaruhi faktor
fundamental ekonomi domestik maupun dinamika di pasar keuangan global. Berbagai
tantangan dan risiko yang berasal dari eksternal, seperti prospek pertumbuhan
ekonomi global yang moderat dan belum merata serta risiko geopolitik, diperkirakan
akan menyebabkan sentimen terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Selain itu,
perekonomian domestik yang akan terus membaik berimplikasi pada tingginya kegiatan
importasi sehingga akan memengaruhi tingkat permintaan valas di dalam negeri.
Dalam jangka menengah, tingkat suku bunga SUN 10 tahun diperkirakan masih
berfluktuasi seiring masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Kondisi ini
terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya kebijakan normalisasi moneter negara maju untuk
mengatasi tekanan inflasi yang terus meningkat sejalan dengan pemulihan global yang
terus berlanjut. Sejumlah bank sentral negara maju, terutama The Fed diperkirakan
kembali menaikkan suku bunga acuan setidaknya hingga akhir 2023. Selain itu, risiko
geopolitik juga turut memberi tekanan pada volatilitas pasar keuangan global.
Dari sisi domestik, berlanjutnya tren pemulihan yang ditopang oleh stabilitas
makroekonomi akan mendukung kinerja tingkat suku bunga SUN 10 tahun. Berbagai
upaya reformasi struktural, termasuk penguatan peran sektor keuangan dan pendalaman
pasar keuangan domestik, diharapkan dapat menarik minat investor untuk
berinvestasi pada surat utang Pemerintah. Konsolidasi fiskal yang akan dimulai di 2023
serta dukungan strategi pembiayaan yang prudent juga diperkirakan dapat menjaga
kinerja tingkat suku bunga SUN 10 tahun.
Upaya peningkatan kinerja hulu migas terus diupayakan dengan berbagai bauran
kebijakan untuk melanjutkan upaya transformasi menuju pencapaian 1 juta barel
minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di tahun 2030. Target ini
diperlukan untuk meningkatkan produksi jangka menengah dan jangka panjang,
mengurangi defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan energi nasional. Berbagai
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,3 - 5,9 5,4 - 6,3 5,5 - 6,5 5,5 - 6,5
Inflasi (%) 2,0 - 4,0 1,5 - 3,5 1,5 - 3,5 1,5 - 3,5
Nilai Tukar (Rp/USD) 14.300 - 14.800 14.200 - 14.800 14.200 - 14.800 14.200 - 14.800
Suku Bunga SUN 10 Tahun (%) 7,34 - 9,16 6,24 - 7,90 6,25 - 8,10 6,27 - 8,29
Harga Minyak Mentah/ICP
80 - 100 70 - 90 70 - 90 70 - 90
(USD/barel)
Lifting Minyak Mentah (Ribu bph) 619 - 680 644 - 723 682 - 786 695 - 835
Lifting Gas Bumi (Ribu bsmph) 1.019 - 1.107 1.051 - 1.155 1.131 - 1.289 1.230 - 1.428
Sumber: KEM PPKF 2023, Kemenkeu
3.2. Asumsi dasar yang digunakan dalam APBD Provinsi Kepulauan Riau
Berdasarkan Data Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Mei 2022,
Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus berlanjut meski berisiko lebih
rendah dari proyeksi sebelumnya seiring meningkatnya risiko ketidakpastian
global yang meningkat sejalan belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina.
Meningkatnya risiko ketidakpastian global tersebut kemudian berdampak pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan meningkatnya risiko inflasi di banyak
negara terutama melalui jalur perdagangan dan keuangan. Peningkatan inflasi di
banyak negara telah mendorong otoritas moneter setempat untuk mempercepat
normalisasi kebijakan moneter salah satunya melalui penyesuaian suku bunga acuan
termasuk di Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga Fed Fund Rate.
Lembaga International Monetary Fund (IMF) dalam outlook terbaru yang dirilis pada
April 2022 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada Tahun 2022 menjadi
3,6% (yoy), lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4% (yoy). Sementara
pertumbuhan ekonomi global pada Tahun 2023 diprediksi stabil sebesar 3,6%(yoy).
Penurunan proyeksi ekonomi tersebut turut dipicu oleh masih berlanjutnya
ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, peningkatan kasus COVID-19 di Tiongkok yang
mendorong pemerintah setempat melakukan lockdown sehingga akan mengganggu
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-34
TAHUN ANGGARAN 2023
aktivitas perdagangan. Di sisi lain kenaikan harga komoditas baik pangan maupun
energi serta ketidakpastian di pasar keuangan global terus berlanjut. Pertumbuhan
ekonomi berbagai negara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan
India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Ketidakpastian global
tersebut juga telah memicu disrupsi dalam rantai pasok terutama pada komoditas
energi dan semikonduktor sejak tahun lalu. Gangguan global supply chain diperkirakan
berangsur membaik pada Tahun 2022, namun harga komoditas energi diperkirakan
masih akan meningkat.
Realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa negara pada triwulan I 2022 secara umum
menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2021, walaupun di
beberapa negara mengalami peningkatan pertumbuhan seperti Tiongkok dan Uni
Eropa. Perlambatan ekonomi Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Hongkong
dan Vietnam terjadi seiring munculnya varian Omicron COVID-19 yang diperparah
oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Kondisi ini memicu
kenaikan level inflasi di berbagai negara, serta menahan laju pemulihan ekonomi
global yang sedang berlangsung.
Data Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Mei 2022 tersebut
dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.
Salah satu faktor pendukung perbaikan ekonomi domestik pada Tahun 2022
yakni semakin membaiknya mobilitas masyarakat seiring terkendalinya
penyebaran COVID-19 serta berlanjutnya program vaksinasi. Secara umum
perbaikan ekonomi domestik akan didorong oleh meningkatnya aktivitas dan
mobilitas masyarakat sehingga akan mendorong konsumsi rumah tangga untuk
tumbuh positif. Demikian halnya, konsumsi pemerintah yang diperkirakan meningkat
sejalan dengan peningkatan penerimaan negara di tengah kondisi perekonomian yang
terus meningkat.
Tabel III. 2
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016 – 2023
3.2.2. Inflasi
Prospek inflasi IHK Kepri Tahun 2022 diperkirakan akan meningkat dan mendekati
batas atas sasaran inflasi nasional Tahun 2022 yaitu 3 ± 1% (yoy). Oleh karenanya
upaya pengendalian inflasi di tahun ini perlu diintensifkan terutama dengan
difokuskan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang diperkirakan
akan mendominasi arah inflasi di Kepri. Koordinasi antara TPID dan Satgas Pangan
menjadi kunci pengendalian inflasi di Kepri melalui strategi 4K (ketersediaan
pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif).
Beberapa sumber risiko peningkatan inflasi pada Tahun 2022 yang perlu
diwaspadai yakni:
Berdasarkan data yang didapat dari Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (Juli
2022) tekanan inflasi menguat didorong meningkatnya daya beli dan ekspektasi
masyarakat seiring perbaikan perekonomian serta peningkatan harga energi dan
bahan pangan pada tahun ini. Upaya pengendalian inflasi melalui strategi 4K
(Keterjangkauan harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi
Efektif) perlu untuk terus dioptimalkan untuk tetap menjaga inflasi dalam rentang
sasaran 3 ± 1% (yoy).
Tabel III. 3
Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 – 2023
KOMPONEN RISIKO
Tabel III. 5
Realisasi dan Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016-2022
REALISASI* TARGET**
NO INDIKATOR SATUAN
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 Pertumbuhan Ekonomi % 1.98 4.47 4.83 -3,80 3,43 4,8–5,6 5,1– 5,6
2 Laju Inflasi % 4,02 3,47 2,03 1,18 2,26 3,50±1 3,50±1
3 Tingkat Pengangguran Terbuka % 7,16 8,04 7,50 10,34 9,91 10,10 8,03–8,75
4 Indeks Gini Indeks 0,359 0,339 0,337 0,334 0,339 0,332 0,335 –0,329
5 Persentase penduduk miskin % 6,13 5,83 5,80 6,13 5,75 6,01 4,35–5,00
6 Indeks Pembangunan Manusia Indeks 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79 76,70 76,70 –76,99
Sumber:
*BPS Kepri
**RKPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
Mengingat eksistensi keuangan yang sangat vital bagi suatu negara dan atau daerah,
maka pemerintah akan melakukan segala daya dan upaya untuk menciptakan dan
memanfaatkan sumber keuangan yang ada. Hasil-hasil yang diperoleh selanjutnya
akan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran guna mendukung jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan. Dalam pemerintahan Indonesia hasil penerimaan
yang diperoleh dari upaya pemanfaatan segenap potensi keuangan yang diterima oleh
Pemerintah Pusat maka akan disalurkan dan digunakan melalui sektor-sektor yang
ditentukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan untuk daerah
diatur juga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Tahun 2023 merupakan awal tahun optimisme perbaikan ekonomi pasca covid-19
bagi IndonIsia dan khususnya Provinsi Kepulauan Riau setelah mendapatkan musibah
global berupa pandemi covid-19. Berbagai langkah kebijakan telah diambil oleh
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan mengadakan refocussing semua program
dan kegiatan untuk mencegah dan menangani dampak penyebaran covid-19 serta
dalam usaha melakukan pemulihan sosial ekonomi masyarakat. Kebijakan program
dan kegiatan ini akan terus dilaksanakan pada Tahun 2023 dengan harapan kehidupan
sosial masyarakat semakin membaik, pergerakan roda perekonomian akan meningkat
dengan indikasi peningkatan aktivitas masyarakat, dunia investasi dan usaha kecil
menengah (UKM).
TAHUN 2023
Arah kebijakan keuangan daerah provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023 berpedoman
pada landasan hukum peraturan perundang-undangan pendapatan daerah antara lain
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun
2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas
dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Pendapatan Dana Transfer (Dana Tranfer Umum dan Dana Insentif Daerah) dan Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan dirinci menurut jenis pendapatan, obyek
pendapatan dan rincian obyeknya yang merupakan hak daerah dalam 1 (satu) tahun
anggaran.
Estimasi target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang dituangkan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2023
merupakan perkiraan potensi Pendapatan Daerah yang terukur secara realistis dan
memiliki landasan hukum penerimaan serta dihitung berdasarkan potensi dan kondisi
objektif perekonomian daerah Kepulauan Riau. Sedangkan untuk Pendapatan Dana
Transfer sesuai surat dari Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-173/PK/2022 tanggal 30 September 2022
tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023
dimana rician tercantum dalam website resmi www.djpk.kemenkeu.go.id dan
selanjutnya secara resmi akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023.
Kondisi keuangan daerah tidak terlepas dari pengaruh ekonomi yang terjadi dalam
skala nasional maupun daerah khususnya di Provinsi Kepulauan Riau. Mencermati
pendapat para ahli ekonomi dalam menganalisa dampak yang ditimbulkan dari sisi
ekonomi dan berimpilkasi terhadap penerimaan keuangan negara dan keuangan
daerah dapat disampaikan sebagai berikut :
TAHUN 2023
memiliki landasan hukum penerimaan serta dihitung berdasarkan potensi dan kondisi
objektif perekonomian daerah Kepulauan Riau. Sedangkan untuk Pendapatan Dana
Transfer sesuai surat dari Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-173/PK/2022 tanggal 30 September 2022
tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023
dimana rician tercantum dalam website resmi www.djpk.kemenkeu.go.id dan
selanjutnya secara resmi akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023.
Kondisi keuangan daerah tidak terlepas dari pengaruh ekonomi yang terjadi dalam
skala nasional maupun daerah khususnya di Provinsi Kepulauan Riau. Mencermati
pendapat para ahli ekonomi dalam menganalisa dampak yang ditimbulkan dari sisi
ekonomi dan berimpilkasi terhadap penerimaan keuangan negara dan keuangan
daerah dapat disampaikan sebagai berikut :
TAHUN 2023
Estimasi target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan sebesar Rp3.995.495.041.708,- (tiga triliun sembilan
ratus sembilan puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh lima juta empat puluh satu
ribu tujuh ratus delapan rupiah). Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar
14,80% dibandingkan dengan target APBD Murni Tahun 2022 atau meningkat
Rp515.171.961.199,- (lima ratus lima belas miliar seratus tujuh puluh satu juta
sembilan ratus enam puluh satu ribu seratus sembilan puluh sembilan rupiah) jika
dibandingkan target pendapatan daerah pada APBD Tahun 2022 sebesar
Rp3.480.323.080.509,- (tiga triliun empat ratus delapan puluh miliar tiga ratus dua
puluh tiga juta delapan puluh ribu lima ratus sembilan rupiah).
Secara garis besar peningkatan estimasi target pendapatan daerah Tahun 2023 akibat
adanya penyesuaian-penyesuaian target antara lain peningkatan target Pajak Daerah,
penurunan retribusi labuh jangkar dan penyesuaian (peningkatan dan penurunan)
terhadap pendapatan transfer khususnya yang berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Komposisi estimasi target Pendapatan
Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023 berasal dari:
Tabel IV. 1
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
PENDAPATAN DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 2.914.857.620.562
2017 3.252.237.500.366 337.379.879.803 11,57%
2018 3.500.007.224.302 247.769.723.936 7,62%
2019 3.939.451.004.378 439.443.780.076 12,56%
2020 3.514.309.578.651 (425.141.425.727) (10,79%)
2021 3.809.875.862.443 295.566.283.792 8,41%
2022 *) 3.284.282.087.364
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
TAHUN 2023
4.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Jika mengamati realisasi penerimaan PAD Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke
tahun, maka menunjukkan angka pertumbuhan yang selalu positif. Realisasi
penerimaan tahun 2021 tumbuh 15,07% jika dibandingkan tahun 2020 karena adanya
peningkatan signifikan pada realisasi pajak daerah akibat adanya regulasi pemerintah
melalui pemberian keringanan (diskon) Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor. PAD mengalami kontraksi tumbuh negatif pada tahun
2020 akibat adanya pandemi covid-19.
Tabel IV. 2
Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Periode Tahun 2016 – 2022
Ada beberapa hal terkait dengan optimalisasi pemungutan PAD pada Tahun 2023
sebagai berikut:
TAHUN 2023
4. Optimalisasi retribusi daerah dengan menggali potensi-potensi objek retribusi
baru dan penyesuaian tariff retribusi daerah.
5. Kebijakan penyesuaian-penyesuaian pada target Retribusi Daerah khususnya
Retribusi Jasa Labuh Jangkar dan Retribusi Jasa Pemanfaatan Ruang Laut
sesuai dengan kondisi objektif pemungutan dan capaian realisasi semester I
/2022. Hal ini secara signifikan menurunkan target retribusi daerah.
6. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Kepulauan Riau
khususnya BUMD yang bergerak di sektor maritim melalui PT. Pelabuhan
Kepri.
7. Optimalisasi pelayanan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau di
Tanjungpinang dan Tanjung Uban dengan menambah jasa layanan dan ruang
kamar nginap rumah sakit, serta penagihan aktif piutang atas layanan rumah
sakit kepada pihak ketiga (BPJS).
Estimasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) KUA APBD Tahun Anggaran 2023
sebesar Rp1.494.281.041.254,-. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar
Rp145.787.423.613,- (naik 10,81%) jika dibandingkan dengan target PAD pada APBD
Tahun 2022. Proyeksi PAD berasal dari kontribusi kenaikan Pajak Daerah sebesar
Rp174.023.071.839,- (naik 15,13%). Peningkatan PAD juga berasal dari target Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan naik sebesar Rp 9.150.000.000.- (naik
100,00%) dan peningkatan penerimaan Lain-lain PAD yang sah sebesar
Rp15.950.000.000,- (naik 13,39%). Adapun Penurunan PAD signifikan berasal dari
penyesuaian target retribusi daerah atas jasa kepelabuhanan (jasa labuh jangkar) dan
retribusi pemanfaatan ruang laut sebesar dengan total minus Rp53.335.648.226,-
(minus 76,20%).
Tabel IV. 3
Perkembangan Realisasi Pajak Daerah Periode Tahun 2016 – 2022
TAHUN 2023
REALISASI PAJAK KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2020 1.033.430.812.844 (151.841.446.912) (12,81)
2021 1.191.202.760.957 157.771.948.113 15,27%
2022 *) 1.198.224.927.209
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam mengestimasi target Pajak
Daerah Tahun 2023 sebagai berikut:
TAHUN 2023
terjadi pengalihan konsumsi BBM ke pertalite dan pertamax. Hal tersebut
dapat mempengaruhi proyeksi peningkatan penerimaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
5. Penetapan target Pajak Rokok Tahun 2023 diasumsikan kenaikan sebesar
4,76% jika dibandingkan Tahun 2022 sambil menunggu penetapan besaran
alokasi yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan cq. Keputusan Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan tentang Proporsi dan Estimasi Penerimaan
Pajak Rokok untuk Masing-Masing Provinsi Tahun Anggaran 2023.
Estimasi penerimaan Retribusi Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023
direncanakan sebesar Rp16.658.831.254,- turun signifikan sebesar
Rp53.335.648.226,- (minus 76,20%) jika dibandingkan target pada Tahun Anggaran
2022 sebesar Rp69.994.479.480,-. Penyesuaian/penurunan target retribusi signifikan
berasal dari retribusi jasa kepelabuhanan (jasa labuh jangkar) dan retribusi
pemanfaatan ruang laut karena perbedaan persepsi kewenangan pemungutan dengan
pemerintah pusat serta beralihnya kewenangan perizinan dalam kawasan free trade
zone. Sesuai surat Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Nomor :
UM.006/63/17/DJPL/2021 tentang Penyelesaian Permasalahan Pengenaan Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan oleh Pemerintah Daerah. Melalui surat tersebut dijelaskan
bahwa pungutan Jasa Kepelabuhanan (labuh tambat) merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Selanjutnya peningkatan target secara signifikan
berasal dari retribusi perijinan memperkerjakan tenaga kerja asing (RPTKA) sejalan
dengan semakin meningkatnya investasi luar negeri dan para pekerja asing yang
bekerja di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Tabel IV. 4
Perkembangan Realisasi Retribusi Daerah Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI RETRIBUSI KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 3.045.922.690
2017 3.179.349.050 133.426.360 4,38%
2018 13.542.397.410 10.363.048.360 325,95%
2019 7.164.633.160 (6.377.764.250) (47,09%)
2020 5.734.867.917 (1.429.765.243) (19,96%)
2021 12.274.391.358 6.539.523.441 114,03%
2022 *) 4.037.660.574
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
TAHUN 2023
Berdasarkan data tabel realisasi retribusi daerah di atas, penerimaan retribusi
tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan 2019 dimana masih terdapat realisasi retribusi
pemanfaatan ruang laut. Namun pada tahun 2019 dihentikan karena belum adanya
ketentuan Peraturan Daerah tentang RZPW3K Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya
pada tahun 2021 penerimaan retribusi kembali mengalami peningkatan karena
capaian atas realisasi penerimaan retribusi perijinan memperkerjakan tenaga kerja
asing (RPTKA) serta beberapa objek retribusi daerah lainnya antara lain retribusi izin
usaha perikanan dan retribusi laboratorium jasa konstruksi. Capaian realisasi
retribusi daerah semester I/2022 masih jauh dari target yang ditetapkan, karena
belum dialihkannya pemungutan retribusi ijin rencana Penggunaan tenaga kerja asing
dari PNBP menjadi retribusi daerah akibat masih berlarutnya evaluasi ranperda
retribusi penggunaan tenaga kerja asing oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Keuangan.
Tabel IV. 5
Perkembangan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah Periode
Tahun 2016 – 2022
REALISASI LAIN-LAIN PAD KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
YANG SAH (Rp) (Rp) (%)
2016 123.884.449.232
2017 103.748.182.415 (20.136.266.817) (16,25%)
2018 104.986.597.609 1.238.415.194 1,19%
TAHUN 2023
REALISASI LAIN-LAIN PAD KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
YANG SAH (Rp) (Rp) (%)
2019 116.426.648.917 11.440.051.308 10,90%
2020 154.406.989.413 37.980.340.496 32,62%
2021 169.257.507.575 14.850.518.162 9,62%
2022 *) 113.475.883.771
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi Lain-lain PAD yang sah
menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pertumbuhan penerimaan
signifikan berasal dari penerimaan BLUD atas 2 (dua) RSUD milik Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau yaitu RSUD Raja Ahmad Thabib Tanjungpinang dan RSUD Engku Haji
Daud yang terus meningkatkan jumlah layanan kesehatan kepada masyarakat.
Besaran alokasi pendapatan dana transfer pusat ke daerah sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah terkait pokok-pokok kebijakan fiskal dalam postur APBN Tahun
2023. Arah kebijakan Dana Transfer Pusat ke Daerah pada Tahun 2023 antara lain
mengoptimalkan pemanfaatan Dana Transfer dalam rangka mendukung dan
mengupayakan peningkatan kualitas layanan publik, penguatan kualitas SDM dan
pemanfaatan dari Dana Transfer Umum untuk mendorong upaya pemulihan ekonomi
pasca pandemi covid-19.
Asumsi dasar ekonomi makro dalam postur APBN Tahun 2023 antara lain
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat, harga Migas di pasaran internasional (ICP), serta kenaikan lifting minyak dan
gas bumi yang pada akhirnya mempunyai dampak turunan terhadap kenaikan
anggaran Transfer ke Daerah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang membaik juga
akan berdampak pada penerimaan pajak khususnya dari sector Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh Pasal 21).
Tabel IV. 6
Perkembangan Realisasi Dana Transfer Pusat ke Daerah Periode
Tahun 2016 – 2022
2016 1.812.089.029.643
2017 2.163.451.718.982 351.362.689.339 19,39%
2018 2.278.002.977.357 114.551.258.374 5,29%
2019 2.626.462.699.205 348.459.721.848 15,30%
2020 2.317.188.590.222 (309.274.108.983) (11,78%)
TAHUN 2023
REALISASI DANA TRANSFER KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
PUSAT KE DAERAH (RP) (RP) (%)
Estimasi penerimaan Pendapatan Transfer dari Pusat pada KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan sebesar Rp2.499.889.897.954,- atau naik sebesar
Rp369.321.485.086,- (naik 17,33 %) jika dibandingkan dengan target pada Tahun
Anggaran 2022 sebesar Rp2.130.568.412.868,-. Estimasi penerimaan Pendapatan
Transfer Tahun Anggaran 2023 bersumber dari Dana Perimbangan sebesar
Rp2.499.889.897.954,- dan Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 0,- (nihil) .
Rincian estimasi Pendapatan Transfer dari Pusat yang dicantumkan dalam KUA APBD
2023 ini sesuai dengan pagu alokasi dana transfer yang ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan surat Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Nomor :
S-173/PK/2022 tanggal 29 September 2022 tentang Penyampaian Rincian Alokasi
Tranfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023 melalui informasi website Kementerian
Keuangan. Adapun saat KUA APBD Tahun 2023 ini di susun, Peraturan Presiden dan
atau Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan alokasi dana Transfer Pusat ke
Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2023 belum terbit.
Penjelasan lebih lanjut mengenai estimasi target Pendapatan Dana Transfer Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2023 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Estimasi Dana Transfer Umum (DTU) Tahun 2023 dengan rincian Dana Bagi
Hasil (DBH) yang ditargetkan sebesar Rp771.308.861.954,- mengalami
peningkatan target sebesar Rp186.003.646.086,- atau naik 31,78% dari target
TAHUN 2023
pada Tahun Anggaran 2022, dan Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2023
sebesar Rp1.131.182.073.000,- mengalami peningkatan Rp38.252.534.000
atau naik 3,50% dari target pada Tahun 2022.
Penjelasan atas peningkatan estimasi target Dana Bagi Hasil (Pajak dan
Sumberdaya Alam) dengan mempertimbangkan perhitungan sisa Kurang
Bayar DBH Tahun 2021 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
127/07/2022 tentang Penetapan Kurang Bayar dan Lebih Bayar DBH Tahun
2022 dan kondisi kenaikan harga komoditi minyak dan Gas di pasar
internasional yang akan berdampak pada capaian realisasi DBH Migas pada
Tahun 2023.
2. Estimasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2023 sebesar
Rp597.398.963.000,- mengalami peningkatan signifkan sebesar
Rp165.802.784.000 (atau naik 38,42%) dari target sebelumnya Tahun 2022
sebesar Rp 431.596.173.000,-. Hal tersebut akibat adanya kebijakan
Pemerintah yang secara berangsur mengurangi Dana Dekonsentrasi dan
dialihkan kepada Dana Alokasi Khusus ke daerah.
Rincian DAK Fisik sebesar Rp313.990.759.000,- dimana mengalami kenaikan
sebesar Rp147.259.228.000,- (naik 88,32%) dan DAK Non Fisik sebesar
Rp283.408.204.000,- dimana mengalami kenaikan sebesar
Rp18.543.556.000,- (naik 7,00%). Sejak Tahun 2022 Kebijakan Pemerintah
untuk DAK Non Fisik diperkirakan tidak mengalami perubahan dimana dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) reguler dan BOS Kinerja pengelolaan dana
BOS tersebut sebagian dialihkan kepada pemerintah kabupaten/kota.
Selanjutnya dapat kami sampaikan bahwa dalam perhitungan estimasi target Dana
Bagi Hasil memperhitungkan penundaan pembayaran DBH Migas Triwulan IV tahun
sebelumnya sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang rencana alokasi, tata cara penyaluran (Tunda
salur/Kurang Bayar/Lebih Bayar) yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor
139/MPK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Otonomi Khusus yang menjelaskan bahwa penyaluran DBH pada tahun anggaran
berkenaan hanya disalurkan s/d Triwulan III, adapun Triwulan IV akan dibayarkan
pada tahun berikutnya setelah keluarnya hasil auditeed Badan Pemeriksa Keuangan
terhadap realisasi penerimaan negara.
Besaran alokasi jumlah penyaluran Kurang Bayar juga ditetapkan pemerintah melalui
Peraturan Menteri Keuangan pada sekitar bulan September atau Oktober.
Tabel IV. 7
Perkembangan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak dan SDA
Periode Tahun 2017 – 2022
REALISASI DANA
REALISASI DANA BAGI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN BAGI HASIL SDA
HASIL PAJAK (Rp) (%) (%)
(Rp)
2016 239.662.552.812 282.046.398.831
2017 197.995.488.908 (17,39%) 328.674.172.724 16,53%
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-52
TAHUN ANGGARAN 2023
TAHUN 2023
REALISASI DANA
REALISASI DANA BAGI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN BAGI HASIL SDA
HASIL PAJAK (Rp) (%) (%)
(Rp)
2018 157.690.034.739 (20,36%) 379.767.968.007 15,55%
2019 103.447.118.023 (34,40%) 633.999.917.557 66,94%
2020 196.946.330.649 90,38% 262.818.832.929 (58,55%)
2021 216.297.104.525 9,83% 233.569.712.661 (11,13%)
2022 *) 89.400.785.730 501.497.388.835
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
Beberapa kebijakan terkait Dana Alokasi Khusus Tahun 2023 diarahkan untuk
pemulihan ekonomi dan simplikasi jenis, bidang dan kegiatan DAK Fisik untuk
pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pemenuhan kesejangan layanan dasar
pendidikan, penguatan sistem kesehatan, penguatan Transportasi laut dan pertanian,
konektivitas dan peningkatan sinergi dengan belanja pada Kementerian/Lembaga dan
sumber dana lainnya. Sedangkan Dana Alokasi Khusus Non Fisik terdiri atas Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD, Tambahan
Penghasilan Guru, Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM, Bantuan Operasional
Kesehatan dan Keluarga Berencana, Dana Pelayanan Perlindungan Perempuan dan
Anak serta Dana Fasilitasi Penanaman Modal.
Tabel IV. 8
Perkembangan Realisasi DAU dan DAK
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI DANA REALISASI DANA
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN ALOKASI UMUM ALOKASI KHUSUS
(%) (%)
(Rp) (Rp)
2016 866.810.696.000 418.569.382.000
2017 1.059.822.693.000 22,27% 569.776.571.430 36,12%
2018 1.150.516.796.000 8,56% 590.028.178.611 3,55%
2019 1.190.057.596.000 3,44% 645.650.636.625 9,43%
2020 1.099.291.405.000 (7,63%) 723.205.571.644 12,01%
2021 1.092.929.539.000 (0,58%) 174.478.742.639 (75,87%)
2022 *) 983.293.557.216 352.099.551.158
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi Dana Alokasi Umum
(DAU) menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya dan hanya pada tahun 2020
dan 2021 mengalami penurunan akibat dampak kebijakan pemerintah melakukan
refocussing anggaran untuk penanganan pandemi covid-19. Adapun pada realiasi
Dana Alokasi Khusus (DAK) mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun
2021 sebagai akibat perubahan kebijakan pemerintah dengan adanya pengalihan
Dana Bantuan Operasional Sekolah yang tadi secara keseluruhan disalurkan melalui
TAHUN 2023
Provinsi, namun kebijakan pemerintah memberikan sebagian Dana BOS kepada
Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya.
Tabel IV. 9
Perkembangan Realisasi Dana Insentif Daerah
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI DANA INSENTIF KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 5.000.000.000
2017 - (5.000.000.000)
2018 - -
2019 53.307.431.000 53.307.431.000
2020 34.926.450.000 (18.380.981.000) (34,48%)
2021 44.437.322.000 9.510.872.000 27,23%
2022 *) 38.813.233.000
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022
Sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2023 dijelaskan bahwa penetapan estimasi target Pendapatan Transfer secara
keseluruhan dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2022 atau informasi resmi mengenai alokasi Pendapatan Transfer
Tahun Anggaran 2022 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Selain itu estimasi target pendapatan transfer dapat dianggarkan dalam rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2022 dengan menganalisa realisasi
tahun sebelumnya, estimasi Kurang Bayar dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil tahun
sebelumnya serta kondisi objektif dan kebijakan pemerintah pusat yang
mempengaruhi pendapatan transfer dimaksud.
Estimasi penerimaan Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah pada KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp 1.324.102.500,- naik sebesar Rp63.052.500,-
TAHUN 2023
atau naik 5.00%. jika dibandingkan target Tahun Anggaran 2022. penerimaan berasal
hibah PT. Jasa Raharja Persero dalam hal operasional Kantor Bersama Samsat dan
besaran alokasinya ditentukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) dengan
memperhitungkan penerimaan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) pada Kantor Bersama Samsat se Provinsi Kepulauan Riau.
TAHUN 2023
Tabel IV. 10
Estimasi Target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Pada Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD Tahun 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
PENDAPATAN 3.480.323.080.509 3.995.495.041.708 515.171.961.199 14,80%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.348.493.617.641 1.494.281.041.254 145.787.423.613 10,81%
PAJAK DAERAH 1.150.224.138.161 1.324.247.210.000 174.023.071.839 15,13%
Pajak Kendaraan Bermotor 425.534.000,000 453.193.710.000 27.659.710.000 6,50%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 221.186.000.000 300.000.000.000 78.814.000.000 35,63%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 359.315.036.467 420.000.000.000 60.684.963.533 16,89%
Pajak Air Permukaan 1.000.000.000 1.053.500.000 53.500.000 5,35%
Pajak Rokok 143.189.101.694 150.000.000.000 6.810.898.306 4,76%
RETRIBUSI DAERAH 69.994.479.480 16.658.831.254 (53.335.648.226) (76,20%)
Retribusi Jasa Usaha 60.262.979.480 6.810.831.254 (53.452.148.226) (88,70%)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- Lab Keswan (DINAS KETAHANAN 367.035.480 385.387.254 18.351.774 5,00%
PANGAN DAN PERTANIAN)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- BLK (DISNAKER) 4.000.000 - (4.000.000) (100,00%)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- Asrama Haji (BKAD) 1.050.000.000 1.500.000.000 450.000.000 42,86%
Retribusi Penjualan Poduk Daerah – (DKP) 446.500.000 200.000.000 (246.500.000) (55,21%)
Retribusi Jasa Kepelabuhan (DKP Antang) 700.000.000 750.000.000 50.000.000 7,14%
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (DINAS PUPR) 300.000.000 550.000.000 250.000.000 83,33%
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan/Roro (DISHUB) 56.470.000.000 3.000.000.000 (53.470.000.000) (94,69%)
Retribusi Pemanfaatan Ruang Laut (DKP) 500.000.000 - (500.000.000) -100,00%
Retribusi Pemakaian Daerah (BAPENDA) 200.000.000 200.000.000 - 0,00%
Retribusi Pemakaian Daerah (Kominfo) 225.444.000 225.444.000 - 0,00%
Retribusi Perizinan Tertentu 9.731.500.000 9.848.000.000 116.500.000 1,20%
Pemberian Perpanjangan Izin MempekerjakanTenaga Asing (RPTKA) 8.000.000.000 8.000.000.000 - 0,00%
(DISNAKERTRANS)
TAHUN 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
Retribusi Izin Usaha Perikanan (DKP) 1.000.000.000 1.050.000.000 50.000.000 5,00%
Retribusi Izin Bidang Perhubungan (DISHUB) 731.500.000 798.000.000 66.500.000 9,09%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 9.150.000.000 18.300.000.000 9.150.000.000 100,00%
Bagian Laba atas penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD 9.150.000.000 18.300.000.000 9.150.000.000 100,00%
Bagian Laba atas penyertaan Modal pada PT. Bank Riau Kepri 3.150.000.000 3.300.000.000 150.000.000 4,76%
Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT. 6.000.000.000 15.000.000.000 9.000.000.000 150,00%
Pelabuhan Kepri
LAIN-LAIN PAD YANG SAH 119.125.000.000 135.075.000.000 15.950.000.000 13,39%
Penerimaan Jasa Giro 11.550.000.000 15.000.000.000 3.450.000.000 29,87%
Pendapatan Denda Pajak 15.075.000.000 20.075.000.000 5.000.000.000 33,17%
Pendapatan Denda BBN-KB 60.000.000 60.000.000 - 0,00%
Pendapatan Denda PKB 15.000.000.000 20.000.000.000 5.000.000.000 33,33%
Pendapatan Denda PBB-KB 10.000.000 10.000.000 - 0,00%
Pendapatan Denda P-AP 5.000.000 5.000.000 - 0,00%
Pendapatan BLUD 92.500.000.000 100.000.000.000 7.500.000.000 8,11%
Jasa Layanan (RSUD PROV.TG.UBAN 17.500.000.000 20.000.000.000 2.500.000.000 14,29%
Jasa Layanan (RSUD PROV.TG.PINANG) 75.000.000.000 80.000.000.000 5.000.000.000 6,67%
PENDAPATAN TRANSFER 2.130.568.412.868 2.499.889.897.954 369.321.485.086 17,33%
DANA PERIMBANGAN 2.109.830.933.868 2.499.889.897.954 390.058.964.086 18,49%
DANA TRANSFER UMUM 1.678.234.754.868 1.902.490.934.954 224.256.180.086 13,36%
DANA BAGI HASIL (DBH) 585.305.215.868 771.308.861.954 186.003.646.086 31,78%
BAGI HASIL PAJAK 248.086.356.000 247.307.003.644 (779.352.356) (0,31%)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pertambangan 39.410.110.000 24.997.460.637 (14.412.649.363) (36,57)
Pajak Penghasilan Orang Pribadi 208.616.298.000 222.271.718.007 13.655.420.007 6,55%
Cukai Hasil Tembakau (CHT) 59.948.000 37.825.000 (22.123.000) (36,90%)
BAGI HASIL BUKAN PAJAK /SUMBER DAYA ALAM (SDA) 337.218.859.868 524.001.858.310 186.782.998.442 55.39%
Provisi Sumber Daya Hutan 355.579.000 662.641.323 307.062.323 86,36%
Pertambangan Umum 4.918.668.000 12.605.426.273 7.686.758.273 156,28%
TAHUN 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
Minyak Bumi dan Gas Bumi 331.944.612.868 510.733.790.714 178.789.177.846 53,86%
DANA ALOKASI UMUM 1.092.929.539.000 1.131.182.073.000 38.252.534.000 3,50%
DANA ALOKASI KHUSUS 431.596.179.000 597.398.963.000 165.802.784.000 38,42%
Dana Alokasi Khusus Fisik 166.731.531.000 313.990.759.000 147.259.228.000 88,32%
DAK Fisik Reguler 145.861.431.000 257.261.881.000 111.400.450.000 76,37%
DAK Fisik Affirmasi - - - -
DAK Fisik Penugasan 20.870.100.000 56.728.878.000 35.858.778.000 171,82%
Dana Alokasi Khusus Non Fisik 264.864.648.000 283.408.204.000 18.543.556.000 7,00%
DANA INSENTIF DAERAH 20.737.479.000 - (20.737.479.000) (100%)
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1.261.050.000 1.324.102.500 63.052.500 5,00%
Hibah PT. Jasa Raharja (Operasional Samsat) 1.261.050.000 1.324.102.500 63.052.500 5,00%
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kepri, Oktober 2022
TAHUN 2023
BAB V
KEBIJAKAN BELANJA DAERAH
Program, kegiatan dan sub kegiatan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan wajib
yang tidak terkait pelayanan dasar dan urusan pilihan dialokasikan setelah
mempertimbangkan pemenuhan urusan pemerintahan wajib yang terkait dengan
pelayanan dasar publik.
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk kebutuhan:
a) Gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
b) Gaji dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD Provinsi Kepri.
c) Belanja penerimaan lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala
Daerah dan wakil Kepala Daerah.
3) Belanja Bunga
Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga Utang yang dihitung atas
kewajiban pokok Utang berdasarkan perjanjian pinjaman. Belanja bunga akan
menampung kewajiban bunga pinjaman daerah, ditambah bunga rencana
pinjaman daerah Tahun 2023.
4) Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan agar harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan oleh
badan usaha milik negara, BUMD dan/ atau badan usaha milik swasta, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapat terjangkau
oleh masyarakat.
5) Belanja Hibah
a) Belanja hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/ atau badan dan lembaga,
Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD untuk
keadaan darurat termasuk keperluan mendesak serta pengembalian atas kelebihan
pembayaran atas Penerimaan Daerah tahun-tahun sebelumnya.
Tabel V. 1
Rencana Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Transfer dan Belanja Tidak Terduga
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
Selanjutnya Belanja daerah yang berasal dari TKD yang telah ditentukan
penggunaanya dianggarkan dan dilaksanakan sesuai kententuan peraturan
perundang-undangan.
Tabel VI. 1
Rencana Pembiayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
Proyeksi RKPD
No. URAIAN
TA 2023
(1) (2) (3)
6 PEMBIAYAAN
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6.1.01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 200.000.000.000,00
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 200.000.000.000,00
Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi Kepulauan Riau sebagai dokumen kebijakan bidang
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk Tahun Anggaran
2023 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023 serta
Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2022 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2023.
KUA yang telah disepakati selanjutnya menjadi dasar untuk menyusun Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Anggaran 2023 antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau yang kemudian Nota Kesepakatan tersebut menjadi
pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD (PPAS-APBD)
Tahun Anggaran 2023 serta penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Perangkat
Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah dan selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan
Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2023.
Dokumen KUA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam mengimplementasikannya secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan demikian
diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara optimal dari pembangunan yang
telah direncanakan tersebut.