Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)


Menindaklanjuti ketentuan Pasal 89 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
dinyatakan bahwa Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD. Sebagai tindak
lanjut dan tahapan dalam perencanaan pembangunan daerah, Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau telah menyusun RKPD Tahun Anggaran 2023 melalui Peraturan
Gubernur Nomor 30 Tahun 2022 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2023 dengan berpedoman pada hasil penyesuaian dokumen
RPJMD Provinsi Kepulauan Riau yang telah diselaraskan dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah dan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi, Validasi dan
Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah;

Berdasarkan RKPD yang telah ditetapkan tersebut, Pemerintah Provinsi Kepulauan


Riau menyusun Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2023, sebagai landasan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi
Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2023. Penyusunan KUA merupakan upaya untuk
mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) untuk periode 1 (satu) Tahun.

Sesuai ketentuan Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedemon Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya
disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) Tahun.

Rancangan KUA yang disusun memuat kondisi ekonomi makro Daerah, asumsi
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kebijakan Pendapatan
Daerah, kebijakan Belanja Daerah, kebijakan Pembiayaan Daerah, dan strategi
pencapaiannya. Dengan demikian, maka KUA Tahun Anggaran 2023 pada dasarnya
memuat kebijakan umum Daerah Tahun 2023 yang menjadi pedoman dan ketentuan
umum dalam penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2023. Kebijakan umum ini

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-1


TAHUN ANGGARAN 2023
diharapkan dapat menjembatani antara arah dan tujuan strategis dengan ketersediaan
anggaran.

Setelah dokumen KUA Tahun Anggaran 2023 tersusun, maka selanjutnya Rancangan
KUA dan Rancangan PPAS disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD. Kemudian
menurut Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas dan
disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD ditandatangani
paling lambat Minggu Kedua Bulan Agustus.

Selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pasal 310 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, setelah RKPD ditetapkan kepala daerah
menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk
dibahas bersama. KUA dan PPAS yang telah disepakati kepala daerah bersama DPRD
menjadi pedoman Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran
satuan kerja Perangkat Daerah.

Kemudian, Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah disampaikan kepada


pejabat pengelola keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD tahun berikutnya”. Secara diagramatik alur proses perencanaan
dan penganggaran dari KUA sampai dengan APBD dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar I. 1
Tahapan Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2022

Kepala Daerah Kepala Daerah


Menyusun menyampaikan Pembahasan TAPD
RKPD 2023 Rancangan KUA- Rancangan KUA bersama Banggar
PPAS berdasarkan DPRD
RKPD ke DPRD

Kepala Daerah
menerbitkan Nota Kesepakatan
Diserahkan
RKA SKPD Pedoman KUA-PPAS
ke PPKD Penyusunan RKA TA. 2023
SKPD

RAPBD TA. 2023 APBD TA. 2023

Kebijakan Umum APBD merupakan kebijakan pemerintahan daerah yang dirumuskan


dengan maksud agar proses penyusunan APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, serta mampu secara komprehensif mengakomodir dinamika pembangunan

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-2


TAHUN ANGGARAN 2023
Daerah yang selaras dengan kebijakan pemerintah pusat, sehingga dapat
mempertahankan sinergitas pencapaian tujuan pembangunan pusat dan daerah,
sekaligus menjadi indikator kinerja yang akan digunakan dalam menilai efektivitas
pelaksanaannya selama kurun waktu satu tahun ke depan. Oleh karena Kebijakan
Umum APBD sebagai bagian dari formulasi kebijakan diharapkan dapat menjembatani
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah dengan rencana anggaran secara
konsisten dengan penerapan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) sehingga
dapat mencapai target sesuai indikator kinerja yang sudah ditetapkan.

1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD


Tujuan penyusunan Kebijakan Umum APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran
2023 sebagai berikut.

1. Sebagai pedoman kebijakan umum APBD dalam pelaksanaan Program dan


kegiatan Tahun Anggaran 2023;
2. Sebagai dasar untuk menentukan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) Tahun Anggaran 2023;
3. Sebagai landasan untuk penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2023;
4. Sebagai dasar bagi Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk menilai usulan RKA
Perangkat Daerah;
5. Merupakan dasar bagi DPRD untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2023.

1.3. Dasar Hukum Penyusunan KUA


Dasar hukum penyusunan Kebijakan Umum APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Anggaran 2023 sebagai berikut.

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan


Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-3


TAHUN ANGGARAN 2023
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6757);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 6322);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 6323);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2022 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6794);
15. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-4


TAHUN ANGGARAN 2023
Tahun 2017 Nomor 136);
16. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 10);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1781);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 1419);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2023 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 590);
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 972);
23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil
Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
24. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005- 2025 (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 Nomor 2);
25. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran
Daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 Nomor 7);
26. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2037 (Lembaran
Daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 Nomor 1);
27. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 3 Tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021-
2026 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2021 Nomor 3); dan

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-5


TAHUN ANGGARAN 2023
28. Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2022 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023 (Berita Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2022 Nomor 754).

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU I-6


TAHUN ANGGARAN 2023
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah


2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Secara tahunan, perekonomian Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2021 mengalami
pertumbuhan sebesar 3,43% setelah pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -
3,80%. Pertumbuhan tahun 2020 ini sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi
Nasional yang tumbuh sebesar 3,69% setelah sebelumnya juga mengalami kontraksi,
yakni sebesar -2,07% pada tahun 2020.

Gambar II. 1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun
2016-2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022

a. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha


1) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2022 Terhadap Triwulan I-2021 (year on year/YoY)
Perekonomian Kepulauan Riau triwulan I-2022 dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya tumbuh sebesar 2,83 persen, tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan
triwulan I-2021 (YoY) yang mengalami kontraksi sebesar 1,19 persen. Pertumbuhan
tertinggi year on year pada triwulan I-2022 dicapai oleh Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 19,19 persen; diikuti Transportasi
dan Pergudangan sebesar 19,06 persen; dan Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 10,93
persen.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-7


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 2
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2022 Terhadap Triwulan I-2021 (YoY)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau triwulan I-
2022 secara year on year, Industri Pengolahan memberikan andil pertumbuhan
tertinggi sebesar 1,74 persen; diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor dengan andil sebesar 1,34 persen; dan Transportasi dan
Pergudangan sebesar 0,27 persen.

Gambar II. 3
Laju Pertumbuhan YoY PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I Tahun 2022

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-8


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 4
Andil Pertumbuhan YoY PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I
Tahun 2022

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

2) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2022 Terhadap Triwulan IV-2021 (q-to-q)


Ekonomi Kepulauan Riau triwulan I-2022 mengalami kontraksi sebesar 3,41 persen
bila dibandingkan dengan triwulan IV-2021 (q-to-q). Kategori yang mengalami kontraksi
tertinggi adalah kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
mengalami kontraksi sebesar 28,58 persen; diikuti Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum yang mengalami kontraksi sebesar 11,41 persen.

Gambar II. 5
Pertumbuhan PDRB Triwulanan, 2017-2022 (q-to-q) (persen)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022


KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-9
TAHUN ANGGARAN 2023
Struktur Ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan I-2022 masih didominasi oleh
Industri Pengolahan (41,95%), Konstruksi (18,73%), dan Pertambangan dan Penggalian
(13,35%).
Gambar II. 6
Distribusi PDRB (ADHB) Provinsi Kepulauan Riau Menurut Lapangan Usaha, Triwulan I-2022
(persen)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022

Bila dilihat dari sumber kontraksi ekonomi Kepulauan Riau triwulan I-2022 secara
quarter to quarter, kategori pertambangan dan penggalian memberikan andil kontraksi
sebesar 1,23 persen; diikuti kategori Industri Pengolahan dengan andil kontraksi
sebesar 1,18 persen; dan kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib dengan andil kontraksi sebesar 0,67 persen.
Gambar II. 7
Laju Pertumbuhan Q-to-Q PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I, 2022

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-10


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 8
Andil Pertumbuhan Q-to-Q PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Triwulan I, 2022

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

3) PDRB Provinsi di Sumatera


Pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera pada triwulan I-2022 (YoY) tumbuh sebesar
4,03 persen. Pertumbuhan q-to-q triwulan I-2022 mengalami kontraksi sebesar 1,10
persen. Struktur perekonomian Pulau Sumatera secara regional didominasi oleh Provinsi
Riau sebesar 24,56 persen, sementara Kepulauan Riau berada pada urutan kelima
dengan share sebesar 7,37 persen

Tabel II. 1
Ringkasan PDRB per Provinsi di Pulau Sumatera Triwulan I-2022
Tahun Dasar 2010
Pertumbuhan
PDRB (miliar rupiah) Kontribusi terhadap
Wilayah (%)
Pulau Sumatera (%)
ADHB ADHK q to q y on y
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Aceh 47.953,00 33.128,46 -7,10 3,24 4,88
2. Sumatera Utara 225.419,47 138.880,29 -0,13 3,90 22,92
3. Sumatera Barat 65.933,72 44.523,05 -1,31 3,64 6,70
4. Riau 241.561,68 129.297,75 -0,57 4,72 24,56
5. Jambi 63.461,19 38.532,83 -1,88 4,64 6,45
6. Sumatera Selatan 128.349,10 82.434,58 0,03 5,15 13,05
7. Bengkulu 20.691,34 11.939,11 -1,91 3,03 2,10
8. Lampung 94.788,15 60.905,95 0,96 2,96 9,64
Kepulauan Bangka
9. 22.804,25 13.720,94 -4,48 3,26 2,32
Belitung
10. Kepulauan Riau 72.506,65 45.822,22 -3,41 2,83 7,37

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-11


TAHUN ANGGARAN 2023
Pertumbuhan
PDRB (miliar rupiah) Kontribusi terhadap
Wilayah (%)
Pulau Sumatera (%)
ADHB ADHK q to q y on y
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sumatera 983.468,55 599.185,17 -1,10 4,03 100,00
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

b. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pengeluaran


1) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2022 Terhadap Triwulan I-2021(y-o-y)
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2022 tumbuh hampir pada
semau komponen. Komponen dengan pertumbuhan tertinggi yaitu komponen net
ekspor sebesar 13,49 persen; diikuti komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non
Profit (PK-LNPRT) sebesar 3,09 persen; berikutnya komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 1,25 persen; dan Komponen Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,18 persen. Sementara itu, komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi sebesar 1,88 persen.
Bila ditinjau dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau triwulan
I-2022 (YoY), komponen yang memiliki andil pertumbuhan tertinggi adalah komponen
Net Ekspor dengan andil sebesar 2,10 persen; diikuti komponen PK-RT memiliki andil
sebesar 0,51 persen; komponen PMTB dengan andil 0,48 persen dan komponen PK-
LNPRT dengan andil sebesar 0,01 persen.

2) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2022 Terhadap Triwulan I-2021(q-to-q)


Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ekonomi di triwulan I 2022
terkontraksi sebesar 3,41 persen. Kontraksi tertinggi terjadi pada komponen PK-P
sebesar 69,83 persen dengan andil kontraksi 5,52 persen; diikuti oleh komponen PMTB
yang mengalami kontraksi sebesar 0,36 persen dengan andil kontraksi sebesar 0,14 persen.
Sementara itu, komponenyang tumbuh positif yaitu komponen Net Ekspor sebesar 8,54
persen dengan andil pertumbuhan 1,31 persen; komponen PK-RT tumbuh 1,53 persen
dengan andil pertumbuhan 0,59 persen dan komponen PK-LNPRT tumbuh 0,02 persen
dengan andil pertumbuhan sebesar 0,00 persen.
Secara umum, struktur ekonomi di triwulan I 2022 tidak jauh berbeda dibandingkan
triwulan lain di tahun sebelumnya. Struktur ekonomi menurut pengeluaran didominasi
oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 42,05 persen, diikuti oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 40,45 persen, Net Ekspor
sebesar 14,39 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 2,62 persen.
Adapun komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit dan Perubahan
Inventori kurang dari 1 persen.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-12


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 9
Distribusi Komponen PDRB Kepulauan Riau Menurut Pengeluaran
Triwulan I 2022 (persen)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

2.1.2. Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri
meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan
sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Selama kurun waktu 2016 hingga 2021 laju inflasi tahunan di Provinsi Kepulauan Riau
bersifat fluktuatif, dari 2016 ke 2017 terjadi peningkatan inflasi sedangkan pada tahun
2018 hingga 2020 terjadi penurunan angka inflasi. Selanjutnya inflasi kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2021. Pada tahun 2016, inflasi di Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 3,53% dan inflasi pada tahun 2021 pula sebesar 2,26%.

Berdasarkan data Publikasi Data BPS Provinsi Kepulauan Riau (2021), mulai tahun
2019 inflasi kumulatif provinsi Kepulauan Riau berada dibawah inflasi nasional yaitu
2,03 persen untuk inflasi Kepulauan riau, dan 2,72 persen inflasi Nasional. Dimasa
pandemi Covid -19 tahun 2020, inflasi nasional maupun kepri mengalami penurunan
hal ini disebabkan lemahnya daya beli masyarakat. Ditahun 2021 inflasi tahun
kalender Provinsi Kepulauan Riau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-13


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 10
Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional
selama 2016-2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2021

Sedangkan untuk inflasi bulanan, pada bulan Juni 2022 terjadi inflasi sebesar 0,84
persen, berbeda dengan Juni 2021 yang mengalami deflasi sebesar 0,13 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Juni 2022 sebesar 3,75 persen, lebih besar dibandingkan
inflasi tahun kalender Juni 2021 sebesar 0,19 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun Juni
2022 terhadap Juni 2021 sebesar 5,89 persen, lebih besar dibandingkan dengan inflasi
tahun ke tahun Juni 2021 terhadap Juni 2020 sebesar 1,52 persen.

Tabel II. 2
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun Kepulauan Riau Tahun 2018 s.d 2019
(2012=100) dan 2020 s.d 2022 (2018=100)

INGKAT INFLASI 2018 2019 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Juni (m-t-m terhadap bulan sebelumnya) 1,14 0,25 0,05 -0,13 0,84
Tahun Kalender (Juni tahun n terhadap Desember tahun n-1) 2,07 1,76 -0,14 0,19 3,75
Tahun ke Tahun (Juni tahun n terhadap Juni tahun n-1) 4,06 3,16 0,24 1,52 5,89
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-14


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 11
Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 s.d 2019 (2012=100) dan 2020
s.d 2022 (2018=100)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Juni 2022 secara umum
menunjukan adanya kenaikan. Diketahui, dari 370 komoditas yang menyusun inflasi
Kota Batam, 101 komoditas mengalami kenaikan harga dan 47 komoditas mengalami
penurunan harga. Sedangkan untuk Kota Tanjungpinang, dari 352 komoditas yang
menyusun inflasi, sebanyak 67 komoditas mengalami kenaikan harga dan 36 komoditas
mengalami penurunan harga.

Tabel II. 3
IHK, Inflasi dan Andil Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kelompok Pengeluaran
(2018=100), Mei 2022
Andil
IHK Inflasi Inflasi Tahun Inflasi Andil
Inflasi
Kelompok Pengeluaran Juni Juni Kalender Tahun ke Inflasi
Kumulatif
2022 20221) 20222) Tahun3) Juni 2022
2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Umum 111,1 0,84 3,75 5,89 0,8411 3,753
Makanan, Minuman, dan
122,59 2,18 7,62 12,31 0,6636 2,2431
Tembakau
Pakaian dan Alas Kaki 107,03 -0,01 1,36 2,43 0,0002 0,0758
Perumahan, Air, Listrik, dan
101,81 0,05 0,82 1,11 0,0077 0,1425
Bahan Bakar Rumah Tangga
Perlengkapan, Peralatan, dan
Pemeliharaan Rutin
Rumah Tangga 109,3 0,48 4,32 5,06 0,024 0,2138
Kesehatan 103,1 0 0,01 0,76 0 0,0008
Transportasi 106,04 0,93 4,15 7,24 0,113 0,5036

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-15


TAHUN ANGGARAN 2023
Andil
IHK Inflasi Inflasi Tahun Inflasi Andil
Inflasi
Kelompok Pengeluaran Juni Juni Kalender Tahun ke Inflasi
Kumulatif
2022 20221) 20222) Tahun3) Juni 2022
2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Informasi, Komunikasi, dan Jasa
99,15 0,1 -0,18 -0,24 0,0054 -0,0095
Keuangan
Rekreasi, Olahraga, dan Budaya 107,17 0,08 1,88 1,9 0,0018 0,0395
Pendidikan 114,18 0 0 1,8 0 0
Penyediaan Makanan dan
109,77 0,23 3,42 5,2 0,019 0,2779
Minuman/Restoran
Perawatan Pribadi dan Jasa
117,73 0,1 4,07 4,94 0,0062 0,2655
Lainnya
Keterangan: 1) Persentase perubahan IHK Juni 2022 terhadap IHK Mei 2022.
2) Persentase perubahan IHK Juni 2022 terhadap IHK Desember 2021.
3) Persentase perubahan IHK Juni 2022 terhadap IHK Juni 2021.

Beberapa komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap inflasi, antara


lain: cabai merah sebesar 0,57 persen; cabai rawit sebesar 0,12 persen; angkutan udara
sebesar 0,11 persen; telur ayam ras sebesar 0,07 persen; dan tomat sebesar 0,03 persen.
Sementara komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap deflasi,
antara lain: minyak goreng sebesar 0,11 persen; daging ayam ras sebesar 0,03 persen;
sawi hijau sebesar 0,03 persen; emas perhiasan sebesar 0,02 persen; dan kacang
panjang sebesar 0,02 persen.

Gambar II. 12
Andil Komoditas yang Mendorong Inflasi/Deflasi Bulan Juni 2022
di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: BPS (data olahan), 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-16


TAHUN ANGGARAN 2023
2.1.3. Kemiskinan

Pada September 2021, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau mencapai
137,75 ribu orang (5,75 persen), berkurang sebanyak 6,71 ribu orang dibandingkan
dengan kondisi Maret 2021 yang sebesar 144,46 ribu orang (6,12 persen).

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2021 sebesar 5,72
persen, turun menjadi 5,37 persen pada September 2021. Selain itu, persentase
penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2021 sebesar 11,10 persen juga
turun menjadi 10,45 persen pada September 2021.

Selama periode Maret 2021-September 2021, jumlah penduduk miskin di daerah


perkotaan turun dari 124,90 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 119,31 ribu orang
pada September 2021. Selain itu, di daerah perdesaan juga turun dari 19,57 ribu orang
pada Maret 2021 menjadi 18,44 ribu pada September 2021.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat terus membaik sejalan
perbaikan ekonomi.

Gambar II. 13
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016 -September
2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-17


TAHUN ANGGARAN 2023
Gambar II. 14
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional,
Maret 2016 - September 2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022

Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar 0,95%, lebih
rendah dibandingkan dengan periode September 2020 sebesar 1,21%. Penurunan
indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan.
Demikian halnya Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2021 juga mengalami
penurunan menjadi sebesar 0,21%, lebih rendah dibandingkan periode September
2020 sebesar 0,42%. Kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan di Provinsi Kepri semakin berkurang.

Tabel II. 4
Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri

2017 2018 2019 2020 2021


Subyek
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Jumlah Penduduk Miskin
125.370 128.462 131.676 125.362 128.462 127.758 131.966 142.611 144.462 137.750
(jiwa)
Persentase Penduduk Miskin
6,06 6,13 6,2 5,83 5,9 5,8 5,92 6,13 6,12 5,75
(%)
Garis Kemiskinan
513.237 536.027 559.291 567.972 594.059 602.038 614.727 617.532 642.425 653.853
(Rp/bulan/kapita)
Indeks Kedalaman
0,97 1,18 1 0,59 0,69 0,9 1,11 1,21 1,07 0,95
Kemiskinan/P1 (%)
Indeks Keparahan Kemiskinan/
0,23 0,31 0,24 0,11 0,13 00.18 0,29 0,42 0,28 0,218
P2 (%)
Pertumbuhan Penduduk
0,0412 0,0782 0,0503 -0,0241 -0,0244 0,0191 0,0273 0,1163 0,0947 -0,0341
Miskin (yoy)

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-18


TAHUN ANGGARAN 2023
2017 2018 2019 2020 2021
Subyek
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Pertumbuhan Garis
4,71% 6,64% 8,97% 5,96% 6,22% 6,00% 3,48% 2,57% 4,51% 5,88%
Kemiskinan (yoy)

Sumber: Bank Indonesia, 2022

2.1.4. Indeks Gini

Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini
Ratio berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan
ketimpangan yang semakin tinggi.

Pada September 2021 Gini Ratio Provinsi Kepri tercatat sebesar 0,339, meningkat
dibandingkan September 2020 sebesar 0,334. Peningkatan Gini Ratio
mengindikasikan bahwa tingkat kesenjangan pendapatan antar penduduk di Provinsi
Kepri sedikit melebar pada periode September 2020 – September 2021. Namun Gini
Ratio September 2021 yang tercatat sebesar 0,339 tersebut, turun 0,004 poin
dibandingkan dengan Gini Ratio pada Maret 2021 yang sebesar 0,343, yang mana
kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi sedikit peningkatan pemerataan pengeluaran
di Kepulauan Riau selama periode Maret 2021 September 2021.

Gambar II. 15
Perkembangan Gini Ratio Provinsi Kepulauan Riau Maret 2016–September 2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

Berdasarkan lokasi, tingkat ketimpangan pendapatan di wilayah perkotaan tercatat


lebih tinggi dibandingkan masyarakat di wilayah perdesaan. Gini Ratio di perkotaan
pada September 2021 tercatat sebesar 0,337, sementara Gini Ratio di perdesaan
tercatat sebesar 0,253. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sumatera,
Indeks Gini Ratio di Provinsi Kepri terbilang cukup tinggi (urutan kedua paling tinggi

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-19


TAHUN ANGGARAN 2023
se-Sumatera), meski masih lebih rendah dibandingan Gini Ratio secara nasional.
Namun demikian, gini ratio Provinsi Kepri di wilayah perdesaan relatif cukup rendah
(terendah ketiga) dibandingkan provinsi lain di Sumatera.

2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kepri pada tahun 2021 tercatat 75,79
meningkat 0,2 poin dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 75,59. Secara
nasional, IPM Provinsi Kepri termasuk dalam kategori tinggi (nilai IPM 70 < IPM < 80).
Peningkatan IPM Provinsi Kepri menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan yang
tercermin dari Umur Harapan Hidup (UHH), rata-rata lama sekolah (RLS), dan standar
hidup layak yang diukur dari nilai pengeluaran per kapita. Secara nasional, IPM
Provinsi Kepri menduduki urutan ke-4 setelah provinsi DKI Jakarta, Yogyakarta,
dan Kalimantan Timur.
Gambar II. 16
Perkembangan IPM Provinsi Kepri

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data olahan), 2022

Sementara itu di kawasan Sumatera, IPM Provinsi Kepri menempati posisi teratas
(tertinggi) dibandingkan provinsi lain. Umur Harapan Hidup penduduk di Provinsi
Kepri pada tahun 2021 tercatat 70,12 tahun, meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 69,96 tahun yang menunjukkan kualitas hidup masyarakat semakin
baik. Tingkat Harapan Lama Sekolah (HLS) juga mengalami peningkatan menjadi 12,98
tahun yang diikuti peningkatan rata-rata lama sekolah menjadi 10,18 tahun.
Peningkatan angka harapan sekolah maupun rata-rata lama sekolah memberikan
sinyal positif bahwa kualitas SDM di Provinsi Kepri akan semakin baik. Namun
demikian, tingkat pengeluaran per kapita mengalami penurunan menjadi sebesar
Rp14,12 juta, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp14,20 juta.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-20


TAHUN ANGGARAN 2023
Tabel II. 5
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kepulauan Riau Menurut Dimensi, 2011-2021

Dimensi/ Indikator Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Umur Panjang dan Hidup Sehat
Umur Harapan Hidup
Tahun 68,63 68,85 69,05 69,15 69,41 69,45 69,48 69,64 69,80 69,96 70,12
saat Lahir (UHH)
Pengetahuan
Harapan Lama Sekolah
Tahun 11,61 11,90 12,26 12,51 12,60 12,66 12,81 12,82 12,83 12,87 12,98
(HLS)
Rata-rata Lama
Tahun 9,46 9,58 9,63 9,64 9,65 9,67 9,79 9,81 9,99 10,12 10,18
Sekolah (RLS)
Standar Hidup Layak
Pengeluaran Riil per
Kapita (yang Rp0 12.513 12.740 12.942 13.019 13.177 13.359 13.566 13.976 14.466 14.209 14.122
disesuaikan)
IPM 71,61 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

Secara kewilayahan, peningkatan IPM juga terjadi di semua kabupaten/kota di Provinsi


Kepulauan Riau. Namun secara umum, tidak terjadi perubahan baik dalam peringkat
maupun kategori status pembangunan manusia di masing-masing kabupaten/kota.
Urutan IPM terendah masih ditempati oleh Kabupaten Lingga (65,83), sedangkan
urutan teratas masih ditempati oleh Kota Batam (81,12) yang sekaligus menjadikan
Kota Batam sebagai satu-satunya kabupaten/kota di Kepulauan Riau dengan status
pembangunan manusia yang “sangat tinggi” (IPM ≥ 80).
Selama periode 2011 hingga 2021, disparitas IPM antarkabupaten/kota di Kepulauan
Riau konsisten menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan
semakin rendahnya gap antara IPM yang tertinggi dengan yang terendah, yaitu dari
19,31 poin di tahun 2011 menjadi 15,29 poin di tahun 2021. Dilihat dari kecepatan
capaian IPM, pada tahun 2021 Kabupaten Lingga tercatat sebagai kabupaten dengan
peningkatan IPM tercepat, yaitu sebesar 0,83 persen. Kemudian disusul oleh
Kabupaten Kepulauan Anambas (0,63%) dan Kabupaten Bintan (0,59%).
Dari sisi indikator penyusunnya, bila dibandingkan antarkabupaten/kota, Kota Batam
memiliki umur harapan hidup saat lahir tertinggi di Kepulauan Riau, yaitu sebesar
73,36 tahun, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Lingga sebesar 62,39 tahun.
Sementara itu, Kota Tanjungpinang tercatat memiliki harapan lama sekolah tertinggi
sebesar 14,13 tahun, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Karimun sebesar
12,57 tahun. Untuk rata-rata lama sekolah, Kota Batam adalah yang tertinggi dengan
RLS sebesar 11,15 tahun dan di posisi terendah ditempati oleh Kabupaten Lingga
dengan RLS sebesar 6,88 tahun. Pengeluaran riil per kapita (yang disesuaikan) atas
dasar harga konstan 2012 tertinggi tercatat di Kota Batam sebesar Rp18,03 juta per
tahun, sedangkan yang terendah tercatat di Kabupaten Karimun sebesar 11,88 juta
per tahun.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-21


TAHUN ANGGARAN 2023
Tabel II. 6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kepri berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota

Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Karimun 66,40 66,82 67,67 68,52 68,72 69,21 69,84 70,26 70,56 71,10 71,44 71,70
Bintan 69,87 70,47 71,01 71,31 71,65 71,92 72,38 72,91 73,41 73,98 74,13 74,57
Natuna 66,29 67,76 68,80 69,39 70,06 70,87 71,23 71,52 72,10 72,63 72,72 73,09
Lingga 57,36 58,51 59,32 60,13 60,75 61,28 62,44 63,45 64,06 64,98 65,29 65,83
Kepulauan 63,03 63,71 64,32 64,86 65,12 65,86 66,30 67,06 67,53 68,48 68,80 69,23
Anambas
Batam 76,98 77,82 78,39 78,65 79,13 79,34 79,79 80,26 80,54 81,09 81,11 81,12
Tanjungpinang 73,76 74,86 75,91 76,70 77,29 77,57 77,77 78,00 78,33 78,73 78,91 78,93
Kepulauan 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79
Riau
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2022

2.1.6. Kasus Covid-19

Berdasarkan https://covid19.go.id/peta-risiko "INFOGRAFIS, 25 Juni 2022"


Provinsi Kepulauan Riau, total konfirmasi se-Provinsi Kepulauan Riau berjumlah
65.220 Orang (-) dengan Kasus Aktif berjumlah 4 Orang (-)/(0,01%), Sembuh
berjumlah 63.302 Orang (-) /(97,06%), Meninggal berjumlah 1.914 Orang (-)
/(2,93%), BOR Rumah Sakit Se-Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,79%, dan Positivity
Rate Kepulauan Riau sebesar 0,07%.
Rincian data tersebut antara lain:
1) 0 orang Konfirmasi:
a. 0 orang di Kota Batam;
b. 0 orang di Kota Tanjungpinang;
c. 0 orang di Kabupaten Bintan;
d. 0 orang di Kabupaten Karimun;
e. 0 orang di Kabupaten Anambas;
f. 0 orang di Kabupaten Lingga;
g. 0 orang di Kabupaten Natuna.
2). 0 orang Sembuh :
a. 0 orang di Kota Batam;
b. 0 orang di Kota Tanjungpinang;
c. 0 orang di Kabupaten Bintan;
d. 0 orang di Kabupaten Karimun;
e. 0 orang di Kabupaten Anambas;
f. 0 orang di Kabupaten Lingga;
g. 0 orang di Kabupaten Natuna.
3). 0 orang Meninggal Dunia :

Positivity Rate Per Tanggal 25 Juni 2022 Kabupaten/Kota :


a. Tanjungpinang : 0,32%
b. Batam : 0,05%
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-22
TAHUN ANGGARAN 2023
c. Bintan : 0,00%
d. Karimun : 0,00%
e. Lingga : 0,00%
f. Kep. Anambas : 0,00%
g. Natuna : 0,00%
Sumber : https://vaksin.kemkes.go.id/#/scprovinsi

Data Bed Occupancy Ratio (BOR) Periode Tanggal 18 s.d.24 Juni 2022
a. Kota Batam : 0,37%
b. Kota Tanjungpinang : 4,99%
c. Kabupaten Bintan : 0,00%
d. Kabupaten Karimun : 0,00%
e. Kabupaten Lingga : 0,00%
f. Kabupaten Natuna : 0,00%
g. Kabupaten Anambas : 0,00%
Peta Risiko Per Tanggal 29 Mei 2022
1) Kota Batam: Kuning
2) Kota Tanjungpinang: Kuning
3) Kabupaten Bintan: Kuning
4) Kabupaten Karimun: Kuning
5) Kabupaten Lingga: Hijau
6) Kabupaten Natuna: Kuning
7) Kabupaten Anambas: Hijau
Sumber data: https://covid19.go.id/peta-risiko

Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Provinsi Kepulauan Riau


1) Dosis 1 : 1.768.580 orang/ 98,11% (+56)
2) Dosis 2 : 1.526.626 orang/ 84,69% (+50)
3) Dosis 3 : 643.290 orang/ 46,84% (+152)

Adapun Rincian Capaian PER-KELOMPOK USIA PROV. KEPRI, yaitu sebagai berikut :
a. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Anak Usia 6-11 tahun Provinsi Kepulauan Riau
✓ Sasaran : 221.670 anak
✓ Dosis 1 : 199.753 orang/ 90,11% (+10)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 21.917 orang
✓ Dosis 2 : 164.188 orang / 74,07% (+4)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 57.482 orang
b. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Remaja Usia 12-17 tahun Provinsi Kepulauan
Riau
✓ Sasaran : 207.663 Remaja
✓ Dosis 1 : 220.377 orang/ 106,12% (+5)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 2.231 orang
✓ Dosis 2 : 194.809 orang / 93,81% (+4)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : *12.854 orang
c. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 Usia >18 tahun Provinsi Kepulauan Riau
✓ Dosis 1 : *1.348.450 orang/ 98,19% (+41)
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-23
TAHUN ANGGARAN 2023
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 61.237 orang
✓ Dosis 2 : 1.167.629 orang/ 85,02% (+42)
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 205.743 orang
✓ Dosis 3 : *643.290 orang/ 46,84% (+152)
✓ Sisa target 100% Dosis 3 : 730.082 orang
(Pembanding % Capaian dosis 3 adalah Hanya kelompok Usia ≥18 tahun)
d. Total Capaian Vaksinasi COVID-19 LANSIA Usia ≥60 Tahun
✓ Dosis 1 : 73.548 orang/ 84,41% (+0)
✓ Sisa target 100% Dosis 1 : 15.032 orang
✓ Dosis 2 : 62.660 orang/ 71,92% (+1)*
✓ Sisa target 100% Dosis 2 : 24.468 orang
✓ Dosis 3 : 28.311 orang/ 32,49% (+8)*
✓ Sisa target 100% Dosis 3 : 58.817 orang

Berdasarkan Laporan Harian Covid-19 Kementerian Kesehatan tanggal 02 Juli 2022,


Level Situasi (Asesmen Situasi Covid-19) di Provinsi Kepulauan Riau berada pada
Level 1. Level Asesmen Situasi Penanggulangan COVID-19 sendiri berasal atau
dibentuk dari 2 kategori yaitu tingkat penularan dan kapasitas respon. Masing-masing
kategori ini dibentuk oleh indikator. Kategori tingkat penularan dibentuk oleh
indikator kasus konfirmasi, perawatan, dan kematian. Sedangkan kapasitas respon
dibentuk oleh indikator testing, tracing, dan treatmen.
Secara Nasional, Asesmen Situasi Covid-19 Per 1 Juli 2022 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel II. 7
Asesmen Situasi Covid-19 Per 31 Juli 2022
Kapasitas Vaksinasi Vaksinasi
TK Level
Provinsi TK Testing TK Tracing Respon Lengkap Lengkap
Treatment Situasi
Lansia
1 2 3 4 5 6 7 8
Jawa Timur Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai 1
Kepulauan Riau Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai 1
Jawa Tengah Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sumatera Utara Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Nusa Tenggara Barat Terbatas Memadai Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sumatera Selatan Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Jambi Terbatas Memadai Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Aceh Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Lampung Terbatas Sedang Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Gorontalo Terbatas Memadai Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Sulawesi Utara Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Bengkulu Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sulawesi Tenggara Memadai Memadai Memadai Memadai Sedang Sedang 2
Banten Sedang Sedang Memadai Sedang Memadai Memadai 2
Jawa Barat Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Kalimantan Utara Memadai Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
DI Yogyakarta Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Kalimantan Timur Memadai Sedang Memadai Sedang Memadai Memadai 2

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-24


TAHUN ANGGARAN 2023
Kapasitas Vaksinasi Vaksinasi
TK Level
Provinsi TK Testing TK Tracing Respon Lengkap Lengkap
Treatment Situasi
Lansia
1 2 3 4 5 6 7 8
Maluku Utara Memadai Terbatas Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Kalimantan Selatan Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Riau Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Sumatera Barat Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sulawesi Selatan Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Kep. Bangka Belitung Memadai Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Nusa Tenggara Timur Memadai Terbatas Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Kalimantan Barat Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Memadai Sedang 2
Kalimantan Tengah Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 2
Sulawesi Barat Terbatas Sedang Memadai Terbatas Sedang Sedang 2
Sulawesi Tengah Terbatas Terbatas Memadai Terbatas Sedang Terbatas 3
Maluku Memadai Terbatas Memadai Terbatas Terbatas Terbatas 3
DKI Jakarta Terbatas Memadai Memadai Terbatas Memadai Memadai 3
Bali Sedang Terbatas Memadai Terbatas Memadai Memadai 3
Papua Barat Memadai Terbatas Memadai Terbatas Terbatas Terbatas 3
Papua Memadai Terbatas Memadai Terbatas Terbatas Terbatas 3
Sumber: Laporan Harian Covid-19 02 Juli 2022, https://covid19.go.id/situasi

2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah


Arah kebijakan keuangan daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2022 berpedoman
pada beberapa peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dijelaskan
bahwa Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Dana
Transfer (Dana Perimbangan dan Dana Insentif Daerah) dan Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah dan dirinci menurut jenis pendapatan, obyek pendapatan dan rincian
obyeknya.
Kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah Provinsi Kepulauan Riau sebagai
berikut:

1. Estimasi target pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Riau yang akan


dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-
APBD) Tahun Anggaran 2023 merupakan perkiraan potensi Pendapatan
Daerah yang terukur secara realistis dan memiliki landasan hukum
penerimaan serta dihitung berdasarkan potensi dan kondisi objektif
perekonomian daerah Kepulauan Riau. Sementara itu untuk dana transfer,
penetapan target pendapatan transfer umum dan transfer khusus dihitung
berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden tentang rincian APBN Tahun

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-25


TAHUN ANGGARAN 2023
Anggaran 2023 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
Transfer Pusat ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
2. Pendapatan daerah pada Tahun 2023 didorong dalam rangka memperkuat
kapasitas fiskal daerah untuk mendukung pelaksanaan tahun perencanaan
kedua RPJMD tahun 2021-2026, dengan bertumpu pada peningkatan
pendapatan asli daerah, mengingat dalam RAPBN peningkatan alokasi dana
transfer pemerintah pusat ke daerah dan desa merupakan kebijakan dari
Pemerintah Pusat.
3. Pengalokasian belanja dalam APBD 2023 memperhatikan kewajiban
pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
mendukung penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 dan dampaknya.
4. Penyusunan rencana belanja dalam APBD 2023 dipioritaskan pada
pemenuhan kebutuhan belanja yang bersifat wajib dan mengikat, pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM), indikator Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs), pelaksanaan Program Unggulan Gubernur dan
prioritas pembangunan daerah Tahun 2023, dan pelaksanaan program
perangkat daerah sesuai dengan kewenangan daerah dan tugas dan fungsi
perangkat daerah.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU II-26


TAHUN ANGGARAN 2023
BAB III
ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN


3.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Transisi pandemi menjadi pendemi Covid-19 yang diharapkan terjadi di Tahun 2022
akan menjadi basis fundamental yang kuat bagi pembangunan ekonomi di jangka
pendek- menengah. Ketidakpastian akibat fluktuasi jumlah kasus serta dampaknya
pada disrupsi aktivitas perekonomian dapat dieliminasi di Tahun 2023. Kebijakan fiskal
juga dapat kembali difokuskan untuk mendorong agenda reformasi struktural serta
memperkuat program perlindungan sosial bagi kelompok masyarakat miskin dan
rentan. Perputaran roda perekonomian yang semakin resilien akan memberi
optimisme pembangunan yang kokoh baik di sisi konsumsi, investasi, maupun
produksi. Hal ini kemudian dapat mendorong penciptaan lapangan kerja yang
berkualitas dan masif serta meminimalkan dampak scarring effect dari pandemi.

Konsumsi rumah tangga masih akan terus menunjukkan kinerja yang optimal. Di
tengah periode transformasi ekonomi, penciptaan lapangan kerja baru diperkirakan akan
semakin kuat baik untuk kelompok masyarakat menengah maupun berpendapatan
rendah. Dorongan Pemerintah melalui program pengembangan kualitas sumber daya
manusia, termasuk program Kartu Prakerja, akan sangat bermanfaat untuk
mempersiapkan tenaga kerja dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha. Tingkat upah diperkirakan terus membaik dan menopang pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dari level yang terendah. Keberlanjutan reformasi perlindungan sosial juga
diharapkan terus efektif dalam melindungi masyarakat miskin dan miskin ekstrem di masa
transformasi ekonomi. Selain itu, jenis konsumsi masyarakat yang relatif tertekan di masa
pandemi, seperti belanja sandang, hiburan, dan pariwisata, juga akan sepenuhnya pulih
pada periode endemi di Tahun 2023. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Tahun
2023 diperkirakan mencapai kisaran 4,8 - 5,4 persen.

PKP dalam Tahun 2023 diproyeksikan tumbuh positif di tengah upaya konsolidasi
fiskal. Alokasi belanja yang sebelumnya difokuskan untuk penanganan pandemi dan
stabilisasi perekonomian dapat direalokasikan menjadi belanja yang lebih berkualitas
serta memiliki produktivitas tinggi. Belanja tersebut juga diharapkan mampu
menciptakan dampak pengganda (multiplier effect) yang tinggi bagi keberlangsungan
transformasi ekonomi. Selain itu, kegiatan pelayanan birokrasi juga diperkirakan kembali
mencapai kapasitas optimalnya di Tahun 2023. Pertumbuhan PKP dalam Tahun 2023
diperkirakan pada rentang 0,6 – 1,2 persen.

Akselerasi transformasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan investasi di 2023.


Aktivitas pembangunan diperkirakan masih akan menjadi motor utama kinerja
investasi seiring dengan berlanjutnya pembangunan infrastruktur prioritas, revitalisasi

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-27


TAHUN ANGGARAN 2023
industri, dan penyelesaian pembangunan PSN, termasuk pembangunan infrastruktur
IKN Nusantara. Program penerapan ekonomi hijau juga akan menambah sumber investasi
baru, terutama pada industri-industri pendukung teknologi ramah lingkungan.
Langkah reformasi struktural yang konsisten, peningkatan kualitas SDM,
keberlanjutan pengembangan kawasan industri, dan peningkatan kemudahan berusaha
juga turut menyokong daya tarik ekonomi nasional sebagai destinasi investasi utama di
dunia. Perbaikan peran intermediasi sektor keuangan juga akan turut memfasilitasi
perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Investasi (PMTB) Tahun 2023 diproyeksikan
tumbuh pada rentang 6,1 – 6,7 persen.

Ekspor yang telah menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di masa krisis akibat
pandemi, diperkirakan akan terus melanjutkan tren pertumbuhan yang robust.
Permintaan akan produk unggulan nasional diproyeksikan masih tetap kuat, meskipun di
tengah moderasi pertumbuhan ekonomi global. Transformasi ekonomi dalam
mendorong nilai tambah produk-produk sektor unggulan diharapkan dapat mendorong
daya saing dan pangsa pasar produk nasional di dunia. Promosi global untuk
mewujudkan ekonomi hijau juga akan menstimulus pertumbuhan ekspor-ekspor produk
terkait, seperti hasil hilirisasi mineral dan kendaraan bermotor beremisi rendah. Di sisi
lain, dengan berevolusinya pandemi menjadi endemi, tingkat kedatangan turis asing yang
lebih tinggi juga diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan jasa nasional.
Sementara itu, aktivitas ekonomi domestik yang semakin kuat mendorong tingginya
permintaan bahan baku dan barang modal yang bersumber dari impor. Ekspor dan impor
diperkirakan masing-masing tumbuh pada rentang 6,8 – 8,0 persen dan 6,6 – 7,8 persen.

Dari sisi produksi, transformasi ekonomi juga memiliki peranan penting dalam mendorong
kinerja sektor manufaktur dan perdagangan. Performa kedua sektor ini diperkirakan
menguat seiring dengan solidnya permintaan dalam negeri maupun penguatan daya saing
produk dalam negeri pada pasar global. Upaya revitalisasi industri diharapkan dapat efektif
dalam mengembalikan peran sektor manufaktur sebagai mesin pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkelanjutan dan inklusif. Dorongan kepada penyerapan produk
manufaktur yang memiliki tingkat kandungan lokal yang tinggi juga dilakukan, salah
satunya melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Sektor
manufaktur dan perdagangan masing-masing diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 – 6,0
persen dan 5,0 – 5,6 persen pada Tahun 2023.

Keberlanjutan pembangunan baik yang bersumber dari sektor swasta maupun publik
akan menopang kinerja sektor konstruksi di Tahun 2023. Perbaikan kondisi ekonomi
Indonesia serta kualitas infrastruktur yang signifikan akan menstimulus geliat
pembangunan. Pemanfaatan Kawasan Industri existing maupun baru sebagai destinasi
ekspansi usaha berperan penting dalam inisiasi proyek-proyek konstruksi sektor
swasta. Sementara pemulihan kinerja BUMN sebagai agen pelaksanaan proyek
infrastruktur pemerintah dan didukung oleh Indonesia Investment Authority (INA)
akan berperan dalam mendukung pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur prioritas
dan PSN Pemerintah. Sementara itu, keberlanjutan program-program padat karya
melalui K/L teknis serta pemerintah daerah akan turut mendorong proyek konstruksi

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-28


TAHUN ANGGARAN 2023
berskala menengah-kecil di daerah. Mempertimbangkan potensi tersebut, sektor
konstruksi akan tumbuh pada kisaran 6,3 – 6,9 persen pada Tahun 2023.

Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian akan didorong oleh hilirisasi dan
meningkatnya daya saing produk olahan tambang nasional. Sektor ini diperkirakan
mencatat tumbuh positif pada kisaran 3,2 – 3,5 persen di Tahun 2023. Proses hilirisasi
logam mineral seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel yang dimulai sejak 2015 akan
mampu menjaga kinerja sektor pertambangan. Selain hilirisasi, perkembangan sektor
pertambangan juga akan didorong oleh meningkatnya permintaan akan logam mineral
yang terkait dengan energi baru dan terbarukan seperti nikel. Permintaan akan logam
mineral ini terutama yang terkait dengan industri baterai akan didorong oleh upaya
pencapaian target operasionalisasi mobil listrik secara bertahap dalam jangka
menengah.

Efektivitas upaya penanganan pandemi menjadi faktor penting dalam menumbuhkan


kembali rasa kepercayaan pada sektor pariwisata. Transisi pandemi menjadi endemi
merupakan momentum bagi pariwisata nasional untuk bangkit dengan kuat. Langkah
pengendalian pandemi yang selama ini memberikan hasil positif juga menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan destinasi pariwisata yang sangat layak untuk dikunjungi
kembali, terutama oleh turis mancanegara. Selain itu, dukungan Pemerintah selama masa
pandemi melalui program PEN kepada sektor pariwisata juga berperan penting dalam
memberikan bantalan sekaligus mempersiapkan sektor ini dalam menyerap potensi
kenaikan aktivitas pariwisata dalam jangka menengah. The International Air Transport
Association (IATA) memperkirakan bahwa angka perjalanan internasional akan tumbuh
signifikan pada Tahun 2023, dan akhirnya berpotensi melampaui level pra-pandemi
pada tahun 2024. Sektor penunjang pariwisata yaitu sektor jasa penyediaan
akomodasi dan makan minum serta sektor transportasi masing-masing diproyeksikan
tumbuh pada rentang 6,6 – 7,3 persen dan 8,5 – 9,5 persen pada Tahun 2023.

Mempertimbangkan potensi tersebut, perekonomian nasional di Tahun 2023


diproyeksikan tumbuh kuat dengan tetap mewaspadai risiko eksternal yang masih
tinggi. Tensi geopolitik yang tinggi di Tahun 2022 diperkirakan masih menyimpan risiko
pada laju pertumbuhan ekonomi global di Tahun 2023. Perang antara Rusia dan Ukraina
yang terjadi hingga saat ini dapat mengakibatkan disrupsi pasokan dunia yang
berkepanjangan. Selain itu akselerasi normalisasi kebijakan moneter AS juga
merupakan risiko tambahan bagi perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu,
akselerasi transformasi ekonomi menjadi mutlak untuk dilakukan. Dorongan
produktivitas sektor-sektor bernilai tambah tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja
secara masif akan menjaga resiliensi perekonomian nasional serta mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan dorongan
tersebut, pertumbuhan ekonomi di Tahun 2023 diperkirakan pada kisaran 5,3 – 5,9
persen.

Dalam jangka menengah, upaya reformasi struktural diharapkan dapat terus


menopang perekonomian berada di jalur menuju Indonesia Emas 2045. Stabilitas
makroekonomi yang terjaga dengan baik serta pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-29


TAHUN ANGGARAN 2023
akan menjadi kunci untuk mendorong ekosistem transformasi ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan. Selain itu, kondisi politik yang terjaga secara kondusif terutama
dalam menghadapi perhelatan pemilihan umum tahun 2024 juga sangat krusial dalam
melanjutkan agenda reformasi struktural dalam mewujudkan perekonomian yang
lebih berdaya saing dan produktif.

Upaya peningkatan produktivitas nasional melalui pemanfaatan tren kunci utama dan
pelaksanaan agenda reformasi struktural dilakukan untuk mewujudkan transformasi
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Peluang tren kunci utama berpotensi
menjadi pengungkit pertumbuhan di jangka pendek-menengah. Penerapan pola hidup
baru akibat tingginya kesadaran masyarakat akan aspek kesehatan diperkirakan akan
mendorong kebutuhan pasokan produk farmasi dan layanan medis yang prima. Selain
itu, lonjakan adopsi teknologi digital selama pandemi juga diproyeksikan akan terus
berlanjut dan menjadi potensi tersendiri bagi laju perkembangan ekonomi digital.
Fenomena ini diharapkan dapat membentuk sektor jasa nasional yang modern, bernilai
tambah tinggi, dan mampu menciptakan lapangan kerja yang layak. Selain itu,
perubahan peta investasi dan perdagangan dunia yang terjadi akibat dari pandemi
serta dinamika geopolitik menjadi kesempatan emas bagi perekonomian nasional
untuk menarik investasi di sektor-sektor potensial serta mendongkrak partisipasi
sektor manufaktur domestik dalam Global Value Chain, termasuk untuk industri mesin,
elektronik, alat komunikasi, serta hilirisasi mineral. Sementara itu, dorongan komunitas
global dalam mewujudkan ekonomi hijau juga semakin mengemuka. Indonesia yang
memiliki sumber daya hayati yang sangat besar berpotensi memproduksi Nilai Ekonomi
Karbon (NEK) secara signifikan. Selain itu, inisiatif Pemerintah untuk mulai menerapkan
pola perdagangan emisi, salah satunya melalui pengenaan pajak karbon, menjadikan
Indonesia sebagai negara terdepan dalam penerapan ekonomi hijau. Arah pertumbuhan
investasi kepada sektor energi terbarukan dapat mendorong percepatan pembangunan
ekonomi yang ramah lingkungan serta akselerasi hilirisasi sumber daya alam nasional
untuk mendukung teknologi energi terbarukan.

3.1.2. Laju Inflasi

Perkiraan laju inflasi domestik 2023 tetap berada pada kisaran 3,0±1,0 persen, masih
sesuai dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kondisi harga komoditas global
yang diperkirakan mulai melandai memengaruhi pergerakan harga-harga komoditas
domestik ke depan di tengah proses pemulihan ekonomi nasional yang terus
berlangsung. Aktivitas ekonomi sosial masyarakat yang semakin membaik diperkirakan
terus berlanjut, terutama pada masa HBKN Ramadan dan Idul Fitri serta Natal dan Tahun
Baru. Stabilitas inflasi pangan yang terus diupayakan juga mendorong semakin
terkendalinya pergerakan harga pangan, terutama dari sisi ketersediaan dan
kelancaran distribusi antarwilayah yang mendorong menurunnya disparitas harga.
Meskipun begitu, volatilitas harga pangan masih tetap menjadi tantangan seiring dengan
dinamika perubahan cuaca dan iklim serta karakteristik komoditas pangan yang bersifat
musiman. Selain itu, kebijakan administered price juga menjadi komponen krusial
sehingga Pemerintah akan terus berhati-hati dalam pengambilan kebijakan harga

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-30


TAHUN ANGGARAN 2023
energi domestik. Dengan tetap berfokus tujuan utama meningkatkan ketepatan
sasaran subsidi energi, kebijakan akan dirancang untuk mengedepankan sisi keadilan
dan keberlanjutan kondisi fiskal secara jangka panjang dengan tetap mempertimbangkan
kondisi daya beli masyarakat secara umum.

Secara jangka menengah, Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga laju inflasi
agar tetap berada dalam tren menurun dan stabil sebagai dukungan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sebagai upaya mencapai target,
Pemerintah menetapkan sasaran inflasi dengan tren menurun ditujukan untuk
menjangkar ekspektasi inflasi masyarakat pada level yang stabil dan rendah. Meskipun
ditetapkan menurun, laju inflasi diperkirakan tetap dapat memberikan ruang bagi dunia
usaha untuk berkembang tanpa memberikan tekanan yang besar pada di sisi
permintaan. Pencapaian tren tingkat inflasi tersebut tetap harus didukung oleh
terobosan dalam mengatasi isu struktural pangan serta pengelolaan inflasi administered
price yang hati-hati yang juga masih menjadi tantangan hingga sekarang. Oleh karena
itu, Pemerintah dan BI akan terus berupaya meningkatkan sinergi dan koordinasi guna
pelaksanaan bauran kebijakan yang mendukung penciptaan laju inflasi jangka menengah
yang rendah dan stabil pada rentang sasaran inflasi pada 2024 – 2026.

3.1.3. Nilai Tukar Rupiah

Pergerakan nilai tukar Rupiah pada Tahun 2023 masih akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari global dan domestik. Dari sisi global, keberlanjutan pengetatan
kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara maju maupun berkembang masih akan
mewarnai dinamika di pasar keuangan global. Potensi risiko utamanya akan terjadi
pada periode kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed yang diperkirakan masih berlanjut
di Tahun 2023 sebagai langkah untuk menurunkan kembali inflasi AS ke level 2 persen
dalam jangka menengah. Masih adanya potensi risiko geopolitik juga dapat menambah
ketidakpastian di pasar keuangan global. Sejumlah risiko ini diperkirakan akan
memengaruhi volatilitas dan pengetatan likuiditas di pasar keuangan global dan berdampak
pada pergerakan aliran modal dan nilai tukar di negara emerging markets, termasuk
Indonesia. Selain itu, adanya potensi perlambatan perekonomian Tiongkok sebagai major
trading partner utama Indonesia dan risiko normalisasi harga komoditas ekspor juga
akan menjadi tantangan tersendiri pada pergerakan nilai tukar Rupiah, dengan
terbatasnya suplai valas yang berasal dari kinerja ekspor. Di sisi lain, kegiatan importasi
diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan pulihnya ekonomi domestik, sehingga
akan turut menambah kebutuhan terhadap valas.
Dalam jangka menengah, pergerakan nilai tukar Rupiah masih akan dipengaruhi faktor
fundamental ekonomi domestik maupun dinamika di pasar keuangan global. Berbagai
tantangan dan risiko yang berasal dari eksternal, seperti prospek pertumbuhan
ekonomi global yang moderat dan belum merata serta risiko geopolitik, diperkirakan
akan menyebabkan sentimen terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Selain itu,
perekonomian domestik yang akan terus membaik berimplikasi pada tingginya kegiatan
importasi sehingga akan memengaruhi tingkat permintaan valas di dalam negeri.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-31


TAHUN ANGGARAN 2023
Kebutuhan valas juga diperkirakan berasal dari kenaikan pembayaran bunga utang luar
negeri khususnya sebagai dampak peningkatan pembiayaan selama pandemi Covid-19.
Meski demikian, fundamental perekonomian domestik yang didukung dengan
transformasi ekonomi dan reformasi struktural secara berkelanjutan diharapkan akan
menjadi kunci utama dalam menarik kepercayaan investor. Penguatan kinerja ekspor
melalui upaya peningkatan produksi yang bernilai tambah diharapkan dapat
menopang pasokan valas di pasar domestik yang lebih sustain. Dari sisi kebijakan
Pemerintah, strategi dalam menyusun kebijakan fiskal yang responsif dalam menghadapi
tantangan ke depan, salah satunya melalui strategi pembiayaan yang prudent, juga
diharapkan dapat menjaga persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik.
Koordinasi antara otoritas terkait di sektor keuangan dalam wadah KSSK juga penting
dilaksanakan secara berkelanjutan untuk memonitor kondisi pasar keuangan domestik
dan mengambil langkah antisipatif guna menjaga stabilitas makroekonomi. Upaya
penguatan program pendalaman pasar keuangan dan pelaksanaan reformasi struktural di
sektor keuangan juga diharapkan dapat menopang sistem keuangan domestik yang lebih
kondusif. Selain itu, sinergi antara kebijakan fiskal dengan moneter juga terus diarahkan
untuk dapat merespons berbagai tantangan dari global, namun dengan tetap
mengutamakan dukungan dalam upaya menjaga stabilitas perekonomian dan inflasi
dalam level yang rendah. Pada akhirnya, berbagai upaya tersebut diharapkan dapat
mendukung pasokan valuta asing di pasar keuangan domestik dan dapat menjaga
stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih adanya risiko global. Dengan
mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang Tahun
2023 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp14.300 – 14.800 per USD dan relatif stabil
dalam jangka menengah di tahun 2024 sampai 2026.

3.1.4. Suku Bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 Tahun

Dalam jangka menengah, tingkat suku bunga SUN 10 tahun diperkirakan masih
berfluktuasi seiring masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Kondisi ini
terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya kebijakan normalisasi moneter negara maju untuk
mengatasi tekanan inflasi yang terus meningkat sejalan dengan pemulihan global yang
terus berlanjut. Sejumlah bank sentral negara maju, terutama The Fed diperkirakan
kembali menaikkan suku bunga acuan setidaknya hingga akhir 2023. Selain itu, risiko
geopolitik juga turut memberi tekanan pada volatilitas pasar keuangan global.

Dari sisi domestik, berlanjutnya tren pemulihan yang ditopang oleh stabilitas
makroekonomi akan mendukung kinerja tingkat suku bunga SUN 10 tahun. Berbagai
upaya reformasi struktural, termasuk penguatan peran sektor keuangan dan pendalaman
pasar keuangan domestik, diharapkan dapat menarik minat investor untuk
berinvestasi pada surat utang Pemerintah. Konsolidasi fiskal yang akan dimulai di 2023
serta dukungan strategi pembiayaan yang prudent juga diperkirakan dapat menjaga
kinerja tingkat suku bunga SUN 10 tahun.

Berdasarkan dinamika tersebut, tingkat suku bunga SUN 10 tahun di 2023


diperkirakan berada pada kisaran 7,34 – 9,16 persen. Perkiraan tingkat suku bunga SUN 10

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-32


TAHUN ANGGARAN 2023
tahun ke depan yang berfluktuasi dalam level moderat tentunya akan terus dipengaruhi
oleh kondisi pasar keuangan global serta kebutuhan fiskal untuk membiayai
pembangunan. Potensi penurunan tingkat suku bunga SUN 10 tahun dalam jangka
menengah diperkirakan masih dapat terjadi seiring perbaikan fundamental perekonomian
domestik, meskipun dibayangi oleh berbagai risiko ketidakpastian global.

3.1.5. Harga Minyak Mentah Indonesia

Setelah mengalami gejolak, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude


Price/ICP) diperkirakan melandai pada 2023. Secara fundamental, harga minyak
mentah dunia diperkirakan mengalami penurunan dipengaruhi oleh permintaan yang
tetap tumbuh positif di tengah terus membaiknya sisi produksi. Tren positif sisi
permintaan didorong oleh aktivitas industri dan mobilitas global yang meningkat
seiring pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Di sisi lain, sisi produksi semakin
membaik didorong oleh semakin kondusifnya dunia usaha migas tercermin dari
semakin meningkatnya aktivitas rig-rig minyak baik di negara OPEC+ maupun non-
OPEC+, terutama Amerika Serikat. Hal ini berdampak pada meningkatnya cadangan
minyak global sehingga menjadi faktor yang mendorong harga minyak melandai.
Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, sisi non fundamental masih dapat
membayangi pergerakan harga minyak mentah seiring risiko geopolitik yang
berkepanjangan sehingga memunculkan sentimen negatif. Ketidakpastian tersebut
mendorong pergerakan harga minyak dapat berfluktuasi dan masih diliputi oleh
ketidakpastian. Mempertimbangkan perkembangan harga minyak mentah tersebut,
ICP juga diperkirakan bergerak melandai pada 2023 mengikuti tren harga minyak utama
dunia. Perkiraan ICP pada 2023 bergerak pada kisaran USD80 - 100/barel.

Perkembangan harga minyak dalam jangka menengah akan dipengaruhi faktor


fundamental, yaitu sisi permintaan dan penawaran, serta geopolitik. Sisi fundamental
diperkirakan dipengaruhi oleh gerakan transisi energi dengan penggunaan energi yang
lebih ramah lingkungan. Meskipun begitu, permintaan bahan bakar fosil akan tetap
berfluktuasi seiring transisi energi yang membutuhkan waktu dalam jangka panjang.
Aktivitas ekonomi global yang semakin membaik seiring pemulihan pasca pandemi
Covid-19 masih akan mendorong kenaikan permintaan diiringi oleh perbaikan sisi
produksi. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi alternatif dan semakin
canggihnya teknologi eksplorasi, harga ICP diperkirakan akan termoderasi dalam jangka
menengah.

3.1.6. Lifting Minyak dan Gas Bumi

Upaya peningkatan kinerja hulu migas terus diupayakan dengan berbagai bauran
kebijakan untuk melanjutkan upaya transformasi menuju pencapaian 1 juta barel
minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di tahun 2030. Target ini
diperlukan untuk meningkatkan produksi jangka menengah dan jangka panjang,
mengurangi defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan energi nasional. Berbagai

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-33


TAHUN ANGGARAN 2023
upaya terus dilakukan guna mendorong tingkat produksi yang lebih tinggi, antara lain
mencakup aktivitas pengeboran, kerja ulang, perawatan sumur, serta optimalisasi
fasilitas produksi. Pemanfaatan teknologi produksi, seperti Enhanced Oil Recovery
(EOR) juga akan terus didorong dalam rangka menahan tingkat penurunan alamiah
lapangan migas nasional. Di samping itu, percepatan plan of development dan
komersialisasi proyek-proyek utama juga diharapkan dapat mengubah cadangan sumber
daya yang ada menjadi tambahan produksi dan lifting. Mempertimbangkan upaya kapasitas
produksi sektor migas maka lifting minyak bumi dan gas bumi masing-masing diperkirakan
619 – 680 ribu barel per hari (bph) dan 1.019 – 1.107 ribu barel setara minyak per hari
(bsmph) dalam Tahun 2023.
Tabel III. 1
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah

INDIKATOR 2023 2024 2025 2026

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,3 - 5,9 5,4 - 6,3 5,5 - 6,5 5,5 - 6,5

Inflasi (%) 2,0 - 4,0 1,5 - 3,5 1,5 - 3,5 1,5 - 3,5

Nilai Tukar (Rp/USD) 14.300 - 14.800 14.200 - 14.800 14.200 - 14.800 14.200 - 14.800

Suku Bunga SUN 10 Tahun (%) 7,34 - 9,16 6,24 - 7,90 6,25 - 8,10 6,27 - 8,29
Harga Minyak Mentah/ICP
80 - 100 70 - 90 70 - 90 70 - 90
(USD/barel)
Lifting Minyak Mentah (Ribu bph) 619 - 680 644 - 723 682 - 786 695 - 835

Lifting Gas Bumi (Ribu bsmph) 1.019 - 1.107 1.051 - 1.155 1.131 - 1.289 1.230 - 1.428
Sumber: KEM PPKF 2023, Kemenkeu

3.2. Asumsi dasar yang digunakan dalam APBD Provinsi Kepulauan Riau
Berdasarkan Data Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Mei 2022,
Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus berlanjut meski berisiko lebih
rendah dari proyeksi sebelumnya seiring meningkatnya risiko ketidakpastian
global yang meningkat sejalan belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina.
Meningkatnya risiko ketidakpastian global tersebut kemudian berdampak pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan meningkatnya risiko inflasi di banyak
negara terutama melalui jalur perdagangan dan keuangan. Peningkatan inflasi di
banyak negara telah mendorong otoritas moneter setempat untuk mempercepat
normalisasi kebijakan moneter salah satunya melalui penyesuaian suku bunga acuan
termasuk di Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga Fed Fund Rate.

Lembaga International Monetary Fund (IMF) dalam outlook terbaru yang dirilis pada
April 2022 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada Tahun 2022 menjadi
3,6% (yoy), lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4% (yoy). Sementara
pertumbuhan ekonomi global pada Tahun 2023 diprediksi stabil sebesar 3,6%(yoy).
Penurunan proyeksi ekonomi tersebut turut dipicu oleh masih berlanjutnya
ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, peningkatan kasus COVID-19 di Tiongkok yang
mendorong pemerintah setempat melakukan lockdown sehingga akan mengganggu
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-34
TAHUN ANGGARAN 2023
aktivitas perdagangan. Di sisi lain kenaikan harga komoditas baik pangan maupun
energi serta ketidakpastian di pasar keuangan global terus berlanjut. Pertumbuhan
ekonomi berbagai negara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan
India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Ketidakpastian global
tersebut juga telah memicu disrupsi dalam rantai pasok terutama pada komoditas
energi dan semikonduktor sejak tahun lalu. Gangguan global supply chain diperkirakan
berangsur membaik pada Tahun 2022, namun harga komoditas energi diperkirakan
masih akan meningkat.

Realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa negara pada triwulan I 2022 secara umum
menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2021, walaupun di
beberapa negara mengalami peningkatan pertumbuhan seperti Tiongkok dan Uni
Eropa. Perlambatan ekonomi Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Hongkong
dan Vietnam terjadi seiring munculnya varian Omicron COVID-19 yang diperparah
oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Kondisi ini memicu
kenaikan level inflasi di berbagai negara, serta menahan laju pemulihan ekonomi
global yang sedang berlangsung.

Secara keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 diperkirakan


mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2021 yang juga disebabkan oleh
faktor base effect sehingga secara perlahan tingkat pertumbuhan tahun ini akan
kembali ke level alamiahnya pada masa sebelum pandemi COVID-19. Selain itu,
gelombang baru pandemi COVID-19 dari munculnya varian omicron di beberapa
negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat sejak awal Tahun 2022 serta konflik Rusia-
Ukraina telah membuat prakiraan pertumbuhan dikoreksi lebih rendah. Namun
demikian Bank Indonesia masih optimis pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun
2022 akan berada pada kisaran 4,5% s/d 5,3%.

Data Laporan Perekonomian Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Mei 2022 tersebut
dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.

3.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu faktor pendukung perbaikan ekonomi domestik pada Tahun 2022
yakni semakin membaiknya mobilitas masyarakat seiring terkendalinya
penyebaran COVID-19 serta berlanjutnya program vaksinasi. Secara umum
perbaikan ekonomi domestik akan didorong oleh meningkatnya aktivitas dan
mobilitas masyarakat sehingga akan mendorong konsumsi rumah tangga untuk
tumbuh positif. Demikian halnya, konsumsi pemerintah yang diperkirakan meningkat
sejalan dengan peningkatan penerimaan negara di tengah kondisi perekonomian yang
terus meningkat.

Perekonomian Kepri secara keseluruhan Tahun 2022 juga diperkirakan


mengalami peningkatan yang didorong oleh meningkatnya mobilitas dan
aktivitas pelaku usaha seiring dengan semakin terkendalinya kasus COVID-19.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-35


TAHUN ANGGARAN 2023
Pertumbuhan ekonomi Kepri tahun ini diperkirakan akan ditopang oleh komponen
investasi yang meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga,
belanja pemerintah dan peningkatan investasi. Kinerja ekspor juga diperkirakan
masuk baik ditopang oleh ekspor migas dari Kepri. Dukungan belanja pemerintah
melalui penyaluran bansos diharapkan akan turut menjaga daya beli masyarakat
sehingga berdampak terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga. Dari sisi
lapangan usaha, peningkatan ekonomi diprakirakan didorong oleh kinerja LU utama
di Kepri.

Kinerja LU perdagangan diperkirakan tumbuh membaik sejalan dengan


perbaikan daya beli dan konsumsi masyarakat. Demikian halnya dengan lapangan
usaha terkait dengan pariwisata lainnya, seperti transportasi, penyediaan akomodasi
dan makan minum, serta sektor jasa hiburan yang diperkirakan mengalami perbaikan
setelah Pemerintah memutuskan untuk membuka perbatasan (melonggarkan
syarat perjalanan) bagi wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia
melalui Kota Batam dan Kabupaten Bintan. Di sisi lain, kinerja LU konstruksi juga
diperkirakan dapat tumbuh menguat pada Tahun 2022 sejalan dengan realisasi
proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta yang masih terus berjalan yang
sebelumnya tertunda pada tahun 2021.

Dari sisi eksternal, semakin terkendalinya penyebaran COVID-19 di


berbagai negara dan akselerasi pelaksanaan vaksinasi akan mendorong
mobilitas secara global dan permintaan ekspor dari negara mitra utama
terhadap Provinsi Kepri. Investasi oleh Pemerintah maupun pihak swasta juga
diprakirakan meningkat yang akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kepri.
Pengajuan rencana investasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) baru di Provinsi Kepri
seperti KEK Kesehatan Sekupang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di
Kepri. Di sisi lain, rencana pengembangan energi hijau dan terbarukan dengan
memanfaatkan permukaan waduk Tembesi dan waduk Duriangkang. Hasil liaison
Bank Indonesia menunjukkan bahwa realisasi investasi swasta pada Tahun 2022
diperkirakan akan meningkat dibanding tahun 2021. Berlanjutnya proyek
infrastruktur pemerintah dan beberapa proyek apartemen, hotel dan resort di
kawasan pariwisata akan menjadi mendorong meningkatnya investasi bangunan.
Sementara itu, investasi non bangunan akan bersumber dari sektor swasta pada
industri manufaktur untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi.

Konsumsi rumah tangga pada Tahun 2022 diperkirakan masih melanjutkan


tren pemulihan seiring dengan mobilitas masyarakat yang meningkat
didukung oleh semakin terkendalinya penyebaran COVID-19 dan
pembukaan sektor pariwisata. Peningkatan konsumsi juga didorong oleh
berlanjutnya stimulus pemerintah melalui bansos dan kartu pra kerja untuk
menjaga daya beli masyarakat. Di sisi lain, inflasi diperkirakan masih terkendali
sehingga akan turut berkontribusi dalam menjaga daya beli masyarakat, dan
mendorong konsumsi rumah tangga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia
hingga triwulan I 2022 menunjukkan adanya tren kenaikan optimisme

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-36


TAHUN ANGGARAN 2023
masyarakat. Namun demikian, peningkatan harga komoditas pangan global serta
kemunculan varian baru COVID-19 tetap perlu diwaspadai.

Peningkatan konsumsi rumah tangga tercermin dari optimisme peningkatan


penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Optimisme tersebut terindikasi dari
Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang
menunjukkan peningkatan. Berlanjutnya program bantuan sosial (Bansos) akan
turut menopang daya beli dari kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah
(MBR). Konsumsi pemerintah juga diperkirakan dapat tumbuh meningkat
didorong oleh realisasi belanja modal dan proyek yang tertunda pada tahun lalu.
Dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan nasional
terkini serta perkembangan kasus COVID-19 yang semakin terkendali,
perekonomian Kepri pada Tahun 2022 diperkirakan tumbuh menguat dari tahun
lalu. Secara keseluruhan perekonomian Kepri pada Tahun 2022 akan tumbuh
pada kisaran 3,70 – 4,50% (yoy) lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang
tumbuh 3,43%.

Tabel III. 2
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016 – 2023

Sumber: Bank Indonesia, 2022

3.2.2. Inflasi

Inflasi pada triwulan II 2022 diperkirakan mengalami peningkatan seiring


dengan peningkatan harga komoditas global khususnya pangan, energi, dan
logam yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas lainnya. Di
sisi lain keberhasilan pengendalian penyebaran COVID-19 varian Omicron yang
diikuti dengan kebijakan pelonggaran mobilitas ekonomi serta periode Hari Besar
Keagamaan Nasional (HBKN) juga telah mendorong peningkatan permintaan
masyarakat. Kondisi tersebut telah mendorong terjadinya peningkatan tekanan

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-37


TAHUN ANGGARAN 2023
inflasi yang terjadi pada seluruh komponen baik volatile food, administered prices,
maupun inflasi inti.

Peningkatan inflasi kelompok inti didorong oleh permintaan domestik yang


semakin membaik seiring kebijakan pelonggaran mobilitas masyarakat dan
periode HBKN serta transmisi inflasi komoditas global yang terus berlanjut. Selain
itu, peningkatan harga emas global diperkirakan terus berlanjut seiring kenaikan
permintaan akibat meningkatnya ketidakpastian global didorong faktor geopolitik
Rusia dan Ukraina. Di sisi lain, peningkatan inflasi kelompok volatile food
dipengaruhi oleh kenaikan permintaan seiring dengan pelonggaran mobilitas dan
momen HBKN. Pencabutan HET untuk minyak goreng kemasan, peningkatan biaya
produksi pakan ternak dan kondisi cuaca (panas berlebihan) di beberapa daerah
juga turut meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan II.

Sementara itu peningkatan inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh


peningkatan harga bensin, avtur, harga LPG dan Bahan Bakar Rumah Tangga
(BBRT) seiring penyesuaian harga BBM non subsidi. Peningkatan permintaan jasa
angkutan udara pada momen Ramadhan dan Idul Fitri serta kenaikan fuel surcharge
dari maskapai juga mendorong kenaikan tarif angkutan udara pada triwulan II
2022. Peningkatan inflasi AP juga didorong oleh inflasi rokok kretek filter seiring
berlanjutnya transmisi kenaikan cukai tembakau.

Dengan mencermati perkembangan inflasi terkini, tekanan inflasi Provinsi


Kepri pada keseluruhan Tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
tahun 2021. Membaiknya kinerja perekonomian akan mendorong peningkatan
daya beli dan konsumsi masyarakat. Di sisi lain kenaikan harga komoditas pangan
dan enegi global juga akan berpengaruh pada kenaikan inflasi di domestik. Selain
itu, penyesuaian harga jual dari beberapa perusahaan FMCG seiring kenaikan
bahan baku akan segera ditransmisikan pada peningkatan harga jual kepada
konsumen yang akan mendorong peningkatan inflasi di Kepri.

Prospek inflasi IHK Kepri Tahun 2022 diperkirakan akan meningkat dan mendekati
batas atas sasaran inflasi nasional Tahun 2022 yaitu 3 ± 1% (yoy). Oleh karenanya
upaya pengendalian inflasi di tahun ini perlu diintensifkan terutama dengan
difokuskan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang diperkirakan
akan mendominasi arah inflasi di Kepri. Koordinasi antara TPID dan Satgas Pangan
menjadi kunci pengendalian inflasi di Kepri melalui strategi 4K (ketersediaan
pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif).
Beberapa sumber risiko peningkatan inflasi pada Tahun 2022 yang perlu
diwaspadai yakni:

1. Meningkatnya harga komoditas global dapat mendorong kenaikan harga


bahan baku produksi maupun harga barang jadi, salah satunya peningkatan
harga CPO dan termasuk harga energi global yang dapat mendorong harga
minyak goreng serta komoditas yang membutuhkan bahan baku energi akan
sangat terdampak.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-38


TAHUN ANGGARAN 2023
2. Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan makanan terhadap daerah
lain menimbulkan adanya kerentanan terhadap gangguan pasokan dari sentra
produksi. Selain itu, risiko kenaikan harga pangan juga dipengaruhi oleh
potensi peningkatan harga logistik serta anomali cuaca yang berpotensi
menggeser jadwal tanam yang berpengaruh terhadap stabilitas pasokan
pangan.
3. Dari sisi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kenaikan inflasi
bersumber dari harga emas perhiasan yang mengalami peningkatan didorong
ketidakpastian global seiring konflik Ukraina-Rusia. Di sisi lain, penyesuaian
tarif listrik dan tarif cukai rokok pada Tahun 2022 juga akan mendorong
tekanan inflasi lebih tinggi.
4. Seiring dengan perkiraan pelonggaran mobilitas masyarakat, pemintaan
terhadap angkutan udara juga akan meningkat sehingga akan meningkatkan
tarif angkutan udara. Pelonggaran kebijakan mobilitas masyarakat,
pembukaan border antar negara, pengenaan fuel surcharge oleh maskapai
seiring peningkatan harga avtur global turut mendorong inflasi angkutan
udara lebih tinggi turut mendorong kenaikan harga lebih tinggi.

Berdasarkan data yang didapat dari Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (Juli
2022) tekanan inflasi menguat didorong meningkatnya daya beli dan ekspektasi
masyarakat seiring perbaikan perekonomian serta peningkatan harga energi dan
bahan pangan pada tahun ini. Upaya pengendalian inflasi melalui strategi 4K
(Keterjangkauan harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi
Efektif) perlu untuk terus dioptimalkan untuk tetap menjaga inflasi dalam rentang
sasaran 3 ± 1% (yoy).

Tabel III. 3
Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 – 2023

Sumber: Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-39


TAHUN ANGGARAN 2023
Tabel III. 4
Risiko Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2022

KOMPONEN RISIKO

1) Potensi gangguan cuaca terhadap panen sejumlah komoditas


pangan di wilayah Kepri dan dari luar Kepri.
Volatile Food
2) Kenaikan harga komoditas pangan global.

1) Kenaikan cukai rokok dan PPN dari awal tahun.


2) Tren kenaikan harga minyak dunia mendorong kenaikan harga
Adm. Prices BBM, avtur, dan BBRT.
3) Kenaikan tarif listrik non subsidi (>3.000 VA).

1) Peningkatan mobilitas masyarakat dengan akselerasi vaksinasi dan


terkendalinya kasus penyebaran COVID-19.
2) Pemberian bantuan sosial kepada masyarakat serta pulihnya
Inflasi Inti
aktivitas dunia usaha yang meningkatkan penyerapan tenaga kerja
sehingga mendorong permintaan/daya beli.

Sumber: Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, 2022

Tabel III. 5
Realisasi dan Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016-2022
REALISASI* TARGET**
NO INDIKATOR SATUAN
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 Pertumbuhan Ekonomi % 1.98 4.47 4.83 -3,80 3,43 4,8–5,6 5,1– 5,6
2 Laju Inflasi % 4,02 3,47 2,03 1,18 2,26 3,50±1 3,50±1
3 Tingkat Pengangguran Terbuka % 7,16 8,04 7,50 10,34 9,91 10,10 8,03–8,75
4 Indeks Gini Indeks 0,359 0,339 0,337 0,334 0,339 0,332 0,335 –0,329
5 Persentase penduduk miskin % 6,13 5,83 5,80 6,13 5,75 6,01 4,35–5,00
6 Indeks Pembangunan Manusia Indeks 74,45 74,84 75,48 75,59 75,79 76,70 76,70 –76,99
Sumber:
*BPS Kepri
**RKPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU III-40


TAHUN ANGGARAN 2023
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH

4.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah yang Diproyeksikan


Untuk Tahun 2023
Keuangan merupakan salah satu faktor yang penting bagi negara dan ataupun daerah.
Pengaruh dari aspek keuangan mencerminkan kuantitas dan kualitas keberadaan dari
suatu pemerintahan dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahannya. Apabila
sumber pendanaan dari keuangan negara/daerah yang dimiliki semakin baik, maka
kedudukan pemerintah dalam menjalankan keorganisasian baik dalam rangka
melaksanakan urusan-urusan pemerintah dan pembangunan maupun pelayanan
kepada warganya akan bertambah stabil dan semakin baik serta akan positif di mata
masyarakat. Sebaliknya jika suatu pemerintahan menghadapi permasalahan dalam
keuangan maka pelaksanaan segenap fungsi dan tugas pemerintahan akan tidak
berjalan dengan baik.

Mengingat eksistensi keuangan yang sangat vital bagi suatu negara dan atau daerah,
maka pemerintah akan melakukan segala daya dan upaya untuk menciptakan dan
memanfaatkan sumber keuangan yang ada. Hasil-hasil yang diperoleh selanjutnya
akan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran guna mendukung jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan. Dalam pemerintahan Indonesia hasil penerimaan
yang diperoleh dari upaya pemanfaatan segenap potensi keuangan yang diterima oleh
Pemerintah Pusat maka akan disalurkan dan digunakan melalui sektor-sektor yang
ditentukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan untuk daerah
diatur juga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan dan otonomi daerah, maka daerah


masing-masing diberikan kewenangan memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat.

Tahun 2023 merupakan awal tahun optimisme perbaikan ekonomi pasca covid-19
bagi IndonIsia dan khususnya Provinsi Kepulauan Riau setelah mendapatkan musibah
global berupa pandemi covid-19. Berbagai langkah kebijakan telah diambil oleh
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan mengadakan refocussing semua program
dan kegiatan untuk mencegah dan menangani dampak penyebaran covid-19 serta
dalam usaha melakukan pemulihan sosial ekonomi masyarakat. Kebijakan program
dan kegiatan ini akan terus dilaksanakan pada Tahun 2023 dengan harapan kehidupan
sosial masyarakat semakin membaik, pergerakan roda perekonomian akan meningkat
dengan indikasi peningkatan aktivitas masyarakat, dunia investasi dan usaha kecil
menengah (UKM).

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-41


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Arah kebijakan keuangan daerah provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023 berpedoman
pada landasan hukum peraturan perundang-undangan pendapatan daerah antara lain
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun
2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 84 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas
dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Pendapatan Dana Transfer (Dana Tranfer Umum dan Dana Insentif Daerah) dan Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan dirinci menurut jenis pendapatan, obyek
pendapatan dan rincian obyeknya yang merupakan hak daerah dalam 1 (satu) tahun
anggaran.

Dalam rangka memberikan gambaran secara komprehensif atas anggaran pendapatan


dalam Tahun 2023, maka disusun deskripsi ringkas mengenai proyeksi estimasi target
pendapatan daerah. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi
fiskal daerah dan sumber-sumber potensi penerimaan daerah.

Estimasi target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang dituangkan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2023
merupakan perkiraan potensi Pendapatan Daerah yang terukur secara realistis dan
memiliki landasan hukum penerimaan serta dihitung berdasarkan potensi dan kondisi
objektif perekonomian daerah Kepulauan Riau. Sedangkan untuk Pendapatan Dana
Transfer sesuai surat dari Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-173/PK/2022 tanggal 30 September 2022
tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023
dimana rician tercantum dalam website resmi www.djpk.kemenkeu.go.id dan
selanjutnya secara resmi akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023.

Kondisi keuangan daerah tidak terlepas dari pengaruh ekonomi yang terjadi dalam
skala nasional maupun daerah khususnya di Provinsi Kepulauan Riau. Mencermati
pendapat para ahli ekonomi dalam menganalisa dampak yang ditimbulkan dari sisi
ekonomi dan berimpilkasi terhadap penerimaan keuangan negara dan keuangan
daerah dapat disampaikan sebagai berikut :

4.2. Target pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD),


Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Estimasi target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang dituangkan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2023
merupakan perkiraan potensi Pendapatan Daerah yang terukur secara realistis dan

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-42


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
memiliki landasan hukum penerimaan serta dihitung berdasarkan potensi dan kondisi
objektif perekonomian daerah Kepulauan Riau. Sedangkan untuk Pendapatan Dana
Transfer sesuai surat dari Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-173/PK/2022 tanggal 30 September 2022
tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023
dimana rician tercantum dalam website resmi www.djpk.kemenkeu.go.id dan
selanjutnya secara resmi akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023.

Kondisi keuangan daerah tidak terlepas dari pengaruh ekonomi yang terjadi dalam
skala nasional maupun daerah khususnya di Provinsi Kepulauan Riau. Mencermati
pendapat para ahli ekonomi dalam menganalisa dampak yang ditimbulkan dari sisi
ekonomi dan berimpilkasi terhadap penerimaan keuangan negara dan keuangan
daerah dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kondisi ekonomi Indonesia


secara umjum tumbuh tinggi pada triwulan II 2022, di tengah risiko pelemahan
ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat. Perkembangan tersebut
tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 yang mencapai 5,44%
(yoy), jauh di atas capaian triwulan sebelumnya 5,01% (yoy). Akselerasi
kinerja ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat,
terutama konsumsi rumah tangga, dan kinerja ekspor yang tetap tinggi.
Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan
mayoritas lapangan usaha dan di seluruh wilayah. Ke depan, perbaikan
ekonomi Indonesia diprakirakan masih berlanjut, didukung oleh peningkatan
mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha. Namun demikian,
dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi
tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai.
(sumber resmi website Bank Indonesia
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-
release/Pages/sp_2420622.aspx).
2. Penanganan pandemi covid-19 yang semakin baik diharapkan akan
memberikan pengaruh pada nilai investasi yang berimplikasi pada
meningkatnya dunia usaha salah satunya adalah sektor industri manufaktur
dan perkapalan. Kondisi tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah
angka tenaga kerja. Provinsi Kepulauan Riau sebagai wilayah untuk kawasan
industry, galangan perkapalan dan sektor pariwisata jelas mengalami dampak
baik yang nyata.

Berkaitan dengan semakin baiknya kondisi ekonomi Indonesia dan khususnya


Provinsi Kepulauan Riau, maka memberikan optimisme terhadap perhitungan
estimasi/proyeksi target Pendapatan Daerah pada APBD Provinsi Kepulauan Riau
Tahun Anggaran 2023 dengan tetap memperhatikan potensi pendapatan dan
mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyusun proyeksi pendapatan Tahun
2023.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-43


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Estimasi target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan sebesar Rp3.995.495.041.708,- (tiga triliun sembilan
ratus sembilan puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh lima juta empat puluh satu
ribu tujuh ratus delapan rupiah). Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar
14,80% dibandingkan dengan target APBD Murni Tahun 2022 atau meningkat
Rp515.171.961.199,- (lima ratus lima belas miliar seratus tujuh puluh satu juta
sembilan ratus enam puluh satu ribu seratus sembilan puluh sembilan rupiah) jika
dibandingkan target pendapatan daerah pada APBD Tahun 2022 sebesar
Rp3.480.323.080.509,- (tiga triliun empat ratus delapan puluh miliar tiga ratus dua
puluh tiga juta delapan puluh ribu lima ratus sembilan rupiah).

Secara garis besar peningkatan estimasi target pendapatan daerah Tahun 2023 akibat
adanya penyesuaian-penyesuaian target antara lain peningkatan target Pajak Daerah,
penurunan retribusi labuh jangkar dan penyesuaian (peningkatan dan penurunan)
terhadap pendapatan transfer khususnya yang berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Komposisi estimasi target Pendapatan
Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023 berasal dari:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditetapkan sebesar Rp1.494.281.041.254,-


(kontribusi 37,40%);
2) Pendapatan Transfer dari Pusat sebesar Rp2.499.889.897.954,- (kontribusi
62,57%);
3) Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ditetapkan sebesar
Rp.1.324.102.500,- (kontribusi 0,033%).

Tabel IV. 1
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
PENDAPATAN DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 2.914.857.620.562
2017 3.252.237.500.366 337.379.879.803 11,57%
2018 3.500.007.224.302 247.769.723.936 7,62%
2019 3.939.451.004.378 439.443.780.076 12,56%
2020 3.514.309.578.651 (425.141.425.727) (10,79%)
2021 3.809.875.862.443 295.566.283.792 8,41%
2022 *) 3.284.282.087.364
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Penjelasan lebih lanjut mengenai gambaran estimasi Pendapatan Daerah Provinsi


Kepulauan Riau Tahun 2023 dapat diuraikan sebagai berikut:

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-44


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
4.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan salah satu indikator kemampuan daerah dalam membiayai


pembangunan di daerah. Dengan peran strategis yang dimiliki oleh PAD maka setiap
pemerintah daerah mengupayakan agar penerimaan PAD tetap dijaga mengalami
pertumbuhan penerimaan dari tahun ke tahun. Secara nasional, realisasi penerimaan
PAD Provinsi rata-rata memberikan kontribusi sebesar 33-35% dari total Pendapatan
Daerah.

Jika mengamati realisasi penerimaan PAD Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke
tahun, maka menunjukkan angka pertumbuhan yang selalu positif. Realisasi
penerimaan tahun 2021 tumbuh 15,07% jika dibandingkan tahun 2020 karena adanya
peningkatan signifikan pada realisasi pajak daerah akibat adanya regulasi pemerintah
melalui pemberian keringanan (diskon) Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor. PAD mengalami kontraksi tumbuh negatif pada tahun
2020 akibat adanya pandemi covid-19.

Tabel IV. 2
Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Periode Tahun 2016 – 2022

REALISASI PAD KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN


TAHUN
(Rp) (Rp) (%)
2016 1.079.309.741.998
2017 1.087.605.821.384 8.296.079.385 0,77%
2018 1.220.768.246.945 133.162.425.561 12,24%
2019 1.311.704.305.173 90.936.058.225 7,45%
2020 1.195.637.088.429 (116.067.216.744) (8,85%)
2021 1.375.770.280.701 180.133.192.272 15,07%
2022 *) 1.318.228.791.425
Ket: Data realisasi s/d Oktober 2022

Ada beberapa hal terkait dengan optimalisasi pemungutan PAD pada Tahun 2023
sebagai berikut:

1. Pelaksanaan update Nilai jual Kendaraan Bermotor (NJKB) yang diharapkan


akan mengoptimalkan pemungutan Pajak Daerah khususnya Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
2. Melanjutkan intensifikasi pemungutan melalui kegiatan penegakan hukum
atas kepatuhan masyarakat membayar pajak serta optimalisasi penagihan
aktif piutang pajak kendaraan bermotor.
3. Sosialisasi kepada masyarakat tentang kemudahan pembayaran pajak
kendaraan melalui modern channel antara lain melalui aplikasi e-samsat dan
marketplace seperti bukalapak dan tokopedia.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-45


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
4. Optimalisasi retribusi daerah dengan menggali potensi-potensi objek retribusi
baru dan penyesuaian tariff retribusi daerah.
5. Kebijakan penyesuaian-penyesuaian pada target Retribusi Daerah khususnya
Retribusi Jasa Labuh Jangkar dan Retribusi Jasa Pemanfaatan Ruang Laut
sesuai dengan kondisi objektif pemungutan dan capaian realisasi semester I
/2022. Hal ini secara signifikan menurunkan target retribusi daerah.
6. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Kepulauan Riau
khususnya BUMD yang bergerak di sektor maritim melalui PT. Pelabuhan
Kepri.
7. Optimalisasi pelayanan Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Riau di
Tanjungpinang dan Tanjung Uban dengan menambah jasa layanan dan ruang
kamar nginap rumah sakit, serta penagihan aktif piutang atas layanan rumah
sakit kepada pihak ketiga (BPJS).

Estimasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) KUA APBD Tahun Anggaran 2023
sebesar Rp1.494.281.041.254,-. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar
Rp145.787.423.613,- (naik 10,81%) jika dibandingkan dengan target PAD pada APBD
Tahun 2022. Proyeksi PAD berasal dari kontribusi kenaikan Pajak Daerah sebesar
Rp174.023.071.839,- (naik 15,13%). Peningkatan PAD juga berasal dari target Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan naik sebesar Rp 9.150.000.000.- (naik
100,00%) dan peningkatan penerimaan Lain-lain PAD yang sah sebesar
Rp15.950.000.000,- (naik 13,39%). Adapun Penurunan PAD signifikan berasal dari
penyesuaian target retribusi daerah atas jasa kepelabuhanan (jasa labuh jangkar) dan
retribusi pemanfaatan ruang laut sebesar dengan total minus Rp53.335.648.226,-
(minus 76,20%).

Penjelasan lebih lanjut mengenai estimasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023 dapat diuraikan sebagai berikut:

4.2.1.1. Pajak Daerah


Estimasi penerimaan Pajak Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023
diproyeksikan sebesar Rp1.324.247.210.000,- naik sebesar Rp174.023.071.839,- (naik
15,13%) jika dibandingkan dengan target pada APBD Tahun Anggaran 2022 sebesar
Rp1.150.224.138.161,-.

Tabel IV. 3
Perkembangan Realisasi Pajak Daerah Periode Tahun 2016 – 2022

REALISASI PAJAK KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN


TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 950.283.609.237
2017 980.678.289.919 30.394.680.681 3,20%
2018 1.099.143.753.068 118.465.463.149 12,08%
2019 1.185.272.259.756 86.128.506.688 7,84%

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-46


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
REALISASI PAJAK KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2020 1.033.430.812.844 (151.841.446.912) (12,81)
2021 1.191.202.760.957 157.771.948.113 15,27%
2022 *) 1.198.224.927.209
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi pajak daerah


menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya dan sekali penurunan pada tahun
2020 (sebesar minus 12,81%) akibat dampak dari pandemi covid-19 yang
mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat. Pada tahun 2021 kembali tumbuh positif
dengan strategi Pemerintah Provinsi mengeluarkan kebijakan pemberian diskon pajak
daerah yang berhasil menarik minat/animo masyarakat dalam membayar tunggakan
pajaknya.

Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam mengestimasi target Pajak
Daerah Tahun 2023 sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah Provinsi Kepulauan


Riau, jika dibandingkan tahun 2020, maka pada tahun 2021 terdapat kenaikan
jumlah kendaraan sebanyak 52.852 unit kendaraan dengan rincian kendaraan
roda 4 sebanyak 8.889 unit dan kendaraan roda 2 sebanyak 43.963 (total naik
3,97%). Hal tersebut mempengaruhi capaian penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor dan Pajak Bahan Bakar kendaraan Bermotor.
2. Optimisme kondisi ekonomi masyarakat yang semakin baik dimana akan
berpengaruh pada tingkat kepatuhan masyarakat membayar pajak kendaraan.
Dalam periode s/d Desember 2021 terjadi kenaikan penerimaan Pajak Daerah
khususnya PKB naik 19,98% dan BBN-KB naik 16,49%. jika dibandingkan
tahun 2021 (masa pandemic covid-19) serta diprediksi masih akan
berlangsung sampai dengan akhir Tahun 2023. Peningkatan signifikan juga
disebabkan karena adanya regulasi pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
memberikan insentif pajak kepada masyarakat. Insentif pajak memberikan 2
(dua) keuntungan yakni masyarakat semakin murah membayar pajak
kendaraan dan pemerintah mendapat tambahan penerimaan karena antusias
masyarakat memanfaatkan insentif pajak tersebut.
3. Optimisme peningkatan daya beli masyarakat terhadap pembelian kendaraan
baru. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia (GAIKINDO) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI)
wilayah Kepri dijelaskan bahwa terjadi peningkatan pembelian kendaraan
sebesar 10-15 % hingga semester II/2022 dan trendnya akan terus meningkat
pada Tahun 2023 sehingga akan mempengaruhi penerimaan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor.
4. Bahwa berdasarkan data perbandingan Tahun 2018 sd 2021 menunjukkan
adanya peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan
bermotor rata-rata sebesar ± 3% (tiga persen) dan adanya kebijakan
pemerintah untuk mengurangi BBM bersubsidi (premium dan solar) sehingga
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-47
TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
terjadi pengalihan konsumsi BBM ke pertalite dan pertamax. Hal tersebut
dapat mempengaruhi proyeksi peningkatan penerimaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
5. Penetapan target Pajak Rokok Tahun 2023 diasumsikan kenaikan sebesar
4,76% jika dibandingkan Tahun 2022 sambil menunggu penetapan besaran
alokasi yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan cq. Keputusan Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan tentang Proporsi dan Estimasi Penerimaan
Pajak Rokok untuk Masing-Masing Provinsi Tahun Anggaran 2023.

4.2.1.2. Retribusi Daerah


Retribusi Daerah sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah yang dipungut berdasarkan pembayaran atas objek pelayanan
jasa, baik bersifat jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.

Estimasi penerimaan Retribusi Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023
direncanakan sebesar Rp16.658.831.254,- turun signifikan sebesar
Rp53.335.648.226,- (minus 76,20%) jika dibandingkan target pada Tahun Anggaran
2022 sebesar Rp69.994.479.480,-. Penyesuaian/penurunan target retribusi signifikan
berasal dari retribusi jasa kepelabuhanan (jasa labuh jangkar) dan retribusi
pemanfaatan ruang laut karena perbedaan persepsi kewenangan pemungutan dengan
pemerintah pusat serta beralihnya kewenangan perizinan dalam kawasan free trade
zone. Sesuai surat Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Nomor :
UM.006/63/17/DJPL/2021 tentang Penyelesaian Permasalahan Pengenaan Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan oleh Pemerintah Daerah. Melalui surat tersebut dijelaskan
bahwa pungutan Jasa Kepelabuhanan (labuh tambat) merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Selanjutnya peningkatan target secara signifikan
berasal dari retribusi perijinan memperkerjakan tenaga kerja asing (RPTKA) sejalan
dengan semakin meningkatnya investasi luar negeri dan para pekerja asing yang
bekerja di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel IV. 4
Perkembangan Realisasi Retribusi Daerah Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI RETRIBUSI KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 3.045.922.690
2017 3.179.349.050 133.426.360 4,38%
2018 13.542.397.410 10.363.048.360 325,95%
2019 7.164.633.160 (6.377.764.250) (47,09%)
2020 5.734.867.917 (1.429.765.243) (19,96%)
2021 12.274.391.358 6.539.523.441 114,03%
2022 *) 4.037.660.574
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-48


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Berdasarkan data tabel realisasi retribusi daerah di atas, penerimaan retribusi
tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan 2019 dimana masih terdapat realisasi retribusi
pemanfaatan ruang laut. Namun pada tahun 2019 dihentikan karena belum adanya
ketentuan Peraturan Daerah tentang RZPW3K Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya
pada tahun 2021 penerimaan retribusi kembali mengalami peningkatan karena
capaian atas realisasi penerimaan retribusi perijinan memperkerjakan tenaga kerja
asing (RPTKA) serta beberapa objek retribusi daerah lainnya antara lain retribusi izin
usaha perikanan dan retribusi laboratorium jasa konstruksi. Capaian realisasi
retribusi daerah semester I/2022 masih jauh dari target yang ditetapkan, karena
belum dialihkannya pemungutan retribusi ijin rencana Penggunaan tenaga kerja asing
dari PNBP menjadi retribusi daerah akibat masih berlarutnya evaluasi ranperda
retribusi penggunaan tenaga kerja asing oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Keuangan.

4.2.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


Estimasi penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berasal dari
penerimaan deviden atas keikutsertaan saham pada Bank Riau Kepri dan penyertaan
modal pada Badan Usaha Pelabuhan PT. Pelabuhan Kepri. Total proyeksi penerimaan
dari 2 (dua) objek tersebut pada Tahun 2023 ditetapkan sebesar Rp 18.300.000.000,-
naik Rp9.150.000.000,- (naik 100,00%) jika dibandingkan target pada Tahun
Anggaran 2022 sebesar Rp9.150.000.000,-. Penerimaan atas deviden bank Riau sangat
ditentukan oleh proporsional penyertaan saham pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
kepada pihak Bank Riau Kepri.

4.2.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah


Estimasi penerimaan Lain-lain PAD yang sah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023
ditetapkan sebesar Rp135.075.000.000,- meningkat sebesar Rp 15.950.000.000,- (naik
13,39%) jika dibandingkan target pada Tahun Anggaran 2022 sebesar
Rp119.125.000.000,-. Penerimaan terbesar Lain-lain PAD yang sah berasal dari
pendapatan atas jasa giro, pendapatan denda pajak kendaraan, dan BLUD layanan jasa
kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang dan Rumah
Sakit Umum Daerah Engku Haji Daud Tanjung Uban.

Tabel IV. 5
Perkembangan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah Periode
Tahun 2016 – 2022
REALISASI LAIN-LAIN PAD KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
YANG SAH (Rp) (Rp) (%)
2016 123.884.449.232
2017 103.748.182.415 (20.136.266.817) (16,25%)
2018 104.986.597.609 1.238.415.194 1,19%

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-49


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
REALISASI LAIN-LAIN PAD KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
YANG SAH (Rp) (Rp) (%)
2019 116.426.648.917 11.440.051.308 10,90%
2020 154.406.989.413 37.980.340.496 32,62%
2021 169.257.507.575 14.850.518.162 9,62%
2022 *) 113.475.883.771
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi Lain-lain PAD yang sah
menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pertumbuhan penerimaan
signifikan berasal dari penerimaan BLUD atas 2 (dua) RSUD milik Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau yaitu RSUD Raja Ahmad Thabib Tanjungpinang dan RSUD Engku Haji
Daud yang terus meningkatkan jumlah layanan kesehatan kepada masyarakat.

4.2.2. Pendapatan Transfer

Besaran alokasi pendapatan dana transfer pusat ke daerah sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah terkait pokok-pokok kebijakan fiskal dalam postur APBN Tahun
2023. Arah kebijakan Dana Transfer Pusat ke Daerah pada Tahun 2023 antara lain
mengoptimalkan pemanfaatan Dana Transfer dalam rangka mendukung dan
mengupayakan peningkatan kualitas layanan publik, penguatan kualitas SDM dan
pemanfaatan dari Dana Transfer Umum untuk mendorong upaya pemulihan ekonomi
pasca pandemi covid-19.

Asumsi dasar ekonomi makro dalam postur APBN Tahun 2023 antara lain
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat, harga Migas di pasaran internasional (ICP), serta kenaikan lifting minyak dan
gas bumi yang pada akhirnya mempunyai dampak turunan terhadap kenaikan
anggaran Transfer ke Daerah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang membaik juga
akan berdampak pada penerimaan pajak khususnya dari sector Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh Pasal 21).

Tabel IV. 6
Perkembangan Realisasi Dana Transfer Pusat ke Daerah Periode
Tahun 2016 – 2022

REALISASI DANA TRANSFER KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN


TAHUN
PUSAT KE DAERAH (RP) (RP) (%)

2016 1.812.089.029.643
2017 2.163.451.718.982 351.362.689.339 19,39%
2018 2.278.002.977.357 114.551.258.374 5,29%
2019 2.626.462.699.205 348.459.721.848 15,30%
2020 2.317.188.590.222 (309.274.108.983) (11,78%)

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-50


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
REALISASI DANA TRANSFER KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
PUSAT KE DAERAH (RP) (RP) (%)

2021 2.406.531.963.533 89.343.373.311 3,86%


2022 *) 1.965.104.515.939
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi pendapatan transfer


menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya dan hanya 1 (satu) kali mengalami
penurunan pada tahun 2020 (sebesar minus 11,78%) akibat dampak kebijakan
pemerintah melakukan refocussing anggaran untuk penanganan pandemi covid-19.
Pada tahun 2021 kembali tumbuh positif sebagai dampak dari kebijakan pemerintah
melakukan pelunasan atas Kurang Bayar (kurang salur) Dana Bagi Hasil (DBH) sejak
tahun 2018 sd 2020.

Estimasi penerimaan Pendapatan Transfer dari Pusat pada KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan sebesar Rp2.499.889.897.954,- atau naik sebesar
Rp369.321.485.086,- (naik 17,33 %) jika dibandingkan dengan target pada Tahun
Anggaran 2022 sebesar Rp2.130.568.412.868,-. Estimasi penerimaan Pendapatan
Transfer Tahun Anggaran 2023 bersumber dari Dana Perimbangan sebesar
Rp2.499.889.897.954,- dan Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 0,- (nihil) .

Rincian estimasi Pendapatan Transfer dari Pusat yang dicantumkan dalam KUA APBD
2023 ini sesuai dengan pagu alokasi dana transfer yang ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan surat Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Nomor :
S-173/PK/2022 tanggal 29 September 2022 tentang Penyampaian Rincian Alokasi
Tranfer ke Daerah Tahun Anggaran 2023 melalui informasi website Kementerian
Keuangan. Adapun saat KUA APBD Tahun 2023 ini di susun, Peraturan Presiden dan
atau Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan alokasi dana Transfer Pusat ke
Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2023 belum terbit.

Penjelasan lebih lanjut mengenai estimasi target Pendapatan Dana Transfer Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2023 dapat diuraikan sebagai berikut:

4.2.2.1. Pendapatan Dana Perimbangan


Estimasi penerimaan Dana Perimbangan pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023
diproyeksikan sebesar Rp2.499.889.897.954,- yang bersumber dari Dana Transfer
Umum (DTU) sebesar Rp1.902.490.934.954,- dan Dana Alokasi Khusus sebesar
Rp597.398.963.000,-. Secara keseluruhan Dana Perimbangan naik sebesar
Rp390.058.964.086,- atau naik 18,49% jika dibandingkan dengan target APBD Tahun
Anggaran 2022. Pendapatan Dana Perimbangan terdiri atas:

1. Estimasi Dana Transfer Umum (DTU) Tahun 2023 dengan rincian Dana Bagi
Hasil (DBH) yang ditargetkan sebesar Rp771.308.861.954,- mengalami
peningkatan target sebesar Rp186.003.646.086,- atau naik 31,78% dari target

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-51


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
pada Tahun Anggaran 2022, dan Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2023
sebesar Rp1.131.182.073.000,- mengalami peningkatan Rp38.252.534.000
atau naik 3,50% dari target pada Tahun 2022.
Penjelasan atas peningkatan estimasi target Dana Bagi Hasil (Pajak dan
Sumberdaya Alam) dengan mempertimbangkan perhitungan sisa Kurang
Bayar DBH Tahun 2021 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
127/07/2022 tentang Penetapan Kurang Bayar dan Lebih Bayar DBH Tahun
2022 dan kondisi kenaikan harga komoditi minyak dan Gas di pasar
internasional yang akan berdampak pada capaian realisasi DBH Migas pada
Tahun 2023.
2. Estimasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2023 sebesar
Rp597.398.963.000,- mengalami peningkatan signifkan sebesar
Rp165.802.784.000 (atau naik 38,42%) dari target sebelumnya Tahun 2022
sebesar Rp 431.596.173.000,-. Hal tersebut akibat adanya kebijakan
Pemerintah yang secara berangsur mengurangi Dana Dekonsentrasi dan
dialihkan kepada Dana Alokasi Khusus ke daerah.
Rincian DAK Fisik sebesar Rp313.990.759.000,- dimana mengalami kenaikan
sebesar Rp147.259.228.000,- (naik 88,32%) dan DAK Non Fisik sebesar
Rp283.408.204.000,- dimana mengalami kenaikan sebesar
Rp18.543.556.000,- (naik 7,00%). Sejak Tahun 2022 Kebijakan Pemerintah
untuk DAK Non Fisik diperkirakan tidak mengalami perubahan dimana dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) reguler dan BOS Kinerja pengelolaan dana
BOS tersebut sebagian dialihkan kepada pemerintah kabupaten/kota.

Selanjutnya dapat kami sampaikan bahwa dalam perhitungan estimasi target Dana
Bagi Hasil memperhitungkan penundaan pembayaran DBH Migas Triwulan IV tahun
sebelumnya sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur tentang rencana alokasi, tata cara penyaluran (Tunda
salur/Kurang Bayar/Lebih Bayar) yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor
139/MPK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Otonomi Khusus yang menjelaskan bahwa penyaluran DBH pada tahun anggaran
berkenaan hanya disalurkan s/d Triwulan III, adapun Triwulan IV akan dibayarkan
pada tahun berikutnya setelah keluarnya hasil auditeed Badan Pemeriksa Keuangan
terhadap realisasi penerimaan negara.

Besaran alokasi jumlah penyaluran Kurang Bayar juga ditetapkan pemerintah melalui
Peraturan Menteri Keuangan pada sekitar bulan September atau Oktober.

Tabel IV. 7
Perkembangan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak dan SDA
Periode Tahun 2017 – 2022

REALISASI DANA
REALISASI DANA BAGI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN BAGI HASIL SDA
HASIL PAJAK (Rp) (%) (%)
(Rp)
2016 239.662.552.812 282.046.398.831
2017 197.995.488.908 (17,39%) 328.674.172.724 16,53%
KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-52
TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
REALISASI DANA
REALISASI DANA BAGI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN BAGI HASIL SDA
HASIL PAJAK (Rp) (%) (%)
(Rp)
2018 157.690.034.739 (20,36%) 379.767.968.007 15,55%
2019 103.447.118.023 (34,40%) 633.999.917.557 66,94%
2020 196.946.330.649 90,38% 262.818.832.929 (58,55%)
2021 216.297.104.525 9,83% 233.569.712.661 (11,13%)
2022 *) 89.400.785.730 501.497.388.835
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Beberapa kebijakan terkait Dana Alokasi Khusus Tahun 2023 diarahkan untuk
pemulihan ekonomi dan simplikasi jenis, bidang dan kegiatan DAK Fisik untuk
pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pemenuhan kesejangan layanan dasar
pendidikan, penguatan sistem kesehatan, penguatan Transportasi laut dan pertanian,
konektivitas dan peningkatan sinergi dengan belanja pada Kementerian/Lembaga dan
sumber dana lainnya. Sedangkan Dana Alokasi Khusus Non Fisik terdiri atas Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD, Tambahan
Penghasilan Guru, Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM, Bantuan Operasional
Kesehatan dan Keluarga Berencana, Dana Pelayanan Perlindungan Perempuan dan
Anak serta Dana Fasilitasi Penanaman Modal.

Tabel IV. 8
Perkembangan Realisasi DAU dan DAK
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI DANA REALISASI DANA
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TAHUN ALOKASI UMUM ALOKASI KHUSUS
(%) (%)
(Rp) (Rp)
2016 866.810.696.000 418.569.382.000
2017 1.059.822.693.000 22,27% 569.776.571.430 36,12%
2018 1.150.516.796.000 8,56% 590.028.178.611 3,55%
2019 1.190.057.596.000 3,44% 645.650.636.625 9,43%
2020 1.099.291.405.000 (7,63%) 723.205.571.644 12,01%
2021 1.092.929.539.000 (0,58%) 174.478.742.639 (75,87%)
2022 *) 983.293.557.216 352.099.551.158
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Berdasarkan data yang tersaji di atas, pertumbuhan realisasi Dana Alokasi Umum
(DAU) menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya dan hanya pada tahun 2020
dan 2021 mengalami penurunan akibat dampak kebijakan pemerintah melakukan
refocussing anggaran untuk penanganan pandemi covid-19. Adapun pada realiasi
Dana Alokasi Khusus (DAK) mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun
2021 sebagai akibat perubahan kebijakan pemerintah dengan adanya pengalihan
Dana Bantuan Operasional Sekolah yang tadi secara keseluruhan disalurkan melalui

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-53


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Provinsi, namun kebijakan pemerintah memberikan sebagian Dana BOS kepada
Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya.

4.2.2.2. Dana Insentif Daerah


Estimasi target Dana Insentif Daerah pada KUA APBD Tahun Anggaran 2023 di
targetkan sebesar Rp0,- (nihil). Alokasi tersebut sesuai dengan alokasi yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat. Secara nasional dalam rincian dana transfer diketahui Pada
Tahun 2023 hanya 154 daerah yang menerima Dana Insentif Daerah. Sedangkan
Tahun Anggaran 2022 Pemerintah Daerah yang menerima DID mencapai 387
Pemerintah Daerah. Artinya terjadi penurunan daerah penerima DID sebesar 60,12%
jika dibandingkan tahun sebelumnya. (sumber data Kemenkeu).

Tabel IV. 9
Perkembangan Realisasi Dana Insentif Daerah
Periode Tahun 2016 – 2022
REALISASI DANA INSENTIF KENAIKAN/(BERKURANG) PERTUMBUHAN
TAHUN
DAERAH (Rp) (Rp) (%)
2016 5.000.000.000
2017 - (5.000.000.000)
2018 - -
2019 53.307.431.000 53.307.431.000
2020 34.926.450.000 (18.380.981.000) (34,48%)
2021 44.437.322.000 9.510.872.000 27,23%
2022 *) 38.813.233.000
Ket : Data realisasi s/d Oktober 2022

Sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2023 dijelaskan bahwa penetapan estimasi target Pendapatan Transfer secara
keseluruhan dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2022 atau informasi resmi mengenai alokasi Pendapatan Transfer
Tahun Anggaran 2022 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Selain itu estimasi target pendapatan transfer dapat dianggarkan dalam rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2022 dengan menganalisa realisasi
tahun sebelumnya, estimasi Kurang Bayar dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil tahun
sebelumnya serta kondisi objektif dan kebijakan pemerintah pusat yang
mempengaruhi pendapatan transfer dimaksud.

4.2.3. Lain–lain Pendapatan Daerah yang Sah

Estimasi penerimaan Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah pada KUA APBD Tahun
Anggaran 2023 ditargetkan sebesar Rp 1.324.102.500,- naik sebesar Rp63.052.500,-

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-54


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
atau naik 5.00%. jika dibandingkan target Tahun Anggaran 2022. penerimaan berasal
hibah PT. Jasa Raharja Persero dalam hal operasional Kantor Bersama Samsat dan
besaran alokasinya ditentukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) dengan
memperhitungkan penerimaan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) pada Kantor Bersama Samsat se Provinsi Kepulauan Riau.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-55


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Tabel IV. 10
Estimasi Target Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Pada Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD Tahun 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
PENDAPATAN 3.480.323.080.509 3.995.495.041.708 515.171.961.199 14,80%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.348.493.617.641 1.494.281.041.254 145.787.423.613 10,81%
PAJAK DAERAH 1.150.224.138.161 1.324.247.210.000 174.023.071.839 15,13%
Pajak Kendaraan Bermotor 425.534.000,000 453.193.710.000 27.659.710.000 6,50%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 221.186.000.000 300.000.000.000 78.814.000.000 35,63%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 359.315.036.467 420.000.000.000 60.684.963.533 16,89%
Pajak Air Permukaan 1.000.000.000 1.053.500.000 53.500.000 5,35%
Pajak Rokok 143.189.101.694 150.000.000.000 6.810.898.306 4,76%
RETRIBUSI DAERAH 69.994.479.480 16.658.831.254 (53.335.648.226) (76,20%)
Retribusi Jasa Usaha 60.262.979.480 6.810.831.254 (53.452.148.226) (88,70%)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- Lab Keswan (DINAS KETAHANAN 367.035.480 385.387.254 18.351.774 5,00%
PANGAN DAN PERTANIAN)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- BLK (DISNAKER) 4.000.000 - (4.000.000) (100,00%)
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah- Asrama Haji (BKAD) 1.050.000.000 1.500.000.000 450.000.000 42,86%
Retribusi Penjualan Poduk Daerah – (DKP) 446.500.000 200.000.000 (246.500.000) (55,21%)
Retribusi Jasa Kepelabuhan (DKP Antang) 700.000.000 750.000.000 50.000.000 7,14%
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (DINAS PUPR) 300.000.000 550.000.000 250.000.000 83,33%
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan/Roro (DISHUB) 56.470.000.000 3.000.000.000 (53.470.000.000) (94,69%)
Retribusi Pemanfaatan Ruang Laut (DKP) 500.000.000 - (500.000.000) -100,00%
Retribusi Pemakaian Daerah (BAPENDA) 200.000.000 200.000.000 - 0,00%
Retribusi Pemakaian Daerah (Kominfo) 225.444.000 225.444.000 - 0,00%
Retribusi Perizinan Tertentu 9.731.500.000 9.848.000.000 116.500.000 1,20%
Pemberian Perpanjangan Izin MempekerjakanTenaga Asing (RPTKA) 8.000.000.000 8.000.000.000 - 0,00%
(DISNAKERTRANS)

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-56


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
Retribusi Izin Usaha Perikanan (DKP) 1.000.000.000 1.050.000.000 50.000.000 5,00%
Retribusi Izin Bidang Perhubungan (DISHUB) 731.500.000 798.000.000 66.500.000 9,09%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 9.150.000.000 18.300.000.000 9.150.000.000 100,00%
Bagian Laba atas penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD 9.150.000.000 18.300.000.000 9.150.000.000 100,00%
Bagian Laba atas penyertaan Modal pada PT. Bank Riau Kepri 3.150.000.000 3.300.000.000 150.000.000 4,76%
Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT. 6.000.000.000 15.000.000.000 9.000.000.000 150,00%
Pelabuhan Kepri
LAIN-LAIN PAD YANG SAH 119.125.000.000 135.075.000.000 15.950.000.000 13,39%
Penerimaan Jasa Giro 11.550.000.000 15.000.000.000 3.450.000.000 29,87%
Pendapatan Denda Pajak 15.075.000.000 20.075.000.000 5.000.000.000 33,17%
Pendapatan Denda BBN-KB 60.000.000 60.000.000 - 0,00%
Pendapatan Denda PKB 15.000.000.000 20.000.000.000 5.000.000.000 33,33%
Pendapatan Denda PBB-KB 10.000.000 10.000.000 - 0,00%
Pendapatan Denda P-AP 5.000.000 5.000.000 - 0,00%
Pendapatan BLUD 92.500.000.000 100.000.000.000 7.500.000.000 8,11%
Jasa Layanan (RSUD PROV.TG.UBAN 17.500.000.000 20.000.000.000 2.500.000.000 14,29%
Jasa Layanan (RSUD PROV.TG.PINANG) 75.000.000.000 80.000.000.000 5.000.000.000 6,67%
PENDAPATAN TRANSFER 2.130.568.412.868 2.499.889.897.954 369.321.485.086 17,33%
DANA PERIMBANGAN 2.109.830.933.868 2.499.889.897.954 390.058.964.086 18,49%
DANA TRANSFER UMUM 1.678.234.754.868 1.902.490.934.954 224.256.180.086 13,36%
DANA BAGI HASIL (DBH) 585.305.215.868 771.308.861.954 186.003.646.086 31,78%
BAGI HASIL PAJAK 248.086.356.000 247.307.003.644 (779.352.356) (0,31%)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pertambangan 39.410.110.000 24.997.460.637 (14.412.649.363) (36,57)
Pajak Penghasilan Orang Pribadi 208.616.298.000 222.271.718.007 13.655.420.007 6,55%
Cukai Hasil Tembakau (CHT) 59.948.000 37.825.000 (22.123.000) (36,90%)
BAGI HASIL BUKAN PAJAK /SUMBER DAYA ALAM (SDA) 337.218.859.868 524.001.858.310 186.782.998.442 55.39%
Provisi Sumber Daya Hutan 355.579.000 662.641.323 307.062.323 86,36%
Pertambangan Umum 4.918.668.000 12.605.426.273 7.686.758.273 156,28%

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-57


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
Estimasi Target Pendapatan Daerah Selisih
JENIS PENERIMAAN Bertambah/(Berkurang)
Target Tahun 2022 Target Tahun 2023
Rp %
1 2 3 4 =3-2 5=4/2
Minyak Bumi dan Gas Bumi 331.944.612.868 510.733.790.714 178.789.177.846 53,86%
DANA ALOKASI UMUM 1.092.929.539.000 1.131.182.073.000 38.252.534.000 3,50%
DANA ALOKASI KHUSUS 431.596.179.000 597.398.963.000 165.802.784.000 38,42%
Dana Alokasi Khusus Fisik 166.731.531.000 313.990.759.000 147.259.228.000 88,32%
DAK Fisik Reguler 145.861.431.000 257.261.881.000 111.400.450.000 76,37%
DAK Fisik Affirmasi - - - -
DAK Fisik Penugasan 20.870.100.000 56.728.878.000 35.858.778.000 171,82%
Dana Alokasi Khusus Non Fisik 264.864.648.000 283.408.204.000 18.543.556.000 7,00%
DANA INSENTIF DAERAH 20.737.479.000 - (20.737.479.000) (100%)
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1.261.050.000 1.324.102.500 63.052.500 5,00%
Hibah PT. Jasa Raharja (Operasional Samsat) 1.261.050.000 1.324.102.500 63.052.500 5,00%
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kepri, Oktober 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU IV-58


TAHUN ANGGARAN 2023

TAHUN 2023
BAB V
KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

5.1. Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja


Dengan merujuk pada amanat dalam penyusunan APBD Tahun 2023, dalam kerangka
sinergi dan penyelarasan, maka alokasi anggaran (belanja) untuk setiap perangkat
daerah ditentukan berdasarkan target kinerja pelayanan publik tiap-tiap urusan
pemerintahan yang difokuskan pada prioritas pembangunan yang telah ditetapkan
dalam RKPD serta tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan pemerataan antar
perangkat daerah atau berdasarkan alokasi anggaran pada tahun anggaran
sebelumnya. Berkaitan hal tersebut, dalam penyusunan kebijakan APBD Pemerintah
Daerah diharuskan memfokuskan pada pencapaian target pelayanan publik, kemudian
perangkat daerah menganggarkan program, kegiatan dan sub kegiatan yang menjadi
kewenangan daerah berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan daerah yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan urusan pemerintahan wajib terkait dengan
pelayanan dasar publik terkait pemenuhan belanja mandatory spending dan
pemenuhan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pencapaian sasaran
pembangunan, tanpa harus menganggarkan seluruh program, kegiatan dan sub
kegiatan yang menjadi kewenangan daerah.

Program, kegiatan dan sub kegiatan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan wajib
yang tidak terkait pelayanan dasar dan urusan pilihan dialokasikan setelah
mempertimbangkan pemenuhan urusan pemerintahan wajib yang terkait dengan
pelayanan dasar publik.

Selanjutnya kebijakan pengelolaan belanja daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun


2023 diuraikan sebagai berikut:

5.1.1. Belanja Operasi

Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk Kegiatan sehari-hari


Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi terdiri
dari:

1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk kebutuhan:
a) Gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
b) Gaji dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD Provinsi Kepri.
c) Belanja penerimaan lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala
Daerah dan wakil Kepala Daerah.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU V-59


TAHUN ANGGARAN 2023
d) Gaji dan tunjangan ASN buntuk keperluan 12 bulan, beserta THR dan Gaji
ke-13.
e) Penambahan belanja pegawai PPPK.
f) Tambahan Penghasilan ASN.
g) Insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah/jasa layanan
lainnya yang diamanatkan dalam peraturan perundangundangan

Penganggaran belanja pegawai tersebut bagi:


a) Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dianggarkan pada belanja
Sekretariat Daerah.
b) Pimpinan dan Anggota DPRD dianggarkan pada belanja Sekretariat DPRD.
c) Pegawai ASN dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan.

2) Belanja Barang dan Jasa


Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang/ jasa
yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, termasuk barang/ jasa
yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak ketiga.
Belanja barang dan jasa diarahkan pada:
a) Pemenuhan kebutuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
b) Pemenuhan anggaran untuk belanja yang sudah diatur oleh peraturan-
perundangan (Mandatory Spending)
c) Pencapaian indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs)
d) Pelaksanaan Program Unggulan Gubernur dan prioritas pembangunan
daerah Tahun 2023.
e) Pelaksanaan program perangkat daerah sesuai dengan kewenangan daerah
dan tugas dan fungsi perangkat daerah.

3) Belanja Bunga
Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga Utang yang dihitung atas
kewajiban pokok Utang berdasarkan perjanjian pinjaman. Belanja bunga akan
menampung kewajiban bunga pinjaman daerah, ditambah bunga rencana
pinjaman daerah Tahun 2023.
4) Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan agar harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan oleh
badan usaha milik negara, BUMD dan/ atau badan usaha milik swasta, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapat terjangkau
oleh masyarakat.
5) Belanja Hibah
a) Belanja hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/ atau badan dan lembaga,

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU V-60


TAHUN ANGGARAN 2023
serta organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b) Pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian Sasaran Program
dan Kegiatan Pemerintah Daerah guna mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
Belanja hibah dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan
Keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Pemberian hibah baik berupa uang maupun barang dianggarkan pada
Perangkat Daerah berkenaan.
6) Belanja Bantuan Sosial
a) Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan berupa uang dan/ atau barang kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus
dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan. Keadaan
tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat
diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari
resiko sosial.
b) Belanja bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan
Keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Pemberian belanja bantuan sosial baik berupa uang maupun barang
dianggarkan pada perangkat daerah bersangkutan.
d) Penganggaran bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
dianggarkan dalam Belanja Tidak Terduga dan pagu alokasi anggaran yang
tidak dapat direncanakan sebelumnya tidak melebihi pagu alokasi anggaran
yang direncanakan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan.

5.1.2. Belanja Modal

Belanja modal digunakan untuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang menjadi


prioritas pembangunan daerah yang mengarah pada pemenuhan infrastruktur dasar
dan perkotaan yang mengarah pada:

1) Pemenuhan kebutuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


2) Pencapaian indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs).

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU V-61


TAHUN ANGGARAN 2023
3) Pelaksanaan Program Unggulan Gubernur dan prioritas pembangunan daerah
Tahun 2023.
4) Pelaksanaan program perangkat daerah sesuai dengan kewenangan daerah dan
tugas dan fungsi perangkat daerah.

5.1.3. Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD untuk
keadaan darurat termasuk keperluan mendesak serta pengembalian atas kelebihan
pembayaran atas Penerimaan Daerah tahun-tahun sebelumnya.

5.1.4. Belanja Transfer

Belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah kepada


Pemerintah Daerah lainnya dan/ atau dari Pemerintah Daerah kepada pemerintah
desa.

5.2. Rencana Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Transfer Dan


Belanja Tidak Terduga
Rencana belanja daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel V. 1
Rencana Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Transfer dan Belanja Tidak Terduga
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023

No. URAIAN Proyeksi RKPD TA 2023

(1) (2) (3)


5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI 2.809.360.467.359
5.1.01 Belanja Pegawai 1.235.684.874.772
5.1.02 Belanja Barang dan Jasa 1.202.035.136.135
5.1.03 Belanja Bunga 13.291.911.555
5.1.04 Belanja Subsidi 1.000.000.000
5.1.05 Belanja Hibah 356.443.972.897
5.2 BELANJA MODAL 661.110.872.904
5.2.01 Belanja Modal Tanah 1.558.000.000
5.2.02 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 173.464.010.904
5.2.03 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 326.650.723.545
5.2.04 Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan Irigasi 158.343.432.835

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU V-62


TAHUN ANGGARAN 2023
5.2.05 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 408.214.620
5.2.06 Belanja Modal Aset Lainnya 686.491.000
5.3 BELANJA TIDAK TERDUGA 10.000.000.000
5.3.01 Belanja Tidak Terduga 10.000.000.000
5.4 BELANJA TRANSFER 630.684.863.000
5.4.01 Belanja Bagi Hasil 625.484.863.000
5.4.02 Belanja Bantuan Keuangan 5.200.000.000
JUMLAH BELANJA 4.111.156.203.263,00
Sumber: Hasil Pembahasan TAPD, 2022

Selanjutnya Belanja daerah yang berasal dari TKD yang telah ditentukan
penggunaanya dianggarkan dan dilaksanakan sesuai kententuan peraturan
perundang-undangan.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU V-63


TAHUN ANGGARAN 2023
BAB VI
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH

6.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan


Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
yaitu: Penerimaan pembiayaan daerah diperoleh dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus
miliar rupiah).

6.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan


Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
adalah berupa Pembayaran Cicilan Pokok Utang yang Jatuh Tempo atas Pinjaman
Daerah dari Pemerintah Pusat-Penerusan Pinjaman Dalam Negeri-Jangka Menengah
kepada PT. SMI sejumlah Rp84.338.838.445,00 (delapan puluh empat miliar tiga
ratus tiga puluh delapan juta delapan ratus tiga puluh delapan ribu empat ratus empat
puluh lima rupiah).

Tabel VI. 1
Rencana Pembiayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2023
Proyeksi RKPD
No. URAIAN
TA 2023
(1) (2) (3)
6 PEMBIAYAAN
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6.1.01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 200.000.000.000,00
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 200.000.000.000,00

6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN


6.2.03 Pembayaran Cicilan Pokok Utang yang Jatuh Tempo 84.338.838.445,00
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 84.338.838.445,00

PEMBIAYAAN NETTO 115.661.161.555,00


Sumber: Sumber: Hasil Pembahasan TAPD, 2022

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU VI-64


TAHUN ANGGARAN 2023
BAB VII
STRATEGI PENCAPAIAN

7.1. Strategi Pencapaian Pendapatan Daerah


Untuk mengupayakan optimalisasi pendapatan daerah diperlukan kebijakan-
kebijakan di bidang pendapatan daerah dalam Tahun 2023 yaitu meliputi:

1) Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan


Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau akan segera menyusun Peraturan Daerah atas penggabungan 2
(dua) Peraturan daerah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bersama dengan
DPRD.
2) Melakukan pendataan dan inventarisasi potensi pajak dan retribusi baru dengan
tetap mendukung upaya pemerintah memberikan kemudahan berusaha dan
layanan daerah kepada masyarakat.
3) Melakukan optimalisasi Pajak Daerah melalui penyederhanaan administrasi dan
meningkatkan kualitas pelaksanaan pembayaran pajak, pemenuhan fasilitas dan
sarana pelayanan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran,
mensosialisasikan pembayaran pajak melalui e-samsat (online system) dalam
upaya memberikan kemudahan dalam membayar pajak serta mengoptimalkan
kegiatan penagihan pajak.
4) Melakukan optimalisasi Retribusi Daerah melalui optimalkan
pengelolaan/pemanfaatan asset-aset daerah menjadi sumber penerimaan daerah.
5) Meningkatkan kompetensi SDM personil pemungutan di Unit Pelayanan Teknis
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan perangkat daerah
Penghasil di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam menggali
potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
6) Meningkatkan koordinasi antar perangkat daerah di lingkungan pemerintah
provinsi kepulauan riau dalam rangka mengupayakan/menggali potensi retribusi
baru.
7) Dalam rangka optimalisasi Pendapatan Transfer, maka Pemerintah akan terus
melakukan koordinasi, konsultasi dan rekonsiliasi penerimaan dengan instansi
Pemerintah Pusat (Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan
Kementerian Teknis lainnya) khususnya yang berkenaan dengan perhitungan
alokasi pendapatan dana transfer pusat ke daerah.

7.2. Strategi Pencapaian Belanja Daerah


Dalam upaya pengelolaan belanja daerah, maka strategi yang akan ditempuh sebagai
berikut :

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU VII-65


TAHUN 2023
1) Belanja daerah disusun dengan menggunakan pendekatan:
a. Kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, dilaksanakan dengan
menyusun prakiraan maju yang dilakukan secara bertahap.
b. Penganggaran terpadu, berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk
program, kegiatan dan sub kegiatan yang direncanakan dalam tahun
anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
c. Penganggaran berbasis kinerja, dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari
kegiatan/sub kegiatan, hasil dan manfaat yang dimanfaatkan, dan efisiensi
dalam pencapaian hasil keluaran.
2) Penyusunan program pembangunan daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan urusan
pemerintahan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar publik dan pencapaian
sasaran pembangunan.
3) Belanja untuk kebutuhan urusan pemerintahan wajib yang terkait dengan
pelayanan dasar publik disesuaikan dengan kebutuhan untuk pencapian standar
pelayanan minimal. Belanja daerah dapat dialokasikan untuk pelaksanaan urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan
pemerintahan pilihan setelah mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan urusan
pemerintahan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar publik.
4) Belanja daerah diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas pembangunan
daerah dan prioritas pembangunan nasional Tahun 2023 sesuai dengan
kewenangan Daerah, mendanai pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah yang
menjadi kewenangan daerah, dan kemampuan pendapatan daerah serta dalam
rangka penanganan Corona Virus Disease 19 dan dampaknya terutama penerapan
tatanan normal baru, produktif dan aman Corona Virus Disease 19 di berbagai
aspek kehidupan, baik aspek pemerintahan, kesehatan, sosial dan ekonomi.

7.1. Strategi Pencapaian Pembiayaan Daerah


Penerimaan pembiayaan daerah diperoleh dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
tahun sebelumnya (SiLPA), dilakukan dengan mendasarkan pada perkiraan
penerimaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya. SiLPA diharapkan tidak hanya berasal
dari sisa penghematan belanja, tetapi juga diharapkan dari pelampauan pendapatan.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU VII-66


TAHUN 2023
BAB VIII
PENUTUP

Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi Kepulauan Riau sebagai dokumen kebijakan bidang
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk Tahun Anggaran
2023 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023 serta
Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2022 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2023.

KUA yang telah disepakati selanjutnya menjadi dasar untuk menyusun Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun
Anggaran 2023 antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau yang kemudian Nota Kesepakatan tersebut menjadi
pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD (PPAS-APBD)
Tahun Anggaran 2023 serta penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Perangkat
Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah dan selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan
Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2023.

Dokumen KUA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam mengimplementasikannya secara bertanggungjawab dan profesional. Dengan demikian
diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara optimal dari pembangunan yang
telah direncanakan tersebut.

KEBIJAKAN UMUM APBD PROV. KEPULAUAN RIAU VIII-67


TAHUN ANGGARAN 2023

Anda mungkin juga menyukai