I. Dasar Hukum :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rancana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan
Menengah Daerah serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Menengah Daerah dan
Rencana Kerja Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Daerah);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah;
II. Mekanisme perencanaan daerah :
Mekanisme perencanaan daerah adalah suatu proses yang melibatkan
berbagai tahapan dan unsur-unsur untuk mengoptimalkan dan
mendistribusikan sumber daya yang tersedia dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu wilayah atau daerah dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
Secara umum, mekanisme penyusunan peraturan daerah (perda) terbagi
menjadi 5 tahap, yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan,
penetapan/pengesahan dan pengundangan. Perencanaan penyusunan perda
dilakukan dalam Program Legislasi Daerah (prolegda) yang memuat judul,
materi, dan keterkaitan rancangan perda dengan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Perencanaan dan penganggaran daerah merupakan cermin dari efektivitas
pengelolaan keuangan daerah yang baik untuk menunjang keberhasilan
desentralisasi fiskal. Proses perencanaan dimulai dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional. RPJPD merupakan dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu 5 tahun. Setelah RPJMD
ditetapkan, pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 tahun.
III. Kedudukan RKPD dengan KUA PPAS:
RKPD adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 tahun.
RKPD merupakan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah (Perda) atau Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan
Walikota.
KUA PPAS adalah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara yang merupakan dokumen perencanaan anggaran
daerah untuk periode 1 tahun. KUA memuat kebijakan bidang pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya. PPAS memuat
program prioritas dan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada
perangkat daerah untuk setiap program, kegiatan dan sub kegiatan sebagai
acuan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja
perangkat daerah. KUA PPAS harus mendapat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Kedudukan RKPD dengan KUA PPAS adalah sebagai berikut: RKPD menjadi
pedoman kepala daerah dalam menyusun rancangan KUA PPAS
berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan program strategis
nasional. Rancangan KUA PPAS kemudian menjadi bahan bagi penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang harus
dievaluasi oleh pemerintah pusat sebelum ditetapkan menjadi APBD 5.
IV. KUA dan PPAS
1. Ketentuan Umum KUA dan PPAS
Penyusunan Rancangan APBD didasarkan prinsip:
a. sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah;
b. tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
c. berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS;
d. tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
e. dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan,
manfaat untuk masyarakat dan taat pada ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
f. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan
penerimaan dan pengeluaran daerah.
g. Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan
bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
2. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah program prioritas
dan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada perangkat Daerah untuk
setiap program, kegiatan dan sub kegiatan sebagai acuan dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
Berdasarkan Pasal 89 sampai dengan Pasal 92 Peraturan Pemerintah
Nomor 12 tahun 2019, Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2020 (hal 72)
ini membuat ketentuan terkait KUA dan PPAS sebagai berikut:
a. Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan
APBD.
b. Pedoman penyusunan APBD ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional dan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan. Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:
1) pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan
pemerintah dengan pemerintah daerah;
2) prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan;
3) teknis penyusunan APBD; dan
4) hal-hal khusus lainnya.
c. Rancangan KUA memuat:
1) kondisi ekonomi makro daerah;
2) asumsi penyusunan APBD;
3) kebijakan Pendapatan Daerah;
4) kebijakan Belanja Daerah;
5) kebijakan Pembiayaan Daerah; dan
6) strategi pencapaian, yang memuat langkah-langkah konkrit dalam
mencapai target kondisi ekonomi makro daerah, asumsi
penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan
belanja daerah, dan kebijakan pembiayaan daerah.
d. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan:
1) menentukan skala prioritas pembangunan daerah;
2) menentukan prioritas program, kegiatan, dan sub kegiatan untuk
masing-masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan
program nasional yang tercantum dalam rencana kerja pemerintah
pusat setiap tahun untuk pemerintah provinsi;
3) menentukan prioritas program, kegiatan, dan sub kegiatan untuk
masing-masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan
program nasional yang tercantum dalam rencana kerja pemerintah
pusat dan prioritas serta program provinsi yang tercantum dalam
rencana kerja pemerintah provinsi setiap tahun untuk pemerintah
kabupaten/kota; dan
4) menyusun capaian kinerja, sasaran, dan plafon anggaran
sementara untuk masing-masing program, kegiatan, dan sub
kegiatan.
e. Sub kegiatan dapat dianggarkan:
1) untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
2) lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk sub kegiatan tahun
jamak.
3. Ketentuan Terkait Kesepakatan KUA dan PPAS
Berdasarkan pada Pasal 90 sampai dengan Pasal 92 Pemerintah Nomor
12 tahun 2019, Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2020, ini membuat
ketentuan terkait KUA dan PPAS sebagai berikut:
a. Kepala Daerah menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS
kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan Juli untuk dibahas
dan disepakati bersama antara Kepala Daerah dan DPRD.
b. Kepala Daerah dapat mengajukan usulan penambahan kegiatan/sub
kegiatan baru dalam rancangan KUA dan rancangan PPAS yang tidak
terdapat dalam RKPD untuk disepakati bersama dengan DPRD dalam
pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS.
c. Penambahan kegiatan/sub kegiatan baru tersebut sepanjang
memenuhi kriteria darurat atau mendesak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Kesepakatan terhadap rancangan KUA dan rancangan PPAS
ditandatangani oleh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD paling lambat
minggu kedua bulan Agustus.
e. KUA dan PPAS yang telah disepakati Kepala Daerah bersama DPRD
menjadi pedoman bagi perangkat daerah dalam menyusun RKA
SKPD.
f. Tata cara pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Persetujuan bersama paling sedikit memuat:
1) nama Kegiatan;
2) jangka waktu pelaksanaan Kegiatan;
3) jumlah anggaran; dan
4) alokasi anggaran per tahun.
4. Ketentuan Pelaksanaan
a. Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD
diuraikan sebagai berikut:
1) TAPD menyiapkan seluruh isi rancangan KUA menggunakan data dan
informasi terkait kebijakan anggaran yang terdapat dalam RKPD;
2) TAPD menyiapkan seluruh isi rancangan PPAS menggunakan data dan
informasi terkait program prioritas beserta indikator kinerja dan indikasi
pendanaan yang bersumber dari RKPD.
b. Kepala Daerah menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS
kepada DPRD.
c. Kepala Daerah dan DPRD melakukan pembahasan rancangan KUA dan
rancangan PPAS. Pembahasan tersebut mengacu pada muatan
rancangan KUA dan rancangan PPAS.
d. Kepala Daerah dan DPRD melakukan kesepakatan bersama berdasarkan
hasil pembahasan rancangan KUA dan rancangan PPAS.
e. Kesepakatan terhadap rancangan rancangan KUA dan rancangan PPAS
dituangkan dalam nota kesepakatan KUA dan nota kesepakatan PPAS
yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan
DPRD.
5. Nota Kesepakatan KUA:
Nota Kesepakatan KUA adalah dokumen yang ditandatangani oleh kepala
daerah dan pimpinan DPRD yang memuat kebijakan umum anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk tahun anggaran berikutnya1.
Nota Kesepakatan KUA menjadi dasar dalam penyusunan prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS) dan rancangan APBD.
Nota Kesepakatan KUA memuat antara lain: kondisi ekonomi makro
daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah,
kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi
pencapaian. Nota Kesepakatan KUA harus disesuaikan dengan rencana
kerja pemerintah daerah (RKPD), rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD), dan pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Nota Kesepakatan KUA ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD setelah
melalui pembahasan antara tim anggaran pemerintah daerah (TAPD)
dengan badan anggaran DPRD. Nota Kesepakatan KUA harus
ditandatangani paling lambat tanggal 31 Agustus tahun berjalan untuk
tahun anggaran berikutnya.
6. Nota Kesepakatan PPAS:
Nota kesepakatan PPAS adalah dokumen yang ditandatangani oleh kepala
daerah dan pimpinan DPRD yang memuat prioritas dan plafon anggaran
sementara (PPAS) untuk tahun anggaran berikutnya. Nota kesepakatan
PPAS menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APBD dan rencana
kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
PPAS adalah program prioritas dan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada perangkat daerah untuk setiap program, kegiatan dan
sub kegiatan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dan
anggaran satuan kerja perangkat daerah. PPAS disusun berdasarkan
kebijakan umum APBD (kua) yang memuat kebijakan bidang pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode
1 (satu) tahun.
Penyusunan PPAS dilakukan dengan tahapan: menentukan skala prioritas
pembangunan daerah, menentukan prioritas program, kegiatan, dan sub
kegiatan untuk masing-masing urusan pemerintahan, menentukan plafon
anggaran sementara berdasarkan urusan pemerintahan dan
program/kegiatan, menyampaikan rancangan kua dan rancangan PPAS
kepada DPRD, dan menandatangani nota kesepakatan kua dan nota
kesepakatan PPAS.
7. KESIMPULAN :
Berdasarkan pada Pasal 90 sampai dengan Pasal 92 Pemerintah Nomor
12 tahun 2019, dan Ketentuan Terkait KUA PPAS pada halaman 72
Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2020, mengatur ini membuat
Kegiatan yang bisa dilaksanakan apabila dalam PPAS RKPD tidak
dianggarkan adalah sebagai berikut:
o Melakukan revisi atau penyesuaian PPAS dengan RKPD agar sesuai
dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah. Revisi atau
penyesuaian PPAS harus mendapat persetujuan dari DPRD.
o Melakukan pergeseran anggaran antara program, kegiatan, atau sub
kegiatan dalam PPAS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pergeseran anggaran harus dilaporkan kepada DPRD dan pemerintah
pusat.
Kegiatan yang tidak tercantum dalam RKPD dapat dilaksanakan dengan
melakukan Nota Kesepakatan tentang Penambahan Kegiatan/Sub
Kegiatan Baru pada KUA PPAS yang tidak terdapat dalam RKPD;
Kegiatan yang tidak tercantum dalam PPAS dapat dilaksanakan dengan
melakukan Nota Kesepakatan tentang Penambahan Kegiatan/Sub
Kegiatan Baru pada KUA PPAS yang tidak terdapat dalam PPAS;
Nota Kesepakatan perubahan KUA PPAS ditandatangani Bupati dengan
Ketua DPRD;
SALINAN
dalam RKA-SKPD.
b. Pcniqr{rrralan rrlqno Aqn I qtqtt neninolzatqn cqnqian tqrset Lineriq
DE'P
I LtVli ATTvivlit
TP A \I iririi
I\iIE']\ITE'PT
iLili T-'t AT A
patuarata l\/t ]\IE'(1III?T
lrLvLau I2E-DT TEIT TL T'|\Ina)NTE-ST A
Pasal 243
(1) Kepala BAPPEDA provinsi melakukan evaluasi terhadap
laporan hasil pemantauan dan supervisi pelaksanaan
Renja Perangkat Daerah provinsi yang disampaikan oleh
kepala Perangkat Daerah provinsi.
(2) Dalam hai evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya
ketidaksesu aian / pen5,irnpan gan, g-r bernur melalu i kepa-la
BAPPEDA provinsi menyampaikan rekomendasi dan
langkah penJrempurnaan RKA Perangkat Daerah provinsi
untuk ditindaklanjuti oleh kepa-la Perangkat Daerah
provinsi.
(3) Kepala Perangkat Daerah provinsi menyampaikan hasil
tindak lanjut perbaikan/perryempurnaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (21, kepada gubernur melalui
BAPPEDA provinsi.
Pasal 244
(1) Pengendalian pelaksanaan RKPD provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 239 mencakup sasaran dan
prioritas pembangunan tahunan Daerah, rencana
program dan kegiatan prioritas Daerah, serta pagu
indikatif.