Anda di halaman 1dari 3

MUSRENBANG DALAM KONTEKS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

RKPD DAN RENJA PERANGKAT DAERAH


Oleh: Yudi Permadi, ST., SH
(Kasi. Ekbang Kecamatan Waled)

PENDAHULUAN
Perencanaan dan penganggaran daerah merupakan cermin dari efektifitas pengelolaan
keuangan daerah yang baik untuk menunjang keberhasilan desentralisasi fiskal. Proses
perencanaan dimulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. RPJPD merupakan suatu
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun. Setelah RPJMD ditetapkan, Pemerintah Daerah
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJMD
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja (Renja) Pemerintah.
Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD.
Rancangan kebijakan Umum APBD yang telah dibahas Kepala Daerah bersama DPRD,
selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA). Berdasarkan kebijakan umum
APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas rancangan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disampaikan oleh Kepala Daerah. Kemudian Kepala
Daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Perangkat
Daerah (PD) sebagai pedoman kepala PD menyusun RKA-PD berdasarkan nota kesepakatan.
Setelah RKA-PD dibuat, selanjutnya adalah menyusun rencana Peraturan Daerah tentang
APBD dan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD. Rencana peraturan
tersebut akan dievaluasi kemudian ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah
tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD.

KUA-PPAS DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2022


Seperti ketahui bersama bahwa dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 disebutkan bahwa Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) atau yang biasa disingkat KUA-PPAS adalah dokumen anggaran
yang dibuat oleh Sekertaris Daerah untuk disampaikan kepada Kepala Daerah sebagai pedoman
dalam penyusunan APBD. KUA-PPAS disusun berdasarkan Rencana Kerja Prioritas Daerah
(RKPD) dari hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang nantinya
dilaporkan paling lambat minggu pertama bulan Juni (lihat Pasal 83 - 88 Permendagri No.
59/2007).
KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun. Kebijakan umum memuat
kondisi ekonomi makro daerah, asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD dan kebijakan
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dan strategi pencapaianya.
Sedangkan PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal
anggaran yang diberikan kepada PD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran PD (RKA-PD) sebelum disepakati dengan DPRD.
Pemahaman tentang prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu dari pada yang
lain, dengan pengertian bahwa “prioritas” merupakan proses dinamis dalam pembuatan
keputusan yang saat ini dinilai paling penting dengan dukungan komitmen untuk melaksanakan
keputusan tersebut. Penetapan prioritas tidak hanya mencakup keputusan apa yang penting untuk
dilakukan, tetapi juga menentukan skala atau peringkat wewenang dan kegiatan yang harus
dilakukan lebih dahulu dibanding program yang lain.
Tujuan prioritas adalah terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan masyarakat yang
dianggap paling penting dan paling luas jangkauanya, agar lokasi dan sumber daya dapat
dimanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif, mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian
serta tersusunnya program atau kegiatan yang lebih realistis.
Plafon anggaran sementara adalah jumlah rupiah batas tertinggi yang dapat dianggarkan
oleh setiap PD, termasuk didalamnya belanja pegawai sehingga penentuan batas maksimal dpt
dilakukan setelah memperhitungkan belanja pegawai. PPAS merupakan rancangan program
prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada PD untuk setiap program
sebagai acuan dalam penyusunan RKA PD.
Merujuk kepada tema pembangunan tahun 2022 yaitu; “Mengoptimalkan Pemberdayaan
Ekonomi yang Inklusif, Berkeadilan, dan Berkelanjutan untuk Pengurangan Kemiskinan dan
Peningkatan Keberdayaan Masyarakat dengan Didukung oleh Pembangunan SDM”. Secara
definitif, ekonomi inklusif adalah suatu strategi untuk meningkatkan kinerja perekonomian
dengan perluasan kesempatan dan kemakmuran ekonomi, serta memberi akses yang luas pada
seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan secara implisit, tema tersebut mengandung asas
pemerataan kesempatan dan keadilan pendapatan secara ekonomi bagi seluruh warga Kabupaten
Cirebon, sehingga tidak ada lagi kesenjangan ekonomi antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain.
Pertumbuhan Ekonomi disebut Inklusif jika pertumbuhan tersebut mampu: (1) menurunkan
tingkat kemiskinan, (2) menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan, dan (3) dapat meyerap
lebih banyak tenaga kerja, maka tidak heran jika arah dan kebijakan pembangunan daerah dititik
beratkan kepada Delapan Prioritas Pembangunan tersebut yang harus dipedomani oleh para
pemangku kepentingan (Perangkat Derah) sebagai organisasi atau lembaga pada Pemerintah
Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan di daerah.
Bappelitbangda sebagai Koordinator Perencanaan Pembangunan pasti sudah mendapatkan
Rancangan Awal (ranwal) Rencana Kerja (renja) PD untuk tahun 2022 yang akan disahkan pada
saat forum PD nanti. Ranwal Renja PD ini lah yang akan kami gunakan sebagai kisi-kisi untuk
penentuan arah kebijakan pembangunan daerah dalam rangka penyusunan dokumen RKPD Kab.
Cirebon tahun 2022. Alangkah bijaknya apabila Ranwal Renja PD tersebut disosialisasikan dan
didiseminasikan kepada pihak kecamatan untuk dipedomani dalam rangka penyusunan
perencanaan pembangunan yang dibahas pada saat Pra Musrenbang kecamatan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan digelarnya Pra Musrenbang adalah
untuk menyeleksi/menselaraskan/mensinkronkan antara usulan kegiatan yang berasal dari hasil
Musrenbangdes/kel. terhadap Ranwal Renja PD itu sendiri, sekaligus menentukan Sumber
Anggaraannya, apakah bersifat kewilayahan (PIK) atau bersifat sektoral (PIS), sehingga pada
saat Musrenbang nanti kami bisa fokus kepada jenis kegiatan yang bisa mengoptimalkan
“Pemberdayaan Ekonomi yang Inklusif” (sebagaimana tercantum dalam Tema Pembangunan
Kabupaten Cirebon Tahun 2022) secara efektif dan efisien.
Walau sulit untuk mewujudkan kata adil, tetapi berbahagialah bagi warga masyarakat di
wilayah kecamatan tertentu yang telah direncanakan sebagai lokus Pengembangan Embung dan
Sistem Pengendali Banjir tahun 2022 sebagaimana tercantum dalam Prioritas 3, yaitu
“Penyediaan Infrastruktur Wilayah untuk Peningkatan Layanan Dasar, Kelancaran Kegiatan
Ekonomi Daerah Perbatasan, dan Rawan Bencana”. Untuk kelancaran program disemua sektor,
program pembangunan dalam suatu kawasan harus terencana, terpadu dan terarah dengan baik.
Semoga, arah kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk pencapaian visi dan misi pembangunan daerah kabupaten Cirebon tahun 2019-2024,
yakni; “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Cirebon yang Berbudaya, Sejahtera, Agamis,
Maju dan Aman”.

PENUTUP
Kami percaya bahwa Pemerintah Kabupaten Cirebon akan selalu menjaga konsistensi
antara RPJMD Kabupaten Cirebon tahun 2019-2024 dengan Rencana Pembangunan Jangka
Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN). Oleh karenanya, bagi program prioritas Pemerintah Daerah yang mempunyai
hubungan dengan prioritas Pemerintah Provinsi maupun prioritas nasional, dimana terdapat
kemungkinan bahwa Pemerintah Daerah tidak mampu mengalokasikan anggaran terhadap
program tersebut, maka dalam hal pembiayaannya dapat dilakukan melalui berbagai macam
skema, antara lain melalui pembiayaan dari APBD Provinsi atau APBN, skema kerjasama
dengan Badan Usaha (Public Private Partnership), Corporate Social Responbility (CSR),
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), maupun Kerjasama Kemitraan dengan
Lembaga Non Pemerintah, baik dalam negeri maupun lembaga-lembaga internasional dengan
memperhatikan peraturan perundang-undanganan yang berlaku. ***

Waled, 10 Februari 2022


_________ Selamat Bermusyawarah ________

Sumber Bacaan:
1. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
2. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
3. Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
4. Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJPD dan RPJMD,
serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
5. Peraturan Daerah Kab. Cirebon Nomor 14 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2025;
6. Peraturan Daerah Kab. Cirebon Nomor 7 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024;
7. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 47 Tahun 2019 tentang Rencana Strategis Perangkat
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024.
8. Surat Edaran Bupati Cirebon Nomor: 050/112/Bappelitbangda tentang Pedoman
Penyusunan RKPD dan Renja Perangkat Daerah tahun 2022;
9. Arah Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai