Anda di halaman 1dari 4

SINERGITAS PERWUJUDAN SISTEM PENGENDALI BANJIR

DI KECAMATAN WALED KABUPATEN CIREBON


Oleh: Yudi Permadi, ST., SH
(Kasi. Ekbang Waled)

Banjir di Kecamatan Waled merupakan banjir tahunan yang disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor alam maupun non alam. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi
dipenghujung tahun 2020 s.d bulan Februari 2021 menyebabkan Sungai Ciberes tidak dapat
menampung air sehingga meluap dan masuk ke pemukiman warga. Selain itu, pendangkalan
Sungai Ciberes juga merupakan salah satu faktor penyebab terjangan banjir di sejumlah desa
yang dilaluinya. Hulu Sungai Ciberes berada di Kabupaten Kuningan yang melewati 22 desa
dari empat kecamatan di Kabupaten Cirebon, dan secara administratif pengelolaannya
merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung,
sehingga penanganannya diperlukan koordinasi antara pemerintah daerah dan provinsi dalam
pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS).
Banjir yang melanda pemukiman penduduk di empat desa, yaitu: ciuyah, ambit,
mekarsari, dan gunungsari sangat memprihatinkan dan menyebabkan mobilitas manusia,
barang dan jasa menjadi terhambat, sehingga aktivitas perekonomian terganggu yang
berdampak kepada kerugian material yang tidak sedikit. Dengan kejadian tersebut, tentunya
kita tidak bisa menyalahkan pihak tertentu, dan bukan waktunya untuk mencari siapa yang
salah dan siapa yang benar, tetapi yang harus kita cari adalah solusi untuk mengatasi kejadian
tersebut. Masing-masing pihak bisa mengambil peran sesuai kapasitas dan profesi masing-
masing, termasuk masyarakat desa untuk turut serta dalam menangani bencana banjir yang
berdampak kemanusiaan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Waled selain berkoordinasi
dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, juga
melakukan fasilitasi dan pembinaan kepada Pemerintah Desa dengan mendorong para Kuwu
(khususnya di empat desa) untuk melakukan kerja sama antar desa dengan membentuk Badan
Kerja Sama Antar Desa (BKAD) sebagaimana diamanahkan dalam Permendagri No. 96
Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa. Selain itu,
pihak kecamatan memfasilitasi dalam hal penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDes) tahun 2021, khususnya bidang pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa yang berpedoman kepada Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan
memprioritaskan pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD) yang diarahkan untuk
mendukung sistem pengendalian banjir sesuai dengan kewenangan desa dengan tetap
berpedoman kepada Permendes PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2021.
Selain upaya-upaya tersebut di atas, pihak kecamatan juga melakukan sinkronisasi arah
dan kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon, khususnya perencanaan pembangunan yang
berkaitan dengan penanganan permasalahan banjir, baik terhadap Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Cirebon Tahun 2019-2024, maupun
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kab. Cirebon Tahun 2018-2038.

TELAAH RPJMD KAB. CIREBON TAHUN 2019-2024


Pertama, Telaah atas Strategi Pembangunan Daerah; Strategi merupakan rangkaian
tahapan atau langkah-langkah yang berisikan grand design perencanaan pembangunan dalam
upaya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran misi pembangunan daerah Kabupaten Cirebon

1
yang telah ditetapkan. Rumusan strategi yang disusun akan menunjukkan kemantapan
pemerintah daerah dalam memegang prinsipnya sebagai pelayan masyarakat. Strategi harus
dijadikan sebagai salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah
(strategy focussed-management). Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian
arah kebijakan.
Salah satu metode untuk menentukan strategi menurut Permendagri Nomor 86 Tahun
2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
Cara Evaluasi Raperda tentang RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD,
RPJMD, dan RKPD adalah penggunaan analisis SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats). Metode ini digunakan karena lebih sederhana dan banyak
dipahami oleh stakeholders pembangunan di Kabupaten Cirebon.
Strategi Kabupaten Cirebon untuk periode pembangunan 2019-2024 telah
mencantumkan “Strategi Pencapaian Efektivitas Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana”. Strategi ini merupakan strategi terakhir dari 33 strategi yang telah disusun untuk
mencapai sasaran strategis pembangunan daerah. Pada prinsipnya setiap strategi harus mampu
diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan yang dituju dan mendukung pencapaian misi
yang telah ditetapkan. Strategi merupakan rumusan perencanaan yang komprehensif tentang
bagaimana pemerintah daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan
efisien.
Kedua, Telaah atas Arah Kebijakan Pembangunan Daerah; Arah kebijakan merupakan
usaha pelaksanaan perencanaan pembangunan yang konkret untuk memberikan arahan dan
panduan kepada pemerintah daerah agar lebih optimal dalam menentukan dan mencapai
tujuan. Selain itu, arah kebijakan pembangunan daerah juga merupakan pedoman untuk
menentukan tema tahapan pembangunan selama lima tahun periode kepala daerah guna
mencapai sasaran RPJMD secara bertahap.
Penyusunan arah kebijakan mempertimbangkan urgensi suatu permasalahan dan isu
strategis yang hendak diselesaikan untuk menentukan tahapan dan prioritas untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan berfungsi untuk menyelaraskan
strategi-strategi pembangunan daerah dan dokumen perencanaan lainnya sehingga didapatkan
langkah-langkah pencapaian tujuan sasaran yang saling bersinergi untuk mencapai tujuan dan
sasaran untuk lima tahun ke depan.
Lebih lanjut penjelasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon Tahun 2019-
2024 yang dikorelasikan dengan Strategi Pencapaian Efektivitas Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah dengan “Mengurangi risiko bencana dan meningkatkan
ketangguhan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana”. (Sumber:
Ranhir RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024, Bappelitbangda).

TELAAH PERDA 7/2018 TENTANG RTRW TAHUN 2018-2038


Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan mewujudkan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, harmonis, dan terpadu sebagai sentra pertanian,
industri dan pariwisata yang mendukung Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cirebon melalui
upaya “Pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup”.
Strategi yang telah direncanakan adalah dengan cara: Pertama, mengembalikan dan
meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan
budidaya; Kedua, mengembangkan kegiatan budidaya unggulan beserta prasarana untuk
mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; dan Ketiga,
mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana untuk
meminimalkan potensi kerugian akibat bencana.
Ketentuan Pasal 19 ayat (3), dalam Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon telah
2
menetapkan Kecamatan Waled sebagai Kawasan Sistem Jaringan Sumber Daya Air berupa
Sumber Air dan Tampungan Air berupa Waduk Maneungteung. Hasil survey yang telah
dilakukan pihak kecamatan atas desakan dari berbagai elemen masyarakat dan Pemerintah
Desa diperoleh suatu kesimpulan sementara bahwa lokasi ideal untuk dijadikan sebagai
“Waduk Manengteung” adalah berada di kawasan perbukitan Blok Lebak Jero Desa Waled
Asem. Dimana lokasi tersebut merupakan cekungan alam yang berbatasan langsung (+ 200
meter) dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciberes yang merupakan sumber utama
penyebab banjir di Kecamatan Waled. Sedangkan Sistem Pengendali Banjir di Kecamatan
Waled tercantum dalam Pasal 19 ayat (6) yang berbunyi: “Penanganan banjir pada kawasan
rawan banjir secara terpadu dengan sistem pengembangan drainase dan upaya konservasi
daerah hulu aliran sungai, terutama pada kawasan rawan banjir pengembangan sarana dan
prasarana pengendali banjir, baik berupa tanggul, kanal banjir, pompa banjir, kolam
retensi, waduk, dan lain-lain”.
Tujuan utama pembangunan Waduk Maneungteung adalah sebagai Perwujudan Sistem
Pengendali Banjir berupa tampungan air Sungai Ciberes yang diharapkan dapat
meminimalisir luapan Sungai Ciberes pada saat musim penghujan. Selain itu, Pasal 19 ayat
(3) menyebutkan bahwa manfaat lain yang dapat dirasakan oleh warga sekitar adalah:
Pertama, terciptanya Sistem Jaringan Irigasi Tersier yang mampu mengairi areal
persawahan/perkebunan, dan sumber daya air baku bagi masyarakat sekitar; dan Kedua,
Pendukung Rintisan Kawasan Destinasi Wisata Maneungteung, berupa sarana rekreasi wisata
air, dan tempat perikanan.
Sebenarnya Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon secara
eksplisit telah tercantum dalam Pasal 4 yang menyebutkan bahwa Prioritas Pengembangan
Daerah ditujukan bagi; Pertama, Kawasan Perbatasan dengan kabupaten/kota tetangga,
dimana kita ketahui bahwa secara geografis Kecamatan Waled merupakan kawasan yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan. Ada empat desa yang berbatasan langsung,
yaitu: Waleddesa, Waled Asem, Ambit, dan Ciuyah; dan Kedua, Kawasan Rawan Bencana
Banjir; dalam Pasal 19 ayat (6) menyebutkan bahwa Desa Ciuyah, Ambit, Mekarsari dan
Gunungsari telah ditetapkan sebagai Kawasan Rawan Banjir. Sehingga pembangunan sistem
pengendali banjir di Kecamatan Waled sangat tepat apabila dimasukan sebagai program
Prioritas Pembangunan Skala Kabupaten. Selain itu, pembangunan Waduk Maneungteung
juga sangat relevan dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan atau SDGs (Sustainable
Development Goals), yang mengamanahkan bahwa setiap pembangunan diprioritaskan bagi
jenis pembangunan yang dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa mendatang.
Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon tahun 2019-
2024 khususnya mengenai Strategi Pencapaian Efektivitas Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana sebagai upaya mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan
pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana, maka diperlukan suatu rumusan
masalah mengenai urgensi perwujudan sistem pengendalian banjir di Kabupaten Cirebon. Isu
pencemaran air sungai yang menjadi sorotan banyak pihak menimbulkan dampak yang sangat
kompleks, karena selain penurunan kualitas perairan dan pendangkalan sungai juga
mengakibatkan penurunan produktivitas sektor pertanian dan perikanan yang menjadi
perhatian serius Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon.

KESIMPULAN
Perwujudan sistem pengendali banjir berupa pembangunan Waduk Maneungteung
merupakan salah satu kunci dalam manajemen sumberdaya air di Kecamatan Waled, dimana
pembuatan waduk dapat dilakukan di daerah yang sudah dipetakan dan dilakukan feasibility
study. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sebagai upaya mitigasi pencegahan bajir adalah;
3
Pertama, pengerukan sedimentasi DAS Ciberes dari hulu ke hilir sehingga aliran sungai dapat
berfungsi dengan baik dan normal melalui kerja sama dengan pihak BBWS Cimanuk-
Cisanggarung; Kedua, daerah-daerah hulu perlu dihijaukan untuk meminimalisir sedimentasi
yang bekerjasama dengan pihak Perhutani Divisi Regional Jawa Barat; Ketiga, saluran-
saluran irigasi baik sekunder maupun tersier (Lebak Jero, Lebak Silopanganten, dan Lebak
Putat) juga perlu diperbaiki/dinormalisasi agar tidak banyak air yang hilang terbuang sia-sia
(diusulkan melalui Musrenbang Kecamatan tahun 2021); dan Keempat, pelaksanaan Padat
Karya Tunai Desa (PKTD) melalui skema APBDes untuk kegiatan normalisasi SPAL dan
drainase jalan desa/lingkungan sesuai kewenangan desa.
Dengan memanfaatkan segala potensi yang ada, kami berharap bahwa pembangunan
sistem pengendali banjir di Kecamatan Waled dapat terwujud dalam kurun waktu 2021-2024
ke depan. Dengan sistem manajeman sumber daya air dan tata kelola air yang tepat, maka
melimpahnya air dimusim penghujan tidak lagi dipandang sebagai musibah, tetapi sebagai
berkah dari Sang Kuasa untuk dimanfaatkan melalui sistem irigasi teknis yang dapat
digunakan pada saat musim kemarau tiba.
Untuk kelancaran program di semua sektor, maka program pembangunan dalam suatu
kawasan harus terencana, terpadu dan terarah dengan baik sebagai upaya pencapaian visi dan
misi pembangunan daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024, yakni; “Terwujudnya
Masyarakat Kabupaten Cirebon yang Berbudaya, Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman”.

***

SUMBER BACAAN
1. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Nasional Berkelanjutan atau SDGs (Sustainable Development Goals);
2. Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJPD dan
RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD;
3. Permendagri Nomor 96 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang
Pemerintahan Desa;
4. Permendes PDTT Nomor 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2021;
5. Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun 2019-
2024;
8. Kecamatan Waled Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon, Tahun
2018.

Anda mungkin juga menyukai