Anda di halaman 1dari 3

UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

DAN PENINGKATAN EKONOMI WARGA DESA MELALUI


PENGUATAN STATUS BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) SEBAGAI
BADAN HUKUM
Oleh : Kasi. Ekbang Kecamatan Waled
Waled, 10 Oktober 2020

PENDAHULUAN
Undang-Undang Cipta Kerja adalah RUU yang telah disahkan pada tanggal 5 Oktober
2020 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dengan tujuan untuk menciptakan lapangan
kerja dan meningkatkan investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan
peraturan untuk izin usaha dan pembebasan tanah proses. UU ini juga disebut sebagai
Undang-undang SAPU JAGAT dengan panjang 905 halaman dan mencakup di banyak sektor,
kecuali ketenagakerjaan (Dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Apa itu Omnibus Law? Secara terminologi, banyak literatur menyebut kata Omnibus
berasal dari Bahasa Latin, yang artinya “untuk semuanya”. Mengutip Black’s Law Dictionary,
Omnibus memiliki makna "untuk semua: mengandung dua atau lebih", dan seringkali
diterapkan pada RUU legislatif yang terdiri lebih dari satu subjek umum. Dalam
perkembangannya, kata Omnibus banyak diarahkan ke dalam istilah Omnibus bill, yang
diartikan sebagai “sebuah RUU dalam satu bentuk yang mengatur bermacam-macam hal yang
terpisah dan berbeda, dan seringkali menggabungkan sejumlah subjek yang berbeda dalam
satu cara, sehingga dapat memaksa eksekutif untuk menerima ketentuan yang tidak disetujui
atau juga membatalkan seluruh pengundangan.” Dengan demikian, dalam konteks Omnibus
Law RUU Cipta Kerja, maka dapat diartikan sebagai bentuk "satu undang-undang yang
mengatur banyak hal", yang mana ada 79 UU dengan 1.244 pasal yang akan dirampingkan ke
dalam 15 bab dan 174 pasal dan menyasar 11 klaster di undang-undang yang baru (Baca
selengkapnya di artikel "Arti Omnibus Law dan Isi RUU Cipta Kerja Pemicu Demo Buruh-
Aktivis", https://tirto.id/f1uf).

ANALISIS SURAT MENTERI DESA PDTT NOMOR : S.2745/BIJ.01/X/2020


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
pada tanggal 7 Oktober 2020 berkirim surat kepada Para Kepala Desa beserta Perangkat
Desa, Para Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Para Pendamping Desa di
Seluruh Indonesia dengan Nomor : S.2745/BIJ.01/X/2020 Hal Kemudahan Usaha di Desa
dengan tembusan kepada Para Gubenur, dan Para Bupati/Wali Kota Seluruh Indonesia..
Jika kita melihat inti suratnya adalah berkaitan dengan Undang-Undang Cipta Kerja
memberikan kemudahan, perlindungan, dan Pemberdayaan BUMDes, koperasi, serta Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menjalankan usaha, serta kemudahan dalam
berinvestasi yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja serta peningkatan ekonomi desa
secara signifikan.

(1) UU Cipta Kerja Merupakan Reinforcement


Legal Standing BUMDes sebagai Badan Hukum
Secara khusus, Undang-Undang Cipta Kerja juga banyak memberikan keuntungan
langsung bagi masyarakat desa, diantaranya:
1. Penetapan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai badan hukum, sehingga
memudahkan untuk menjalin kerja sama bisnis dengan pihak lain, mengakses
permodalan, mengembangkan usaha ekonomi, dan memberikan layanan umum
(Pasal 117).
a. Permasalahan BUMDes dan Solusinya
Kemendes PDTT turut berkontribusi dalam penyusunan UU Cipta Kerja, terutama
tentang penguatan BUMDes sebagai BADAN HUKUM. Dimana permasalahan
sebelumnya sebagaimana tercantum dalam Bab X Undang-Undang No. 6 tahun 2014
tentang Desa, menyebutkan BUMDes sebagai BADAN USAHA, namun belum tegas
tertulis sebagai badan hukum, sehingga berakibat:
1) Kemenhuham tidak bisa mengesahkan BUMDes sebagai badan hukum, (padahal
pihak Kemendes PDDT telah berupaya meminta fatwa kepada Kemenhuham, MA,
dan MK tetapi usaha tersebut gagal, karena UU No. 6/2014 tidak menyebutkan
bahwa BUMDes sebagai badan hukum).
2) Tidak ada legal standing (kedudukan yang sah dihadapan hukum) BUMDes,
sehingga sulit bermitra bisnis secara setara. Selama ini pendirian BUMDes
didasarkan pada Peraturan Desa, dan pengesahan pengurusnya ditetapkan melalui
Surat Keputusan Kuwu. Legalitas BUMDes tersebut tidak bisa digunakan untuk
mengakses dana pinjaman perbankan secara resmi. Sampai akhirnya pihak
Kemendes berimprovisasi dengan meminta kepada daerah untuk meng SK-kan
BUMDes agar setara dengan lembaga daerah. Hal ini sudah berhasil, karena ada
beberapa daerah yang sudah melakukannya sehingga BUMDes tersebut bisa
melakukan pinjaman modal kepada pihak perbankan (tetapi masih terbatas pada
Bank Daerah setempat), sedangkan Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) sampai
saat ini belum bisa memberikan akses permodalan, karena kedudukan sah (BUMDes)
di hadapan hukum belum diakui. Hm,.. tragis !
Kini, permasalahan BUMDes ini telah dijawab dengan dikeluarkannya UU Cipta Kerja
Pasal 117 yang berbunyi: “Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes
adalah BADAN HUKUM yang didirikan oleh desa atau bersama desa-desa guna
mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan atau jenis usahanya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa".
Pasal 117 UU Cipta Kerja ini melengkapi dan mempertegas apa yang tercantum dalam
Pasal 87 UU No. 6/2014 tentang Desa, yaitu “Desa dapat mendirikan BUMDes yang
harus dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. BUMDes dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umu, serta dapat
membentuk unit usaha berbadan hukum”.
Dengan lahirnya Pasal 117 UU Cipta Kerja ini merupakan solusi bagi BUMDes untuk
diakui sebagai badan usaha yang berbadan hukum, sehingga kesempatan mereka
(BUMDes) untuk mengakses permodalan semakin luas. Horree,.. !
b. Tindak lanjut Pasal 117 UU Cipta Kerja
UU Cipta Kerja mengamanatkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai BUMDes
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP). Menurut Menteri Desa PDTT
(Bapak Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M. Pd) pada tanggal 8 Oktober 2020 melalui
siaran pers di Jakarta memberikan informasi bahwa Kemendes PDTT telah menyusun
draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BUMDes/ma, dan menurut rencana
minggu depan RPP tersebut siap diharmonisasikan dengan kementerian dan lembaga
lain. Dimana target penyelesaiannya adalah sebelum tanggal 6 November 2020.
Mantap,..
Perlu diketahui bahwa istilah BUMDes ini sudah tercantum baik dalam UU No. 6/2014
maupun UU Cipta Kerja Pasal 117, sedangkan istilah BUMDesma sebenarnya belum
(2) UU Cipta Kerja Merupakan Reinforcement
Legal Standing BUMDes sebagai Badan Hukum
final, dan yang pasti istilah untuk “Badan Usaha Milik Desa Bersama” akan diatur lebih
lanjut dalam RPP nanti. Hm, Sabar dulu sobat,..
c. Penguatan BUMDes/ma
1) Registrasi BUMDes/ma untuk:
 pendampingan perbaikan tata kelola BUMDes
 memudahkan kerja sama dengan pihak ketiga
2) Hasil Registrasi BUMDes
 10.269 BUMDes teregister julli 2020 dengan omzet Rp. 938 miliar
 20.046 BUMDes teregister agustus 2020 dengan omzet Rp. 1.173 triliun
 10.159 BUMDes dalam tahap verifikasi.
3) Fasilitasi kerja sama BUMDes
 14.045 BUMDes dengan perbankan, laku pandai, business matching, pelatihan,
pendampingan bisnis
 126 BUMDes dengan market place, toko online, pelatihan, pendampingan bisnis.
4) Transformasi 5.301 UPK-PNPM menjadi Lembaga Keuangan Mikro (terdaftar di
OJK) di bawah BUMDesma dengan asset berupa dana bergulir Rp. 12,1 triliun, asset
lain Rp. 594 miliar, di 5.328 kecamatan (404 kab/kota, 33 provinsi).
2. Kemudahan dalam pendirian Perseroan Terbatas (PT) untuk BUMDes dan UMK di
desa, yaitu (Pasal 109):
a. Pendirian Perseroan Terbatas (PT) perorangan dapat dilakukan oleh BUMDes dan
UMK;
b. Perseroan Terbatas (PT) untuk UMK diberikan keringan untuk biaya pendirian badan
hukum.
3. Kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan bagi Koperasi dan UMKM
a. Kemudahan pendirian koperasi primer cukup beranggotakan 9 (sembilan) orang, dan
dapat menjalankan prinsip usaha syariah (Pasal 86)
b. Pendirian UMKM cukup melalui pendaftaran, bukan lagi perizinan (Pasal 91)
c. UMKM mendapatkan insentif berupa tidak dikenakan biaya atau diberikan keriinganan
biaya pendaftaran usaha (Pasal 92);
d. Sertifikasi halal bagi UMK digratiskan (Pasal 48).

KESIMPULAN
UU Cipta Kerja Menguntungkan Warga Desa, kareana (1) memberikan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan BUMDes, Koperasi, serta Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk menjalankan usaha, (2) memberikan kemudahan berinvestasi ke desa, dan
(3) berdampak kepada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pertumbuhan ekonomi desa
sehingga diharapkan dapat menghambat laju urbanisasi
Oleh karena itu, sebagai wujud rasa syukur atas lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja
yang sudah jelas menguntungkan warga desa, maka wajib kiranya bagi kita untuk
menyebarluaskan informasi ini kepada seluruh warga masyarakat desa dan para pelaku usaha
agar dapat mengambil manfaatnya. ***

SUMBER BACAAN
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Undang-Undang Cipta Kerja (di sahkan tanggal 5 oktober 2020);
3. Surat Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor :
S.2745/BIJ.01/X/2020 tanggal 7 Oktober 2020 Hal Kemudahan Usaha di Desa;
4. Alternatif Bentuk Badan Hukum yang Tepat dalam Pendirian Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes), Amelia Sri
Kusuma Dewi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
5. Arti Omnibus Law dan Isi RUU Cipta Kerja Pemicu Demo Buruh-Aktivis,
https://tirto.id/f1uf.

= Semoga Bermanfaat =

(3) UU Cipta Kerja Merupakan Reinforcement


Legal Standing BUMDes sebagai Badan Hukum

Anda mungkin juga menyukai