Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA

FAKULTAS TEKNIK
U N I V E R S I T A S PA S U N D A N

KANTOR KECAMATAN WALED


KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memverifikasi kondisi eksisting di


Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon Bagian Timur terdiri dari 18 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Waled, Kecamatan Pasaleman, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Pabuaran,
Kecamatan Losari, Kecamatan Pabedilan, Kecamatan Babakan, Kecamatan Gebang,
Kecamatan Karangsembung, Kecamatan Lemahabang, Kecamatan Karangwareng,
Kecamatan Susukan Lebak, Kecamatan Sedong, Kecamatan Astanajapura, Kecamatan
Pengenan, Kecamatan Mundu, Kecamatan Beber, dan Kecamatan Greged. Mohon
dengan hormat dan ketersediaan bapak/ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang
telah disediakan.
Tanggal : ……………………………………………………………………

Surveyor : ……………………………………………………………………

Lokasi : ……………………………………………………………………

Identitas Pribadi

Nama : Yudi Permadi, ST., SH

Usia : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Jabatan : Kepala Seksi Ekonomi, Pembangunan dan Sosial

Instansi/Bidang : Kantor Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon

Pendidikan Terakhir : Strata 1 (S-1)

Pertanyaan kepada Camat atau yang mewakilinya

1. Menurut Bapak/Ibu Potensi dan Masalah terkait aspek sosial dan kependudukan di
Kecamatan Waled yang dalam mengembangkan Kecamatan Waled apa saja? Apa
yang menjadi potensi dan masalah utama yang ada di Kecamatan tersebut?
Jawaban:
A. Potensi di Kecamatan Waled
1) Potensi Ekonomi
a. Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan UMKM
(1) Produksi Pindang dan Produk Olahan (Desa Mekarsari dan Gunungsari)
(2) Produksi Sirup Daun Sirih (Desa Waleddesa)
(3) Pabrik Tahu (Desa Cibogo)
(4) Produksi Pareredan dan Opak Angin (Desa Ambit dan Ciuyah)
(5) Kerajinan Kain Tenun Tradisional (Desa Ciuyah)
(6) Kerajinan Tangan Seni Buroq dan Wayang Golek (Desa Cibogo dan Ciuyah)
(7) Produksi bata merah (Desa Karangsari, dan Cikulak)
Seiring berkembangnya kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah/industri
rumah tangga dan kerajinan tangan di Kecamatan Waled, maka perlu dilakukan
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai upaya yang
dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan
usahahanya melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan serta daya saing
UMKM di Kecamatan Waled.
b. Sektor Pertanian dan Peternakan
(1) Kawasan Peruntukan Hortikultura; Saat ini tercatat peruntukan seluas
Tanaman Hortikultura seluas + 250 ha se-Kecamatan Waled.
> Produksi Bawang Sumenep dan Produk Olahan (Desa Ambit dan Ciuyah).
(2) Kawasan Peruntukan Perkebunan; Saat ini tercatat peruntukan Tanaman
Perkebunan seluas + 175 ha se-Kecamatan Waled.
(3) Kawasan Peruntukan Pertanian; Kecamatan Waled memiliki sumber daya
alam berupa hamparan areal pertanian yang tersebar di 12 (dua belas) desa
dengan total luas + 1.200 ha dan telah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian
pangan Berkelanjutan (LP2B), Dengan produk unggulan berupa Produksi
Padi Organik (Desa Cikulak, Cikulakkidul, dan Waleddesa).
(3) Kawasan Peruntukan Peternakan; Sudah direncanakan untuk Kawasan
Peruntukan Peternakan untuk Terank Hewan Besar/Kecil, dan Ternak
Unggas.
> Peternakan Hewan Besar (Sapi dan Kerbau) Desa Karangsari, Ambit,
Waled Asem, Ciuyah, dan Cibogo;
> Peternakan Hewan Kecil (Domba) di Desa Waleddesa, Karangsari dan
Cibogo.
> Ternak Unggas (Ayam Pedaging) di Desa Cisaat dan Gunungsari
(4) Budidaya Ikan Nila dan Lele (Desa Waledkota, dan Waleddesa)
Untuk lebih jelasnya, Potensi Pertanian dapat dilihat dalam Materi
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KECAMATAN
WALED (Berdasarkan RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda
No. 7 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038).
c. Sektor Kehutanan
(1) Kecamatan Waled telah ditetapkan sebagai Kawasan Peruntukan Hutan
Produksi; Kawasan peruntukan hutan produksi ini dikelola oleh Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Kuningan yang ada Desa Ciuyah dan sudah
diserahkan pengelolaannya kepada Pemdes Ciuyah seluas 20 Ha melalui
skema kerjasama desa.
(2) Kawasan Hutan Rakyat; terdapat di Desa Waled Asem dan Ambit.

2) Potensi Wisata
a. Potensi Wisata Religi
(1) Sumur Cikamalayan (Desa Waledkota)
(2) Makam Panjang (Desa Waledkota)
(3) Makam Buyut Derpawangsa (Desa Cibogo)
(4) Buyut Syura Desa Ambit)
(5) Buyut Sanglo (Desa Ciuyah)
(6) Pohon Lamaran (Desa Cisaat)
(7) Makam Etnis Tionghoa (Desa Waled Asem).
Adanya potensi pariwisata alam di Desa Waled Asem yaitu Kawasan Wisata
Maneungteung (KWM) yang saat ini dikelola oleh BUMDes dengan melibatkan
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Waled Asem. Pokdarwis ini
merupakan kelompok swadaya masyarakat yang memiliki kepengurusan dan
merupakan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang tetapkan denga
keputusan Kuwu. Sejak tahun 2020 kawasan tersebut sudah diusulkan kedalam
draf RIPPARDA Kabupaten Cirebon dengan menetapkan Kecamatan Waled
sebagai Kawasan Destinasi Wisata Alam Terpadu.
Kawasan Wisata Maneungteung (KWM) perlu didukung dengan penataan kios-
kios suvenir (shelter), Pusat Informasi Pariwisata, penyediaan lokasi parkir dan
pasar cinderamata yang mendukung obyek wisata sehingga akan menjadikan
Kawasan Wisata Maneungteung menjadi semakin menarik untuk dikunjungi.
(Untuk lebih jelasnya potensi pariwisata di Kecamatan Waled dapat dilihat
dalam Simposium ”SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DI KECAMATAN WALED
DENGAN ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN
CIREBON TAHUN 2021”).
b. Potensi Wisata Sejarah
(1) Tugu Proklamasi (Desa Waledkota)
(2) Monumen Perjuangan Maneungteung (Desa Waled Asem)
c. Potensi Wisata Alam
(1) Rintisan Kawasan Wisata Maneungteung/Ajimut (Desa Waled Asem)
B. Permasalahan di Kecamatan Waled
1) Kemiskinan
Kabupaten Cirebon tercatat masuk ke dalam lima besar daerah dengan jumlah
penduduk miskin terbanyak di Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), Kabupaten Cirebon berada dalam urutan kedua daerah dengan penduduk
miskin terbanyak di bawah Kabupaten Garut. Sementara, urutan selanjutnya ada
Kabupaten Bandung, Cianjur, dan Indramayu. Data BPS menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cirebon per Agustus 2023 sebanyak
266.110 atau 12,01 persen. Sementara, jumlah warga di daerah tersebut menembus
angka 2.315.417 jiwa. (Dikutip dari artikel Bisnis.com dengan judul "Kabupaten
Cirebon Masuk 5 Besar Daerah Termiskin").

Oleh karenanya, kemiskinan merupakan permasalahan daerah yang mendesak dan


memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu
dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar
warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan
berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat.

Dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan Langkah


konkrit, terpadu, dan terarah serta koordinasi lintas pelaku dalam penyiapan
perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Penanggulangan Kemiskinan merupakan kebijakan dan program pemerintah dan
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. (untuk lebih jelasnya,
permasalahan kemiskinan di Kecamatan Waled dapat dilihat dalam LAPORAN
TIM PENANGGULANGAN KEMISIKINAN KECAMATAN WALED
KABUPATEN CIREBON TAHUN 2022).

2) Banjir
Banjir di Kecamatan Waled merupakan banjir tahunan yang disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor alam maupun non alam. Intensitas curah hujan yang
cukup tinggi dipenghujung tahun 2020 menyebabkan Sungai Ciberes tidak dapat
menampung air sehingga meluap dan masuk ke pemukiman warga. Selain itu,
pendangkalan Sungai Ciberes juga merupakan salah satu faktor penyebab terjangan
banjir di sejumlah desa yang dilaluinya. Hulu Sungai Ciberes berada di Kabupaten
Kuningan yang melewati 22 desa dari empat kecamatan di Kabupaten Cirebon, dan
secara administratif pengelolaannya merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, sehingga penanganannya diperlukan
koordinasi antara pemerintah daerah dan provinsi dalam pengendalian Daerah
Aliran Sungai (DAS).

Banjir yang melanda pemukiman penduduk di 4 (empat) desa, yaitu: ciuyah, ambit,
mekarsari, dan gunungsari sangat memprihatinkan dan menyebabkan mobilitas
manusia, barang dan jasa menjadi terhambat, sehingga aktivitas perekonomian
terganggu yang berdampak kepada kerugian material yang tidak sedikit. Dengan
kejadian tersebut, tentunya kita tidak bisa menyalahkan pihak tertentu, dan bukan
waktunya untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi yang harus
kita cari adalah solusi untuk mengatasi kejadian tersebut. Masing-masing pihak bisa
mengambil peran sesuai kapasitas dan profesi masingmasing, termasuk masyarakat
desa untuk turut serta dalam menangani bencana banjir yang berdampak
kemanusiaan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Waled selain berkoordinasi
dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, juga
melakukan fasilitasi dan pembinaan kepada Pemerintah Desa dengan mendorong
para Kuwu (khususnya di empat desa) untuk melakukan kerja sama antar desa
dengan membentuk Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) sebagaimana
diamanahkan dalam Permendagri No. 96 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama
Desa di Bidang Pemerintahan Desa. Selain itu, pihak kecamatan memfasilitasi
dalam hal penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), khususnya
bidang pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dengan
memprioritaskan pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD) yang diarahkan
untuk mendukung sistem pengendalian banjir sesuai dengan kewenangan desa..

Selain upaya-upaya tersebut di atas, pihak kecamatan juga melakukan sinkronisasi


arah dan kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon, khususnya perencanaan
pembangunan yang berkaitan dengan penanganan permasalahan banjir, baik
terhadap Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kab. Cirebon Tahun 2019-2024, maupun Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun
2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Cirebon Tahun 2018-
2038. (Untuk lebih jelasnya, permasalahan banjir di Kecamatan Waled dapat dilihat
dalam artikel “SINERGITAS PERWUJUDAN SISTEM PENGENDALI BANJIR
DI KECAMATAN WALED KABUPATEN CIREBON”).
2. Bagimana alur, sinkronisasi dan koordinasi antara Lembaga daerah dengan
Lembaga pusat/kabupaten?
Jawaban:
Untuk lebih jelasnya, alur, sinkronisasi dan koordinasi antara lembaga daerah dengan
lembaga pusat/kabupaten dalam mendukung Pengembangan Potensi Kecamatan dapat
dilihat dalam artikel (1) KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
KECAMATAN WALED (Berdasarkan RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda
No. 7 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038), dan (2)
SINERGITAS PERWUJUDAN SISTEM PENGENDALI BANJIR DI KECAMATAN
WALED KABUPATEN CIREBON).
a) Apakah ada kendala dalam koordinasi tersebut?
Jawaban:
---- Ya, ada ----
b) Jika ada kendala maka jelaskan kendala tersebut?
Jawaban:
Persoalan yang hingga hari ini dihadapi petani dalam penguatan sektor pertanian dan
agribisnis di Kecamatan Waled, diantaranya:
(1) Persoalan pengairan; Kondisi eksisting jaringan irigasi teknis yang ada di
Kecamatan Waled mengalami mengalami pendangkalan dan kerusakan bangunan.
Selain itu juga terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir menggenangi
areal pertanian terutama pada saat musim penghujan tiba. Hal ini disebabkan
karena menurunnya fungsi manajamen tatakelola sumberdaya air.
(2) Rendahnya kualitas, mentalitas dan keterampilan sumberdaya petani, selain itu
kurangnya regenerasi petani sehingga mengancam sektor pertanian khususnya
dalam bidang ketenagakerjaan.
(3) Sistem alih teknologi masih lemah dan kurang tepat sasaran.
(4) Adanya keterbatasan akses terhadap layanan usaha terutama permodalan, selain
itu juga kelembagaan petani dan posisi tawar petani pun masih terbilang rendah
serta lemahnya koordinasi antar lembaga terkait dan birokrasi.
(5) Petani masih dihadapkan pada persoalan rantai tataniaga yang panjang dan sistem
pemasaran yang belum adil. Selain itu juga terdapat pesaing dari luar dan
perusahaan besar yang berorientasi pasar lokal.
(6) Lemahnya pengawasan distrbusi sarana dan prasarana produksi pertanian
perikanan, perkebunan, kehutanan dan petemakan.
(7) Belum terjaminnya aksesibilitas pelaku usaha, pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan dan peternakan melalui penguatan kemitraan serta jaringan pasar.
(8) Berkurangnya lahan pertanian produktif akibat adanya alih fungsi lahan.
(9) Serangan hama dan penyakit pada lahan pertanian.
(10) Infrastruktur dan sarana produksi alat pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan dan peternakan yang belum memadai.
(11) Kebijakan makro ekonomi yang belum berpihak kepada petani.
3. Dalam pengembangan suatu wilayah terkhusus pengembangan wilayah kecamatan
terkait, apakah terdapat kerjasama yang dilakukan antar pemerintah, swasta, dan
masyarakat?
Jawaban:
---- Ya, ada ----
a) Apakah ada Lembaga swasta yang membantu dalam pengembangan kawasan
tersebut? Jika ada, bentuk kerjasama seperti apa yang dilakukan dan bagaimana
pola kerjasama tersebut?
Jawaban:
---- TIDAK ADA ----
b) Peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan kawasan
tersebut seperti apa?
Jawaban:
Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon dalam pengembangan kawasan
pertanian merupakan komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon. Hal ini dapat
diketahui dari Arah dan Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagaimana tercantum
dalam RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024 dan Perda Nomor 7 Tahun 2018
tentang RTRW diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten, jujur, partisipatif,
penuh tanggung jawab dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Dokumen
tersebut menjadi dasar bagi Perangkat Daerah (PD) dalam rangka menyusun Rencana
Strategis (Renstra-PD) dan selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan kaidah-kaidah pelaksanaan
sebagai berikut :

1. Pemerintah Kabupaten Cirebon, beserta masyarakat termasuk dunia usaha


berkewajiban dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program yang
dimuat dalam RPJMD Tahun 2019-2024 dengan sebaik-baiknya pada tahun 2019-
2024 serta masa transisi tahun 2025;
2. Seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon
berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat tujuan, strategi,
kebijakan, serta program pokok pembangunan dilengkapi dengan target kinerjanya
sesuai dengan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dengan berpedoman pada
dokumen RPJMD Tahun 2019-2024;
3. Pemerintah Kabupaten Cirebon akan selalu menjaga konsistensi antara RPJMD
Kabupaten Cirebon tahun 2019-2024 dengan Rencana Pembangunan Jangka
Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN);
4. Seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon wajib
menjamin konsistensi antara dokumen RPJMD Tahun 2019-2024, dengan Rencana
Strategis Perangkat Daerah dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Kabupaten Cirebon dengan Rencana Kerja Perangkat Daerah;
5. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Tahun 2019-2024, Badan
Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Bappelitbangda) Kabupaten Cirebon wajib melakukan penyelarasan antara
penjabaran RPJMD Tahun 2019-2024 ke dalam Rencana Strategis Perangkat
Daerah, dan melakukan harmonisasi program dengan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) serta melakukan monitoring, pengendalian dan
evaluasi capaian kinerja untuk mengukur pencapaian target atau rencana kinerja
yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Tahun 2019-2024;
6. Bagi program prioritas Pemerintah Daerah yang mempunyai hubungan dengan
prioritas Pemerintah Provinsi maupun prioritas nasional, dimana terdapat
kemungkinan bahwa Pemerintah Daerah tidak mampu mengalokasikan anggaran
terhadap program tersebut, maka dalam hal pembiayaannya dapat dilakukan
melalui berbagai macam skema, antara lain melalui pembiayaan dari APBD
Provinsi atau APBN, skema kerjasama dengan Badan Usaha (Public Private
Partnership), Corporate Social Responbility (CSR), Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL), maupun Kerjasama Kemitraan dengan Lembaga Non
Pemerintah, baik dalam negeri maupun lembaga-lembaga internasional dengan
memperhatikan peraturan perundang-undanganan yang berlaku.

MITIGASI BENCANA ALAM DI KECAMATAN WALED


4. Apa bencana yang sering terjadi di Kecamatan ini?
Jawaban:
---- BENCANA BANJIR ----
5. Apa saja pemanfaatan ruang di Kecamatan ini?
Jawaban:
Dalam Struktur Ruang Kabupaten Cirebon, Kecamatan Waled telah ditetapkan sebagai
Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Alam Banjir sebagaimana tercantum dalam Pasal 25
ayat (2) huruf e Perda 7/2018 ttg RTRW Kab. Cirebon. Jalur dan ruang evakuasi bencana
alam banjir tersebut meliputi: a. titik atau pos evakuasi skala lingkungan di kawasan
perumahan dapat memanfaatkan taman lingkungan, lapangan olahraga, atau ruang terbuka
publik; b. penetapan jalur evakuasi apabila terjadi bencana alam dengan mengoptimalkan
jaringan jalan yang ada; dan c. ruang evakuasi dengan memanfaatkan ruang terbuka publik
yang cukup besar meliputi Gedung Olah Raga (GOR), Balai Desa, dan/atau gedung
pelayanan umum lainnya.
Sedangkan dalam Pola Ruang Kabupaten Cirebon, Kecamatan Waled telah ditetapkan
sebagai:
1. Kawasan Perlindungan Setempat, yaitu Kawasan Sekitar Mata Air sebagaimana
tercantum dalam Pasal 30 ayat (5) angka 7 Perda 7/2018 ttg RTRW Kab. Cirebon.
2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 31
ayat (3) angka 30 Perda 7/2018 ttg RTRW Kab. Cirebon.
3. Kawasan Rawan Banjir yang meliputi Desa Ciuyah, Desa Ambit, Desa Gunungsari, dan
Desa Mekarsari Kecamatan Waled sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 ayat (4)
angka 7 Perda 7/2018 ttg RTRW Kab. Cirebon.

6. Bagaimana mitigasi bencana yang dilakukan di Kecamatan ini?


Jawaban:
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Waled selain berkoordinasi dengan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, juga melakukan
fasilitasi dan pembinaan kepada Pemerintah Desa dengan mendorong para Kuwu
(khususnya di empat desa) untuk melakukan kerja sama antar desa dengan membentuk
Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) sebagaimana diamanahkan dalam Permendagri
No. 96 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa.
Selain itu, pihak kecamatan memfasilitasi dalam hal penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes), khususnya bidang pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa dengan memprioritaskan pelaksanaan Padat Karya Tunai
Desa (PKTD) yang diarahkan untuk mendukung sistem pengendalian banjir sesuai dengan
kewenangan desa.
Selain upaya-upaya tersebut di atas, pihak kecamatan juga melakukan sinkronisasi arah
dan kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon, khususnya perencanaan pembangunan
yang berkaitan dengan penanganan permasalahan banjir, baik terhadap Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Cirebon Tahun 2019-2024,
maupun Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kab. Cirebon Tahun 2018-2038.
7. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap mitigasi bencana di Kecamatan ini?
Jawaban:
Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Keterlibatan masyarakat yang dimaksud adalah
keikutsertaan masyarakat dalam membuat suatu perencanaan dan ikutsertaan dalam
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan yang diperlukan dalam mitigasi bencana
banjir
Bentuk partisipasi masyarakat desa rawan bencana banjir (Desa Ciuyah, Ambit, Mekarsari,
dan Gunungsari) antara lain: (1) Membentuk komunitas Taruna Siaga Bencana
(TAGANA). Tagana ini merupakan relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial yang
berasal dari masyarakat dan memiliki kepedulian serta aktif dalam penanggulangan
bencana bidang perlindungan sosial, (2) Pengenalan Alat Deteksi atau Sistem Peringatan
Dini (Early Warning System), dan mengadakan pelatihan evakuasi bencana banjir, dimana
semua kegiatan tersebut didanai dari APBD Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan
Pemerintah Desa dan warga masyarakat setempat.
8. Apa saja dampak yang terjadi dari bencana terhadap lingkungan dan Masyarakat di
Kecamatan ini?
Jawaban:
Banjir yang melanda pemukiman penduduk di empat desa, yaitu: Desa Ciuyah, Ambit,
Mekarsari, dan Gunungsari sangat memprihatinkan dan menyebabkan mobilitas manusia,
barang dan jasa menjadi terhambat, sehingga aktivitas perekonomian terganggu yang
berdampak kepada kerugian material yang tidak sedikit.
Dengan kejadian tersebut, tentunya kita tidak bisa menyalahkan pihak tertentu, dan bukan
waktunya untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi yang harus kita cari
adalah solusi untuk mengatasi kejadian tersebut. Masing-masing pihak bisa mengambil
peran sesuai kapasitas dan profesi masing-masing, termasuk masyarakat desa untuk turut
serta dalam menangani bencana banjir yang berdampak kemanusiaan.
9. Bagaimana adaptasi masyarakat terhadap bencana yang terjadi di Kecamatan ini?
Jawaban:
Adaptasi merupakan bentuk penyesuaian diri yang digunakan dalam merespons perubahan
sosial dan lingkungan. Proses adaptasi dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama,
untuk menerima perubahan baru yang terjadi di masyarakat. Kemampuan adaptasi ini dapat
dipengaruhi oleh adanya ancaman bencana juga ketersediaan sumber daya lokal. Adaptasi
bencana perlu dilakukan untuk meningkatkan rasa kewaspadaan bila tinggal di daerah
rawan bencana yang membahayakan kehidupan.
Berikut adalah beberapa bentuk adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir yang terjadi
di Kecamatan Waled, antara lain:
1) Adaptasi aktif; Optimalisasi sumber daya manusia dalam menghadapi dinamika
lingkungan. Contohnya warga menjadi tukang ojek perahu, membangun rumah dua
lantai, meninggikan pondasi rumah, dan sebagainya.
2) Adaptasi pasif; Strategi mengubah diri yang sesuai dengan keadaan lingkungan.
Contohnya, mengetahui perkiraan bulan hujan (Desember-Februari) yang berpotensi
banjir agar lebih bersiap.
3) Adaptasi sosial; Mewujudkan gotong royong dan meningkatkan rasa solidaritas
antarwarga.
4) Adaptasi ekonomi; Adanya bantuan gratis dari lembaga sosial, seperti bantuan
makanan, pakaian, dan sebagainya. Masyarakat dapat menempatkan barang penting di
tempat tinggi supaya tidak tergenang air.
5) Adaptasi budaya; Masyarakat mengadakan pengajian bersama (Waled Bersholawat,
setiap bulan November), atau sedekah bumi sebagai bentuk kepercayaan adat yang
masih hidup dan berkembang di masyarakat.

PENGGUNAAN LAHAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN DI KECAMATAN WALED


10. Apa terdapat isu masalah terkait penggunaan lahan dan alih fungsi lahan di
Kecamatan ini?
Jawaban:
--- Ya, ada ---
11. Apa saja dampak yang terjadi akibat masalah penggunaan lahan dan alih fungsi
lahan di Kecamatan ini?
Jawaban:
Alih fungsi lahan atau disebut juga sebagai konversi lahan merupakan perubahan sebagian
atau seluruh fungsi lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain dan memengaruhi
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dapat menimbulkan dampak
positif maupun negatif bagi kehidupan sosial warga masyarakat sekitar, yaitu:
1) Dampak positif yang dirasakan adalah munculnya kawasan pemukiman baru untuk
memenuhi kebutuhan perumahan, peningkatan kegiatan perdagangan serta adanya
tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi dan pajak, dan
2) Dampak negatif alihfungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Waled adalah beralihnya
fungsi lahan pertanian menjadi permukiman. Hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya lahan pertanian, sedangkan kawasan pemukimam menjadi padat.
Dengan berkurangnya lahan pertanian maka hasil produktivitas pertanian menjadi
menurun, sehingga lapangan kerja pada sektor pertanian semakin berkurang. Selain
itu, alih fungsi lahan juga berdampak terhadap area resapan air yang bisa menyebabkan
terjadi banjir dan kekeringan.

12. Apa saja upaya untuk mengurangi permasalahan penggunaan lahan di Kecamatan
ini?
Jawaban:
Salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan penggunaan lahan di Kecamatan Waled
adalah melalui program konservasi lahan dengan mengimplementasikan praktik-praktik
pengendalian erosi tanah, seperti terasering, penanaman tumbuhan penutup tanah, dan
pengelolaan air yang baik. Selain itu, program rehabilitasi lahan pertanian juga dapat
dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan petani dan masyarakat
setempat.
Solusi yang efektif dalam mengatasi permasalahan tanah di Kecamatan Waled meliputi:
(1) Penataan dan penyelesaian konflik kepemilikan tanah, (2) pengelolaan lahan yang
berkelanjutan (LP2B), serta (3) konservasi dan rehabilitasi tanah. Solusi-solusi ini
melibatkan pemetaan dan penilaian potensi lahan, pengembangan lahan terintegrasi,
pengendalian erosi tanah, restorasi dan reklamasi lahan, serta pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan tanah.
Dengan menerapkan solusi yang efektif ini, maka perencanaan pembangunan daerah dapat
mengoptimalkan potensi tanah sebagai sumber daya alam yang berharga, menjaga
keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

HUBUNGAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DI KECAMATAN WALED


13. Apakah terdapat kegiatan yang dapat mempererat hubungan sosial masyarakat?
Berikan contohnya!
Jawaban:
---- Ya, ada ---
Salah satu contoh kegiatan yang dapat mempererat hubungan sosial masyarakat adalah
dengan cara melakukan penguatan kapasitas kelembagaan yang ada di lingkup Kecamatan
Waled, yaitu dengan membentuk Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dengan
tujuan bahwa potensi konflik sosial di masyarakat dapat diantisipasi lebih cepat, sehingga
tidak sampai menimbulkan konflik yang lebih parah. Dalam sistem kewaspadaan dini,
kemampuan aparat dalam mendeteksi dan menganalisa potensi konflik menjadi
kemampuan yang sangat penting.
14. Apakah pernah terjadi konflik sosial yang merugikan masyarakat sekitar? Berikan
contohnya!
Jawaban:
---- Ya, ada ---
Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh
dalam kehidupan. Konflik sosial dapat terjadi ketika antarindividu atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda dan saling bertentangan. Sebagai contoh:
1. Tawuran antar sesama pelajar sekolah
2. Konflik antar pendukung sepakbola
3. Konflik antar desa
15. Bagaimana norma-norma yang masih dipegang oleh masyarakat tersebut dan
apakah kegiatan tersebut mempengaruhi norma agama yang ada di daerah tersebut?
Jawaban:
a. Norma adalah aturan atau pedoman bagi masyarakat untuk berperilaku dan bertindak
dalam lingkungannya. Ada empat macam norma yang berlaku di masyarakat Kecamatan
Waled, yakni: norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum.
b. Semua norma yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Waled tidak ada yang saling
bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Karena masyarakat Kecamatan Waled
memiliki pakem: “Ajining bangsa dening budaya, ajining budaya dening agama”.

16. Apakah terdapat organisasi masyarakat yang berkembang di kecamatan tersebut?


Organisasi tersebut bergerak dalam bidang apa dan tujuannya apa?
Jawaban:
Tabel 1. Daftar Organisasi Kemasyarakatan di Kecamatan Waled

NO. NAMA ORMAS ALAMAT BIDANG


1 Majelis Wakil Cabang Jl. Karang Sari Waled Cibogo, Keagamaan
Nahdlatul Ulama (MWC Mekarsari, Kec. Waled, Kabupaten
NU) Cirebon, Jawa Barat 45187,
Indonesia
2 Ranting Fatayat NU Jl. Karang Sari Waled Cibogo, Keagamaan
Mekarsari, Kec. Waled, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat 45187,
Indonesia
3 Pengurus Cabang Dusun Empat, Desa Cikulak, Kec. Keagamaan
Lembaga Dakwah Islam Waled, Kabupaten Cirebon, Jawa
Indonesia (PC LDII) Barat 45187, Indonesia
4 DPW. Lembaga JL Raya Waled Desa Dusun Kliwon Adat/Budaya
Pemantau RT/RW 007/004, Desa Waleddesa
Penyelenggara Trias Kecamatan Waled Kab. Cirebon /0
Politika (LP2TRI) Kab. /LP2TRI@SIORMAS.COM
Cirebon (LP2TRI);
5 Himpunan Ahli Rias Jl. KH. Zaenal Arifin No. 83 Rt. Adat/Budaya
Pengantin (HARPRI 001/001 Desa Cikulak Kecamatan
MELATI) Cabang Waled Kab. Cirebon 45187 /0
Kabupaten Cirebon /HARPRIMELATI@SIORMAS.C
OM
6 Moonraker Sport Dusun Siliwangi RT/RW 001/004 Olahraga
Indonesia DPC Kab. Desa, Waledkota Kecamatan Waled
Cirebon (M2R) Kab. Cirebon /082255444324
/idhamedhar@gmail.com
Sumber data: Aplikasi Pendataan Ormas Kabupaten Cirebon Tahun 2023
(https://siormas.cirebonkab.go.id/data-ormas).
17. Apakah sudah terdapat program pemberdayaan masyarakat yang ditanamkan pada
kecamatan ini? Jika ada, jelaskan mengenai program pemberdayaan tersebut!
Jawaban:
Program Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja dan menjaga keberlangsungan organisasi kemasyarakatan dengan menciptakan
kondisi yang memungkinkan organisasi kemasyarakatan dapat tumbuh berkembang secara
sehat, mandiri, akuntabel, dan profesional. Program Pemberdayaan Organisasi
Kemasyarakatan telah diatur dalam Peraturan Bupati Cirebon Nomor 80 Tahun 2021
tentang Pemberdayaan dan Pengawasan Organisasi Kemasyarakatan.

Pemberdayaan Ormas di tingkat kecamatan dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan


menjaga keberlangsungan hidup Ormas dengan prinsip penghormatan dan pertimbangan
aspek sejarah, rekam jejak, peran, dan integritas Ormas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pemberdayaan Ormas di Kecamatan Waled dilakukan melalui:


a. Fasilitasi kebijakan; berupa peraturan perundang-undangan yang mendukung
pemberdayaan Ormas.
b. Penguatan kapasitas kelembagaan di Kecamatan Waled dilakukan melalui Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dengan tujuan untuk mengetahui informasi
terhadap permasalahan yang berpotensi terjadinya konflik sosial, sehingga tidak
menimbulkan konflik yang lebih parah. Dalam sistem kewaspadaan dini, kemampuan
aparat dalam mendeteksi dan menganalisa potensi konflik menjadi kemampuan yang
sangat penting. Kewaspadaan Dini adalah serangkaian upaya/tindakan untuk menangkal
segala potensi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dengan meningkatkan
pendeteksian dan pencegahan dini.
Upaya lain yang telah dilakukan dalam upaya penguatan kapasitas kelembagaan di
Kecamatan waled antara lain: (1) penguatan manajemen organisasi, (2) penyediaan data
dan informasi, (3) pengembangan kemitraan, (4) dukungan keahlian, program, dan
pendampingan, (5) penguatan kepemimpinan dan kaderisasi, (6) pemberian
penghargaan, dan (7) penelitian dan pengembangan.
c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, berupa: (1) pendidikan dan pelatihan, (2)
pemagangan, dan (3) kursus.
POTENSI BUDAYA DAN PARIWISATA DI KECAMATAN WALED
18. Kegiatan budaya lokal apakah yang sering dilakukan oleh warga? Apakah budaya
tersebut dilestarikan sampai sekarang?
Jawaban:
Jenis Adat/Budaya Lokal dan Kesenian Tradisonal yang masih hidup dan berkembang di
Kecamatan Waled antara lain:
1. Adat / Budaya (Perayaan Tahunan)
a. Festival Budaya Purwa Sanggarung
b. Upacara Adat Mapag Sri
c. Upacara Adat Babarit/Sedekah Bumi
d. Waled Bersholawat
2. Kesenian Tradisional
a. Seni Karawitan Wayang Golek
b. Seni Degung dan Jaipong
c. Seni Buroq

Event Budaya Tahunan di Kecamatan Waled yang masih dilestarikan adalah ”Pentas Seni
Mapag Sri” yang dilaksanakan di bulan Juni/Juli dengan tujuan untuk: a}. Aktualisasi
kreasi seni dan budaya lokal, dan b). Melestarikan budaya lokal. Adapun penerima manfaat
dari kegiatan ini adalah para Pelaku Seni Lokal yang tersebar di 12 (dua belas) desa se-
Kecamatan Waled.

19. Apakah terdapat arahan kebijakan dalam upaya melestarikan budaya tersebut?
Kebiasaan atau adat apa yang menjadi figur utama atau simbol kecamatan tersebut?
Dan yang menjadikannya simbol atau kebiasaan turun temurun?
Jawaban:
---- Ya, ada ----
ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH KAB. CIREBON TAHUN 2019-2024
1. VISI DAN MISI KABUPATEN CIREBON
VISI Kabupaten Cirebon, yaitu: Terwujudnya Kabupaten Cirebon yang Berbudaya,
Sejahtera, Agamis, Maju dan Aman (BERSAMA). Untuk mewujudkan masyarakat
Kabupaten Cirebon yang menjunjung tinggi dan melestarikan budaya, tradisi dan adat
istiadat, maka dirumuskan kedalam MISI, yaitu: “Kabupaten Cirebon Berbudaya”.
Untuk mencapai Misi tersebut, disusunlah Strategi dan Arah Kebijakan Pemerintah
Daerah Kab.Cirebon tercantum dalam RPJMD Kab. Cirebon tahun 2019-2024
khususnya dalam bidang BUDAYA yaitu :
Strategi 1: Optimalisasi, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan dan
keragaman budaya; Arah Kebijakan: Meningkatkan pengembangan dan
pelestarian kekayaan dan keragaman budaya lokal yang strategis untuk
direvitalisasi.
Strategi 2: Pengembangan fasilitasi aktifitas-aktifitas masyarakat yang berorientasi
pengembangan budaya. Arah Kebijakan: (1) Meningkatkan pelestarian Tata
Nilai Budaya, (2) Meningkatkan pelestarian Tata Nilai Budaya, (3)
mengembangan potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat, dan (4)
Internalisasi nilai-nilai budaya dalam dunia pendidikan.
Strategi 3: Penguatan institusi-institusi budaya yang berakar pada nilai-nilai lokal;
Arah Kebijakan: (1) Pendataan institusi budaya yang masih aktif dan yang
pernah ada, dan (2) Pembinaan, revitalisasi dan kerjasama institusi budaya
lokal
Strategi 4: Pengarusutamaan pengembangan budaya dalam perencanaan daerah dan
desa; Arah Kebijakan: (1) Mengoptimalkan pembentukan rintisan
desa/kampung budaya, dan (2) sinkronisasi dan sinergitas program
kabupaten dan desa di bidang kebudayaan
Strategi 5: Pengembangan sektor wisata berbasis budaya melalui Pengembangan
Promosi kegiatan wisata dengan memanfaatkan budaya lokal; Arah
Kebijakan: (1) mengembangan paket-paket wisata budaya dan kerjasama
dalam promosi wisata, dan (2) menyelenggaraan event-event budaya yang
dapat bermanfaat bagi pengembangan wisata
Strategi 6: Pengembangan SDM pelaku wisata budaya Arah Kebijakan: (1)
meningkatkan Tata kelola keragaman budaya dan kesenian, dan (2)
meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha wisata
budaya
Bidang kebudayaan ini merupakan Misi yang Pertama dan merupakan Prioritas Daerah
dengan TUJUAN: Utuk melestarikan dan menumbuhkembangkan budaya masyarakat,
dengan SASARAN: (1) Meningkatnya pelestarian dan pengembangan budaya
masyarakat, dan (2) Berkembangnya sektor wisata berbasis budaya, dll.
Saat ini, Kecamatan Waled sedang mengupayakan suatu event tahunan yang dapat
dijadikan sebagai ikon/simbol adat/budaya, yaitu: ”FESTIVAL PURWA
SANGGARUNG”. Festival ini memiliki akar budaya yang kuat, yaitu adanya cerita
rakyat tentang ”Sasakala Nonoman Sangkuriang” yang melegenda. Berikut ulasan
tentang sinopsisnya:
PASIR WALED
Pasir waled kajojo tibareto,..
Pasir waled geus katelah tibaheula,..
Wawatesan Cirebon jeung Kuningan,..
Sasakala nonoman Sangkuriang.
Lain Sangkuriang nu di Citarum,..
Tapi Sangkuriang nu di Cisanggarung,..
Pasir waled urut bendungan talaga,..
Talaga karempan Dayang Sumbi.
Pagunungan Jawa Tengah nembongan,..
Siga ngagupayan hayang dianjangan,..
Asa-asa kasasar lalampahan,..
Asa-asa dijero pangimpian.
Pagunungan rentul padataran ngaplak,..
Laut kaler ebreh, Cirebon geh tembong,..
Cilosari nganti Cisanggarung nyambung,..
Ngumpul di muara rek mulang.
***
#Ajimut_alias_Maneungteung_alias_Cadas_Gantung_alias_Purwa_Sanggarung.

20. Bagaimana partisipasi masyarakat secara keseluruhan terhadap kegiatan budaya


lokal yang ada di sini?
Jawaban:
Pemerintah Kabupaten Cirebon telah mengakomodir partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan, tak terkecuali kegiatan budaya lokal yang mendapatkan respon
positif dari berbagai lapisan masyarakat. Partisipasi masyarakat dilibatkan secara langsung
melalui mekanisme Musyawaran Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam rangka
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah daerah (RKPD), mulai dari tingkat desa
(Musrenbangdes), Musrenbangkec, dan Musrenbangkab.
Hal ini dapat terjadi pada empat proses, yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan
keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan, (3) partisipasi dalam pemanfaatan, dan
(4) partisipasi dalam evaluasi.

21. Apakah dalam mewujudkan kondisi budaya di kecamatan tersebut menjadikan daya
tarik wisata? Bila iya, kesenian, adat, kegiatan apa yang menjadikan daya tarik?
Jawaban:
---- BELUM -----

22. Sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung atau melestarikan kebudayaan
tersebut?
Jawaban:
Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tetap konsisten
menyelenggarakan event budaya sebagai prioritas daerah guna mendukung
”Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Sektor Pariwisata yang Berbasis Inovasi” sebagai
upaya “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Cirebon yang menjunjung tinggi dan
melestarikan budaya, tradisi dan adat istiadat masyarakat setempat” sebagai penjabaran
Visi (pertama) Bupati Cirebon Tahun 2019-2024.

Event Budaya Tahunan di Kecamatan Waled yang masih dilestarikan adalah ”Pentas Seni
Mapag Sri” yang dilaksanakan di bulan Juni/Juli dengan tujuan untuk: a}. Aktualisasi
kreasi seni dan budaya lokal, dan b). Melestarikan budaya lokal. Adapun penerima manfaat
dari kegiatan ini adalah para Pelaku Seni Lokal yang tersebar di 12 (dua belas) desa se-
Kecamatan Waled.

Kegiatan tersebut didanai dari dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Cirebon
melalui mekanisme penganggaran Pagu Indikatif Kewilayahan (PIK) yang diusulkan
melalui Musrenbang tingkat kecamatan.

23. Apakah terdapat rencana mengembangkan sektor budaya tersebut menjadi


pariwisata?
Jawaban:
---- Ya, ada ----
TELAAH ATAS TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
1) Perwujudan Kecamatan Waled sebagai Kawasan Cagar Budaya merupakan komitmen
pemerintah daerah dalam upaya “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Cirebon yang
menjunjung tinggi dan melestarikan budaya, tradisi dan adat istiadat masyarakat
setempat” sebagai penjabaran Visi (pertama) Bupati Cirebon Tahun 2019-2024.
2) Dengan segala potensi yang kita miliki, baik SDA maupun SDM yang tersebar di dua
belas desa serta didukung oleh kemampuan leadership skill serta manajerial skill yang
handal, maka Kecamatan Waled layak dijadikan sebagai Kawasan Cagar Budaya guna
menundukung Kawasan Destinasi Wisata yang dapat tumbuh dan berkembang di BUMI
SANGKURIANG yang diharapkan mampu menurunkan kemiskinan dan ketimpangan
distribusi pendapatan, serta dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan merata
(Pembangunan Ekonomi Inklusif) menuju Masyarakat Kecamatan Waled yang
sejahtera.
3) Pembangunan inklusif hanya bisa terwujud jika semua pihak berkontribusi untuk
menciptakan peluang yang setara tanpa membedakan kasta, berbagi manfaat
pembangunan dan memberikan ruang partisipasi seluas-luasnya dalam pengambilan
keputusan berdasarkan pada penghormatan atas nilai dan prinsip-prinsip hak asasi
manusia, partisipatif, non-diskriminatif dan akuntabel.

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI KECAMATAN WALED


24. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah di kecamatan ini?
Jawaban:
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah Data informasi tentang tingkat kepuasaan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas
pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan
publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya,
Indek Kepuasan Masyarakt (IKM) dapat dilihat pada lampiran.

25. Sebagaimana potensi Kabupaten Cirebon dalam sektor Agropolitan (perkebunan


dan pertanian), Industri, dan Permukiman Perkotaan, apakah masyarakat telah
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut? Jika iya, jelaskan partisipasi seperti apa
yang dilakukan oleh masyarakat? Dan dampak terhadap perilaku sosial dan
kebudayaan di Masyarakat Kabupaten Cirebon?
Jawaban:
.....Mohon maaf, bukan kapasitas pihak kecamatan untuk menjawab pertanyaan ini .....

26. Apakah ada pengaruh negatif dari kegaitan industri di Kabupaten Cirebon terhadap
daerah sekitar ini? Terutama karena banyaknya terjadi migrasi yang berkunjung ke
daerah ini karena mencari lapangan pekerjaan?
Jawaban:
.....Mohon maaf, bukan kapasitas pihak kecamatan untuk menjawab pertanyaan ini .....

27. Menurut Bapak/Ibu Potensi dan Masalah terkait aspek sosial dan kependudukan di
Kabupaten Cirebon yang dalam mengembangkan Kabupaten Cirebon apa saja?
Jawaban:
.....Mohon maaf, bukan kapasitas pihak kecamatan untuk menjawab pertanyaan ini .....

POTENSI PEREKONOMIAN DI KECAMATAN WALED


28. Apa sektor perekonomian yang menjadi unggulan di kecamatan ini?
Jawaban:
1. Usaha Ekonomi Produktif
a. Produksi Pindang dan Produk Olahan (Desa Mekarsari dan Gunungsari)
b. Produksi Sirup Daun Sirih (Desa Waleddesa)
c. Pabrik Tahu (Desa Cibogo)
d. Produksi Pareredan dan Opak Angin (Desa Ambit dan Ciuyah)
e. Kerajinan Kain Tenun Tradisional (Desa Ciuyah)
f, Kerajinan Tangan Seni Buroq dan Wayang Golek (Desa Cibogo dan Ciuyah)
2. Sektor Pertanian dan Peternakan
a. Produksi Bawang Sumenep dan Produk Olahan (Desa Ambit dan Ciuyah)
b. Produksi Padi Organik (Desa Cikulak, Cikulakkidul, dan Waleddesa)
c. Peternakan Sapi (Desa Karangsari)
d. Peternakan Domba (Desa Waleddesa)
29. Apakah sektor perekonomian tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan
Masyarakat? Misalnya menaikan jumlah pendapatan dan membuka banyak
lapangan kerja?
Jawaban:
a. Sektor pertanian merupakan sumber perekonomian utama bagi masyarakat Kecamatan
Waled. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Waled memiliki sumber daya alam
berupa hamparan areal pertanian yang tersebar di 12 (dua belas ) Desa dengan total
luas + 1.200 Ha, tercatat sebagai areal pertanian terluas se-Wilayah Cirebon Timur dan
menduduki peringkat ke-8 se-Kabupaten Cirebon. Dimana, sektor pertanian
merupakan prioritas utama arah dan kebijakan pembangunan Kabupaten Cirebon
sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024.

Maka sangatlah tepat jika Kecamatan Waled ditetapkan sebagai Kawasan Peruntukan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila Kecamatan Waled dipandang sebagai salah
satu daerah penghasil padi di Kabupaten Cirebon yang mampu menggerakan roda
perokonomian masyarakat sekitar dan dapat mensejahterakan warganya. Ada beberapa
faktor yang dapat dijadikan sebagai dasar penetapan Sektor Pertanian di Kecamatan
Waled sebagai sumber perekonomian unggulan, antara lain:
1. Perkembangan produksi yang terus-menerus sepanjang tahun;
2. Memiliki nilai produksi yang mampu bersaing dengan hasil pertanian dari
kecamatan/daerah lain;
3. Menyerap tenaga kerja lebih banyak;
4. Adanya dukungan pasar yang terbuka luas;
6. Merupakan komoditas yang telah diusahakan oleh masyarakat setempat secara
turun temurun;
7. Adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon yang telah
menetapkan sektor pertanian sebagai prioritas utama dalam pembangunan daerah
(dapat dilihat dalam RPJMD Kab. Cirebon Tahun 2019-2024).
b. Sektor pertanian di Kecamatan Waled mempunyai peranan atau pengaruh yang
signifkan dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja sektor
pertanian ini tidak memerlukan kualifikasi keterampilan khusus dan level pendidikan
formal tertentu.

Selain itu, sektor pertanian di Kecamatan Waled memiliki peranan yang sangat penting
selain sebagai sumber pendapatan utama masyarakat pedesaan, juga merupakan salah
satu faktor pendorong dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah dan
perekonomian daerah.

30. Kemana biasanya sektor perekonomian tersebut di distribusikan? Apakah hanya di


daerah ini saja atau sampai ke luar kota?
Jawaban:
Mata rantai atau tata niaga perdagangan dalam saluran distribusi ini sangat beragam. Ada
kalanya seorang pelaku agribisnis pertanian yang langsung membawa hasil produksinya ke
pasar terdekat (Pasal Ciledug dan Pasar Pabuaran), tetapi tidak sedikit pula yang karena
keterbatasan sarana transportasi, arus informasi, dan komunikasi, hasil produksi agribisnis
pertanian harus dikumpulkan oleh pedagang pengepul dan di distribusikan ke Pasar Ciawi
Kab. Kuningan,dan Pasar Induk Caringin-Bandung, dsb.

LAIN-LAIN
31. Bagaimana Pengangkutan dan pengumpulan sampah di Kecamatan?
Jawaban:
 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan Sampah merupakan proses penanganan sampah dengan cara
mengumpulkan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat
penampungan sementara (TPS) sampah berbasis desa. Artinya setiap desa di
Kecamatan Waled telah memiliki TPS masing-masing yang dikelola oleh desa masing-
masing, dimana sistem pengelolaannya menggunakan pola swadaya dengan
melibatkan warga masyarakat setempat secara partisipatif.
 Pengangkutan Sampah
Dalam hal pengangkutan sampah dari masing-masing Pemerintah Desa melakukan
kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon sesuai dengan
kesepakan bersama. Pemerintah Desa mempunyai kewajiban untuk menyediakan TPS,
bak sampah (Amrol), dan membayar retribusi sesuai dengan jadwal pengangkutan
yang telah disepakati bersama.
Pengangkutan sampah ini merupakan kegiatan membawa sampah dari sumber
dan/atau dari Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) menuju tempat
pengolahan sampah terpadu atau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
menggunakan Truk Amrol, (kendaraan untuk mengangkut sampai dari bak sampah
yang berbentuk kontainer).
 Rute Pengangkutan Sampah
Pemilihan rute merupakan hal yang terpenting dalam sistem pengangkutan sampah.
Tujuan dari rute pengangkutan sampah adalah untuk meminimumkan biaya
pengangkutan sampah, sehingga petugas dan sarana yang disediakan dapat digunakan
secara efektif
 Moda Pengangkutan Sampah
Kinerja moda pengangkutan sampah di Kecamatan Waled didasarkan atas Standar
Operasional Prosedur yang telah ditetapkan oleh DLH, dengan kriteria diantaranya
cepat, berkapasitas besar, mudah dalam pengoperasian, membutuhkan seminim
mungkin jumlah petugas, kompatibel dengan desain bak sampah dan jalan, dilengkapi
dengan smart teknologi dan sistem informasi, mudah dikenali oleh masyarakat, dan
rapi/bersih selama proses pengangkutan berlangsung.
 Jadwal Pengangkutan Sampah
Pada prinsipnya, sampah yang telah dikumpulkan di TPS tidak boleh lebih dari 24 jam.
Oleh karena itu, jadwal pengangkutan sampah yang baik adalah diangkut setiap hari,
walaupun pada kenyataannya pengangkutan sampah di Kecamatan Waled rata-rata
berlangsung 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan..
32. Apakah terdapat sarana olahraga? Jika ada berapa jumlah sarana tersebut dan
berjenis apa saja (misal: Lapangan volley, Lapangan basket, lapangan bola dll)
Jawaban:
---- Ya, ada ----
Berikut adalah jenis sarana olah raga yang ada di Kecamatan Waled:
1. Lapangan Voli; Ada 6 (enam) desa yang memiliki Lapangan Voli, yaitu: Desa Cikulak,
Cikulakkidul, Cibogo, Karangsari, Cisaat, dan Waled Asem.
2. Lapangan Bulu Tangkis; Ada 4 (empat) desa yang memiliki Bulu Tangkis, yaitu: Desa
Cikulak, Mekarsari, Cibogo, dan Ciuyah.
3. Lapangan Bola; Ada 7 (tujuh) desa yang memiliki Lapangan Sepak Bola, yaitu: Desa
Waledkota, Gunungsari, Cikulak, Cisaat, Karangsari, Ambit, dan Waleddesa.
4. Lapangan Lapangan Futsal; Ada 2 (dua) desa yang memiliki Lapangan Futsal, yaitu:
Desa Cikulak, dan Cikulakkidul.
5. Gedung Olah Raga; Ada 8 (delapan) desa yang memiliki GOR, yaitu: Desa Ciuyah,
Ambit, Waledkota, Cikulak, Cikulakkidul, Karangsari, Cibogo, dan Gunungsari.
33. Apakah prasarana listrik sudah terlayani? Berapa jumlah rumah tangga (kepala
keluarga) dan non rumah tangga (pabrik dll) yang sudah terlayani?
Jawaban:
---- Ya, sudah ----
a. Setiap desa di Kecamatan Waled (12 Desa, 49 Dusun, 77 RW, dan 262 RT) sudah
terpasang jaringan instalasi listrik yang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Cirebon yang beralamat di Jl. Tuparev,
No.71, Cirebon, Jawa Barat; (0231) 236560.
b. ...- Belum ada data ----
34. Apa kendala dalam penanganan permasalahan dan bagaimana solusi pihak
kecamatan dalam menangani hal tersebut?
Jawaban:
---- Kami tidak paham mengenai keterkaitan pertanyaan dimaksud, apakah pertanyaan no.
34 ini berkaitan dengan permasalahan prasarana listrik, atau permasalahan sarana olah
raga? ----
***

Anda mungkin juga menyukai