Anda di halaman 1dari 6

1.

APBN berdasarkan Dokumen RKP dan APBD disusun berdasarkan Dokumen


RKPD.
a. Penyusunan APBN
1) Proses penyusunan RAPBN berlangsung dari bulan januari sampai dengan bulan
juli tahun n-1.
2) RAPBN dimulai sejak dikeluarkannya SE Pagu Indikatif dan prioritas program
dari Dept Keuangan dan Bapenas. Penyusunan pagu indikatif dan program
prioritas didasarkan pada RKP pada tahun yang bersangkutan yang disampaikan
kepada masing-masing kementerian/Lembaga.
3) Berdasarkan pagu indikatif dan program prioritas K/L menyusun RKK/L yang
dibuat berdasarkan Renstra masing-masing K/L .
4) Bulan Mei-Agustus DPR dan Pemerintah membahas pokok-pokok kebijakan
fiskal dan RKP untuk kemudian disusun pagu sementara tahun anggaran yad.
5) Berdasarkan Pagu sementara dan program prioritas, K/L membuat Rencana Kerja
Anggaran RKA K/L, untuk selanjutnya dibahas bersama dengan Menteri
Keuangan dan Ketua Bapenas.
6) Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, selanjutnya semua RKA-K/L dihimpun
untuk dijadikan lampiran atas RUU APBN, untuk kemudian disampaikan kepada
presiden untuk dibacakan pada tgl 16 Agustus dalam sidang paripurna DPR.
7) Sebelum RUU APBN ditetapkan sebagai UU APBN, DPR melakukan
pembahasan RUU tersebut dengan mengacu kepada Arah Kebijakan Fiskal yang
telah ditetapkan, Prioritas program pembangunan dan plafon anggaran sementara
yang telah disepakati.
8) Dalam hal masih terdapat hal-hal yang masih perlu direvisi, maka rancangan UU
APBN dikembalikan kepada Presiden untuk diperbaiki dan dikembalikan kepada
DPR untuk persetujuan dan pengesahannya.
9) Dalam hal DPR menyetujui terhadap RUU APBN, maka RUU APBN tersebut
selanjutnya ditetapkan/disayahkan sebagai UU APBN.
10) Penetapan/pengesahan RUU APBN paling lambat ditetapkan 31 desember tahun
n-1.
11) Dalam hal presiden tidak melakukan revisi atas RUU APBN yang
direkomendasikan DPR, sampai batas waktu yang ditentukan Presiden
menggunakan pagu anggaran tahun sebelumnya.
Penyusunan APBD
1) Mekanisme penyusunan, pembahasan penetapan dan pengesahan RAPBD menjadi
Perda tentang APBD pada dasarnya tidak berbeda dengan dengan mekanisme
APBN.
2) Yang membedakan antara keduanya hanyalah lingkupnya, dimana APBN
berlingkup nasional, sementara APBD Provinsi berlingup regional dan APBD
Kabupaten/Kota berlingkup lokal. Disamping itu sebelum RAPBD
ditetapkan/disyahkan menjadi Perda APBD terlebih dahulu dievaluasi oleh
Pemerintah Pusat untuk APBD Provinsi dan oleh Gubernur untuk APBD
Kab/Kota.
3) Tahapan penyusunan Rancangan APBD
4) Baik penyusunan RAPBN maupun RAPBD dilakukan dengan pendekatan
(berbasis) kinerja. Oleh karena itu beberapa hal perlu diperhatikan :
a) indikator kinerja, yakni ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari setiap
program/kegiatan yang direncanakan.
b) target kinerja ,yakni ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dalam wujud
kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap
program/kegiatan.
c) Analisis standar belanja, yakni merupakan ukuran kewajaran atas beban kerja
dengan biaya yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu program/kegiatan.
d) Standar satuan harga, berkenaan dengan harga satuan unit barang/jasa yang
berlaku di suatu daerah.
e) Standar Pelayanan Minimal (SPM), berkenaan dengan tolok ukur kinerja
minimal atas suatu jenis dan mutu layanan dasar yang merupakan urusan
wajib.
b. Hubunganya dengan perencanaan jangka menengah RPJMN dan RPJMD
1) RPJMN yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih
memuat sasaran dan strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun masa
pemerintahan. RPJMN dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
sebagai dokumen perencanaan nasional untuk periode satu tahun. RKP merupakan
penjabaran tahunan dari RPJMN dan memuat rancangan kerangka ekonomi
makro, antara lain adalah arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas
pembangunan, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat. RKP memungkinkan adanya pemutakhiran program prioritas
Presiden serta penetapan kebijakan baru. RKP yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Presiden menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) Daerah merupakan
penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah yang ada dalam RPJP Daerah.
RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program satuan Kerja Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam rangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Daerah disusun
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. Prosedur itu
memungkinkan terjadi ketidaksinkronan antara RPJM Daerah dengan RPJM
Nasional. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
kepala daerah terpilih sedangkan RPJM Nasional adalah penjabaran visi, misi dan
Program Presiden terpilih. Misalnya, Presiden terpilih dati partai A dengan
ideologi X, sementara di daerah tertentu Kepala Daerah terpilih dari partai B
dengan ideologi Y, sehingga akibatnya RPJM nasional dapat saja berbeda jauh
dengan RPJM Daerah tertentu tersebut. Penganggaran program atau kegiatan di
daerah dalam undang – undang ini tercermin dalam penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Penyusunan RAPBD dalam
peraturan perundangan ini mengacu pada Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah
(RKPD).

c. Permendagri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari APBD.
Permendagri tersebut menjelaskan definisi RKA adalah dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi program, kegiatan dan anggaran SKPD. Penyusunan
rencana kerja anggaran harus mempertimbangkan berbagai alternatif. Adapun Proses
penyusunan RKA-SKPD merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan
pemerintah daerah berdasarkan struktur APBD dan kode rekening.

2. RAPBN baru bisa ditetapkan menjadi Undang Undang setelah dibahas dan
mendapat persetujuan DPR. Demikian pula RAPBD baru bisa ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah, ketika sudah dibahas dan mendapat persetujuan DPRD.
a. Karena, DPR mengambil keputusan mengenai rancangan UU APBN, Pemerintah
Daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD, Apabila RAPBN
tidak disetujui oleh DPR, pemerintah menggunakan APBN tahun lalu. Begitu pula
untuk APDB.
b. Apabila RAPBN atau RAPBD tidak disetujui oleh DPR atau DPRD, pemerintah
menggunakan APBN atau APDB tahun lalu.
c. UU APBN dan APBD berlaku selama satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember.

3. Meskipun ada 4 pendekatan dalam penyusunan RAPBN dan RAPBD, namun


dewasa ini, Pemerintah menetapkan penyusunan anggaran berbasis kinerja.
a. Dalam penyusunan APBN ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu unified budget,
Pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja.
1) Pendekatan Penganggaran Terpadu, mengintegrasikan seluruh proses perencanaan
dan penganggaran. Integrasi atau keterpaduan proses perencanaan dan
penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi baik yang bersifat
investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. Mewujudkan Satuan Kerja
(Satker) sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang bertanggung jawab terhadap
aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta adanya akun untuk satu transaksi
sehingga dipastikan tidak ada duplikasi dalam penggunaannya.
2) Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja, tugas-fungsi Unit Kerja yang
dilekatkan pada struktur organisasi (money follow function); Terdapatnya
fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let
the manager manages).
3) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, penyusunan
proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk jangka menengah.
Penyusunan proyeksi/rencana /target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit, dan
rasio utang pemerintah) jangka menengah. Rencana kerangka anggaran
(penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan) jangka menengah (medium term
budget framework), yang menghasilkan pagu total belanja pemerintah (resources
envelope). Pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing
K/L (line ministries ceilings). Indikasi pagu K/L dalam jangka menengah tersebut
merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran belanja dalam jangka menengah;
Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line ministries ceilings) masing-
masing K/L ke masing-masing program dan kegiatan berdasarkan indikasi pagu
jangka menengah yang telah ditetapkan.
b. APBN dan APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran
yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena anggaran
berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam setiap anggaran
berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh aktivitasnya dengan
menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang maksimal yang
anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit standar dikalikan
dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode tersebut. Selain itu,
anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public Management yang
merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana anggaran dengan
pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran publik.
c. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
1) Penenkanan pada dimasukannya deskripsi secara negatif dari setiap aktivitas di
setiap anggaran yang diajukan.
2) Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh estimasi biaya dan
pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.
3) Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.
4) Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja memungkinkan
legislatif untuk menambah atau mengurangi dari jumlah yang diminta dalam
fungsi dan aktivitas tertentu.
5) Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
6) Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa
jumlah anggaran yang terpakai.
Yang menjadi ini sebenarnya yaitu, anggaran berbasis kinerja merupakan
sebuah sistem perencanaan program yang akan dilakukan pemerintah dengan
menetapkan tolok ukur kinerja sebagai pembanding dalam mencapai tujuan.
Anggaran berbasis kinerja ini disusun untuk membantu pemerintah dalam melakukan
koordinasi setiap kegiatan. Anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi
berbagai kelemahan yang terdapat dalam sistem anggaran tradisional, khususnya
kelemahan yang disebakan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.

4. Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja terdapat 5 hal/aspek yang perlu


diperhatikan, yaitu indikator kinerja, tsrget kinerja, analisis standar belanja (ASB),
Standar satuan harga dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Jelaskan masing
masing kelima aspek dimakud dan berikan contoh untuk masing masing aspek.
a. indikator kinerja, yakni ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari setiap
program/kegiatan yang direncanakan. Contoh, program keluarga berencana berhasil
jika mampu mengontrol angka fertilitas di Indonesia.
b. target kinerja ,yakni ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dalam wujud kuantitas,
kualitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program/kegiatan. Contoh,
pada tahun 2030 harga dollar terhadap rupiah turuh sebesar 45 %.
c. Analisis standar belanja, yakni merupakan ukuran kewajaran atas beban kerja dengan
biaya yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu program/kegiatan.
d. Standar satuan harga, berkenaan dengan harga satuan unit barang/jasa yang berlaku di
suatu daerah.
e. Standar Pelayanan Minimal (SPM), berkenaan dengan tolok ukur kinerja minimal atas
suatu jenis dan mutu layanan dasar yang merupakan urusan wajib.

5. Setelah APBN dan APBD ditetapkan langkah berikutnya adalah pelaksanaan UU


APBN dan Perda APBD.
a. Langkah-langkah pelaksanaan APBN
1) Melakukan reviuw terhadap DIPA Tahun Anggaran 2021 yang sudah disahkan,
dan dalam hal diperlukan agar mengajukan usulan Revisi DIPA;
2) Melakukan percepatan persiapan pelaksanaan program/kegiatan/proyek, meliputi:
a) Penetapan petunjuk operasional kegiatan; dan
b) Penetapan Pejabat Perbendaharaan, yaitu Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM), dan Bendahara.
3) Melakukan percepatan proses pengadaan barang/jasa (PBJ), meliputi:
a) Penetapan Pejabat Pengadaan, Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa, dan/atau
kelompok kerja pengadaan;
b) Penandatangan kontrak dapat dilakukan sebelum 1 Januari 2021;
c) Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) paling lambatr 14 hari kerja
setelah kontral ditandatangani, sesuai dengan pengaturan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah; dan
d) Pendaftaran kontrak ke KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
kontrak ditandatangani.
4) Melakukan percepatan persiapan penyaluran Bantuan Sosial dan Bantuan
pemerintah sehingga penyalurannya bisa dilaksanakan mulai Januari 2021,
meliputi:
a) Penetapan pedoman umum dan petunjuk teknis;
b) Pelaksanaan verifikasi dan validasi penerima atau keluarga penerima manfaat
(KPM); dan
c) Penetapan surat keputusan penerima atau KPM.
5) Melakukan percepatan pelaksanaan DAK Fisik, meliputi:
a) Penetapan petunjuk operasional pelaksanaan DAK Fisik;
b) Penyelesaian pembahasan/penelaahan rencana kegiatan DAK Fisik;
c) Peningkatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan DAK Fisik,
termasuk percepatan penandatanganan kontrak oleh Pemerintah Daerah.
6) Melakukan percepatan penyelesaian tagihan dan pengajuan Surat Perintah
Membayar (SPM) ke KPPN.

Langkah-langkah Pelaksanaan APDB


Pelaksanaan APBD terdiri dari pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Kemudian setelah satu semester, Pemerintah daerah menyusun laporan
realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya. Laporan
tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun
anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah
daerah. Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan,
dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan
prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Perubahan anggaran bukanlah sesuatu yang dianggap perlu dilakukan, perubahan ini
sering disebut sebagai "lonceng kematian dalam penganggaran" (Wildavsky, 1988),
namun perubahan atau revisi terhadap anggaran yang dilaksanakan pada tahun
berjalan merupakan fenomena yang biasa dilakukan dalam penganggaran publik atau
pemerintahan, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, penyusunan anggaran dan
perubahannya diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait keuangan negara
dan daerah. Forrester dan Daniel R. Mullins menemukan "rebudgeting" menjadi
faktor yang lazim dan signifikan dalam proses penganggaran. Rebudgeting adalah
cara yang dilakukan pemerintah untuk merevisi dan memperbarui penerapan anggaran
sebagai kelanjutan dari proses anggaran tahunan, rebudgeting harus menjadi sarana
dimana pemerintah dapat memenuhi tujuan yang bervariasi dan bahkan bertentangan
dengan penganggaran, termasuk kontinuitas dan kontrol, perubahan dan akuntabilitas,
dan fleksibilitas serta prediktabilitas (Wildavsky,1988).
c. Syarat syarat yang diperlukan untuk terjadinya perubahan anggaran:
1) Terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan Umum
Anggaran (KUA);
2) Terjadi keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
3) Ditemui keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan;
4) Keadaan darurat; dan
5) Keadaan luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai