07 ADMINISTRASI KEUANGAN
NAMA : ELLI
NIM :042662204
1. Jelaskan makna dari otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah!
(Dengan berdasar pada teori. Silahkan pergunakan BMP dan juga teori dari
sumber lain)
2. Tentukan satu contoh Pemerintah Daerah, lalu silahkan anda kemukakan
bagaimana kekuasaan pengelolaan keuangan daerah di pemerintah daerah
tersebut !
(Untuk dapat menjawab soal 4 ini, anda harus mengemukakan terlebih dahulu siapa
saja pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah beserta tugasnya, dengan
berdasarkan dasar hukum. Selanjutnya, anda kemukakan contoh di satu pemerintah
daerah, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh jabatan
yang mana)
3. Tentukan satu contoh pemerintah daerah, lalu silahkan anda kemukakan
bagaimana proses penyusunan anggaran di daerah tersebut. Selanjutnya,
kemukakan oleh Anda bahwa penyusunan anggaran tersebut merupakan anggaran
berbasis kinerja (dengan menganalisis berdasarkan teori anggaran berbasis kinerja)
Petunjuk dalam mengerjakan soal :
Dalam menjawab soal ini, silahkan pergunakan BMP ADPU 4333 Administrasi
Keuangan, teori dari sumber lain (buku atau jurnal) dan juga gunakan dasar hukum
terkini dalam Keuangan Daerah. Untuk selanjutnya dianalisis dengan contoh kasus
dari pemerintah daerah.
Jawaban
1. Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa otonomi daerah
menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan
kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan
pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Selain itu
juga dilaksanakan pula dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa
urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang
dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannnya harus benarbenar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan
nasional. Adapun kekuasaan pengelolaan keuangan daerah menurut pasal 6
UndangUndang No. 17 tahun 2003 merupakan bagian dari kekuasaan
pengelolaan keuangan negara. Dalam hal ini presiden selaku kepala
pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan, kemudian diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Selanjutnya, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan oleh masing-masing kepala satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku pejabat pengelola APBD dan dilaksanakan oleh kepala satuan
kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
Pengelolaan keuangan daerah harus Transparansi yang mulai dari proses
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan anggaran daerah. Selain itu,
Akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik juga diperlukan, dalam arti\i
bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan harus benarbenar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money yang berarti
diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi
dan efektivitas (Noviades,2004)
2. Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub sistem dari pengelolaan keuangan
negara, pada dasarnya adalah bagian dari sistem keuangan negara dan
merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Proses perencanaan anggaran merupakan salah satu langkah penting dalam
pengelolaan anggaran. Sejak dua belas bulan sebelum tahun anggaran dimulai,
proses perencanaan anggaran sudah mulai berjalan (BPKP, 2012). Perencanaan
dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia. Dalam konteks perencanaan pembangunan pemerintah, maka
penyusunannya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan penganggaran
dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menyusun sebuah anggaran, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat diartikan sebagai
rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah (Pemda) yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda),
(Mulyana, 2010:12)
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) memberitahukan kepada semua
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar menyusun dan menyampaikan
rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) paling lambat 3
hari kerja setelah APBD ditetapkan. Rancangan DPA-SKPD memuat rincian
sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan
untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja
serta pendapatan yang diperkirakan. Kemudian Kepala SKPD menyerahkan
rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada PPKD. Tim anggaran
pemerintah daerah bersama dengan kepala SKPD yang bersangkutan melakukan
verifikasi rancangan DPA-SKPD. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan
kepada Kepala SKPD yang bersangkutan, Kepala satuan kerja pengawasan daerah,
dan BPK paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal disahkan.
Pelaksanaan APBD terdiri dari pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Kemudian setelah satu semester, Pemerintah daerah menyusun
laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya.
Laporan tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan
Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan
pemerintah daerah. Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan
keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka
penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan.
Menurut saya pemerintahan daerah kalimantan Barat sudah baik dalam pengelolaan
keuangan daerahnya sehingga mendapatkan penghargaan WTP atas penyusunan
LKPD Tahun Anggaran 2019 yang artinya Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
sudah mengelola keuangan ini dengan tata kelola yang benar. Pencapaian opini
WTP merupakan komitmen pemerintah daerah beserta jajaran OPD-nya terhadap
kualitas laporan keuangan yang dihasilkan dan juga tidak terlepas dari sinergi yang
efektif dari seluruh pemangku kepentingan serta dukungan dari DPRD dalam
pelaksanaan fungsi pengawasannya