Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah Nya. Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PENGELOLAAN UANG DAERAH & LEMBAGA
PEMERINTAHAN DAERAH”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah admnistrasi
pemerintahan daerah di fakultas ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu politik, Universitas Terbuka.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu tak lepas dari pengarahan bimbingan dari Bapak
Mulyadi,S.Pd, M.Pd sebagai tutorial mata kuliah Admnistrasi pemerintahan daerah. Maka
penulis ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, kami
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari makalah ini. Walaupun
tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh
pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari kami. Terima kasih.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bab III
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Keuangan daerah
Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam pelaksa pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang tergolong didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut hal ini dijelaskan didalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Sedangkan menurut Kuswandi (2016) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
MODUL 4
Pengelolaan keuangan daerah
1. Analisis penerimaan
Analisis penerimaan adalah analisisnya mengenai kemampuan daerah dalam
menggali sumber sumber pendapatan yang potensial dan biaya biaya yang
dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. Keuangan daerah yang
sehat adalah keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerah
secara ber Kesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa
memperburuk alokasi faktor faktor produksi dan keadilan serta dengan
sejumlah biaya administrasi tertentu. Kondisi ini dapat dilihat dari empat
indikator yaitu 1) daya pajak( tax effort ), 2) efektivitas ( effectiveness ), 3)
efisiensi ( efficiency ), 4) elastisitas ( elasticity ).
2. Analisa pengeluaran
Analisis pengeluaran adalah analisis mengenai seberapa besar biaya biaya dari
suatu pelayanan publik dan faktor faktor yang menyebabkan biaya biaya
tersebut meningkat. Pengeluaran daerah terdiri atas belanja rutin, belanja
pembangunan, Dan pengeluaran tak tersangka.
Belanja investasi / pembangunan / Moda terdiri atas berikut ini :
a. Belanja publik, Yaitu mudahnya yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat.
b. Belanja aparatur, satu bulannya yang manfaatnya tidak secara langsung
dapat dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara
langsung oleh aparatur.
c. Pengeluaran transfer, yaitu pemilihan uang dari pemerintah daerah dengan
kriteria berikut.
1) Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti
layaknya terjadi transaksi pembelian dan penjualan.
2) Tidak mengharapkan dibayarnya kembali pada masa yang akan datang
seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman.
3) Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan seperti layaknya yang
dihadapkan pada suatu investasi.
3. Analisis Anggaran
Analisis anggaran adalah analisisnya mengenai hubungan antara pendapatan
dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.
Terdapat prinsip prinsip anggaran yang harus dilihat, Yaitu transparansi dan
akuntabilitas ; prinsip disiplin ( penyusunan anggaran harus berdasarkan Asas
efisiensi ) ; prinsip keadilan ( penggunaan anggaran harus dapat. Mati oleh
semua anggota masyarakat dalam bentuk pelayanan publik secara adil ); serta
prinsip efektif dan efisien ( anggaran harus dimanfaatkan untuk sebesar
besarnya kepuasan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan
secara maksimal.
Mengenai pengertian anggaran, Suparmoko (1991) menjelaskan anggaran
adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu( satu tahun).
Adapun menurut Jones&Pendlebury ( 1988 ) anggaran adalah alokasi sumber
sumber daya yang dibuat secara terencana mengenai aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang, Yang didasarkan pada sejumlah tujuan
tertentu dengan mengaitkan antara penerimaan penerimaan yang diperkirakan
dengan pengeluaran pengeluaran yang direncanakan, serta membentuk dan
mendapatkan suatu dasar untuk mengukur atau mengontrol
pengeluaran dan pendapatan.
Tujuan anggaran suatu organisasi sebagai berikut ;
a. sebagai alat pertanggung jawaban, khususnya pertangungjawaban keluar
( eksternal akauntabiliti )
b. Sebagai alat informasi untuk kebutuhan dalam organisasi( untuk manajemen)
c. Sebagai alat bantu bagi terselenggaranya program dan proyek agar lebih
berhasil ( efektif)
d. Sebagai alat untuk mengendalikan, mengatur, Dan mengelola
perekonomian nasional.
A. Pelaksanaan APBD
semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintah daerah dikelola dalam APBD jumlah belanja yang
dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran
belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dalam APBD pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip
hemat, tidak mewah, efektif, efisien, Dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan setiap OPD Yang mempunyai tugas
mengutamakan menerima pendapat daerah wajib melaksanakan
pemungutan atau penerima berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang undangan.
Penerimaan OPD berupa keuangan atau cek harus disetorkan ke rekening
kas umum daerah paling lama satu hari kerja.
Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi seperti berikut :
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA.
2. Perubahan APBD dapat terjadi karena perkembangan yang tidak sesuai
dengan asumsi KUA Dapat berupa terjadi Pelampoan atau tidak
tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah.
3. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi,antar kegiatan, Dan antar jenis belanja pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antarkegiatan, Dan antar jenis belanja
serta pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar
perincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-OPD Pergeseran
antar perincian obyek belanja dalam obyek belanja tersebut dapat
dilakukan atas persetujuan PPKD, sedangkan pergeseran antar obyek
belanja dalam jenis belanja dilakukan atas persetujuan sekertaris daerah.
4. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun
anggaran sebelumnya.
5. Keadaan darurat
Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran Yang belum tersedia Anggarannya, Yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. Pendanaan keadaan
darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan
belanja tidak Terduga.
6. Keadaan luar biasa
Keadaan luar biasa merupakan keadaan yang menyebabkan Estimasi
penerimaan atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau
penurunan lebih besar dari 50% merupakan selisih (gap) kenaikan atau
penurunan kantor pendapatan dan belanja dalam APBD.
A. KEUANGAN DAERAH
1. Prosedur Akuntansi penerimaan kas pada SKPKD
Pengelola keuangan daerah dalam pelaksanaannya memerlukan
prosedur Akutansi. Prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPKD meliputi serangkaian proses, mulai dari pencatatan,
pengikhtisara, sampai dengan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD yang dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Secara Periodik, Jurnal atas
transaksi penerimaan kas di posting ke dalam buku besar
rekening dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Buku transaksi yang digunakan dalam prosedur Akutansi
penerimaan kas mencakup hal berikut:
1) Bukti Transfer;
2) Nota kredit bank;
3) Surat perintah pemindahbukuan;
1. Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan proses yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian
tujuan pemerintah daerah yang tecermin dari keandalan laporan
keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan
kegiatan, serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan.
Pengendalian intern sekurang-kurangnya remenuhi kriteria,
seperti terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;
denggaranya penilaian risiko; terselenggaranya aktivitas
pengendalian terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi;
serta terselenggaranya legiatan pemantauan pengendalian.
2. Pengendalian Ekstern
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah secara ekstern dilakukan oleh BPK.. Pemerintah daerah
harus dapat mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran.
Penyalahgunaan dan penyimpangan anggaran eran BPK yang jika
tidak bisa dipertanggungjawabkan akan hawa akibat hukum,
yaitu pelanggaran administrasi atau korupsi.
MODUL5
LEMBAGA PEMERINTAH DAERAH
A. SEKERTARIAT DAERAH
Pemerintah daerah mempunyai perangkat daerah. Perangkat daerah adalah
organisasi atau lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada
kepala daerah dan membantu kepala daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
1. Sekertarian Daerah Provinsi
Sekretariat daerah provinsi merupakan unsur staf pemerintah provinsi dan
dipimpin oleh seorang sekertaris daerah yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada gubernur.
2. Sekertariat daerah kabupaten/kota
Sekretariat daerah kabupaten atau kota merupakan unsur staf pemerintah
kabupaten atau kota dipimpin oleh seorang sekertaris daerah yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati atau walikota.
B. SEKERTARIAT DPRD
Baik di provinsi maupun kabupaten atau kota mempunyai sekretariat DPRD.
Sekretariat DPRD atau unsur staf pelayanan DPRD. Sekretariat DPRD merupakan
unsur pelayanan terhadap DPRD, dipimpin oleh seorang sekertaris yang
bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD. Dan secara administratif dibina oleh
sekertaris daerah.
C. INSPEKTORAT DAERAH
Di provinsi dan kabupaten atau kota, dibentuk Inspektorat, inspektorat adalah
perangkat daerah yang merupakan unsur pengawasan atau penyelenggaraan
pemerintah daerah. Baik yang berupa urusan yang di desentralisasi kan maupun
yang di tugas pembentukan. Inspektur mempunyai tugas melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintah dan tugas pembantuan di daerah.
D. DINAS PROVINSI
1. Dinas daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas provinsi
merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi dipimpin oleh seorang kepala
yang berada di bawah bertanggungjawab kepada gubernur Melalui
sekertaris daerah.
2. Dinas kabupaten atau kota merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten
atau kota dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati atau walikota melalui sekertaris deh.
E. BADAN
Badan dibentuk di provinsi dan kabupaten atau kota. Badan adalah bagian dari
perangkat daerah yang mempunyai fungsi Penunjang pelaksanaan otonomi.
1) Perencanaan
2) Keuangan
3) Kepegawaian serta Pendidikan dan pelatihan
4) Penelitian dan pengembangan, dan
5) Fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
F. KECEMATAN
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten atau
kota. Camat adalah kepala kecamatan. Status kecamatan sesuai dengan UU Nomor
22 Tahun 1999 juncto UU Nomor 32/2004 juncto UU Nomor 23/2014 bukan lagi
sebagai wilayah administrasi, tetapi sebagai wilayah kerja Camat sebagai perangkat
daerah kabupaten atau kota.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA