Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah Nya. Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PENGELOLAAN UANG DAERAH & LEMBAGA
PEMERINTAHAN DAERAH”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah admnistrasi
pemerintahan daerah di fakultas ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu politik, Universitas Terbuka.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu tak lepas dari pengarahan bimbingan dari Bapak
Mulyadi,S.Pd, M.Pd sebagai tutorial mata kuliah Admnistrasi pemerintahan daerah. Maka
penulis ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, kami
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari makalah ini. Walaupun
tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh
pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari kami. Terima kasih.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak yang berkepentingan.

Barabai, April 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, Pertanggung jawaban, Dan
pengawasan keuangan daerah.
Instrumen yang memiliki peranan penting dalam sistem keuangan daerah adalah
anggaran. Peranan penting anggaran daerah dalam sistem keuangan daerah dapat
dilihat dari fungsi utamanya, yaitu sebagai alat perencanaan, pengendalian,
kebijakan fiksal, politik, koordinasi, Dan evaluasi kinerja untuk memotivasi
manajemen pemerintah daerah dan untuk menciptakan ruang publik. Struktur
anggaran daerah yang disusun dengan pendekatan kinerja merupakan satu
kesatuan yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, Dan pembiayaan
daerah. Sementara itu siklus anggaran daerah meliputi empat tahap, yaitu planning
and prepraration, approval/ratification, implementation, serta reporting and
evaluation. Dalam menyusun anggaran daerah (APBD), pemerintah daerah di
negara kita harus menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) dengan
menggunakan bahan dari rencana kerja OPD untuk jangka waktu satu tahun yang
mengacu pada rencana kerja pemerintah pusat.
Pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintah daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom. Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat
2 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu asas Pemerintahan Daerah
yang tercantum dalam UU No 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7 adalah Desentralisasi.
Asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan,
desentralisasi antara lain bertujuan meringankan beban pekerjaan pemerintah
pusat. Dengan desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada daerah.
Pemerintah pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang
bersangkutan dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan keuangan daerah pada pemerintah daerah


kabupaten/kota ?
2. Bagaimana mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah ?
3. Bagaimana hubungan antara DPRD dan rakyat ?
4. Bagaimana kedudukan kecamatan ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa saja perencanaan keuangan pemerintahan daerah
2. Mengetahui bagaimana mekanisme pengawasan penggunaan keuangan
daerah
3. Mengetahui apa saja hubungan antara DPRD dengan rakyat
4. Mengetahui bagaimana keduudkan kecamatan

Bab III
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori
Keuangan daerah

Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam pelaksa pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang tergolong didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut hal ini dijelaskan didalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Sedangkan menurut Kuswandi (2016) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

Lembaga pemerintahan daerah


Pemerintah Daerah merupakan Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah
Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kontruksi antara
Kepala Daerah dan Perangkat Daerah Otonom, menanggung jawab adanya kerjasama
yang seimbang untuk mendaptkan keterteban pemerintahan di daerah. Pemerintah Daerah
merupakan Kepala Daerah yang memiliki wilayah kekuasaan di suatu wilayah
tertentu, yang untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh Perangkat daerah.
Pemerintah Daerah terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan menata urusan
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut gagasan sendiri
berdasarkan harapan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN

MODUL 4
Pengelolaan keuangan daerah

A. Konsep penganggaran daerah


Davey (1989) menyatakan bahwa kemampuan keuangan daerah ditentukan oleh
adanya sumber pendapatan daerah dan tingkat lukratifnya. Tingkat lukratif tidaknya
sumber pendapatan daerah ditentukan oleh sejauh mana dasar pengenaan pajak
responsif terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk, Dan pertumbuhan ekonomi.
Sumber keuangan daerah selalu terkait dengan hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal daerah harus mampu
menyelenggarakan kewenangan yang dimiliki, harus ada perimbangan keuangan
yang adil dan transparan antara pusat dan daerah. Untuk mencapai kondisi ini, tiga
aspek harus dipertimbangkan yaitu 1) sejauh mana daerah diberi sumber sumber
keuangan yang cukup, terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah; 2) Sejauh
mana daerah memperoleh akses dan pendapatan pendapatan yang bersumber dari
bagi hasil pajak serta; 3) sejauh mana daerah telah mendapatkan subsidi yang adil
dan efektif dari pemerintah pusat.
Hubungan keuangan antara pusat dan daerah merupakan cermin dan cara pandang
suatu negara terhadap pemerintah daerahnya. Dalam hal ini, terdapat dua
pandangan. Pertama, pandangan yang menyatakan bahwa pemerintah daerah
merupakan formalisasi dan legalisasi dari keberadaan masyarakat yang sudah ada
sebelumnya dalam struktur negara bangsa. Ada dua pandangan yang menganggap
pemerintah daerah sebagai bagian dan alat pemerintah pusat untuk menjalankan
kekuasaannya. Karena itu, penyelenggaraan pemerintah daerah di Denay
seluruhnya oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah sebelumnya tidak ada, lalu
pemerintah pusat membentuk yang melalui undang undang.

1. Analisis penerimaan
Analisis penerimaan adalah analisisnya mengenai kemampuan daerah dalam
menggali sumber sumber pendapatan yang potensial dan biaya biaya yang
dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. Keuangan daerah yang
sehat adalah keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerah
secara ber Kesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa
memperburuk alokasi faktor faktor produksi dan keadilan serta dengan
sejumlah biaya administrasi tertentu. Kondisi ini dapat dilihat dari empat
indikator yaitu 1) daya pajak( tax effort ), 2) efektivitas ( effectiveness ), 3)
efisiensi ( efficiency ), 4) elastisitas ( elasticity ).

2. Analisa pengeluaran
Analisis pengeluaran adalah analisis mengenai seberapa besar biaya biaya dari
suatu pelayanan publik dan faktor faktor yang menyebabkan biaya biaya
tersebut meningkat. Pengeluaran daerah terdiri atas belanja rutin, belanja
pembangunan, Dan pengeluaran tak tersangka.
Belanja investasi / pembangunan / Moda terdiri atas berikut ini :
a. Belanja publik, Yaitu mudahnya yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat.
b. Belanja aparatur, satu bulannya yang manfaatnya tidak secara langsung
dapat dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara
langsung oleh aparatur.
c. Pengeluaran transfer, yaitu pemilihan uang dari pemerintah daerah dengan
kriteria berikut.
1) Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti
layaknya terjadi transaksi pembelian dan penjualan.
2) Tidak mengharapkan dibayarnya kembali pada masa yang akan datang
seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman.
3) Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan seperti layaknya yang
dihadapkan pada suatu investasi.

3. Analisis Anggaran
Analisis anggaran adalah analisisnya mengenai hubungan antara pendapatan
dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.
Terdapat prinsip prinsip anggaran yang harus dilihat, Yaitu transparansi dan
akuntabilitas ; prinsip disiplin ( penyusunan anggaran harus berdasarkan Asas
efisiensi ) ; prinsip keadilan ( penggunaan anggaran harus dapat. Mati oleh
semua anggota masyarakat dalam bentuk pelayanan publik secara adil ); serta
prinsip efektif dan efisien ( anggaran harus dimanfaatkan untuk sebesar
besarnya kepuasan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan
secara maksimal.
Mengenai pengertian anggaran, Suparmoko (1991) menjelaskan anggaran
adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu( satu tahun).
Adapun menurut Jones&Pendlebury ( 1988 ) anggaran adalah alokasi sumber
sumber daya yang dibuat secara terencana mengenai aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang, Yang didasarkan pada sejumlah tujuan
tertentu dengan mengaitkan antara penerimaan penerimaan yang diperkirakan
dengan pengeluaran pengeluaran yang direncanakan, serta membentuk dan
mendapatkan suatu dasar untuk mengukur atau mengontrol
pengeluaran dan pendapatan.
Tujuan anggaran suatu organisasi sebagai berikut ;
a. sebagai alat pertanggung jawaban, khususnya pertangungjawaban keluar
( eksternal akauntabiliti )
b. Sebagai alat informasi untuk kebutuhan dalam organisasi( untuk manajemen)
c. Sebagai alat bantu bagi terselenggaranya program dan proyek agar lebih
berhasil ( efektif)
d. Sebagai alat untuk mengendalikan, mengatur, Dan mengelola
perekonomian nasional.

B. PENGERTIAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang akan
dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Keuangan daerah tersebut haruslah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang undangan, efektif, efesien, ekonomis, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, Dan manfaat
untuk masyarakat.
Ketentuan tentang pokok pokok pengelolaan keuangan daerah sebenarnya diatur
dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan . Berdasarkan peraturan daerah tersebut, kepala daerah menetapkan
peraturan kepala dan telah tentang sistem prosedur pengelolaan keuangan daerah.
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah tersebut mencakup tata cara
penyusunan, pelaksanaan, penata usahaan dan Akutansi, pelaporan, pengawasan,
Dan pertanggung jawaban keuangan daerah.
C. PERENCANAAN KEUANGAN DAERAH
1. Fungsi anggaran daerah.
2. Prinsip prinsip pokok dalam penganggaran daerah.
3. Struktur anggaran daerah
4. Proses penyusunan anggaran daerah ( APBD )
5. Bagaimana proses penyusunan APBD

Pelaksanaan dari penata usahaan keuangan daerah

A. Pelaksanaan APBD
semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintah daerah dikelola dalam APBD jumlah belanja yang
dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran
belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dalam APBD pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip
hemat, tidak mewah, efektif, efisien, Dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan setiap OPD Yang mempunyai tugas
mengutamakan menerima pendapat daerah wajib melaksanakan
pemungutan atau penerima berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang undangan.
Penerimaan OPD berupa keuangan atau cek harus disetorkan ke rekening
kas umum daerah paling lama satu hari kerja.
Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi seperti berikut :
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA.
2. Perubahan APBD dapat terjadi karena perkembangan yang tidak sesuai
dengan asumsi KUA Dapat berupa terjadi Pelampoan atau tidak
tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah.
3. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi,antar kegiatan, Dan antar jenis belanja pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antarkegiatan, Dan antar jenis belanja
serta pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar
perincian obyek belanja diformulasikan dalam DPPA-OPD Pergeseran
antar perincian obyek belanja dalam obyek belanja tersebut dapat
dilakukan atas persetujuan PPKD, sedangkan pergeseran antar obyek
belanja dalam jenis belanja dilakukan atas persetujuan sekertaris daerah.
4. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun
anggaran sebelumnya.
5. Keadaan darurat
Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran Yang belum tersedia Anggarannya, Yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. Pendanaan keadaan
darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan
belanja tidak Terduga.
6. Keadaan luar biasa
Keadaan luar biasa merupakan keadaan yang menyebabkan Estimasi
penerimaan atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau
penurunan lebih besar dari 50% merupakan selisih (gap) kenaikan atau
penurunan kantor pendapatan dan belanja dalam APBD.

B. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH


Dalam penata usahaan keuangan daerah, pengguna anggaran atau kuasa
penggunaan anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran. Dan orang atau
badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan Daerah wajib
menyelenggarakan penata usahaan sesuai dengan peraturan
perundang undangan.
1. Penatausahaan penerimaan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penerimaan daerah disetor ke
rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan
dianggap sah setelah kuasa BUD Menerima nota kredit.
2. Penatausahaan pengeluaran
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD Dalam rangka manajemen khas
menerbitkan SPD. SPD Disiapkan oleh kuasa BUD Untuk ditandatangani
oleh PPKD. pengeluaran kas Atas beban APBD dilakukan berdasarkan
SPD atau dokumen lain Yang dipersamakan dengan SPD. Penerbitan SPD
dilakukan per bulan, Per Triwulan, atau per semesta sesuai dengan
ketersediaan dana.

AKUNTANSI, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PENGAWASAN


KEUANGAN DAERAH

A. KEUANGAN DAERAH
1. Prosedur Akuntansi penerimaan kas pada SKPKD
Pengelola keuangan daerah dalam pelaksanaannya memerlukan
prosedur Akutansi. Prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPKD meliputi serangkaian proses, mulai dari pencatatan,
pengikhtisara, sampai dengan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD yang dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Secara Periodik, Jurnal atas
transaksi penerimaan kas di posting ke dalam buku besar
rekening dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
Buku transaksi yang digunakan dalam prosedur Akutansi
penerimaan kas mencakup hal berikut:
1) Bukti Transfer;
2) Nota kredit bank;
3) Surat perintah pemindahbukuan;

Bukti transaksi tersebut dilengkapi dengan hal berikut:


a. Surat tanda setoran(SPS);
b. Surat ketetapan pajak daerah (SKP DAERAH);
c. Surat ketetapan retribusi (SKR);
d. Laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan;
e. Bukti transaksi penerimaan kas lainya.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran kas pada SKPKD


Prosedur Akutansi penerimaan kas, Prosedur Akutansi
pengeluaran kas SKPKD Meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan
yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka
pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur Akutansi
pengeluaran kas mencakup hal berikut :
a. Surat perintah pencairan dana (SP2D) atau
b. Nota debit bank

Bukti transaksi tersebut dilengkapi dengan hal berikut:


a. Surat penyedian dana (SPD)
b. Surat perintah membayar (SPM)
c. Laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran
d. Kuitansi pemabayaran dan bukti tanda terima/jasa.

3. Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD


Prosedur Akutansi aset pada SKPKD Meliputi serangkaian proses
pencatatan dan pelaporan Akutansi atas peroleh, pemeliharaan,
rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan
klasifikasi, Dan penyusunan terhadap aset tetap yang dikuasai
atau digunakan SKPKD Yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur Akutansi aset
adalah bukti memorial yang di Lampiri dengan hal berikut :
a. Berita acara penerimaan barang;
b. Surat keputusan penghapusan barang;
c. Surat keputusan mutasi barang ( antar- SKPDKD);
d. Berita acara pemusnahan barang;
e. Berita acara serahterima barang;
f. Berita acara penilaian;
g. Berita acara penyelesaian pekerjaan

4. Prosedur Akuntansi selain kas pada SKPKD


Prosedur Akutansi, selain khas pada SKPKD, meliputi serangkaian
proses, mulai dari pencatatan, Pengikhitisaran, sampai pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian
selain khas yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.

B. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Dalam kaitan dengan pertanggung jawaban APBD, PPK-OPD


menyiapkan keuangan OPD tahun anggaran bersangkutan dan
disampaikan kepada kepala OPD untuk ditetapkan sebagai laporan
pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran OPD. Anggaran
keuangan OPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD
Paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan
keuangan disusun oleh pejabat pengguna anggaran sebagai hasil
pelaksanaan anggaran yang berada di OPD yang menjadi
tanggung jawab nya.

1. Pertanggungjawaban penggunaan dana


Bendahara pengeluaran secara administratif wajib
mempertanggungjawabkan penggunaan uang Persediaan atau
ganti uang Persediaan/ tambah uang persedian kepada kepala
OPD melalui PPK-OPD Paling lambat tanggal 10 bulan berikut.
Dokumen yang digunakan dalam menata usahakan pertanggung
jawaban pengeluaran mencakup register penerima laporan
pertanggung jawaban pengeluaran, Regis there pengesahan
laporan pertanggung jawaban pengeluaran, Regis there
pengesahan laporan pertanggung jawaban pengeluaran, Surat
penolakan laporan pertanggung jawaban pengeluaran, Registrar
penolakan laporan pertanggung jawaban pengeluaran,
register penutupan kas.
2. Penetapan Raperda Pertanggungjawaban pelaksaan APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan yang meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan, serta di Lampiri dengan laporan kinerja yang
telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan keuangan badan Usaha
milik daerah atau perusahaan daerah.

3. Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD.
Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang telah disetujui DPRD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh
kepala daerah paling lama tiga hari kerja disampaikan terlebih
dahulu kepada menteri dalam negeri untuk APBD provinsi dan
gubernur untuk APBD kabupaten/kota untuk dievaluasi.Jika hasil
evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, kepala daerah bersama DPRD wajib melakukan
penyempurnaan paling lama tujuh hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.Gubernur menyampaikan hasil evaluasi
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan
peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
menteri dalam negeri.

C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN


DAERAH.
pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah pada dasarnya tidak
terlepas dari pembinaan dan pengawasan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah yang
dikoordinasikan oleh menteri dalam negeri. Pembinaan pengelolaan
keuangan daerah untukkabupaten kota dikoordinasikan oleh
gubernur selaku wakil pemerintah pusat.

1. Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan proses yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian
tujuan pemerintah daerah yang tecermin dari keandalan laporan
keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan
kegiatan, serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan.
Pengendalian intern sekurang-kurangnya remenuhi kriteria,
seperti terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat;
denggaranya penilaian risiko; terselenggaranya aktivitas
pengendalian terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi;
serta terselenggaranya legiatan pemantauan pengendalian.

2. Pengendalian Ekstern
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah secara ekstern dilakukan oleh BPK.. Pemerintah daerah
harus dapat mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran.
Penyalahgunaan dan penyimpangan anggaran eran BPK yang jika
tidak bisa dipertanggungjawabkan akan hawa akibat hukum,
yaitu pelanggaran administrasi atau korupsi.

MODUL5
LEMBAGA PEMERINTAH DAERAH

DEWAN LOKAL DAN EKSEKUTIF DAERAH

A. DEWAN LOKAL ( COUNCIL/RAAD) DAN MAYOR


Pemerintah pusat, terhadap lembaga legislatif dan lembaga eksekutif. Lembaga
legislatif adalah DPR, sedangkan lembaga eksekutif adalah presiden
dan para Menteri(dewan menteri/kabinet) Akan tetapi, jika kita membahas
pemerintah daerah, hanya terdapat dewan lokal (council) dan pelaksana
kebijakan yang dibuat oleh dewan lokal (mayor dan comiission).
Di negara kesatuan, dewan lokal adalah organ daerah otonom, bukan badan
legislatif sebagaimana di negara bagian (state) pada negara federal. Di Eropa
dan AS, dewan lokal (council) adalah wakil-wakil rakyat daerah otonom yang
menerima dan melaksanakan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan
dari pemerintah pusat. Anggota council disebut councillor.
Penerjemahan council menjadi DPRD dan diatur dalam undang-undang tentang
MPR, DPR, dan DPD adalah rancu karena dua alasan, yaitu 1) seolah-olah DPRD
adalah DPR (badan legislatif) yang berada di Daerah dan 2) DPRD adalah rezim
penyelenggaraan urusan pemerintahan pada daerah otonom, sedangkan DPR
adalah badan legislatif bukan penyelenggara urusan pemerintahan) di pusat.

B. LEMBAGA DAERAH MENURUT UU No.23/2014


1. Dewan lokal (DPRD)
Di bawah UU Nomor 32/2014, dewan lokal terdiri atas DPRD provinsi dan
DPRD kabupaten/kota DPRD provinsi untuk daerah otonom provinsi, sedangkan
DPRD kabupaten/kota untuk daerah otonom kabupaten/kota.DRPD adalah
lembaga yang mewakili rakyat untuk daerah otonom yang bersangkutan.
Anggota DPRD dipilih oleh rakyat dalam pemilu secara umum, bebas, dan
rahasia dari partai politik. Fungsi utama DPRD adalah pembuatan kebijakan
daerah, anggaran, dan pengawasan, membuat peraturan daerah, menetapkan
APBD, dan melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

2. Kepala Daerah (Mayor)


Sejak UU Nomor 18/1965, negara Indonesia tidak mengenal college atau
badan pelaksana kebijakan daerah yang dibentuk oleh dewan lokal (councit)
Hal ini berbeda dengan UU Nomor 221948 juncto UU Nomor 1/1957. Di
bawah dua UU ini, organ pemerintahan daerah terdiri atas dewan
perwakilan rakyat daerah (DPRD) dan dewan pemerintah daerah (DPD),
DPRD adalah dewan lokal (counci), sedangkan DPD adalah college, yaitu
badan pelaksana kebijakan daerah yang dibuat oleh DPRD dan anggota-
anggotanya berasal dari DPRD juga.
Organ pemerintahan daerah berubah sejak UU Nomor 18/1965 sampai
sekarang (UU Nomor 32/2014). Sejak tahun 1965, organ pemerintahan
daerah terdiri atas dewan lokal (council), yaitu DPRD dan mayon
(gubernur/bupati/wali kota) dan committee (dinas dan badan).

Perangkat Daerah (Committee)

Pemerintah daerah memerlukan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan


kegiatan pemerintahannya. Dalam literatur Barat. Sumber daya manusia
menyelenggarakan kegiatan pemerintah tersebut di bawah council dan mayor.
Council membentuk commitee dan subcommittee Yang diisi oleh tenaga tenaga
ahli yang profesional.
Sesuai dengan undang undang nomor 23/2014 perangkat daerah terdiri atas
perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten atau kota. Perangkat
daerah provinsi terdiri atas hal berikut :
1. Sekertariat daerah;
2. Sekertariat DPRD
3. Insepektorat;
4. Dinas; dan
5. Badan

Sementara itu, perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas hal berikut:


1. Sekertariat daerah ;
2. Sekertariat DPRD;
3. Inspektorat
4. Dinas; dan
5. Badan
6. Kecamatan

A. SEKERTARIAT DAERAH
Pemerintah daerah mempunyai perangkat daerah. Perangkat daerah adalah
organisasi atau lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada
kepala daerah dan membantu kepala daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
1. Sekertarian Daerah Provinsi
Sekretariat daerah provinsi merupakan unsur staf pemerintah provinsi dan
dipimpin oleh seorang sekertaris daerah yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada gubernur.
2. Sekertariat daerah kabupaten/kota
Sekretariat daerah kabupaten atau kota merupakan unsur staf pemerintah
kabupaten atau kota dipimpin oleh seorang sekertaris daerah yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati atau walikota.

B. SEKERTARIAT DPRD
Baik di provinsi maupun kabupaten atau kota mempunyai sekretariat DPRD.
Sekretariat DPRD atau unsur staf pelayanan DPRD. Sekretariat DPRD merupakan
unsur pelayanan terhadap DPRD, dipimpin oleh seorang sekertaris yang
bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD. Dan secara administratif dibina oleh
sekertaris daerah.

C. INSPEKTORAT DAERAH
Di provinsi dan kabupaten atau kota, dibentuk Inspektorat, inspektorat adalah
perangkat daerah yang merupakan unsur pengawasan atau penyelenggaraan
pemerintah daerah. Baik yang berupa urusan yang di desentralisasi kan maupun
yang di tugas pembentukan. Inspektur mempunyai tugas melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintah dan tugas pembantuan di daerah.

D. DINAS PROVINSI
1. Dinas daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas provinsi
merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi dipimpin oleh seorang kepala
yang berada di bawah bertanggungjawab kepada gubernur Melalui
sekertaris daerah.
2. Dinas kabupaten atau kota merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten
atau kota dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati atau walikota melalui sekertaris deh.

E. BADAN
Badan dibentuk di provinsi dan kabupaten atau kota. Badan adalah bagian dari
perangkat daerah yang mempunyai fungsi Penunjang pelaksanaan otonomi.
1) Perencanaan
2) Keuangan
3) Kepegawaian serta Pendidikan dan pelatihan
4) Penelitian dan pengembangan, dan
5) Fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. KECEMATAN
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten atau
kota. Camat adalah kepala kecamatan. Status kecamatan sesuai dengan UU Nomor
22 Tahun 1999 juncto UU Nomor 32/2004 juncto UU Nomor 23/2014 bukan lagi
sebagai wilayah administrasi, tetapi sebagai wilayah kerja Camat sebagai perangkat
daerah kabupaten atau kota.

INSTANSI VERTIKAL di DAERAH


Instansi vertikal dalam bagai milik pusat yang ditempatkan di luar kantor pusatnya.
Lembaga ini pada dasarnya adalah kantor cabang dari kementerian pusat yang
dibentuk di wilayah wilayah negara di luar kantor pusatnya. Lembaga ini bukan
organisasi milik daerah otonom. Oleh karena itu, pegawai nya serta sarana dan
prasana di bawah tahun jawab kementerian yang memiliki.
A. INSTANSI VERTIKAL PADA WILAYAH PROVINSI
Instansi vertikal di provinsi nomenklaturnya adalah kantor wilayah. Seperti
kantor wilayah kementerian agama.

B. INSTANSI VERTIKAL PADA KABUPATEN/KOTA


Sama halnya dengan keadaan di provinsi, semua instansi kecuali instansi vertikal
yang bidangnya masih menjadi kewenangan pusat juga dihapus atau dilikuidasi.
Namun, sama halnya dengan provinsi, tidak semua kementerian yang masih
menangani kewenangan pemerintahan pusat membentuk instansi vertikal di
kabupaten/kota. Keberadaan instansi vertikal di kabupaten/kota disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan kementerian yang bersangkutan dan penilaian
pemerintah mengenai perlu tidaknya suatu wilayah dibentuk instansi
vertikal tertentu.

C. INSTANSI VERTIKAL MENURUT UU NOMOR 23/2014


Undang-Undang Nomor 23/2014 juga mengizinkan hadirnya instans vertikal
milik enam kementerian yang urusan pemerintahannya tidak diserahkan ke
daerah Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 19 UU Nomor 23/2014 mengatur bahwa
pemerintah pusat melimpahkan wewenang kepada instansi vertikal. Dengan
demikian, penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat mencakup urusan pemerintahan umum dan urusan
pemerintahan bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, manajemen
peradilan, moneter dan fiskal nasional, serta agama dan urusan pemerintahan di
luar enam bidang ini pemerintah pusat dapat melakukan pilihan-pilihan berikut:
1. menyelenggarakan sendiri (sentralisasi).
2. melimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah (dekonsentrasi
kepada wakil pemerintah).
3. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat
kementerian di daerah (dekonsentrasi kepada instansi vertikal).

BAB IV
KESIMPULAN

Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang


meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, pelaporan,
Pertanggung jawaban, Dan pengawasan keuangan daerah.
Instrumen yang memiliki peranan penting dalam sistem keuangan daerah
adalah anggaran. Peranan penting anggaran daerah dalam sistem keuangan
daerah dapat dilihat dari fungsi utamanya, yaitu sebagai alat perencanaan,
pengendalian, kebijakan fiskal, politik, koordinasi, Dan evaluasi kinerja untuk
memotivasi manajemen pemerintah daerah dan untuk menciptakan ruang
publik. Struktur anggaran daerah yang disusun dengan pendekatan kinerja
merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan dan, belanja daerah,
Dan pembiayaan daerah.
Council adalah lembaga yang berwenang membuat kebijakan daerah,
menyusun anggaran, serta melakukan pengawasan jalannya pemerintah
daerah. Mayor dan commission adalah lembaga pelaksana kebijakan daerah.
Council adalah wakil wakil rakyat daerah otonomi yang menerima dan
melaksanakan urusan pemerintah yang di desentralisasi kan dari pemerintah
pusat (dewan lokal ).
Negara kita. Mayor adalah gubernur/ bupati/ walikota. Sedangkan
commission adalah dinas dan badan.

DAFTAR PUSTAKA

Coe, Charles, K. 1989. Public Financial Management. Englewood Cliffs.


New Jersey: TP.
Diharna. 2002. Reformasi Pemerintahaan Daerah Republik Indonesia.
Bandung: TP.
Devas, Nick. 1989. Financing Local Government in Indonesia. Ohio: Center
For International Studies Ohio University.
Douglas. Patricia. 1998. Government and Non Profit Organization. New
York: Prentice Hall
Bigham, Richard D,, dkk. 1991. Managing local government public.
Administration Practice. New Delhi: SAGE Publication India
Bratakusuma, Dedy S,, dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Jakarta: Gramedia
Stoker, Gerry. 1998. The politics of local government. London:
Macmillan Press.

Anda mungkin juga menyukai