Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN


“SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH"

Oleh:
KELOMPOK 2

Oleh :
1. Indi Sukarman (2020120021)
2. Rendra Andriana (2020120036P)

Dosen Pengampu
Chairani Adelina, S.E, M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PRABUMULIH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah- daerah Provinsi. Daerah
provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan UU.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah menjelaskan bahwa pengawasan atas keuangan daerah dilakukan oleh dewan,
adanya pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh eksternal yaitu BPK. Berdasarkan
penjelasan di atas, jelas bahwa salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan pembangunan
daerah adalah masalah keuangan dan anggaran daerah (APDB).

Hak dan kewajiban daerah perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan
merupakan elemen pokok dalam menyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan
daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak agar keuangan daerah tersebut bisa
menjadi efesien penggunaannya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah :

1. Apa pengertian keuangan daerah dan sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah?
2. Bagaimana sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah?
BAB II
PEMBAHASAN

Pemerintah Daerah dan Keuangan Daerah


Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pemerintahan Daerah di Indonesia terdiri dari gubernur, bupati dan/ atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 21 tahun 2011 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
Menurut peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah pasal 5 (ayat 1) kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana di maksud ayat (1) mempunyai kewenangan;
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD
2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/ barang
4. Menetapkan bendahara penerimaan dan/ atau bendahara pengeluaran
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah
6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah
8. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan,


mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi pemerintah daerah menurut
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum
dan daya saing daerah.
3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan
pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya.

Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah


Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah.
Definisi keuangan daerah menurut PP RI No.105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan
pertanggung jawaban keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uanga termasuk disalamnya
segala kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah menimbulkan aktivitas yang
tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan keuangan daerah
untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan
subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan
keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi
keseluruhan dari kegiatan- kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas
umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan
dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD,
perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan
daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.
Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan /penyusunan anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD
sebagaimana berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD yang disusun oleh pemerintah daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat
incramental menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.
APBD atau anggaran pendapatan belanja negara di susun melalui pembahasan dan
di setujui bersama oleh pemerintah daerah selaku eksekutif dan DPRD selaku legislatif dan
di tetapkan dengan peraturan.
Alur perintah atau alur kerja dipemerintahan daerah dalam mengelola keuangan
daerah adalah :

Sementara itu, fungsi pemerintah daerah dalam sistem pengelolaan keuangan daerah
terdiskripsi didalam skema berikut :

Pasal 292 dan pasal 343 UU No 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan bahwa
DPRD Provinsi/kabupaten/kota mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan penbgawasan.
Ketiga fungsi tersbut dijalankan dalam kerangka
representasi rakyat provinsi/kabupaten/kota. Tugas dan wewenang DPRD menurut pasal 293
dan 344 UU No 27/2009 adalah:
1. membentuk peraturan daerah provinsibersama gubernur/bupati/walikota
2. membahas dan memberikab persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan oleh
gubernur/bupati/walikota.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.
Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu
sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah menurut (Devas,dkk,1987; 279-
280) adalah sebagai berikut :
1. Tangung jawab (Accountability)
Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga
atau orang yang berkepentingan yang sah, lembaga atau orang itu termasuk pemerintah
pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting dalam
tanggung jawab adalah mencakup keabsahan yaitu setiap transaksi keuangan harus
berpangkal pada wewenang hukum tertentu dan pengawasan yaitu tata cara yang efektif
untuk menjaga kekayaan uang dan barang serta mencegah terjadinya penghamburan dan
penyelewengan dan memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar terpungut jelas
sumbernya dan tepat penggunaanya.

2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan


Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang
maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.

3. Kejujuran
Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus
diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat dipercaya.

4. Hasil guna (Efektif) dan daya guna (efisien)


Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pemerintah daerah dengan biaya yang serendah- rendahnya dan dalam waktu yang
secepat- cepatnya.

5. Pengendalian
Para aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus
melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.

Peran dan Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melakukan koordinasi,


mediasi dan fasilitasi dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan pembinaan dalam
rangka menyelenggarakan program kegiatan dibidang pengelolaan keuangan daerah. Untuk
menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan daerah
b. Perumusan kebijakan operasional program pengelolaan keuangan daerah
c. Perumusan rencana, pelaksanaan program, pemberian bimbingan dan
pembinaan akuntansi pengelolaan keuangan
d. Perumusan rencana dan pelaksanaan program pengelolaan kas daerah
e. Penyusunan rencana APBD dan pembinaan pelaksanaan pengelola APBD
f. Perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan administrasi pengelolaan keuangan
daerah
g. Pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan program dibidang
pengelolaan keuangan daerah
h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dibidang
pengelolaan keuangan daerah
i. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan

j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

Sumber Keuangan Daerah


Sesuai dengan UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157,
Sumber- sumber penerimaan daerah terdiri dari 4 bagian, yakni :
1. Pendapatan Asli Daerah yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber- sumber
dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Hasil Pajak Daerah
 Hasil Retribusi Derah

 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

 Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
 Dana Bagi Hasil, adalah Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka
persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
 Dana Alokasi Umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN,
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
 Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
prioritas nasional

3. Pinjaman Daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima


sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

4. Lain- lain Pendapatan Daerah yang sah.


 Dana Darurat dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa
luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas
 Hibah, adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah,
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa,
rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang tidak perlu dibayar kembali
 Bantuan Keuangan

 Bagi hasil dari Provinsi

Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah


Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A
dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut, adapun
Peraturan tersebut antara lain :
1. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan
Keuangan Negara.
4. UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional.
5. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
6. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
7. UU No 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
8. UU No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah.


Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan untuk
mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar tersebut
kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki
tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran
mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau peraturan
dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan yang berwujud
Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari
berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapanya. Peraturan tersebut
memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
1. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
2. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala
daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik
Daerah
4. Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
5. Permendagri No. 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemeriksaaan dalam rangka
berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah
6. Permendagri No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat
di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
7. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negara
No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah

Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang
dikuasai daerah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah
meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman ;
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian ini
harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan
merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih;
4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja
daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU keuangan
Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain adalah meliputi
kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah,
yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan
negara/daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai
rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi daerah
otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat / wadah untuk
menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui
berbagai kegiatan dan program. Berdasarkan Peraturan pemerintah no 56 tahun 2005
dikatakan bahwa APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah , yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam
bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut kemampuan manajemen pemerintahan
daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000
juga menyebutkan bahwa, penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah
dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Pengeluaran daerah adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban
daerah. Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.

Struktur Belanja terdiri dari:

1. Aparatur Daerah dan Pelayanan Publik:


 Belanja Administrasi Umum

- Belanja Pegawai/Personalia

- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Perjalanan Dinas

- Belanja Pemeliharaan

 Belanja Operasi dan Pemeliharaan

- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Perjalanan Dinas

- Belanja Pemeliharaan

 Belanja Modal

2. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan


3. Belanja Tidak Tersangka

Struktur Pembiayaan terdiri dari :

1. Penerimaan Pembiayaan:
 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu

 Transfer dari Rekening Dana Cadangan

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

 Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

 Penerimaan Piutang Daerah

2. Pengeluaran Pembiayaan:
 Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo

 Pembelian kembali obligasi daerah

 Penyertaan modal (investasi) daerah

 Pemberian piutang daerah

 Transfer ke rekening dana cadangan

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAP) adalah rangkaian sistematik dari


prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintahan daerah. SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam
melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar,
penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan. Disamping itu, SAPD
menjelaskan siapa melakukan apa sekaligus menegaskan transaksi apa dicatat bagaimana.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam penyusunan SAPD antara lain: mengidentifikasi prosedur, menentukan
pihak pihakterkait, menentukan dokumen terkait, menentukan jurnal standar dan
menuangkannya dalam langkah teknis.
SAPD terdiri atas sistem akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan
sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sistem akuntansi PPKD meliputi
teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-
LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi,
penyusunan laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pemerintah daerah. Sedangkan Sistem akuntansi SKPD meliputi teknik pencatatan,
pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD.

Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam pasal 6 UU No.


17/2003 yaitu :

1. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku


pejabat pengelola APBD
2. Dilaksanakan oleh Kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/ barang daerah.

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD


2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah;
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/


barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;


2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
3. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
4. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;
6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya.

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi PPKD, pihak-pihak yang terkait, dan


saat kapan pencatatan harus dilakukan.
1. Sistem Akuntansi Pendapatan
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara lain:
a. Bendahara PPKD
Bendahara PPKD mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan
kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap Penerimaan Harian yang
bersumber dari Pendapatan, dan melakukan penyetoran uang yang diterima ke
kas daerah setiap hari.
b. Fungsi Akuntansi PPKD
Fungsi Akuntansi PPKD mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan
Pendapatan LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku
Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal jurnal
transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku Besar
masing masing rekening (rincian objek), dan menyusun Laporan Keuangan, yang
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL
(LP.SAL), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan keuangan.
c. PPKD selaku BUD
PPKD selaku BUD menandatangani/mengesahkan dokumen surat ketetapan
pajak/retribusi daerah dan menandatangani laporan keuangan yang telah disusun
oleh Fungsi Akuntansi SKPD.

2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja


Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)


PPK-PPKD mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti-
bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan
Neraca, melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek),
dan menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran PPKD
Bendahara Pengeluaran PPKD mencatat dan membukukan semua pengeluaran
beban dan belanja kedalam buku kas umum PPKD dan membuat SPJ atas beban
dan belanja.
3.Sistem Akuntansi Transfer
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi transfer masuk dan transfer keluar antara
lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD dan Bendahara Pengeluaran PPKD.

4.Sistem Akuntansi Pembiayaan


Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi Akuntansi
PPKD, BUD, dan PPKD.

5. Akuntansi Kas dan Setara Kas


Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD antara lain
Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara Penerimaan PPKD,
Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.

6. Sistem Akuntansi Piutang


Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.

7. Sistem Akuntansi Investasi


Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.

8. Akuntansi Dana Cadangan


Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi dana cadangan antara lain :

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)


PPK-PPKD memiliki tugas mencatat transaksi/kejadian dana cadangan
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum, memposting
jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan ke dalam Buku Besar masing-
masing rekening (rincian objek), dan membuat laporan
keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
b. PPKD
Dalam sistem akuntansi dana cadangan, PPKD memiliki tugas menandatangani
laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD dan
menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD
c. Sistem Akuntansi SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang.

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi SKPD, pihak-pihak yang terkait, dan


saat kapan pencatatan harus dilakukan.
1. Sistem Akuntansi Pendapatan
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD antara
lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
PPK-SKPD mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan Pendapatan LRA
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan
Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian
pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing
rekening (rincian objek), serta menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca dan
Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD
Bendahara Penerimaan SKPD mencatat dan membukukan semua penerimaan
pendapatan kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap
Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan penyetoran
uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
c. PA/KPA
PA/KPA menandatangani/mengesahkan dokumen surat ketetapan pajak/retribusi
daerah dan menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi
Akuntansi SKPD.
2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja
Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara
lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi SKPD untuk mencatat
transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah
dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan
posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja kedalam Buku Besar
masing masing rekening (rincian objek), dan menyusun Laporan Keuangan, yang
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO),
Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) , dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran SKPD
Bendahara Pengeluaran SKPD mencatat dan membukukan semua pengeluaran
beban dan belanja kedalam buku kas umum SKPD dan membuat SPJ atas beban
dan belanja.

Prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah


Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.13 Tahun 2006 Pasal 4, terdapat prinsip penting dalam mengelola keuangan
daerah meliputi :
1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan,
yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
3. Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
4. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada tingkat harga terendah.
5. Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.
6. Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
7. Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang
objektif.
8. Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.
9. Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan
masayarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara
pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah
yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam
bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut kemampuan manajemen pemerintahan
daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif.
Keuangan daerah harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-
masing. Tetapi kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam
pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa
permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan keadaan
intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari pejabat-pejabat
daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana yang secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah
memang harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari
pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik. Walaupun
pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan daerah mengalami
kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat
kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat
kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi terhambat.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daeraht
http://dokumen.tips/documents/sistem-pengelolaan-keuangan-daerah
55b4fbc3f1668.html
http://keuanganlsm.com/kewenangan-pengelolaan-keuangan-negara/

http://rajawaligarudapancasila.blogspot.co.id/2011/05/tiga-belas-masalah
keuangan-negara-dan.html

Anda mungkin juga menyukai