Anda di halaman 1dari 7

MATAKULIAH INVESTASI DAN PAMBIAYAAN DAERAH

Resume Perbedaan dan persamaan keuangan daerah dan desa, dan


manfaat APBD daerah dan desa

Disusun oleh :

Fazlur Ihzanurahman

16130005

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PERBANKAN

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

2018
KEUANGAN DAERAH
Menurut UU Nomor UU Nomor 23 tahun 2014. Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala
sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut PP Nomor 58 tahun 2005 Keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut
UNSUR POKOK KEUANGAN DAERAH
· Hak Daerah
· Kewajiban Daerah
· Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
· Dapat dinilai dengan Uang
PRINSIP MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
1. Akuntabilitas
Pengambilan suatu keputusan sesuai dengan mandat yang diterima.
Kebijakan harus dapat diakses dan dikomunikasikan
2. Value for Money
Prinsip ini dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
Dalam pengelolaan harus dipercayakan kepada pegawai yang punya
integritas dan kejujuran yang tinggi.
4. Transparansi
Keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan keuangan daerah
sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan Masyarakat.
5. Pengendalian
Monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran APBD

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Pengelolaan dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan pengelola keuangan
daerah. Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, khususnya pasal 30-
32 menjelaskan tentang bentuk pertanggungjawaban keuangan negara. Dalam
ketentuan tersebut, baik Presiden maupun Kepala Daerah (Gubernur/Bupati
/Walikota/) diwajibkan untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir (Bulan
Juni tahun berjalan). Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang mana penyajiannya berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), dengan lampiran laporan keuangan perusahaan negara/BUMN pada LKPP
dan lampiran laporan keuangan perusahaan daerah/BUMD pada LKPD.
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah. Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas hirarki penyusunan laporan
keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab
didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai tambahan
informasi dalam pertanggungjawaban keuangan negara.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan,
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah
wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu
diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.

PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN DANA


Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara administratif atas pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
Disamping pertanggungjawaban secara administratif, bendahara penerimaan
SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang
yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada PPKD selaku BUD . Selanjutnya PPKD selaku BUD melakukan ver
ifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pada SKPD.
Dalam hal laporan pertanggungjawaban telah sesuai, pengguna anggaran
menerbitkan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban. Untuk tertib laporan
pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran.

KEUANGAN DESA

UU No 6 Tahun 2014 menjelaskan pengertian keuangan desa sebagai berikut


: Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan
pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa. (Pasal 71 ayat
2)
Sedangkan aset desa dijelaskan sebagai berikut : Aset Desa adalah barang milik
Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
Ayat 10 dan 11 Pasal 1 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Kewenangan Kepala Desa:
Kewenangan Kepala dalam Keuangan Desa dinyatakan dalam Pasal 26 ayat 2 c,e
yakni Kepala Desa memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa
dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pendapatan Desa:
Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi,
gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. (Pasal 72)
Belanja Desa:
Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang
disepakati dalam Musyawarah Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah.
Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, tetapi
tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat Desa. (Pasal 74)
APB Desa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja,
dan pembiayaan Desa. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan bersama Badan
Permusyawaratan Desa.Sesuai dengan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
setiap tahun dengan Peraturan Desa. (Pasal 73)
Pengelolaan
Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa. Dalam
melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa. Ketentuan lebih
lanjut mengenai Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Pemerintah. (Pasal 75)
Aset Desa
Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan,
tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian,
hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik
Desa.Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
1. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
2. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
3. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. hasil kerja sama Desa; dan
5. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. (Pasal 76)

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN KEUANGAN DESA DAN DAERAH


persamaan:

 sama sama diolah pihak terkait


 sama sama mencangkup aspek keuangan pada (wilayah)
 sama sama dinilai dari segala bentuk hak dan kewajiban suatu wilayah terkait

perbedaan:

 beda cangkupan hasil pendistribusian keuang wilayahnya secara langsung


daerah mencangkup wilayah yang lumayan luas secara langsung desa
mencangkup wilayah yang kecil
 kalau kebutuhan daerah lebih banyak sedangkan kebutuhan desa tak terlalu
dilihat dari aspek penunjangnya

Manfaat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah :

1. Dengan anggaran dapat mengetahui perkembangan pembangunan


dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
2. Dengan anggaran dapat diketahui skala prioritas.
3. Anggaran merupakan arah dan petunjuk pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan daerah dalam satu tahun mendatang.
4. Dengan adana APBD pemerinah daerah sudah memiliki gambaran yang
jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan
pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan pemerintah dalam satu
tahun.
5. APBD sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
perekonomi daerah dalam proses pembangunan di daerah.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.keuangandesa.com/2014/03/keuangan-desa-dalam-uu-desa/

http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2018/02/01/keuangan-daerah-
dan-pertanggungjawabannya/

https://bagascahyablog.wordpress.com/2017/10/09/apbd-fungsi-apbd-
manfaat-apbd/

Anda mungkin juga menyukai