Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan desa menjadi prioritas dalam pembangunan


nasional yang telah dirancang pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla
hingga lima tahun mendatang. Hal tersebut sesuai dengan salah satu
Program Nawacita Pemerintah diantaranya yakni “Membangun Indonesia
dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam
Kerangka NKRI”. Maka pada APBN-P 2015 dialokasikan dana yang lebih
besar guna memperkuat pembangunan desa. Dalam Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN pada Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa dana desa merupakan dana
yang diperuntukkan bagi desa yang bersumber dari APBN dan ditransfer
melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Diharapkan
pengalokasian dana desa dapat meningkatkan pemerataan pembangunan
serta pemerataan kesejahteraan desa dan memajukan perekonomian
desa.

Sebagai suatu bentuk pemerintahan terendah, pemerintah desa


diharapkan mampu melaksanakan otonomi dengan sebaik-baiknya.
Dalam mewujudkan otonomi yang sebaik-baiknya diperlukan faktor-faktor
yang mendukung seperti Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
pelaksana, keuangan, serta sarana dan prasarana. Pemerintah desa
dituntut untuk siap dalam melaksanakan otonomi desa baik dalam
pembuatan kebijakan, perencanaan maupun pelayanan yang baik kepada
masyarakatnya. Dalam otonomi desa, desa memiliki hak untuk mengelola
rumah tangganya sendiri termasuk dalam pengelolaan keuangan desa.
Pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan desa adalah kepala
desa. Dalam Permendagri No 113 Tahun 2014 disebutkan bahwa kepala

1
desa memiliki wewenang dalam menyelenggarakan seluruh keuangan
desa.

Realita yang terjadi ternyata tidak sedikit pemerintah desa


melakukan penyelewengan terhadap dana desa/anggaran desa.
Berdasarkan pantauan ICW (Indonesia Corruption Watch) tentang praktek
korupsi penggunaan dana desa yang ditangani sejak 2016 hingga 10
Agustus 2017 ditemukan 110 kasus korupsi anggaran desa dengan total
kerugian yang ditimbulkan negara mencapai sekitar 30 miliar. Dalam 110
kasus korupsi anggaran desa tersebut terdapat 139 pelaku, 107 dari 139
pelaku merupakan kepala desa. Dari penemuan ICW terkait pelaku kasus
korupsi anggaran desa tersebut kepala desa termasuk menjadi pelaku
terbesar dalam kasus penyelewengan anggaran desa yang terdiri dari
dana desa, alokasi dana desa, serta pendapatan asli daerah. Banyaknya
masalah terkait penyelewengan anggaran desa yang terjadi, maka
diperlukan usaha lebih keras lagi guna menciptakan pemerintahan yang
baik dan bersih (good and clean governance). Pemerintah perlu
melakuan perubahan terkait pengelolaan anggaran desa dari manual
menjadi sistem pengelolaan berbasis elektronik/online.

Penggunan teknologi dan informasi pada bidang pemerintahan


(egovernment) cukup membantu masyarakat dalam hal pelayanan publik.
Menurut Emilsyah (dalam Gunawan, 2016) e-government merupakan
sistem informasi manajemen dalam bentuk implementasi pelayanan publik
yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yang digunakan
sebagai media informasi dan komunikasi secara interakif antara
pemerintah dengan kelompok-kelompok masyarakat dan sesama
lembaga pemerintahan itu sendiri. Dalam penerapan egovernment
pemerintah juga memberikan inovasi terhadap suatu sistem keuangan
yang dapat memberikan kemudahan kinerja organisasi pemerintah yaitu
e-budgeting.

E-budgeting diharapkan dapat meningkatkan tata kelola keuangan


yang baik pada pemerintah desa. Menurut Gunawan (2016) e-budgeting

2
merupakan sistem informasi yang digunakan untuk penyusunan anggaran
guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses penganggaran.
Dari pengertian tersebut efisiensi dalam e-budgeting dimaksudkan
meminimalisir waktu maupun biaya akomodasi, sedangkan efektivitas
dalam e-budgeting dimaksudkan bahwa e-budgeting menjadi sesuatu
yang mampu menghasilkan output/hasil yang diinginkan. Menurut
Wijiyanto (2015) e-budgeting dapat pula diartikan sebagai sistem yang
berisi data-data keuangan mupun informasi melalui teknologi yang
membantu dalam hal peningkatan keterbukaan serta akuntabilitas pada
pemerintah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keterbukaan
pada sistem e-budgeting dapat digunakan sebagai alat monitoring atau
pengawasan dalam penyusunan anggaran sehingga dapat meminimalisir
penyalahgunaan anggaran pada instansi pemerintah.

Pemerintah mengharapkan agar e-budgeting diterapkan di seluruh


instansi pemerintah. Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)
merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) guna meningkatkan kualitas tata kelola
keuangan desa. Tujuan dikembangkannya SISKEUDES adalah
membantu pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa secara
efektif, efisien serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan desa. Melalui aplikasi tersebut diharapkan pemerintah desa
lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan sumber daya alam yang
dimiliki termasuk pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Sistem
Keuangan Desa (SISKEUDES) telah diperkenalkan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sejak tahun 2015 dengan
nama SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah). SISKEUDES mulai
diberlakukan untuk diterapkan pada pemerintah desa pada tahun 2017.
Boalemo merupakan Kabupaten yang sudah menerapkan Sistem
Keuangan Desa (SISKEUDES) ditiap Desanya. Hal tersebut berdasarkan
pada Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri tahun 2015 terkait
SISKEUDES yang ditujukan kepada gubernur, bupati/walikota seluruh
indonesia. Dalam surat edaran tersebut juga berisi himbauan kepada

3
gubernur, bupati/walikota untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi
penerapan/pemanfaatan aplikasi tersebut dalam pengelolaan keuangan
desa.

Sesuai dengan isi surat edaran tersebut yang berisi anjuran untuk
diterapkannya aplikasi SISKEUDES di seluruh desa, maka Kabupaten
Boalemo juga menerapkan aplikasi tersebut kepada desa-desanya.
Penerapan aplikasi SISKEUDES memiliki kesesuaian dengan misi
pembangunan di Kabupaten Boalemo. Anggaran desa yang meningkat
setiap tahunnya serta laporan keuangan yang beragam menuntut
tanggung jawab yang besar oleh pemerintah desa. Anggaran desa yang
besar tersebut jangan sampai membuat pemerintah desa tersangkut
kasus hukum karena indikasi korupsi pada laporan keuangan desa
Pemerintah desa dituntut untuk bisa menerapkan prinsip transparansi
maupun prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa agar
terwujud tata kelola pemerintahan desa yang baik. Sumber daya dan
sarana pendukung sangat diperlukan dalam penerapan kedua prinsip
tersebut. Sumber daya dalam hal ini yaitu sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dalam pengelolaan keuangan desa melalui
SISKEUDES. Sarana pendukung yaitu sarana teknologi informasi yang
memadai dan mudah dipahami.

Pemerintah desa memiliki peran penting dalam pengelolaan


keuangan desa melalui aplikasi SISKEUDES dari tahap perencanaan
sampai dengan pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Kepala desa memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai pemegang
kekuasaan atas pengelolaan keuangan desa. Dilihat dari kondisi SDM
desa dan sarana teknologi informasi yang belum memadai, membuat
aplikasi SISKEUDES di desa ini belum berjalan maksimal. Hal tersebut
dapat dilihat dari website desa yang pasif dimana hampir seluruh menu di
dalamnya tidak berisi informasi apapun, termasuk informasi terkait
keuangan desa. Jika dilihat dari letak geografisnya Desa Bajo merupakan

4
wilayah Pesisir dimana seharusnya pemerintah desa sudah mengerti
penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi.

Pemerintah desa dipaksa harus siap dalam mengelola keuangan


desa melalui aplikasi SISKEUDES dalam rangka optimalisasi pengelolaan
keuangan desa. Aparatur pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) harus memiliki kemampuan dibidang akuntansi mupun
pembukuan serta pemahaman tekait peraturan perundang-undangan
maupun ketentuan lain yang berlaku. Oleh karena itu penulis ingin
memaparkan bagaimana Sistem Infromasi Keuangan Desa Dalam
Pelaksanaan dan penerapannya. Maka penulis mengambil Makalah
dengan judul “Pengelolaan Keuangan Desa melalui Aplikasi Sistem
Keuangan Desa (SISKEUDES)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan


masalah dalam Makalah ini adalah

1. “Bagaimana Pengelolaan Keuangan Desa Berbasis Aplikasi


Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)?
2. Bagaimana Manfaat Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(SISKEUDES) bagi Desa?
3. Apakah Kendala Penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(SISKEUDES) Bagi Desa?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengawalan Aplikasi Sistem Keuangan Desa

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang


Badan Pengawas Keuangan Dan Pembangunan (BPKP), BPKP telah
diberi mandat untuk mengawal akuntabilitas keuangan dan pembangunan
nasional, termasuk pengelolaa keuangan desa khususnya melalalui
aplikasi sistem keuangan desa, dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memastikan seluruh Ketentuan dan Kebijakan dalam implementasi


UU Desa khususnya keuangan dan pembangunan desa dapat
dilaksanakan dengan baik untuk seluruh Tingkatan Pemerintah
2. Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan
keuangan desa secara akuntabelmulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan

Tahap pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengawalan


pengelolaan keuangan desa, dapat dapat diidentifikasi titik-titik kritis di
tingkat pemerintahan maupun dalam proses pengelolaan keuangannya,
sebagai berikut:

1. Tingkat Pemerintahan:

a. Pemerintah Pusat

1) Koordinasi antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan
Kementerian Keuangan.
2) Sinkronisasi Peraturan Pelaksanaan antar Kementerian

3) Peraturan Pelaksanaan yang belum mendukung, misal


Perpajakan dan PBJ.

6
b. Pemerintah Provinsi:

1) Pembinaan dan Pengawasan


2) Fasilitasi pendampingan

c. Pemerintah Kabupaten/Kota:

1) Kebijakan penghitungan alokasi: Dana Desa (APBN), Alokasi


Dana Desa (APBD Kabupaten/Kota) dan Bagi Hasil
Retribusi/Pajak Daerah
2) SDM (Kecamatan, Inspektorat, Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), Dinas
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD)
3) Kebijakan PBJ Desa dan Pengelolaan Keuangan Desa

d. Pemerintah Desa:

1) SDM Kepala Desa, perangkat Desa dan Badan


Permusyawaratan Desa (BPD)
2) Sarana dan Prasarana Desa
3) Kebijakan tingkat Desa

B. Proses Pengelolaan Keuangan Desa

a. Perencaanaan:

1) Keselarasan Perencanaan dalam RPJM dan RKP Desa dengan


program Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga),
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
2) Tingkat Partisipasi BPD, Lembaga Kemasyarakatan Desa, RW
dan RT.
3) Kualitas RKP Desa

7
b. Penganggaran:

1) Penyusunan APB Desa


2) Harmonisasi Kepala Desa & BPD
3) Evaluasi APB Desa oleh Kecamatan

c. Pelaksanaan:

1) Pengadaan Barang/Jasa
2) Kewajiban Perpajakan
3) Kewenangan Kepala Desa yang besar

d. Penatausahaan

1) Administrasi pembukuan
2) Cara peng-SPJ-an
3) Pencatatan kekayaan desa

4) Konsep Belanja Modal dan Belanja Barang yang masih rancu

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban:

1) Jumlah Laporan yang harus dibuat


2) Standar Pelaporan

f. Pengawasan:

1) Efektifitas pengawasan
2) Kesiapan aparat khususnya APIP Kabupaten/Kota

C. Fitur-Fitur Sistem Keuangan Desa

Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan


aplikasi yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola
keuangan desa. Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi Pengelolaan
Keuangan Desa dibuat sederhana dan user friendly sehingga

8
memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi sistem keuangan
desa.

Proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada,


dapat menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan

laporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, antara

lain:

a. Dokumen Penatausahaan:
b. Bukti Penerimaan;
c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
d. Surat Setoran Pajak (SSP);
e. Dan dokumen-dokumen lainnya
f. Laporan-laporan:
g. Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per
sumber dana);
h. Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak,
Buku Pembantu, dan Register

D. Prosedur Penggunaan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes)

Proses penginputan dalam sistem keuangan desa (Siskeudes)


dilakukan sekali sesuai dengan transaksi yang ada dan dapat
menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan
laporanlaporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam proses pelaksanaannya, sebelum menginput data ke dalam
aplikasi siskeudes, desa harus menetapkan RAB (Rancangan Anggaran
Biaya) yang telah diseseuaikan sebelumnya dengan yang tertera dalam
sistem. RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang akan diinput tersebut
merupakan rancangan yang akan digunakan untuk tahun berikutnya.

9
Proses pelaksanaan dari aplikasi sistem keuangan desa
(Siskeudes) ini harus disesuaikan dulu dengan apa yang ada pada sistem.
Jika RAB tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada dalam sistem, maka
sistem tidak dapat menginput data. Tentunya hal ini juga dapat membantu
para pegawai dalam bekerja, dimana pegawai akan dituntut untuk bekerja
dengan aturan yang telah ditentukan sehingga hasil kerjanya juga akan
semakin baik.

Selain RAB terdapat beberapa dokumen yang diinput dalam sistem


keuangan desa (Siskeudes) yaitu dokumen penatausahaan, bukti
penerimaan, Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Setoran Pajak
(SSP), laporan penganggaran (Perdes APBDesa, APBDesa per sumber
dana), serta laporan penatausahaan (Buku kas umum, Buku bank, Buku
pajak, Buku Pembantu, dan Register). Laporan laporan yang akan diinput
ke sistem, sebelumnya akan dibuat oleh pegawai yang bertugas yang
telah dibagi ke bidang masing-masing. Setelah pegawai desa membuat
rancangan laporan yang sesuai dan telah mendapat persetujuan
selanjutnya akan diberikan kepada operator untuk diinput ke sistem.
Pernyataan diatas dapat diperkuat juga dari hasil observasi yang
diperoleh di lokasi penelitian. Adapun prosedur penggunaan dari aplikasi
sistem keuangan desa (Siskeudes) yaitu sebagai berikut:

1. Log in ke sistem menggunakan user ID dan password yang dimiliki


Oleh Desa

10
2. Setelah berhasil masuk ke sistem, lalu untuk memasukan data pilih
Data Entri, kemudian pilih menu yang tertera. Dalam data entri
terdapat 4 menu yang terdiri dari perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, serta pembukuan.

Berikut tampilan program sistem keuangan desa (Siskeudes):

3. Menu Perencanaan. Perencanaan Siskeudes digunakan untuk


mengentri data perencanaan desa mulai dari Renstra Desa,
RPJMDesa dan RKPDesa. Perencanaan Siskeudes diakses dari
menu Data Entri – Perencanaan – Renstra Desa/ RPJMDesa seperti
tampak sebagai berikut:

a. Menu Data Umum digunakan untuk memasukkan Identitas Desa


yang terdiri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Kaur Keuangan
Termasuk dalam data yang dientri adalah pagu indikatif setiap
kegiatan pada setiap tahun RKPDesa.

11
4. Menu Penganggaran. Penganggaran digunakan untuk melakukan
proses entri data dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa). Penginputan data agar dimulai secara
berturut sesuai menu yang tersedia dalam aplikasi. Dalam menu
penganggaran terdapat 6 pilihan yaitu Isian Data Anggaran ,
Anggaran Kas Desa, Peraturan Desa Posting APBDEs Serta Ekspor
Impor data anggaran dan RAB seperti tampak sebagai berikut:

a. Isian Data Anggaran terdiri dari menu data umum desa, menu
kegiatan, menu pendapatan, menu belanja, menu pembiayaan, dan
menu pembiayaan 2. a. Posting APBDesa. Apabila proses input
data anggaran telah selesai dan APBDes telah selesai dievaluasi
maka posting APBDes dapat dilakukan. Posting ini dilakukan oleh
admin Kabupaten/Kota atau admin di Kecamatan.

5. Menu Penatausahaan.
Menu penatausahaan digunakan untuk melakukan proses entri
data dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes). Penginputan data agar dimulai secara berturut-turut
sesuai dengan tanggal transaksi yang ada. Selain itu penatausahaan
digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan desa, transaksi
pengeluaran desa baik panjar maupun definitif, transaksi mutasi kas
dan transaksi penyetoran pajak. Sedangkan menu ekspor dan impor
data digunakan untuk memindahkan data dari satu komputer ke
komputer yang lain.

12
Menu penatausahaan dapat dilakukan dengan cara yaitu: Data Entri
– Penatausahaan seperti tampak sebagai berikut:

E. Manfaat Penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) di Desa

Penerapan dari sistem keuangan desa (Siskeudes) mengarahkan


para pegawai agar dapat bekerja dengan lebih maksimal serta dapat
menghasilkan sebuah laporan yang dapat memberikan informasi yang
tepat. Adanya sistem keuangan desa (Siskeudes) tersebut tentunya
diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi setiap pegawai
desa. Meskipun sistem keuangan desa (Siskeudes) merupakan sistem
yang baru diterapkan di Desa, namun para pegawai telah merasakan
manfaat dari adanya sistem keuangan desa (Siskeudes) ini. Hal ini

memberikan manfaat yang cukup besar bagi para pegawai Desa.


Sebelum menggunakan sistem keuangan desa (Siskeudes) ini, pegawai
masih menggunakan cara manual dalam pelaporan keuangan desa.
Dalam hal ini para pegawai merasa kesulitan dalam bekerja karena belum
mengetahui arah yang benar dari pekerjaan mereka. Dengan
diterapkannya sistem keuangan desa (Siskeudes) tersebut telah
membantu kerja para pegawai, dimana pekerjaan yang dilakukan dapat
lebih terencana dan terarah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Selain itu, dengan adanya sistem keuangan desa (Siskeudes)
ini, para pegawai semakin termotivasi untuk bekerja dengan baik dan

13
benar karena dalam sistem tersebut mampu mendeteksi jika terjadi suatu
kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut akan
mampu membantu desa dalam menciptakan pegawai desa yang lebih
kompeten lagi.

F. Kendala Penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) di Desa

Aplikasi sistem keuangan desa merupakan salah satu bentuk


inovasi sistem pelaporan keuangan desa yang mengedepankan
aksesibilitas, serta efektif dan efisien waktu. Aplikasi ini dikembangkan
oleh BPKP agar desa-desa di seluruh Indonesia mampu menciptakan
laporan keuangan yang akuntabel dan mengurangi terjadinya korupsi
yang kerap dilakukan oleh aparat desa karena kurangnya kontrol dari
pusat, Adanya penerapan sistem keuangan desa (Siskeudes) tersebut
tentunya memberikan kelebihan maupun kelemahan bagi penggunanya.
Kelebihan dari sistem keuangan desa (Siskeudes) yaitu:

1) sesuai peraturan,
2) memudahkan tata kelola keuangan desa,
3) kemudahan penggunaan aplikasi,
4) dilengkapi dengan sistem pengendalian intern (Builtin Internal
Control),
5) didukung dengan petunjuk pelaksanaan implementasi dan manual
aplikasi

Berdasarkan teori diatas hal tersebut sejalan dengan keadaan di


Desa, dimana kelebihan dari adanya sistem keuangan desa (Siskeudes)
yaitu dapat menciptakan laporan keuangan yang lebih akurat, hal ini
karena dalam sistem dapat mendeteksi jika terjadi suatu kesalahan.
Sehingga para pegawai tentu dapat menciptakan suatu laporan keuangan
yang tepat dan akurat. Selain kelebihan dari sistem keuangan desa
(Siskeudes), terdapat pula kelemahan dari sistem keuangan desa
(Siskeudes) tersebut. Kelemahan sistem keuangan desa (Siskeudes) yaitu
sulitnya memahami penggunaan aplikasi ini karena aplikasi yang masih

14
baru diterapkan sehingga para pegawai sulit untuk mengaplikasikannya.
Selain itu kuranganya pelatihan penggunaan sistem keuangan desa
(Siskeudes) yang diberikan bagi para pegawai. Pelatihan aplikasi sistem
keuangan desa (Siskeudes) hanya diberikan bagi operator yang bertugas
sehingga para pegawai lainnya tidak memahami aplikasi tersebut dengan
baik. Disamping kelebihan dan kelemahan tersebut, adanya sistem yang
baru diterapkan dalam suatu organisasi tentu menimbulkan kendala yang
akan dihadapi oleh pegawai desa. Kendala tersebut antara lain: sistem
keuangan desa (Siskeudes) masih terbilang rumit bagi sebagian pegawai,
kurangnya pelatihan dan terjadinya eror pada sistem.

Agar dapat mengatasi masalah tersebut, para pegawai berusaha


untuk melakukan koordinasi antar pegawai untuk dapat memaksimalkan
pekerjaan sehingga mampu mengatasi masalah yang terjadi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka Penulis dapat menarik


kesimpulan Bahwa

a. Pelaksanaan aplikasi sistem keuangan desa pada indikator


pertama yakni komunikasi yang menjadi ukuran keberhasilan
adalah transmisi dan kejelasan informasi belum maksimal
dikarenakan kurang maksimalnya bimbingan teknis yang
dilakukan oleh BPKP.
b. Sumber daya baik dari segi sumber daya manusia di desa berupa
jumlah staff dan keahlian dari pelaksana sudah baik ditandai
dengan adanya tim PTKD yang membantu pengoperasian
siskeudes ini. Sarana dan prasarana yang menunjang telah
disesuaikan dengan kebutuhan pemerintahan desa.
c. Disposi berupa pemahaman pemerintah desa terhadap program
siskeudes sudah paham serta keterbukaan terkait keuangan desa
lebih baik, selain itu semangat dan kemauan para perangkat desa
sudah baik dikarenakan siskeudes di anggap sangat
memudahkan dan memaksimalkan kinerja pemerintahan desa.
d. Struktur birokrasi ditandai dengan adanya SOP yakni pembagian
tugas, desa ada tingkatan user, kabupaten admin, user
melaporkan ke admin baru ke tingkat pusat. Untuk stuktur
birokrasi desa ada tim PTKD.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran


sebagai berikut:

16
a. Pemerintah daerah sebaiknya meningkatkan kemampuan atau skill
operator dengan pelatihan dan bimbingan teknis langsung pada
prakteknya bukan hanya sekedar pada penyampaian informasi.
b. Setiap desa sebaiknya memiliki operator yang mengoperasikan
aplikasi sistem keuangan desa lebih dari satu orang agar
pelaksanaan aplikasi sistem keuangan desa menjadi lebih
maksimal.
c. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebaiknya
menindak tegas desa yang masih mengunakan aplikasi sistem
keuangan desa yang bukan aplikasi resmi keluaran dari Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), agar aplikasi
yang digunakan keseluruhan desa memiliki kesamarataan dan
laporan keuangan desa tidak dapat dimanipulasi Desa sebaiknya
mengikut sertakan masyatakat mulai dari sosialisasi aplikasi sistem
keuangan desa hingga pelaporan keuangan desa.
d. BPKP sebaiknya meninjau kembali aplikasi sistem keuangan desa
ini agar tidak mudah terserang virus dan sebaiknya dibuat sistem
online agar semakin mempermudah para perangkat desa ketika
pelaporan keuangan desa

17

Anda mungkin juga menyukai