Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan disahkannya Undang-Undang No.6 Tahun 2014 mendefinisikan
“Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”. Desa diberikan kesempatan yang besar untuk
mengurus tata pemerintahannya sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Era modernisasi
yang menjadi bentuk awal kemandirian desa dalam penyelenggaraan Pemerintah
maupun dalam pengelolaan keuangan desa (Aprianis, 2019).
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri, 2018 tentang Keuangan
Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. BPKP (2015: 34) menjelaskan “Pengelolaan Keuangan
Desa dapat dilaksanakan dengan baik tentunya harus didukung diantaranya oleh
sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas serta sistem dan prosedur
keuangan yang memadai. Pengelolaan keuangan desa terdiri dari lima tahapan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, penatausahan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban”.
Peraturan Menteri Dalam Negeri, 2018 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta Peraturan Menteri Desa dan
Peraturan Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut mengenai penganggaran,
penyaluran, pemanfaatan hingga pertanggungjawaban pelaporan Dana Desa.
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Kemendesa PDTT) menyatakan “Penyaluran Dana Desa tahun 2022, per 12 Juli
telah mencapai 51,35% atau Rp.34,7 dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar

1
2

Rp.68 triliun dan dialokasikan kepada 74.961 desa. Dana Desa tahun 2022 sangat
berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa.
Akan tetapi perlu kewaspadaan extra terhadap kemungkinan hambatan penyaluran
dan pemanfaatannya. Dana Desa yang bersumber dari APBN berperan sangat
besar dalam mewujudkan pemulihan ekonomi negara akibat pademi Covid-19
(Djpb, 2022). Dana desa yang cukup besar menuntut aparatur desa harus dapat
mempertanggungjawabkan pengelolaannya dengan baik kepada pemerintahan
pusat maupun kepada masyarakat. Dibalik besarnya dana yang dikelola desa dan
harapan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan desa, juga terdapat
kekhawatiran yang tak kalah besarnya. Ketidaksiapan sumber daya manusia akan
mengakibatkan pengelolaan dana tidak transparan dan berpotensi terjadi
penyelewengan (Mudhofar, 2022).
Indonesia Corruption Watch (ICW) mengemukakan bahwa kasus
penindakan korupsi oleh Aparat Penegak Hukum (APH) paling banyak terjadi di
sektor anggaran dana desa yakni sebanyak 154 kasus pada 2021 dengan
kompetensi kerugian sebesar 233 miliar. Korupsi dana desa bahkan cenderung
meningkat sejak 2015. Kondisi tersebut pun bejalan dengan temuan ICW terkait
lembaga negara yang paling banyak terjerat kasus korupsi. ICW menemukan,
pemerintah desa adalah lembaga dengn kasus korupsi yang ditangani APH
terbanyak pada tahun lalu. Selain anggaran desa, aparat penegak hukum juga
banyak menangani kasus korupsi di sektor Pemerintahan, dengan jumlah 50 kasus
pada tahun 2021. Diikuti sektor pendidikan 44 kasus, transportasi 40 kasus, sosial
kemasyarakatan 34 kasus, sektor perbankan berjumlah 32 kasus, sektor kesehatan
23 kasus, dan sektor pertanahan 21 kasus. Kasus yang sama terjadi di Kabupaten
Lumajang dimana terdapat beberapa pemerintah desa terjerat kasus korupsi dana
desa, seperti kasus penyelewengan kasus bantuan sosial (Bansos), kasus dugaan
korupsi anggaran dana desa (ADD) dan dana desa (DD) tahun anggaran 2016, dan
kasus yang sama juga terjadi penyelewengan dana desa, alokasi dana desa, dan
bantuan keuangan khusus (BKK) tahun anggaran 2019 dengan jumlah yang tak
sedikit yakni sebesar 164 juta. ICW merekomendasikan, pengawas pada sektor
anggaran desa perlu diawasi secara ketat mengingat pada tahun 2022 anggaran
desa yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar Rp. 68 triliun.
3

Untuk melihat capaian kasus korupsi berdasarkan ICW sektor (2021) terdapat
diagram sebagai berikut:

Gambar 1
Diagram Capaian Kasus Korupsi Berdasarkan
Indonesia Corruption Watch (ICW) Sektor 2021

Penyebab penyelewengan karena pengelolaan keuangan termasuk


penganggaran pemerintahan perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM)
yang baik, tetapi kenyataannya ini belum tercerminkan dalam pemerintahan di
desa terlebih dalam memahami tentang pedoman pengelolaan anggaran alokasi
dana desa, ini disebabkan kurangnya infrastruktur dan sarana prasarana yang ada
di desa. Berakibat pada pendistribusian anggaran desa banyak diselewengkan dan
kurangnya pemahaman terhadap mengelola anggaran (Maulida, 2021)
Kenyataan yang juga terjadi saat ini terkait Pengelolaan Keuangan Desa,
secara prinsip masih banyak desa yang memiliki permasalahan terkait laporan
keuangan desa ini, antara lain (1) Sering terjadi keterlambatan laporan keuangan
dalam penyampaian dari desa ke Kecamatan, (2) Masih lemahnya skill
(keterampilan) terkait kreativitas laporan keuangan, (3) Masih lemahnya
infrastruktur terkait teknologi informasi/internet (Lukito, 2018)
Dari masalah yang telah dijabarkan, salah satu strategi dalam
meningkatkan pengelolaan keuangan yang baik pemerintah pusat melalui Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menciptakan aplikasi
keuangan desa bernama Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) yang sebelumnya
4

dikenal dengan nama SIMDA dan tujuannya adalah untuk memudahkan


pemerintah desa dalam membuat dan melaporkan keuangannya, sehingga
menghasilkan laporan-laporan keuangan desa yang baik. Dengan disediakannya
fitur-fitur yang dibuat sederhana dan lebih frendly sehingga memudahkan
pengguna dalam mengoperasikan Siskeudes (Yustina, 2020: 19)
Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati, dkk (2019) dengan judul
“Implementasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Studi Kasus pada Desa Besuki
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo” menunjukkan bahwa penerapan sistem
keuangan desa sudah cukup baik, hanya saja ada ketidaksesuaian dari sisi
pertanggungjawaban yakni belum bisa paparkan kepada masyarakat.
Dengan adanya fenomena yang telah dijabarkan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan melihat apakah penerapan Aplikasi Sistem
Keuangan Desa (SISKEUDES) dalam pengelolaan keuangan desa di Desa
Jatimulyo dimana desa tersebut adalah tempat KKN-P peneliti, yang
dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan September 2022. Dari keterangan
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Jatimulyo dengan
judul “Efektivitas Penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)
Dalam Meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan
Keuangan Desa Jatimulyo Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efektivitas penerapan aplikasi siskeudes di Desa jatimulyo?
2. Bagaimana Akuntabilitas penerapan aplikasi siskeudes dalam pengelolaan
keuangan desa Jatimulyo Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang ?
3. Bagaimana Transparansi penerapan aplikasi siskeudes dalam pengelolaan
keuangan desa Jatimulyo Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang ?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas untuk
membatasi ruang lingkup masalah, baik terlalu luas atau secara garis besar
memungkinkan penelitian lebih terfokus pada penelitian dan pembahasan lebih
terfokus pada aspek-aspek yang relevan. Peneliti membatasi masalah ke dalam
5

efektifitas aplikasi siskeudes tahun 2021-2022 dalam meningkatkan Akuntabilitas


dan ke Transparansi dalam mengelola keuangan desa Jatimulyo Kabupaten
Lumajang. Akuntabilitas dalam pemerintah desa melibatkan kemampuan
pemerintah desa untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa
berdasarkan prosedur, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan Transparansi pengelolaan keuangan desa diartikan sebagai
bentuk keterbukaan pemerintah desa dalam keuangan desa, sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat (publik) dan pemangku kepentingan lainnya yang
meliputi 5 (Lima) proses:
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Penatausahaan
4) Pelaporan
5) Pertanggungjawaban
Namun, dalam penelitian ini akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan desa, peneliti hanya menyelidiki 2 (dua) aspek: pelaporan, dan
pertanggungjawaban.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi ke efektivitas penerapan aplikasi siskeudes di
Desa Jatimulyo
2. Untuk mengidentifikasi akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
dengan aplikasi siskeudes di Desa Jatimulyo Kabupaten Lumajang.
3. Untuk mengidentifikasi transparansi pengelolaan keuangan desa
dengan aplikasi siskeudes di Desa Jatimulyo Kabupaten Lumajang
1.4.2 Manfaat Penelitian
Atas dasar tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dengan dibagi atas manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan sebagai
bahan referensi dalam mengembangkan wawasan di bidang ekonomi
6

khususnya tentang aplikasi siskeudes yang berkaitan dengan


pengelolaan keuangan desa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan kepada aparatur Pemerintahan Desa Jatimulyo agar dapat
memanfaatkan dengan baik kecanggihan dari aplikasi sistem keuangan
Desa ini sehingga dapat mengelola keuangan Desa dengan akuntabel,
transparan, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Hasil penelitian terdahulu ini menjadi salah satu langkah penulis dalam
menulis penelitian sehingga penulis dapat menemukan perbandingan dan
memperluas teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang telah dilakukan
oleh penelitian terdahulu. Penulis mengangkat beberapa penelitian untuk dijadikan
referensi dalam memperluas bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut
merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jumlah terkait dengan penelitian
yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Judul

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Herliya, Analisis Pengelolaan Dana Hasil penelitian menunjukan bahwa


Ernawati Desa Dengan Menggunakan pengelolaan dana desa menggunakan
Malik (2021) Aplikasi Siskeudes Desa siskeudes sudah dilakukan secara
Kamana Kabupaten Buton transparan dan akuntabel. Hal ini
Tengah berdasarkan pada beberapa indikator
akuntabilitas yang telah dipenuhi oleh
pemerintah desa kamama mekar.
Penggunaan aplikasi siskeudes mulai dari
pelaksanaan pengelolaan dana desa
menjadi lebih mudah dalam pembuatan
anggaran, pembukuaan dan pelaporan
keuangan lebih efisien dan tingkat
keaslian data lebih akurat tidak seperti
sebelum menggunakan aplikasi siskeudes
membantu dan sangat sulit memanipulasi
data karena sudah dalam aplikasi

2. Sulistyowati, Implementasi Sistem Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Citra Y dan Keuangan Desa (Siskeudes) implementasi sistem keuangan desa sudah
Fitriyah, Studi Kasus pada Desa cukup baik, hanya saja ada
(2019) Besuki Kecamatan Besuki ketidaksesuaian dari sisi
Kabupaten Situbondo pertanggungjawaban belum bisa paparkan
kepada masyarakat.

Dilanjutkan...
7

Tabel 2.1
Lanjutan...

3. Endang, Implementasi Aplikasi Hasil penelitian menunjukan bahwa.


Rahma Hayati Siskeudes dilihat dari Aspek Implementasi aplikasi sistem keuangan
(2020) Sumber Daya di Desa Bentot desa Bentot Kecamatan Patangkep Tutui
Kabupaten Bartim Kabupaten Barito Timur dikategorikan
terimplementasi
Faktor – faktor yang menghambat
implementasi aplikasi sistem keuangan
desa Bentot Kecamatan Patangkep Tutui
Kabupaten Barito Timur adalah : misi
dan tujuan organisasi, strategi
perencanaan, kebijaksanaan pemerintah,
jenis teknologi dan sosial budaya.

4. Samantha dan Evaluasi Penggunaan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa


Almalik, Aplikasi Siskeudes Dalam penggunaan aplikasi sistem keuangan desa
(2019) Upaya peningkatan Kualitas di Desa Mattunru- Tunrue diketahui
Akuntabilitas Keuangan bahwa rutin melakukan pengupdatean
Desa (Studi Kasus Pada versi aplikasi sistem keuangan desa setiap
Desa Mattunru-Tunrue tahunnya, hal ini dilakukan agar desa
Kec.Cempa Kab. Pinrang ) dapat menggunakan fitur yang ada dan
telah diperbaiki atau fitur terbaru dari
aplikasi tersebut untuk mendukung
pembuatan laporan keuangannya.
Kemudian untuk kualitas akuntabilitas
keuangan Desa Mattunru- Tunrue setelah
penerapan Aplikasi Sistem Keuangan
Desa didapat hasil bahwa telah mengalami
peningkatan yang dikarenakan telah
diterapkannya Asas pengelolaan keuangan
desa serta diimbangi dengan ketaatan
terhadap peraturan yang berlaku saat
mengelola dana yang ada.

5. Lukito, Implementasi Sistem Hasil dan pembahasan terkait


Cahyo, (2018) Keuangan Desa (Siskeudes) implementasi Sistem Keuangan Desa di
Di Desa Sumberbendo Desa Sumberbendo yaitu dilihat dari
Kecamatan Bubulan model Charles O Jones penelitian
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa dari tiga indikator
implementasi kebijakan Siskeudes dapat
berjalan dengan baik, karena dalam
pelaksanaan Siskeudes sampai saat ini
Desa Sumberbendo sudah melaporkan
keuangannya dengan aplikasi Siskeudes.
Hambatan dalam pelaksanaan Siskeudes
ini adalah jaringan internet untuk desa
yang belum terakses

Dilanjutkan....
8

Tabel 2.1
Lanjutan....

6. Mooduto, Evaluasi Penerapan Sistem Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:


Wiliam Indra Keuangan Desa (Siskeudes) 1) Penerapan Sistem Keuangan Desa
S, (2020) Di Kecamatan Kabila (siskeudes) membantu pemerintah
desa dalam mengelola keuangan desa
2) Sistem Keuangan Desa (Siskeudes)
diterapkan pada tahun 2017 proses
penggunaan aplikasi Sistem Keuangan
Desa di Kecamatan Kabila sudah
dilaksanakan secara terstruktur dan
sesuai prosedur.
3) Faktor yang mempengaruhi penerapan
siskeudes. Faktor penghambat yaitu
kurangnya BIMTEK aparat desa,
faktor pendukung yaitu memudahkan
dalam pelaporan keuangan desa.
Penerapan aplikasi Sistem Keuangan
Desa (siskeudes) di Kecamatan Kabila
sudah berjalan dengan baik. Dalam hal
ini kualitas Sumber Daya Manusia
harus sangat diperhatikan karena dapat
berdampak pada kualitas laporan
keuangan yang akan dihasilkan

7. Moh. Cholid Effectiveness Of Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Mawardi, Implementation of Village penerapan Aplikasi Sistem Keuangan
(2021) Financial System Desa (SISKEUDES) efektif dalam
Applications (SISKEUDES) meningkatkan akuntabilitas dan
in Improving Accountability transparansi laporan keuangan di Desa
and Transparency of Grati Kecamatan Sumbersuko Kabupaten
Financial Statements Grati Lumajang. Kata
Village Sub-District
Sumbersuko Lumajang
District

8. Makhshushi Analisis Penerapan Aplikasi Hasil Penelitian Penerapan Aplikasi


Zakiyah, Yesi Siskeudes Desa Maro Sebo, Siskeudes dalam pengelolaan keuangan
Mauliyah, Jambi desa Maro Sebo sudah sesuai dengan
(2022) Permendagri Nomor 20 Tahun 2018.
Pemerintah desa Maro Sebo sudah
mengikuti asas pengelolaan keuangan
yang transparan, akuntabel, partisipatif,
tertib dan disiplin anggaran. Dengan
melibatkan masyarakat dalam seluruh
tahapan pengelolaan, mulai dari
perencanaan sampai pelaporan

Dilanjutkan....
9

Tabel 2.1
Lanjutan....

9. Wibowo, Implementasi Aplikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Triyanto dan Sistem Keuangan Desa implementasi aplikasi Siskeudes 2.0 di
Sutojo, (2020) (SISKEUDES) 2.0 Di Desa Desa Guru Agung I Kecamatan Kaur
Guru Agung 1 Kecamatan Utara Kabupaten Kaur kurang efektif,
Kaur Utara Kabupaten Kaur karena masih terdapat beberapa
permasalah pada sumberdaya yang ada
untuk mendukung implementasi aplikasi
Siskeudes 2.0. Selain itu juga didukung
belum kurang efektifnya kinerja aparatur
dalam mengoperasikan aplikasi Siskeudes
di karena minimnya pengetahuan dan
kemampuan di bidang teknologi Informasi
dan komputer. Pemerintah daerah atau
pusat dapat mengevaluasi pelatihan yang
selama ini diberikan kepada aparatur desa,
supaya pelatihan yang selama ini
diberikan dapat efektif dan dapat
diaplikasikan oleh aparatur desa.

10. Riani, Implementasi Aplikasi Hasil penelitian ini menunjukan bahwa


Kalalinggi Siskeudes di Pemerintahan implementasi penerapan aplikasi sistem
dan Desa Karya Bhakti keuangan desa dari segi komunikasi,
Anggraeiny, Kecamatan Muara Wahau sumberdaya, disposisi dan struktur
(2019) Kabupaten Kutai Timur birokrasi sudah berjalan dengan Kurang
baik. Pelaksanaan aplikasi sistem
keuangan desa ini dalam
pengaplikasiannya sulit dikarenakan
aplikasi yang ribet, tetapi cara untuk
mengintegrasikan sumber daya manusia
(SDM) yang rendah yaitu melalui
pendampingan dan pelatihan; serta
Penerapan sistem keuangan desa
(Siskeudes) memberikan dampak positif
terhadap kinerja pegawai

11. Novita Peran Aplikasi Siskeudes Hasil penelitian menemukan bahwa


Anggraeni, dalam akuntabilitas Dana penerapan Siskeudes di Desa Tulungrejo
(2022) Desa dan Kinerja Aparatur belum maksimal dikarenakan sumber daya
Desa di Desa Tulungrejo manusia dalam hal ini pegawai desa belum
menguasai sistem dengan baik sehingga
berdampak kinerja pegawai. Diketahui
bahwa dengan penerapan sistem yang
maksimal akan memudahkan kinerja
pegawai dan meningkatkan hasil kinerja
pegawai. kan memudahkan pegawai
dalam memahami kinerja sistem

Dilanjutkan......
10

Tabel 2.1
Lanjutan....

12. Indra Umayah, Analisis Peran Aplikasi Hasil penelitian menunjukkan


Arisyahidin, Sistem Keuangan Desa menunjukkan bahwa SISKEUDES
(2022) (Siskeudes) Terhadap mempengaruhi tingkat akuntabilitas
Akuntabilitas Dan laporan keuangan desa. SISKEUDES
Transparansi Guna mampu menjadikan instansi pemerintah
Meningkatkan Kualitas yang akuntabel. Sehingga mampu
Laporan Keuangan Desa Di mewujudkan
Kabupaten Kediri Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan nasional dan juga
terpeliharanya kepercayaan masyarakat

13. Martini et al., Pengelolaan Keuangan Hasilnya penerapan aplikasi SISKEUDES


(2019) Berbasis Aplikasi Sistem mendukung penyediaan laporan keuangan
Keuangan Desa berbasis komputer, namun dalam
pelaksanaannya terkendala oleh
kompetensi sumber daya manusia dan
fasilitas desa yang kurang memadai.

14. Fuaddianto Evaluasi Implementasi Hasil Penelitian menunjukkan Dalam


Fajar, Satrio, Kebijakan Sistem Keuangan melakukan pengelolaan keuangan melalui
(2020) Desa (Siskeudes) di Desa aplikasi Siskeudes di Desa Munggu masih
Munggu Kecamatan belum sesuai dengan ketentuan yang telah
Ngabang Kabupaten Landak ditetapkan dalam kebijakan Siskeudes
khususnya pada ketepatan pelaksanaan
tahapan anggaran desa, yang selanjutnya
mengakibatkan terlambatnya pencairan
dana desa.
Faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan aplikasi Siskeudes di Desa
Munggu adalah adanya kebijakan Kepala
Desa Munggu yang melakukan pergantian
pegawai yang sifatnya strategis seperti
operator aplikasi Siskeudes, sehingga
mengakibatkan pegawai yang menangani
pengelolaan keuangan desa belum bisa
bekerja dengan cekatan/cepat.

15. Trisnadewi, Faktor-Faktor yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa:


Amlayasa and Mempengaruhi Kinerja keterlibatan pengguna memiliki efek
Rupa,( 2020) Siskeudes dalam positif dan signifikan terhadap kinerja
Meningkatkan Kualitas SISKEUDES; program pendidikan dan
Laporan Keuangan Dana pelatihan memiliki pengaruh negatif dan
Desa tidak signifikan terhadap kinerja
SISKEUDES serta dukungan manajemen
puncak berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja SISKEUDES
11

2.2 Landasan Teori


A. Teori Stewardship
Drs. Tjetjep Samsuri, (2003: 3) menjelaskan Sandaran teori sangat perlu
untuk ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kuat dan kokoh dan
bukan sekedar coba-coba. Oleh karena itu seorang peneliti hendaknya melakukan
penelaahan pustaka, karena teori-teori dapat ditemukan berdasarkan bacaan. Erick
et al. (2016) mendefinisikan Teori dapat diartikan sebagai seperangkat konsep dan
definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik
mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan
untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.
Teori lain yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory
yaitu stewardship theory (Davis et al,. 1997), yang menggambarkan situasi
dimana para manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan - tujuan individu tetapi
lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi.
Davis et al,. 1997 dalam 25 Grand Theory (2020: 86) mendefinisikan
“Stewardship teori sama seperti agency teori yaitu hubungan dua pihak prinsipal
(pemilik) dan stewardship (manajer) bedanya dengan agen, steward berperilaku
sesuai dengan kepentingan prinsipal”. Pada organisasi sektor publik yang
dimaksud dengan principal merupakan rakyat dan steward adalah pemerintah
dalam hal ini adalah kepala desa dan aparat desa lainnya. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan memberikan penjelasan tentang adanya hubungan yang jelas antara
teori agensi dengan akuntabilitas.
Elemen teori Stewardship dalam buku 25 Grand Theory dijelaskan bahwa:
1) Berdasarkan hubungan kerja principal-steward menggambarkan
perilaku para pihak dan mekanisme struktural yang dihasilkan
organisasi.
2) Kinerja prinsipal menciptakan lingkungan yang produktif untuk
memfasilitasi perilaku berorganisasi steward
3) Model Manusia yang humanistik, kolektif/melayani yang lain
Pertimbangan penggunaan stewardship theory sehubungan dengan masalah
12

pada penelitian ini adalah karena Manajemen sebagai stewards (pelayan/penerima


amanah/pengelolah) Stewardship theory memandang bahwa dalam Stewardship
Theory, selaku steward dalam hal ini adalah pemerintah dengan fungsi pengelola
sumber daya dan yang menjadi principal adalah rakyat selaku pemilik sumber
daya. Terjadi kesepakatan yang terjalin antara pemerintah (steward) dan rakyat
(principal) berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai tujuan organisasi. Dalam
konteks organisasi sektor publik akuntabilitas merupakan kewajiban pemerintah
sebagai pemegang amanah (steward) untuk mempertanggungjawabkan
kegiatannya kepada rakyat sebagai pihak pemberi amanah (principal) dengan
mengungkap segala informasi, baik keberhasilan maupun kegagalan yang dialami
oleh organisasi tersebut (Jatmiko, 2020)
Teori stewardship memandang bahwa manajemen sebagai steward akan
bertindak arif, bijaksana, dan penuh kesadaran yang berorientasi pada kepentingan
organisasi. Steward pada organisasi sektor publik percaya bahwa kepentingan
mereka akan disejajarkan dengan kepentingan masyarakat sebagai principal.
Steward percaya bahwa jika tujuan principal dapat dipenuhi, maka akan
memberikan dampak terhadap kepercayaan principal kepada steward. Kepala desa
bertindak sebagai steward yang menerima amanah dalam mengelola dana desa.
Pengelolaan dana desa dapat dikatakan berhasil jika dilakukan secara akuntabel.
(Irmawati, 2018).
Keterkaitan teori stewardship terhadap penelitian ini, dapat menjelaskan
keberadaan Pemerintah (steward) sebagai seseorang yang dapat dipercaya dan
bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan melaksanakan tugasnya
dalam membuat pertanggungjawaban keuangan berupa penyajian laporan
keuangan yang akuntabel dan transparan sesuai dengan karakteristik laporan
keuangan (relevan, andal, dapat dipahami dan dapat dibandingkan). Pemerintah
selaku steward memiliki kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya. Sebagai wujud pertanggungjawaban atas wewenang
yang diberikan, pemerintah daerah memberikan laporan pertanggungjawaban
terhadap masyarakat.
13

B. Pengelolaan Keuangan Desa


Koordinasi pembinaan pengelolaan dana desa terbagi menjadi 3 (Tiga) :
1) Kementerian Keuangan, fokus fokus pada pembinaan Pengelolaan Dana
Desa, sebagai salah satu sumber pendapatan Desa yang berasal dari
APBN yang ditindaklanjuti dengan Permenkeu yang ditetapkan setiap
tahunnya. Untuk pelaksanaan pengalokasian Dana Desa Tahun 2020
telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.07/
2020 tentang Pengelolaan Dana Desa yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Kepala Daerah Kabupaten/Kota.
2) Kemendagri, fokus pada Pembinaan Pengelolaan Keuangan Desa yang
pelaksanaannya berdasarkan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Daerah Kab./Kota. Secara
singkat, Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 mengatur Pengelolaan
Keuangan Desa, mulai dari Tahap Perencanaan, Penganggaran,
Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran, Penatausahaan, Pelaporan dan
Pertanggungjawaban, dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan,
akuntabel, serta tertib dan disiplin anggaran dengan berbasis akuntansi
kas.
3) Kemendes, PDT dan Transmigrasi, fokus pada kebijakan Prioritas
Penggunaan Dana Desa yang ditindaklanjuti penetapkan Permendesa,
PDTT setiap tahunnya. Untuk pelaksanaan Penggunaan Dana Desa
tahun 2021 telah diterbitkan Permendes PDTT Nomor 13 Tahun 2020
tentang Prioritas Dana Desa Tahun 2021
Peraturan Menteri Dalam Negeri, Tahun 2018 tentang pengelolaan
keuangan desa menyatakan bahwa yang dimaksud keuangan desa adalah semua
hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa. Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
14

Melalui Undang-Undang Desa, Desa telah diperkuat kewenangannya dalam


penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa. Selain diperkuat
kewenangannya, Desa juga diberikan sumber-sumber pendapatan. Kementerian
keuangan (2017) Pasal 72 ayat (1), Pendapatan Desa bersumber dari:
1) Pendapatan Asli Desa: Hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi,
gotong-royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa
2) Dana Desa dari APBN
3) Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kab/Kota (paling
sedikit 10%)
4) Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima Kab/Kota (minimal 10% dari Dana Bagi
Hasil dan Dana Alokasi Umum)
5) Bantuan keuangan dari APBD Prov dan APBD Kab/Kota
6) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
7) Lain-lain pendapatan Desa yang sah
Dana Desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.(Kemenkeu,
2017). Tujuan Dana Desa adalah untuk:
1) Meningkatkan pelayanan publik di desa Mengentaskan kemiskinan
2) Memajukan perekonomian desa
3) Mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa
4) Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 72 ayat (2)
Tentang Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
bersumber dari Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis
Desa secara merata dan berkeadilan.
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Berdasarkan Permendagri
Nomor 20 Tahun 2018 pasal 9 bab 3 tentang anggaran pendapatan dan
belanja Desa mengatur bahwa, APB Desa terdiri atas :
15

a) Pendapatan Desa
Berdasarkan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 11 bagian
kesatu tentang pendapatan menjelaskan bahwa pendapatan Desa yaitu
semua penerimaan Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang menjadi
hak Desa dan tidak perlu dikembalikan oleh Desa. Pendapatan Desa
sendiri dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1) Pendapatan asli Desa
2) Transfer
3) Pendapatan lain
b) Belanja Desa
Berdasarkan permendagri nomor 20 tahun 2018 pasal 15 bagian kedua
tentang belanja menjelaskan bahwa belanja Desa yaitu semua
pengeluaran yang merupakan kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
Desa. Belanja Desa sendiri digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan kewenangan Desa. Klasifikasi belanja Desa terbagi
atas 5 (lima) bidang antara lain:
1) Penyelenggaraan pemerintahan Desa.
2) Pelaksanaan pembangunan Desa.
3) Pembinaan kemasyarakatan Desa.
4) Pemberdayaan masyarakat Desa.
5) Penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak
Desa.
c) Pembiayaan Desa
Berdasarkan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 25 bagian
ketiga tentang pembiayaan, pembiayaan Desa merupakan semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan dibagi atas
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan dimana
16

penerimaan pembiayaan dibagi atas 3 jenis penerimaan diantaranya


adalah :
1) SILPA tahun sebelumnya
2) Pencairan dana cadangan
3) Hasil penjualan kekayaan Desa yang dipisahkan kecuali tanah
dan bangunan.
Penjelasan Pasal 72 ayat (2): Besaran alokasi anggaran yang
peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10% dari dan di luar dana
Transfer Daerah (on top) secara bertahap. Dana Desa dihitung berdasarkan
jumlah Desa dan dialokasikan berdasarkan:
a) Jumlah penduduk,
b) Angka kemiskinan,
c) Luas wilayah, dan
d) Tingkat kesulitan geografis
Sumber pendapatan desa tersebut digunakan secara keseluruhan untuk
menandai segala kewenangan desa yang menjadi tanggung jawab desa. Dana
tersebut digunakan untuk menandai penyelenggaraan kewenangan desa yang
mencakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, dan kemasyarakatan.
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, keuangan desa harus dikelola
berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif dan dilakukan
dengan tertib dan disiplin anggaran. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa:
1) Transparan, yaitu Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang‐undangan. Prinsip ini
memberikan pengertian bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang seluas-luas untuk mengetahui proses anggaran.
2) Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa
17

setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan


desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐ undangan. Prinsip
akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang
berarti penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat
3) Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang
mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
4) Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus
mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya
Kemenkeu, (2017: 27) Pengelolaan Keuangan Desa meliputi
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, dan
Pertanggungjawaban.
1) Perencanaan
Perencanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan perencanaan
penerimaan dan pengeluaran pemerintahan Desa pada tahun anggaran
berkenaan yang dianggarkan dalam APB Desa. Sekretaris
mengoordinasikan rancangan APBDes berdasarkan Rencana Kegiatan
Pemerintah (RKP) desa tahun berkenaan dan mengikuti pedoman
penyusunan desa yang diatur oleh bupati atau walikota. Rancangan
APBDes yang telah di koordinasikan oleh sekretaris setelah itu
disampaikan ke kepala musyawarah bersama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dan disepakati paling lambat bulan oktober tahun
berkenaan. Setelah melakukan musyawarah terkait rancangan APBDes,
selanjutnya kepala desa menyampaikan kepada bupati atau walikota
terkait rancangan APBDesa melalui camat untuk dievaluasi. Kepala
desa menyampaikan informasi ke masyarakat mengenai APBDes
melalui media informasi, informasi tersebut memuat APBDesa,
pelaksanaan kegiatan anggaran dan tim yang melaksanakan kegiatan,
dan alamat pengaduan.
18

2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan penerimaan dan
pengeluaran Desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada
bank yang ditunjuk Bupati/ Wali Kota. Dalam pelaksanaan anggaran
desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan
dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam
rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening
kas desa. Jika desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah kabupaten
atau kota serta semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah
3) Penatausahaan
Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai
pelaksana fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan
mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum.
Pencatatan pada buku kas umum ditutup setiap akhir bulan. Buku kas
umum mempunyai buku kas pembantu yang dibuat oleh kaur keuangan
yang terdiri atas :
a) Buku pembantu bank, yaitu catatan penerimaan dan pengeluaran
melalui rekening kas desa.
b) Buku pembantu pajak, yaitu catatan penerimaan potongan.
c) Buku pembantu panjar, catatan pemberian dan
pertanggungjawaban uang panjar.
Pelaporan buku kas ditutup setiap akhir bulan, selanjutnya
dilaporkan oleh Kepala urusan (kaur) keuangan kepada sekretaris paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Selanjutnya sekretaris akan
memverifikasi dan evaluasi, hasilnya akan disampaikan kepada kepala
desa untuk disetujui.33 Sekretaris akan mengecek kembali terkait
laporan keuangan yang telah dibuat oleh kepala urusan (kaur) keuangan
sebelum diserahkan kepada kepala desa.
4) Pelaporan
19

Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksanaan APBDesa semester


pertama kepada Bupati/Walikota melalui camat yang terdiri dari :
laporan pelaksanaan APBDes; dan laporan realisasi kegiatan. Laporan
sebagaimana dimaksud paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
berjalan.
5) Pertanggungjawaban
Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas realisasi
APBDesa kepada bupati atau walikota melalui camat setiap akhir tahun
anggaran. Laporannya yang dipertanggungjawabkan. Laporan
keuangan, terdiri atas:
a) Laporan realisasi APB Desa,
b) Catatan atas laporan keuangan.
c) Laporan realisasi kegiatan, laporan yang terdiri dari kegiatan
yang telah direalisasikan terhadap anggaran yang dibuat
sebelumnya
d) Daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya
yang masuk ke Desa, daftar program yang sudah rencanakan
dengan baik dari tingkat desa, daerah harus
dipertanggungjawabkan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa semua bentuk penerimaan
dan pengeluaran keuangan daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah tersebut adalah dalam rangka
pelaksanaan tugas – tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi atau tugas
pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD adalah rencana pelaksanaan keseluruhan pendapatan daerah dan
belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran
tertentu. Pemungutan semua penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target
yang ditetapkan dalam APBD. (Nasution, 2018). Pengelolaan keuangan daerah
merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam konteks sektor publik.
20

Pengelolaan keuangan daerah yang baik dapat meningkatkan kinerja keuangan


suatu pemerintah daerah demikian sebaliknya pengelolaan keuangan daerah yang
buruk akan membuat kinerja keuangan suatu pemerintah daerah akan menurun.
C. Penerapan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)
Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dikembangkan bersama antara
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri). Aplikasi Siskeudes mulai diterapkan di Tahun 2015
dengan didukung oleh Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 143/8350/BPD
tanggal 27 November 2015 hal Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dan Surat
KPK Nomor B.7508/01-16/08/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Himbauan
Terkait Pengelolaan Keuangan Desa/Dana Desa. Aplikasi Siskeudes mengacu
pada peraturan pengelolaan keuangan desa yang berlaku saat itu yaitu
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Rilis
akhir dari Aplikasi Siskeudes yaitu Rilis V1.0.R1.06. Aplikasi ini diberlakukan
sampai dengan penyusunan Laporan APBDes Tahun Anggaran 2018 (BPKP,
2018: 4)
Pengembangan Sistem Keuangan Desa merupakan satu bagian dari langkah
yang diambil BPKP untuk berperan dalam rangka Pengawalan Keuangan Desa.
Pemanfaatan aplikasi ini telah dilakukan piloting di Daerah Mamasa salah satu
kabupaten Mamasa yang dari segi sarana prasarana masih belum memadai. Hasil
dari piloting tersebut ternyata cukup berhasil, diindikasikan dengan penguasaan
dari para perangkat desa atas pengoperasian hingga menghasilkan laporan APB
Desa maupun dokumen dokumen lain yang dibutuhkan dalam proses
penganggaran, penatausahaan, pembukuan dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan Desa (BPKP, 2016: 9)
Aplikasi Siskeudes ditujukan kepada aparat pemerintah desa untuk
memudahkan pengelolaan keuangan desa mulai dari tahap perencanaan hingga
tahap pelaporan/pertanggungjawaban. Prosedur penggunaan Aplikasi Siskeudes
oleh pemerintah desa dilakukan melalui permohonan dari Pemerintah Daerah
untuk penggunaan aplikasi Siskeudes kepada Kemendagri atau Perwakilan BPKP
setempat. Tujuannya adalah agar penggunaan Aplikasi Siskeudes dikoordinasikan
oleh Pemerintah Daerah sehingga dapat diterapkan pada seluruh desa yang ada
21

pada wilayah pemerintah daerah yang bersangkutan. Persetujuan penggunaan


Aplikasi Siskeudes dilakukan dengan cara memberikan kode SML pemda yang
dikeluarkan secara resmi oleh BPKP dan Kemendagri.
Sistem keuangan desa (Siskeudes) secara otomatis menghasilkan berbagai
laporan yang diperlukan, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya,
mengurangi potensi kecurangan dan kesalahan, dan membantu agregasi data.
Dalam penggunaannya aplikasi Siskeudes terdapat data input dan data output, data
input merupakan semua data perintah yang dimasukan ke dalam memori
komputer untuk selanjutnya diproses lanjut oleh prosesor di dalamnya. Sedangkan
data output merupakan data yang telah diproses menjadi bentuk yang digunakan
(Maulida, 2021: 51).
Ridwan (2019: 74) Kelebihan dan Fitur-Fitur Aplikasi Sistem Keuangan
Desa (SISKEUDES) Aplikasi sistem keuangan desa (SISKEUDES) memiliki
beberapa kelebihan yaitu :
a) Sesuai dengan regulasi pengelolaan keuangan desa yang berlaku,
b) Memudahkan tata kelola keuangan desa dan dana desa,
c) Kemudahan dalam penggunaan untuk level pemerintah desa
d) Didukung dengan petunjuk pelaksanaan implementasi dan manual
aplikasi,
e) Dibangun dan dikembangkan dengan melibatkan seluruh pihak yang
terkait dengan pengelolaan keuangan desa,
f) Kesinambungan maintenance karena merupakan aplikasi resmi
pemerintah,
g) Aplikasi dapat diintegrasikan dengan aplikasi terkait pengelolaan
keuangan desa lainnya, seperti aplikasi OM-SPAN milik Kemenkeu
dan SIPEDE milik Kemendesa PDTT.
D. Akuntabilitas
Salah satu asas pengelolaan keuangan desa dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri 2018 Pasal 2 Ayat 1 adalah akuntabilitas. Pengelolaan keuangan
pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang harus
dipenuhi. Salah satu pilar pengelolaan keuangan tersebut adalah akuntabilitas.
BPKP (2015: 52) mendefinisikan Akuntabilitas adalah suatu perwujudan
22

kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian


sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Jatmiko, (2020) Akuntabilitas manajerial menuntut lembaga publik untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien. Setiap proses dalam
organisasi harus dipertanggungjawabkan untuk menghindari ketidakefektifan
organisasi. Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil optimal dengan
biaya yang seminimal mungkin. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan
pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil.
Akuntabilitas keuangan berkaitan dengan pertanggungjawaban lembaga publik
untuk menggunakan uang publik secara ekonomi, efisien dan efektif, tidak ada
pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi.
Manggaukang Raba (2020) mendefinisikan “Akuntabilitas merupakan
syarat terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintah yang baik, demokratis
dan amanah (good governance) Kelembagaan pemerintah yang berakuntabilitas
publik berarti lembaga tersebut senantiasa mempertanggungjawabkan segala
kegiatan yang diamati oleh rakyat”. Demikian pula masyarakat dalam melakukan
kontrol mempunyai rasa tanggung jawab yang besar untuk kepentingan bersama.
Bukan hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan saja. Akuntabilitas bagi
masyarakat seharusnya dibarengi dengan adanya sarana akses yang sama bagi
seluruh masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah.
Novita Anggraeni (2022) mengemukakan “Perwujudan akuntabilitas dan
menumbuhkan kepercayaan publik terhadap kinerja keuangan pemerintah, saat ini
telah menjadi isu penting dalam pengelolaan keuangan”. Akuntabilitas kewajiban
pihak pemegang amanah (steward) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
23

memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut


(Ridwan, 2019). Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan
pengendalian terutama pencapaian hasil kepada pelayanan publik, di samping itu
akuntabilitas merupakan suatu evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang
petugas baik masih berada dalam jalur otoritasnya atau sudah berada di luar jauh
tanggung jawab dan kewenangannya (Martini, 2019)
Penny Kusumastuti (2014:2) mendefinisikan akuntabilitas adalah bentuk
kewajiban penyedia penyelenggaraan kegiatan publik untuk dapat menjelaskan
dan menjawab segala hal menyangkut langkah dari seluruh keputusan dan proses
yang dilakukan, serta pertanggungjawaban terhadap hasil dan kinerjanya.
Ridwan (2019: 42) mengemukakan Tujuan akuntabilitas pada dasarnya adalah
untuk mencari jawaban atas apa yang harus dipertanggungjawabkan, berdasarkan
hal apa yang sungguh-sungguh terjadi serta membandingkannya dengan apa yang
seharusnya terjadi. Apabila terjadi suatu kendala atau penyimpangan, maka
penyimpangan dan kendala tersebut harus segera dikoreksi.
Nasution, (2018) menjelaskan dalam penelitiannya Akuntabilitas publik dan
keterbukaan merupakan dua sisi koin yang tidak terpisahkan sebagai bagian dari
prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Implikasinya, kini
keduanya menjadi bahasan yang marak dan interchangeable, penerapannya pada
pola perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang
participative sebagai suatu konsekuensi logis. Media pertanggungjawaban yang
tepat dapat berupa laporan yang mampu mengekspresikan pencapaian tujuan
melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena mencapai tujuan adalah
kekuatan organisasi maupun ukuran kinerja individu. Tujuan-tujuan ini terlihat
dalam rencana strategis organisasi, rencana kinerja, dan program kerja tahunan,
dengan tetap berpegang pada rencana jangka panjang dan menengah (RPJM) dan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Indikator Akuntabilitas
Sesuai dengan Permendagri 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan
desa beberapa indikator yang dilakukan untuk mengukur dalam penelitian
akuntabilitas sesuai dengan batasan rumusan masalah ini yakni tahap pelaporan,
dan tahap pertanggungjawaban sebagai berikut:
24

Indikator tahap Pelaporan:


1) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
kepada Bupati/ Walikota berupa laporan semester pertama dan laporan
semester akhir tahun.
2) Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa
3) Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester pertama disampaikan
paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
4) Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir
Bulan
Indikator tahap pertanggungjawaban:
1) Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun
anggaran
2) Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri
dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
3) Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes ditetapkan
dengan Peraturan Desa.
Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan
melaporkan segala kegiatan, terutama bagian administrasi keuangan kepada pihak
tertinggi. Media yang digunakan tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban,
tetapi juga mencakup aspek-aspek yang memudahkan bagi pemberi mandat
mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara
lisan dan tulisan, sehingga dapat tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan
keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.
E. Transparansi
Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang
baik. Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 yakni salah satunya transparansi. Transparan
yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan
25

tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan (BPKP, 2015: 35).


Kemenkeu (2017) Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan desa. Perwujudan akuntabilitas dan transparansi
menumbuhkan kepercayaan publik terhadap kinerja keuangan pemerintah, saat ini
telah menjadi isu yang penting didalam pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan keuangan desa juga semakin dituntut untuk dapat mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi (Indra Umayah, Arisyahidin, 2022).
Jatmiko, (2020) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa, Implementasi
hasil uji antara transparansi dan teori stewardship memberi makna bahwa
pemerintah sebagai agent (pimpinan) dan rakyat sebagai principle (yang dilayani)
tentu harus harus memberikan keterbukaan terhadap informasi meliputi: akses
informasi yang mudah: adanya penyusunan mekanisme pengaduan tentang
pelanggaran: adanya informasi melalui media massa dan lembaga non
pemerintahan: adanya informasi tentang prosedur, biaya, dan tanggung jawab.
Dapat dilihat dari
1) SKPD menanggapi pengaduan mengenai pelanggaran peraturan dan
permintaan suap.
2) Setiap pengaduan yang diajukan oleh individu direspon dengan cepat
dan dapat dipertanggungjawabkan.
3) Laporan keuangan diinformasikan secara berkelanjutan kepada
masyarakat.
Ridwan (2019: 22) mengemukakan bahwa Kajian tentang Pengelolaan
Keuangan Desa oleh KPK memperoleh hasil bahwa terdapat potensi korupsi
dalam pengelolaan keuangan desa yang dapat dilihat dari masalah tata laksana
yaitu kerangka waktu siklus pengelolaan anggaran desa sulit dipatuhi oleh desa,
APBDesa yang disusun tidak sepenuhnya menggambarkan kebutuhan yang
diperlukan desa, transparansi rencana penggunaan dan pertanggungjawaban
APBDesa masih rendah dan laporan pertanggungjawaban yang dibuat desa belum
sepenuhnya mengikuti standar dan rawan manipulasi.
Novatiani, dkk, (2019) Adanya penerapan transparansi pada setiap
perangkat daerah bisa meningkatkan kinerja pemerintah dengan baik dengan
26

melakukannya keterbukaan informasi yang relevan maupun akurat. Pemerintahan


yang transparan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
pemerintah. Dikatakan transparan apabila dalam penyelenggaraan
pemerintahannya mudah diakses atau diketahui oleh masyarakat sehingga
masyarakat bisa memantau sekaligus mengevaluasi kinerja pemerintah. Semakin
tinggi transparansi pada aparatur pemerintah maka akan semakin baik pula kinerja
instansi pemerintah. Transparansi keuangan pemerintah desa merupakan bagian
dari kepatuhan desa terkait tata kelola keuangan desa yang harus dikelola sebagai
dana publik, sehingga sudah semestinya proses pengelolaannya juga harus
transparan dan akuntabel.
Asas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaran pemerintahan adalah
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaran pemerintahan
daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan
dan rahasia negara. Penerapan asas transparansi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengetahui berbagai informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara benar, jujur dan tidak diskriminatif (Nasution, 2018). Transparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak–pihak yang
berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau (Nasution and Atika, 2019).
Indikator Transparansi
Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 dalam laporan keuangan daerah
harus transparan sesuai dengan peraturan seperti berikut :
1) Kegiatan Pencatatan Kas masuk maupun keluar dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat. Serta ada papan pengumuman mengenai
kegiatan yang sedang dijalankan.
2) Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara
tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat.
27

3) Laporan Realisasi dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi


Pelaksanaan ADD disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat.
Laporan keuangan daerah dapat dikatakan transparan apabila memenuhi
peraturan berikut yang terutang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.
a) Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan ADD diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis.
b) Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan ADD diinformasikan dengan media informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat antara lain papan pengumuman, radio
komunitas, dan media informasi lainnya.
c) Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan ADD disampaikan kepada Bupati melalui camat.
d) Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan ADD disampaikan
paling lambat satu bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
Persepsi masyarakat terkait transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa merupakan bagian penting dalam proses memajukan desa dengan
memanfaatkan keuangan desa secara optimal tiap tahunnya. Transparansi
keuangan harus didukung dengan kemudahan akses informasi keuangan untuk
masyarakat, baik secara offline dan online, mekanisme kontrol dari anggota
masyarakat dan lembaga desa, dan juga model publikasi yang mudah dimengerti
dan dipahami oleh masyarakat.
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Erick et al. (2016) menjelaskan “Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian)
atau pernyataan (proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang
telah diidentifikasi atau dirumuskan”. Kerangka konseptual dalam suatu penelitian
hendaknya jelas. Ketidak jelasan konsep dalam suatu penelitian akan
menimbulkan pengertian atau persepsi yang berbeda dengan yang dimaksud oleh
peneliti (Drs. Tjetjep Samsuri, 2003).
Siskeudes merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Dalam
Negeri dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk
membantu desa dalam melakukan pelaporan keuangan desa. Penerapan aplikasi
siskeudes sendiri memberikan kemudahan bagi pemerintahan desa dalam
28

melakukan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka regulasi


dan mudah diakses serta mudah dipertanggungjawabkan dalam meningkatkan
dalam proses akuntabilitasnya. Untuk mempermudah pembaca dalam melihat
bagaimana langkah yang akan dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian
ini. Berdasarkan Landasan Teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Efektifitas Penerapan
Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)

Pelaporan Pertanggungjawaban

Akuntabilitas Transparansi

c
Kesimpulan

Gambar 2
Kerangka Konsep Penelitian
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian akuntabilitas dan transparansi ini berada pada Desa
Jatimulyo, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pemilihan
lokasi studi kasus ini dilatarbelakangi atas fenomena yang terjadi dan tingkat
pemahaman aparatur Desa terutama kepala Desa dan kaur keuangan yang sering
disebut bendahara akan pentingnya pengelolaan keuangan sekaligus penerapan
aplikasi siskeudes. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan, mulai
dari bulan Agustus sampai bulan Oktober.

Gambar 3
Kantor Desa Jatimulyo
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian kualitatif. A
dan Abdillah (2019: 1) menyatakan bahwa penelitian merupakan kegiatan yang
ilmiah, terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis
maupun teoritis. Penelitian kualitatif berdasarkan filsafat postpositivisme yang
menganggap segala sesuatu bersifat holistik menyeluruh, belum tentu dapat
diamati dan diukur.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan setting
tertentu yang ada di dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud
menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan
bagaimana terjadinya? Artinya riset kualitatif berbasis pada konsep goin
30

exploring yang melibatkan in-depth and case-oriented study atau sejumlah


kasus atau kasus tunggal (Fadli, 2021: 35)
Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic)
bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mencari pemahaman, kejadian, fenomena,
dan orang yang terlibat maupun tidak terlibat yang diteliti secara menyeluruh dan
kontekstual (Maulida, 2021: 50).
Penelitian deskriptif kualitatif yang sesuai dengan rumusan masalah yang
dibuat penulis, dalam hal ini bertujuan untuk mencari pemahaman, kejadian,
fenomena, dan orang yang terlibat maupun tidak terlibat yang diteliti secara
menyeluruh dan kontekstual. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana Efektivitas Sistem Keuangan Desa
dalam Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di Desa
Jatimulyo Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif perlu diperhatikan,
sebab kualitas riset sangat tergantung dari kualitas dan kelengkapan data
yang telah didapatkan. Gunawan (2013) menjelaskan “Peneliti merupakan
key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun sendiri
ke lapangan secara aktif”. Disini penulis menggunakan dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder:
a) Data Primer, yaitu penelitian ini diperoleh dari lokasi penelitian atau
subjek penelitian. Data yang diperoleh melalui metode observasi dan
interview. Mengamati (observasi) secara langsung perilaku individu
dan interaksi dalam setting penelitian. Maka dari itu, peneliti terlibat
langsung dalam subjek yang dipelajari. Interview atau wawancara yang
bertujuan agar peneliti memperoleh data yang lebih banyak sehingga
peneliti mengetahui efektivitas dari penggunaan Siskeudes dalam
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Peneliti melakukan
wawancara dengan pihak terkait, yaitu dengan kepala desa, sekretaris
desa dan operator aplikasi siskeudes.
31

b) Data sekunder, yaitu analisis dokumen, hal ini berupa bukti unik
dalam studi kasus yang tidak ditemui dalam interview dan observasi.
Data ini digunakan untuk mendukung data dari observasi dan interview.
Data ini bersumber dari dokumen desa terkait profil desa, struktur
organisasi, dokumen-dokumen yang di input melalui aplikasi Siskeudes
dan dokumen- dokumen output Siskeudes untuk pengelolaan keuangan
desa di Desa Jatimulyo Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi :
a) Wawancara atau interview
Bertujuan untuk mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Interview
dilakukan agar peneliti memperoleh data yang lebih banyak sehingga
peneliti dapat memahami situasi/kondisi sosial dan budaya melalui
bahasa dan ekspresi pihak yang diinterview dan dapat melakukan
klarifikasi atas hal-hal yang tidak diketahui (Fadli, 2021: 41). Dalam
penelitian ini, peneliti mewawancarai kepada beberapa pihak yang terkait
dengan masalah penelitian yang diangkat, yaitu kepada Kepala Desa
Wonoayu Kabupaten Lumajang, Sekretaris Desa, dan bagian Kepala
urusan keuangan. Beberapa instrumen pertanyaan yang ingin diajukan
oleh penulis seperti :
Tabel 3.1
Instrumen Wawancara
NO Indikator Sub Indikator Pertanyaan
1. Pengelolaan dana Siskeudes 1) Apa yang bapak atau ibu
desa dengan ketahui tentang Siskeudes?
Siskeudes 2) Sejak kapan penerapan
Siskeudes di Desa Jatimulyo ?
3) Apakah terjadi kendala dalam
proses penginputan data
menggunakan Siskeudes?

Dilanjutkan......
32

Tabel 3.1
Lanjutan....
2. Pengelolaan dana Pelaporan & 1) Bagaimana proses pengelolaan
desa dengan Pertanggungjawaban keuangan dengan
Siskeudes menggunakan sistem keuangan
Desa (Siskeudes) di Desa
Jatimulyo mulai dari tahap
Pelaporan hingga tahap
Pertanggungjawaban?
2) Bagaimana pemerintah desa
melaksanakan prinsip
akuntabilitas dalam
pertanggungjawaban
pengelolaan dana desa
menggunakan siskeudes?
3) Bagaimana pemerintah desa
melaksanakan prinsip
transparansi atau
menyampaikan informasi
pengelolaan dana desa?
4) Apakah Desa Jatimulyo dalam
pelaksanaan pengelolaan
keuangan Desa dan
pengaplikasian Siskeudes
sudah sesuai dengan
Permendagri Nomor 20 Tahun
2018?

b) Participant observation
Dilakukan dengan mengamati (observasi) secara langsung dalam
latar penelitian. Tujuan dari observasi adalah mendeskripsikan
lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan
perilaku yang dimunculkan. Serta makna kejadian berdasarkan perspektif
individu yang terlibat tersebut. (Hardiansyah, 2015). Pada penelitian ini,
peneliti melakukan observasi di Desa Jatimulyo Kecamatan Kunir
33

Kabupaten Lumajang untuk mengamati keadaan desa dan mengamati


keefektifan penggunaan aplikasi Siskeudes dalam akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan desa
c) Analisis dokumen
Teknik pengumpulan data ini merupakan bukti unik dalam studi
kasus yang tidak ditemui dalam interview dan observasi. Sumber ini
merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk mendukung data
dari observasi dan interview (Fadli, 2021).
Yustina (2020: 71) menjelaskan “Hasil penelitian dengan
perolehan data dari observasi dan wawancara akan lebih akurat dan nyata
apabila didukung dengan adanya dokumen-dokumen yang mendukung”.
Dokumen-dokumen yang diteliti terkait profil Desa Jatimulyo Kecamatan
Kunir Kabupaten Lumajang serta laporan keuangan yang
dipertanggungjawabkan menggunakan Siskeudes.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data , menjabarkan
ke dalam unit-unit,, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akn dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Sugiono, 2019).
Anggito dan Setiawan (2018: 243) Menurut Miles dan Huberman bahwa
analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1) Reduksi data
Reduksi data atau menyederhanakan dalam penelitian ini data yang
direduksi berasal dari lapangan secara langsung yaitu melalui wawancara
ke narasumber terkait efektivitas penerapan siskeudes dalam
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan desa.
2) Penyajian data
34

Dalam penelitian ini Data yang didapatkan dari hasil wawancara


atau berasal dari data primer dan data sekunder diolah sehingga
menghasilkan data untuk mengetahui efektivitas penerapan siskeudes
dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
desa.
3) Pembahasan
Yaitu membahas hasil dari penyajian data yang dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, untuk memudahkan dalam memahami kejadian
yang terjadi dalam bentuk naratif
Kesimpulan dan verifikasi dalam penelitian ini didapat setelah
mendapatkan bukti-bukti yang kuat, valid, konsisten atau mendukung pada tahap
pengumpulan data agar hasil dari penelitian dapat menjadi lebih relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan untuk menyelaraskan data yang didapat
peneliti dengan data yang terjadi pada objek penelitian dan mendapatkan data
yang valid. Bangun (2016) menjelaskan ada 4 (Empat) Uji keabsahan penelitian
kualitatif meliputi uji:
1) Credibility (validitas internal)
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data
hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan: perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
membercheck.
Pada penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data peneliti
menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
a) Triangulasi Sumber.
Triangulasi ini menguji kredibilitas data dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang
35

diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan


kesimpulan
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
memastikan data mana yang dianggap benar: Atau data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber mungkin semuanya benar, karena
sudut pandangnya berbeda-beda.
c) Triangulasi Waktu
Waktu juga mempengaruhi dalam menguji kredibilitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar akan memberikan data lebih
valid sehingga lebih kredibel.
2) Transferability (validitas eksternal)
Transferability merupakan uji validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan untuk dapat
menerapkan hasil penelitian ke populasi lain dengan sampel tersebut
yang diambil
3) Dependability
Dependability atau reliabilitas adalah penelitian yang dilakukan
oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh
hasil yang sama pula dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
4) Confirmability (objektivitas).
Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut
dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila
hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian
kualitatif uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
36

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji


konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak
ada, tetapi hasilnya ada.
37

DAFTAR PUSTAKA

A, Dameis Surya., and Candra Abdillah. 2019. “Modul Metode Penelitian


Lapangan.” FKIP Universitas Pamulang: 1–219.
Afrimayosi. 2020. “Kinerja Keuangan Daerah, Korupsi Dan Kesejahteraan
Masyarakat Dalam Perspektif Teori Agensi.” STIE YKPN Yogyakarta 44(8):
1689–99.
Albi Anggito dan Johan Setiawan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV. Jejak.
Aprianis. 2019. “The Influence Of Training And Incentives On The Operator
Performance Of The Village Financial System (Siskeudes) In Pringsewu
Regency.” Jurnal Ilmu Manajemen Saburai 5(1): 9–16.
BPKP. 2015. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Petunjuk
Pelaksanaan Bimbingan Dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa.
BPKP. 2016. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Buku Kerja
Aplikasi Siskuedes.
BPKP. 2018. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Petunjuk
Pengoperasian Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes 2.0).
Dewi Kartika, Krisdiyawati, Axarine Sava Vania Slamet. 2021. “Pengaruh
Partisipasi Masyarakat dan Sistem Keuangan Desa Terhadap keberhasilan
Pengelolaan Dana Desa Di Desa Krasak Kabupaten Brebes.” News.Ge
Djpb, Kemenkeu. 2022. “Kemendesa PDTT- Dana Desa Tahun 2022.”
djpb.kemenkeu.go.id.
Drs. Tjetjep Samsuri, M.Pd. 2003. “Kajian Teori , Kerangka Konsep Dan
Hipotesis Dalam Penelitian.” 1–7.
Endang, Rahmi hayati. 2020. “Implementasi Apliaksi Sistem Keuangan Desa
(SISKUEDES) Dilihat Dari Aspek Sumber Daya Di Desa bentot Kecamatan
Patangkep Tutui Kabupaten Bartim.” Jurnal Mahsiswa Administrasi Publik
dan Administrasi Bisnis 3(c): 893–903.
Erick, M C Joan et al. 2016. “Kerangka Teori Penelitian.” Revista CENIC.
Ciencias Biológicas 152(3): 28.
Fadli, Muhammad Rijal. 2021. “Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif.”
38

Humanika 21(1): 33–54.


Gunawan, Iman. 2013. “KUALITATIF Imam Gunawan.” Pendidikan: 143.
Hardiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi Dan Focus Groups. Jakarta:
Rajawali Pres.
Herliya, Ernawati Malik. 2021. “Analisi pengelolaan dana Desa Dengan
Menggunakan Aplikasi Sistem Keuangan Desa Di Desa Kamama Mekar
Kecamatan Gu Kabuapetn Buton Tengah.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ekonomi UMButon 4: 21–36.
Indonesia Corrrution Watch (ICW), 2022. Kasus Korupsi Berdasarkan Sektor
(2021). (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/19/icw-kasus-
korupsi-terbanyak-terjadi-di-sektor-anggaran-dana-desa-pada-2021, diakses
20 September 2022, pkl 14.12)
Indra Umayah, Arisyahidin, Nisa Mutiara. 2022. “Analisis Peran Aplikasi Sistem
Keuangan Desa (Siskeudes) Terhadap Akuntanbilitas Dan Transparansi
Guna Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Desa Di Kabupaten
Kediri.” Jurnal Otonomi 22 (April): 101–12.
Jatmiko, B. (2020) ‘Pengaruh Pengawasan Internal, Akuntabilitas Dan
Transparansi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
(Survei Pada Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sleman)’,
Jurnal Akuntansi Trisakti, 7(2)
Kemenkeu. 2017. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Buku Saku Dana
Desa.
Lukito, Cahyo. 2018. “Implementasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Di Desa
Sumberbendo Kecamatan Bubulan Kabupaten Bojonegoro.” JIAN-Jurnal
Ilmu Administrasi Negara 2(1): 36–42.
Makhshushi Zakiyah, Yesi Mauliyah, ahmad hamdi. 2022. “Analisis Penerapan
Apliaksi Sistem keuangan Desa Maro Sebo, Jambi Luar Kota Muaro Jambi.”
Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Bisnis Islam 3(2): 113–22.
Manggaukang Raba (2020) Akuntabilitas Konsep dan Implementasi. 2nd edn.
Malang: UMMPres.
Martini, R. (2019) ‘Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Atas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Dana Desa Di Kecamatan Sembawa’, Jurnal
39

Akademi Akuntansi, 2(1), pp. 106–123


Martini, R. et al. (2019) ‘Pengelolaan Keuangan Berbasis Aplikasi Sistem
Keuangan Desa’, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 25(2), p. 69.
Maulida, E. 2021. “Efektivitas Penerapan Sistem Keuangan Desa Dalam
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Desa Pekalongan Kecamatan
Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya” Repository.Uinjkt.Ac.Id.
Mawardi, Moh Cholid. 2021. “Effectiveness Of Implementation of Village
Financial System Applications (SISKEUDES) in Improving Accountability
and Transparency of Financial Statements Grati Village Sub-District
Sumbersuko Lumajang District.” Jurnal rekognisi Akuntansi 5(2): 137–43.
Mooduto, William Indra S. 2020. “Evaluasi Penerapan Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) Di Kecamatan Kabila.” Journal of Economic, Business, and
Administration (JEBA) 1(1): 27–34.
Mudhofar, Muhammad. 2022. “Analisis Implementasi Good Governance Pada
Pengelolaan Keuangan Desa.” Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan 10(1):
21–30.
Nasution, A.P. and Atika (2019) ‘Implementasi E-Budgeting sebagai Upaya
Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah Kota
Binjai’, Jurnal Akuntansi Bisnis dan Publik, 9(2), pp. 1–13.
Nasution, D.A.D. (2018) ‘Analisis Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah,
Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah’,
Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan, 2(3), pp. 149–162
Novatiani, A., Rusmawan Kusumah, R.W. and Vabiani, D.P. (2019) ‘Pengaruh
Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah’,
Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 10(1), pp. 51–62
Novita Anggraeni, Deny Yudiantoro. 2022. “Peran Aplikasi Sistem Keuangan
Desa (SISKEUDES) Dalam Akuntabilitas Dana Desa Dan Kinerja Apatur Di
Desa Tulungrejo.” E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Penny Kusumastuti. 2014. Publik, Membumikan Transparansi Dan Akuntabilitas
Kinerja Sektor. Jakarta: Grasindo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2018. Permendagri No 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa Nomor 65(879): 2004–6.
40

Prof. Dr. Imam Ghozaly, M.Com. 2020. 25 Grand Theory (Ilmu Manajemen,
Akuntansi Dan Bisnis. ed. Apiya. Semarang: Yoga Pratama.
Prof. Dr. Sugiono. 2019. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. 2nd ed. ed. MT
Dr. Ir.Sutopo. S.Pd. Bandung: Alfabeta.
Redaksi Lumajangsatu.com. 2021 Mantan Kades Wonoayu ditangkap polisi kasus
korupsi : (https://lumajangsatu.com/baca/mantan-kades-wonoayu-ditangkap-
polres-lumajang-kasus-korupsi-bkk, diakses 12 September 2022, pkl. 15.30)
Riani, Fani, Rita Kalalinggi, and Rosa Anggraeiny. 2019. “Implementasi Aplikasi
Siskeudes Di Pemerintahan Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur.” Jurnal Pemerintahan Integratif 7(4): 448–57.
Ridwan, Muhammad Anur. 2019. “Anlisi Peran Sistem Keuangan Desa
(SISKUEDES) Dalam Meningkatkan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Desa
Di Tinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Desa Bogorejo,
Kecamatan Gending Tataan, Kabupaten Pesawaran).” Skripsi 6(3): 198.
Samantha, Ruth, and Diaz Almalik. 2019. “Evaluasi Penggunaan Aplikasi
SISKUEDES Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan
Desa (Studi Kasus Pada Desa Mattunru-Tunrue Kec.Cempa Kab. Pinrang ).”
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis 4(2): 58–66.
Saputri, Sri Ayu, Nurzi Sebrina, and Vita Fitria Sari. 2019. “Akuntabilitas
Penatausahaan, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Dana Desa.” Jurnal
Eksplorasi Akuntansi 1(2): 523–42.
Satrio, F.F. (2020) ‘Evaluasi Implementasi Kebijakan Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) di Desa Munggu Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak’,
JPASDEV : Journal of Public Administration and Sociology of Development,
1(2), p. 111.
Sulistyowati, Sulistyowati, Norita Citra Y, and Elok Fitriyah. 2019.
“Implementasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Studi Kasus Pada Desa
Besuki Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.” International Journal of
Social Science and Business 3(3): 299.
Trisnadewi, A.A.A.E., Amlayasa, A.A.B. and Rupa, I.W. (2020) ‘Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Siskeudes dalam Meningkatkan Kualitas
Laporan Keuangan Dana Desa’, Jurnal Akuntansi FEB Universitas
41

Bengkulu, 10(1), pp. 37–52


Undang-Undang No.6 Tahun 2014. Tentang Desa
Wibowo, Hadiat Trihutomo, Deni Triyanto, and Adi Sutojo. 2020. “Implementasi
Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) 2.0 Di Desa Guru Agung 1
Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur.” Journal of Social Politics and
Governance (JSPG) 2(2): 152–65.
Yustina, Venni. 2020. “Analisis Penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes) Di Desa Ketanen Kabupaten Gresik.”

Anda mungkin juga menyukai