SKRIPSI
OLEH
NABILA SEPTIANA
NIM: 170221100173
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Disahkannya “UU
Desa” memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah desa untuk
pembangunan desa. UU Desa ini lebih menitikberatkan pada pembentukan kesetaraan dan
termasuk dalam pengelolaan dana desa. Oleh karena itu, sebagai bagian integral dari
pemerintahan desa, pemerintah desa perlu menciptakan sikap yang bertanggung jawab,
jujur, terbuka dan demokratis (Zerbinati, 2012). Segala kegiatan pemerintahan desa harus
sesuai dengan aturan yang berlaku dan bertanggung jawab kepada masyarakat desa
Menurut Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014, dana desa dapat dikelola dengan baik
berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif. Hal tersebut selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Armaini, R. (2017) dan Kurnia, dkk (2019) yang menyatakan
pemerintah desa memenuhi tanggung jawab. Semakin baik pengawasan yang dilakukan,
maka semakin tinggi kinerja pihak penyelenggaranya (Dewi & Gayatri, 2019). Menurut
Ramly dkk (2018) penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa perlu dipelihara dengan
baik untuk menciptakan pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu,
pengelolaan dana desa harus memerhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
transparansi bersifat terbuka yang dapat dengan mudah diidentifikasi oleh masyarakat.
Transparansi termasuk salah satu dari unsur utama good governance dan prinsip ini
memiliki hubungan yang erat dengan prinsip lainnya yaitu akuntabilitas (Saparniene dan
wewenang pemerintah desa karena masyarakat akan memperoleh informasi yang faktual
dan kebohongan pun akan sulit untuk dilakukan (Wafirotin & Septiviastuti, 2019).
Pada pengelolaan keuangan desa, akuntabilitas merupakan aspek yang penting dalam
menciptakan pemerintahan yang baik. Akuntabilitas juga diartikan sebagai suatu upaya
pertanggungjawaban atas kinerja pejabat publik yang dijabarkan melalui tindakan yang
sesuai dengan peraturan dan perilaku etis (Mahayani, 2017). Menurut Dubnick (2003)
keuangan pemerintah yang saat ini menjadi isu penting dalam pengelolaan keuangan
dapat dikatakan rendah (Furqani, 2010 dan Manopo, 2016). Dan bagi Huque (2011)
2020, pemerintah mengambil sebuah kebijakan baru yang memprioritaskan anggaran dana
desa untuk mengatasi dampak Covid-19 yang terjadi pada masyarakat desa, dan tidak lagi
berfokus pada pembangunan infrastruktur desa (Ira Novianti dkk, 2020). Bagi Sarip, dkk
(2020) Covid-19 memiliki dampak pada perekonomian bagi seluruh dunia. Menurut
Suryajaya (2020) dan Slavoj Z. (2020) menyatakan bahwa adanya pandemi Covid-19 telah
mendekonstruksi norma dan praktik masyarakat dalam tatanan sosial, ekonomi dan politik.
Dampak sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh Covid-19 sangat berpengaruh pada
Pandemi Covid-19 yang telah menekan perekonomian dari berbagai sudut, tidak
terkecuali pada perekonomian desa, yang disebabkan oleh adanya pembatasan kegiatan
masyarakat miskin. Wabah ini diperkirakan dapat menambah jumlah penduduk miskin di
Indonesia sekitar 3,6 juta jiwa pada akhir tahun 2020 (Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2020). Sehingga banyaknya warga miskin baru yang harus
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian desa. Dan respon yang
adalah Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau BLT-DD (Kementerian Keuangan, 2020).
Pada Perppu No 1 Tahun 2020 dijelaskan bahwa maksud dari “pengutamaan
penggunaan dana desa” yaitu dana desa yang digunakan untuk Bantuan Langsung Tunai
Dana Desa (BLT-DD) bagi penduduk miskin di desa dan kegiatan penanganan pandemi
Covid-19 (Maun, 2020). Pemerintah desa memiliki peran sangat penting dalam
penanganan serta pencegahan Covid-19. Maka dari itu, pemerintah mengambil langkah
refocussing anggaran dana desa dalam rangka melindungi masyarakat miskin, pemerintah
memperluas Jaring Pengaman Sosial (JPS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa PDTT
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa yang diantaranya terkait
penyediaan Bantuan Langsung Tunai yang bersumber dari Dana Desa (BLT-DD).
BLT-DD atau Bantuan Langsung Tunai Dana Desa merupakan bantuan dengan
melakukan pemanfaatan dana desa, program ini menyerap anggaran Covid-19 terbanyak
diundangkannya Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2020, maka hal ini dijadikan sebagai dasar yuridis dan implementatif
diterbitkan diantaranya: Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Corruption Watch (ICW) mencatat terdapat 8 bentuk masalah dalam penyaluran bantuan
bansos yang terdiri dari pungutan liar dengan jumlah sebanyak 46 kasus (19,25%),
inclussion error sebanyak 43 kasus (17,99%), dan bantuan yang tidak diterima warga
sebanyak 23 kasus (9,62%) (ICW, 2020). Laporan penyalahgunaan tersebut paling banyak
diadukan pada jenis program bantuan sosial (bansos) dari pemerintah provinsi sebanyak
20%, Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) sebesar 18,89%, Bantuan Sosial
sebesar 12,7%, kartu sembako dan bantuan presiden sebesar 10%, serta Program
Adapun survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
mengenai program BLT-DD untuk warga yang terdampak pandemi covid-19 menyatakan
masih belum tepat sasaran. Hal ini dibuktikan dengan melibatkan 1978 responden melalui
wawancara di seluruh Indonesia dengan margin error 2,2% yang mana hasil dari survei
tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 51% warga menilai bantuan tersebut kurang tepat
sasaran. Sementara, sebanyak 43% menyatakan tepat sasaran dan 6% menyatakan tidak
Ditinjau dari kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan desa belum
Pemerintahan yang baik ditandai dengan tiga pilar utama yang menjadi elemen dasar yang
saling berkaitan seperti yang tertuang dalam Asas Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2
ayat (1) Permendagri Nomor 113 tahun 2014 menjelaskan bahwa keuangan desa dikelola
berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran. Hal ini dapat diartikan bahwa keuangan desa harus dikelola secara
yang mana berimbas pada ketidaktepatan sasaran penerima bantuan, duplikasi penerima
bantuan, dan cenderung disalahgunakan oleh para oknum aparatur desa sehingga
pemeriksaan BLT-DD pada 144 desa dan telah menemukan kejanggalan seperti adanya
duplikasi penerima bantuan (Mahbub, 2020). Seperti kasus yang terjadi dalam penyaluran
BLT-DD pada tahun 2020 di Desa Bandang Laok Kabupaten Bangkalan, terdapat fakta di
lapangan bahwa penyaluran anggaran BLT-DD di desa tersebut banyak yang tidak tepat
sasaran bahkan terkesan tebang pilih dan tidak transparan, karena dana BLT-DD sebesar
Rp 850 juta dengan jumlah penerima sebanyak 474 KK namun penerima bantuan hanya
berjumlah 94 KK (Syaiful, 2021). Hal serupa juga terjadi di Desa Lajing Kabupaten
Bangkalan terdapat puluhan warga desa Lajing mendatangi kantor desa setempat yang
sampai tahap penyaluran terhadap warga perihal BLT-DD, hal tersebut disampaikan sebab
adanya indikasi penerima bantuan yang berasal dari keluarga perangkat desa setempat (M.
Iksan, 2020).
Kasus serupa juga terjadi di Desa Sukowarno Kabupaten Sumatera Selatan dengan
kasus korupsi BLT-DD untuk 156 KK sebesar Rp 187,2 juta dan pelaku telah ditetapkan
sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 3 UU RI Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 8
UU Tipikor dengan ancaman 20 tahun penjara dengan denda minimal Rp 50 juta dan
maksimal Rp 1 Milyar (Irwanto, 2021). Kemudian, di Desa Pantai Kecamatan Kapuas Barat
Kabupaten Kapuas yang dilakukan oleh Kepala Desa Pantai dengan kasus penyelewengan
BLT-DD dengan jumlah pagu anggaran Rp 418 juta, namun yang disalurkan hanya sebesar
Rp 106 juta sehingga pelaku terjerat Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
sebutan Kota Dzikir dan Sholawat mempunyai misi yaitu “menyelenggarakan birokrasi yang
profesional dan berintegritas tinggi” (bangkalan.kab.go.id, 2021). Sebutan Kota Dzikir dan
pemerintah Kabupaten Bangkalan dalam bersikap moral secara islami dan berintegritas
tinggi sehingga tidak menimbulkan kegiatan maupun tindakan yang curang dan dapat
(2013) bahwa kinerja pemerintah desa yang baik dapat ditunjukkan dengan indikator
transparansi dan akuntabilitas. Selain itu pemerintah desa Kabupaten Bangkalan wajib
Permendagri Nomor 113 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Hal tersebut
seharusnya menjadi landasan bagi pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan
Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau yang disingkat dengan BLT-
DD merupakan proses dalam hal mengurus atau menangani mengenai hal yang
bersangkutan dengan BLT-DD yang mana mempunyai ruang lingkup dari awal pendataan
hingga proses pelaporan BLT-DD terhadap pemerintah daerah. Pengelolaan BLT-DD ini
Pemerintahan yang Baik) yakni prinsip transparansi dan prinsip akuntabilitas. Kedua prinsip
Prinsip transparansi meliputi akses informasi bagi masyarakat miskin yang mana berhak
menjelaskan bahwa pengelolaan BLT-DD harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sasaran sehingga perlu data yang valid dan akurat. Program BLT-DD ini disusun dengan
Sehingga, apabila program tersebut dilaksanakan dengan ketentuan yang berlaku akan
Anggaran program BLT-DD difokuskan pada pengeluaran yang bersifat urgent untuk
mencegah dampak negatif dari pandemi Covid-19, sehingga merubah struktur belanja yang
telah dianggarkan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya terdapat banyak
temuan yang mengarah pada ketidaktepatan sasaran dan kesulitan dalam mengakses
karena merasa pembagian bantuan tersebut tidak adil dan tidak merata. Adanya
perubahan pada postur anggaran serta kesulitan dalam pelaksanaan di lapangan yang
menjadi sorotan banyak pihak. Maka dari itu, penerapan asas transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan BLT-DD yang bersumber dari dana desa, yang mana BLT-DD
juga merupakan program baru yang diberlakukan sejak pandemi Covid-19 menjadi hal
berdasarkan sifat manusia yang dapat dipercaya, bertanggung jawab, berintegritas dan
jujur. Berdasarkan hal tersebut, stewardship theory digunakan untuk menjelaskan peranan
pemerintah desa sebagai lembaga yang dapat dipercaya, dapat memberikan kualitas
pelayanan yang baik, menampung aspirasi masyarakat, dan bertanggung jawab atas
Studi yang meneliti mengenai transparansi terhadap pengelolaan dana desa telah
dilakukan oleh Harjono dkk (2014), Gerryan Putra (2017), Sukmawati dan Nurfitriani (2019),
Wafirotun dan Septiviastuti (2019), Y. Ladewi dkk (2020), dan Hariandja, T, R., & Budiman,
N, T. (2020) yang meneliti mengenai pengaruh transparansi memiliki hasil penelitian yang
berbeda satu sama lain. Transparansi diartikan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan
pemerintahan yang baik (good governance). Adapun studi penelitian lainnya mengenai
akuntabilitas mempengaruhi pengelolaan dana desa yang telah dilakukan oleh Suparno
(2012), Gerryan Putra (2017), Sukmawati dan Nurfitriani (2019), Wafirotun dan Septiviastuti
(2019), Y. Ladewi dkk (2020) dan Sutanto & Hardiningsih (2021). Akuntabilitas dalam
Kemampuan menunjukkan catatan dan laporan keuangan yang dikerjakan secara berkala
akuntabilitas pemerintah desa dalam mengelola BLT-DD di masa pandemi Covid-19 yang
masyarakat yang terdampak Covid-19. Sehingga, penelitian ini memiliki perbedaan dari
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) yang belum banyak diteliti oleh peneliti
lainnya secara kuantitatif. Selain itu, terdapat pula perbedaan lokasi penelitian daripada
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan dilakukan pada pemerintah desa yang
Dana Desa (BLT-DD) pada masa pandemi Covid-19 di desa Kabupaten Bangkalan ?
Dana Desa (BLT-DD) pada masa pandemi Covid-19 di desa Kabupaten Bangkalan ?
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka terdapat tujuan penelitian
Tunai Dana Desa (BLT-DD) pada masa pandemi di desa Kabupaten Bangkalan.
Tunai Dana Desa (BLT-DD) pada masa pandemi di desa Kabupaten Bangkalan.
Penelitian dilakukan dengan harapan agar penelitian ini dapat memberi manfaat, baik
bermanfaat bagi peneliti maupun bagi orang lain. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam menambah
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi
Pemerintah Desa dalam mengelola program BLT Dana Desa maupun bantuan
lainnya serta membangun kesadaran pribadi yang baik dari tindakan yang dapat
merugikan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Stewardship
situasi dimana para steward (pengelola) tidak mempunyai kepentingan pribadi tetapi
penggunaan kekuasaan dengan benar, maka tujuan individu secara otomatis terpenuhi
berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia yang pada hakikatnya dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan
kejujuran terhadap pihak lain. Asumsi penting dari stewardship adalah pihak steward
terjadi antara pemerintah desa dan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai pelayan
publik (steward) yang termotivasi pada kepentingan bersama serta merasa memiliki
dengan baik. Dengan demikian, tujuan pengelolaan dana desa pada masa pandemi
Covid-19 dapat terwujud secara maksimal. Dalam penelitian ini teori stewardship
dijadikan acuan dasar untuk mengetahui bahwa pengelolaan dan penyaluran BLT Dana
Desa oleh pemerintah desa telah dilaksanakan dengan baik untuk kepentingan
pemerintah pusat yang telah memberikan amanah kepada pemerintah desa untuk
menyalurkan dana BLT-DD kepada masyarakat yang berhak menerima. Dalam hal ini
dapat bertanggung jawab dan telah bekerja dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan
masyarakat sebagai principal serta memberikan akses yang mudah serta cepat
sehingga dana BLT-DD dari pemerintah dapat dipercayakan. Hal tersebut dilakukan
agar kegiatan ekonomi yang terdapat dalam masyarakat dapat tercapai secara
Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (2) bahwa pemerintah desa merupakan
Pasal 1 ayat (3) juga menyatakan bahwa pemerintah desa adalah kepala desa atau bisa
disebut dengan nama lain dibantu oleh perangkat desa selaku bagian penyelenggara
pemerintahan desa. Dalam hal ini kekuasaan pengelolaan keuangan desa dipegang
Daerah juga menyatakan bahwa dalam siklus pengelolaan dana desa merupakan
tanggung jawab dan tugas dari Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa atau PTPKD seperti Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara
Seksi.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa yang menjelaskan
dilakukan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat desa setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat desa setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
daerah. Karena pada setiap daerah baik itu Kabupaten/Kota dan provinsi terdiri dari
1) Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh sekretaris
desa,
2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang melaksanakan
kepala dusun.
Secara etimologi, istilah pengelolaan berdasarkan dari kata kelola dan biasanya
merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Secara umum, pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk dilakukan,
menentukan, serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
Hardiningsih, 2021).
tunai (uang) yang diberikan kepada keluarga miskin di desa yang bersumber dari Dana
Desa yang bertujuan untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 untuk meminimalisir
Permendesa Nomor 6 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2020, BLT-Dana Desa merupakan bantuan untuk penduduk miskin yang bersumber dari
Dana Desa.
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa pengelolaan Bantuan Langsung Tunai
Dana Desa (BLT-DD) adalah proses mengurus atau menangani dana desa yang
digunakan untuk Bantuan Langsung Tunai yang kemudian ditujukan agar dapat
membantu keluarga miskin yang merupakan sasaran penerima BLT-DD yang mana
bahwa para calon penerima BLT-DD merupakan masyarakat miskin dan kurang mampu
yang telah terdaftar di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) maupun yang
belum terdaftar (exclussion error) yang terdapat berbagai macam kriteria, yakni sebagai
berikut:
(PKH) dan/ Bantuan Pangan Non-tunai (BNPT) atau pemiliki Kartu Prakerja.
2. Sudah tidak memiliki pekerjaan tetap atau mata pencaharian pokok (tidak
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan tertentu.
BLT-DD ini bebas dari pajak. Program BLT-DD muncul sebagai manifestasi adanya
tindakan dari pemerintah yang bertujuan untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19
yang melanda Negara Indonesia. Adapun nilai BLT-DD yaitu sebesar Rp 600.000 setiap
bulan untuk setiap keluarga miskin yang memenuhi kriteria dan diberikan selama 3 bulan
Jika kebutuhan desa melebihi ketentuan maksimal yang dapat dialokasikan oleh
desa, maka Kepala Desa dapat mengajukan usulan penambahan alokasi Dana Desa
untuk Bantuan Langsung Tunai kepada Bupati/ Wali Kota. Usulan tersebut harus disertai
Dalam rangka menentukan pilihan bagi penerima yang layak dan tidak layak penerima
BLT-DD pemerintah desa harus mengikuti proses validasi dan penetapan hasil
2.4 Transparansi
adanya akses yang memadai untuk mendapatkan informasi yang fakta dan akurat.
Keterbukaan atau transparansi dapat di artikan sebagai tindakan yang memungkinkan
suatu persoalan dapat menjadi jelas, serta mudah untuk dipahami oleh kalangan
masyarakat dan dapat dibuktikan kebenarannya sehingga tidak ada lagi permasalahan
Menurut Renyowijoyo (2010) dan Ratminto & Winarsih (2005), transparansi dalam
konteks penyelenggaraan pelayanan publik adalah terbuka, mudah, dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
Transparansi dianggap sebagai timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
adanya penyediaan informasi dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat
Berdasarkan beberapa definisi transparansi yang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang tersebut, maka transparansi dapat diartikan sebagai prinsip yang dapat
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan sebuah
Menurut Krina Lalolo, L. P., (2003;41) yang menekankan bahwa terdapat dua aspek
pendapatnya.
rencana)
4. Keterbukaan register yang berisi fakta hukum (catatan sipil, buku tanah dan
lain-lain)
2.5 Akuntabilitas
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada
pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung
Berdasarkan beberapa definisi akuntabilitas yang dilihat dari berbagi sudut pandang
tersebut, maka akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban untuk menyajikan dan
melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan seseorang atau lembaga terutama bidang
administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dalam konteks
pemerintahan mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri dari
Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit untuk diwujudkan
daripada memberantas korupsi. Akuntabilitas terdiri dari dua macam, yaitu (Mardiasmo,
2009):
suatu dana kepada pihak otoritas yang lebih tinggi, misalnya seperti
sebagai berikut:
power).
dalam pengelolaan dana publik secara ekonomis, efisien, dan efektif sehingga
akibat adanya pandemi Covid-19, terdapat program bantuan yaitu Bantuan Langsung
Tunai Dana Desa (BLT-DD), dananya bersumber dari dana desa. Maka, pemerintah
pemerintah desa maka semakin tinggi pula tingkat pengelolaan BLT-DD. Begitu pula
dengan transparansi, semakin tinggi tingkat transparansi pemerintah desa maka akan
maka semakin tinggi pula tingkat pengelolaan BLT-DD. Berikut gambar rerangka
Gambar 2.1
Transparansi (X1)
Pengelolaan Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa
(Y)
Akuntabilitas (X2)
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
Desa
masyarakat.
pengelolaan BLT-DD, jika steward dan principal bertindak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dengan demikian pentingnya integritas dan kejujuran pemerintah desa
pengelolaan BLT-DD.
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerryan Putra (2017), Wafirotun &
Septiviastuti (2019) dan Hariandja, T, R., & Budiman, N, T., (2020) juga menyatakan
desa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi transparansi akan semakin baik pula
pengelolaan dana desanya. Berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suparno (2012), Sukmawati & Nurfitriani (2019), Y. Ladewi, dkk (2020) bahwa
Desa
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (Hafiz, 2008; Furqani, 2010).
Akuntabilitas merupakan suatu konsep yang lebih luas dari stewardship. Stewardship
mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien tanpa
dibebani oleh kewajiban untuk melaporkan, namun akuntabilitas lebih mengacu pada
(Mardiasmo, 2009).
tercapai dengan maksimal (Alfasadun dkk, 2018). Dalam hal ini, akuntabilitas
keuangan terkait pengelolaan BLT-DD yang wajib dilakukan pemerintah desa sesuai
akuntabilitas pemerintah desa maka akan semakin baik pula pengelolaan BLT-DD di
setiap desa.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Harjono dkk (2014) yang menyatakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati & Nurfitriani (2019), Wafirotun &
Desa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi akuntabilitas yang diterapkan oleh
pemerintah desa maka akan semakin baik pula pengelolaan dana desanya. Hasil
yang berbeda dari penelitian Suparno (2012) dan Gerryan (2017) menemukan bahwa
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :
Penelitian yang selaras dengan topik transparansi dan akuntabilitas telah dilakukan
oleh Y. Ladewi dkk, (2020) yang meneliti tentang fenomena yang terkait dengan
Kecamatan Merapi Selatan dan Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat. Varibel
independen yang digunakan pada penelitian ini adalah akuntabilitas (X1) dan transparansi
(X2) serta variabel dependen yaitu pengelolaan dana desa (Y). Jumlah populasi yaitu 23
desa. Dan kuesioner disebarkan sebanyak 69 kuesioner. Hasil penelitian ini menyatakan
Lokasi penelitian terletak di desa Kecamatan Pulung dan Ngebel. Variabel independen
yang digunakan pada penelitian ini adalah transparansi (X1), partisipasi masyarakat (X2),
akuntabilitas (X3) dan variabel dependen yaitu pengelolaan dana desa (Y). Populasi
dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kasi
Pembangunan, Kasi Pemberdayaan Masyarakat, dan Ketua BPD. Penelitian ini dilakukan
signifikan terhadap pengelolaan DD di Kabupaten Ponorogo. Hal ini didukung dari hasil
daerah. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Indragiri Hulu. Variabel yang digunakan
yaitu akuntabilitas keuangan (X1), pengawasan (X2), transparansi anggaran (X3) dan
pengelolaan keuangan daerah (Y). populasi yang digunakan dalam penelitian tersebut
yaitu pegawai negeri sipil yang bekerja pada SKPD Kabupaten Indragiri Hulu, dimana
terdiri dari 15 Dinas dan 8 Badan. Metode pengambilan sampelnya yakni purposive
penyebaran kuesioner kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dan Staf Bagian Keuangan
pengelolaan BLT-Dana Desa pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini dilakukan di
Desa (Y). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dengan
Dana Desa.
pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan dilakukan di Desa Bangalsari Kabupaten Jember. Pengambilan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode dokumentasi. Hasil penelitian ini menyatakan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian metode kuantitatif. Sumber data yang
digunakan yaitu data primer yang secara langsung diperoleh melalui responden yang terkait
dengan permasalahan yang diteliti. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan
metode survei dengan penyebaran kuisioner kepada responden. Penelitian kuantitatif yakni
penelitian yang menjelaskan suatu fenomena yang dapat diukur dengan berdasarkan
pengumpulan data berupa numerik dengan cara dianalisis melalui metode berbasis
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Sedangkan, sampel adalah bagian
dari atau sekelompok dari beberapa populasi. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diperoleh melalui metode Purposive
Sampling dengan menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Adapun kriteria pengambilan sampel yakni pemerintah desa yang terdaftar
sebagai Desa Maju di Kabupaten Bangkalan berdasarkan data yang diperoleh dari Indeks
Desa Membangun 2020. Terdapat 25 desa maju dari 273 desa secara keseluruhan di
Kabupaten Bangkalan (IDM, 2021). Peneliti memilih desa maju dikarenakan pada desa
maju tidak menjamin pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa kasus pengelolaan BLT Dana Desa yang terjadi pada
desa maju seperti di Desa Bandang Laok, Desa Lajing, Desa Sukowarno, dan Desa Pantai.
Berdasarkan beberapa kasus tersebut, dapat dikatakan bahwa desa yang berkategori desa
maju tidak selalu menjamin adanya transparansi serta akuntabilitas pengelolaan BLT Dana
Desa yang baik di masa pandemic Covid-19 yang dilakukan oleh perangkat desa se tempat.
Pada penelitian ini, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada
Skala Likert dengan pemakain 5 angka penilaian (1-5), dalam menjawab pertanyaan
Skala Likert yaitu dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan tehadap subjek, objek,
maupun kejadian tertentu. Adapun ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban terdiri
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat dari adanya variable
bebas (Sugiyono, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengelolaan
Secara etimologi, istilah pengelolaan berdasarkan dari kata kelola dan biasanya
merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Secara umum, pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk dilakukan,
Hardiningsih, 2021).
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau yang disebut dengan BLT-DD adalah
bantuan yang diperuntukkan kepada masyarakat miskin yang dananya bersumber dari
Dana Desa. Bantuan Langsung Tunai Dana Desa yang disingkat BLT-DD merupakan
bantuan uang tunai kepada keluarga miskin di desa yang bersumber dari dana desa
nilai BLT-DD yaitu sebesar Rp 600.000 setiap bulan untuk setiap keluarga miskin yang
memenuhi kriteria dan diberikan selama 3 bulan dan Rp 300.000 setiap bulan untuk tiga
bulan berikutnya.
Tunai Dana Desa (BLT-DD) adalah proses mengurus atau menangani dana desa yang
bahwa para calon penerima BLT-DD merupakan masyarakat miskin dan kurang mampu
yang telah terdaftar di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) maupun yang
belum terdaftar (exclussion error) yang terdapat berbagai macam kriteria, yakni sebagai
berikut:
2. Sudah tidak memiliki pekerjaan tetap atau mata pencaharian pokok (tidak
Tim pendata juga harus memastikan kelompok rentan seperti keluarga miskin
yang dikepalai oleh perempuan, lansia (lanjut usia), dan penyandang disabilitas yang
terdata sebagai calon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BLT Dana Desa. Maka dari itu,
semakin banyak kriteria keluarga yang miskin dan rentan yang dipenuhi, semakin menjadi
adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pengelolaan BLT
2020) .:
mempengaruhi variabel terikat dan menjadi penyebab adanya variabel terikat (Sugiyono,
terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang
yang dapat menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi (Harjono dkk, 2014 dan
L. Tundunaung dkk, 2018). Penelitian ini mengukur seberapa besar informasi yang
6. Keterbukaan proses.
yaitu laporan keuangan. Pada penelitian sebelumnya, adapun indikator yang digunakan
dalam mengukur akuntabilitas di antaranya sebagai berikut (Krina, 2003 dan Harjono
dkk, 2014) :
3. Keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang
membutuhkan.
4. Membuat suatu keputusan yang sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang
Pada penelitian ini, teknik analisis data bersumber dari data primer yang telah
dikumpulkan. Data yang telah terkumpul tersebut akan dianalisis dengan alat statistik
SPSS. Teknis analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu transparansi (X1) dan akuntabilitas
(X2) terhadap variabel dependen yaitu pengelolaan bantuan langsung tunai dana desa
(BLT-DD) pada masa pandemi Covid-19 (Y). Teknik analisis data menggunakan uji
dan kesesuaian alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Uji validitas
Ghozali (2018) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau tidak
Validitas menggambarkan seberapa tepat suatu alat ukur dan bagaimana kuisioner
dapat benar-benar mengukur apa yang diukurnya. Uji validitas dapat diukur melalui koreksi
bivariate dari masing-masing skor pada total skor konstruk. Jika, nilai pearson correlation
menunjukkan > 0,5 maka signifikansinya < 0,5 maka konstruk dapat dinyatakan valid.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan
penelitian (Sugiyono, 2017). Kuisoner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula.
Teknik ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai menunjukkan >
Uji asumsi klasik adalah suatu uji yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
dari suatu model regresi sehingga tidak terjadi suatu pelanggaran dalam model regresi
tersebut. Model yang baik ialah bebas dari tiga dasar pengujian asumsi klasik diantaranya
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2018). Data yang baik
merupakan data yang memiliki distribusi normal agar dapat diuji ke dalam analisis regresi.
program SPSS.
probabilitasnya, yaitu apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data penelitian berdistribusi
normal. Dan sebaliknya apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data dinyatakan tidak
berdistribusi normal.
kolerasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antara variabel bebas atau independen (Ghazali, 2018). Untuk menguji
adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai dari Variance Inflantion Factor (VIF), jika
nilai hitung Variance Inflantion Factor (VIF) < 10 maka dinyatakan terbebas dari
multikolinearitas dan sebaliknya jika nilai hitung VIF > 10 maka terdapat multikolinearitas.
dengan mengamati grafik plot (scatterplot) atau menggunakan Glejser dengan melihat nilai
signifikansinya yakni dengan cara meregresikan nilai absolut residual, jika nilai sig > 0,05
Analisis regresi linier berganda merupakan regresi yang memiliki satu variabel
dependen dan dua atau lebih variabel independen (Sugiyono, 2017). Uji regresi linier
berupa hubungan positif atau negatif terhadap variabel dependen. Analisis regresi linear
berganda digunakan untuk jumlah variabel independen minimal dua. Tujuan pengujian ini
yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen transparansi (X1)
dan akuntabilitas (X2) terhadap variabel dependen Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai
Dana Desa (BLT-DD) (Y). Adapun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan :
α = Konstan Y
X1 = Transparansi
X2= Akuntabilitas
e = Kesalahan/error
Uji statistik t digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh variabel
independen secara parsial yaitu transparansi (X1) dan akuntabilitas (X2) dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2018). Uji t dilaksanakan dengan melihat nilai
masing variabel. Apabila p-value < 0,05 atau t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima,. Dan sebaliknya, apabila p-value > 0,05 atau t hitung < t tabel
Uji F atau uji simultan digunakan untuk mengetahui secara simultan variabel
dilakukan denagn quick look dengan nilai signifikansi 0,05. Kemudian, Uji F dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikansinya yang apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis
ditolak dan sebaliknya jika nilai signifikansinya < 0,05 maka dapat dinyatakan hipotesisnya
variabel dependen.
pengaruh pada variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun nilai koefisien
yang ditunjukkan dengan nilai antara 0 dan 1 (0<R 2<1). Regresi yang baik apabila R2
menunjukkan kenaikan. Semakin dekat nilai R2 terhadap angka 1 maka dapat dinyatakan
variabel independen bisa menjelaskan informasi yang bisa memprediksi variasi dalam
Abdul Hafiz, Tanjung. 2008. Regional Government Accounting (Issue 3). Bandung: Alfabeta.
Alfasadun, Pancawati H., Sri Devi R., & Ceacilia S., 2018. Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa, Proceeding SENDI_U. Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu
dan Call For Papers, Unisbank, Semarang.
Babulu, N., L. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Dana
Desa Dan Dampaknya Terhadap Pencegahan Fraud. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 5 No. 2.
BPKP. 2020. BPKP Sebutkan Masalah Data Penyaluran BLT Dana Desa.
Maun, C. E. F. 2020. Efektivitasastu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi
Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Talaitad Kecamatan
Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan, diakses melalui TNP2K | Welcome,
tanggal 1 Mei 2021, Pukul 10.00 WIB.
Rizkiansyah, Dodi. 2021, “Kepala Desa Pantai Jadi Tersangka Korupsi BLT DD Covid-19”,
https://www.borneonews.co.id/berita/229187-kepala-desa-patai-jadi-tersangka-korupsi-
blt-dd-covid-19, Diakses pada 22 Oktober 2021 Pukul 14.27 WIB.
Creswell, Jhon W. 2015. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Pustaka Belajar.
Donaldson, L. & J.H. Davis. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO Governance
and Shareholder Returns. Australian Journal of Management.
Furqani, Astri. 2010. “Pengelolaan Keuangan Desa dalam Mewujudkan Good Governance
(Studi pada Pemerintahan Desa Kalimo, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep)”.
Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Gerryan, P., 2017. Pengaruh Akuntabilitas Keuangan, Pengawasan Keuangan Daerah, dan
Transparansi Anggaran Terhadap Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu. JOM Fekon, Vol 4.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9.
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
ICW. 2020. Hasil Pemantauan Bansos: 239 Temuan Dan Aduan Warga, Tertinggi Terkait
Pemotongan Dan Pungutan Liar. ICW. Jakarta.
Ira Novianty, dkk. 2020. Praktik Penganggaran dan Penyaluran Bantuan Dana Desa di Masa
Pandemi COVID-19. Prosiding Senantias. Vol. 1 No.1.
Irwanto, 2021, “Kades di Sumsel Selewengkan BLT Dana Desa untuk 156 KK Sebesar Rp187
Juta, https://www.merdeka.com/peristiwa/kades-di-sumsel-selewengkan-blt-dana-desa-
untuk-156-kk-sebesar-rp187-juta.html, diakses pada tanggal 16 Oktober 2021 Pukul
23.04 WIB.
Kementerian Keuangan. 2020. Melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Mari
Bersama-sama Menggerakkan Roda Perekonomian Untuk Indonesia Lebih
Baik .https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-sumseljambibabel/baca-
artikel/13298/Melalui-Program-Pemulihan-Ekonomi-Nasional-PEN-Mari-Bersama-sama-
Menggerakkan-Roda-Perekonomian-Untuk-Indonesia-Lebih-Baik.html. Diakses pada 1
Mei 2021 pukul 10.00 WIB.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2020. Panduan Pendataan Bantuan
Langsung Tunai BLT Dana Desa.
Krina L. P. L. 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi.
Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. UNDP.
Kurnia, R., Sebrina, N, Halmawati. 2019. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus
pada Desa-Desa di Wilayah Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat).
Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1).
L. Tundunaung, dkk. 2018. Transparansi Pengelolaan Dana Desa di Desa Tabang Kecamatan
Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. 1 No. 1 (FISIP
Universitas Ram Ratulangi)
Meutia, I., & Liliana, L. 2017. Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma, 8 (2).
Mustofa Dijaja. 2003. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Moh. Iksan. 2020. Sebut Bansos Tak Tepat Sasaran, Warga Desa Lajing Kembali Datangi
Kepala Desa, https://lingkarjatim.com/madura/bangkalan/sebut-bansos-tak-tepat-
sasaran-warga-desa-lajing-kembali-datangi-kepala-desa/ diakses pada tanggal 9 Mei
2021 pukul 15.30 WIB.
Dewi, Ni Komang Ayu Julia Praba & Gayatri. 2019. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.26.2.
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Penggunaan Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2020.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2020 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan
Dana Desa.
Ramly, Ar Royyan, dkk. 2018. The Implementation of Village Fund Policy in Improving
Economy of Village Society. Jurnal Ilmiah Peuradeun.
Ratminto dan Winarsih Atik Septi. 2009. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka
Pelajar.
Renyowijoyo, Muindro. 2010. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba, Edisi Kedua,
Yogyakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Armaini, Rosi. 2017. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Pencapaian Akuntabilitas
Penggunaan Dana Desa Di Desa Karang Agung Kabupaten Pali. Jurnal ACSY Jurnal
Accounting Politeknik Sekayu. Vol. 6. No. 1.
Sarip, Aip Syarifudin dan Abdul Muaz. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian
Masyarakat dan Pembangunan Desa. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi
Islam Vol. 5, No. 1, Juni 2020
Slavoj, Zizek. 2020. Pandemic! Covid Shakes The World. New York and OR Books.
London.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Suparno, 2012. Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value For Money, Kejujuran,
Transparansi, dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan. Tesis Mahasiswa
Universitas Negeri Medan.
Suvenny, S. R. 2020. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pancuran Gading dan Desa
Bencah Kelubi di Wilayah Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Skripsi Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Riau.
Suwarjeni, V Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Pustaka baru Press.
Syaiful, 2020, “Dana BLT DD di Bandang Laok Rp 850 Juta, Penerima Hanya 94 KK Diprotes
Warga”,https://matamaduranews.com/dana-blt-dd-di-bandang-laok-rp-850-juta-
penerima-hanya-94-kk-diprotes-warga/, Diakses pada 17 Oktober 2021 Pukul 22.52
WIB.
Teddy Ardianto. 2020. Survei SMRC: BLT-Dana Desa Untuk COVID-19 Kurang Tepat Sasaran,
http://beritajatim.com/politik-pemerintahan/survei-smrc-blt-dana-desa-untuk-covid-19-
kurang-tepat-sasaran/, diakses pada tanggal 9 Mei 2021 pukul 15.00 WIB.
Wafirotin, K. Z., & Septiviastuti, U. 2019. The Effect of Transparency, Community Participation
and Accountability on Management of Village Funds in Ponorogo Regency. Ekuilibrium:
Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi, 14(1), 31-43..
Y. Ladewi dkk. 2020. The Effect of Accountibilty and Transparency of Village Fund
Management. International Journal Of Accounting and Business Society. Vol 28 No. 2.
Zerbinati, S. 2012. Multi-level Governance and EU Structural Funds: An Entrepreneurial Local
Government Perspective. Local Government Studies, 38 (5).