Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL

BANTUAN LANGSUNG TUNAI DANA DESA

Digunakan sebagai tugas pengganti ujian tengah semester kebijakan sosial D2

Dosen Pengampu:
Wahyuni Mayangsari, S.sos, M.kesos.
198802102019032017

Disusun Oleh:
Raniah Azalea Azzahra
190910301134

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2020 dunia sedang dihebihkan oleh pandemi covid-19. Virus ini
merupakan virus yang sangat membahayakan kehidupan manusia. Virus ini
menyerang sistem pernapasan manusia, penularannya pun bisa terjadi ketika
berkontak langsung dengan orang yang telah terpapar virus ini. Di Indonesia banyak
masyarakat yang terpapar virus covid-19 ini. Sehingga pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang digunakan untuk mencegah perluasaan penularan virus covid-19.
Kebijakan yang dikeluarkan dari tahun 2020 ialah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) saat ini kebijakan PSBB telah melalui beberapa revisi sehingga menciptakan
kebijakan baru yang bernama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat).
pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Ekonomi
mulai melesu, konflik sosial mulai meningkat, dan kondusivitas masyarakat menjadi
terancam karena sulitnya untuk memenuhi kebutuhan. PHK yang menjadi salah satu
dampak pandemi Covid-19, alhasil kemiskinan semakin meningkat. Menurut Center
for Indonesian Policy Studies (CIPS) memprediksi bahwa kemiskinan di Indonesia
akan naik sebesar 9,7 – 12,4 persen atau sekitar 1,3 – 8,3 juta jiwa. Kelesuan ekonomi
nasional yang menyebabkan kemiskinan dikarenakan adanya kebijakan Social
Distancing dan Physical Distancing. Mobilitas masyarakat semakin berkurang,
sehingga roda perputaran ekonomi juga semakin melambat. Prediksi pertumbuhan
ekonomi hanya sebesar 2,1 persen atau bahkan 0 persen .
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2020 mencapai 26,42 juta
orang. Dibandingkan September 2019, jumlah penduduk miskin meningkat 1,63 juta
orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2019, jumlah penduduk miskin
meningkat sebanyak 1,28 juta orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2020
tercatat sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019
dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019. Berdasarkan daerah tempat
tinggal, pada periode September 2019–Maret 2020, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan naik sebesar 1,3 juta orang, sedangkan di daerah perdesaan naik
sebesar 333,9 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 6,56 persen
menjadi 7,38 persen. Sementara itu, di perdesaan naik dari 12,60 persen menjadi
12,82 persen.
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode September 2019–
Maret 2020 antara lain adalah perubahan perilaku karena covid-19 yang
mengakibatkan peningkatan kemiskinan, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah
tangga, jumlah kunjungan wisata asing ke Indonesia yang mengalami penurunan,
Kenaikan harga kebutuhan, Penduduk hampir miskin yang bekerja di sektor informal
meningkat.
Karena kenaikan angka tersebut dan melonjaknya angka kenaikan maka dana desa
digunakan untuk menjadi salah satu alternatif membantu masyarakat daerah desa.
Padahal sejatinya dana desa digunkan untuk melakukan alokasi guna memperdayakan
masyarakat melalui program-program. Maka Dari itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan BLT dana desa.
Bantuan Langsung Tunai atau disingkat BLT adalah program bantuan pemerintah
berjenis pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainnya. BLT ini merupakan
program kebijakan terdahulu sebelum diberlakukannya BLT dana desa. Pada awalnya
Bantuan Langsung tunai terjadi karena kenaikan harga subsidi BBM pada tahun 2005.
BLT terbagi menjadi dua bagian baik bersyarat maupun tak bersyarat untuk
masyarakat miskin. Program ini merupakan salah satu bentuk pelayanan dari
penyelenggaraan kebijakan sosial.
Pemerintah Indonesia menyelenggarakan BLT tidak bersyarat, dengan
mekanisme berupa pemberian kompensasi uang tunai, pangan, jaminan kesehatan,
dan pendidikan dengan target pada tiga tingkatan kelompok masyarakat miskin yaitu
hampir miskin, miskin, sangat miskin. BLT dilakukan pertama kali pada tahun 2005,
berlanjut pada tahun 2009 dan di 2013 berganti nama menjadi Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM). Program BLT diselenggarakan sebagai respon
kenaikan BBM dunia pada saat itu, dan tujuan utama dari program ini adalah
membantu masyarakat miskin untuk tetap memenuhi kebutuhan hariannya.Selain
program BLT tak bersyarat, pemerintah juga menyelenggarakan BLT bersyarat
dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu program bantuan untuk
keluarga miskin dengan syarat mereka harus menyekolahkan anaknya dan melakukan
cek kesehatan rutin.Target utama dari program ini adalah keluarga miskin dengan
anak berusia antara 0 sampai 15 tahun, atau ibu yang sedang hamil pada saat
mendaftar. Jangakuan penyelenggaraan PKH saat ini diperluas kepada keluarga
miskin dengan ibu hamil, anak usia dini, anak usia sekolah (SD, SMP, SMA),
penyandang disabilitas, dan/atau orang lanjut usia (Nazaruddin, 2020). Dalam
pelaksanaannya, program BLT dianggap sukses oleh beberapa kalangan, meskipun
timbul kontroversi dan kritik
Kebijakan BLT Dana Desa dikeluarkan sebagai upaya jaring pengaman sosial
pelengkap penetapan PSBB. Landasan penetapan BLT-Dana Desa adalah Perpu No,
1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara untuk COVID-19.Kebijakan
BLT-Dana Desa merupakan salah satu kebijakan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Desa PDTT No. 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa PDTT
No. 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Permen
Desa ini mengatur tentang sasaran penerima BLT, mekanisme pendataan, metode
perhitungan alokasi BLT dalam Dana Desa, serta jangka waktu dan besaran BLT-
Dana Desa. Baik Perpu maupun Permen tersebut menjelasakan bahwa Dana Desa
dapat digunakan untuk menyelenggarakan BLTDana Desa. Pernyataan ini dipahami
bahwa desa mempunyai pilihan dalam menyelenggarakan BLT-Dana Desa
1.2 Isi Kebijakan
1.2.1 Manfaat
Manfaat yang diterima berup memberian dana, adapun nilai BLT Dana
Desa adalah Rp600.000 setiap bulan untuk setiap keluarga miskin yang
memenuhi kriteria dan diberikan selama 3 (tiga) bulan dan Rp300.000 setiap
bulan untuk tiga bulan berikutnya. BLT-Dana Desa ini bebas pajak.
1.2.2 Kriteria Penerima Manfaat
Kriteria penerima manfaat dipilih melalui seleksi situasi kondisional
terhadap ketidakmampuan individu untuk memperoleh/membeli barang atau
jasa. Akses individual terhadap pelayanan sosial dibatasi oleh kondisi
ekonominya. Misalnya penduduk miskin lansia. BLT-Dana Desa pada Permen
Desa PDTT No. 6 Tahun 2020 diatur pada Pasal 8 dan Pasal 8A, sebagai pasal
perubahan, yang menjadi bagian dari pelayanan sosial dasar. Sasaran penerima
BLT-Desa adalah keluarga miskin yang kehilangan pekerjaan atau mata
pencaharian sebagai dampak terjadinya bencana (wabah COVID-19), dan
menanggung anggota keluarga yang menderita sakit kronis.Mereka juga belum
terdata menerima Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja.
Calon penerima BLT-Dana Desa adalah keluarga miskin baik yang terdata
dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) maupun yang tidak terdata
(exclusion error) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak mendapat bantuan PKH/BPNT/ pemilik Kartu Prakerja;
b. Mengalami kehilangan mata pencaharian (tidak memiliki cadangan
ekonomi yang cukup untuk bertahan hidup selama tiga bulan ke
depan);
c. Mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
1.2.3 Mekanisme dan Alur Pendanaan
Mekanisme dan Alur Pendataan Calon Penerima BLT-Dana Desa Desa
dapat menentukan sendiri siapa calon penerima BLT-Dana Desa selama
mengikuti kriteria yang ditetapkan, melaksanakan pendataan secara transparan
dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Desa dapat
menggunakan data desa sebagai acuan, serta menggunakan DTKS sebagai
referensi penerima PKH, BPNT, serta data Dinas Ketenagakerjaan untuk
identifikasi penerima bantuan Kartu Prakerja. Jika data penerima JPS tersebut
tidak tersedia, maka desa bisa menggunakan data rekapitulasi penerima
bantuan dari pendamping program jaring pengaman sosial. Berikut adalah
mekanisme pendataan keluarga miskin dan rentan calon penerima BLT-Dana
Desa serta penetapan hasil pendataannya:
A. Proses Pendataan
1. Perangkat Desa menyiapkan data desa yang mencakup profil penduduk
desa berdasarkan usia, kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan
disabilitas
2. Kepala Desa membentuk dan memberikan surat tugas kepada Relawan
Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 untuk melakukan pendataan
keluarga miskin calon penerima BLT-Dana Desa.
3. Jumlah pendata minimal 3 orang dan jika lebih harus berjumlah ganjil.
4. Melakukan pendataan di tingkat Rukun Tetangga (RT) atau Rukun
Warga (RW) dengan menggunakan formulir pendataan pada Lampiran
2, atau di tingkat dusun dengan menggunakan aplikasi Desa Melawan
COVID-19. Seluruh kegiatan pendataan harus memperhatikan protokol
kesehatan.
B. Proses Konsolidasi dan Verifikasi
1. Relawan Desa dan/atau Gugus tugas COVID-19 menghimpun hasil
pendataan dari RT, RW atau dusun dan melakukan verifikasi serta
tabulasi data. Dalam proses verifikasi syarat penerima BLTDana Desa,
hal yang dilakukan adalah:
a) Keluarga miskin penerima PKH atau penerima BPNT dikeluarkan
dari daftar calon penerima BLT-Dana Desa. Data penerima bantuan
PKH dan BPNT ada dalam DTKS yang bisa didapat dari Dinas
Sosial kabupaten/kota atau dari Pendamping PKH.
b) Keluarga miskin penerima Kartu Prakerja dikeluarkan dari daftar
calon penerima BLT Dana Desa. Data penerima kartu tersebut bisa
didapatkan dari Dinas Ketenagakerjaan kabupaten/kota.
c) Mengidentifikasi keluarga miskin dan rentan untuk diprioritaskan
menjadi penerima BLTDana Desa.
d) Melakukan verifikasi status kependudukan calon penerima BLT-
Dana Desa berdasarkan data administrasi kependudukan (adminduk)
yang dimiliki oleh desa atau dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dinas Dukcapil) kabupaten/kota.
2. Relawan Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 memastikan keluarga
miskin dan rentan seperti perempuan kepala keluarga, warga lanjut usia,
penyandang disabilitas menjadi prioritas/ tidak boleh terlewat.
3. Setiap melakukan verifikasi keluarga miskin dan mengidentifikasi
keluarga miskin dan rentan, Relawan Desa dan/atau Gugus Tugas
COVID-19 perlu mengambil foto dan mencantumkan lokasi tempat
tinggalnya secara manual dan digital (share location) jika
memungkinkan.
4. Bila ditemukan keluarga miskin calon penerima BLT-Dana Desa yang
tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK), petugas pendata
mencatat dan memberikannya kepada kasi pemerintahan atau petugas
khusus di desa, untuk selanjutnya dibuatkan Surat Keterangan
Domisili. Calon penerima BLT-Dana Desa yang hanya memiliki surat
keterangan tersebut kemudian dicatat dan diinformasikan ke petugas
adminduk di desa jika ada, atau ke kecamatan atau langsung ke Dinas
Dukcapil untuk mendapatkan layanan adminduk
5. Hasil verifikasi dan pendataan baru disampaikan oleh Relawan Desa
dan/atau Gugus Tugas COVID-19 kepada Kepala Desa.
C. Proses Validasi dan Penetapan Hasil Pendataan
1. Kepala Desa memfasilitasi BPD untuk melaksanakan musyawarah desa
khusus dengan mengundang perwakilan masyarakat dan pihak lain
yang terkait untuk membantu verifikasi dan validasi data terkait
penentuan calon penerima BLT-Dana Desa.
2. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut, Kepala Desa dan BPD
menandatangani daftar keluarga miskin calon penerima BLT-Dana
Desa. Merujuk kepada daftar tersebut, desa menyalurkan BLT-Dana
Desa bulan pertama.
3. Kepala Desa menyebarluaskan daftar calon penerima BLT-Dana Desa
yang sudah disahkan kepada masyarakat baik melalui papan informasi
di setiap dusun dan/atau di tempattempat yang strategis dan mudah
dijangkau. Desa juga dapat memanfaatkan website desa atau Sistem
Informasi Desa sebagai media informasi publik
4. Jika ada keluhan dari masyarakat terhadap daftar calon penerima BLT-
Dana Desa, maka desa bersama BPD memfasilitasi musyawarah desa
untuk membahas keluhan tersebut dan menyepakati solusinya. Daftar
calon penerima BLT-Dana Desa dilaporkan dan disahkan oleh
Bupati/Wali Kota, atau dapat diwakilkan ke Camat. Untuk penyaluran
bulan ke dua, desa harus memastikan bahwa data penerima BLT-Dana
Desa harus sudah disahkan.
1.2.4 Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang.
b. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Pengaturan terkait dengan BLT-Dana
Desa dapat dilihat pada pasal 8, pasal 8A, serta pada Lampiran–1 dan
Lampiran–2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 ini.
c. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-Dana Desa
dapat dilihat pada pasal 24 ayat 2, pasal 24A, pasal 24B, pasal 25A, pasal
25B, pasal 32, pasal 32A, pasal 34, pasal 35, pasal 47A, dan pasal 50.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/ PMK.07/2020 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/ PMK.07/2019
tentang Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-
Dana Desa dapat dilihat pada pasal 32A.
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa.
g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Desa melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
h. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 1 Tahun 2020 Tanggal 15 Mei 2020
tentang Percepatan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana
Desa.
i. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan
Penyaluran Tahap Kesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa
Yang Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus.
j. Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/ PRI.00/IV/2020 Tanggal 14 April
2020 perihal Pemberitahuan Perubahan Permendes PDTT Nomor 11 Tahun
2019 tentang Prioritas Pembangunan DD Tahun 2020 menjadi Permendes
PDTT Nomor 06 Tahun 2020.
k. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 9/PRI.00/IV/2020 Tanggal 16 April
2020 perihal Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima BLT
Dana Desa.
l. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 12/PRI.00/IV/2020 Tanggal 27
April 2020 perihal Penegasan BLT Dana Desa.
m. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 10/PRI.00/IV/2020 Tanggal 21
April 2020 perihal Penegasan Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon
Penerima BLT Dana Desa.
n. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 11/2020 Tanggal 21
April 2020 perihal Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) Dan Non-DTKS Dalam Pemberian Bantuan Sosial Kepada
Masyarakat.
1.3 Tujuan Program
Tujuan dari program ini ialah untuk mengkatkan pembangunan desa melalui
perekonomian daerah. Undang-Undang Desa memandatkan bahwa tujuan
pembangunan Desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas
hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi
lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah pembangunan Desa untuk pemenuhan
kebutuhan saat ini dilakukan tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi
Desa di masa depan.
BAB 2

Implementasi Program

Pemerintah terus menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) di tengah


Pandemi. Abdul Halim Iskandar, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, menyampaikan bahwa untuk BLT Dana Desa tahap II saat ini sudah
tersalurkan di 18.448 desa. Mengenai penyaluran tahap kedua, dijelaskanya akan berjalan
secara baik. Kebijakan tersebut, tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 50/PMK.07/2020 tentang perubahan kedua atas 205/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Desa. Melalui aturan ini, pemertintah juga menambah besaran dan
jangka waktu pemberian BLT Dana Desa kepada masyarakat yang awalya sebesar Rp 1,8
juta keluarga Penerima manfaat (KPM) menjadi Rp 2,7 juta per Keluarga Penerima
Manfaat. Bukan hanya itu, Pemerintah juga memperpanjang jangka waktu pemberian
BLT ini yang sebelumnya 3 bulan menjadi 6 bulan. Namun tentu saja banyak sekali hal
yang diluar perkiraan, bukan hanya soal ketidaktepat sasaran namun juga hal yang lain.

Ketentuan dan mekanisme pendataan hingga pelaksanaan pemberian BLT DD


tercantum dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan 14 April
lalu. Peraturan tersebut mengubah Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun Anggaran 2020. Pasal 8A dalam aturan itu
menetapkan beberapa syarat penerima bantuan, seperti keluarga yang kehilangan mata
pencarian atau pekerjaan, belum terdata menerima berbagai bantuan sosial, serta
mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun atau kronis.

Sebelumnya, Menteri Desa dan PDTT juga menerbitkan Surat Edaran Nomor 8
Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa.
Dalam peraturan tersebut alokasi bantuan langsung tunai untuk pagu dana desa yang
kurang dari Rp 800 juta ditetapkan 25 persen dari dana desa. Alokasi untuk desa dengan
pagu Rp 800 juta-1,2 miliar sebesar 30 persen. Adapun desa dengan pagu di atas Rp 1,2
miliar mendapat alokasi 35 persen. Skema ini bisa dikembangkan lebih dari 35 persen
apabila dibutuhkan dengan persetujuan pemerintah di daerah .
Sejauh ini, total yang sudah berhasil mencairkan 100% BLT dana desa yang
digelontorkan pemerintah pusat ada sebanyak 109 Kabupaten/Kota. Sementara 138
Kabupaten/Kota realisasinya antara 75-99%, lalu 55 kabupaten/kota realisasinya 50-74%,
dan 95 Kabupaten/Kota realisasinya 1-49%. Dengan begitu, BLT Dana Desa sudah
tersalurkan ke 47.030 desa atau 74,60% dari total jumlah desa yang mencapai 74.953.
Sehingga tercatat masih ada 16.804 desa yang belum menyalurkan BLT Dana Desa
hingga 26 Mei 2020 kemarin. Semula dari 47.030 desa tercatat ada 4.992.025 keluarga
penerima manfaat (KPM) sudah menerima dana sebesar Rp 600.000 per bulannya.
Dengan begitu total yang sudah dicairkan adalah Rp 2,99 triliun. Adapun target
penyaluran ditujukan kepada 12,3 juta KK dengan anggaran Rp 22,4 triliun .

Dilansir dari kemenko pmk BLT Dana Desa merampungkan pembagian dananya.
J. Aries Calfat dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan turut mengungkap bahwa
telah dilakukan penyempurnaan terhadap formulasi penyaluran Dana Desa tahun 2021.
alokasi formulasi berdasarkan jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas
wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa, naik dari 28% menjadi 31%. alokasi
afirmasi dibagi secara proporsional kepada Desa tertinggal dan Desa sangat tertinggal
yang mempunyai jumlah penduduk miskin tinggi, mengalami penurunan namun tidak
signifikan dari 1,5% menjadi 1%.

Dapat dikatakan bahwa BLT Dana Desa telah mengimplementasikan


programnya. Seperti contoh petani di desa kayu mas situbondo jawa timur. Masyarakat
disana menpatkan BLT Dana Desa, kemudian dana tersubut digunakan sebagai anggaran
untuk bertani kopi dan berhasil bangkit kembali.
BAB 3

Implementasi Kebijakan

3.1 Konsep Kebijakan


3.1.1 Pengertian
Kebijakan sosial merupakan suatu upaya untuk mencegah dan mengatasi
sebuah masalah sosial yang ada di indonesia. Suharto, 2005 juga menjelaskan
bahwa kebijakan sosial adalah ketetapan yang didesain secara kolektif untuk
mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi preventif), mengatasi masalah
sosial (fimgsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi
pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligation) dalam
memenuhi hak-hak sosial warganya.
Kebijakan sosial sejatinya merupakan kebijakan kesejahteraan (welfare
policy), yakni kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan program-
program pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok kurang beruntung
(disadvantegd groups), yakni para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS), seperti keluarga miskin, anak telantar, pekerja anak, korban
HIV/AIDS, penyalahguna Narkoba dan kelompok-kelompok rentan lainnya,
baik secara ekonomi maupun psikososial.
3.1.2 Krakteristik Kebijakan Sosial
1) Kebijakan sosial mengangkat tentang kesejahteraan Gagasan tentang
kesejahteraan digunakan dalam beberapa cara yang berbeda. Dalam arti
yang paling luas, kesejahteraan dapat berarti 'kesejahteraan', di dalam UU
RI nomor 11 tahun 2009 kesejahteraan ialah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Dalam pengertian itu dapat diartikan sebagai pemenuhan
kebutuhan individu atau kelompok.
Kebijakan sosial disni memprioritaskan tentang kesejahteraan dimana
kesejejahteraan itu mencakup seluruh masyarakat luas. Kebijakan yang
dibuat ini berupaya untuk melindungi kesejahteraan masyarakat agar
masyarakat itu dapat memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu kebijakan
sosial berkitan erat dengan kesejahteraan
2) Kebijakan sosial adalah tentang kebijakan, Kebijakan sosial dalam sebuah
kebijakan memang tidak berkaitan langsung dengan kesehatan,
pendidikan, dengan bidang makanan. Walaupun hal tersebut merupakan
suatu isu dalam membentuk kebijakan sosial namun disini kebijakan sosial
tidak berkaitan secara langsung. Dimana disini kebijakan sosial lebih
menekan pada elemen utama 'kebijakan' adalah tujuan, proses
implementasi dan pencapaian hasil. Sebagai contoh, departemen
pemerintahan (dalam bentuk Makro) dan lembaga – lembaga pelayanan
sosial (dalam bentuk mikro). Seperti yang dikatakan diawal bahwa
kebijakan sosial tidak turun tangan dalam bidang kesehatan, pendidikan,
dan makanan melainkan mengelola sistem dalam bidang tersebut, contoh
kebijakan sosial tidak mempelajari tentang bagaimana makanan itu
dibentuk tetapi kebijakan sosial membentuk sebuah sistem yang kompleks
dan distribusi makanan tersebut.
3) Kebijakan sosial berkaitan dengan isu-isu yang bersifat sosial, Unsur
sosial dalam kebijakan sosial berbeda dengan kebijakan untuk masyarakat
pada umumnya: kebijakan sosial tidak banyak berkaitan dengan penyiaran,
belanja, ibadah keagamaan, komunikasi atau tata krama, bahkan jika hal-
hal itu sangat penting bagi kehidupan sosial. Dalam pembentukan suatu
kebujakan tentu saja memiliki sebuah isu – isu sosial di dalamnya. Begitu
pula dengan kebijakan sosial dimana ketika membentuk suatu kebijakan
sosial disitu terdapat isu isu dan masalah sosial di dalamnya. Dimana
kebijakan sosial membantuh memberikan masukan untuk memecahkan
permasalahan sosial tersebut. permasalahan sosial tersebut dapat berupa
PMKS. Kebijakan sosial memiliki tiga karakteristik mode operasi. Yang
pertama adalah berkaitan dengan resep serta analisis, dan hasil serta
proses. Tentu saja dalam pembentukannya dibutuhkan ketiga hal tersebut
karena nantinya kebijakan sosial ini akan diterapkan jadi dalam
pembentukannya harus benar benar diperhatikan.
3.1.3 Tujuan Kebijakan Sosial
1. Untuk mengatasi masalah – masalah sosial yang terjadi di dalam
masyarakat
2. Memenuhi keperluan individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
tidak terpenuhi kebutuhannya
3. Meningkatkan korelasi hubungan intrasosial manusia dengan mengurangi
kedisfungsian sosial individu atau kelompok yang disebabkan oleh faktor-
faktor internal-personal juga eksternal-struktural.
4. Meningkatkan situasi serta lingkungan sosial-ekonomi yang kondusif bagi
upaya pelaksanaan peranan-peranan sosial dan pencapaian kebutuhan
masyarakat sesuai dengan hak, harkat dan martabat kemanusiaan.
5. Menggali, mengalokasikan dan mengembangkan sumber-sumber
kemasyarakatan demi tercapainya kesejahteraan sosial dan keadilan sosial.
3.2 Konsep Kebutuhan Kebijakan
Konsep dari kebutuhan kebijakan ialah menganalisis sebuah kebutuhan yang
dibutuhkan masyarakat melalui analisis kebijakan. Karakteristik dari analisis
kebijakan ialah:
Pertama, analisis kebijakan merupakan suatu proses yang berarti pemaduan
berbagai informasi, termasuk hasil penelitian, sehingga diperoleh suatu kesimpulan
yang selaras. Kegiatan utama analisis kebijakan ialah pengumpulan informasi secara
sistematis dan penarikan kesimpulan logis dari informasi tersebut.
Kedua, salah satu sumber utama informasi yang menjadi bahan analisis kebijakan
ialah hasil-hasil penelitian. Hal ini berarti bahwa analisis kebijakan merupakan
proses pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil penelitian sehingga siap digunakan
dalam pengambilan keputusan dan desain kebijakan publik. Oleh karena itu, analisis
kebijakan merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian.
Ketiga, output analisis kebijakan ialah rekomendasi opsi keputusan atau desain
kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa output kebijakan adalah berupa nasehat atau
petunjuk operasional tentang bahan pengambilan keputusan publik bagi spesifik
klien. Oleh karena itu, analisis kebijakan haruslah disajikan secara jelas, singkat,
padat, lengkap dan seksama.
Keempat, klien analisis kebijakan ialah para pengambil keputusan kebijakan
publik (pemerintah dan DPR) dan kelompok yang berkepentingan (interest groups)
atas kebijakan pemerintah tersebut. Klien pengguna analisis kebijakan bersifat
spesifik. Hal ini berkaitan langsung dengan output analisis kebijakan yang berupa
nasehat tentang kebijakan publik.
Kelima, analisis kebijakan berorientasi klien (client oriented). Hal ini merupakan
implikasi dari sifat analisis kebijakan yang menghasilkan nasehat keputusan siap-
guna bagi klien spesifik. Tanpa berorientasi klien analisis kebijakan tak akan
mungkin siap guna. Hal ini berarti analisis kebijakan haruslah didasarkan pada "dari,
oleh dan untuk klien". Analisis kebijakan hanya dilakukan apabila ada permintaan
atau "patut diduga" benar-benar dibutuhkan kliennya. Analisis kebijakan didorong
oleh kebutuhan mendesak kliennya (client's need push).
Dari karakteristik analisis kebijakan kebutuhan kebijakan tersebut dapat diketahui
melalui analisis kebijakan. Yang mana nantinya analisis kebijakan akan melakukan
perumusan isu kebutuhan kebijakan. Tahapan perumusan isu kebijakan dapat dibagi
menjadi tiga kegiatan sekuensial
1. Identifikasi isu (isue identification)
2. Penetapan prioritas (priority setting)
3. Definisi isu (isue definition)
4. Spesifikasi isu (isue specification)
5. Penginderaan masalah (problem sensing)
Obyek analisis kebijakan ialah suatu situasi problematik. Sebagai langkah awal
analisis, identifikasi isu adalah proses yang dilakukan untuk menemukan masalah-
masalah yang relevan untuk diatasi dengan tindakan kebijakan. Kebutuhan akan
identifikasi isu kebijakan muncul dari: perubahan klien atau kebutuhan akan kebijakan
baru, munculnya masalah baru dan adanya alternatif pemecahan masalah. Secara umum
isu kebijakan dapat diperoleh melalui:
1. Sumber institusional (organisators)
2. Monitoring keragaan empiris
3. Monitoring media-massa
4. Kajian khusus
3.3 Analisis Kebutuhan Kebijakan
Kebutuhan yang dibutukan oleh masyarakat ialah biaya pendanaan kehidupan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Seperti yang dilakukan pertama kali bantuan
langsung tunai tahun 2005. Dimana saat itu pemerintah memberi kebijakan untuk
memotong subsidi BBM. Hal ini disebabkan karena penggunaan BBM bersubsidi ini
tidak tepat sasaran, BBM bersubsidi lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak
yang merupakan bukan sasaran dari subsidi BBM itu sendiri, yaitu pihak industri dan
pihak-pihak yang mampu. Pemotongan subsidi BBM terus terjadi sampai tahun 2008
karena harga minyak kembali naik. Akibatnya dari kenaikan harga BBM, tentu
berimbah kepada harga bahan-bahan pokok. Maka dari itu, dibuatkanlah kebijakan
BLT ini sebagai upaya untuk menanggulangi dampak kenaikan harga BBM bagi
masyarakat miskin.
Dilakukannya BLT- Dana Desa ini dikarenakan adanya pandemic covid-19 yang
merajalela. Sehingga banyak warga desa yang terkena PHK karena perusahaan tidak
mampu membiayai para pekerja. Kemiskinan di Indonesia pun terus meningkat
semenjak adanya pandemic covid-19 yang awalnya memang sudah termasuk tingkat
tinggi menjadi bertambah tinggi. Kemiskinan adalah kondisi keterbatasan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak seperti keterbatasan
dalam pendapatan, keterampilan, kondisi kesehatan, penguasaan aset ekonomi,
ataupun akses informasi. Pengukuran ini bersifat materi atau pendekatan moneter.
Pengukuran dengan pendekatan moneter dapat dilakukan dengan menggunakan data
pengeluaran sebagai pendekatan pendapatan rumah tangga. Kemudian data
pengeluaran ini diperbandingkan dengan suatu batas nilai tukar rupiah yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Batas ini sering disebut
sebagai garis kemiskinan. Penduduk yang pengeluarannya lebih kecil daripada garis
kemiskinan ini disebut penduduk miskin. Pemerintah menggunakan garis
kemiskinan berdasarkan ukuran dari BPS yang dihitung berdasarkan data Survei
Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas).
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa digunakan untuk membangun perekonomian
daerah. Perekonomian daerah pun menurun karena pandemic covid-19 ini. Banyak
masyarakat yang menganggur karena terkena PHK. Maka dari itu pemerintah
membantu kebutuhan masyarakat dengan menggunakan program kebijakan BLT-
Dana Desa ini. Dana ini bersumber dari APBN, APBD provinsi/kabupaten/kotaDana
yang di dapat oleh masyarakat dapat digunakan sebagai dana kehidupan sehari-hari
ataupun digunakan menjadi modal untuk membuka usaha. Seperti di Situbondo Jawa
Timur, di desa kayumas petani kopi mendapatkan bantuan dana BTL- Dana Desa dan
di manfaatkan menjadi anggran untuk bertani kopi.
BAB 4
Kesimpulan

Kebijakan sosial merupakan sebuah program yang dapat membangun


kesejahteraan kehidupan masyarakat. Kebijakan sosial disni memprioritaskan tentang
kesejahteraan dimana kesejejahteraan itu mencakup seluruh masyarakat luas. Kebijakan
yang dibuat ini berupaya untuk melindungi kesejahteraan masyarakat agar masyarakat itu
dapat memenuhi kebutuhannya. Dimasa pandemic covid-19 ini kebijakan sosial membuat
program agar masyarakat dapat bertahan dimasa yang seperti ini. BLT Dana Desa
merupakan salah satu kebijakan sosial yang diterapkan di masa penademi covid-19.

BLT Dana Desa ini memberikan manfaaat berupa jaminan sosial berbentuk uang tunai.
BLT Dana Desa dalam pengimplementasinya telah berjalan sehingga masyarakat dapat
menerima manfaat yang diberikan ini. Dalam pembagian dananya tentu saja terdapat
kriteria-kriteria tertentu karena bila tidak ada kriteria khusus maka satu KK bisa
mendapatkan dua kali dana. Keluarga yang sudah mendapatkan manfaat dari kebijakan
pkh, bantuan pangan non tunai, dan kartu prakerja tidak diperkenankan untuk
mendapatkan bantuan dana BLT Dana Desa ini. Sebelumnya Bantuan Langsung Tunai
ini sudah pernah diterapkan ketika tahun 2005 saat naiknya biaya subsidi BBM. Pada
tahun 2009 dan di 2013 BLT berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM).
Daftar Pustaka

Edi Suharto, P. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung.

Edi Suharto, P. (2008). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung.

https://www.kemenkopmk.go.id/penyaluran-bantuan-langsung-tunai-dana-desa-blt-dd-
tahun-2020-hampir-rampung

MODUL PELATIHAN ANALIS KEBIJAKAN. (2015).

Panduan Pendataan Bantuan Langsung Tunai– Dana Desa (BLT-Dana Desa) . (2020).
Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2020

Siswanti, W. (n.d.). Dinamika Implementasil Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT)


(Studi Kasus Di Kabupaten Kebumen).

SOEGIHARTO, S. (2020). BLT DANA DESA KAJIAN DARI PERSPEKTIF UU NO.


6 TAHUN 2014 TENTANG DESA .

Spicker, P. (2014). Social Policy Theory and Practice. great britain.

Anda mungkin juga menyukai