Anda di halaman 1dari 8

Tugas I.

Pancasila dalam Arus Sejarah

Presiden Joko widodo

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Wendi Muhammad Fadhli


WN20230901055
Kelas A Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2024
A. PEMBAHASAN
1. Segi Ekonomi
a. BLT
Salah satu program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan atau
memajukan kesejahteraan umum adalah dengan memberikan Bantuan Langsung
Tunai (BLT).Bantuan langsung tunai (BLT) mulai terlaksana melalui Instruksi
Presiden Nomor 12 tahun 2005 , tentang “pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai
kepada rumah tanggamiskin” dan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3
Tahun 2008, tentang “pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga
sasaran”. Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat
menjawab persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap
perubahan yang telah terjadi, baik secara nasional maupun global. Sebagai suatu
program dan kebijakan nasional, program BLT mempunyai latar belakang
pelaksanaan yang sistimatis, baik secara deskriptif analisis kondisional maupun
deskriptif operasional perundang-undangan. Setelah Pemerintah memutuskan
untuk menaikan BBM, kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjadi
kebijakan turunan dari kebijakan kenaikan BBM tersebut. Kebijakan BLT yang
diluncurkan pemerintah ini, menuai banyak protes mulai dari masyarakat,
pemerintah daerah, mahasiswa, dan tokoh-tokoh masyarakat baik nasional
maupun daerah. Kebijakan yang sama juga pernah dilakukan oleh pemerintah
pada tahun 2005, ketika pemerintah menaikan BBM sebesar 126 persen.
Keadaan ini mendorong pemerintah untuk melakukan pendekatan subsidi
secara langsung yang tertuang dalam BLT. Akan tetapi, kebijakan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) kepada rumah tangga miskin sebagai kompensasi
pengurangan subsidi BBM telah menimbulkan kontroversi dan masalah baru. Jika
ditinjau dari sisi waktu keluarnya payung hukum hingga pelaksanaan yang hanya
dalam waktu singkat, sangat terasa kebijakan BLT terburu-buru dan dipaksakan,
tidak mengherankan jika kemudian timbul banyak masalah antara lain belum
adanya kesamaan pemahaman antara berbagai instansi pemerintah, media,
maupun masyarakat. Hal ini terlihat dari penggunaan istilah yang berbeda-beda.
Ada yang menyebutnya Program Kompensasi Pengurangan Subsidi (PKPS),
Dana Kompensasi BBM (DKM), atau Bantuan Tunai Langsung (BTL). Ini bukti
lemahnya sosialisasi pemerintah tentang program ini. Dalam pelaksanaan
kebijakan tidak selalu berjalan lancar, pasti akan ada yang menjadi faktor
penghambatnya, begitu pula dengan implementasi Bantuan Langsung Tunai
(BLT) di Kelurahan Karema Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju, sebagian
penduduk atau masyarakat miskin tidak menerima Bantuan tersebut dengan
alasan tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sedangkan fakta di lapangan yang
saya temukan masyarakat yang mampu atau dengan kata lain Kepala keluarganya
memiliki penghasilan tetap setiap bulannya menerima bantuan tersebut. (Akib &
Risfaisal, 2017).1

1
Akib, I., & Risfaisal, R. (2017). Bantuan Langsung Tunai. Equilibrium: Jurnal Pendidikan,
3(2), 126–135. https://doi.org/10.26618/equilibrium.v3i2.283
Permasalahan mengenai pendataan memang menjadi titik lemah utama.
Kebanyakan warga tidak mengetahui kapan dilakukan pendataan. Warga juga
tidak mengetahui secara pasti kriteria rumah tangga miskin yang berhak
menerima BLT. Selain itu, sebagian warga bekerja di luar daerah domisili
sebagaimana tertera dalam dokumen kependudukan, sehingga tidak terdaftar atau
terdata secara ganda di tempat domisili dan di tempat daerah bekerja. Akibat
lemahya pendataan, sebagai warga yang benar-benar miskin justru tidak terdata.
Sehingga untuk mengatasi hal ini penggunaan metode BLT menuntut data yang
akurat dan terpecaya, padahal untuk Indonesia perkembangan sistem informasi
masih dianggap kurang. Ketidaktepatan dalam mendata RTS (Rumah Tangga
Sasaran), di sebabkan petugas pendata, tidak mematuhi kriteria yang ditetapkan
(memenuhi minimal 9 kriteria dari 14 kriteria syarat penerima BLT).
Banyak kelemahan-kelemahan dan masalah–masalah yang ditimbulkan
oleh kebijakan BLT ini, antara lain :
1. Kebijakan BLT bukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk
menyelesaikan kemiskinan di Indonesia, ini dikarenakan kebijakan ini
tidak mampu meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan masyarakat
miskin.
2. Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur
dan diawasi karena lemahnya fungsi pengawasan pemerintah terhadap
kebijakan tersebut.
3. Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di
masyarakat.
4. Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan
berdampak pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang
berhak
5. Peran aktif masyarakat yang kurang / minim, sehingga optimalisasi
kinerja program yang sulit direalisasikan
6. Dari sisi keuangan negara, kebijakan BLT merupakan kebijakan yang
bersifat menghambur–hamburkan uang negara karena kebijakan tersebut
tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan secara berkelanjutan
dan tidak mampu menstimulus produktifitas masyarakat miskin.
Agar program BLT dapat menjadi bantuan yang efektif dan efisien, maka
diperlukan beberapa langkah, yaitu:
1. Manajemen penyaluran dana yang baik dan sistematis, agar tercapai
tujuan dari program BLT yang sebenarnya yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat kecil. 2

2
Akib, I., & Risfaisal, R. (2017). Bantuan Langsung Tunai. Equilibrium: Jurnal Pendidikan,
3(2), 126–135. https://doi.org/10.26618/equilibrium.v3i2.283
2. Diperlukan pengawasan terhadap penyaluran dana BLT, karena banyak
ditemukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan program BLT tidak
dapat berjalan sesuai dengan rencana.
3. Bantuan dana langsug tidak diberikan dalam bentuk uang tunai yang
diberikan Cuma cuma kepada masyarakat karena dikhawatirkan
masyarakat hanya akan bergantung pada BLT, maka bantuan dana
langsung direalisasikan dalam bentuk bantuan dana untuk usaha sehingga
dari dana tersebut membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
agar tidak menjadi masyarakat yang pemalas karena hanya
menggantungkan dari bantuan selain itu dapat mengurangi tinkat
pengangguran.3
b. BBM
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi
subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM),
kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan
tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang
membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana
pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam
kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai
mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami
perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat
di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi
sepanjang 2008 hingga 2009. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat
menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia
akan lebih baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi global
berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian
Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009
mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih
berlanjut pada Januari 2010.4
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah
efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi
dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun
terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai
Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama,
pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan
masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
3
Akib, I., & Risfaisal, R. (2017). Bantuan Langsung Tunai. Equilibrium: Jurnal
Pendidikan, 3(2), 126–135. https://doi.org/10.26618/equilibrium.v3i2.283
4
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola
pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era
reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan
ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang
pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK
masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi
pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati
target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret
2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya.
Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi
tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan
harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai
8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005
dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).
Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan
harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang
menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter
menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh
melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi
sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan
dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di
dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga 2004 2009 Catatan
Minyak Mentah Dunia / barel ~ USD 40 ~ USD 45 Harga hampir sama
Premium Rp 1810 Rp 4500 Naik 249%
Minyak Solar Rp 1890 Rp 4500 Naik 238%
Minyak Tanah Rp 700 Rp 2500 Naik 370%
Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per
barel, namun harga jual premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga
ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para
supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya kepada
pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan
turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam
kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1
triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah sejarah
yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun merdeka, pemerintah selalu
membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih ekonomis
(dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi
pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan
kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu
memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%.
Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan
pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas
10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal
mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat
di bidang ekonomi.

2. Segi Politik
a. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut
diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di
suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik
melainkanharus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda. Trias Politik
yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga
berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk
membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-
undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan
dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada
sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun
yang melanggar undang-undang.
Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut,
diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi
pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and
balances (saling koreksi, saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya
Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau tanpa
halangan.Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa
pemerintahan SBY mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut
berusaha menempatkan posisinya berdasarkan prinsip structural Sistem Politik
Indonesia, yakni berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada masa pemerintahan SBY,
hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat bisa memilih secara
langsung calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota dewan
legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit
yudikatif, pemilihannya masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbangan
presiden.5

b. Politik Luar Negeri


Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu :

5
https://www.scribd.com/document/392490426/Makalah-Pemerintahan-SBY
a) Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain
(Jepang, China, India, dll).
b) Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-
perubahandomestik dan perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri
(internasional).
c) Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba
menjalin hubungan dengan siapa saja (baik negara, organisasi
internasional, ataupun perusahaan multinasional) yang bersedia
membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
d) Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia
Internasional. Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST adalah unity,
harmony, security, leadership, prosperity. Prinsip-prinsip dalam konsep
TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri Indonesia di tahun
2008 dan selanjutnya6

6
https://www.scribd.com/document/392490426/Makalah-Pemerintahan-SBY
DAFTAR PUSTAKA

Akib, I., & Risfaisal, R. (2017). Bantuan Langsung Tunai. Equilibrium: Jurnal Pendidikan,
3(2), 126–135. https://doi.org/10.26618/equilibrium.v3i2.283

https://www.scribd.com/document/392490426/Makalah-Pemerintahan-SBY

Anda mungkin juga menyukai