Anda di halaman 1dari 7

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

KEPADA KOMISI TUGAS AKHIR (KTA)


Nama : Muhammad Rifa’i
NIM : F1B018054
Judul : Implementasi Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa dalam
Penanggulangan Pandemi Covid-19 di Desa Melung, Kecamatan
Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.

Kaitan Judul/Tema Dengan Kebijakan Publik dan/Atau Manajemen Publik

Judul yang saya ajukan berkaitan dengan kebijakan publik yang mana dalam
dalam hal ini adalah implementasi kebijakan publik. Implementasi dianggap sebagai
wujud utama dan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan (Birklan,
2001: 177; Heineman et al., 1997: 60; Ripley dan Franklin, 1986; Wibawa dkk.,
1994: 15). Pandangan tersebut dikuatkan dengan pernyataan Edwards III (1984: 1)
bahwa tanpa implementasi yang efektif keputusan pembuat kebijakan tidak akan
berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat
setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya
mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu bagian dari siklus kebijakan.


Menurut Lester dan Stewart siklus kebijakn itu terdiri dari penetapan agenda (agenda
setting), formulasi kebijakan (formulation policy), dan implementasi kebijakan
(implementing policy). Dengan pendapat yang telah disebutkan makan dapat diambil
kesimpulan bahwa implementasi kebijakan merupakan wujud utama dari proses
kebijakan publik untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat. Dengan
itu penelitian saya akan berjudul Implementasi Kebijakan Bantuan Langsung Tunai
(BLT) Dana Desa dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 di Desa Melung,
Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
Konsep dan/Atau Teori Utama yang Digunakan Dalam Penelitian, dan
Kebaruan Penelitian yang dilakukan

Grindle (1980: 7) menyatakan bahwa implementasi merupakan proses umum


tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Proses
implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program
kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran.
Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya
dengan hasil kegiatan pemerintah. Ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan van
Horn (Grindle, 1980: 6) bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang
memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi
pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

Jika pemahaman ini diarahkan pada lokus dan fokus dimana kebijakan
diterapkan akan sejalan dengan pandangan Van Meter dan van Horn yang dikutip
oleh Parsons (1995: 461) dan Wibawa, dkk., (1994: 15) bahwa implementasi
kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan
swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan.

Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Implementasi
Kebijakan menurut Edward III (1980:10), dimana mengatakan bahwa terdapat empat
(4) variabel penting yang harus diperhatikan untuk melihat berbagai faktor terhadap
kegagalan dan keberhasilan implementasi kebijakan publik yaitu : faktor komunikasi
(communication), sumber daya pelaksanaan (resources), struktur birokrasi
(bureaucratic structured), dan sikap pelaksana (dispotition).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui beberapa penelitian


sejenis maka dapat diketahui perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, yaitu pada penelitian sebelumnya yang berdujul perubahan alokasi
anggaran dana desa terhadap pencegahan Covid-19 di Kecamatan Moyo Huli
meneliti tentang pengalokasian Dana Desa untuk BLT-DD atas dasar prioritas
penggunaan dana desa tahun 2020. Sedangkan pada penelitian akan meneliti tentang
bagaimana desa dalam proses implementasi kebijakan tersebut dan bagaimana respon
masyarakat desa dengan adanya beberapa kali perubahan kebijakan tanpa adanya
sosialisasi yang masif.

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada didunia.


Sebagai negara berkembang Indonesia masih memiliki banyak permasalahan yang
belum terselesaikan. Dengan permasalahan yang hampir sama pada semua negara
berkembang menjadikan kemiskinan sebagai isu terbesar yang ada pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Terjadi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu seperti tingkat pendidikan masih kurang merata, produktivitas lapangan kerja
sedikit, tingkat upah sangat kurang, distribusi pendapatan yang timpang, kesempatan
peluang kerja kurang, hingga politik yang belum stabil. Pada Bulan September 2019,
Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat ada 12,60% penduduk Indonesia berstatus
miskin. Kemudian dimasa pandemi dari September 2019 hingga maret 2021 ada
kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi 13,10%. Desa menjadi penyumbang
penduduk miskin yang mana pada Maret 2021 sejumlah 15,37 juta masyarakat
pedesaan hidup dibawah garis kemiskinan.

Peningkatan angka kemiskinan sepanjang September 2019 hingga Maret 2021


tidak terlepas dari adanya Pandemi yang melanda seluruh belahan dunia tidak
terkecuali Indonesia. Bukan hanya negara berkembang atau negara miskin saja yang
terdampak dari pandemic covid-19, negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan
Jerman tak luput dari kemerosotan diberbagai sektor terutama sektor ekonomi.
Perekonomian yang merosot kemudian mempengaruhi kenaikan angka
pengangguran. Pada Agustus 2021 tercatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di
Indonesia naik menjadi 7,07% dari sebelumnya di Februari sebesar 6,26%.

Demi menanggulangi permasalahan kemiskinan yang timbul pemerintah


merespon dengan membuat Jaring Pengaman Sosial yang meliputi program-program
berikut :1) Peningkatan dan perluasan PKH; 2) Peningkatan dan perluasan Kartu
Sembako; 3) Penambahan dan Fleksibilitas Kartu Pra-kerja; 4) Pembebasan tagihan
listrik; dan 5) Tambahan bantuan subsidi selisih bunga. Selain program yang telah
disebutkan diatas juga terdapat Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau kemudian
dapat disingkat BLTD ana Desa merupakan bantuan untuk penduduk miskin yang
bersumber dari Dana Desa.

Program BLT-Dana Desa ini menjadi salah satu program prioritas


penggunaan Dana Desa Tahun 2020 yang ditetapkan melalui Permendesa PDTT
Nomor 6 Tahun 2020 tentang perubahan atas Permendesa PDTT Nomor 11 Tahun
2019 mengatur tentang perubahan prioritas penggunaan dana desa Tahun 2020.
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau kemudian dapat disingkat BLTDana Desa
merupakan bantuan untuk penduduk miskin yang bersumber dari Dana Desa.
Program BLT-Dana Desa ini menjadi salah satu program prioritas penggunaan Dana
Desa Tahun 2020 yang ditetapkan melalui Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020
tentang perubahan atas Permendesa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 mengatur tentang
perubahan prioritas penggunaan dana desa Tahun 2020.

Berdasarkan pada regulasi yang telah disebutkan di atas, secara umum


mekanisme penyaluran BLT DD dimulai dari proses pendataan calon penerima,
verifikasi dan validasi, pengesahan oleh Bupati melalui Camat dan tahap
penyaluran terhadap penerima. Dalam hal pendataan, Pemdes membentuk Satuan
Tugas atau Relawan Desa. Satgas/Relawan inilah yang melakukan pendataan
dengan mengacu pada ketentuan berikut : sasaran penerima BLT adalah keluarga
miskin non PKH/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) antara lain: kehilangan mata
pencaharian; belum terdata (exclusion error); dan mempunyai anggota keluarga
yang rentan sakit menahun/kronis. Kemudian mekanisme Pendataan pendataan
dilakukan oleh Relawan Desa Lawan COVID-19; pendataan terfokus mulai dari
RT, RW, dan Desa; Musyawarah desa untuk validasi, finalisasi dan penetapan
penerima BLT-DD ditandatangani oleh Kepala Desa ; Pengesahan dilakukan oleh
Bupati/Walikota selambatnya 5 (lima) hari kerja. Metode perhitungan penetapan
jumlah penerima manfaat BLT Dana Desa mengikuti rumus:

a. Desa penerima Dana Desa kurang dari Rp 800.000.000 mengalokasikan


BLT-Dana Desa maksimal sebesar 25% dari jumlah Dana Desa.
b. Desa penerima Dana Desa Rp 800.000.000 sampai dengan Rp
1.200.000.000 mengalokasikan BLT-Dana Desa maksimal sebesar 30%
dari jumlah Dana Desa.
c. Desa penerima Dana Desa lebih dari Rp 1.200.000.000 mengalokasikan
BLT-Dana Desa maksimal sebesar 35% dari jumlah Dana Desa.

Pengalokasian Dana Desa untuk menanggulangi wabah Covid-19 merupakan


bentuk respon yang baik dari pemerintahan dalam menangani keadaan yang terjadi
saat ini, namun demikian pada proses pelaksanaannya tercatat ada dua kali perubahan
dengan prioritas penggunaan Dana Desa. Pertama berdasar PermenDesa PDTT
Nomor 11 tahun 2019 kemudian diubah menjadi PermenDesa PDTT Nomor 6 tahun
2020 tentang Prioritas Penggunaan dana Desa Tahun 2020. Sedangkan di Kementrian
Keuangan tercatat ada tiga kali perubahan yaitu yang pertama diatur dalam Peraturan
Mentri Keuangan Nomor (PMK) 205 Tahun 2019, lalu diubah menjadi PMK Nomor
40 Tahun 2020 dan kemudian berubah lagi menjadi PMK Nomor 50 Tahun 2020
tentang Pengelolaan Desa.

Perubahan kebijakan yang berulang ini ditujukan untuk menemukan kebijakan


yang paling tepat dalam menanggulangi kondisi pandemi covid-19, namun perubahan
kebijakan tersebut tidak dibarengi dengan sosialisasi yang masif oleh kementrian
terkait. Sosialisasi yang kurang masif dan tidak menyeluruh berpotensi
mengakibatkan terjadinya multitafsir dari pemerintahan daerah maupun pemerintahan
desa dalam pemahaman kebijakan tersebut dimana untuk mencapai keberhasilan
implementasi suatu kebijakan publik harus memperhatikan faktor komunikasi,
sumber daya pelaksana, sturktur birokrasi dan sikap pelaksana.
Desa Melung merupakan salah satu desa yang melaksanakan program
kebijakan BLT-DD ini. Desa Melung merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Desa
Melung memiliki luas wilayah 390 Hektare yang terbagi menjadi empat wilayah
dusun yaitu Dusun Depok, Kaliputra, Melung dan Salarendeng yang dibawahi oleh
dua kadus. Jumlah penduduk Desa Melung adalah 2.396 orang, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1.243 orang dan perempuan sebanyak 1.153 orang.
Sebagai penerima bantuan darurat covid-19 desa melung memiliki 144 kepala
keluarga.

Seperti yang telah dijelasakan diatas bahwa Kebijakan BLT-DD dalam kurun
waktu yang singkat telah beberapa kali melakukan perubahan tanpa diiringi dengan
sosialisasi yang masif dan menyeluruh sehingga berpotensi menyebabkan adanya
multitafsir pada proses implementasinya yang mana hal tersebut dapat menghambat
proses implementasinya yang dapat memperburuk keadaan masyarakat penerima
bantuan. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
Implementasi Kebijakan Bantuan Langsung tunai (BLT) Dana Desa dalam
Penanggulangan Covid-19 di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Implementasi Kebijakan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 di
Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka Tujuan
Penelitian dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Implementasi Kebijakan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa dalam Penanggulangan Pandemi Covid-
19 di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu khususnya
tentang implementasi kebijakan terhadap kajian Administrasi Publik dan
diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran
kepada stakeholder terkait dari Pemerintah Desa hingga pemerintah
diatasnya dalam implementasi program khususnya program bantuan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai