Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN

BANTUAN LANGSUNG TUNAI DANA DESA (BLTDD)

PADA MASA PANDEMI COVID-19

(Studi Kasus Pada Desa Bungingkela Kec. Bungku Selatan Kab.Morowali)

OLEH

ILHAM
NPM : 196602126

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TI NGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM

KENDARI

2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di tetapkan nya covid-19 oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020, WHO

sebagai pendemi berdampak pada banyak sektor. Pandemi covid-19 menekan

perekonomian dari berbagai sudut, tidak terkecuali terhadap perekonomian

desa. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga

kondisi sosial dan ekonomi. Dalam perekonomian, pandemi ini tidak menutup

kemungkinan aktivitas ekonomi domestik akan menurun dan kesejahteraan

masyarakat akan menurun. Wabah memukul banyak sektor usaha,

menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja, dan menurunkan

penyerapan tenaga kerja. Jika kondisi ini tidak di antisipasi dengan baik, di

perkirakan bisa terjadi ketidakstabilan sosial. Dalam jangka panjang,

kesenjangan antar kelompok pendapatan akan melebar, disparitas antar

wilayah kota dan desa akan meningkat, serta berdampak pada terjadinya

kemiskinan antargenerasi. Dana desa menjadi salah satu cara untuk menangani

masalah pandemi covid-19,di mana dana tersebut di tujukan untuk membantu

warga miskin desa, mengurangi dampak ekonomi akibat adanya pandemi

Covid-19, serta menjadi tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Dana desa merupakan alokasi anggaran dalam anggaran dan dapat

digunakan secara langsung untuk mendukung upaya pengurangan dampak

Covid-19 di tingkat rumah tangga dan desa. Beberapa manfaat dana desa
antara lain alokasi anggaran yang tersedia dalam anggaran pendapatan dan

belanja negara. Program lain dapat dilengkapi untuk meminimalkan dampak

sosial dan ekonomi. Aparat desa sudah memahami sistem yang ada dan tidak

membutuhkan sistem baru agar bisa bergerak cepat. Pemerintah desa untuk

membangun legitimasi dan kredibilitas melalui penyelesaian masalah di

daerah. Juga tersedianya sistem pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas yang

dapat dioptimalkan untuk menjamin akuntabilitas.

Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2020 tentang Kebijakan Fiskal Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan

Tentang Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) dan/atau Ancaman

Membahayakan Rakyat Terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 UU

Stabilitas Ekonomi dan/atau Sistem Keuangan memberikan cara baru untuk

meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian desa.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 menjadi landasan pelaksanaan

kebijakan refocusing dan realokasi anggaran pemerintah. Realokasi anggaran

yang mana disebutkan dapat menghilangkan kegiatan tertentu, realokasi

anggaran ini di peruntukkan untuk hal yang tidak bisa di prediksi hal tersebut

membutuhkan waktu penanganan yang cepat seperti pandemi covid-19.

Anggaran dana desa pada tahun 2020 ditetapkan sebesar Rp71,19

triliun. Kebutuhan BLT-DD akan dialokasikan 20-35 persen dari total dana

desa. BLT-DD dapat dilaksanakan setidaknya jika penerima manfaat sasaran

adalah rumah tangga miskin. Mengingat sebagian besar program nasional

terkait dukungan sosial merujuk pada penerima manfaat tingkat rumah tangga,
seperti program keluarga berkeinginan, bantuan pangan nontunai, dan bantuan

langsung masyarakat/tunai langsung sementara. Target jaring pengaman sosial

baru ini menargetkan 11 juta rumah tangga dengan total anggaran Rp22,4

triliun, dimulai dari total alokasi dana desa sebesar Rp71,19 triliun pada 2020

(Maun, 2020).

Besaran dana yang ditetapkan di setiap desa bervariasi pada kisaran

25-35%, tergantung pada jumlah dana yang diterima di desa tahun tersebut.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah, dan Ketentuan serta

Mekanisme Pendataan Penyajian BLTDD di Keimigrasian Nomor 11 Tentang

Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 yang di terbitkan 14 April 2020

tentang perubahan atas peraturan menteri Desa, pembangunan daerah

tertinggal, dan transmigrasi no 11 tahun 2019. Peraturan Menteri Desa Nomor

11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa pada Tahun Bantuan,

seperti keluarga yang kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, tidak

tercatat menerima berbagai dukungan sosial, memiliki keluarga ya ng rentan

sakit menahun dan kronis. Menteri desa dan PDTT juga menerbitkan surat

edaran Nomor 8 tahun 2020 tentang desa Tanggap Covid-19, dalam peraturan

tersebut alokasi bantuan langsung tunai untuk dana desa kurang dari Rp800

juta yang ditetapkan 25% dari dana desa. 1,2 miliar rupiah adalah 35 persen.

35 persen jika persetujuan lokal diperlukan. Dengan peraturan menteri desa

dan diumumkannya pembangunan dan reinkarnasi daerah tertinggal

(Permendes PDTT) Nomor 6 Tahun 2020 Undang-Undang Bantuan Langsung

Tunai (BLT) untuk Masyarakat Miskin di Daerah Terkait Keimigrasian

Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan Menteri Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

2020. Dasar pemikiran dan pelaksanaannya adalah BLT, tertib dan adil, segera

tepat sasaran, tepat orang, tepat waktu, tepat proses, dan tepat pengelolaan

laporan.

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa merupakan kebijakan dari

Menteri Desa, awalnya Dana Desa dialokasikan untuk infrastruktur Desa

namun adanya pandemi Covid-19, maka Dana Desa dialihkan untuk

penanganan bagi korban Covid-19. Kebijakan penyaluran BLTDD disalurkan

sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada korban Covid-19, khusunya di pedesaan. Kebijakan dari

Menteri Desa tersebut di prioritaskan dalam penggunaan Dana Desa untuk

bantuan penanganan Covid-19. Pemerintah melakukan kebijakan penyaluran

BLTDD dalam upaya meningkatkan pemulihan ekonomi masyarakat di

tingkat Desa.

Desa Bungingkela Kecamatan Bungku selatan Kabupaten Morowali

merupakan salah satu desa di Kecamatan Bungku Selatan juga terkena

dampak pandemi Covid-19, dan sebagian besar masyarakat di desa ini bekerja

sebagai karyawan swasta. Setelah di data Pandemi ini berakibat pada

Pemutusan Hak Kerja, banyak warga yang kehilangan mata pencaharian

selama masa pandemi. Banyaknya pengangguran menjadi alasan pemeberian

BLTDD. Kriteria calon keluarga yang berhak mendapatkan BLT desa adalah

keluarga miskin atau kurang mampu yang tinggal di desa yang bersangkutan.

PKH, kartu sembako, dan kartu prakerja. Pendataan calon penerima BLT di
desa akan menggunakan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari

Kementerian Sosial (Kemensos).

Sampai saat ini, pembayaran dana bantuan tunai langsung telah

diberikan dan dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat setempat oleh

pemerintah desa Bungingkela di kecamatan Bungku Selatan , namun berbagai

permasalahan tetap ada, masih ada beberapa kepala keluarga belum

menerima bantuan tersebut. Dalam penyaluran belum optimal di karenakan

masih menggunakan data lama dan tidak relevan dengan penerima yang

membutuhkan bantuan saat ini. Di mana terlihat Ada beberapa Kepala

Kelurga yang tidak layak menerima tetapi mendapat bantuan, dan di sisi lain

terdapat kepala keluarga yang layak menerima tetapi tidak menerima bantuan

tersebut. Ini berarti data penerima tidak akurat, yang dimana seharusnya

prioritas dari program ini adalah masyarakat yang kurang mampu dan yang

terdampak wabah Covid-19, Sebab penyaluran BLTDD haruslah disalurkan

kepada korban Covid-19 dan lebih memperhatikan manfaat, serta

kesejahteraan masyarakat yang lebih membutuhkan di masa pandemi COVID-

19. Agar kebijakan penyaluran BLTDD tersebut tidak melanggar hukum,

maka penyaluran tersebut haruslah merata dan adil, sehingga tidak berputar

kepada orang-orang itu saja dalam arti sudah menerima bantuan sosial dari

pemerintah pusat, sehingga lebih transparan dalam penyaluran BLTDD.

Berkaitan dengan penelitian tersebut, terlebih dahulu penulis

menelusuri penelitian-penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian

terdahulu, penelitian yang di lakukan oleh (Rohedi Mutiara Dewi Wulandari:


2021) berdasarkan hasil penelitian maka dapat di lihat bahwa efektivitas

melalui ketepatan waktu bahwa Desa Karangduwur sudah tepat waktu dan

sudah sesuai dengan mekanisme. Sedangkan dalam hal ketepatan menentukan

pilihan, dapat disimpulkan kecil sekali sikap Nepotisme meskipun dalam

prosesnya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dan dalam aspek ketepatan

sasaran, dapat di simpulkan bahwa pemeberian BLTDD di desa Karangduwur

Kecamatan Petahanan Kabupaten Kebumen sudah tepat dan di gunakan sesuai

dengan tujuan adanya BLTDD ini.

Dalam penelitian yang di lakukan oleh (Anul Satul Fitriani, Nur Ida

Iriani, Rizki Aprilia Dwi Susanti) pada hasil penelitiannya, pengelolaan

BLTDD pada Desa Landungsari sudah sesuai dengan Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah terkait dengan Dana Desa yang di anggarkan untuk

membantu peningkatan ekonomi masyarakat dalam mengatasi Pandemi

Covid-19. Dalam mekanisme dan alur pendataan di lakukan dengan cara

prosedur yang sesuai dengan peraturan Pemerintah serta terdapat

pembentukan tim relawan yang di beri tugas untuk mendata masyarakat desa

Landungsari menggunakan kuesioner.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, belum efektivnya penyaluran

BLTDD, maka penulis tertarik mengkaji dan menganalisis lebih dalam

mengenai pengelolaan Program BLTDD dalam penanganan Covid-19

melalui penelitian dengan judul “ Analisis Efeketifitas dan Transparansi

Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (Studi Kasus Desa

Bungingkela Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali).


1.2 Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pemerintah desa dalam pelaksanaan Program

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa sebagai upaya penanganan COVID-

19 di Desa Bungingkela Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten

Morowali?

2. Bagaimana transparansi pemerintah desa dalam pelaksanaan Program

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa sebagai upaya penanganan COVID-19

di Desa Bungingkela Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menghindari penafsiran

yang lebih luas terhadap sasaran penelitian, oleh karena itu agar lebih

terarahnya pembahasan dalam penelitian ini maka penulis membatasi ruang

lingkup penelitian ini pada Efektivitas dan Transparansi Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa di Desa Bungingkela Kec. Bungku Selatan Kab. Morowali

pada Tahun 2022.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis :


1. efektivitas pemerintah desa dalam pelaksanaan Program Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa sebagai upaya penanganan COVID-19 di

Desa Bungingkela Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali.

2. transparansi pemerintah desa dalam pelaksanaan Program Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa sebagai upaya penanganan COVID-19 di

Desa Bungingkela Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan

khasanah pengetahuan bagi masyarakat dan bagi peneliti, tentang

pengelolaan BLTDD dalam mewujudkan efektivitas dan trnsparansi Dana

Desa.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Morowali

Pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan, program

bantuan langsung tunai untuk penanganan Covid-19, diterima oleh

masyarakat, baik yang seharusnya maupun yang tidak.

2. pemerintah Desa Bungingkela

Bagi pemerintah Desa Bungingkela Kab. Morowali, penelitian ini dapat di

jadikan referensi pegawai maupun pihak-pihak yang ada dalam pemerintah


desa agar senantiasa bekerja secara transparansi dan Efekttivitas yang bersih

dan berwibawa.

3. Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini dapat di jadikan sumber atau informasi

dari pelaksanaa pengelolaan BLTDD.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Empirik

Adapun perbandingan yang di gunakan terhadap penelitian ini adalah


penelitian yang di lakukan oleh:

1. Marsel Mendome ,Femmy Tulusan, Rully Mambo (2021) Efektivitas

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terdampak

Covid-19 Di Desa Bambung Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan

Talaud. Menyimpulkan : Dari aspek ketepatan waktu, dapat disimpulkan

bahwa ketepatan waktu penyaluran ditentukan terlebih dahulu ketepatan

waktu dalam pendataan yang merupakan tugas dari gugus tugas

pemerintah desa. Dan petugas sudah menjalankannya tepat waktu sehingga

penyaluran BLT dana desa tahan I hinggan Tahap IV sudah berjalan

dengan baik. Dari segi ketepatan menentukan pilihan pada penelitian ini

disumpulkan bahwa pemerintah desa sudah bekerja sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, terkait dengan adanya dugaan nepotisme dalam

penentuan penerima BLT Dana Desa dari hasil penelitian hai tersebut telah

di bantah oleh pemerintah desa dengan tegas dan juga berdasarkan hasil

data sekunder dilapangan menyatakan demikian, selain itu berbagai

persepsi masyarakat miskin penerima bantuan juga berbeda-beda.

2. Carly Erfly Fernando Maun (2019) Efektivitas Bantuan Langsung Tunai

Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa


Talaitad Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa

Selatan.menyimpulkan : Penelitian ini akan menggunakan metode

kualitatif, (Moleong, 2010:78). Fokus dalam penelitian ini adalah

efektivitas Bantuan Langsung Tunai dana desa untuk masyarakat miskin di

desa Talaitad kecamatan Suluun Tareran, dengan indicator: Ketepatan

Waktu, Ketepatan dalam menentukan pilihan, dan Ketepatan Sasaran. Data

dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber

data terdiri dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumen dan arsip.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif

kualitatif di mana jenis data yang berbentuk informasi baik lisan maupun

tulisan yang sifatnya bukan angka. Data dikelompokkan agar lebih mudah

dalam menyaring mana data yang dibutuhkan dan mana yang tidak.

Setelah dikelompokkan, data tersebut penulis jabarkan dengan bentuk teks

agar lebih dimengerti. Setelah itu, ditarik kesimpulan dari data tersebut,

sehingga dapat menjawab pokok masalah penelitian.

3. Anis Satul Fitriani, Nur Ida Iriani, Rizki Aprilia Dwi Susanti (2020)

Analisis Pengelolaan Dana Bantuan Langsung TunaiDana Desa (Blt-Dd)

Untuk Masyarakat Desa Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang

Yang Terdampak Pandemi Covid-19. Menyimpulkan. Pengelolaan Dana

Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa (BLT-DD) pada Desa Landungsari

sudah sesusai dengan UndangUndang dan Peraturan Pemerintah terkait

dengan Dana Desa Yang dianggarkan Untuk membantu peningkatan

ekonomi masyarakat dalam mengatasi Pandemi Covid-19. Dalam


mekanisme dan alur pendataan dilakukan dengan cara prosedur yang

sesuai dengan peraturan pemerintah serta terdapat pembentukan tim

relawan yang diberi tugas untuk mendata masyarakat desa landungsari

menggunakan kuesioner. Setelah kuesioner dibagikan selanjutnya

melakukan pengoreksian dan memilih data yang lebih lengkap dan valid

sesuai dengan keadaan warganya. Setelah semua data sudah divalidasi

selanjutnya yaitu melaksanakan proses penyaluran menggunakan buku

tabungan untuk mentransfer ke masing-masing rekening warga dan

selanjutnya dapat diambil secara langsung di balai desa. Ketika semua

kegiatan bantuan langsung tunai telah disalurkan kepada masyrakat dan

selanjutnya melakukan pelaporan pertanggungjawaban kepada pemerintah

pusat dengan menyertakan foto dokumrntasi kegiatan.

4. Anang R. Jatmiko , Agus Mulyanto, Mohamad Fathur Rohman (2021)

Konstribusi Bantuan Tunai Langsung Dana Desa ( Blt - Dd ) Bagi

Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Karang Pao Di

Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan. Menyimpulkan : Dalam

rangka penanganan dampak covid 19 khususnya dampak ekonomi,

pemerintah pusat memberikan Bantuan Langsung Tunai yang diambil dari

dana desa yang kemudian disalurkan kepada masyarakat melalui

mekanisme dan waktu yang ditetapkan. Jika dilihat konstribusi dari

program tersebut terkait dengan ketepatan waktu penyaluran dan dampak

yang di timbulkan dari BLT Dana Desa di Desa Karangpao Kecamatan

Arosbaya Kabupaten Bangkalan, dapat disimpulkan sudah memberikan


konstribusi dalam membantu perekonomian warga desa Karangpao akibat

virus Covid – 19.

5. Tioma Roniuli Hariandja,Nanang Tri Budiman (2020) Transparansi Dalam

Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (Blt) Dana Desa. Menyimpulkan :

berdasarkan analisis di atas, Permen PDTT tentang pelaksanaan BLT DD

dengan Perda Nomor 8 Tahun 2016 bahwa tidak ada pertentangan di

dalamnya, dan amanah Perda kabupaten Jember tentang KIP sangat jelas

dituangkan dalam isi Permendes PDTT Nomor 13 Tahun 2021.

Berdasarkan tiga unsur dalam pelaksanan keterbukaan informasi publik

yang diamanahkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Jember nomor 8

Tahun 2016, yaitu adanya publikasi dalam pelaksanaan BLT DD di Desa

Bangsalsari yang sudah mencerminkan transparansi, mudah diakses dan

murah. Kemudian unsur partisipasi dalam pelaksanaan BLT DD Desa

Bangsalsari juga sudah mengikut sertakan pihak-pihak yang berperan

dalam masyarakat terutama RT/RW selaku orang yang lebih paham

tentang data penerima bantuan serta masyarakat penerima itu sendiri. Dan

unsur terakhir adalah pelaporan, dimana pelaksanaan BLT DD Desa

Bangsalsari telah melakukan pelaporan penyelenggaraan BLT DD secara

online yang menghasilkan pemutakhiran data penerima bantuan sehingga

pelaksanaan BLT DD di Desa Bangsalsari dapat dinyatakan efektif.

2.2 Tinjauan Teoritik


2.2.1 Desa
Desa berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tanah asal, tanah air,

tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan mayarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengsurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerinthan nasional dan berada di

Daerah Kabupaten.

Hasbudin dkk 2015:01 juga mengemukakan, desa adalah bentuk

pemerintahan terkecil yamg ada di negeri ini. Menurut UU No. 6 Tahun 2014,

Desa adalah kesatuan masyrakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentigan

masyarakat setempatberdasrkan prakarsa masyrakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang di akui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2.2.2 Pemerintah Desa


Pemerintah desa juga merupakan suatu organisasi yang memeiliki

kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, dan pembinan masyarakat desa berdasarkan prakarsa

masyarakat hak asl usul dan adat istiadat desa.

Pemerintah desa atau di sebut juga pemdes dalah lembaga pemerinthahan

yang bertugas mengelola wilayah tingkat desa. Lembaga ini di atur melalui

peraturan pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa yang di

terbitkan untuk melaksanakan ketentuan pasal 216 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pemimpin pemerintah

desa, seperti tertuan dalam paeagraf 2 pasal 14 ayat (1), adalah kepala desa
yang bertugas menyelenggrakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pemerintah desa

adalah bagian dari pemerintah nasional yang penyelenggaraannya di tijikan

kepada pedesaan yang merupakan proses dimana usaha-usaha atau kegiatan

masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha pemerintah

untuk meningktkan taraf hidup masyarakat.

Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Pemerintah desa atau di sebut dengan nama lain adalah Kepala

Desa atau Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.

1. Kepala Desa dan Perangkat Desa

Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang di sebut dengan nama lain dan

di bantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara desa. Kepala desa

merupakan pemimpin dari pemerintah desa yang mengurus semua urusan

kemamkmuran, pembangunan dan kesejahteraan serta pemberdayaan

masyarakat dan laiin-lain yang merupakan kewajiban dari kepala desa sebagai

pemeimpin formal yang ditunjuk oleh pemerintah dengan masa jabatan 6

tahun yang terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat di perpanjang lagi

untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dalam pelaksanaan tugas dan

wewenang di bantu oleh perangkat desa yang terdiridari:

a. Sekertaris Desa
Pasal 62 Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa sekretaris desa di bantu

paling banyak terdiri 3 bidang urusan. Secara umum kepala urusan keuangan

mereangkap sebagai bendahara desa sedangkan kepala urusan umum

merangkap sebagai pengurus kekayaan desa.

b. Pelaksana Kewilayahan

Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai

satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan di tentukan secara

proporsional antara pelaksana kewilyahan yang di butuhkan dan kemampuan

keuangan desa.

c. Pelaksana Teknis

Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai

pelaksana tugas operasional. Pelaksan teknis terdiri atas 3 (tiga) seksi,

ketentuan mengenai pelaksanaan teknis diatur dalam Praturan Pemerintah.

Berdasarakn uraian di atas dapat disimpulakan perangkat desa adalah

bagian dari pemerintah desa yang di angkat oleh kepala deas setelah di

konsultasikan dengan camat atas nama Bupati/walikota dan perangkat desa

bertanggungjawab kepada kepala desa dalam melaksankan tugas dan

wewenangnya.

2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan permusyawaratan desa merupakan lembaga yang melaksnakan

fungsi pemerintahan yang anggotanya adalah wakil dari penduduk dsa


berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis dengan

masa kenaggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan

janji/sumpah. Anggota badan permusyawaratan desa dalam melaksanakn

fungsi pemerintahan desa harus turut membahas dan menyepakatati berbagai

kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Dalam upaya

meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan,

serta meningkatkan pasrisipasi dan pemberdayaan masyarakt. Adapun fungsi

Badan Permusyawaratan Desa antara lain:

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa (Reperdes) bersama

kepala desa

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyrakat desa.

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

Dalam menetapkan kebijakan pemerintahan desa Badan Permusyawaratan

Desa memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah desa, musyawarah desa atau

yang disebut dengan nama lain merupakan forum musyawarah antara

masyarakat desa dan badan musyawarah desa dalam memusyawarahkan dan

menyepakati hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan

pmerintahan desa.

2.2.3 Pengertian Akuntansi Desa


Sujarweni (2015:17) menyatakan, Akuntansi Desa adalah pencatatan dari

proses transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan dengan nota-nota kemudian

dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan menghasilkan


informasi dalam bentuk laporan keuangan yang di gunakan oleh pihak-pihak

yang berhubungan dengan desa.

Hasbudin Dkk (2016:77) mengemukakan mengenai manfaat laporan

keungan desa, sebagagai berikut:

a. Mematuhi tingkat efektivitas, efeisiensi dan kebermanfaatan pengelolaan

sumber daya ekkonomi oleh pemerintah desa dalam satu tahun anggaran.

b. Mengetahui nilai kekayaan bersih yang dimiliki desa sampai dengan

terakhir periode laporan.

c. Sebagai alat informasi yang informativ tentang kinerja aparatur desa

terutama kepala desa.

d. Sebagai sarana pengendalian terhadap kemungkinana terjadinya praktik

penyalahgunaan atau penyimpangan sumber-sumber ekonomi yang di

miliki desa.

e. Sebagai wujud riil implementasi terhadap transparansi dan akuntabilitas

yang diamanatkan peraturan perundang-undangan yang dapat di jadikan

model praktis bagi entitas lain.

Berdasarkan definisi yang di uraikan di atas maka disimpulkan bahwa

akuntansi desa adalah suatu proses pencatatan transaksi yang terjadi didesa

yang di sertai dengan bukti-bukti transaksi di jasikan dalam laporan keungan

desa diperuntukkan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam

penggunaan laporan keungan desa tersebut.


2.2.4 Pendapatan Desa
Desa memiliki beberapa sumber pendapatan yang terdiri dari: pendapatan

asli daerah (PAD), dana desa (DD), alokasi dana desa (ADD), hasil pajak

daerah daerah kabupaten/kota, retribusi daerah, bantuan keungan dari

pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan lain-lain hibah

dan sumbangan pihak ketiga.

1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang berasal dari kewengan

desa berdasrakan hak asal usul dan kewenangan skala lokal desa antara lain:

a. Hasil Kekayaan Desa

Kekayaan desa antara laian bangunan desa, objek rekreasi/wisata, pasar,

desa hutan desa, tanah, kasa desa dan lain-lain.

b. Hasil Swadaya dan Partisipasi masyarakat

Kegiatan yang melibatkan peran masyrakat dalam membangun kekuatan

baik berupa tenaga ataupun barang yang dinilai dengan uang sperti iuran

penitipan kendaraan,sumbangan desa dan lainnya.

2.1. Dana Desa (DD)

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang di peruntukkan untuk desa yang ditransfer melalui

APBD kabupaten/kota yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan


pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyrakatan, dan

pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, dana desa dialokasikan

dalam bentuk transfer bykan dalam bentuk proyek.selama UU desa berlaku

maka dana desa akan terus dialokasikan oleh pemerintah. Setiapa tahun desa

akan mendapatkan dana desa yang disalurkan melalui kabupaten /kota tanpa

dikurangi sedkitpun.

Besaran dana desa yang diperuntuhkan langsung ke desa sebesar 10% dari

dana diluar dana transfer daerah yang dialokasikan didalam APBN tahun 2016

adalah 850 Triliun, maka besaran dana desa yang harus disiapakan oleh

pemerintah sebesar 85 Triliun, yang diperoleh dari perhitungan 10% dikali

dengan belanja transfer daerah.

3.1. Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi dana desa adalah dana yang dialokasikan oleh kabupaten umtuk

desa yang bersumber dari dana Peimbangan Pusat dan Daerah (APBD) dengan

tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai

kebutuhan dalam rangka penelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaa

pembangunan serta pemerataan masyrakat.

Alokasi dana desa merupakan bagian dari dana perimbangan yang di

terima oleh pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10 % dikurangi

Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam penyaluran alokasi dana desa ke desa

harus dipertimbangkan kemampuan Rekening Kas Umum daerah (RKUD).


Khusus untuk alokasi dana desa, peraturan bupati yang mengatur tata cara

pengalokasian dana desa, harus berpedoman aturan-aturan lainnya seperti

Pearturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan pertanggungjawaban

transfer ke daerah dan daba desa tahun 2015 PMK No.241/PMK.07/2014.

2.2.5 Konsep efektivitas


Kata efektif berasal dari bahasa inggris yang berarti berhasil atau

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu berkaitan dengan

hasil yang di harapkan dengan hasil yang sesungguhnya. Efektivitas

mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi yang dapat dinilai dari berbagai

cara dan dapat pula dilihat dengan bebagai sudut pandang.

Amin Tunggul Wijaya (1993:32) mengemukakan, efektivitas adalah hasil

membuat keputusan yang mengarah melakukan sesuatu dengan benar, yang

membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.

Selanjutnya Gie (2000) mengatakan, efektivitas adalah keadaan atau

kemampuan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan

hasilguna yang diharapkan.

Menurut Sarwoto (1990:126) mengistilahkan efektivitas dengan “berhasil

guna” yaitu pelayanan yang baik corak mutunya benar-benar sesuai kebutuhan

dalam pencpaian organisasi. Oleh sebab itu apabila sesuatu organisasi berhasil

mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan

efektif.

2.2.6 Ukuran Efektivitas


Pengukuran tingkat efektivitas suatu organisasi dapat dikaji dari berbagai

sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya. Tungkat efektivitas diukur dengan membandingkan

antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah

diwujudkan. Namun, apabila usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan sasaran atau tujuan tidak

tercapau seperti apa yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidakefektif.

Gibson dalam Tangkilisan (2005) menyebutkan bahwa efektivitas suatu

organisasi dapat pula diukur berdasarkan:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dipakai, tujuan dan rencana yang jelas dapt

mempermudah perusahaan dan unsur-unsur yang didalamnya mengatur

strategi untuk mencapai kesuksesan bersama. Perusahaan harus memiliki

target apa saja yang ingin dicapai, bisa dibuat tabel perbulan, persetengah

tahun, atau setahun. Setelah itu perusahaan bisa melakukan evaluasi apkah

tergetnya sudah tercapai atau belum.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, strategi yang dibuat pun juga harus

jelas. Jika perlu strategi tersebut dibuat satu persatu untuk mempermudah

eksekusinya, perusahaan akan lebih terjadwal dan terstruktur dalam

pelaksanaa kerja. Sehingga perusahaan pun dapat mencapai efektivitas

organisasi.

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang yang mantap, strategi yang

telah dibuat terkadang bisa berbenturan dengan kebijakan yang sudah


sebelumnya. Peran manajemen yang ada diperusahaan sangat penting

untuk emndiskusikannya.

d. Perencanaan yang matang, merencanakan sesuatu harus jelas, terukur, dan

terstruktur. Karena jika rencana kita tidak jelas kita kan bingung

bagaimana mengekseskusi rencana yang telah dibuat.

e. Penyusunan program yang tepat, dalam membuat sebuah program kerja

perusahaan, tim harus menyusunnya dengan tepat. Semua itu dilakukan

agar program berjalan sesuai harapan.

f. Sarana dan prasarana yang bagus tentu akan menunjang kinerja karyawan.

Dengan fasilitas yang memadai karyawan pun akan bekerja lebih cepat

dan mudah. Apalagi jika perusahaan bergerak dalam bidang digital,

ketergantungan akan internet sangat penting.

2.2.7 Dana Desa


Menurut Syachbrani (2012), Dana desa adalah bagian keuangan desa yang

diperoleh dari bagi Hasil Pajak daerah dan bagian dari Dana Perimbangan

pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana desa dalam APBD

kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemrintah desa, dimana mekanisme

pencairannya dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan

dan kondisi pemerintah daerah.

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 60 tahun 2014 mendifinisikan dana

desa sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara yang di peruntukkan untuk desa yang ditransfer melalui Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten /kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan,pelaksanaan pembangan,

pembunaan kemsyarakatan dan pemberdayaan masyrakat. Dana desa di kelola

berdasarakan asa tramsparansi dan Akuntabilitas serta dilkukan dengan tertib

anggaran yang dikelola dalam masa 1(satu) tahun anggaran. Adapun tujuan

pengalokasian dana desa adalah:

a. Penagggulangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan

b. Peningkatan perencanaan dan penganganggaran pembangunan ditingkat

desa dan pemnberdayaan masyarakat

c. Peningkatan infrastruktur pedesaan

d. Peningkatan pendalaman nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan sosial

e. Meningkatakan pendapatan desa melalui BUMDES.

Prinsip transparansi dan akuntabilitas sangat diperlukan dalam

pelaksanaan pembangunan desa baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan,pelaopran, dan pertanggungjawaban, adapun uraiannya sebagai

berikut:

1. Perencanaan

Konsep membangun desa dalam konteks perencanaan adalah bahwa

dalam merencanakan pembangunan desa perlu mengacu pada perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam UU No. 6 tahun

2014 pasal 79 tentang perencanaan desa disebutkan bahwa:


1. Pemerintah Desa menyusun rencana pembangunan deas sesuai dengan

kewengannya dengan mengacu kepada perencanaan pembangunan

Kabupaten/Kota.

2. Rencana pembangunan desa sebagaimana di maskud pada ayat (1) disusun

secara berjangka meliputi:

a. Rencana pembangunan menengah desa untuk jangka waktu 6 (enam)

bulan.

b. Rencana pembangunan desa tahunan desa yang disebut rencana kerja

pemerintah desa, merupakan penjabaran dari rencana pembangunan

jangka menengah desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

3. Rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kerja

pemerintah desa merupakan satu-satunya dokumen perencanan di desa.

4. Peraturan desa tentang rencana pembangunan jangka menengah desa dan

rencana kerja pemerintah desa merupakan satu-satunya dokumen

perencanaan di desa.

5. Peraturan desa tentang rencana pembangunan jangka menengah desa dan

rencana kerja pemrintah desa merupakan dokumen dalam penyusunan

anggaran pendapatan dan belanja desa yang diatur dalam peraturan

pemerintah.

6. Perencanaan pembangunan yang berskala lokal desa di koordinasikan

dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada desa


7. Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu)

merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan pembangunan

kabupaten/kota.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN dan peraturan pemerintah No. 43 tahun 2014

tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang desa

telah diatur beberapa pokok pembangunan keuangan desa. Pada pasal 100 PP

No. 43 tahun 2014 disebutkan bahwa belanja desa yang telah ditetapkan dalam

APBDesa digunakan denga ketentuan:

a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

mendanai penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemsyarkatan desa dan pemberdayaan masyarkat desa.

b. Paling banyak 30 % dari jumlah anggaran yang digunakan untuk

penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa,

operasional pemerintah desa, tunjangan dan operasional badan

permusyawaratan desa dan intensif rukun tetangga seta rukun warga.

Kepala desa bertibdak sebagai koordinator kegiatan dalam perealisasian

APBD yang dilaksankan oleh perangkat desa atau unsur masyarakat desa

lainnya. Pelaksanaan kegiatan pembangunan masyarakat dan pemerintah desa

memperoleh bantuan berupa pendampingan secara berjenjang dan secara

teknis yang di laksankan oleh satuan kerja pemerintah daerah Kabupaten/Kota

dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan


masyarakat desa atau pihak ketiga yang di koordinasikan oleh camat di

wilayah desa tersebur. Ketentuan pennfampingan bagi masyarakat desa dan

pemerintah desa telah diatur pada pasal 128-131 PP No. 43 tahun 2014 dan

peraturan pemerintah desa No. 3 tahun 2015 tentang pendamping desa.

3. Pentausahaan

Berdasrakan permendagri Nomor 13 tahun 2014 mekanisme

penatausahaan pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh bendahara desa.

Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan

pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

a. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban.

b. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada kepala

desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

c. Pentausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum,

buku kas pembantu pajak dan buku bank.

4. Pelaporan

Berdasarkan permendagri nomor 113 tahun 2014 mekanisme pelaporan

pengelolaan keuangan desa sebagai berikut:

a. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

kepada bupati/walikota berupa laporan semester pertama dan laporan

semster akhir tahun.

b. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa.

c. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa.


5. pertanggungjawaban

PP No. 43 tahun 2014 pasal 103-104 mengatur tentang tata cara pelaporan

yang wajib dilakukan oleh kepala desa. Penanggungjawab secara keseluruhan

pengelolaan keuangan desa adalah kepala desa. Laporan realisasi pelaksanaan

APBDesa setiap tahun semester tahun berjalan (laporan semesteran) dan setiap

tahun anggaran (laporan Tahunan) wajib dilaporkan kepada Bupati/Walikota

oleh kepala desa.

Permendagri No. 113 tahun 2014 mengatur tentang pengelolaan keuangan

desa mengatur tentang pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan

APBDesa. Selain itu, permendagri tersebut juga mengatur standar dan format

pelaporan dan pertanggungjawaban yang harus disusun oleh kepala desa.

Adapun lampiran yang harus dipenuhi dalam laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDesa, yaitu:

a. format laporan pertanggungjawaban realisasi APBDesa tahun anggaran

berkenaan

b. format laporan kekayaan milik desa Per 31 desember tahun anggaran

berkenaan.

c. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk

ke desa.

Dari peraturan No. 43 tahun 2014 dan permendagri No. 113 tahun 2014

bahawa kepala desa harus terintegritas secara ututh dalam membuat laporan

pertanggunghawaban, tidak melihat sumber dana yang diperoleh desa. Hal ini
sangat berbeda dengan aturan sebelumnya yang hanya mewajibkan desa untuk

menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa berdasrkan

sumber dananya.

2.2.8 Transparasi
Transparansi memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan

informasi yang terkait dari aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada

pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan (Mahmudi, 2011: 17-18).

Selanjutnya Hasbudi Dkk (2015:05) menyatakan, tarnsparansi adalah prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarkat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-seluasnya tentang keuangan desa.

Dengan adanya transparansi memungkinkan dapat menjamin akses dan

kebebasan setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintahan, seperti informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksananya, serta hasil-hasil yang dicapai. Bagi pelaksana fungsi pemerintah

dalam menjalankan mandat dari rakyat, sikap transparansi sangat penting

meengingat pemrintah saat ini memiliki kewenangan mengambil beberapa

keputuasan pentung yang berdampak bagi orang banyak jadi pemerintah harus

menyediakan informasi lengkap mengenai apa yang dikerjakannya.

Transparansi menjadi instrument penting yang dapat membantu

menghambat dan menyelamtkan uang rakyat dari praktek korupsi yang

semakin marak belakangan ini. Jika hal ini dilaksanakan lebih baik lagi bukan

hal yang tak mungkin jika kita dapat menghilangkan praktek produksi korupsi

sehingga pemerintahan daerah dapat berjalan lebih baik lagi.


Ada beberapa unsur dalam prinsip transparansi pengelolaan keuangan desa

sebagai berikut:

1. Terbuka, adanya akses masyarakat dan stakeholder yang luas untuk

terlibat dalam proses perencanaan, penyusunan maupun pelaksanaan

anggaran keuangan desa.

2. Bias diketahui oleh masyrakat luas, masyarakat dengan mudah

memperoleh informasi seluas-luasnya yang mudah dan murah bagi seluruh

kalangan dari pemerintah desa, tanpa membedakan status sosial dan

ekonomi tentang keuangan desa.

3. Keputusan yang diambil melibatkan masyrakat, keputusan yang diambil

dalam penusunan anggaran dana desa yang diputuskan dalam musyawarah

rencana pembangunan tingkat desa (musrembang) melibatkan masyarakat.

4. Adanya ide-ide atau aspirasi dari masyarakat desa, pemerintah desa harus

mengakomodir ide-ide atau aspirasi masyarakat desa yang dikemudian

dijadikan sebuah keputusan desa.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan transparansi

adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyrakat untuk mengetahui

dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang penyelenggaraan

pemerintah khususnya keuangan desa dengan tetap berpedoman terhadap

ketentuan peraturan perUndang-Undangan.


2.2.9 Bantuan Langsung Tunai Dana Desa
Bantuan Langsung Tunai merupakan suatu kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program berupa tindakantindakan

yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan yang diinginkan,

yaitu upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Peluncuran program

Bantuan Langsung Tunai yang sentralistik dan bertujuan untuk mengurangi

himpitan masalah ekonomi yang harus ditanggung oleh masyarakat miskin

akibat adanya pandemi Covid-19. (Ahiwan, 2011)

Menurut Imawan dikutip dalam (Maun, 2008). Bantuan Langsung

Tunai merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang

dilaksanakan Pemerintah Indonesia dari sekian banyak

programpenanggulangan kemiskinan yang terbagi menjadi tiga klaster.

Program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa masuk dalam klaster I, yaitu

Program Bantuan dan Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster I adalah

Program Beras Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Beasiswa.

Dalam program bantuan langsung tunai dana desa merupakan sebuah

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan

tertentu. Program tersebut muncul sebagai manifestasi adanya tindakan dari

pemerintah yang berisikan nilai-nilai tertentu, yang ditujukan untuk

memecahkan persoalan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia . Persoalan publik yang dimaksud adalah persoalan kemiskinan.

Secara umum kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu


kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesibilitas pada faktorproduksi,

peluang/kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas hidup lainnya.

Program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa dilatar belakangi upaya

mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai

akibat adanya pandemi yang berdampak akan perekonomian masyarakat

terutama masyarakat miskin yang terkena dampak. Adapun tujuan Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa adalah sebagai berikut :

a. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

b. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi.

c. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Tentunya peran pemerintah

sangat diperlukan dalam suatu perekonomian .

Peran yang diharapkan adalah sebuah peran positif yang berupa

kewajiban moral untuk membantu mewujudkan kesejahteraan semua orang

dengan menjamin keseimbangan antara kepentingan privat dan sosial,

memelihara roda perekonomian pada jalur yang benar.

Menurut (Maun, 2020). Dana desa sebesar yang dialihkan menjadi

Bantuan Langsung Tunai itu sekitar 31 persen dari total Rp72 Triliun, yaitu

sebesar Rp22,4 triliun. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi 12,3

juta kepala keluarga (KK) yang terdampak Covid-19 yang diserahkan oleh

Kepala Desa dan Perangkat Desa. Masing-masing akan mendapatkan


Rp. 600,000 selama tiga bulan, yaitu April, Mei dan Juni hingga total menjadi

Rp1,800,000.

a. Alokasi pemberian Bantuan Langsung Tunai Dana Desa itu dibagi dalam

tiga tingkatan dengan merujuk pada besaran Dana Desa, yaitu:

b. Desa yang miliki Dana Desa kurang Rp. 800 juta, Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa dialokasikan 25 persen.

c. Desa yang miliki Dana Desa Rp800 juta – Rp. 1,2 Miliar, Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa dialokasikan 30 persen.

d. Desa yang miliki Dana Desa diatas Rp. 1,2 Miliar, Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa dialokasikan 35 persen.

Dengan demikian, Tentunya peran pemerintah sangat diperlukan

dalam suatu perekonomian . Peran yang diharapkan adalah sebuah peran

positif yang berupa kewajiban moral untuk membantu mewujudkan

kesejahteraan semua orang dengan menjamin keseimbangan antara

kepentingan privat dan sosial; memelihara roda perekonomian pada jalur yang

benar.

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian


Pada pelaksanaan BLTDD perlu adanya transparansi, pemerintah harus

menyampaikan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui yang berhak

menerima BLTDD agar di lingkangan masyarakat tidak terjadi kecemburuan

satu sama lain, hal tersebut harus diungkapkan dalam informasi baik melalui

papan informasi di balai desa ataupun melalui rapat evaluasi dan musyawarah.
Seperti halnya di Desa Bungingkela Kec. Bungku Selatan Kab. Morowali

begitu banyak keluhan-keluhan masyarakat mengenai Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa.

Berdasarakan rumusan masalah yang yang telah dikemukakan maka

peneliti memberikan gambaran sesuai judul dan teori yang telah dibahas untuk

menentukan bagaimana Efektivitas dan Transparansi Pengelolaan Bantuan

Langsung Tunai Covid-19 Di Desa Bungingkela Kec. Bungku Selatan

Kab.Morowali.

Dengan demikian, pada penelitian ini alur pikir peneliti dapat dilihat

pada gambar kerangka pikir sebagai berikut:


Kerangka Pikir Penelitian

Desa Bungingkela

Kec. Bungku Selatan

Kab. Morowali

Dana Desa

Bantuan langsung Tunai


dana Desa

Efektivitas

Transparansi

Pembahasan

Hasil

Kesimpulan/

Saran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis afektivitas

pengelolaan Bantuan Langsung Tunai dana Desa dalam mewujudkan

transparansi keuangan Desa Bungingkela Kec. Bungku Selatan Kab.

Morowali.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera

handphone dan daftar wawancara.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dengan pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan

gambaran atau penjelasan baik dalam bentuk kata-kata penulis ataupun lisan

dari orang-orang dan pelaku yang berkaitan dengan analisis efektivitas dan
transparansi pengelolaan bantuan langsung tunai dana desa di Desa

Bungingkela Kec. Bungku selatan Kab. Morowali.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu:

1. Data primer, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari responden yang diinginkan oleh peneliti baik melalui pengumpulan

data dilapangan maupun wawancara dengan narasumber. Adapun data

primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tanggapan pemerintah

desa dan masyarkat tentang pengelolaan dana desa selama tahun 2022.

2. Data sekunder, yaitu data-data yang telah tersedia yang dapat diperoleh

peneliti secara tidak langsung baik literatur maupun keterangan-keterangan

yang dihubungannya dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini data

sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian mencakup keadaan

geografis, dokumen/arsip resmi terkait dana desa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara

digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang valid dan akurat

terhadap informan yang dijadikan sebagai sumber informasi. Informan yang

dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat

memberikan informasi (gambaran) tentang pengelolaan dana desa, yaitu

kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa, ketua BPD, dan masyarakat
dengan pokok bahasan mengenai analisis efektivitas pengelolaan Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa di desa Bungingkela.

3.6 Pengujian Keabsahan Data

3.7 Tekhnik Analisis Data

Tehnik analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik analisis data

kualitatif dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

lapangan.Adapun langkah langkah dengan prosedur tahapan tahapan berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan lngkah yang dilakukan dengan memilih

data dan fokus kepada data yang memang betul betul dibutuhkan ssebagai

data utama dan data yang sifatnya sebagai pelengkap saja.

2. Penyajian Data

Dari data yang diperoleh dari lapangan kemudian antara mana yang

dibutuhkan maupun yang tidak dibutuhkan kemudian melakukan

peengelompokaan dan diberikan batasan masalah.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data maka dilakukan kesimpuan

awal. Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah penelitian.Pada proses

pengumpulan data penliti berusaha melakukan analisis dan makna

terhadap data yang sudah dikumpulkan.

3.8 Definisi Operasional


Makna distetiap variabel penelitian perlu didefinisikan dan dijelaskan

secara operasional variabel.

1. Efektivitas dalam pengelolaan bantuan langsung tunai dana desa adalah

suatu keadaan dimna kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh

pemerintah desa dapat dinyatakan efektif apabila output yang dilaksanakan

dapat memenuhi target yang diharapkan

2. Transparansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterbukaan

pemerintah desa dalam memberikan informasi mengenai penyaluran,

pengelolaan dan hasil dari dana desa. Program kegiatan yang dilakukan

dapat dinyatakan transparan apabila adanya musyawarah yang melibatkan

masyarakat serta adanya penyediaan dan akses informasi yang jelas

tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai