Anda di halaman 1dari 9

Policy Paper

Bantuan Sosial di Tengah Pandemi Covid-19:


Analisis Persoalan dan Rekomendasi Kebijakan

Disusun oleh:
Balebengong Bali
Indonesia Corruption Watch (ICW)
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta
PUSPAHAM Sulawesi Tenggara
PPRBM Surakarta
Tangerang Public Transparency Watch (TRUTH)
Transparency International Indonesia (TII)
A. Pengantar sembako hanya persoalan bansos di sisi
hulu. Di sisi hilir, marak pula persoalan
Penyaluran bantuan sosial (bansos), seperti adanya pemotongan dan pungutan
khususnya dalam rangka penanganan liar, khususnya di semester awal bansos
dampak Covid-19, tak kunjung lepas dari Covid-19 disalurkan. Pemotongan bansos
masalah. Baru-baru ini, Menteri Sosial Tri adalah modus penyelewengan bansos
Rismaharini mengungkapkan bahwa paling banyak yang warga laporkan
terdapat lebih dari 31 ribu Aparatur Sipil kepada ICW dan jaringan pemantau
Negara (ASN), baik aktif maupun telah antikorupsi pada 2020 lalu.
pensiun, yang terdata menerima bansos.
Data yang diungkap Menteri Sosial  Tidak adanya kanal informasi satu pintu
tersebut semakin menegaskan bahwa data yang mudah diakses warga memperunyam
penerima bansos masih tidak valid dan masalah karena warga tak tahu jelas
proses pendataannya bermasalah. bansos yang diterimanya. Pertanyaan yang
kerap warga ajukan kepada pemantau kami
Ketidakvalidan data penerima bansos pada misalnya, jika bansos berupa barang, apa
dasarnya telah banyak terungkap bahkan saja yang seharusnya didapat warga?
sejak awal bansos Covid-19 disalurkan. Apakah betul warga masih dikenakan uang
Pada saat itu, warga menemukan penerima antar bansos? Jika berbentuk uang, apakah
bansos yang sudah lama meninggal, betul ada pungutan administrasi, pungutan
pindah domisili kependudukan, hingga jasa pendataan, dll? Bagaimana cara
sudah menjadi ASN masih tercatat mendapatkan bansos dan mengapa mereka
menerima bansos. Sebaliknya, banyak belum mendapatkan bansos padahal tertera
warga dengan tingkat kesejahteraan lebih sebagai penerima di aplikasi cek bansos?
membutuhkan bantuan justru luput dari Dengan informasi yang cukup dan
penyaluran bansos (exclusion error). tersampaikan dengan efektif kepada
warga, praktik curang dan korup dalam
Kementerian Sosial (Kemensos) pada saat program bansos akan lebih mudah
itu menyebut bahwa kesemrawutan data ditelusuri dan pemerintah dapat
penerima bansos dikarenakan Data mengambil langkah pembenahan yang
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) diperlukan.
yang menjadi acuan penyaluran bansos
belum dimutakhirkan sejak 2017. Problem Melihat strategisnya program bansos dan
lain, pemerintah kabupaten/kota juga tak masih banyaknya persoalan dalam
disiplin dalam melakukan verifikasi dan program ini, kami dari jaringan
validasi secara reguler. masyarakat sipil yang terdiri dari
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni)
Masalah pendataan bansos diperparah DKI Jakarta, Indonesia Corruption Watch
dengan terjadinya korupsi. Setahun lalu, (ICW), Transparency International
terungkap bahwa bansos yang selayaknya Indonesia (TII), Balebengong Bali, Pusat
untuk membantu warga miskin justru Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia
menjadi sasaran korupsi sejumlah pejabat (Puspaham) Sulawesi Tenggara, Pusat
di Kemensos. Korupsi tersebut bahkan Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi
didalangi oleh Juliari P. Batubara yang Bersumber Daya Masyarakat (PPRBM)
pada saat itu menjabat sebagai Menteri Surakarta, Tangerang Public
Sosial. Kasus serupa juga terjadi di daerah Transparency Watch (TRUTH), Koalisi
yang melibatkan kepala daerah. Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Jawa
Timur, dan Bengkel Advokasi
Karut marut pendataan bansos dan Pengembangan dan Pemberdayaan
penyelewengan pengadaan bansos Kampung (Bengkel APPeK) Nusa
Tenggara Timur (NTT) menyusun catatan mengembalikan BLT Dana Desa senilai
persoalan bansos yang disarikan dari Rp 336 juta.
observasi lapangan dan telaah langkah
pembenahannya. Proses pengembalian ini pun tak mudah.
Jika BST hanya harus dikembalikan
B. Persoalan Terkait Bansos Covid-19 kepada Kementerian Sosial melalui
perantara pembagiannya (PT Pos atau
Terdapat sedikitnya enam persoalan yang Himbara), berbeda dengan BLT Dana
kami identifikasi. Berikut pembahasannya Desa. BLT Dana Desa harus mencari
secara ringkas: pengganti untuk menerima bantuan
tersebut. Bahkan, akibat semrawutnya data
1. Persoalan Pendataan kesejahteraan sosial pemerintah, banyak
masyarakat yang tidak terdampak
Pandemi Covid-19 bukan hanya menguji langsung, seperti ASN di Desa Blahbatuh
ketahanan sistem kesehatan, tetapi juga dan Payangan Kabupaten Gianyar, justru
menguji sistem data di Indonesia. masuk dalam daftar penerima bantuan
Persoalan data dan dasar pengambilan data sosial, sementara buruh korban PHK
yang menggunakan tingkat kemiskinan massal dan masyarakat terdampak
bukan kerentanan menjadi persoalan pandemi malah tidak mendapatkan bansos.
sangat krusial yang berdampak ke banyak
hal seperti tidak tersalurkannya bansos dan Beragam data yang tidak terintegrasi, yang
adanya targeting error penerima bansos. digunakan untuk melaksanakan program
sosial menjadi salah satu penyebab
Padahal anggaran dan jumlah penerima ketidaktepatan sasaran penerima bansos.
bansos terbatas. Data Terpadu Kementerian Kesehatan memiliki Riset
Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang Kesehatan Dasar (Riskesdas), Badan Pusat
dibangun oleh Kementerian Sosial Statistik memiliki Survei Sosial Ekonomi
merupakan rujukan utama data penyaluran dan Nasional (Susenas), dan Kementerian
bansos dari pemerintah pusat. Akan tetapi Sosial sendiri memiliki Basis Data
banyak kasus di lapangan menunjukkan Terpadu (BDT) yang variabel-variabelnya
adanya exclusion dan inclusion error, data ada dalam Sistem Informasi Kesejahteraan
ganda, hingga data fiktif penerima bansos. Sosial – Next Generation (SINK-NG),
yang seharusnya secara rutin diinput dalam
Sengkarutnya kepemilikan data di DTKS.
sejumlah kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah yang lemah verifikasi SINK-NG merupakan sistem online untuk
dan validasi, serta belum terintegrasi memperbarui data, yang dapat diakses oleh
menciptakan sistem data yang buruk. Tak Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota
hanya dalam penyaluran bansos sembako, seluruh Indonesia disebut sebagai salah
ketidaktepatan sasaran program bansos satu penyebab DTKS tidak valid karena
tunai faktanya dapat dilihat salah satunya banyak daerah telah lama tidak
di Kabupaten Gianyar, Bali. Data memperbarui data. Akibatnya, bansos
pendistribusian BST Kementerian Sosial yang seharusnya diutamakan untuk
dan BLT Dana Desa mengalami tumpang masyarakat dengan kondisi paling rentan
tindih. Kepala Dinas Sosial Kabupaten terhadap resiko sosial pandemi Covid-19
Gianyar mengakui bahwa data masyarakat tidak tercapai.
yang digunakan dalam pendistribusian
BST menggunakan data tahun 2011. Sebagaimana banyaknya laporan dan
Akibatnya sebanyak 560 KK dari 45 desa keluhan masyarakat yang mengemuka
merupakan penerima ganda sehingga harus terhadap masalah penyaluran bansos, maka
ke depan Kementerian Sosial perlu a) Identifikasi kebutuhan pengadaan
melakukan sinergi dengan Kementerian yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Dalam Negeri untuk mengurai bottleneck lapangan.
kedisiplinan pemerintah daerah, khususnya b) Penunjukan penyedia yang tidak
tingkat kabupaten dan kota dalam didasarkan pada ketentuan yang
memperbarui DTKS. Adapun data harus berlaku, melainkan karena adanya
terintegrasi antar lintas program bantuan faktor kedekatan atau adanya suap dan
sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih janji (kickback) dari penyedia kepada
data dan bantuan ganda. panitia pengadaan atau pejabat lain
yang terkait, baik secara langsung
2. Potensi Korupsi PBJ maupun tidak langsung. Dalam tahap
ini, penyedia yang ditunjuk bisa jadi
Program bansos adalah program populis tidak berpengalaman dan memangkas
yang tidak hanya rentan dipolitisasi, tetapi harga barang untuk menutup kickback
juga dikorupsi, terlebih lagi di tengah cost.
Covid-19. Terjadinya korupsi bansos yang c) Penyedia yang ditunjuk dalam
melibatkan Menteri Sosial Juliari P. pengadaan tidak melakukan
Batubara dan pejabat di Kementerian pengadaan secara langsung,
Sosial sebagai leading sector penyaluran melainkan menunjuk sub contractor
bansos merupakan kasus yang sangat untuk melakukan pengadaan yang
disayangkan. Tak hanya di Kementerian kemudian membuat mata rantai
Sosial, korupsi bansos juga terjadi di pengadaan lebih panjang serta
sejumlah daerah, seperti di Kabupaten berdampak pada semakin mahalnya
Samosir, Kabupaten Bandung Barat, dan harga.
Kota Makassar. d) Pembayaran dilakukan tanpa
pemeriksaan hasil pengadaan dengan
Inventarisir ICW atas penindakan kasus cermat sehingga menyebabkan
korupsi sepanjang tahun 2020 juga pengadaan tidak terpenuhi
menemukan bahwa Kepolisian di 21 sebagaimana mestinya.
daerah sedikitnya menangani 107 kasus e) Tidak efektifnya pelaksanaan
korupsi terkait dengan bansos pandemi pengawasan internal oleh APIP sejak
Covid-19.1 Data tersebut cukup proses perencanaan sampai proses
menggambarkan betapa program bansos pembayaran.
rentan dikorupsi, terlebih lagi dari aspek f) Tidak berjalannya peluang
pengadaan darurat yang semakin pengawasan dari masyarakat akibat
membuka peluang adanya kongkalikong keterbatasan keterbukaan informasi
antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan. “Kedaruratan” umumnya
atau pihak lain di suatu instansi yang dijadikan justifikasi atas ketertutupan
melakukan pengadaan dengan penyedia. informasi pengadaan.

Terdapat setidaknya 6 masalah utama 3. Distribusi Bansos


pengadaan barang dan jasa untuk
penanganan dampak Covid-19: Menyusul mewabahnya Covid-19 di
Indonesia yang pertama kali terdeteksi
pada awal Maret 2020, Presiden Joko
1
Indonesia Corruption Watch, 2020. Kinerja
Widodo pada 31 Maret 2020
Penindakan Kasus Korupsi Tahun 2020 (link: mengeluarkan Peraturan Pemerintah
https://antikorupsi.org/sites/default/files/dokum Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1
en/210101-Tren%20Penindakan%20Korupsi tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
%20Tahun%202020.pdf). Diakses pada 19 Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
April 2021 (15:30 WIB).
untuk penanganan pandemi Covid-19.
Dalam Perpu tersebut disebutkan bahwa a) Masalah sosialisasi bansos yang
fokus penanganan pandemi dan realokasi minim kepada masyarakat. Banyak
anggaran diutamakan pada 3 sektor, yaitu masyarakat tak tahu, berapa
kesehatan, jaring pengaman sosial (social seharusnya nominal bansos yang
safety net), dan pemulihan perekonomian. mereka terima atau apa saja rincian
Pemerintah kemudian melakukan realokasi sembako yang menjadi hak mereka.
dan refocusing APBN 2020 sebesar Rp Alhasil, masyarakat juga kesulitan
233,69 triliun (34%) dari Rp 695,2 triliun dalam memeriksa, apakah bansos
anggaran penanganan Covid-19 untuk yang diterimanya sudah sesuai atau
perlindungan sosial. Anggaran ini belum tidak. Ditambah lagi pemberitahuan
termasuk anggaran bansos yang pengambilan Bantuan Sosial Tunai
dialokasikan oleh pemerintah daerah (BST) ke kantor pos seringkali
provinsi dan kabupaten/ kota. disampaikan mendadak sehingga
menimbulkan kerumunan.
Pemerintah melalui Menteri Dalam
Negeri, Tito Karnavian, menginstruksikan ICW menerima aduan hangusnya BST
diterapkannya kebijakan serupa di daerah. di Kampung Nelayan, Kecamatan
Dalam Instruksi Mendagri No. 1 tahun Tungkal Ilir, Kabupaten Jabung Barat,
2020, pemerintah daerah diperintahkan Jambi untuk sejumlah warga akibat
untuk melakukan refocusing anggaran kurang baiknya penginformasian
untuk penanganan Covid-19, termasuk kepada masyarakat. Warga yang
untuk memberikan bantuan sosial kepada terdaftar sebagai penerima BST
masyarakat. Anggaran yang dialokasikan melaporkan bahwa mereka tidak
oleh pemerintah daerah dalam APBD menerima undangan dan
berbeda-beda, tergantung pada kebijakan pemberitahuan pengambilan BST dari
dan kemampuan keuangan masing-masing kantor pos Kuala Tungkal. Saat warga
daerah. berinisiatif menanyakan kejelasan
pencairan bansos tahap II, pihak
Badan Pengawas Keuangan dan kantor pos menyebut bahwa data
Pembangunan (BPKP) menyebut bahwa masyarakat diblokir karena
total APBN, APBD, dan dana desa yang masyarakat tidak aktif mengambil
dialokasikan untuk penanganan Covid-19 BST tahap I. Setelah didesak warga,
totalnya mencapai Rp 801,86 triliun. pihak kantor pos memberi bantuan
Untuk tahun 2021, pemerintah tahap II, sedangkan tahap I tetap
melanjutkan program penanganan Covid- dinyatakan hangus karena sudah
19 dan pemulihan ekonomi nasional melewati batas waktu pengambilan.
dengan anggaran sebesar Rp 699,43
triliun. b) Persoalan pungutan liar dan
pemotongan bansos dengan berbagai
Fokus kebijakan penanganan pandemi modus. Dua kasus ini menjadi kasus
pada dasarnya sudah tepat, mengingat yang paling banyak masyarakat
dalam pandemi Covid-19 tak hanya laporkan kepada ICW dan jaringan
dibutuhkan penanganan kesehatan yang antikorupsi yang tersebar di 13 daerah
ekstra, tetapi juga penanganan atas pada 2 Juni hingga 30 Agustus 2020.
dampak pandemi pada sektor sosial dan Pungutan liar yang dilaporkan
ekonomi dengan pemberian bansos. Dalam berkisar Rp 10.000,- hingga Rp
penyaluran bansos tak hanya karut marut 200.000,- dengan berbagai modus,
data dan korupsi yang terjadi, tetapi ada mulai dari uang transportasi, uang
masalah lain seperti: lelah, hingga pengurusan surat
pengganti dokumen kependudukan ongkos yang tidak murah karena
yang menjadi syarat pengambilan selain keperluan transportasi,
bansos. Pungutan liar oleh oknum wakilnya tersebut seringkali
pemerintah desa dengan modus menunggu antrean panjang.
pembuatan surat pengganti dokumen
kependudukan yang dibutuhkan 4. Bansos untuk Kelompok Rentan
sebagai syarat pengambilan bansos
menjadi modus yang paling sering Masa pandemi memberikan dampak
ditemukan. Di daerah terpencil yang yang mendasar pada kehidupan
jauh dari kantor pos, BST disalurkan perempuan, anak, lansia, pekerja
melalui pihak desa. informal, dan disabilitas. Dampak
pandemi yang dirasakan kelompok
c) Pemilihan kantor pos sebagai tempat rentan antara lain adanya pendapatan
pengambilan bansos tunai. Dalam yang berkurang karena PHK, daya
prakteknya sering menimbulkan beli masyarakat yang menurun,
kerumunan masyarakat dengan adanya kekerasan dalam rumah
pemantauan atas protokol kesehatan tangga, adanya peningkatan aktivitas
yang minim. Selain menimbulkan kebersihan dan kebutuhan gizi, serta
kerumunan, pengambilan bansos ke kebutuhan informasi yang akurat
kantor pos juga rentan pungli, hangus, tentang bansos. Pemerintah memang
dan jika masyarakat tidak mengambil telah memberikan beragam bansos
tepat waktu, masyarakat harus selama pandemi namun dari
mengambil ke kantor pos pusat yang keseluruhan bantuan tersebut belum
jaraknya bisa jadi lebih jauh dari ada bantuan spesifik pada kelompok
tempat tinggalnya. Mengapa rentan berbasis kebutuhan, kecuali
pemerintah tidak bekerjasama dengan PKH. Ada baiknya juga untuk
bank daerah untuk penyaluran bansos? menghindari kelompok rentan
Pemantauan penyaluran BLT oleh berkerumun dan beresiko tertular
Pemprov Jawa Timur dilakukan Covid-19, bantuan untuk kelompok
melalui Bank Jatim. Ada rentan disalurkan langsung door to
pengelompokan jadwal pengambilan door. Selain itu Informasi yang
bansos dan jangka waktu diberikan juga harus berbasis
pengambilannya lebih luang sehingga pelokalan dan aksesibel.
dapat menghindari terjadinya
kerumunan. 5. Transparansi Data Penerima Bansos

Untuk meningkatkan ketepatan DTKS menjadi rujukan utama data


sasaran BST, Kementerian Sosial penyaluran bansos dari pemerintah
memang meminta kantor pos pusat, tetapi masih kurang transparan
melengkapi penerima bantuan dengan bagi publik. Selain menampilkan data
foto dan jika diwakili, harus ada surat penerima bansos berdasarkan
pernyataan. Warga yang mempunyai provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
keterbatasan dalam menyiapkan surat desa, dan nama sesuai KTP, belum
tersebut seringkali memilih untuk ada informasi program bansos apa
tetap mengambil sendiri, terlebih lagi yang diterima, item bansos, jadwal
mereka yang tidak bisa baca tulis dan penerimaan bansos, kanal distribusi
lansia yang tinggal sendiri. Dalam bansos, serta cara mengusulkan
menyiapkan surat dan mewakilkan menjadi penerima bansos. Satu kanal
pengambilan kepada orang lain yang berisi semua informasi bansos
membuat mereka harus memberi baik pusat maupun daerah akan
memudahkan masyarakat masyarakat dan bagaimana aduan
mendapatkan haknya. masyarakat ditindaklanjuti?

Transparansi data berupa tersedianya Survei ICW bersama dengan Bandung


daftar nama penerima bansos diikuti Independent Living Center, Bengkel
data lain yang aman untuk Appek, dan jaringan organisasi
ditampilkan ke publik rasanya dapat penyandang disabilitas di DKI Jakarta
menjadi salah satu solusi sistem terkait distribusi bansos untuk
pencegahan terjadinya inclusion dan penyandang disabilitas di Kota
exclusion error. Terbukanya data Bandung, Kupang, dan Provinsi DKI
penerima bansos dapat membuat Jakarta menunjukkan bahwa layanan
masyarakat saling mengawasi dan pengaduan yang dikelola Kemensos,
memverifikasi keadaan sebenarnya pemerintah daerah, lapor.go.id, dan
dari penerima bansos di sekitar JAGA Bansos KPK tak banyak
mereka. Selain itu penerima bansos diketahui oleh responden. Hal ini bisa
yang tidak dapat mengakses internet jadi dikarenakan sosialisasi pelayanan
ataupun tidak memiliki identitas masih kurang massif dilakukan dan
kependudukan dapat meminta bantuan bertumpu pada sosialisasi online,
siapapun untuk mengecek status seperti pemberitaan media dan
penerimaan bansos. website atau media sosial masing-
masing lembaga. Sedangkan
6. Kanal Aduan masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan kelompok rentan, belum
Kanal pengaduan masyarakat adalah banyak mengakses platform informasi
layanan yang sangat krusial dan tersebut. Sehingga, sosialisasi perlu
dibutuhkan dalam penyaluran bansos, lebih masif dilakukan dengan metode-
khususnya di tengah Covid-19. metode yang lebih dekat dengan
Sejumlah masalah seperti targeting masyarakat. Misalnya disampaikan
error, kualitas sembako tidak baik, melalui SMS, kader-kader yang ada di
pemotongan, dan pungli pada tengah masyarakat, pengumuman
dasarnya bukan merupakan masalah desa, selebaran saat pemerintah
baru yang tak terprediksi. Masalah ini menyalurkan bansos, dan lainnya.
telah bermunculan sejak sebelum
pandemi. Sehingga ketika program Persoalan lain mengenai kanal
bansos meningkat dan disalurkan pengaduan adalah tindak lanjut. Pada
dalam kondisi darurat, potensinya Juni-Agustus 2020, ICW dan jaringan
akan lebih besar dan diperlukan suatu pemantau bansos di 13 daerah
sistem pengaduan yang mampu melaporkan sedikitnya 140 dugaan
memfasilitasi keluhan masyarakat. kecurangan. 45% dari aduan ini
Kemensos, sejumlah pemerintah sifatnya penyampaian langsung
daerah, dan lembaga negara seperti kepada RT dan kepala desa,
Ombudsman dan KPK RI telah sedangkan sisanya disampaikan
membuka kanal pengaduan bansos. melalui platform yang tersedia di
KPK melalui Surat Edaran (SE) No. lapor.go.id, JAGA Bansos KPK, call
11 tahun 2020 yang diterbitkan pada center Dinas Sosial, dan Kemensos.
21 April 2020 juga Aduan ini dapat dikatakan tidak jelas
merekomendasikan pemerintah daerah tindak lanjutnya sampai sekarang.
membuka layanan pengaduan bansos. Sebagai pelapor, kami tidak mendapat
Namun pertanyaannya, bagaimana kejelasan informasi mengenai tindak
layanan ini disosialisasikan kepada
lanjut dan hasil dari penanganan penyaluran bansos dapat ditutup
aduan yang kami sampaikan. dengan adanya informasi dari publik
dalam bentuk pengaduan.
Jika merujuk pada Keputusan Menteri
Sosial No. 191/HUK/2011 tentang C. Rekomendasi
Panduan Penanganan Pengaduan
Masyarakat di Lingkungan 1. Kementerian Sosial mengembangkan
Kementerian Sosial, kanal pengaduan DTKS yang berdasarkan aspek
masyarakat sudah tersedia jauh kerentanan, tidak hanya tingkat
sebelum terjadi pandemi Covid-19. kemiskinan dalam masyarakat. Selain
Pengaduan masyarakat online ini itu sebaiknya DTKS terintegrasi dengan
dikelola Inspektur Jenderal (Irjen) dan lintas program bantuan, baik bantuan
memiliki sumber daya yang cukup dari pemerintah pusat (PKH, BST,
untuk mengelola pengaduan Kartu Sembako) dan bantuan
masyarakat. Sedangkan layanan pemerintah daerah, untuk
informasi dan pengaduan bantuan meminimalisir terjadinya tumpang
sosial yang selama ini dilakukan oleh tindih dan bantuan ganda penyaluran
Kementerian Sosial dikelola oleh bansos.
humas dan Irjen Kementerian Sosial. 2. Kementerian Sosial berkoordinasi
dengan Kementerian Dalam Negeri
Namun demikian, tidak banyak mengenai pemecahan masalah tidak
informasi yang dapat diakses tentang disiplinnya pemerintah daerah dalam
bagaimana mekanisme pengelolaan melakukan pemutakhiran DTKS sesuai
pengaduan bantuan sosial. Hal lain, Permensos No. 5 tahun 2019 jo
masyarakat tidak banyak mendapatkan Permensos No. 11 tahun 2019 tentang
informasi dalam proses penyelesaian DTKS atau peraturan terbaru.
pengaduan. Seharusnya, standar 3. Pemerintah daerah bersikap lebih
operasional prosedur (SOP) dalam proaktif dalam pemutakhiran dan
pengelolaan pengaduan dapat validasi DTKS.
dipublikasi dengan menampilkan 4. Kementerian Sosial dan
informasi penyelesaian pengaduan kementerian/lembaga lain serta
program bantuan sosial di pemerintah daerah terbuka dalam
Kementerian Sosial. pengadaan barang dan jasa penanganan
Covid-19, khususnya terkait rencana,
Risiko korupsi dalam program realisasi, dan distribusi pengadaan.
bantuan sosial, tentunya dapat 5. Meningkatkan sosialisasi terkait bansos
diminimalisir dengan adanya layanan dengan menyediakan satu kanal yang
pengaduan masyarakat. Pengaduan berisi informasi program bansos apa
tidak hanya diterima tetapi ada proses yang diterima, item bansos, jadwal
yang menjamin akuntabilitas penerimaan bansos, kanal/media
penanganan pengaduan, dan distribusi bansos, serta cara
masyarakat sebagai pelapor mengusulkan menjadi penerima bansos
mendapatkan kepastian penyelesaian melalui peran RT atau perangkat
masalah. Dalam hal ini pengaduan pemerintah daerah lainnya.
tidak hanya dicatat, tapi pelapor juga 6. Pemerintah melakukan evaluasi dan
mendapatkan umpan balik atau tindak integrasi program antar kementerian
lanjut hasil pengaduannya. Dengan atau lembaga dan antar organisasi
demikian, akses publik untuk perangkat pemerintah daerah sehingga
mengawasi semakin terbuka. Segala program-program khususnya bantuan
kelemahan dari sistem dan kebijakan
untuk kelompok rentan didasarkan pada
kebutuhan.
7. Memastikan bahwa tim pengelola
pengaduan terkait bansos lebih
responsif, serta mempublikasikan alur
dan SOP pengaduan yang mudah
dipahami publik dengan diiringi
transparansi informasi program bansos
apa yang paling banyak diadukan,
dimana lokasinya, bagaimana tindak
lanjutnya, dsb.

***

Anda mungkin juga menyukai