Disusun oleh:
Balebengong Bali
Indonesia Corruption Watch (ICW)
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta
PUSPAHAM Sulawesi Tenggara
PPRBM Surakarta
Tangerang Public Transparency Watch (TRUTH)
Transparency International Indonesia (TII)
A. Pengantar sembako hanya persoalan bansos di sisi
hulu. Di sisi hilir, marak pula persoalan
Penyaluran bantuan sosial (bansos), seperti adanya pemotongan dan pungutan
khususnya dalam rangka penanganan liar, khususnya di semester awal bansos
dampak Covid-19, tak kunjung lepas dari Covid-19 disalurkan. Pemotongan bansos
masalah. Baru-baru ini, Menteri Sosial Tri adalah modus penyelewengan bansos
Rismaharini mengungkapkan bahwa paling banyak yang warga laporkan
terdapat lebih dari 31 ribu Aparatur Sipil kepada ICW dan jaringan pemantau
Negara (ASN), baik aktif maupun telah antikorupsi pada 2020 lalu.
pensiun, yang terdata menerima bansos.
Data yang diungkap Menteri Sosial Tidak adanya kanal informasi satu pintu
tersebut semakin menegaskan bahwa data yang mudah diakses warga memperunyam
penerima bansos masih tidak valid dan masalah karena warga tak tahu jelas
proses pendataannya bermasalah. bansos yang diterimanya. Pertanyaan yang
kerap warga ajukan kepada pemantau kami
Ketidakvalidan data penerima bansos pada misalnya, jika bansos berupa barang, apa
dasarnya telah banyak terungkap bahkan saja yang seharusnya didapat warga?
sejak awal bansos Covid-19 disalurkan. Apakah betul warga masih dikenakan uang
Pada saat itu, warga menemukan penerima antar bansos? Jika berbentuk uang, apakah
bansos yang sudah lama meninggal, betul ada pungutan administrasi, pungutan
pindah domisili kependudukan, hingga jasa pendataan, dll? Bagaimana cara
sudah menjadi ASN masih tercatat mendapatkan bansos dan mengapa mereka
menerima bansos. Sebaliknya, banyak belum mendapatkan bansos padahal tertera
warga dengan tingkat kesejahteraan lebih sebagai penerima di aplikasi cek bansos?
membutuhkan bantuan justru luput dari Dengan informasi yang cukup dan
penyaluran bansos (exclusion error). tersampaikan dengan efektif kepada
warga, praktik curang dan korup dalam
Kementerian Sosial (Kemensos) pada saat program bansos akan lebih mudah
itu menyebut bahwa kesemrawutan data ditelusuri dan pemerintah dapat
penerima bansos dikarenakan Data mengambil langkah pembenahan yang
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) diperlukan.
yang menjadi acuan penyaluran bansos
belum dimutakhirkan sejak 2017. Problem Melihat strategisnya program bansos dan
lain, pemerintah kabupaten/kota juga tak masih banyaknya persoalan dalam
disiplin dalam melakukan verifikasi dan program ini, kami dari jaringan
validasi secara reguler. masyarakat sipil yang terdiri dari
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni)
Masalah pendataan bansos diperparah DKI Jakarta, Indonesia Corruption Watch
dengan terjadinya korupsi. Setahun lalu, (ICW), Transparency International
terungkap bahwa bansos yang selayaknya Indonesia (TII), Balebengong Bali, Pusat
untuk membantu warga miskin justru Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia
menjadi sasaran korupsi sejumlah pejabat (Puspaham) Sulawesi Tenggara, Pusat
di Kemensos. Korupsi tersebut bahkan Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi
didalangi oleh Juliari P. Batubara yang Bersumber Daya Masyarakat (PPRBM)
pada saat itu menjabat sebagai Menteri Surakarta, Tangerang Public
Sosial. Kasus serupa juga terjadi di daerah Transparency Watch (TRUTH), Koalisi
yang melibatkan kepala daerah. Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Jawa
Timur, dan Bengkel Advokasi
Karut marut pendataan bansos dan Pengembangan dan Pemberdayaan
penyelewengan pengadaan bansos Kampung (Bengkel APPeK) Nusa
Tenggara Timur (NTT) menyusun catatan mengembalikan BLT Dana Desa senilai
persoalan bansos yang disarikan dari Rp 336 juta.
observasi lapangan dan telaah langkah
pembenahannya. Proses pengembalian ini pun tak mudah.
Jika BST hanya harus dikembalikan
B. Persoalan Terkait Bansos Covid-19 kepada Kementerian Sosial melalui
perantara pembagiannya (PT Pos atau
Terdapat sedikitnya enam persoalan yang Himbara), berbeda dengan BLT Dana
kami identifikasi. Berikut pembahasannya Desa. BLT Dana Desa harus mencari
secara ringkas: pengganti untuk menerima bantuan
tersebut. Bahkan, akibat semrawutnya data
1. Persoalan Pendataan kesejahteraan sosial pemerintah, banyak
masyarakat yang tidak terdampak
Pandemi Covid-19 bukan hanya menguji langsung, seperti ASN di Desa Blahbatuh
ketahanan sistem kesehatan, tetapi juga dan Payangan Kabupaten Gianyar, justru
menguji sistem data di Indonesia. masuk dalam daftar penerima bantuan
Persoalan data dan dasar pengambilan data sosial, sementara buruh korban PHK
yang menggunakan tingkat kemiskinan massal dan masyarakat terdampak
bukan kerentanan menjadi persoalan pandemi malah tidak mendapatkan bansos.
sangat krusial yang berdampak ke banyak
hal seperti tidak tersalurkannya bansos dan Beragam data yang tidak terintegrasi, yang
adanya targeting error penerima bansos. digunakan untuk melaksanakan program
sosial menjadi salah satu penyebab
Padahal anggaran dan jumlah penerima ketidaktepatan sasaran penerima bansos.
bansos terbatas. Data Terpadu Kementerian Kesehatan memiliki Riset
Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang Kesehatan Dasar (Riskesdas), Badan Pusat
dibangun oleh Kementerian Sosial Statistik memiliki Survei Sosial Ekonomi
merupakan rujukan utama data penyaluran dan Nasional (Susenas), dan Kementerian
bansos dari pemerintah pusat. Akan tetapi Sosial sendiri memiliki Basis Data
banyak kasus di lapangan menunjukkan Terpadu (BDT) yang variabel-variabelnya
adanya exclusion dan inclusion error, data ada dalam Sistem Informasi Kesejahteraan
ganda, hingga data fiktif penerima bansos. Sosial – Next Generation (SINK-NG),
yang seharusnya secara rutin diinput dalam
Sengkarutnya kepemilikan data di DTKS.
sejumlah kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah yang lemah verifikasi SINK-NG merupakan sistem online untuk
dan validasi, serta belum terintegrasi memperbarui data, yang dapat diakses oleh
menciptakan sistem data yang buruk. Tak Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota
hanya dalam penyaluran bansos sembako, seluruh Indonesia disebut sebagai salah
ketidaktepatan sasaran program bansos satu penyebab DTKS tidak valid karena
tunai faktanya dapat dilihat salah satunya banyak daerah telah lama tidak
di Kabupaten Gianyar, Bali. Data memperbarui data. Akibatnya, bansos
pendistribusian BST Kementerian Sosial yang seharusnya diutamakan untuk
dan BLT Dana Desa mengalami tumpang masyarakat dengan kondisi paling rentan
tindih. Kepala Dinas Sosial Kabupaten terhadap resiko sosial pandemi Covid-19
Gianyar mengakui bahwa data masyarakat tidak tercapai.
yang digunakan dalam pendistribusian
BST menggunakan data tahun 2011. Sebagaimana banyaknya laporan dan
Akibatnya sebanyak 560 KK dari 45 desa keluhan masyarakat yang mengemuka
merupakan penerima ganda sehingga harus terhadap masalah penyaluran bansos, maka
ke depan Kementerian Sosial perlu a) Identifikasi kebutuhan pengadaan
melakukan sinergi dengan Kementerian yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Dalam Negeri untuk mengurai bottleneck lapangan.
kedisiplinan pemerintah daerah, khususnya b) Penunjukan penyedia yang tidak
tingkat kabupaten dan kota dalam didasarkan pada ketentuan yang
memperbarui DTKS. Adapun data harus berlaku, melainkan karena adanya
terintegrasi antar lintas program bantuan faktor kedekatan atau adanya suap dan
sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih janji (kickback) dari penyedia kepada
data dan bantuan ganda. panitia pengadaan atau pejabat lain
yang terkait, baik secara langsung
2. Potensi Korupsi PBJ maupun tidak langsung. Dalam tahap
ini, penyedia yang ditunjuk bisa jadi
Program bansos adalah program populis tidak berpengalaman dan memangkas
yang tidak hanya rentan dipolitisasi, tetapi harga barang untuk menutup kickback
juga dikorupsi, terlebih lagi di tengah cost.
Covid-19. Terjadinya korupsi bansos yang c) Penyedia yang ditunjuk dalam
melibatkan Menteri Sosial Juliari P. pengadaan tidak melakukan
Batubara dan pejabat di Kementerian pengadaan secara langsung,
Sosial sebagai leading sector penyaluran melainkan menunjuk sub contractor
bansos merupakan kasus yang sangat untuk melakukan pengadaan yang
disayangkan. Tak hanya di Kementerian kemudian membuat mata rantai
Sosial, korupsi bansos juga terjadi di pengadaan lebih panjang serta
sejumlah daerah, seperti di Kabupaten berdampak pada semakin mahalnya
Samosir, Kabupaten Bandung Barat, dan harga.
Kota Makassar. d) Pembayaran dilakukan tanpa
pemeriksaan hasil pengadaan dengan
Inventarisir ICW atas penindakan kasus cermat sehingga menyebabkan
korupsi sepanjang tahun 2020 juga pengadaan tidak terpenuhi
menemukan bahwa Kepolisian di 21 sebagaimana mestinya.
daerah sedikitnya menangani 107 kasus e) Tidak efektifnya pelaksanaan
korupsi terkait dengan bansos pandemi pengawasan internal oleh APIP sejak
Covid-19.1 Data tersebut cukup proses perencanaan sampai proses
menggambarkan betapa program bansos pembayaran.
rentan dikorupsi, terlebih lagi dari aspek f) Tidak berjalannya peluang
pengadaan darurat yang semakin pengawasan dari masyarakat akibat
membuka peluang adanya kongkalikong keterbatasan keterbukaan informasi
antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan. “Kedaruratan” umumnya
atau pihak lain di suatu instansi yang dijadikan justifikasi atas ketertutupan
melakukan pengadaan dengan penyedia. informasi pengadaan.
***