NIM : D0121075
Kelas : C
Abstrak:
Fraud terjadi pada kebijakan pemberian bantuan sosial tunai dengan mengangkat isu
dari Kampung Apung Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Menggunakan metode kualitatif yaitu studi literatur, didapatkan bahwa dalam
kebijakan bantuan sosial tunai di wilayah tersebut terjadi pemborosan dana dan
penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran sehingga kemiskinan di salah satu
wilayah paling miskin ibukota tersebut semakin parah. Tujuannya yaitu mencari
penyebab dari fraud yang ada lalu dikaji dengan teori implementasi kebijakan dari
Ripley dan Franklin dan diperkuat teori kebijakan Mazmanian dan Sabatier. Diperoleh
hasil bahwa lembaga yang bertanggungjawab kurang menjalankan tugasnya dengan
baik dan perlu mengkaji ulang kebijakan dan peraturan yang dibuat. Beberapa saran
dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan daya guna kebijakan
penanggulangan kemiskinan.
I. PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan masalah struktural yang berskala besar dan mendasar.
Disadari atau tidak, kemiskinan melekat pada sebagian masyarakat Indonesia dan
mengikat mereka dalam keterpurukan. Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di
daerah tertinggal dan sulit diakses. Namun dalam bahasan kali ini, kemiskinan ditinjau
dari daerah ibukota yang seharusnya sudah maju dengan angka kemiskinan yang
harusnya rendah. Ironisnya, kemiskinan di DKI Jakarta ini malah meningkat dan perlu
ditelisik apa yang menjadi penyebabnya.
Berangkat dari pemberitaan dari BBC News Indonesia yang bersumber laporan
terbaru BPS, angka kemiskinan di Jakarta melambung ekstrem mencapai 0,89% atau
meningkat 0,29% dari tahun sebelumnya yaitu 0,6%. Penyebab dari meningkatnya
angka kemiskinan ini disinyalir karena masyarakat belum sepenuhnya pulih dari
dampak pandemi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah DKI Jakarta
memberikan bantuan seperti BLT, bantuan sosial tunai, PKH, dan lain sebagainya.
Namun dalam pemberitaan tersebut, Dekan FEB UI yang berfokus pada kemiskinan,
Teguh Dartanto menyebutkan bahwa bantuan-bantuan ini tidak efektif untuk
menanggulangi kemiskinan.
Anomali dari upaya pengentasan kemiskinan ini juga disebabkan oleh adanya fraud
dalam realisasi angaran yaitu adanya ”pemborosan anggaran” yang terjadi di birokrasi
pemerintahan dan lembaga yang memangku kepentingan. Selain itu, ada juga masalah
exclusion error yaitu bantuan sosial tunai yang tidak tepat sasaran. Hal ini
menyebabkan penggelontoran bantuan sosial tunai kurang efektif dalam menurunkan
angka kemiskinan ekstrem. Oleh karena itu, perlu ditelusuri bagaimana keberjalanan
kebijakan tersebut dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Tujuan dari analisis kasus ini yaitu untuk mengetahui fraud kebijakan pemberian
bantuan sosial tunai ini terhadap upaya pengurangan masyarakat miskin DKI Jakarta
seperti yang terjadi di Kampung Apung, Muara Baru, Jakarta Utara. Bagaimana
penyimpangan dari kebijakan ini dapat berimbas pada upaya penanggulangan
kemiskinan terutama pada penyaluran bantuan sosial tunai kepada warga miskin. Selain
itu, perlu ditekankan juga mengapa di daerah ibukota yang seharusnya mudah terjamah
pemerintah pusat malah cenderung terpinggirkan dengan lingkungan yang kumuh dan
rumah yang tidak layak huni.
Kasus di Kampung Apung, Muara Baru, Jakarta Utara ini terkait permasalahan
pemberian bantuan sosial tunai. Masalah ini akan ditelisik dari bagaimana sebenarnya
implementasi kebijakan pemberian bantuan sosial tunai, penyelewengan bantuan sosial
tunai, dan keberjalanan kebijakan ditinjau dari sudut pandang warga penerima manfaat.
Setelah mengetahui seluk beluk apa yang mendasari permasalahan ini, maka dapat
ditarik kesimpulan dan rekomendasi yang menjadi evaluasi agar kebijakan ini dapat
memberikan manfaat yang diharapkan para warga.
Tentu masyarakat keberatan karena tidak adanya dana untuk datang kesana. Lebih
lanjut, masyarakat diberi kalimat penenang bahwa pemberian bantuan akan diberikan
secara bergilir. Namun, pada kenyataannya bantuan yang ditunggu tersebut tidak
kunjung turun. Hal ini membuat warga kecewa karena keadaan mereka yang sedang
terpuruk imbas dari musim hujan yang membuat laut tidak bersahabat bagi para nelayan
yang mencari ikan. Akhirnya, mereka benar-benar terpuruk di tengah kenaikan harga
barang terutama bahan makanan.
Masalah dalam kebijakan ini dapat dikaji melalui pendekatan yang dituliskan oleh
Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin dalam buku Policy Implementation and
Bureaucracy. Setelah dilakukan kajian lebih lanjut, maka dapat diketahui apakah
kebijakan telah dilakukan dengan baik melalui penilaian atau pengukuran terhadap
fakor-faktor yang ada.
Variabel yang dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan kebijakan bantuan
sosial tunai terhadap Kampung Apung Muara Baru, Jakarta Utara ini dapat berdasarkan
teori yang dikembangkan oleh Mazmanian dan Sabatier. Dengan menggunakan variabel
ini, kebijakan diharapkan dapat yaitu sebagai berikut:
1. Karakteristik masalah (tractability of the problems)
Populasi warga Kampung Apung tentu saja miskin karena rumah
mereka dibangun di atas laut dan hanya berpondasikan papan bekas. Padahal
ukuran tempat tinggal yang layak yaitu pondasi rumah dari bata. Tingginya
angka kemiskinan ini membuat masalah semakin kompleks dan pemberian
bantuan sosial tunai harus mencukupi.
2. Karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure
implementation)
Kebijakan pemberian bantuan sosial tunai perlu memperhatikan kondisi
warga. Bisa dengan mendahulukan warga yang sangat terpuruk dan sudah lama
tidak mendapat bantuan. Para petugas yang bertanggung jawab sebaiknya
membantu dalam proses pembagian bantuan sosial tunai ini sehingga kebijakan
pemberian bantuan sosial tunai ini benar-benar terlaksana secara adil dan
merata.
3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).
Kampung Apung termasuk kampung yang kumuh. Kondisi geografisnya
terletak di atas laut tanpa pondasi yang kuat. Krisis air bersih selalu menimpa
mereka karena memang tidak ada sumber air yang memadai. Oleh karena itu,
diperlukan kebijakan lain untuk membantu warga Kampung Apung seperti
akses air bersih.
Acland, D. (2021). Poverty, Irrationality, and the Value of Cash Transfers. Cambridge
University Press, 227-257.
Cammeraat, E. (2020). The relationship between different social expenditure schemes and
poverty, inequality and economic growth. International Social Security Review, 101-
123.
Cheng, C. Y. (2021). Poverty alleviation and state building in peripheral areas: evidence from
China. Japanese Journal of Political Science, 312-332.
Edmiston, D. (2022). Plumbing the Depths: The Changing (Socio-Demographic) Profile of UK
Poverty. Cambridge University Press, 385-411.
Fabio Veras Soares, Rafael Perez Ribas, Rafael Guerreiro Osorio. (2010). EVALUATING THE
IMPACT OF BRAZIL'S BOLSA FAMILIA. Latin American Research Review, 173-
190.
Fajri dkk. (2022). ANALISIS KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN. Jurnal Manajemen dan Kebijakan
Publik, 158-170.
Goel, R. K. (2020). Uncharitable Acts in Charity: Socioeconomic Drivers of Charity-Related
Fraud. Social Science Quarterly, 1398-1412.
Ham, A. (2014). THE IMPACT OF CONDITIONAL CASH TRANSFERS ON
EDUCATIONAL INEQUALITY OF OPPORTUNITY. Latin American Research
Review, 153-175.
Hellmann, A. G. (2015). How does Bolsa Familia Work? Washington : Inter-American
Development Bank.
Isma Yatun dkk. (2022, Mei). BPK TEMUKAN PEMBOROSAN KARTU PRAKERJA. Warta
Pemeriksa, pp. 1-56.
Michael Lipton and Martin Ravallion. (1993, April). Poverty and Policy. Policy Research
Working Paper . Washington DC, USA: The World Bank.
Okuputra Nasikh. (2022). Pengaruh inovasi daerah terhadap kemiskinan. Jurnal Ekonomi,
Keuangan dan Manajemen, 159-166.
Philip Mendes, Steven Rosche. (2022). How do Australian policymakers frame the causes of
and policy solutions to poverty? A critical examination of Anti-Poverty Week
parliamentary debates from 2012-2021. Australian Journal of Social Issues, 592-606.
Purwanto, E. A. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik , 295-324.
Randall B. Ripley, Grace A. Franklin. (1986). Policy Implementation and Bureaucracy.
Michigan: Dorsey Press.
Thomas Soseco dkk. (2022). Gender Determinant on Multidimensional Poverty Index:
Evidence from Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 137-151.
Timbunan. (2019). DINAMIKA PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Administrasi
Negara, 227-239.
Wietzke, F.-B. (2020). Poverty, Inequality, and Fertility: The Contribution of Demographic
Change to Global Poverty Reduction. POPULATION AND DEVELOPMENT REVIEW,
65-99.
Sumber berita
BBC. (2023). Anggaran kemiskinan Rp500 T 'sebagian tersedot untuk seminar di hotel dan
perjalanan dinas' - 'praktik lazim di birokrasi Indonesia,' kata Ombudsman. Jakarta:
BBC News Indonesia. Retrieved Oktober 21, 2023, from
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cjrerjr4p25o
BBC. (2023). Angka kemiskinan ekstrem Jakarta meningkat, warga Kampung Apung Jakarta
Utara mengaku 'sudah bertahun-tahun tidak menerima bantuan sosial'. Jakarta: BBC
News Indonesia. Retrieved Oktober 19, 2023, from
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0v98g75rpgo
Fithriansyah, H. (2023). Potret Kehidupan Warga Kampung Apung Muara Baru Jakarta. DKI
Jakarta: Liputan6. Retrieved Oktober 20, 2023, from
https://www.liputan6.com/photo/read/5416788/potret-kehidupan-warga-kampung-
apung-muara-baru-jakarta?page=5
Utama, P. (2023). Melihat Lebih Dekat Kemiskinan Ekstrem di Kampung Apung Jakut. DKI
Jakarta: Detiknews. Retrieved Oktober 19, 2023, from https://news.detik.com/foto-
news/d-6547774/melihat-lebih-dekat-kemiskinan-ekstrem-di-kampung-apung-jakut/2