Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKOLOGI ADMINISTRASI

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT PENANGANAN PROGRAM BANTUAN


MELALUI DINAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI ADMINISTRASI DI
KOTA PALANGKARAYA, KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2020/2021

Dosen Pengampu :

Dr. Nurhasanah M.Si

Disusun Oleh :

Santi Purnama Sari

19.11.021356

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program bantuan sosial merupakan salah satu komponen Program Jaminan
Sosial yang menjadi bentuk ekspresi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah
daerah yang sangat peduli terhadap kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar.
Program ini merupakan implementasi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1)
yang menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh Negara.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen tinggi terhadap upaya


penanggulangan kemiskinan dengan adanya kebijakan nasional penanggulangan
kemiskinan. Kebijakan nasional penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan 4
(empat) strategi utama, yaitu perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan UKM dan pembangunan infrastruktur perdesaan. Strategi utama
perlindungan sosial sebagai titik dasar dalam upaya penanggulangan kemiskinan
menjadi prioritas utama.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan ada berbagai program yang


diadakan oleh Kementerian/Lembaga (K/L) antara lain: Program Keluarga Harapan
(PKH), subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah (Raskin), Program
Indonesia Pintar (PIP), Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI
JKN), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM). Jangka pendek program tersebut bertujuan untuk mengurangi
beban keluarga miskin, sedangkan jangka panjang diharapkan dapat memutus mata
rantai kemiskinan antar generasi sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari
kemiskinan. Selain itu untuk mengurangi kemiskinan dapat diupayakan pengurangan
kemiskinan komunitas dengan mengerakkan kelompok masyarakat menjadi satu-
kesatuan, organisasi dan mengambil tindakan masyarakat bertujuan menciptakan
pendapatan melalui pengembangan usaha mikro seperti Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensional, baik dari aspek
penyebab, maupun dampaknya sehingga diperlukan langkah penanggulangan dari
berbagai perspektif dengan melibatkan banyak pihak sesuai dengan kewenangannya.
Untuk mewujudkan proses ini, pemerintah melalui berbagai kebijakan yang
dikeluarkan mengatur pembagian tugas pokok dan fungsi dalam penanggulangan
kemiskinan mulai dari tingkat pusat sampai dengan kabupaten/kota. Hal ini
setidaknya diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
memuat tentang pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten kota dalam berbagai bidang termasuk bidang social.

Dinas Sosial provinsi merupakan bagian stakeholder dalam penanggulangan


kemiskinan dalam tingkat regional. Salah satu tugas pokoknya adalah mengsinergikan
penanganan kemiskinan pada tingkat pusat dengan pihak kabupaten/kota sebagai
pelaksana langsung program kemiskinan. Dengan posisi tersebut, maka dinas social
provinsi harus mampu menciptakan kondisi agar komunikasi antara berbagai pihak
tersebut dapat terlaksana dengan baik, sehingga program yang diluncurkan oleh
pemerintah dapat dilaksanakan pada tingkat provinsi dan kabupaten kota, serta dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Pada Dinas Sosial Kalimantan Tengah pemberian bantuan jaminan sosial


dilakukan melalui beberapa lembaga yang terdapat di beberapa Provinsi di
Kalimantam Tengah. Namun pada Dinas Sosial Kalimantan Tengah penentuan
lembaga penerima jaminan sosial masih kurang efisien sehingga perlu adanya suatu
sistem yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan calon lembaga
yang akan menerima bantuan jaminan sosial, sistem tersebut nantinya akan digunakan
dalam membantu proses pengambilan keputusan untuk menentukan lembaga
penerima bantuan untuk, LANSIA khususnya Provinsi Kalimantan Tengah.

Salah satu program pemerintah dalam upaya penanganan fakir miskin yaitu
melalui pelaksanaan program sembako yang merupakan transformasi dari pemberian
Bantuan Sosial Pangan Non Tunai ( BPNT ) pada tahun 2019 dengan penambahan
nominal bantuan bagi KPM. Dengan adanya penambahan jumlah nominal diharapkan
terdapat penambahan jenis bahan pangan untuk pemenuhan gizi masyarakat dan
mengurangi angka stunting pada Masyarakat.
Program ini telah berjalan di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Tengah.
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang di temui lapangan
sehingga diperlukan penanganan dan pengawasan secara berkesinambungan. Hal ini
diperlukan agar solusi dan kebijakan yang ditempuh dalam mengatasi permasalahan
tersebut dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku serta mampu diterapkan di
seluruh Kalimantan Tengah

Kegiatan Rapat Koordinasi Penanganan Fakir Miskin Tingkat Provinsi Tahun


2021 ini merupakan upaya Dinas Sosial provinsi untuk menguatkan Program
Sembako agar dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya. Kegiatan ini diharapkan
dapat menjadi media untuk menyamakan persepsi di antara para Pihak terkait di
seluruh Kabupaten/Kota se-Kalimantan Tengah dalam mewujudkan penguatan
perlindungan sosial dan meningkatkan efektifitas Pogram Sembako di seluruh
Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Tengah.

Dinas Sosial (Dinsos) Kalimantan Tengah (Kalteng) berharap angka penerima


Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) terus
berkurang. Di tahun 2021, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng melalui Dinas
Sosial Kalteng menyalurkan bantuan tahap pertama kepada 48.840 KPM yang ada di
14 kabupaten/kota se-Kalteng. Selain itu, berdasarkan sistem data Kementrian Sosial
Republik Indonesia (RI) ada upaya penambahan perluasan KPM hingga 10 ribu KK
yang akan menerima bantuan. Untuk bisa menerima bantuan PKH, setiap KK harus
bisa memenuhi beberapa komponen yang menjadi syarat utama. Mulai dari komponen
pendidikan dimana keluarga memiliki anak usia sekolah. Kemudian komponen
kesehatan, dimana keluarga memiliki anak usia balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.
"Terkahir, komponen kesejahteraan sosial, dimana keluarga memiliki lansia 70 tahun
keatas, atau ada anggota keluarga yang menyandang disabilitas”.

Bantuan sosial adalah pemberian bantuan dari Pemerintah Daerah kepada


individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat. Sifat bantuan ini, tidak secara
terus menerus dan selektif. Bantuan ini berupa uang atau barang yang pemberiannya
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Tujuannya untuk menunjang
pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh negara guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak. Jaminan ini tercantum pada Undang-undang
Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Utamanya merupakan
sebuah bidang kesejahteraan sosial yang memperhatikan perlindungan sosial yang di
dalamnya termasuk kemiskinan, usia lanjut, kecacatan, pengangguran, keluarga dan
anak-anak. Hubungan bantuan sosial dengan jaminan sosial sangat berkaitan karena
sangat mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Dinas Sosial sebagai Regulator Dalam Penanganan Fakir
Miskin di kota Palangka Raya?
2. Bagaimana Peran Dinas Sosial sebagai Dinamisator Dalam Penanganan Fakir
Miskin di Kota Palangka Raya?
3. Bagaimana Peran Dinas Sosial sebagai Fasilitator Dalam Penanganan Fakir
Miskin di kota Palangka Raya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan ini dibuat dibuat agar para pembaca mengetahui bahwa penerimaan
bantuan pada lansia serta ada anggota keluarga yang menyandang disabilitas dapat
diberikan jaminan hidup yang lebih dari pemerintah.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pemahaman serta menjadi aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan
selama perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
mempunyai perhatian dalam penanganan Fakir miskin serta perkembangannya,
bagi Dinas Sosial Kota Palangka Raya diharapkan dapat memberikan sumbangan
serta saran dalam penanganan fakir miskin di Kota Palangka Raya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penyaluran bantuan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Palangkaraya
berbagai macam penyelenggaraannya. Dalam penelitian ini membahas mengenai
program pemerintah dalam upaya penanganan fakir miskin yaitu melalui pelaksanaan
program sembako yang merupakan transformasi dari pemberian Bantuan Sosial
Pangan Non Tunai ( BPNT ) pada tahun 2019 dengan penambahan nominal bantuan
bagi KPM.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Peran
peran merupakan seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan di masyarakat. Seseorang yang mempunyai kedudukan
tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang peran. Suatu hak sebenarnya
merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban
adalah beban atau tugas. Peran dalarn suatu lembaga berkaitan dengan tugas dan
fungsi, yaitu dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pekerjaan
oleh seseorang atau lembaga.Tugas merupakan seperangkat bidang pekerjaan
yang harus dikerjakan dan melekat pada seseorang atau lembaga sesuai dengan
fungsi yang dimilikinya.

Soerjono Soekanto (2002:22l) mengemukakan bahwa teori peran (role theory)


adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu.
Peran yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi, apa
yang membuat tingkah laku itu sesuai dalarn suatu situasi dan tidak sesuai dalam
situasi lain relatif bebas pada seseorang yang menjalankan peran tersebut. Peran
adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau prilaku yang dilaksanakan oleh
seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dalam melaksanakan hak-
hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang menjalankan
peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa apa yang
dijalankan sesuai keinginan dan lingkungannya.

2. Teori Kinerja
Teori kinerja merupakan pembahasan yang akan di jelaskan dengan detail pada
artikel berikut ini. Adapun didalam artikel teori kinerja menyangkut aspek
beberapa mata pelajaran yakni seperti materi ekonomi manajemen, pembangunan,
administrasi publik, materi manajemen sumberdaya manusia dan semua mata
pelajaran yang menyangkut dengan ketenagakerjaan dan kinerja pegawai.
Kinerja pegawai secara umum adalah sebuah perwujudan kerja yang dilakukan
oleh karyawan yang biasanya digunakan sebagai dasar atau acuan penilaian
terhadap karyawan didalam suatu organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu
langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi oleh karena itu, kinerja juga
merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi sehingga perlu
diupayakan untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Rivai (2005:309) konsep kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan.

Sedangkan menurut pendapat Ilyas (2005:55) mengatakan bahwa pengertian


kinerja adalah penampilan, hasil karya personil baik kualitas, maupun kuantitas
penampilan individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil karya
tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun
struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan yakni arti kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas atau beban tanggung jawab menurut ukuran atau standar yang
berlaku pada masing-masing organisasi.

3. Teori Kebijakan
Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan, pengambilan dan
perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan, dan evaluasi terhadap dampak dari
pelaksanaan keputusan tersebut terhadap orang-orang banyak yang menjadi
sasaran kebijakan (kelompok target). Kebijakan merupakan sebuah alat atau
instrument untuk mengatur penduduk dari atas kebawah. Menurut Heinz Eulau
dan Kenneth Prewith, kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan konsistensi
dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang mematuhi keputusan-keputusan.
Dengan cara memberi reward dan sanctions. Secara sentralistik, kebijakan adalah
instrumen teknis, rasional, dan action-oriented untuk menyelesaikan masalah.
Kebijakan adalah cetak biru bagi tindakan yang mengarah dan mempengaruhi
perilaku orang banyak yang terkena dampak keputusan tersebut. Kebijakan
sengaja disusun dan dirancang untuk membuat perilaku orang banyak yang dituju
(kelompok target) menjadi terpola sesuai dengan bunyi dan rumusan kebijakan
tersebut.

Thomas R. Dye mendifinisikan kebijakan negara sebagai is whatever


governmenet choose to do or not to do. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa
apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuan
(objektivitas) dan kebijakan Negara harus meliputi semua tindakan pemerintah.
Dengan demikian bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan
pemerintah atau pejabat pemerintah. Disamping itu sesuatu yang tidak dilakukan
oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besarnya dengan sesuatu
yang dilakukan oleh pemerintah.

4. Peran Dinas Sosial


Dalam melaksanakan tugas, dinas sosial menyelengarakan fungsi: perumusan
kebijakan teknis dibidang sosial dan ketenagakerjaan: penyelengaraan urusan
pemerintahan dan pelayanan umun di bidang sosial dan ketenagakerjaan:
penangulangan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan.

Pekerjaan sosial merupakan kegiatan professional untuk membantu individu-


individu kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau
memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan
kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
Dari pengertian diatas, maka seseorang pekerja sosial harus bisa menciptakan
kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap keberfungsian
elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang ada di dalam
masyarakat. Menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik.

Adapun fungsi Dinas Sosial sebagai berikut :


- Perumusan kebijakan tehnis bidang sosial tenaga kerja dan transmigrasi.
- Penyelengaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang sosial,
tenaga kerja transmigrasi.
- Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial, tenaga kerja
dantransmigrasi.
Beberapa program Dinas Sosial yaitu :
- Program penataan administrasi kependudukan.
- Program pemberdayaan fakir miskin komunitas adat terpencil (KAT) dan para
penyandang masalah kessos (PMKS)
- Program peningkatan pelayanan kepada penduduk miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan social.
- Program penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tangkap
cepat darurat dan LBK.
- Program pembinaan penyandang cacat dan exs trauma.
- Program pemberdayaan fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
- Program peningkatan kualitas SDM kesejahteran sosial.
- Program pengembangan dan pembinaan sosial masyarakat.

5. Pemerintah Sebagai regulator


Dinas Sosial adalah stakeholder utama yang menangani penuntasan kemiskinan.
Dinas sosial sebagai regulator melaksanakan tugasnya dalam menuntaskan fakir
miskin di Kota Palangka Raya dengan melakukan pendataan masyarakat dan
pendataan permasalahan masyarakat dilakukan oleh tenaga kerja sosial kecamatan
(TKSK) atau sahabat TKSK, sehingga peran Dinas Sosial maksimal dalam
menuntaskan misi dalam memberantas kemiskinan di kota Palangka Raya. Dinas
Sosial tidak terlepas dari tanggung jawabnya meskipun ada tenaga pembantu
dalam pendataan masyarakat miskin, selalu saling menopang dalam misi
kesejahteraan yang melibatkan semua bidang dengan melihat peran sebagai
regulator dengan tujuan menyejahterakan masyarakat utamanya pembagian
bantuan kepada masyarakat miskin. Pemerintah khususnya Dinas Sosial
memberikan masyarakat bantuan melalui pendataan, masyarakat menerima
bantuan tidak sertamerta langsung menerima bantuan tetapi ada klarifikasi khusus
yang harus dipenuhi seperti wajib mengikuti semua rangkaian program sehingga
nantinya bantuannya dapat berguna. Hal tersebut belum sesuai dengan peran
aparatur pemerintah yang dimaksud oleh Yusuf (2014).

6. Pemerintah Sebagai Dinamisator


Penanganan orang miskin di kota Palangka Raya dibuktikan dengan adanya seksi
penanganan fakir miskin dan pemberian bimbingan. Bentuk pemberian bimbingan
yaitu salah satunya dengan menghadirkan rumah hati atau rumah bakat dikota
Palangka Raya ini sebagai tempat untuk mendidik anak-anak dengan memberi
pembinaan. Pembinaan-pembinaan orang miskin dengan pelatihan seperti
pelatihan usaha ekonomi produktif (UEP) dengan adanya pembinaan dan
pelatihan. Sebagai Dinamisator pemerintah berperan penting untuk mendata
semua warga berdasarkan laporan dari lurah, Rt, Rw melakukan pendataan sesuai
laporan dari kelurahan atau pemerintah setempat melalui TKSK atau sahabat
TKSK Dinas Sosial menerima laporan dari TKSK tentang warga yang butuh
bantuan kemudian dengan melihat hasil datanya mencocokkan kemudian
melakukan survey dengan tujuan bantuan tersebut tepat sasaran. Selaku
penyuluhan dan penelitian kesejahteraan sosial banyak hal yang jadi peranan
Dinas Sosial khususnya dalam pemberantasan kemiskinan. Melakukan riset
kelapangan untuk membuktikan seberapa besar tingkat kategori fakir miskin di
kota makassar dan seperti apa penanggulangannya dengan melakukan evaluasi
melihat bantuan yang berjalan sesuai SOP ataukah stagnan di tengah jalan.
Masyarakat menilai kekurangan dari bantuan yaitu Dinas Sosial memberi
pelatihan sampai tuntas sebagai syarat untuk diberikan bantuan dalam pendataan
tersebut, jadi apabila tidak menyelesaikan pelatihan maka masyarakat yang
harusnya menerima tetapi tidak menerima dikarenakan persyaratan tersebut.
Masyarakat berharap pemerintah dalam memberikan bantuan seharusnya tidak
memberatkan persyaratannya untuk masyarakat miskin.

7. Pemerintah Sebagai Fasilitator


Peran pemerintah dalam tugasnya sebagai fasilitator dengan melibatkan banyak
tenaga seperti melibatkan juga beberapa tenaga bantuan SDM dinas sosial Kota
Palangka Raya tentu saja memfasilitasi berbagai bentuk penanganan fakir miskin
namun tidak berupa uang tunai secara langsung tetapi melakukan pelaksanaan
program yang dapat membantu masyarakat miskin untuk bekerja sama dengan
dinas sosial dalam penanganan fakir miskin, dengan adanya dukungan data dalam
Basis Data Terpadu (BDT) dan data terbaru.Dinas sosial bagian keuangan adalah
bidang paling sensitif yang punya tanggung jawab besar dalam mengelola
anggaran, anggaran untuk kemiskinan sendiri dikelola namun anggaran tersebut
telah di tuangkan dengan melalui perincian pengeluaran dalam program-program
yang langsung di berikan kepada masyarakat. Setiap anggaran yang keluar sudah
pada porsinya masing masing, jadi Dinas Sosial menerima anggaran tidak lebih
atau kurang sudah sesuai dengan RAB dengan program sebatas menjalakan
program tertentu dengan target untuk memberantas kemiskinan. Masyarakat yang
hampir tidak menerima bantuan dikarenakan masih banyak pendataan yang tidak
sesuai dilakukan, masih adanya masyarakat yang terbilang mampu terdata sebagai
masyarakat tidak mampu. Persyaratan yang rumit juga perlunya di ringankan oleh
Dinas Sosial dalam penerimaan bantuan tersebut. Hal tersebut belum sesuai
dengan peran aparatur pemerintah yang dimaksud oleh Yusuf (2014).

8. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut
(Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi:suatu Pengantar , Rajawali Press).
Sedangkan Menurut Ragnar Nurske (1952, Problems of Capital Formation in
Underdeveloped (Contries, Oxford:Basil Blackwell) lingkaran kemiskinan atau
perangkap kemiskinan (Vicious Cycles of Povety) adalah hal yang sering menjadi
masalah diberbagai negara atau daerah berkembang.

Akibat kapasitas yang kecil dalam tabungan mengakibatkan income riil yang
rendah, dimana income riil yang rendah menunjukkan produktivitas yang rendah
pula. Hal ini berputar lebih besar dan mengakibatkan kekurangan kapital.
Kekurangan modal inilah yang menyebabkan tingkat kapasitas tabungan yang
kecil. Riil income yang rendah menurut Nurske, merupakan refleksi dari
rendahnya produktivitas Uni Eropa umumnya mendifinisikan penduduk miskin
adalah mereka yang mempunyai pendapatan perkapita dibawah 50 persen dari
median (rata- rata) pendapatan.Ketika median atau rata-rata pendapatan
meningkat, garis kemiskinan relative juga rneningkat.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptip. Metode penelitian kualitatif merupakan
suatu jenis penelitian dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi dari berbagai data yang di deskripsikan menggunakan kata-kata
sedemikian rupa dalam pemecahan masalah sehingga menjadi mudah dipahami.

Sugiyono (2014:1) mendefinisikan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode


penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada generalisasi. Alasan
menggunakan metode ini untuk mengetahui bagaimana kualitas penyebaran bantuan
sosial di kota Palangkaraya dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan.

Dengan demikian, hasil penelitian ini secara umum akan berwujud deskripsi berupa
kata-kata dan kalimat baik dalam penjelasan maupun kesimpulan sesuai dengan
kondisi dilapangan.

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di kantor Dinas Sosial Kota Palangkaraya yang beralamat di
Jl.Ir. Soekarno komplek Pemerintah Kota Palangkaraya.

3. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai
pengumpulan data. Prosedur yang di pakai dalam pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yaitu sebabagi berikut :
1) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan, dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Peneliti datang langsung ke lokasi penelitian yaitu di
Dinas Sosial kota Palangkaraya.
2) Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Teknik yang digunakan
adalah wawancara terstruktur dengan maksud agar narasumber dapat
menjawab pertanyaan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
3) Dokumentasi
Dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus menambah
keakuratan, kebenaran atau informasi yang didapatkan di lapangan.

4. Sumber Data
Jenis sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari keterangan langsung informan yang ditunjuk oleh
penulis. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari keterangan langsung oleh
peneliti melalui wawancara.

5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan data kualitatif yang merupakan
sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan
tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Menurut Muhammad
Idrus, teknis analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:

1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan- catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus
sejalan pelaksanaan tertulis dari lapangan. Proses reduksi data akan terus
berlangsung hingga laporan akhir penelitian lengkap dapat tersusun dengan
benar.
2) Penyajian Data
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah penyajian
data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati
penyajian data ini, peneliti akan lebih memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya
atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam
temuan tersebut.
3) Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan
kesimpulan, yaitu sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan
melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan.
Kemudian penarikan kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data
yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami
dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

1. Apa saja yang menjadi syarat penerima bantuan pkh ?


Memiliki anak SD/MI atau sederajat, memiliki anam SMP/MTs atau sederajat.
Memiliki anak-anak SMA/MA atau sederajat. PKH juga diberikan kepada
keluarga dengan anak usia 6 sampai dengan 21 tahun yang belum
menyelesaikan wajib belajar 12 tahun, yang nantinya di sinkronisasikan ke app
“SIENJI”.
2. Bagaimana peran Dinas Sosial dalam mengatasi masalah kemiskinan?
Peran Dinas Sosial sangat
penting dalam mengentaskan kemiskinan, melalui program-
program yang telah di buat oleh Dinas
Sosial bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan yang ada,
dan memberikan pelayanan yang optimal adalah kewajiban
pemerintah agar permasalahan kemiskinan tersebut dapat
berkurang.
3. Permasalahan apa saja yang muncul selama PKH dijalankan di
palangkaraya
hingga saat ini?
“Permasalahan terdapat pada sinkronisasi data ktp yg sering kali tidak
dapat ditemukan saat di entri ke sistem sienji”
4. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Sosial untuk
mengatasi masalah tersebut? Apakah strategi tersebut cukup efektif?
“dengan sering dilakukan nya sosialisasi dan diskusi terhadap warga yg
bekerja sama dengan rt dan rw serta tokoh lain nya yang ada di daerah
tersebut.
5. Apakah PKH telah mampu membantu mengurangi tingkat kemiskinan di
Palangkaraya ?
“Sejauh ini iya akan tetapi Dinas Sosial kota Palangka Raya juga terus
mengupayakan untuk melakukan dan mendata warga yang membutuhkan
bantuan PKH agar bantuan ini dapar tersalurkan tepat sasaran”
6. Dalam menargetkan siapa yang akan mendapat bantuan PKH apakah BDT
mempengaruhi?
“Iya tentu nya sesuai yang tadi dijelaskan terkait ktp yang belum
tersinkronisasi dengan data pusat, maka dari itu Dinas Sosial kota Palangka
Raya juga terus menghimbau kepada seluruh warga kota Palangka Raya
untuk membenahi data KTP calon penerima bantuan di Disdukcapil”
7. Bagaiamana model pengawasan pelaksanaan PKH?
8. Apakah Dinas Sosial mengalami beberapa masalah dalam implementasi
PKH?
9. Bagaimana cara mengatasi masalah pengaduan adanya penyaluran PKH
yang tidak tepat sasaran? Dan bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Dinas Sosial palangkaraya dalam menjalankan program
bantuan sosial PKH?
10. Bagaimana penanganan masalah tidak tepat sasaran mengenai penyaluran
PKH ini?
BAB V

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai