Keberadaan virus ini setidaknya memberi dampak pada tiga hal meliputi
melemahnya roda ekonomi, ancaman kesehatan dan menurunnya daya beli
masyarakat (peningkatan pengangguran dan kemiskinan). Dilansir dari tirto.id,
pandemic Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap perekonomian
Indonesia yang secara tidak angsung turut mempengaruhi naiknya angka
pengangguran. Bappenas memperkirakan tingkat pengangguran terbuka pada
tahun 2020 mencapai 8,1% hingga 9,2% dan angka pengangguran diperkirakan
naik 4 hingga 5,5 juta orang. Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk miskin
juga menjadi sorotan. Dikutip dari Kompas.com, Bappenas memperkirakan
akan terjadi pertumbuhan tingkat kemiskinan menjadi 10,63% akibat pandemi
Covid-19. Total penduduk miskin diproyeksi mengalami peningkatan dari
24,79 juta orang menjadi 28,7 juta orang. (Kompas.com. 22/6).
Melihat hal ini, khususnya dalam merespon peningkatan pengangguran dan
kemiskinan, pemerintah mengeluarkan progam Jaring Pengaman Sosial yang
meliputi program-program berikut :1) Peningkatan dan perluasan PKH; 2)
Peningkatan dan perluasan Kartu Sembako; 3) Penambahan dan Fleksibilitas
Kartu Pra-kerja; 4) Pembebasan tagihan listrik; dan 5) Tambahan bantuan
subsidi selisih bunga. Selain program-program yang telah disebutkan diatas
juga terdapat program lain dalam lingkup program jaring pengaman sosial
Covid-19 sepeti Bantuan Sosial Tunai (BST) yang bersumber dari Kemensos
dan juga Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau kemudian dapat disingkat BLT-
Dana Desa merupakan bantuan untuk penduduk miskin yang bersumber dari
Dana Desa. Program BLT-Dana Desa ini menjadi salah satu program prioritas
penggunaan Dana Desa Tahun 2020 yang ditetapkan melalui Permendesa
PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang perubahan atas Permendesa PDTT Nomor
11 Tahun 2019 mengatur tentang perubahan prioritas penggunaan dana desa
Tahun 2020. Berdasarkan peraturan ini, Dana Desa Tahun 2020 diprioritaskan
untuk : 1) pencegahan dan penanganan Covid-19; 2) Padat Karya Tunai Desa;
dan 3) Bantuan Langsung Tunai Desa. Tahun 2020 anggaran Dana Desa
ditetapkan sebesar Rp. 72 triliun. Alokasi untuk BLT- Dana Desa sendiri
5
ditetapkan sebesar 20-30 persen dari total dana desa yang diterima oleh setiap
desa.
Dikeluarkannya kebijakan Bantuan Langsung Tunai ini mendapat respon
yang bermacam-macam. Refocusing prioritas penggunaan dana desa ini oleh
beberapa pihak dianggap menggeser kepentingan orang banyak seperti
pembangunan jalan, jembatan, dan pembangunan fisik lainnya. Sedangkan BLT
Dana Desa hanya spesifik ditujukan untuk sekelompok warga. Aturan ini
dianggap tidak adil karena hanya ditujukan kepada keluarga miskin sedangkan
kelompok keluarga lain juga terdampak seperti pengusaha kecil yang usahanya
terhenti.
Disisi lain, sebagian besar desa justru mendukung adanya kebijakan BLT
Dana Desa ini. BLT Dana Desa dianggap sebagai kebijakan yang tepat dalam
kondisi darurat Covid-19 ini. Selain itu juga BLT Dana Desa ini menjadi
bantalan terakhir bagi masyarakat yang tidak mendapat bantuan sosial
sebelumnya.
Program BLT Dana Desa ini menjadi program yang bagus sebab dana akan
langsung disalurkan ke desa, kerena biasanya program-program bantuan sosial
diberikan secara top-down dan dalam perjalannya menuju penerima akan
mengalami banyak distorsi. Program BLT Dana Des aini tentu akan mengurangi
banyak distorsi yang terjadi karena dana disalurkan secara langsung ke desa.
Tantangan terbesar dalam pelaksanaan BLT Dana Desa ini adalah
pendataan KPM. Pemerintah Desa melalui perwakilan masing-masing RT
melakukan pendataan calon KPM, yang kemudian disampaikan pada Musdus
sebelum kemudian dipaparkan pada forum Musdessus. Pada Musdessus data
tersebut masih harus melalui proses yang panjang, sampai akhirnya diputuskan
calon KPM yang memenuhi kriteria. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di desa
bersangkutan
6
Seperti dijelaskan diatas bahwa program bantuan sosial ini menjadi satu-
satunya program bantuan sosial yang pengelolaannya secara keseluruhan
dilakukan oleh Pemerintah Desa. Hal ini tentu juga menjadi tantangan baru bagi
pemerintah desa terkait. Kapasitas pemerintah diuji apakah Pemerintah Desa
dapat mengelola program ini dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik dan merasa perlu untuk
mengetahui Implementasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa
Sokawera Kecamatan Cilongok.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
khususnya tentang implementasi kebijakan terhadap kajian Administrasi
Publik dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
saran kepada stakeholder terkait dari Pemerintah Desa hingga pemerintah
diatasnya dalam implementasi program khususnya program bantuan sosial.
8
Mengetahui,
Ketua Komisi TA