Anda di halaman 1dari 8

1

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI


KEPADA KOMISI TUGAS AKHIR (KTA)

Nama : Rizki Mita Utami


NIM : F1B017037
Judul : Implementasi Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD)
pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Sokawera Kecamatan
Cilongok Kabupaten Banyumas

Kaitan Judul/Tema Dengan Kebijakan Publik dan/Atau Manajemen Publik:


Judul yang saya ajukan berkaitan dengan kebijakan publik yang dalam hal
ini adalah Implementasi Kebijakan. Implementasi merupakan salah satu tahapan
dari serangkaian proses atau siklus suatu kebijakan. Siklus suatu kebijakan itu
sendiri terdiri dari agenda setting, formulasi kebijakan, implementasi, dan evaluasi
kebijakan dan penyempurnaan.
Konsep dan/Atau Teori Utama yang Digunakan Dalam Penelitian, dan
Kebaruan Penelitian yang Dilakukan
- Konsep
Dalam kamus Webster, secara lexicografis merumuskan bahwa
istilah to implement (mengimplementasikan) berarti to provide for carrying
out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical
effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Menurut
pengertian ini maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu
proses melaksanakan keputusan kebijakan.
Van Meter dan Van Hom (1975) menyebutkan bahwa proses
implementasi merupakan Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan.
Proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut badan-
badan administrative yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program
2

dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula


menyangkut jaringan-jaringan politik, ekonomi dan sosial yang langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang
telibat.
- Teori
Teori yang adakan digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Implementasi Kebijakan menurut Merilee S. Grindle (1980). Grindle (1980)
menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua
variable besar yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan
implementasi (context of implementation). Variabel isi kebijakan mencakup
beberapa hal yaitu : kepentingan kelompok sasaran, tipe manfaat, derajat
perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksanaan
program dan sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan variabel lingkungan
implementasi meliputi : kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang
terlibat, karakteristik Lembaga dan penguasa serta kepatuhan dan daya
tanggap.

Kebaruan dari penerlitian yang akan dilakukan ini adalah jika


penelitian sebelumnya yang dipublikasikan SMERU yang berjudul
“Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa untuk Menangani Dampak Pandemi
Covid-19: Cerita Dari Desa” hanya menjabarkan terkait respons desa
dengan adanya program BLT-Dana Desa ini. Sedangkan, penelitian yang
akan dilakukan ini akan mengkaji lebih lanjut mengenai keberhasilan
implementasi kebijakan BLT-Dana Desa sesuai dengan teori keberhasilan
Implementasi menurut Grindle.

A. Latar Belakang Masalah


Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system
3

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah No.


43 Tahun 2015). Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, setiap
desa diharapkan untuk mampu mewujudkan desa yang mandiri yang mana : 1)
Desa tidak hanya sekadar objek penerima manfaat, namun juga sebagai subjek
pemberi manfaat bagi warga masyarakat setempat; 2) Desa mempunyai rasa
kebersamaan dan gerakan untuk mengembangkan asset local sebagai sumber
penghidupan dan kehidupan bagi warga masyarakat; dan 3) desa mempunyai
kemampuan menghasilka dan mencukupi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat setempat seperti pangan, energi, layanan dasar, dan lain-lain. Hal
ini sejalan dengan konsep yang dicanangkan oleh pemerintah pusat untuk
membangun Indonesia dari desa.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah pusat menggelontorkan dana
dengan jumlah cukup besar untuk setiap desa yang kemudian dikenal dengan
dana desa. Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 bahwa Dana Desa merupakan
dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dna belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Tahun 2020 menjadi tahun yang berat. Kemunculan kasus virus Covid-19
yang pada awalnya muncul di Kota Wuhan, China yang kemudian menyebar
hampir di seluruh negara di dunia. Setiap negara berjuang untuk melawan virus
ini yang sampai sekarang belum ditemukan vaksinnya. Tak terkecuali
Pemerintah Indonesia. Virus Covid-19 pertama kali di Indonesia dikonfirmasi
pada awal Maret 2020 dan terus mengalami kenaikan hingga kini per 28
September, kasus positif Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 275
ribu kasus. Upaya-upaya Pemerintah terus dilakukan untuk mencegah
penyebaran virus ini, mulai dari anjuran untuk tetap berada dirumah (belajar,
bekerja, dan beribadah dari rumah), sampai kepada diberlakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah di Indonesia.
4

Keberadaan virus ini setidaknya memberi dampak pada tiga hal meliputi
melemahnya roda ekonomi, ancaman kesehatan dan menurunnya daya beli
masyarakat (peningkatan pengangguran dan kemiskinan). Dilansir dari tirto.id,
pandemic Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap perekonomian
Indonesia yang secara tidak angsung turut mempengaruhi naiknya angka
pengangguran. Bappenas memperkirakan tingkat pengangguran terbuka pada
tahun 2020 mencapai 8,1% hingga 9,2% dan angka pengangguran diperkirakan
naik 4 hingga 5,5 juta orang. Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk miskin
juga menjadi sorotan. Dikutip dari Kompas.com, Bappenas memperkirakan
akan terjadi pertumbuhan tingkat kemiskinan menjadi 10,63% akibat pandemi
Covid-19. Total penduduk miskin diproyeksi mengalami peningkatan dari
24,79 juta orang menjadi 28,7 juta orang. (Kompas.com. 22/6).
Melihat hal ini, khususnya dalam merespon peningkatan pengangguran dan
kemiskinan, pemerintah mengeluarkan progam Jaring Pengaman Sosial yang
meliputi program-program berikut :1) Peningkatan dan perluasan PKH; 2)
Peningkatan dan perluasan Kartu Sembako; 3) Penambahan dan Fleksibilitas
Kartu Pra-kerja; 4) Pembebasan tagihan listrik; dan 5) Tambahan bantuan
subsidi selisih bunga. Selain program-program yang telah disebutkan diatas
juga terdapat program lain dalam lingkup program jaring pengaman sosial
Covid-19 sepeti Bantuan Sosial Tunai (BST) yang bersumber dari Kemensos
dan juga Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa atau kemudian dapat disingkat BLT-
Dana Desa merupakan bantuan untuk penduduk miskin yang bersumber dari
Dana Desa. Program BLT-Dana Desa ini menjadi salah satu program prioritas
penggunaan Dana Desa Tahun 2020 yang ditetapkan melalui Permendesa
PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang perubahan atas Permendesa PDTT Nomor
11 Tahun 2019 mengatur tentang perubahan prioritas penggunaan dana desa
Tahun 2020. Berdasarkan peraturan ini, Dana Desa Tahun 2020 diprioritaskan
untuk : 1) pencegahan dan penanganan Covid-19; 2) Padat Karya Tunai Desa;
dan 3) Bantuan Langsung Tunai Desa. Tahun 2020 anggaran Dana Desa
ditetapkan sebesar Rp. 72 triliun. Alokasi untuk BLT- Dana Desa sendiri
5

ditetapkan sebesar 20-30 persen dari total dana desa yang diterima oleh setiap
desa.
Dikeluarkannya kebijakan Bantuan Langsung Tunai ini mendapat respon
yang bermacam-macam. Refocusing prioritas penggunaan dana desa ini oleh
beberapa pihak dianggap menggeser kepentingan orang banyak seperti
pembangunan jalan, jembatan, dan pembangunan fisik lainnya. Sedangkan BLT
Dana Desa hanya spesifik ditujukan untuk sekelompok warga. Aturan ini
dianggap tidak adil karena hanya ditujukan kepada keluarga miskin sedangkan
kelompok keluarga lain juga terdampak seperti pengusaha kecil yang usahanya
terhenti.
Disisi lain, sebagian besar desa justru mendukung adanya kebijakan BLT
Dana Desa ini. BLT Dana Desa dianggap sebagai kebijakan yang tepat dalam
kondisi darurat Covid-19 ini. Selain itu juga BLT Dana Desa ini menjadi
bantalan terakhir bagi masyarakat yang tidak mendapat bantuan sosial
sebelumnya.
Program BLT Dana Desa ini menjadi program yang bagus sebab dana akan
langsung disalurkan ke desa, kerena biasanya program-program bantuan sosial
diberikan secara top-down dan dalam perjalannya menuju penerima akan
mengalami banyak distorsi. Program BLT Dana Des aini tentu akan mengurangi
banyak distorsi yang terjadi karena dana disalurkan secara langsung ke desa.
Tantangan terbesar dalam pelaksanaan BLT Dana Desa ini adalah
pendataan KPM. Pemerintah Desa melalui perwakilan masing-masing RT
melakukan pendataan calon KPM, yang kemudian disampaikan pada Musdus
sebelum kemudian dipaparkan pada forum Musdessus. Pada Musdessus data
tersebut masih harus melalui proses yang panjang, sampai akhirnya diputuskan
calon KPM yang memenuhi kriteria. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di desa
bersangkutan
6

2. Bukan penerima program bantuan lain seperti Program Keluarga


Harapan (PKH), Kartu Sembako, Kartu Prakerja dan Bantuan Sosial
Tunai (BST).
3. Kehilangan mata pencaharian.
4. Mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit/memiliki penyakit
kronis.
Program BLT Dana Desa ini akan disalurkan pada 74.954 desa di seluruh
Indonesia dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 31,8 triliun. Namun, jumlah ini
per 6 Agustus 2020 baru terealisasi sebesar Rp. 9 triliun atau 28,3% dari total
alokasi anggaran. Besaran BLT Dana Desa yang diterima oleh KPM adalah Rp.
600.000 per bulan selama tiga bulan pertama dan Rp. 300.000 per bulan untuk
bulan keempat sampai bulan keenam.
Desa Sokawera menjadi salah satu desa yang melaksanakan program BLT
Dana Desa ini. Desa Sokawera merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Desa
Sokawera memiliki luas wilayah kurang lebih 100,8 hektare yang terbagi
menjadi 3 dusun yaitu Kadus 1, Kadus 2 dan Kadus 3. Jumlah Penduduk di
Desa Sokawera adalah 8.594 penduduk, dengan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 4.422 orang dan penduduk perempuan sebesar 4.172 orang. Mayoritas
mata pencaharian penduduk di Desa Sokawera adalah penderes atau petani nira.
Adanya Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa tentu
disambut baik bagi sebagian masyarakat Desa Sokawera apalagi yang belum
mendapatkan bantuan sosial lainnya. Dalam pelaksanaannya, program ini juga
tidak terjadi tanpa kendala. Selain kendala yang disebutkan tadi bahwa jumlah
calon KPM yang memungkinkan untuk memperoleh BLT lebih besar
dibandingkan jumlah alokasi dana yang tersedia, kesulitan lain yang terjadi
adalah bahwa data penerima bantuan sosial lain seperti PKH yang tidak dikelola
oleh Desa karena penerima PKH dikelola langsung dari Pemerintah Pusat
kepada penerima PKH tersebut. Belum lagi tumpang tindih data penerima
bantuan sosial lain yang muncul sehingga Pemerintah Desa perlu melakukan
verifikasi data berkali-kali.
7

Seperti dijelaskan diatas bahwa program bantuan sosial ini menjadi satu-
satunya program bantuan sosial yang pengelolaannya secara keseluruhan
dilakukan oleh Pemerintah Desa. Hal ini tentu juga menjadi tantangan baru bagi
pemerintah desa terkait. Kapasitas pemerintah diuji apakah Pemerintah Desa
dapat mengelola program ini dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik dan merasa perlu untuk
mengetahui Implementasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa
Sokawera Kecamatan Cilongok.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
ini yaitu “Bagaimana Implementasi Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa di
Desa Sokawera Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas?”
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara umum bertujuan
untuk mengetahui implementasi Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa di Desa
Sokawera Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
khususnya tentang implementasi kebijakan terhadap kajian Administrasi
Publik dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
saran kepada stakeholder terkait dari Pemerintah Desa hingga pemerintah
diatasnya dalam implementasi program khususnya program bantuan sosial.
8

Purwokerto, 28 September 2020

Mengetahui,

Ketua Komisi TA

Dr. Bambang Tri H., M.Si


NIP. 19611205 198702 1 001

Anggota Komisi TA Anggota Komisi TA

Dr. Slamet Rosyadi, M.Si Drs. M. Imron, M.Si


NIP. 19720704 199702 1 001 NIP. 19660528 199203 1 001

Catatan Komisi Tugas Akhir:


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai