Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ORGANISASI MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


(JARINGAN PENGAMAN SOSIAL (JPS) DALAM KRISIS COVID-19)

NAMA :Meiviza Sativa


NIM :1590120042

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes) MUHAMMADIYAH
ACEH TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Maslah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Jaringan pengaman sosial (JPS) dalam krisis pandemi covid-19......... 3


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corona virus disease (COVID-19) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh coronavirus 2 (SARS-CoV-2), terindentifikasi pada akhir

tahun 2019 di kota Wuhan, China. World Health Organization (WHO)

mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020

setelah lebih dari 118.000 kasus di 114 negara, dan 4.291 orang meninggal

dunia (World Health Organization, 2020). Data yang dilaporkan kepada WHO

per 10 November 2021 yaitu sebanyak 250.715.502 kasus COVID-19 dengan

diagnosa, termasuk 5.062.106 kematian (World Health Organization, 2021).

Penambahan kasus COVID-19 pada bulan Maret 2020 sampai dengan

November 2021 membuktikan bahwa COVID-19 menular dengan mudah dan

cepat.

Peningkatan kasus COVID-19 secara cepat memengaruhi tatanan

kesehatan secara global dan penyediaan layanan kesehatan. Pandemi COVID-

19 menyebabkan pembatasan pelayanan hampir di seluruh pelayanan

kesehatan. Pembatasan layanan yang terjadi mengakibatkan terganggunya

akses layanan penting bagi kesehatan ibu dan bayi antara lain konseling

menyusui, kontak ibu dengan bayi dan kunjungan rumah (Lubbe et al., 2020;

Renfrew et al., 2020).

Pandemi COVID-19 di Indonesia juga telah berujung pada krisis sosial-

ekonomi yang dampaknya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,

1
2

terutama kelompok 40% masyarakat dengan tingkat kesejahteraan terendah.

Untuk menangani krisis tersebut, pemerintah telah menerapkan program-

program jaring pengaman sosial (JPS) yang mencakup, antara lain, bantuan

sosial, percepatan pelaksanaan Kartu Prakerja, dan pemotongan tagihan listrik.

Agar program JPS ini menyasar seluruh kelompok yang paling terdampak

pandemi COVID-19 dan mencapai tujuan yang diharapkan (Yumna et al.,

2020).

Program JPS yang diterapkan pemerintah Indonesia serupa dengan

kebijakan pada saat krisis 1997-1998. Beberapa program yang telah

diluncurkan di antaranya adalah Program Keluarga Harapan (PKH), BLT,

kartu sembako, Kartu Prakerja, diskon tarif listrik, serta keringanan

pembayaran kredit untuk sektor informal (Kementrian PPN, 2020).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana jaringan pengalam sosial (JPS) dalam krisis covid-19?


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Jaring Pengaman Sosial (JPS) dalam Krisis covid-19

1. Pengertian JPS

Jaring Pengaman Sosial (JPS) merupakan suatu Program yang

ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja bagi pekerja terdampak

pandemi Covid-19, baik yang ter-PHK maupun dirumahkan, melalui

program padat karya di pedesaan serta mendukung Sustainable

Development Goals (SDGs) di Indonesia Program TKM dimaksudkan

untuk penciptaan wirausaha dari masyarakat. Tujuan dari JPS adalah untuk

menciptakan stabilitas masyarakat yang lebih baik (Kementrian Sosial,

2020).

Program JPS adalah program yang dirancang untuk membantu

rakyat miskin yang terkena dampak akibat krisis ekonomi dan

dilaksanakan melalui tahapan penyelamatan dan pemulihan menuju pada

kondisi yang normal.

Program transfer non-iuran berusaha untuk mencegah orang

miskin atau mereka yang rentan terhadap guncangan dan kemiskinan jatuh

di bawah tertentu kemiskinan tingkat (Nurlela, 2010).

2. Prinsip Dasar JPS

a. Trasparansi

b. Cepat penyampaiannya

3
4

c. Langsung & tepat kepada sasaran penerimaan manfaat

d. Dapat dipertanggungjawabkan

e. Partisipatif serta potensial untuk berkelanjutan

3. Arah kebijakan JPS antara lain:

a. Ketahanan pangan

b. Pendidikan

c. Kesehatan

d. Penciptaan lapangan kerja produktif

e. Pemberdayaan masyarakat

4. Pelaksanaan dan alokasi dana JPS

a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM

Pedesaan)

b. Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin)

c. Pendidikan

d. Kesehatan

e. Bantuan langsung Tunai (BLT)

f. Program Keluarga Harapan (PKH)

g. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

5. Tim Pengendali & Evaluasi JPS

a. Manajemen keluhan (complaint management)

b. Manajemen kampanye (campaign management)

c. Evaluasi JPS

d. Rekomendasi JPS
5

6. Permasalahan Penerapan JPS

a. Tingkat individu

1) Pemahaman pelaku tentang safeguarding masih minim. Umumnya

baru sebatas pemahaman safeguarding di program JPS.

2) Kesungguhan pelaku untuk menerapkan mekanisme safeguarding

dalam program pembangunan daerah masih minim.

b. Tingkat kelembagaan(entitas)

1) Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi (infrastruktur)

belum didayagunakan dalam interaksi antar pelaku.

2) Belum meratanya kapasitas sumber daya manusia dalam rangka

safeguarding program pembangunan daerah.

c. Tingkat sistem

1) Belum ada produk kebijakan atau peraturan perundangan yang

khusus dibuat untuk mendukung penerapan mekanisme

safeguarding.

2) Hubungan antar institusi/organisasi belum terbangun dengan baik,

dan forum yang mengakomodasi kebutuhan tersebut belum

terselenggara.

3) Kemampuan keuangan daerah tidak merata sehingga dukungan

terhadap program penerapan safeguarding beragam antar daerah.

7. Strategi mengatasi Hambatan JPS

a. Strategi Mengatasi Permasalah dlm Penerapan JPS

1) Hubungan negara dan masyarakat


6

2) Legitimasi pemerintah

3) Tipe rezim yang berkuasa

4) Elit politik dan Massa

b. Kerangka Pendekatan Mewujudkan Safeguarding

1) Landasan filosofis

2) Semua pihak yang berkepentingan

3) Rumusan rencana aksi dan penerapan mekanisme safeguarding

4) Secara teknis operasional dilaksanakan oleh lembaga-lembaga

pemerintah (eksekutif dan DPRD) dan non-pemerintah

5) Tidak selalu membuat kelembagaan baru

6) Bersifat komplementer

c. Peran masing-masing pelaku

1) Eksekutif

2) DPRD

3) Kelompok Mediasi (LSM, Perguruan Tinggi, dunia usaha, pers)

8. Agar program JPS dengan tepat menyasar kelompok yang paling

terdampak pandemi dan mencapai tujuan yang diharapkan, pemerintah

perlu mengambil langkah-langkah berikut.

a. Mendata Sasaran dan Menyalurkan Bantuan Sosial dengan Mekanisme

yang Tepat Agar sejalan dengan kebijakan pembatasan fisik, pendataan

penerima bantuan sosial perlu dilakukan melalui Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS), serta perusahaan transportasi berbasis

aplikasi dan registrasi mandiri bagi pekerja di sektor informal.


7

Mekanisme penyaluran bantuan perlu dibedakan antara kelompok

perkotaan dan perdesaan karena keduanya memiliki tingkat literasi

digital berbeda. Pemerintah dapat menyalurkan bantuan sosial melalui

perusahaan teknologi finansial (LinkAja, Gopay, dan OVO) dan

minimarket untuk kelompok perkotaan, dan melalui transfer bank atau

Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif

(Laku Pandai) untuk kelompok perdesaan.

b. Menyesuaikan Pelatihan Kartu Prakerja dengan Kebutuhan Prioritas

Dengan mempertimbangkan urgensi di tengah pandemi COVID-19,

pelatihan Kartu Prakerja perlu diberikan terutama kepada tenaga

kesehatan (perawat, bidan, tenaga sanitarian, dan petugas gizi) yang

berstatus non-PNS, tenaga relawan kesehatan, pelaku UMK yang

beralih usaha ke produksi alat pelindungan diri (APD), dan penduduk

yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Tujuan dan materi

pelatihan harus disesuaikan dengan sasaran pelatihan. Misalnya,

pelatihan bagi tenaga kesehatan perlu didesain untuk bisa

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan medis mereka, terutama

terkait dengan penanganan pasien COVID-19 dan penguatan upaya

preventif dan promotif dalam masyarakat. Agar cakupan sasaran

program dapat diperluas, insentif bagi peserta pelatihan perlu

dikurangi.

c. Memperluas Cakupan Penerima Bantuan Listrik, serta Mengubah

Skema dan Nama Bantuan Pemerintah perlu memasukkan semua


8

pelanggan dari kelompok menengah-bawah, yaitu golongan rumah

tangga (R-1), industri (I-1), dan bisnis (B-1) dengan batasan daya

hingga 900VA, ke dalam cakupan penerima bantuan. Untuk

menghindari potensi pemborosan listrik oleh penerima bantuan,

pemerintah perlu mengubah skema bantuan menjadi pemotongan

tagihan listrik dalam jumlah yang ditentukan. Untuk listrik pascabayar,

tagihan listrik dipotong sebesar jumlah bantuan. Untuk listrik prabayar,

bantuan berupa saldo listrik dalam jumlah tertentu. Nama bantuan juga

perlu diubah menjadi subsidi listrik sementara (SLS) untuk

menghindari mispersepsi masyarakat.

d. Menjamin Keberlangsungan Usaha Pelaku UMK yang Terdampak

Pandemi Selain program-program JPS di atas, SMERU

merekomendasikan agar pemerintah menyasar UMK karena mereka

juga merupakan salah satu kelompok yang paling terdampak pandemi.

Karena basis data tunggal (BDT) UMK belum tersedia, pemerintah

bisa menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan/atau data

dari platform perdagangan elektronik (e-commerce), seperti Gojek

Indonesia, Grab Indonesia, Shopee Indonesia, dan Tokopedia, untuk

menentukan UMK sasaran. Bantuan bagi UMK bisa berupa

1) pengurangan potongan yang harus dibayarkan kepada platform e-

commerce.

2) perluasan akses terhadap pinjaman usaha dan pengurangan cicilan

pembayaran pinjaman
9

3) pengurangan tagihan listrik

4) penyediaan pasokan bahan baku produksi

5) perluasan insentif pajak di sektor yang dibidangi UMK, dan

6) penyusunan aturan yang jelas terkait tenggat pembayaran kontrak

oleh perusahaan menengah dan besar kepada UMK. Bantuan-

bantuan ini diharapkan dapat menghindarkan UMK dari

kebangkrutan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa pandemi telah membawa banyak perubahan di semua sektor

kehidupan. Krisis ekonomi dan sosial membuat pemerintah menerapkan

program-program jaring pengaman sosial (JPS) yang mencakup, antara lain,

bantuan sosial, percepatan pelaksanaan Kartu Prakerja, dan pemotongan

tagihan listrik. Agar program JPS ini menyasar seluruh kelompok yang paling

terdampak pandemi COVID-19 dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dari program JPS adalah untuk menbuat kondisi masyarakat yang

lebih stabil, walaupun dalam pelaksanaannya memang masih banyak

keterbatasan dan hambatan yang dialami.

B. Saran

Krisis sosial-ekonomi akibat pandemi COVID-19 harus ditangani

secara holistis, mulai dari penentuan sasaran bantuan, penyusunan mekanisme

pendataan sasaran, hingga penyaluran bantuan. Krisis kesehatan yang

berujung pada krisis sosial-ekonomi saat ini sejatinya merupakan momentum

bagi pemerintah untuk membenahi sistem pendataan program bantuan agar

bisa digunakan dengan tepat baik dalam situasi normal maupun saat terjadi

guncangan. Krisis ini juga selayaknya menjadi momentum bagi pemerintah

untuk sekali lagi memperkuat sistem perlindungan sosial bagi seluruh

masyarakat Indonesia agar mereka memiliki mekanisme ketahanan yang lebih

kuat dalam menghadapi guncangan atau krisis apa pun.

10
DAFTAR PUSRAKA

KementrianPPN. 2020. Pandemi COVID-19 Jadi Momentum untuk Memperkuat


Jaring Pengaman Sosial Indonesia. https://www.ksi-indonesia.org
/id/wawasan/detail/1279-pandemi-covid-19-jadi-momentum-untuk-
memperkuat-jaring-pengaman-sosial-indonesia

Kementrian Sosial. (2020). Program pengaman jaringan sosial.


https://kemensos.go.id/program-jaring-pengaman-sosial-kementerian-
sosial

Lubbe, W., Botha, E., Niela-Vilen, H., Reimers, P., 2020. Breastfeeding during
the COVID-19 pandemic – a literature review for clinical practice. Int
Breastfeed J 15, 82. https://doi.org/10.1186/s13006-020-00319-3

Yumna, Athia at al., (2020). Jaring Pengaman Sosial Dalam Krisis Covid-19: Apa
Yang Saat Ini Perlu Dilakukan Oleh Pemerintah. Smeru.or.id.

World Health Organization, 2020a. WHO Director-General’s opening remarks at


the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020 [WWW Document].
World Health Organization. URL https://www.who.int/director-
general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-
media-briefing-on-covid-19---11-march-2020 (accessed 11.11.21).

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405899/pendidikan/EKORA+-+JPS.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai