Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN”K”

DENGAN IMUNISASI TIDAK LENGKAP DI DUSUN MASSANGANG


DESA BONTO MATE’NE KEC.MARUSU KAB.MAROS
TANGGAL 31 S.D 02 APRIL 2022

OLEH:

MITA PERMATASARI 02.19.017


NURUL FAUZANIAH 02.19.018
RISMAWATI. B 02.19.019
NURUL AMALIA FITRI 02.19.020
KARMILA 02.19.021
KURNIA 02.19.022
NADYA 02.10.023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALEWANGANG MAROS


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya program PKN di Dusun Bonto Biraeng, Desa Bonto
Mate’ne, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros. Dapat terselesaikan dengan
baik dan sekaligus menyelesaikan laporan ini pada waktunya.
Laporan ini disusun berdasarkan PKN yang dilaksanakan selama 2
minggu efektif di Dusun Bonto Biraeng, Desa Bonto Matene, Kecamatan
Marusu, Kabupaten Maros.
Kami telah berupaya semaksimalnya namun keterbatasan kami, laporan
ini masih kurang sempuran. oleh karena, itu dapat diharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermaanfaat bagi pembaca.

Maros, 2 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................2
C. Tujuan.................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................4
A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas...................4
B. Konsep Manajemen Asuhan Keluarga ..............................7
BAB III TINAUAN KASUS........................................................18
BAB IV PEMBAHASAN KASUS..............................................32
BAB V PENUTUP.......................................................................33
A. Kesimpulan......................................................................... 33
B. Saran....................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................34
LAMPIRAN.................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari
penyakit. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai system memori daya
ingat, ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka dibentuk antibody
untuk melawan vaksin tersebut dan system memori akan menyimpan
sebagai pengalaman (Butar Butar, 2018). Penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu Tubercolosis, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia Menighitis, Polio Dan
Campak.
Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan pada
anak sebelum berusia satu tahun yang terdiri dari imunisasi HB 0,
imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi polio, imunisasi
IPV dan imunisasi campak (Kemenkes RI, 2018). Imunisasi dasar
lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit kecacatan dan
kematian.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencengah penyakit dan kematian
bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit
(Kusumawati, 2017). Tujuan umum program imunisasi dasar adalah
turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi akibat PD3I
sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah
tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (Sarri, 2018).

1
Menurut WHO (World Health Organitation) sekitar 1994 negara
maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin
pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan tingkat gizi dan
lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi pada semua
bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan
mencegah penyebaran ke anak sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Apakah Asuhan Kebidanan yang diberikan pada anak keluarga
Tn “K” dengan imunisasi tidak lengkap?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, di harapkan
mampu melaksanakan asuhan kebidanan komunitas secara
komprehensif.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik kebidanan komunitas dapat:
a. Melakukan pengkajian kepada keluarga Tn. “K” kususnya
tentang Imunisasi
b. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada
keluarga Tn. “K”
c. Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada
keluarga Tn. “K”
d. Menentukan antisipasi masalah
e. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
f. Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan

2
D. Manfaat
Dalam laporan kebidanan komunitas ini penulis berharap dapat
bermanfaat bagi:
1. Keluarga
Diharapkan dapat mengurangi kecemasan keluarga tentang
keluhan yang dialami selama masalah itu terjadi
2. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori
yang diperoleh di akademik dengan praktek – praktek yang
dihadapkan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
1. Pengertian Kebidanan Komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut
pandang yang berbeda. WHO (1974) mendefinisikan komunitas
sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta dan saling
mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya.
Sedangkan Spradly (1985) mendefinisikan komunitas sebagai
sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman yang penting di
dalam hidupnya.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok risiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat Kesehatan
yang optimal melalui pencengahan penyakit, peningkatan
Kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan Kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dan pelayanan kebidanan (Sparadly, 1985
;Logan dan Dawkin, 1987).
Pelayanan kebidanan pada komunitas juga merupakan tindak
lanjut dari pelayanan kebidanan yang diberikan dalam institusi
pelayanan Kesehatan (RS,Klinik,dll), dalam upaya peningkatan
derajat Kesehatan Ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat. Bidan
dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang bukan hanya
bersifat individu namun juga pada kelompok. Bidan diharapkan
mampu dan siap dalam menghadapi tantangan serta hambatan dalam

4
mengatasi setiap permasalahan dengan memberikan motivasi dan
dukungan sehingga dapat dilahirkan gerakan masyarakan mandiri
yang peduli terhadap derajat kesahatan di lingkungan komunitasnya.
(Maternity et al.,2017)
2. Tujuan Kebidanan Komunitas
Tujuan umum pelayanan kebidanan pada komunitas adalah
mewujudkan derajat kesejahteraan kesehatan masyarakat yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Kesehatan Keluarga dengan membangun kemandirian
masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang terkait
dengan kebidanan di komunitasnya (Ambarwati& Rismintari,2015)
Tujuan khusus pelayanan kebidanan komunitas, antara lain ;
a. Menemukan dan mengidentifikasi setiap permasalahan
kebidanan yang ditemukan di komunitas
b. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan
kesehatan dan tokoh masyarakat, serta masyarakat
setempat
c. Menemukan alternatif solusi dari permasalahan yang
ditemukan dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksaan, serta evaluasi pelayanan
kebidanan komunitas
d. Meembimbing dan meningkatkan kemampuan individu,
keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan upaya
Kesehatan melaluipenyuluhan, edukasi, dan konseling
Kesehatan
e. Membimbing kader posyandu dalam upaya peningkatan
derajat Kesehatan dalam kebidanan komunitas
f. Melakukan pelayanan Kesehatan berupa upaya promotive
dan prefentif terkhusus dalam pelayanan kebidanan dalam
komunitas

5
g. Meningkatkan cakupan pelayanan dan mutu pelayanan
kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan
dalam komunitas.
h. Mendukung berbagai program pemerintah dalam
mengerakkan dan memberdayaka nmasyarakat untuk
menjalankan upaya-upaya yang dapat kesehatan (Bidan
dan dosen kebidanan Indonesia, 2018).
3. Sasaran kebidanan komunitas
Sasaran dalam pelayanan kebidanan komunitas adalah individu,
keluarga dan kelompok masyarakat. Keluraga merupakan suatu unit
terkecil dari masyarakat di mana dalam keluarga terdapat kepala
keluarga, ibu, dan anak dengan sasaran lebih lengkap sebagai
berikut:
a. Ibu
Meliputi pra-konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa
menyusui, masa menopause.
b. Anak
Meliputi peningkatan kesajahteraan masa janin, bayi,
balita, pra-sekolah, dan usia sekolah seperti imunisasi,
upaya pencegahan infeksi dan lain sebagainya.
c. Keluarga dan pasangan
Meliputi pendidikan pranikah, pencegahan infertilitas,
pemilihan kontrasepsi dalam pelaksanaan program
keluarga berencana, dukungan keluarga dalam masa
kehamilan, persiapan persalinan dan nifas serta perbaikan
gizi anggota keluarga (Suparmi, 2018).
d. Kelompok penduduk
Di utamakan kelompok penduduk daerah kumuh, padat
penduduk dan daerah yang tidak terjangkau atau terisolasi
dari akses pelayanan kesehatan yang memadai.

6
e. Masyarakat
Meliputi kelompok masyarakat dari satuan terkecil sampai
dengan masyarakat kompleks secara keseluruhan
(Syafrudin&Hamdah, 2009).
B. Asuhan Keluarga
1. Pengertian
a. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup Bersama dengan keterikatan aturan dan emosiolnal
dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluaraga (Friedman, 1998).
b. Pakar Konseling Keluarga adalah suatu ikatan /
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup Bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
(Sayekti, 1994).
c. Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, ayah dan
anaknya, ibu dan anaknya
Dari ketiga definisi penulis diatas menyimpulkan keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang tinggal dalam
satu atap atau rumah yang terikat dalam suatu perkawinan, atau
hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam saturumah dan dapa
tmempertahankan kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Friedman (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut ini:

7
a. Nuclear Family (Keluarga Inti) adalah keluarga yang
hanya terdiri ayah, ibu dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya
b. Extended Family (KeluargaBesar) adalah satu keluarga
yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal
dalam satu rumah dan saling satu sama lain.
c. Singgle Parent Family adalah satu keluarga yang dikepalai
satu kepala keluarga dan hidup Bersama dengan anak-anak
yang masih bergantung kepadanya.
d. Nucklear Dyed adalah keluarga yang terdiri dari pasangan
suami-istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang
sama
e. Blended Family adalah keluarga yang terbentuk dari
perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah
menikah dan membawa anak hasil perkawinan yang
terdahulu.
f. Three generation family adalah yang terdiri dari tiga
generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam
satu rumah.
g. Single adult living alone adalah bentuk keluarga yang
hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam
rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple adalah keluarga yang terdiri
dari sepasang suami-istri paruh baya.
3. Struktur Keluarga
Ada empat elemen struktur keluarga menurut Friedmen, yaitu:
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-
masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan

8
perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan
informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan
norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana
cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua
dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan
anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung Kesehatan.
4. Ciri-ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-
masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi
masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan
yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan,
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga
memilkiperan dan tanggung jawabnya masing-masing
sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggungjawab masing-masing
anggotakeluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan

9
d. Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dank has seperti halny aperan ayah
sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat
anak-anak.

C. Konsep Dasar Imunisasi


1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau
kekebalan yang spesifik/khusus yang efektif mencegah penularan
penyakit tertentu dengan cara memberikan vaksin (Kepmenkes,
2015). Imunisasi lanjutan pada balita adalah imunisasi ulangan
untuk mempertahankan kekebalan di atas ambang perlindungan atau
memperpanjang masa perlindungan yang diberikan kepada anak
dibawah 3 tahun (Nina dkk, 2013).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga kelak terpapar tidak menjadi
sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif. (Gde Ranuh,2011)
2. Tujuan Imunisasi
Pengetahuan yang tercakup dalam domain perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir mempunyai empat tingkatan yaitu:
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu dan
menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok populasi
(Gde Ranuh 2011)
b. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini

10
penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batukrejan
(pertusis), cacar (measles), polio, dan tuberkulosis (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010)
c. Agar zat kekebalan tubuh terbentuk sehingga resiko untuk
mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil
d. Menurunkan angka kejadian penyakit dan angka kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Rizema,2012).
3. Manfaat Imunisasi
a. Bagi Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Bagi Keluarga: menghilangkan kecemasan dan biaya
pengobatan bila anak sakit.
c. Bagi Negara: memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara (Marimbi, 2010)
4. Jenis-jenis Imunisasi
a. Imunisasi Pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat imonoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu
melalui plasenta) atau binatang (bisaular) yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh
yang terinfeksi (Proverawati,2010) . Imunisasi pasif adalah
pemberian antibody kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. Antibodi 14 yang diberikan ditujukan untuk upaya
pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk

11
infeksi bakteri maupun virus. Proteksi bersifat sementara
selama antibodi masih aktif didalam tubuh resipien dan
perlindungannya singkat karena tubuh tidak
membentuk .memori terhadap patogen atau antigen spesifik
(I.G.NRanuh,2011)
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian suatu bibit
penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar sistem imun
tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan meresponnya (Proverawati,2010).
Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan
dengan cara memasukkan virus yang sudah dilemahkan atau
dimatikan kedalam tubuh dengan tujuan untuk merangsang
tubuh memproduksi antibody sendiri. Imunisasi yang
diberikan kepada anak adalah:
1) BCG, untukmencegah TBC
2) DPT, mencegah penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus
3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis
4) Campak, untuk mencegah penyakit campak
5) HB, untuk mencegah penyakit hepatitis B
5. Imunisasi Dasar pada Bayi
Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah
sebagai berikut:
a. Iimunissi BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-
Guerin) yang masih hidup. Bacillus Calmette Guerin adalah

12
vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang
dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil
yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas
(I.G.N Ranuh,2011).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian imunisasi BCG dilakukan satu kali pada
bayi baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi sebaiknya
dilakukan sebelum usia 2 bulan (Marimbi, 2010).
Cara pemberian Imunisasi BCG melalui disuntikan
secara intra cutan (IC) di daerah lengan kanan atas
dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm,ukuran 26).
2) Efek Samping
Reaksi Normal Lokal: setelah dua minggu dari waktu
suntikan BCG akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah di tempat penyuntikan kemudian
menjadi luka dengan garis tengah 10 mm dan akan
sembuh sendiri dengan meninggalkan jaringan parut
(scar) dengan garis tengah 3-7 mm.
3) Kontra indikasi
Seorang anak yang sedang menderita penyakit kulit
yang berat atau menahun, sepertieksim, furunkulosis,
dan anak yang menderita TBC.
b. Imunisasi DPT (Difterri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT gunanya untuk pemberian kekebalan
secara simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus (Ditjen
PP & PL Depkes RI, 2015). Imunisasi DPT bertujuan untuk
mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
(Proverawati, 2010).
1) Cara Pemberian dan Dosis

13
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspense menjadi homogen. Disuntikkan
secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur
2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan). Di unit pelayanan
statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4minggu.
2) Efek Samping
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari, namun dalam kasus tertentu bisa
dijumpai gejala yang berat seperti demam tinggi,
kejang dan syok berat.
3) Kontra indikasi:
a) Anak yang sakit parah dan menderita penyakit
kejang demam kompleks (suhudiatas 38ºC).
b) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi
DPT sebelumnya seperti panas tinggi dengan
kejang, penurunan kesadaran dansyok.
c. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B gunanya untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B. Vaksin hepatitisB adalah vaksin virus
rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifatnon
infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula Polymorpha) menggunakan teknologi DNA
rekombinan (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015).
1) Cara Pemberian Dosis

14
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogen. Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 mlatau 1 buah HB PID,
pemberian suntikan secara intra muskuler sebaiknya
pada anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis,
dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis
berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1
bulan) (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015).
2) Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen
vaksin sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksini ni tidak boleh diberikan kepada penderita
infeksi berat yang disertaikejang (Ditjen PP & PL
DepkesRI, 2015).
3) EfekSamping Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan, dan pembekakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasaya hilang setelah 2 hari (Ditjen PP & PLDepkes
RI, 2015).
d. Imunisasi Polio
Vaksinoral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang
terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa.Imunisasi polio ini memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomyelitis (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2015).
1) Cara PemberianDosis
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah
2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu. Setiap

15
membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru. Di unit pelayanan statis polio
yang telah dibuka, hanya boleh digunakan selama 2
minggu.
2) Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”
tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh (Ditjen PP& PL Depkes RI, 2015).
3) EfekSamping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (Ditjen PP & PL DepkesRI, 2015).
e. ImunisasiCampak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang
dari 1000 infective unitvirus strain CAM 70 dan tidak lebih
dari 100 mcg residucanamycin dan30 mcg residu
erythromycin. Imunisasi campak ini untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak (Ditjen PP & PL
Depkes RI,2015).
1) Cara PemberianDosis
Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis
pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada
lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan dan ulangan
(booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah

16
catch-up campaign campak pada Anak Sekolah Dasar
kelas 1-6 (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015).
2) Kontraindikasi Individu yang mengidap penyakit
immune deficiencyatau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia,
lymphoma (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015).
3) EfekSamping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan
dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12
hari setelah divaksinasi (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2005). Walaupun dilaporkan ada beberapa variasi
temuan, efek samping vaksin campak hidup (tunggal
atau gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas
untuk anak-anak yang rentan. Dengan menggunakan
vaksin virus hidup yang dilemahkan, maka reaksi
efek samping yang timbulkurang dibandingkan
dengan virus mati. Tetapi sekitar 5-15% anak yang
mendapat imunisasi akan mengalami demam tinggi
sampai 39,400 C. Suhu tubuh umumnya meningkat
pada hari ke-7 sampai hari ke-12 sesudah imunisasi
dan lamanya 1-2 hari. Tetapi panas yang timbul
dirasakan tidak mengganggu anak. Selanjutnya dapat
terjadi kejang. Ruam pada kulit muncul sekitar 5%
anak yang mendapat imunisasi, biasanya terjadi pada
hari ke-7 sampai hari ke- 10 sesudah mendapat
imunisasi dan lamanya sekitar 2 hari. Efek samping
12 imunisasi ulang umumnya lebih ringan dan jarang
terjadi dibandingkan dengan imunisasi pertama,
karena anak sudah mendapat dosis pertama maka ia
sudah imun, sehingga pada imunisasi kedua virus

17
vaksin tidak dapat bereplikasi. Efek ikutan imunisasi
kedua lebih sering terjadi bila diberikan pada umur
10-12 tahun dibandingkan dengan bila diberikan
umur 4-6 tahun. Gejala ikutan yang terjadi 1 bulan
sesudah imunisasi pada anak 23 yang berumur 10-12
tahun sangat jarang terjadi (1,7/1000), yang paling
sering berupa munculnya ruam pada kulit dan
nyerisendi (I. MadeSetiawan, 2008).

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN”K”


DENGAN IMUNISASI TIDAK LENGKAP DI DUSUN MASSANGANG
DESA BONTO MATE’NE KEC.MARUSU KAB.MAROS
TANGGAL 31 S.D 02 APRIL 2022
Tanggal Pengkajian : 31 s.d 02 April 2022
Nama Pengkaji : Mahasiswi KKN RT 06

Langkah I Identifikasi Data Dasar


A. Identitas Keluarga
1. Data Kepala Keluarga
Nama : Tn.”K”
Umur : 29 tahun
Nikah/Lamanya : 1x/± 4 tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Dusun Massangang, Desa Bonto Mate’ne, Kec.

18
Marusu, Kab. Maros

2. Data Anggota Keluarga Yang Hidup


No Nama Umur Agama Hubungan Pendidikan
JK Pekerjaan
(thn) Kandung Terakhir
1. Ny ”K” 33 P Islam Istri SD IRT
2. An ”M” 3 L Islam Anak - -

3. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Serumah

: Garis Keturunan

: Meninggal

: Klien

19
4. Denah Rumah
Keterangan:
D
A: Ruang Tamu
C
B: Kamar Tidur
C: Dapur
A B D: Kamar Mandi

5. Tipe Keluarga
a. Sifat keluarga
Merupakan keluarga sederhana, dalam hal ini kepala keluarga
yang sering bermusyawarah bersama istri sebelum mengambil
keputusan.
b. Kebiasaan Sehari-hari
1) Kebiasaan Makan
Frekuensi makan teratur (3x sehari) dengan makanan pokok
nasi serta komposisi makanannya meliputi lauk-pauk, sayuran
dan keadaan fisik anggota keluarga tidak ada yang terlalu
gemuk dan kurus.
2) Kondisi Fisik
Anggota keluarga baik
c. Kebiasaan Rekreasi
Keluarga jarang rekresi keluar rumah. Keluarga menggunakan
waktu luang untuk menonton televisi bersama-sama.
d. Pekerjaan Sehari-hari
Tn.”K” bekerja sehari-hari sebagai Wiraswasta, aktivitas sehari-
hari bangun jam 05.00 Wita untuk melaksanakan sholat, lalu
sarapan pagi kemudian bersiap-siap berangkat kerja Pukul 08.00

20
Wita dan pulang Pukul 12.00 Wita. Pada malam hari kumpul
bersama keluarga kemudian istirahat.
e. Kebersihan Diri /Personal Hygiene
Kebersihan diri anggota keluarga cukup baik. Keluarga mandi 1-2
kali sehari, mengosok gigi dengan pasta gigi, kebiasaan mencuci
kaki sebelum tidur.
B. Faktor Sosial Dan Budaya
1. Penghasilan Dan Pengeluaran
Penghasilan Tn.”K” setiap bulannya Rp.500.000/bulan dan
keseluruhannya dipergunakan dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari dan bila ada sisa ditabung untuk
keperluan yang sifatnya mendadak, keperluan keluarga semuanya
diatur
dan menjadi tanggung jawab Ny. ”K”
2. Suku Dan Agama
Semua anggota keluarga bersuku Bugis dan beragama Islam
3. Peran Anggota Keluarga
a. Suami sebagai pencari nafkah utama dan pengambil keputusan
b. Istri mengatur urusan rumah tangga
c. Anaknya belum bekerja
C. Faktor Lingkungan
1. Rumah Pribadi
Keluarga menempati rumah sederhana milik sendiri, terdiri dari ;
a) kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1 dapur, Rumah tersebut dari
permanen.
b) Sumber air minum dan sarana air sumur pompa sebagai sumber
air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, air bersih
sebelum diminum dimasak terlebih dahulu.
c) Tempat pembuangan
 Pembuangan tinja di kamar mandi sendiri

21
 Pembuangan sampah sementara ditempat sampah khusus
d) Fasilitas Hiburan
Keluarga memiliki TV sebagai sarana hiburan keluarga dan
informasi bagi keluarga
e) Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan cukup ramah, fasilitas
kesehatan yang ada adalah posyandu/polindes
D. Faktor Kesehatan
1. Kondisi keluarga tampak sehat
2. Ny.”K” kurang mengerti tentang pentingnya Imunisasi dasar pada anak
3. An.”M” tidak pernah diberikan imunisasi

E. Faktor Fisik
1. Keadaan umum anggota keluarga tampak sehat
2. Tanda-tanda vital (TTV)
a. Tn.”K”
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 ºc
Pernapasan : 22 x/menit
b. Ny.”N”
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36 ºc
Pernapasan : 22 x/menit
c. An.”M”
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36 ºc
Pernapasan : 24 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tn.”K”

22
1) Inspeksi
a) Kepala : Kulit kepala tampak bersih,
rambut tidak rontok
b) Wajah : Raut wajah tampak segar
c) Mata : Conjungtiva merah muda dan
sclera putih
d) Gigi dan mulut : Bibir dan, gigi bersih dan tidak
ada caries
e) Leher : Tidak ada pembengkakan
f) Ekstremitas : Tidak ada varices

2) Palpasi
a) Kepala : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
b) Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran vena jugularis, kelenjar
tyroid dankelenjar limfe
c) Ekstremitas : Tidak ada benjolan
b. Ny. ”K”
1) Inspeksi
a) Kepala : Kulit kepala tampak bersih,rambut tidak
rontok
b) Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva
merah muda dan sclera tidak icterus
c) Mulu dan gigi : Bibir tampak lembab, tidak ada caries
pada gigi
d) Payudara : Simetris kiri dan kanan
e) Abdomen : Tidak tampak adanya bekas operasi
f) Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak
Varices
2) Palpasi

23
a) Kepala : Tidak teraba benjolan
b) Payudara : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba
benjolan
c) Ekstremitas : Refleks patella kiri (+) dan kanan (+)
c. An.”M”
1) Inspeksi
a) Kepala : Ukuran kepala normal, kulit kepala
tampak bersih, rambut hitam
b) Mata : Simetris kiri dan kanan, conjungtiva
merah muda dan sclera putih
c) Wajah : Simetris kiri dankanan, wajah tampak
segar
d) Mulut dan gigi : Bibir lembab dan gigi bersih tidak ada
kelainan seperti labiopalatoskizis
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tyroid dan vena jugularis
f) Ekstremitas : Tidak ada varices
2) Palpasi
a) Kepala : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
b) Hidung : Tidak tampak serumen dan tidak ada
Nyeri tekan
c) Leher : Tidak ada pembengkakan pada
kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
d) Abdomen : Tidak ada kelainan
F. Pengkajian Psikologi
1. Status emosi
Tingkat emosional anggota keluarga cukup baik, bila ada masalah
dalam keluarga diselesaikan dengan kekeluargaan
2. Konsep diri

24
Bapak, ibu dan anak-anaknya sangat ramah terhadap orang lain serta
menerima kehadiran bidan dan mahasiswa dengan baik serta
menjawab sesuai pertanyaan
3. Pola interaksi / komunikasi
Pola interaksi dalam keluarga cukup baik begitu pula interaksi
dengan keluarga dan masyarakat lainnya. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Bugis dan bahasa Indonesia

Langkah II Identifikasi Masalah Aktual


No Data Masalah
1. DS: Ny. ”K” mengatakan anaknya tidak Kurangnya kesadaran
pernah mendapatkan imunisasi Ny. ”K” tentang
DO: terdapat bekas cacar pada kulit anak pentingnya imunisasi
pada anak

Langkah III Rumusan Masalah


Dari data diatas dan analisa data dapat disimpulkan suatu rumusan
masalah, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan Ny.”K” tentang pentingnya imunisasi pada anak

Langkah IV Prioritas Masalah


1. Masalah: Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian imunisasi
pada anak
No Kriteria Penilaian Bobot Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3x1 1 2/3 Ancaman bagi bayinya
2. Kemungkinan 2/2x2 2 2 Dengan Penjelasan

25
dapat diubah yang diberikan ibu
mengerti tentang
pentingnya imunisasi
3. Potensi 3/3x1 1 1 Diberikan penjelasan
masalah dapat tentang waktu dan
diubah manfaat pemberian
imunisasi
4. Penonjolan 0/1x2 1 0 Ibu tidak merasakan
masalah hal ini sebagai suatu
masalah
Total 5/3

Berdasarkan prioritas masalah dan hasil pembobotan masalah kesehatan


pada keluarga Tn.”S” adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian imunisasi pada anak

Langkah V Perencanaan / Intervensi


Tanggal 02 April 2022 Pukul 15.00 Wita
1. Masalah: Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian
imunisasi pada anak
a. Data Subjektif
Ny.”K” mengatakan pada saat setelah anaknya dilahirkan ia tidak
mengizinkan anaknya untuk di imunisasi sampai di umur anaknya
sekarang berumur 35 bulan.
b. Data Objektif
Tidak memberikan memberikan imunisasi
c. Masalah kesehatan
Anak rentang terkena penyakit
d. Tujuan
Agar ibu mengetahui penting dan manfaat pemberian imunisasi

26
e. Rencana Tindakan
1) Menjelaskan kepada ibu manfaat imunisasi
2) Menjelaskan kepada ibu kapan pemberian imunisasi
f. Evaluasi
1) Ibu mengerti tentang pentingnya pemberian imunisasi
2) Ibu mengerti tentang kapan waktu pemberian imunisasi
3) Ibu mengerti akibat apa saja yang timbul jika tidak diberikan
imunisasi

Langkah VI Implementasi
Tanggal 02 April 2022 Pukul 16.00 Wita
1. Masalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian imunisasi
pada anak
Implementasi
a. Menjelaskan tentang pengertian Imunisasi, yaitu suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit. Apabila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit karena system imun tubuh mempunyai system
memori daya ingat. Ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka
dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan system memori
akan menyimpan sebagai pengalaman (Butarbutar, 2018).
b. Menjelaskan tentang manfaat Imunisasi, adalah melindungi anak dari
resiko kematian, efektif mencegah penyakit, vaksin dapat melindungi
orang lain.
c. Menjelaskan tentang waktu pemberian Imunisasi, yaitu hepatitis B
(usia 12 jam setelah lahir, 2,3,4 bulan), polio (usia bayi 0,2,3,4 bulan),

27
BCG (sebelum usia bayi 3 bulan), MR/MMR 9 (6 bulan dan 18 bulan),
vaksin DPT, HIB, HB (usia bayi 2,3,4 bulan).

Langkah VII Evaluasi


Tanggal 02 April 2022 Pukul 16.15 Wita
1. Ny. ”K” bersedia memberikan imunisasi lengkap

SATUANA ACARA PENYULUHAN


(SAP)

1. Topik : Imunisasi
2. Sasaran : Ny. ”K”
3. Waktu : Sabtu, 02 April 2022
4. Tempat : Rumah keluarga binaan
5. Tujuan :
a. Tujuan umum
Tujuan pemberian imunisasi adalah turunnya angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian bayi akibat PD3I.
b. Tujuan khusus
tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (Sarri, 2018).
6. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
7. Media : Lisan (penyuluhan)
8. Materi : Terlampir
9. Proses pelaksanaan

28
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan 1. Menyebut salam dan
1. Memperkenalkan diri mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Mendengarkan
penyuluhan 3. Mendengarkan
3. Melakukan kontrak 4. Mendengarkan
waktu
4. Menyebut materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian 2. Memperhatikan
imunisasi 3. Memperhatikan
2. Menjelaskan manfaat
imunisasi
3. Menjelaskan waktu
kunjungan imunisasi
3. 3 menit Penutup/evaluasi 1. Menjawab
1. Menanyakan pada ibu pertanyaan
tentang materi yang
telah diberikan
2. Mengucapkan salam

IMUNISASI
A. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system

29
imun tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke
dalam tubuh maka dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan
sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman (Butarbutar, 2018).
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis,
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis, polio dan
campak..

B. Manfaat imunisasi
1. 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap tahun dengan imunisasi
2. Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26b penyakit, selain itu imunisasi
aman dan bermanfat mencegah wabah, sakit berat , cacat dan kematian.
3. Membantu membatasi/mengurangi terjadinya resistensi antibiotic karna
dapat mencegah penyakit pada tahap awal.
4. Sebagai proteksi spesifik individu dalam waktu 4-6 minggu setelah
imunisasi akan timbul antibody spesifik yang efektif mencegah
penularan penyakit, sehingga anak tidak mudah tertular infeksi, tidak
menderita sakit berat, dengan demikian tidak terjadi wabah dan
kematian.
5. Meningkatkan cakupan imunisasi secara global dapat menyelamatkan
lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya.
6. Membentukkekebalan kelompok.

C. Waktu pemberian imunisasi


Menjelaskan tentang waktu pemberian Imunisasi, yaitu hepatitis B(usia
12 jam setelah lahir, 2,3,4 bulan), polio (usia bayi 0,2,3,4 bulan), BCG
(sebelum usia bayi 3 bulan), MR/MMR 9(6 bulan dan 18bulan), vaksin
DPT, HIB, HB (usia bayi 2,3,4 bulan).

D. Jenis imunisasi dasar


1. Imunisasi BCG

30
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG
mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih
hidup. Bacillus Calmette- Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga
didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas (I.G.N Ranuh,2011).
2. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT gunanya untuk pemberian kekebalan secara
simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus (Ditjen PP & PL
Depkes RI, 2015). Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah penyakit
Difteri, Pertusis dan Tetanus (Proverawati, 2010).
3. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B gunanya untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin
hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam
sel ragi (Hansenula Polymorpha) menggunakan teknologi DNA
rekombinan (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015).
4. Imunisasi polio
Vaksinoral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri
dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain sabin) yang
sudah 10 dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa.Imunisasi polio ini memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit poliomyelitis (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2015).
5. Imunisasi campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective
unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu

31
canamycin dan 11 30 mcg residu erythromycin. Imunisasi campak ini
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak (Ditjen PP
& PL Depkes RI, 2015).

32
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Hasil pengkajian diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga


mengenai imunisasi di keluarga Tn. “K” RT 06 Dusun Massangang, Desa
Bonto Mate’ne, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros kurang. Setelah
dilakukan scoring diketahui prioritas masalah Keluarga Tn. “K” adalah
kurangnya pengetahuan tentang imunisasi khususnya pada Ny. “K”.
Keluarga Tn. “K” diberi penyuluhan tepat pada tanggal 02 April 2022
tentang imunisasi. Setelah diberi penyuluhan tentang imunisasi keluarga
Tn.”K” dapat mengerti dan memahami mengenai imunisasi, sehingga
bersedia untuk anaknya diberikan imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system
imun tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke
dalam tubuh maka dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan
sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman (Butarbutar, 2018).
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis,
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis, polio dan
campak.
Sehingga dalam hal ini ditemukan adanya kesesuaian teori dengan
praktik di lahan. Pengetahuan pada dasarnya datang dari pengalaman dan
merupakan hasil dari tahu seseorang melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu sehingga pengetahuan berperan penting dalam
membentuk tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2003). Tindakan yang
dimaksud merupakan suatu tindakan dalam memberikan rangsangan
kepada keluarga yang berupa penyuluhan, agar dapat mengerti tentang
pentingnya imunisasi dasar lengkap, sehingga dalam hal ini pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dari pengalaman, pengetahuan, dan informasi

33
yang didapat seseorang untuk meningkatkan pengetahuan tentang
imunisasi.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
risiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencengahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dan
pelayanan kebidanan (Sparadly, 1985 ;Logan dan Dawkin, 1987).
Pelayanan kebidanan pada komunitas juga merupakan tindak
lanjut dari pelayanan kebidanan yang diberikan dalam institusi
pelayanan Kesehatan (RS,Klinik,dll), dalam upaya peningkatan derajat
Kesehatan Ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat. Bidan dituntut untuk
mampu memberikan pelayanan yang bukan hanya bersifat individu
namun juga pada kelompok.
B. Saran
Bidan diharapkan mampu dan siap dalam menghadapi tantangan
serta hambatan dalam mengatasi setiap permasalahan dengan
memberikan motivasi dan dukungan sehingga dapat dilahirkan gerakan
masyarakan mandiri yang peduli terhadap derajat kesahatan di
lingkungan komunitasnya. (Maternity et al.,2017)

35
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E., 2014. Hubungan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi


dengan Status Kesehatan Pada Bayi Usia 9 Bulan di BKIA
RS William.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010

Maryunani. Ilmu Kesehatan Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM, 2010

Previta, S. & Sureskiarti, E., 2017. Hubungan Imunisasi Dasar


Lengkap dengan Perkembangan Anak Preschool Di TK Islam
Ya Fatih Samarinda.

Proverawati, A. Dkk. Imunisasi dan vaksinasi. Yogyakarta: Nuha


Medika, 2010.

Rahayu, S., 2019. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar dengan


Perkembangan Bayi 9 & 12 Bulan di Poskesdes Desa Rengan
I Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir.Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan, Vol.10, No.20, Juli 2020

Ranuh, Pedoman Iminusasi Di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008.

Satiavata, R.P. asuhan neonates bayi dan balita untuk keperawatan


dan kebidanan. Jogjakarta: D-MEDIKA, 2012

WHO, 2007. Immunization USA, WHO Media Center.jurnal (2013)

36
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Singkatan dan Akronim

BCG Bacillus Calmette-Guerin

DPT Difteri, Pertuitis, Tetanus

HB Hepatitis B

HIB Haemophilus Influenzae Type B

KIA Kesehatan Ibu Dan Anak

MMR Meales Mump Rubella

P Pernafasan

RI Republik Indonesia

S Suhu

TD Tekanan Darah

TBC Tuberculosis

WHO World Health Organization

37
LAMPIRAN 2. Dokumentasi
Tanggal 01 Maret 2022 (Melakukan pengkajian imunisasi pada anak
Ny.“K”)

38
Tanggal 02 Maret 2022 (Melakukan penyuluhan imunisasi pada
Ny.“K”)

39
40

Anda mungkin juga menyukai