Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Henandiar Rizky Syahrini (G2A020112)


2. Tiwet Ngaida Juliana (G2A020113)
3. Naufal Arifianto (G2A020114)
4. Sofi Cahyaning Pertiwi (G2A020115)
5. Dian Nofita (G2A020116)
6. Nunuk Kuntari (G2A020117)
7. Siti Latifah (G2A020118)
8. Tofan Baskoro Jati (G2A020119)
9. Zetin Nadza Wahyuningrum (G2A020120)
10. Farsya Asyifa Yufira (G2A020121)
11. Cindy Tyas Ayu Agastin (G2A020122)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Dokumentasi Proses keperawatan Komunitas”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas seminar mata kuliah Keperawatan
Komunitas. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih
dan bermanfaat bagi para pembaca, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai kita semua.

Semarang, 1 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan.............................................................................................. 1
D. Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Definisi Keperawatan Komunitas.................................................. 3
B. Mengidentifikasi Pengkajian Keperawatan Komunitas................... 5
C. Merumuskan Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan
Komunitas........................................................................................ 5
D. Menyusun Perencanaan Keperawatan Komunitas………………... 6
BAB III LAPORAN HASIL ..................................................................... 8
A. Kasus .............................................................................................. 8
B. Pengkajian ....................................................................................... 8
C. Analisis Data ................................................................................... 11
D. Diagnosis ......................................................................................... 11
E. Intervensi ........................................................................................ 12
BAB V PENUTUP...................................................................................... 18
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 18
B. Saran ................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas atau biasa dikenal community health nursing atau
public health nursing merupakan bagian dari keperawatan yang berfokus kepada
komunitas atau populasi. Keperawatan komunitas bertujuan untuk
mempertahankan kesehatan komunitas dan populasi sekitarnya dengan berfokus
pada pada promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pada individu, keluarga
dan kelompok di dalam masyarakat (Nies and McEwen, 2019).
Komunitas merupakan sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain,
memiliki kepentingan yang sama di mana karakteristik yang dimiliki membentuk
dasar bagi sebuah rasa kesatuan dan kepemilikan (Allender, Rector, and Warner,
2014). Stanhope & Lancaster (2020) menjelaskan bahwa komunitas atau
masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup bersama dalam suatu daerah atau
suatu lokasi, membentuk budaya dan saling berinteraksi satu dengan lainnya,
bersifat berkelanjutan serta terikat oleh identitas bersama. Widagdo (2016)
menjelaskan tiga komponen komunitas terdiri dari:
a. Manusia (people). Program kesehatan disesuaikan dengan sasaran dan
karakteristik komunitas.
b. Ruang dan waktu (space and time).
Waktu dan tempat yang tepat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan
program kesehatan. Kebutuhan komunitas desa tentu tidak sama dengan
komunitas kota.
c. Tujuan (purpose).
Penyebab timbulnya masalah kesehatan pada komunitas buruh tentu tidak
sama dengan komunitas petani.
Nies and McEwen (2019) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan
komunitas/masyarakat adalah perpaduan antara praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat. American Nurses Association (ANA) mendefinisikan
keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat
sebagai sintesis praktik keperawatan klinis dan kesehatan masyarakat yang
bersifat komprehensif, holistis dan berlangsung secara terus menerus, dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan populasi dengan fokus praktik
pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif
serta ditujukan pada masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Nies and McEwen, 2019).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktik mempromosikan dan
melindungi kesehatan populasi yang menggunakan pengetahuan dari ilmu
keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat (Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika, Bagian Keperawatan Kesehatan Masyarakat 1996). Praktik ini berfokus
pada populasi dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dan
kecacatan bagi semua orang melalui penciptaan kondisi di mana orang dapat
menjadi sehat.
Meskipun berpraktik di berbagai organisasi publik dan swasta, semua perawat
kesehatan masyarakat fokus pada satu atau lebih populasi. Populasi dapat
didefinisikan sebagai mereka yang tinggal di wilayah geografis tertentu (misalnya,
lingkungan, komunitas, kota, atau kabupaten) atau mereka yang berada dalam
kelompok tertentu (misalnya, ras, etnis, usia, penyakit) yang mengalami beban
kesehatan yang buruk yang tidak proporsional. hasil. (Asosiasi Perawat Amerika,
2007, hal. 5)

B. Rumusan masalah
a) Apa pengertian dari Community as patner?
b) Bagaimana cara pengkajian keprawatan komunitas Community as patner?
c) Apa saja rumusan analisa data dan diagnosa keprawatan komunitas ?
(community as patner)
d) Bagaimana cara menyusun perencanaan keperawatan komunitas?

C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian dari comunity as patner
2) Mengidentifikasi pengkajian keperawatan komunitas comunity as patner
3) MengetahuI apa saja rumusan analisa data dan diagnosa keperawatan
komunitas (comunity as patner)
4) Mengetahui cara menyusun perencanaan keperawatan komunitas
D. Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami mengenai konsep dasar dan dokumentasi
keperawatan komunitas. Selain itu,untuk mengetahui dan memahami bagaimana
pendokumentasian proses keperawatan komunitas berdasarkan kasus skenario
yang ada.
BAB II

ISI (LANDASAN TEORI)

A. Definisi keperawatan Komunitas


Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan ganbungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat,
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditunjukkan pada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Menurut CHN).
American Nurses Association (2004) mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari
populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat.

B. Mengidentifikasi Pengkajian keperawatan Komunitas

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan.

Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah.
1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah


kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu data tersebut harus akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

 Data Inti
(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di


komunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan
termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek
keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas (masyarakat
rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan
komunitas dan pola perubahan komunitas.

(2) Data Demografi

Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status


perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

(3) Vital Statistik

Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR,
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

 Status Kesehatan Komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik
antara lain: dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi.
Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok
umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di
masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit kronis, penyakit
menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini
:

1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas


2. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
3. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a. ISPA
b. Penyakit asma
c. TBC paru
d. Penyakit kulit
e. Penyakit mata
f. Penyakit rheumatik
g. Penyakit jantung
h. Penyakit gangguan jiwa
i. Kelumpuhan
j. Penyakit menahun lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
a. Pola pemenuhan nutrisi
b. Pola pemenuhan cairan elektrolit
c. Pola istirahat tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas gerak
f. Pola pemenuhan kebersihan diri
6. Status psikososial
7. Status pertumbuhan dan perkembangan
8. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.
c. Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
1. Luas bangunan
2. Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3. Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non
permanen
4. Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5. Dinding : tembok, kayu, bambu
6. Lantai : semen, keramik, tanah
7. Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
8. Pencahayaan : kurang, baik
9. Penerangan : kurang, baik
10. Kebersihan : kurang, baik
11. Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12. Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
b) Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK)
2. Penyediaan air minum
3. Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air
4. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana
cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6. Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
c) Fasilitas
1. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2. Pekarangan
3. Sarana olahraga
4. Taman, lapangan
5. Ruang pertemuan
6. Sarana hiburan
7. Sarana ibadah
d) Batas – batas wilayah

Sebelah utara, barat, timur dan selatan


e) Kondisi geografis
f) Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
(1) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
(2) Jumlah kunjungan
(3) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
3) Ekonomi
(1) Jenis pekerjaan
(2) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
(3) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1. System keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara dan air tanah
b. Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki
3. Sarana transportasi yang ada
e. Politik dan pemerintahan
1. Sistem pengorganisasian
2. Struktur organisasi
3. Kelompok organisasi dalam komunitas
4. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
f. Sistem komunikasi
1. Sarana umum komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
3. Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
3. Jenis bahasa yang digunakan
h. Rekreasi
1. Kebiasaan rekreasi
2. Fasilitas tempat rekreasi
(a) Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

1. Data subyektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2. Data obyektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

(b) Sumber Data


(1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.

(2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).

(c) Cara Pengumpulan Data


1. Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan
ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh
pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat
dalam format proses keperawatan.

2. Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,


perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format
proses keperawatan.

3. Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang


diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara
IPAP :

I = yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang
sakit

P = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian
tubuh yang mengalami gangguan

A = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi


tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat
bantu untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara paru

P = yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa.

2. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara
sebagai berikut:

1. Klasifikasi data atau kategorisasi data


Cara mengkategorikan data :
a. Karakteristik demografi
c. Karakteristik geografi
d. Karakteristik sosial ekonomi
e. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988. Community as
Client)
2. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data
3. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan analisis data :

1. Menetapkan kebutuhan community


2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat
diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah.

5. Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu


mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :

1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut


Abraham H. Maslow yaitu :

1. Keadaan yang mengancam kehidupan


2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan
prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format
penapisan menurut Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :

1. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas


2. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)

C. Merumuskan Analisis dan Diagnosa

Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. (American Nurses of Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu :

1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan


dari keadaan normal yang seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang
meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1) Dengan rumus PES

Rumus : DK = P + E + S

DK : Diagnosis keperawatan

P : Problem atau masalah

E : Etiologi

S : Symptom atau gejala

2) Dengan rumus PE

Rumus : DK = P + E

DK : Diagnosis keperawatan

P : Problem atau masalah

E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen


tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah


2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat

Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :

1) Masalah…………sehat………..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the
COMMUNITY

D. Menyusun Pewrencanaan Keperawatan Komunitas

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ
Keperawatan) jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan
yang disusun harus mencakup : 1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan 3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan.

1) Perumusan tujuan

Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :

a. Berfokus pada masyarakat


b. Jelas dan singkat
c. Dapat diukur dan diobservasi
d. Realistic
e. Ada target waktu
f. Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :

T = S + P + K.1 + K.2

Keterangan :

S : Subyek

P : Predikat

K.1 : Kondisi

K.2 : Kriteria

Selain itu dalam perumusan tujuan :

1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan


2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Measurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relevant/Realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan

Contoh :

Goal dan Tujuan

Nama komuniti :

Masalah :

Goal :

No Tanggal Tujuan Tanggal


ditetapkan dicapai

(Anderson dan Mc. Farlane, 1988 : 265.)

2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :

a. Identifikasi alternative tindakan keperawatan


b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai


berikut :

a. Menggunakan kata kerja yang tepat


b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?

BAB III
STUDI KASUS

Pengkajian yang dilakukan perawat komunitas dengan pendekatan model "community as


partner" di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Kedungarto diperoleh hasil sebagai berikut:

Jumlah total penduduk sebanyak 6210 jiwa yang tersebar dalam 7 RW, dari jumlah tersebut
sebanyak 625 jiwa adalah kelompok usia balita (1-5 tahun). Posyandu yang ada baru 3
Posyandu Balita untuk pelayanan satu kelurahan. Kunjungan balita ke posyandu dalam 3
bulan terakhir rata-rata 65 balita di tiap-tiap posyandu. Pelayanan posyandu dilakukan 1
bulan sekali pada tiap-tiap posyandu. Kader yag tersedia pada tiap-tiap posyandu adalah 5
kader dimana 3 kader sudah terlatih dan 2 kader belum pernah mendapat pelatihan sebagai
kader posyandu.

Hasil wawancara dengan ketua kader kelurahan mengatakan balita di wilayah Kelurahan
Mangunsari banyak yang menderita masalah gizi, yaitu 134 balita pada garis kuning dan 51
balita pada garis merah, belum semua balita melakukan kunjungan ke posyandu, pengetahuan
orang tuanya juga sangat minim tentang kebutuhan gizi balita. Hasil pengamatan perawat
tampak anak-anak balita kurus, tidak lincah dan cenderung rewel, tampak beberapa ibu
menyuapi balitanya di luar rumah dengan mie dan krupuk, kondisi seperti ini hampir ditemui
pada 7 wilayah RW. Hasil pendataan dari 625 ibu yang memiliki balita diperoleh 79.2%
pengetahuan kurang tentang kebutuhan gizi balita dan perawatan balita; 82.1% biasa
memberikan ciki dan es lilin pada balitanya; 76.3% tidak memberikan sayur pada balitanya
dengan alasan 66% karena anak tidak mau; 56% balita tidak biasa konsumsi lauk hewani;
67% balita tidak konsumsi susu; 67.9% balita tidak mendapat imunisasi lengkap; dalam 3
bulan terakhir sakit yang dialami balita 54 % batuk pilek, 23% mencret, 20.7% TB paru,
6.3% campak.

A. Pengkajian
1. Data Inti
 Riwayat atau sejarah perkembangan Komunitas
Posyandu yang ada baru 3 Posyandu Balita untuk pelayanan satu kelurahan.
Kunjungan balita ke posyandu dalam 3 bulan terakhir rata-rata 65 balita di tiap-tiap
posyandu. Pelayanan posyandu dilakukan 1 bulan sekali pada tiap-tiap posyandu.
Kader yag tersedia pada tiap-tiap posyandu adalah 5 kader dimana 3 kader sudah
terlatih dan 2 kader belum pernah mendapat pelatihan sebagai kader posyandu.
 Demografi
Jumlah total penduduk sebanyak 6210 jiwa yang tersebar dalam 7 RW, dari jumlah
tersebut sebanyak 625 jiwa adalah kelompok usia balita (1-5 tahun).
 Statistik Vital
Hasil wawancara dengan ketua kader kelurahan mengatakan balita di wilayah
Kelurahan Mangunsari banyak yang menderita masalah gizi, yaitu 134 balita pada
garis kuning dan 51 balita pada garis merah
 Nilai dan Kepercayaan
belum semua balita melakukan kunjungan ke posyandu, pengetahuan orang tuanya
juga sangat minim tentang kebutuhan gizi balita.

2. Pengkajian Subsistem
 Lingkungan Fisik
Inspeksi
Hasil pengamatan perawat tampak anak-anak balita kurus, tidak lincah dan
cenderung rewel, tampak beberapa ibu menyuapi balitanya di luar rumah dengan
mie dan krupuk, kondisi seperti ini hampir ditemui pada 7 wilayah RW.
 Tanda Vital
Hasil pendataan dari 625 ibu yang memiliki balita diperoleh :
79.2% pengetahuan kurang tentang kebutuhan gizi balita dan perawatan balita;
82.1% biasa memberikan ciki dan es lilin pada balitanya;
76.3% tidak memberikan sayur pada balitanya dengan alasan
66% karena anak tidak mau;
56% balita tidak biasa konsumsi lauk hewani;
67% balita tidak konsumsi susu;
67.9% balita tidak mendapat imunisasi lengkap;
dalam 3 bulan terakhir sakit yang dialami balita 54 % batuk pilek, 23% mencret,
20.7% TB paru, 6.3% campak.
 Pelayanan Kesehatan dan sosial
Posyandu yang ada baru 3 Posyandu Balita untuk pelayanan satu kelurahan.
Kunjungan balita ke posyandu dalam 3 bulan terakhir rata-rata 65 balita di tiap-tiap
posyandu. Pelayanan posyandu dilakukan 1 bulan sekali pada tiap-tiap posyandu.
Kader yag tersedia pada tiap-tiap posyandu adalah 5 kader dimana 3 kader sudah
terlatih dan 2 kader belum pernah mendapat pelatihan sebagai kader posyandu

B. Analisa Data

No Analisa Data Etiologi Masalah

1. DS : Kurang terpapar Defisit


- ketua kader mengatakan informasi pengetahuan
pengetahuan orangtuanya sangat tentang kebutuhan
minim tentang kebutuuhan gizi balita gizi balita
- ketua kader mengatakan balita di
wilayah kelurahan mangunsari banyak
yang menderita masalah gizi
DO :
- Hasil pendataan dari 625 ibu yang
memiliki balita diperoleh :
79.2% pengetahuan kurang tentang
kebutuhan gizi balita dan perawatan
balita;
82.1% biasa memberikan ciki dan
es lilin pada balitanya;
76.3% tidak memberikan sayur pada
balitanya dengan alasan 66% karena
anak tidak mau;
56% balita tidak biasa konsumsi
lauk hewani;
67% balita tidak konsumsi susu;
2. DS : Ketidakadekuatan Resiko gangguan
- ketua kader mengatakan balita di nutrisi pertumbuhan
wilayah kelurahan mangunsari banyak
yang menderita masalah gizi
DO :
- tampak anak-anak balita kurus
- tampak beberapa ibu menyuapi
baayinya diluar rumah dengan mie
dan krupuk
- 67.9% balita tidak mendapat
imunisasi lengkap;
- dalam 3 bulan terakhir sakit yang
dialami balita 54 % batuk pilek,
23% mencret, 20.7% TB paru, 6.3%
campak.
3. DS : Keterbatasan Gangguan tumbuh
- ketua kader mengatakan belum lingkungan kembang
semua balita melkaukan kunjungan ke
posyandu
DO :
- tampak anak-anak balita tidak lincah
dan cenderung rewel
- 134 balita pada garis kuning dan 51
balita pada garis merah
- 67.9% balita tidak mendapat
imunisasi lengkap;

C. Diagnosa
1) Defisit pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita berhubungan dengan kurang
terpapar informasi (D.0111)
2) Resiko gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan ketidakadekuatan nutrisi
(D.0108)
3) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan keterbatasan lingkungan
(D.0106)

D. Intervensi

No Hari Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi


/Tgl hasil
1. Defisit Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan intervensi - Identifikasi kesiapan dan
tentang keperawatan selama kemampuan menerima informasi
kebutuhan gizi …x24 jam maka - Identifikasi faktor-faktor yang
balita tingkat pengetahuan dapat meningkatkan dan
berhubungan membaik dengan menurunkan motivasi perilaku hidup
dengan kurang kriteria hasil bersih dan sehat
terpapar a. Perilaku sesuai Terapeutik
informasi anjuran meningkat - Sediakan materi dan media
(D.0111) b. Perilaku sesuai pendidikan kesehatan
dengan pengetahuan - Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan
c. Persepsi terhadap - Berikan kesempatan untuk
masalah yang keliru bertanya
menurun Edukasi
(L.12111) - Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
(I.12383)
2. Resiko Setelah dilakukan Observasi
gangguan intervensi - identifikasi status nutrisi
pertumbuhan keperawatan selama - identifikasi alergi dan intoleransi
dibuktikan …x24 jam maka makanan
dengan status pertumbuhan - identifikasi makanan yang di sukai
ketidakadekuata membaik dengan - identifikasi kebutuhan dan jenis
n nutrisi kriteria hasil nutrien
(D.0108) a. Berat badan sesuai - Identifikasi perlunya pengunaan
usia meningkat selang nasogastrik
b. Kecepatan - monitor asupan makanan
pertambahan berat - monitor berat badan
badan meningkat - monitor hasil pemeriksaan
c. Asupan nutrisi laboratorium
meningkat Tarapeutik
(L.10102) - lakukan orak hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mies.piramida makanan)
- sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- barikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan kalori dan tinggi
protein
- berikan suplemen makanan ,jika
perlu
- hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat di toleransi
Edukasi
- anjurkan posisi duduk . Jika
mampu
- ajarkan diet yang di progamkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makanan (mis, pereda
nyeri,antimetik) jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan jika perlu
(I.03119)
3. Gangguan Setelah dilakukan Observasi
tumbuh intervensi - Identifikasi pencapaian tugas
kembang keperawatan selama parkembangan anak
berhubungan …x24 jam maka - identifikasi isyarat perilaku dan
dengan status perkembangan fisiologis yang ditunjukkan bayi
keterbatasan membaik dengan (mis lapar, tidak nyaman)
lingkungan kriteria hasil Terapeutik
(D.0106) a. Keterampilan/ - Pertahankan sentuhan seminimal
perilaku sesuai usia mungkin pada bayi prematur
meningkat - Berikan sentuhan yang bersifat
b. Respon sosial gentle dan tidak ragu-ragu
meningkat - Minimalkan nyari
(L.10101) - Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi dengan
anak lain Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak barbagi dan
bergantian/bergilir
- Dukung anak mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif atau
umpan balik tas
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan kebutuhan
secara mandiri (mis. makan, sikat
gigi, cuci tangan, memakai baju)
- Bemyanyi bersama anak lagu-lagu
yang disukai
- Bacakan cerita atau dongeng
- Dukung partisipasi anak di
sekolah, ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
Edukasi
- Jelaskan orang tua dan atau
pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku
anak
- Anjurkan orang tua menyentuh dan
menggendong bayinya
-Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
- Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asort
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
(I.10339)
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Keperawatan komunitas atau biasa dikenal community health nursing atau
public health nursing merupakan bagian dari keperawatan yang berfokus kepada
komunitas atau populasi. Keperawatan komunitas bertujuan untuk
mempertahankan kesehatan komunitas dan populasi sekitarnya dengan berfokus
pada pada promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pada individu, keluarga
dan kelompok di dalam masyarakat.
Komunitas merupakan sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain,
memiliki kepentingan yang sama di mana karakteristik yang dimiliki membentuk
dasar bagi sebuah rasa kesatuan dan kepemilikan (Allender, Rector, and Warner,
2014). Stanhope & Lancaster (2020) menjelaskan bahwa komunitas atau
masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup bersama dalam suatu daerah atau
suatu lokasi, membentuk budaya dan saling berinteraksi satu dengan lainnya,
bersifat berkelanjutan serta terikat oleh identitas bersama.

Saran

Diharapkan dengan penulisan makalah ini, penulis maupun pembaca dapat


memahami dan menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan Komunitas dan
meningkatkan kepedulian terhadap Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association. (2004). Scope and standards for nurse administrators, 2nd
edition. Washington, DC: Nursesbooks.org.

American Public Health Association Public Health Nursing Section. (1996). The Association
of Community Health Nurse Eductors : Essentials of master’s level nursing education for
advanced community/public health nursing practice. Latham, NY:Association of
Community Health Nurse Eductors.

Anderson, E. T,. Mcfarlane, J,. 2010. Comunity as Partner

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan  Praktik,
edisi 3. Jakarta : EGC

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam


Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI

Leininger, M dan McFarland. M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts, Theories,


Research and Practice, edisi 3. USA : Mc.Graw Hill Companies

Leniwita Hasian, Anggraini Yanti. 2019. Modul Dokumentasi Keperawatan Universitas


Kristen Indonesia

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta : Sagung
Seto

Pakpahan, M. Hutape, A. D,. Siregar, D,. 2020. Keperawatan Komunitas.

Anda mungkin juga menyukai