Anda di halaman 1dari 21

Symtomp Assessment & Symtomp Managemen

Gangguan Psikologis: Ansietas, Depresi

KELOMPOK 4
Nama Anggota:

1) Rahma Janeilla P (G2A020109) 8) Dian Novita (G2A020116)


2) Khoirun Nisak (G2A020110) 9) Nunuk Kuntari (G2A020117)
3) Dian Estika (G2A020111) 10) Siti Latifah (G2A020118)
4) Henandiar Rizky (G2A020112) 11) Tofan Baskoro Jati (G2A020119)
5) Tiwet Ngaida (G2A020113) 12) Zetin Nadza W (G2A020120)
6) Naufal Arifianto (G2A020114) 13) Farsya Asyifa Y (G2A020121)
7) Sofi Cahyaning (G2A020115) 14) Cindy Tyas Ayu A (G2A020122)
ANSIETAS
o PENGERTIAN

Ansietas merupakan suatu keadaan kebingungan,


kekhawatiran, ketidaktentuan, gelisah, dan takut pada
sesuatu yang terjadi dengan penyebab tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan
ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu
obyek (Stuart, 2013).
o ETIOLOGI
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya ansietas.
Ketegangan dalam kehidupan tersebut diantaranya:
a) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional.
b) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan.

Selain itu individu yang menderita penyakit kronis seperti DM, Kanker, Stroke, Jantung dapat menyebabkan
terjadinya ansietas karena menimbulkan kekhawatiran akan masa depan, dan biaya pengobatan, perawatan yang
dilakukan juga menambah beban pikiran
o PATOFISIOLOGI

Ansietas atau kecemasan merupakan respon dari persepsi ancaman yang diterima oleh system syaraf
pusat. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar serta dari dalam yang berupa
pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan tersebut dipersepsi oleh panca indra,
diteruskan dan direspon oleh sistem syaraf pusat sesuai pola hidup tiap individu. Di dalam syaraf
pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex Cerebri – Limbic System – Reticular Activating
System – Hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi
mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yang kemudian memacu sistem
syaraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (Owen, 2016)
o PENGKAJIAN
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga Tanda dan
gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk pertanyaan diantaranya sebagai berikut :
1) Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui pikiran ibu/bapak ?
2) Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah yang dialami.
3) Apakah ada keluhan lain yang dirasakan?
4) Apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas atau kegiatan sehari-hari?
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi diantaranya apakah pasien tampak gelisah
gugup, bingung, bagaimana kontak mata pasien saat berbicara, selain itu juga perlu mengecek tanda-tanda vital.
o PENATALAKSANAAN
1) Farmakologi
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
2) Non-Farmakologi
● Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain
sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang
ditransmisikan ke otak
● Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi kecemasan atau ansietas. Beberapa teknik
relaksasi yang dapat dilakukan diantaranya relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif, relaksasi imajinasi dan
visualisasi, meditasi, mindfullnes, aromatheraphy, rectangual breathing
DEPRESI
o PENGERTIAN

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai


dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari,
2001)

Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung


lebih dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti
perubahan tidur, gangguan konsentrasi, sangat cemas, kurang
bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis,
merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan.
ETIOLOGI

Sampai saat ini penyebab dari depresi masih belum dipahami dengan jelas. Para peneliti memperkirakan
bahwa Sebagian kecil kasus depresi disebabkan oleh cedera pada otak, pengaruh sistem endokrin atau
farmakologis namun pada sebagian besar kasus, faktor genetik dan lingkungan mengambil peran terhadap
pathogenesis depresi. Namun, tidak semua individu yang memiliki faktor genetic bipolar akan
mengembangkan penyakit tersebut. Rupanya, faktor tambahan, mungkin lingkungan yang penuh tekanan,
yang terlibat dalam onset dan factor pelindung terlibat dalam pencegahannya. (Maina et al., 2016).

Peristiwa eksternal sering tampaknya memulai episode depresi. Dengan demikian, kehilangan serius,
penyakit kronis, hubungan yang sulit, masalah keuangan, atau perubahan pola kehidupan yang tidak
disukai dapat memicu episode depresi. Kombinasi faktor genetik, psikologis, dan lingkungan terlibat
dalam timbulnya gangguan depresi (Donohue & Luby, 2016).
o PATOFISIOLOGI

Patofisiologi depresi diduga berkaitan dengan gangguan atau ketidakseimbangan neurotransmitter serotonin, norepinefrin,
dan dopamin di otak. Patofisiologi depresi dapat dijelaskan melalui beberapa hipotesis berikut:
• Hipotesis amina biogenik, mengatakan bahwa depresi dikarenakan menurunnya atau berkurangnya jumlah
neurotransmitter serotonin (5-HT), norepeinefrin (NE), serta dopamin (DA) di dalam otak (Sukandar dkk., 2009 dalam
Yunastuti 2013).
• Hipotesis sensitivitas reseptor, yaitu diakibatkan perubahan patologis pada reseptor disebabkan karena terlalu kecilnya
stimulasi oleh monoamina sehingga dapat memicu depresi.
• Hipotesis desregulasi, mengatakan bahwa tidak beraturannya neurotransmitter sehingga mengakibatkan gangguan
depresi dan psikiatrik. Dalam teori ini ditekankan pada gagalnya homeostatis system neurotransmitter, bukan pada
penurunan ataupun peningkatan absolut aktivitas neurotransmitter (Teter, dkk., 2007 dalam Yunastuti, 2013).
o PENGKAJIAN

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang
didiagnosis. Lakukan observasi melalui wawancara kepada klien ataupun keluarga dengan mengajukan pertanyaan tentang:
1) Perilaku:
Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
Apakah klien menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?
2) Afek
Apakah klien menunjukan Labilitas emosi? Depresi atau apatis?
Iritabiltas? Tidak berdaya? Frustasi?
3) Respon kognitif
Bagaimana tingkat orientasi klien?
Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang sudah lama sekali?
Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
Kurang mampu membuat penilaian?
o PENATALAKSANAAN
1) Farmakologi
Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk memperbaiki perasaan (mood) yaitu dengan
meringankan/menghilangkan gejala keadaan murung, contohnya yaitu:
● Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Antidepresan Trisiklik (TCA)
● Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor (SNRI) Antidepresan Aminoketon
2) Non-Farmakologi
● Psikoterapi
Terapi pengembangan yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan – keluhan serta mencegah
kambuhnya gangguan pola perilaku maladatif. Teknik psikoterapi tersusun seperti teori terapi tingkah laku, terapi
interpersonal, dan terapi untuk pemecahan sebuah masalah
● Electroconvulsive Therapy (ECT)
Terapi dengan menggunakan “kejutan listrik”, terapi yang aman dan efektif, tetapi dapat menimbulkan adverse effect
seperti disfungsi kognitif. Bukan merupakan pilihan utama terapi non farmakologi.
o Alat Ukur Ansietas
● Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
HARS merupakan salah satu kuesioner yang mengukur skala ansietas yang masih digunakan sampai saat ini.
Kuesioner terdiri atas 14 item. Masing-masing item terdiri atas 0 (tidak terdapat) sampai 4 skor (sangat berat).
(Nursalam, 2013).
● Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)
T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur skala ansietas pada individu. T-MAS terdiri
pernyataan yang terdiri atas kebiasaan dan emosi yang dialami. Masing-masing item terdiri atas “ya” dan “tidak”
(Psychology tools, 2017).
● Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)
Suatu alat untuk mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan garis horizontal berupa skala sepanjang 10cm
atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung sebelah kiri mengidentifikasikan “tidak ada kecemasan” dan semakin ke
arah ujung sebelah kana kecemasan yang dialami luar biasa
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).
o Alat Ukur Depresi
● Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen ini
terdiri dari 14 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran kecemasan (pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11,
13), pengukuran depresi (pertanyaan nomor 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14).

● BDI (Back Depression Inventory)


terdiri dari 21 kelompok item yang menggambarkan 21 kategori sikap dan gejala depresi, yaitu : sedih, pesimis,
merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah, merasa dihukum, perasaan benci pada diri sendiri,
menyalahkan diri sendiri, kecenderungan bunuh diri, menangis, mudah tersinggung, manarik diri dari hubungan
sosial, tidak mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik secara fisik, tidak mampu
melaksanakan aktivitas, gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan,
preokupasi somatic dan kehilangan libido sex (dalam Lestari, 2003).
o REVIEW JURNAL
A. JUDUL PENELITIAN
Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Fatigue pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi (the correlation
of anxiety and depression with fatigue in cancer patient
undergoing chemotherapy).

B. PENELITI
Ulfa Husnul Fata

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan ansietas dan depresi
dengan Fatigue atau kelelahan pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi
D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Bulan Desember tahun 2013 di Rumah sakit pusat kanker jakarta

E. METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional (potong lintang). Peneliti melakukan observasi atau pengukuran
variabel pada satu saat tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 pasienkanker yang menjalani pengobatan
kemoterapi baik di ruang rawat inap maupun rawat singkat Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada Bulan
Desember tahun 2013.

F. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


Simpulan dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami fatigue ringan dan tidak mengalami ansietas
sebesar 26,3% (25 responden), sedangkan responden yang mengalami fatigue berat dan mengalami abnormal
ansietas sebesar 1% (1 responden). Analisis hubungan antara ansietas dengantingkat fatigue didapatkan p value
0,005 dengannilai derajat hubungan 0,286 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara
ansietas dengan fatigue pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi. Responden yang mengalami fatigue ringan dan tidak mengalami depresi sebanyak
35,9% (34 responden), sedangkan yang mengalami fatigue berat dan mengalami abnormal depresi sebanyak
2,1% (2 responden). Analisis hubungan antara depresi dengan tingkat fatigue didapatkan p value 0,034 dengan
nilai derajat hubungan 0,218 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara ansietas
dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.

G. BENTUK PENERAPAN DI PELAYANAN KESEHATAN


Respons dari ansietas tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan dan menurunkan
tanda dan gejala.Peningkatan kemampuan dan penurunan tanda gejala tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi klien.Ansietas dapat dicegah
dengan mengenali ansietasnya, meningkatkan kemampuan dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas
dalam, distraksi, kegiatan spiritual dan teknik lima jari.
o DAFTAR PUSTAKA
• APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.) TR (Text revision). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2022.
• Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJP Dr.Amina : Gondo Utama
• Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
• Ettman CK, Abdalla SM, Cohen GH, Sampson L, Vivier PM, Galea S. Prevalence of Depression Fahmi M, Panjaitan NA, Habibie I, Siregar AYM,
Amarullah G, Rahma, et al. Does your neighborhood protect you from being depressed? A study on social trust and depression in Indonesia. BMC Public
Health 2019;19:1371.
• Farhan, D. I. N. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. G Dengan Masalah Gangguan Psikososial Ansietas (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).
• Gabriel FC, de Melo DO, Fráguas R, Leite-Santos NC, Mantovani da Silva RA, Ribeiro E. Pharmacological treatment of depression: A systematic review
comparing clinical practice guideline recommendations. PLoS ONE 2020;15:e0231700.
• Gibbson Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran
• Keliat B.A. 2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2018.
• Merikangas, K. R. dan Kalaydjian, A. E. 2009. Epidemiology of Anxiety Disorders; In Sadock, B. J., Sadock, V.A., Ruiz, P. (eds), Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th edition, Vol. 1, Lippincott Williams & Wilkins, New York: 1857-1864
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai