Disusun Oleh:
NIM : S22143
KELAS : S22C
1. Defenisi kecemasan
Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis individu terhadap suatu
keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu
& Pardede, 2016). Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Kecemasan adalah perasaan ketakutan yang
tidak memiliki penyebab yang jelas dan tidak didukung oleh situasi,kecemasan dapat
dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan yang mendalam
menyebabkan masalah kejiwaan dan berkembangan dalam jangka panjang ( Pardede,
Simanjuntak & Manulu, 2020).
2. ETIOLOGI KECEMASAN
(NANDA, 2018). Kecemasan suatu kondisi perasaan yang berkaitan dengan ketakutan
disertai gejala fisik seperti jantung berdebar nafas pendek atau nyeri dada, keringat dingin
tangan geetaran yang dapat disebabkan oleh genetik, biokimia otak dan mekanisme fight-
fight.( Febrianti, Hamid, & Wardani, 2015). Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat
dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan
berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan
umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang,
berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau
lingkup masyarakat.
3. MEKANISME KECEMASAN
Ketika seseorang dalam keadaan stress dan tegang secara fisiologis akan mengaktifkan
Limbic Hipotalamus Puitutary Adrenal Axis (LHPA), kemudian merangsang hipotalamus
dan menyebabkan disekresinya hormon corticotrophin relesing hormone (CRH)Hal tersebut
akan menyebabkan peningkatan produksi Sympathetic Adrenal Medular axis (SAM)dengan
adanya respon tersebut menyebabkan stimuli pada alur Limbic Hipotalamus Puitutary
Adrenal Axis (LHPA)kemudian merangsang hipotalamus dan menyebabkan disekresinya
hormon Corticotrophin Relesing Hormone (CRH)Hal tersebut menyebabkan teraktivasinya
Adeno Cortico Trophin Hormone (ACTH) yang akan menstimuli produksi hormon kortisol
dari korteks adrenal, selain itu akan menyebabkan teraktivasinya neuron andrenergik dari
Locus Ceruleus (LC), dimana LC merupakan tempat diproduksinya NE yang kemudian akan
mensekresikan epinephrine (Sugiharto, 2012)Sistem LC bertanggungjawab untuk merespon
langsung terhadap stresor dengan "melawan atau lari/fight or flight" (Sugiharto2012).
4. TREATMENT KECEMASAN
Cemas menyeluruh atau generalized anxiety disorder (GAD) meliputi psikoterapi seperti
cognitive behavioral therapy (CBT) serta medikamentosa dengan pilihan utama selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Biasanya pengobatan dilakukan selama 6- 12 bulan
untuk menghilangkan gejala pada pasien. Akan tetapi, gangguan cemas menyeluruh menjadi
kronis, sehingga kadang membutuhkan pengobatan lebih lama. Kira kira 25% pasien
mengalami kekambuhan dalam bulan pertama setelah dihentikan terapi dan 60-80% kambuh
selama perjalanan tahun selanjutnya.
Berobat Jalan
Penatalaksanaan gangguan cemas menyeluruh biasanya dilakukan dengan
rawat jalan. Indikasi rawat inap pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah bila
disertai dengan depresi mayor yang memiliki keinginan bunuh diri, atau gangguan
mental lain, dan berpotensi membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Medikamentosa
Pilihan utama dalam terapi medikamentosa untuk tata laksana gangguan
cemas menyeluruh adalah antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRI) serta serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI). Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). dan Serotonin-Norepinephrine Reuptake
Inhibitor (SNRI). Pemberian antidepresan golongan selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) seperti sertraline, escitalopram dan paroxetine maupun serotonin-
norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) seperti duloxetine dan venlafaxine efektif
terutama pada pasien gangguan cemas menyeluruh dengan gangguan depresi.
Benzodiazepin
Pemberian obat golongan benzodiazepin dimulai bertahap dari dosis terendah
kemudian dinaikan secara berkala sesuai kebutuhan. Golongan benzodiazepin yang
dipilih adalah obat kerja cepat waktu paruh menengah dengan dosis terbagi. Hal ini
dilakukan untuk mencegah efek samping, ketergantungan, dan efek putus obat. Lama
pengobatan rata-rata 4-6 minggu dilanjutkan dengan masa penurunan dosis berkala
selama 1-2 minggu. Obat golongan benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA.
Asam amino GABA adalah neurotransmitter inhibisi yang utama di otak. Ikatan
antara GABA dengan reseptornya akan memasukkan ion klorida secara pasif ke
dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron. Kondisi hiperpolarisasi ini akan
menyebabkan penghambatan pelepasan transmisi neuronal.
Buspiron efektif pada 60-80% penderita gangguan cemas menyeluruh dan
efektif untuk memperbaiki gejala kognitif. Akan tetapi, buspiron tidak terlalu efektif
dalam memperbaiki gejala somatis. Obat ini tidak memiliki efek putus obat. Obat ini
tidak bekerja cepat, efek obat baru mulai dirasakan setelah 2-3 minggu pengobatan.
Pasien yang sebelumnya mendapat terapi benzodiazepin tidak memiliki efek pada
pemberian buspiron. Pemberian benzodiazepin bersamaan dengan buspiron
memberikan respon yang baik. Pemberian kombinasi terapi benzodiazepin dan
buspiron diberikan selama 2- 3 minggu pertama dilanjutkan dengan penurunan dosis
berkala benzodiazepin saat buspiron sudah mulai menunjukkan efek terapeutik.
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
KECEMASAN ADALAH kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu
terhadap obejek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan dalam menghadapi ancaman
(SDKI, D0080).
Penyebabnya antara lain:
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Subjektif
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minors
Subjektif
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia 3. Palpitasi
Objektif
4. Diaforesis
5. Tremor
7. Suara bergetar
9. Sering berkemih
Intervensi :
Pardede, J., Simanjuntak, G. V., & Manalu, N. (2020). Effectiveness of deep breath
relaxation and lavender aromatherapy against preoperative patient anxiety. Diversity
and Equality in Health and Care, 17(4), 168-173.
Oxyandi, M., Fitrayani, C., & Nurhayati, N. (2018). Ubungan Umur, Komunikasi
Terapeutik Perawat Dan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operatif Di Ruang Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Lentera'Aisyiyah, 1(1)
Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal