Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh hypnotherapy terhadap penurunan
kecemasan pada pasien kanker.
b. Untuk menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada pasein kanker
sebelum dan sesudah diberikan hypnotherapy.
c. Untuk mengetahui seberapa efektif hypnotherapy untuk mengurangi
kecemasan pada pasien kanker.
2. Tinjauan Teori
a. Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap penilian individu yang
subjektif yang mempengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes, dalam Maryani 2012).
Sedangkan menurut Wilkinson (2007) kecemasan merupakan suatu
keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah yang disertai
dengan respon autonomis, sumber tidak spesifik dan tidak diketahui
individu, merupakan tanda memperingatkan bahaya dan memampukan
individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.
Kecemasan sering menyertai pasien dengan kanker dan harus
menjalani berbagai regimen pengobatan seperti kemoterapi, maupun
membedahan. Hal ini berkaitan dengan adanya ketidakpastian
(uncertainty) akan prognosa penyakit, efektifitas pengobatan terhadap
pemulihan kondisi yang sering ditemukan pada pasien- pasien kanker
terutama stadium lanjut (Shaha, dalam Maryani, 2012).
Proses terjadinya kecemasan dipengaruhi oleh neurotransmitter.
Neurotransmitter adalah bahan kimia pembawa pesan di dalam otak
yang mengatur perasaan dan pikiran seseorang. Ada dua
neurotransmitter utama yang mempengaruhi perasaan seseorang yaitu
serotonin dan dopamine. Bila terjadi ketidakseimbangan bahan kimia-
kimia ini, seseorang dapat menderita cemas (Perry dan Potter, 2006).
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan stimulus pada sistem
saraf pusat yang pada akhirnya akan merangsang sistem kelenjar
sebagai respon fisiologis tubuh baik secara menyeluruh maupun local.
Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan
berdasarkan penelitian adalah Norephineprin (NE), serotonin dan
gamma aminobutyric (GABA). Sistem norepineprin merupakan pikiran
yang menjembatani respon fight- flight, dihubungkan dengan
neurotransmitter ke struktur lain dari otak yang berhubungan dengan
kecemasan yaitu amigdala, hippocampus, dan cortex cerebral (berfikir,
menginterpretasikan dan perencanaaan). Disregulasi serotonin akan
memainkan peran sebagai penyebab dari kecemasan seseorang yang
mempunyai pengalaman gangguan memiliki reseptor 5- HT
hipersensitivitas. Aktivitas neurotransmitter gamma aminobutyric
(GABA), mengontrol aktivitas neuron pada bagian otak yang
bertanggungjawab memproduksi terjadinya kecemasan. Dalam
kehidupan sehari- hari individu berespon terhadap stressor dimana ia
akan dihadapkan dengan berbagai ansietas yang selalu berada dalam
respon dari ringan, sedang, berat, sampai panik (Perry dan Potter,
2006).
Tingkat kecemasan dapat dilihat sebagai berikut:
- Cemas ringan
Biasanya berhubungan dengan peristiwa dan ketegangan
kehidupan sehari hari. Pada tingkat ini terjadi peningkatan
lapang persepsi dan individu akan berhati- hati, meningkatkan
kewaspaan dan meningkatkan pembelajaran untuk
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
- Cemas sedang
Pada tingkatan ini lapang persepsi menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting sat itu dan mengesampingkan
hal yang lain. Kemampuan berfokus pada masalah utama,
kesulitan untuk tetap perhatian dan mampu belajar.
- Cemas berat
Pada tingkatan ini lapang persepsi menjadi sangat menurun.
Individu tidak mampu memfokukan pada penyelesaian masalh,
cendrung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain. Individu tidak mampu berpikir realistic dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada area ini.
b. Hypnoterapi
Hypnoterapi adalah sebuah penyembuhan dengan hipnotis. Hipnoterapi
merupakan cabang ilmu psikologis yang mempelajari manfaat sugesti untuk
mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku, dengan memberikan
sugesti kepada pikiran bawah sadar (Susilo & Kemala dalam Irianto 2014).
Hipnosis adalah keadaan dimana fungsi analitis logis pikiran
direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi
bawah sadar, dalam kondisi ini dimungkinkan untuk mengakses
beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
meningkatkan kualitas hidup (Naibaho 2002).
Dalam penanganan kanker hypnosis dapat digunakan dsebagi terapi
adjuvant atau tambahan. Tahapan hypnotherapi/ clinical hypnosis
menurut Heap et al (2007) adalah sebagai berikut: persiapan pasien,
induksi dan deepening pasien, therapy alerting, diskusi posthypnosis.
Dalam melakukan hipnotis pelaksanaan hypnoterapi menggunakan
komunikasi terapeutik dengan pendekatan interpersonal agar segala
sesuatu yeng berkaitan dengan kecemasan partisipan dapat terungkap
dan kemudian pesan- pesan hynotherapi dapat diterima sehingga dapat
bermanfaat/ efektif.
Hipnotheraphy dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan seperti pusing, mengantuk, sakit kepala, leher kaku, gelisah,
sakit perut, gangguan kognitif distorsi, gangguan ingatan atau
kebingungan. Namun, sebagian besar efek ini dapat dihilangkan dalam
beberapa jam dari sesi hipnoterapi. Hipnoterapi tidak disarankan untuk
pasien dengan gangguan psikologis yang melibatkan delusi. Hipnosis
klinis juga menjadi populer karena kemudahannya penerapannya ke
dalam rencana perawatan survivor kanker secara keseluruhan dengan
risiko relatif rendah (Sakiyan, dan Elsye Marla Rosa, 2014).
3. Intervensi
Sebelum melakukan hypnoterapi terlebih dahulu terapis
menggunakan komunikasi terapeutik dengan pendekatan interpersonal agar
segala sesuatu yang berkaitan dengan kecemasan partisipan dapat terungkap
dan kemudian pesan-pesan hynotherapi dapat diterima sehingga akan
membawa manfaat/ efektif pada kecemasan yang dialami. Berikut ini adalah
langkah- langkah dalam melakukan hypnotherapi.
a. Pra induksi
Tahap pra induksi bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan
hal-hal yang dirasakan oleh partisipan, termasuk harapan dan keinginan
terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi. Informasi mengenai hal
tersebut akan dapat diperoleh jika terjadi hubungan saling percaya antara
terapis dengan pasien. Interaksi antara terapis dan partisipan dilakukan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik yaitu dengan
berhadapan dengan partisipan, menampilkan sikap tubuh yang rileks,
mempertahankan kontak mata, mempertahankan sikap terbuka.
b. Induksi dan Deepening
Induksi merupakan suatu metode yang digunakan oleh terapis untuk
membimbing pasien untuk mengalami suatu trance hypnotheray. Kondisi
ini merupakan proses ini terjadi perpindahan pikiran pasien dari pikiran
sadar (conscious mind) ke alam pikiran bawah sadar (sub- conscious
mind). Trance hypnosis adalah suatu kondisi kesadaran dimana bagian
kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga partisipan sangat reseptif terhadap
sugesti yang diberikan oleh hypnotist.
Deepening merupakan kelanjutan dari induksi yang bertujuan untuk
membawa pasien pada tingkatan trance hypnosis sehingga akan
meningkatkan kemampuan pasien untuk menerima sugesti. Trance
hypnosis dibagi menjadi beberapa tahap berdasarkan Davis- Husband
Scale menjadi Hypnoidal, light trance, medium trance, deep tranceatau
somnambulism.
Ada banyak ragam metode induksi dan deepening tetapi yang paling
sering digunakan adalah metode nafas dalam/deepth breathing, metode
membuka dan menutup mata/mata berkedip dan metode imagery , hal ini
dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu untuk keseragaman
perlakuan, kondisi latar belakang pendidikan, mudah karena tidak banyak
perintah yang rumit sehingga tidak memerlukan banyak waktu bagi
partisipan untuk mencerna.
c. Sugesi therapy
Sugesti terapi yang di berikan kepada pasien dapat menggunakan
metode relaksasi, perintah paradoks dan pemisahan/disosiasi, pemberian
dilakukan ketika partisipa sudah memasuki kondisi trance, akan lebih
efektif apabila sampai pada deep trance atau somnabulism karena pada
tahap ini kondisi mental atau pikiran pasien menjadi sangat sugestif.
d. Alerting
Alerting sering disebut juga dengan awakening merupakan tahap akhir
dari seluruh proses terapi pengakhiran adalah tahap untuk mengakhiri
hipnotis dan membawa pasien kembali ke kondisi normal. Pada tahap ini
pasien perlahan- lahan dibangunkan dari tidur hypnosis dan
mengembalikan sepenuhnya kepada kesadaran, tahap yang paling
menyenangkan dari serangkaian tahap hypnotherapi adalah ketika pasien
terbangun, membuka mata dan tersenyum kepada therapis, hal ini
menandakan proses hypnosis telah memberikan manfaat kepada pasien.